42 kepada dan badan saja, tapi sudah ada mirip-mirip lengan, tangan, tungkai dan kaki (Seefeldt dan Wasik, 2008:67). Pada usia 6 tahun, anak sudah dapat memalu, mengelem, mengikat tali sepatu dan merapikan baju. Pada usia ini perkembangan motorik halus anak terus meningkat. Pada Permendikbud nomor 137 tahun 2014 dijabarkan tentang standar tentang tingkat pencapaian perkembangan anak. Standar tingkat pencapaian perkembangan motorik halus anak usia dini terdapat pada tabel berikut: Tabel 1. Tahapan perkembangan motorik halus anak usia dini Usia Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak 3 bulan 1. Memiliki refleks menggenggam jari ketika telapak tangannya disentuh 2. Memainkan jari tangan dan kaki 3. Memasukkan jari ke dalam mulut 3-6 bulan 1. Memegang benda dengan lima jari 2. Memainkan benda dengan tangan 3. Meraih benda di depannya 6-9 bulan 1. Memegang benda dengan ibu jari dan jari telunjuk (menjumput) 2. Meremas 3. Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain 9-12 bulan 1. Memasukkan benda ke mulut 2. Menggaruk kepala 3. Memegang benda kecil atau tipis (misal: potongan buah atau biskuit) 4. Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain 12-18 bulan 1. Membuat coretan bebas 2. Menumpuk tiga kubus ke atas
43 3. Memegang glas dengan dua tangan 4. Memasukkan benda-benda ke dalam wadah 5. Menumpahkan benda-benda dari wadah 18-24 bulan 1. Membuat garis vertikal atau horisontal 2. Membalik halaman buku walaupun belum sempurna 3. Menyobek kertas 2-3 tahun 1. Meremas kertas atau kain dengan menggerakkan lima jari 2. Melipat kain/kertas meskipun belum rapi/lurus 3. Menggunting kertas tanpa pola 4. Koordinasi jari tangan cukup baik untuk memegang benda pipih seperti sikat gigi, sendok 3-4 tahun 1. Menuang air, pasir, atau biji-bijian ke dalam tempat penampug (mangkuk, ember) 2. Memasukkan benda kecil ke dalam botol (potongan lidi, kerikil, biji-bijian) 3. Meronce benda yang cukup besar 4. Menggunting kertas mengikuti pola garis lurusnya 4-5 tahun 1. Membuat garis vertikal, hoizontal, lengkuk kiri/kanan, miring kiri/kanan, dan lingkaran 2. Menjiplak bentuk 3. Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit 4. Melakukan gerakan manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan menggunakan berbagai media
44 5. Mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media 6. Mengontrol gerakan tangan yang menggunakan otot halus (menjumput, mengelus, mencolek, mengepal, memelintir, memilin, memeras) 5-6 tahun 1. Menggambar sesuai gagasannya 2. Meniru bentuk 3. Melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan 4. Menggunakan alat tulis dan alat makan dengan benar 5. Menggunting seuai dengan pola 6. Menempel gambar dengan tepat 7. Mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara rinci 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini Perkembangan motorik halus seorang anak tidak selalu berjalan dengan sempurna. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik halus anak, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Berikut ini akan diuraikan faktor-faktor tersebut: a. Kondisi pra kelahiran Ketika anak berada dalam kandungan ibu, pertumbuhan fisiknya sangat tergantung pada gizi yang diperolehnya dari ibunya. Jika kondisi fisik seorang ibu yang sedang mengandung terganggu karena kurang gizi, maka anak yang dikandungnya pun akan mengalami pertumbuhan fisik yang tidak sempurna. Contohnya ibu hamil yang kekurangan asam folat akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan otak dan cacat pada janin.
