The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

ANTOLOGI KALBAR MENULIS - POJOK LITERASI
PROGRAM ORGANISASI PENGGERAK (POP) SEKOLAH LITERASI NASIONAL (SLN)
FORUM INDONESIA MENULIS
TAHUN 2022

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by arie.tiyawarman, 2022-06-09 12:20:05

ANTOLOGI KALBAR MENULIS - POJOK LITERASI TAHUN 2022

ANTOLOGI KALBAR MENULIS - POJOK LITERASI
PROGRAM ORGANISASI PENGGERAK (POP) SEKOLAH LITERASI NASIONAL (SLN)
FORUM INDONESIA MENULIS
TAHUN 2022

“TEMA : GURU DAN LITERASI”
POJOK LITERASI

Arie Tiyawarman, S.Pd.
SD Negeri 74 Singkawang

Guru Kelas 5

Secara sederhana, literasi memang dipahami sebagai kemampuan dalam membaca
dan menulis. Namun lebih dari itu, makna literasi juga mencakup melek visual yang
artinya "kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara
visual (adegan, video, gambar).

Literasi tidak hanya terjadi saat membaca di kelas bahasa, tidak berisi kegiatan
itu-itu saja. Praktik literasi berkaitan dengan konsistensi cita-cita dan kesepakatan
seluruh warga sekolah yang diwujudkan dalam setiap kesempatan. Literasi bukan
hanya soal pencapaian prestasi orang per orang, bukan hanya soal jumlah taman baca
atau pengguna sosial media, bukan hanya tentang skor sistem pendidikan kita yang
rendah di tes maupun rangking dunia. Literasi dimulai dari ekosistem pendidikan kita
yang menyadari bahwa kompetensi ini dipengaruhi oleh perilaku sosial
masyarakatnya. Anak yang tidak disalahkan karena rendahnya minat bacanya, tetapi
mendapat teladan dari orang tuanya. Guru yang tidak dikorbankan dengan beban
berlebihan sepanjang tahun ajaran, tetapi diberi otonomi merancang materi dan
kegiatan lintas mata pelajaran.

Kemampuan literasi sangat penting untuk dimiliki setiap individu, termasuk
bagi para siswa. Siswa yang literat berpotensi memiliki wawasan pengetahuan yang luas
untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Siswa tersebut relatif lebih
mudah menjalani kehidupan, khususnya dalam bidang akademik. Sebaliknya, siswa yang
aliterat akan kesulitan dalam menjalani kehidupan terutama dalam bidang akademik.
Dengan demikian, kemampuan literasi perlu ditumbuhkan pada siswa. Siswa harus
membekali diri dengan kompetensi keterampilan pengetahuan serta kompetensi dalam
berkomunikasi. Sehingga siswa memiliki kepribadian unggul dan mampu memahami
pengetahuan serta teknologi untuk bersaing secara lokal dan global.

Kondisi literasi di lingkungan sekolah saya tergolong masih rendah. Masih
banyak yang kurang memahami akan pentingnya literasi. Hanya berfokus pada

kegatan membaca dan menulis. Padahal literasi tidak hanya aktivitas membaca dan
menulis, akan tetapi juga kegiatan dalam menganalisa informasi yang dibacanya sampai
menemukan sendiri pemecahan masalah tersebut yang nantinya bisa diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Tetapi nyatanya kemampuan siswa SD dalam berliterasi masih
didominasi kegiatan membaca dan menulis. Padahal manfaat literasi bagi siswa sekolah
dasar banyak sekali, diantaranya; meningkatnya nilai mata pelajaran khususnya pelajaran
Bahasa Indonesia, menambah kosakata dalam berbahasa, menambah wawasan dan
informasi baru, meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis dan merangkai kata-
kata, dan menumbuhkan kreatifitas siswa dalam berpikir dan menganalisa.