45 b. Faktor genetik Faktor ini merupakan faktor internal yang berasal dari dalam diri anak dan merupakan sifat bawaan dari orangtua anak. Faktor ini ditandai dengan beberapa kemiripan fisik dan gerak tubuh anak dengan salah satu anggota keluarganya, apakah ayah, ibu kakek, nenek atau keluarga lainnya. Sebagai contoh anak yang memiliki bentuk tubuh tinggi kurus seperti ayahnya, padahal sang anak sangat suka makan (dianggap dapat membuat anak menjadi gemuk) tetapi kenyataannya anak tidak menjadi gemuk. c. Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan merupakan faktor eksternal atau faktor di luar diri anak. Kondisi lingkungan yang kurang kondusif dapat menghambat perkembangan motorik halus anak, dimana anak kurang mendapatkan keleluasaan dalam bergerak dan melakukan latihan-latihan. Misalnya ruangan bermain yang terlalu sempit, sedangkan jumlah anak banyak, akan mengakibatkan anak bergerak cepat dan sangat terbatas bentuk gerakan yang dilakukannya. d. Kesehatan & gizi anak pasca kelahiran Kesehatan dan gizi anak sangat berpengaruh terhadap optimalisasi perkembangan motorik halus anak, mengingat bahwa anak berada pada masa pertumbuhan dan perkembangan fisik yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan pertambah volume dan fungsi tubuh anak. Dalam pertumbuhan fisik/motorik halus yang pesat ini anak membutuhkan gizi yang cukup untuk membentuk sel-sel tubuh dan jaringan tubuhnya yang baru. Kesehatan anak yang terganggu karena sakit akan memperlambat pertumbuhan/perkembangan motorik halusnya dan akan merusak selsel serta jaringan tubuh anak. e. Intelengence Question Kecerdasan intelektual turut mempengaruhi perkembangan motorik halus anak. Kecerdasan intelektual yang ditandai dengan tinggi rendahnya skor IQ secara tidak langsung membuktikan tingkat
46 perkembangan otak anak dan perkembangan otak anak sangat mempengaruhi kemampuan gerakan yang dapat dilakukan oleh anak, mengingat bahwa salah satu fungsi bagian otak adalah mengatur dan mengendalikan gerakan yang dilakukan anak. Sekecil apaun gerakan yang dilakukan anak, merupakan hasil kerjasama antara 3 unsur yaitu otak, saraf dan otot, yang berinteraksi secara positif. f. Stimulasi yang tepat Perkembangan motorik halus anak sangat tergantung pada seberapa banyak stimulasi yang diberikan. Hal ini disebabkan karena otot-otot anak baik otot halus anak belum mencapai kematangan. Dengan latihanlatihan yang cukup akan membantu anak untuk mengendalikan gerakan ototnya sehingga mencapai kondisi motoris yang sempurna yang ditandainya dengan gerakan halus yang lancar dan luwes. g. Pola asuh Ada tiga pola asuh yang dominan dilakukan oleh orangtua yaitu pola asuh otoriter, demokratis dan permisif. Pola asuh otoriter cenderung tidak memberikan kebebasan kepada anak, dimana anak dianggap sebagai robot yang harus taat pada semua aturan dan perintah yang diberikan. Sedangkan Pola asuh permisif sangat berlawanan dengan otoriter, yaitu orangtua cenderung akan memberikan kebebasan tanpa batas pada anak dan cenderung membiarkan anak untuk bertumbuh dan berkembang dengan sendirinya tanpa dukungan orangtua. Pola asuh yang terbaik adalah demokratis dimana orangtua akan memberikan kebebasan yang terarah artinya orang tua memberikan arahan, bimbingan dan stimulasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anak, jadi orang tua berusaha memberdayakan anak. Ketiga pola asuh ini tentunya akan menentukan suasana kehidupan yang akan dialami anak dalam kesehariannya dan tentu saja akan sangat mempengaruhi proses perkembangannya diantarannya perkembangan motorik halus.
47 h. Cacat fisik Kondisi cacat fisik yang dialami oleh anak akan mempengaruhi perkembangan kemampuan motorik halusnya. contohnya anak tunadaksa akan kesulitan dalam melakukan hal-hal yang berhubungan dengan pergerakan motorik halus. 4. Pentingnya Pengembangan Motorik Sejak Anak Usia Dini Keterampilan motorik halus sangat penting untuk distimulasi sejak anak usia dini. Masganti (2015:96) mengemukakan paling tidak ada 4 alasan pentingnya mengembangkan kemampuan motorik halus anak usia dini. a. Alasan sosial Anak-anak perlu mempelajari sejumlah keterampilan yang bermanfaat bagi mereka untuk kegiatan sehari-hari, seperti: mandi dan serangkaian kegiatan mandi (sikat gigi, keramas, menggosok badan), memakai pakaian sendiri, menyisir rambut, makan dan minum sendiri. b. Alasan akademis Ketika masuk usia sekolah, sejumlah kegiatan yang ada di sekolah membutuhkan ketermapilan motorik halus anak, seperti menulis, menggunting, dan beragam kegiatan yang membutuhkan kecermatan dan ketangkasan jarijemari dan tangan anak. Anak dituntut secara otomatis mengendalikan koordinasi mata dengan tangannya. c. Alasan pekerjaan Ketika anak dewasa, sebagian besar pekerjaan memerlukan sejumlah keterampilan motorik halus seperti profesi guru, guru harus mampu menulis dengan baik dan rapi di papan tulis. Profei sekretaris, dokter, petugas arsip dan profesi lainnya. d. Alasan psikologis/emosional Anak-anak yang memiliki koordinasi motorik halus yang baik, yang berkembang secara optimal akan lebih memudahkan mereka dalam beradaptasi dengan pengalaman sehari-hari yang melibatkan aktivitas fisik. Sebaliknya, anak-anak yang memiliki koordinasi motorik halus
48 yang buruk, tidak berkembang dengan optimal akan lebih mudah frustasi, merasa gagal, dan merasa ditolak. Kondisi ini akan memberikan dampak yang negatif pada aspek lain seperti terhadap kepribadian anak. Oleh karena itu, pengembangan motorik halus sejak anak usia dini sangat penting untuk dilakukan, tentu saja hal ini dilakukan dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan sesuai dengan tahap perkembangan anak. Pengembangan motorik halus sejak anak usia dini akan membantu anak dalam kehidupannya untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. D. Rangkuman Perkembangan kemampuan motorik halus pada anak usia dini melibatkan pengorganisasian otot-otot kecil, terutama di jari jemari dan tangan, yang memerlukan kecermatan dan koordinasi antara mata dan tangan. Awal mula perkembangannya dapat diamati melalui kemampuan meraih dan menggenggam. Faktor-faktor baik dari dalam maupun luar diri anak, seperti kondisi pra kelahiran, faktor genetik, lingkungan, kesehatan, gizi pasca kelahiran, kecerdasan, stimulasi yang tepat, pola asuh, dan cacat fisik, juga turut mempengaruhinya. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan kemampuan motorik halus ini sejak usia dini karena memiliki empat alasan utama, yaitu aspek sosial, akademis, pekerjaan, dan psikologis/emosional. Dengan demikian, pendekatan yang tepat dalam pengembangan kemampuan motorik halus anak usia dini dapat membantu mereka dalam berbagai aspek kehidupan secara lebih efektif dan komprehensif. E. Evaluasi 1. Apa pengertian dari kemampuan motorik halus pada anak usia dini? 2. Bagaimana tahapan perkembangan motorik halus pada anak usia dini? 3. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus pada anak usia dini!
49 4. Mengapa penting untuk mengembangkan motorik halus pada anak usia dini? Jelaskan alasannya! 5. Bagaimana peran lingkungan, kesehatan, pola asuh, dan stimulasi yang tepat dalam pengembangan motorik halus anak usia dini, serta apa konsekuensinya jika faktor-faktor tersebut tidak optimal?