Kondisi sekolah di pedalaman dengan sarana yang kurang memadai, seperti
tidak adanya listrik maupun sinyal juga akses jalan yang lumayan memacu adrenalin.
Membuat kami kesulitan dalam meningkatkan kompetensi tersebut. Keterlambatan
informasi sering kami alami. Khususnya informasi tentang pelatihan pengembangan
guru. Dimana untuk meningkatkan literasi di sekolah, harus dimulai dulu dengan
peningkatan literasi guru dan kepala sekolah. Guru dan kepala sekolah harus
memahami dan menyadari dulu akan pentingnya literasi. Ada beberapa paradigma
yang harus diubah dan luruskan akan makna literasi. Jika semua itu sudah terlaksana
nantinya para guru dan kepala sekolah akan bisa melakukan perubahan dan praktik
baik demi peningkatan literasi di sekolah khususnya yang berorientasi pada siswa.

Perlu adanya Sinergisitas semua warga sekolah, seperti; diskusi ringan secara
rutin, kolaborasi dengan berbagai pihak serta dukungan dari semua pihak sekolah
maupun dinas terkait dalam menemukan strategi yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan sekolah sehingga harapannya bisa meningkatkan literasi di sekolah.
Semua siswa sekolah adalah generasi penerus bangsa di masa depan. Bersama kita
budayakan literasi untuk perubahan Indonesia ke depan yang lebih baik.

Untuk membangun literasi sebagai budaya, perlu banyak sebaran praktik baik yang
dilakukan secara konsisten di lingkungan sekolah. Mulai dari hal terkecil, lakukan
perubahan dan praktik baik di kelas. Caranya mulai dengan memberi kesempatan siswa
membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai, baik itu buku pelajaran ataupun non
pelajaran. Setelah siswa selesai membaca lakukan diskusi ringan tentang apa yang siswa
tersebut baca, mulai dair nama tokoh, watak, latar, konflik yang terjadi dan amanat yang
bisa diambil dari cerita tersebut. Jika sudah rutin dilaksanakan, para siswa akan terbiasa

dengan aktivitas tersebut. Hingga bisa berdampak ke cakupan yang lebih luas yaitu
sekolah. Jika Literasi sudah menjadi budaya di lingkungan sekolah, tidak menutup
kemungkinan akan mengimbas ke sekolah lain. Dan jika semua sekolah sudah
membudayakan literasi akan banyak tercipta generasi unggul masa depan yang berbudi
pekerti baik yang mampu bersaing secara lokal maupun dunia.

Ini merupakan tantangan yang tersulit. Menyadarkan seluruh warga untuk melek
literasi bukan perkara mudah. Perlu kerja sama yang serius antara kepala sekolah, guru,
tata usaha, siswa, orang tua, dan masyarakat untuk mewujudkan gerakan mulia ini. Tidak
mudah, tapi pasti bisa dilakukan. Mulai dari hal terkecil, membangun kesadaran,
belajar dan lakukan. Kondisi ideal literasi yang saya harapkan adalah Literasi bukan
lagi hal yang biasa atau asing terdengar, tapi sudah membudaya di sekolah. Selain itu
saya berharap dengan meningkatnya literasi, akan banyak praktik baik yang terjadi
secara konsisten di sekolah. Bukan hanya sekolah di perkotaan yang berkembang tapi
sekolah di pedalaman seperti kami juga akan bisa berkembang. Semakin banyak siswa
yang sadar akan pentingnya budaya literasi, maka semakin banyak pula peluang siswa
yang nantinya akan mampu bersaing di era modern.

Beberapa kontribusi yang saya ingin saya berikan dalam membangun budaya
literasi di sekolah, antara lain:
1. Menumbuhkan kesadaran bahwa membaca tujuannya adalah untuk belajar, bukan

belajar untuk membaca.
2. Mengkondisikan lingkungan sekolah ramah literasi, seperti membuat pojok/sudut

baca, taman baca, memberikan hadiah kepada siswa berupa buku, dan lain-lain.
3. Selain membaca juga membiasakan siswa untuk bernalar, yaitu dengan kegiatan

diskusi kelompok saat pembelajaran berlangsung.
4. Mempelajari metode pembelajaran yang berupa sebuah permainan literasi.
5. Lebih sering membimbing siswa untuk menulis dan berkarya, yang nantinya hasil

karya siswa tersebut akan di pajang di mading kelas, sebagai bentuk penghargaan dan
pemacu semangat siswa dalam berkarya.

Jadikan setiap tempat sebagai sekolah, dan jadikan semua orang sebagai guru.
Karena sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain. Terus Belajar,
Bergerak dan Bermakna. Salam Merdeka Belajar !


Click to View FlipBook Version