50 BAB VI PERMASALAHAN DALAM PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK A. Tujuan Pembelajaran Bab ini disusun untuk menjadi bahan bagi mahasiswa terkait materi permasalahan dalam perkembangan fisik motorik anak. Tujuan belajar yang akan dicapai adalah mahasiswa mampu menjelaskan tentang masalah dalam pertumbuhan fisik, menjelaskan tentang masalah dalam pertumbuhan motorik serta mengetahui dampak permasalahan dalam perkembangan fisik motorik anak. B. Indikator Setelah mempelajari permasalahan dalam perkembangan fisik motorik anak, mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tentang masalah dalam pertumbuhan fisik 2. Menjelaskan tentang masalah dalam pertumbuhan motorik 3. Mengetahui dampak permasalahan dalam perkembangan fisik motorik anak C. Materi 1. Masalah dalam Pertumbuhan Fisik Masalah dalam pertumbuhan fisik terkait masalah pemberian gizi pada anak, terdapat masalah kurang gizi (malnutrisi) dan masalah kelebihan gizi (obesitas) (Ratu A.D.S., 2007): a. Malnutrisi Kurangnya gizi yang diberikan oleh orang tua kepada anak menyebabkan terjadinya masalah pada pertumbuhan fisik anak. Anak usia dini yang terhambat pertumbuhan fisiknya karena masalah malnutrisi badannya terlihat kurus dan lemah. Tumbuh kembang otak anak juga tidak optimal yang akan mempengaruhi kemampuan kognitif anak menjadi rendah. Menurut Mahendra dan Saputra dalam Desmika. W.S. (2012) perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status
51 kesehatan, dan perlakuan gerak yang sesuai dengan masa perkembangannya. Status gizi yang kurang akan menghambat laju perkembangan motorik anak yang berimplikasi pada perkembangan aspek lain. b. Obesitas Selain dengan istilah kelebihan gizi, obesitas disebut juga dengan istilah kegemukan. Obesitas bermula dengan adanya 25 milyar sel lemak di dalam tubuh ketika anak dilahirkan. Jumlah sel-sel tersebut tidak akan pernah berkurang dan bertambah jika anak memiliki kebiasaan makan yang berlebih sejak usia dini. Ukuran sel-sel lemak bertambah besar dari ukuran normal, anak dikatakan mengalami obesitas manakala berat badannya melebihi standar 120% berat tubuhnya (Imam Musbikin, 2008). Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya obesitas pada anak usia dini, antar lain: 1) Faktor keturunan, anak yang terlahir dari orang tua yang mengalami obesitas dapat mengalami obesitas mencapai 66-80%. 2) Asupan makanan yang berlebih yang berasal dari makanan serba instan, minuman soft drink, makanan cepat saji lainnya. 3) Ketika masih bayi anak tidak dibiasakan minum air susu ibu (ASI) melainkan mengkonsumsi susu formula dengan jumlah asupan yang melebihi porsi yang dibutuhkan oleh anak. Akibatnya, anak mengalami obesitas pada saat berusia 4-5 tahun. 4) Kebiasaan mengkonsumsi makanan kurang sehat dengan kandungan kalori tinggi tanpa diimbangi dengan mengkonsumsi sayur dan buah yang cukup mengandung serat. 5) Kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh anak. Hal ini dikarenakan fasilitas yang dihadapkan pada anak adalah kurang memerlukan aktivitas fisik, seperti bermain gadget. 6) Pemberian makanan yang berlebih oleh orang tua sebagai ekspresi kasih sayang kepada anaknya.
52 7) Orang tua memiliki pandangan bahwa memiliki anak yang gemuk merupakan suatu kebanggaan. 2. Masalah dalam Perkembangan Motorik Anak usia dini tidak semuanya mengalami perkembangan motorik yang optimal sesuai dengan pertambahan usianya. Ada beberapa yang menjadi masalah dalam perkembangan motorik, antara lain: a. Masalah dalam keterampilan motorik kasar Masalah keterampilan motorik kasar pada anak terkait dengan ketidakmampuan anak mengatur keseimbangan dan reaksi kurang cepat serta koordinasi kurang baik. Masalah keseimbangan pengaturan tubuh pada dasarnya berhubungan dengan system vestibuler sebagai pengatur keseimbangan di dalam tubuh manusia. Masalah ini jika tidak cepat ditangani akan berdampak pada kesulitan dalam membaca dan menulis ketika anak memasuki jenjang pendidikan sekolah dasar. Selain itu, kemampuan bereaksi dan koordinasi juga menentukan keterampilan motorik kasar anak, masih banyak anak lambat dalam bereaksi dan kacau dalam koordinasi gerakannya. Hal ini terjadi karena anak kurang diberi kesempatan untuk berlatih atau ada kemungkinan anak memiliki masalah dalam syaraf motoriknya. b. Masalah dalam keterampilan motorik halus Masalah keterampilan motorik halus yang terjadi pada anak usia dini adalah terkait dengan kemampuan yang kurang dalam menggambar bentuk bermakna dan belum bisa mewarnai dengan rapi. Usia 4 tahun anak mulai bisa menggambar bentuk yang memiliki makna meskipun belum sempurna. Jika anak usia 4-6 tahun belum bisa menggambar beberapa bentuk yang tergabung dengan baik menjadi suatu bentuk yang lebih bermakna perlu diwaspadai. Orang tua maupun guru perlu meninjau kemampuan anak dalam mempersepsikan apa yang ada di lingkungan sekitarnya. Selain itu juga anak pada usia 4 tahun biasanya memiliki kemampuan yang semakin baik dalam mewarnai. Jika pada usia menjelang masuk sekolah dasar kemampuan anak mewarnai belum
53 baik, seperti coretan warna selalu keluar dari bidang gambar, ada kemungkinan anak memiliki masalah dalam koordinasi mata dan tangannya (Fitriani, 2018) 3. Dampak Permasalahan dalam Perkembangan Fisik Motorik Anak Dengan keterbatasan gerak dan mobilitas yang dimiliki anak gangguan fisik dan motorik sehingga berdampak pada kelangsungan hidupnya. Adapun yang menjadi dampak bagi anak gangguan fisik dan motorik adalah sebagai berikut: a. Dampak aspek akademik Pada umumnya tingkat kecerdasan anak gangguan fisik dan motorik yang mengalami kelainan pada sistem otot dan rangka adalah normal, sedangkan anak gangguan fisik dan motorik yang mengalami kelainan pada sistem cerebral, tingkat kecerdasannya berentang mulal dari tingkat sangat rendah sampai dengan sangat tinggi. Hardman (1990) mengemukakan bahwa 45 % anak Cerebral Palsy mengalami keterbelakangan mental, 35 % mempunyai tingkat kecerdasan normal dan di atas normal. Sisanya berkecerdasan sedikit di bawah rata-rata. Artinya, anak Cerebral Palsy yang kelainannya berat, tidak berarti kecerdasannya rendah. Selain tingkat kecerdasan yang bervariasi anak Cerebral Palsy juga mengalami kelainan persepsi, kognisi, dan simbolisasi. Kelainan persepsi terjadi karena saraf penghubung dan jaringan saraf ke otak mengalami kerusakan sehingga proses persepsi yang dimulai dari stimulus lalu diteruskan ke otak oleh saraf sensoris, kemudian ke otak (yang bertugas menerima dan menafsirkan serta menganalisis) mengalami gangguan. Kemampuan kognisi terbatas karena adanya kerusakan otak sehingga mengganggu fungsi kecerdasan, penglihatan, pendengaran, bicara, rabaan dan bahasa, serta akhirnya anak tersebut tidak dapat mengadakan interaksi dengan lingkungannya yang terjadi terus menerus melalui persepsi dengan menggunakan media sensori (indera). Gangguan pada simbolisasi disebabkan oleh adanya kesulitan dalam menerjemahkan apa yang didengar dan dilihat.
54 Kelainan yang kompeks ini akan mempengaruhi prestasi akademik anak gangguan fisik dan motorik. b. Dampak sosial/emosional Dampak sosial emosional anak gangguan fisik dan motorik bermula dari konsep diri anak gangguan fisik dan motorik yang merasa dirinya cacat, tidak berguna, dan menjadi beban orang lain yang dapat mengakibatkan malas belajar, dan perilaku salah sual lainnya. Kegiatan jasmani yang tidak dapat dilakukan oleh anak gangguan fisik dan motorik dapat mengakibatkan timbulnya problem emosi, seperti mudah tersinggung, mudah marah, rendah diri, pemalu, menyendiri, kurang dapat bergaul, dan frustasi. Problem emosi seperti itu, banyak ditemukan pada anak gangguan fisik dan motorik dengan gangguan cerebral. Oleh sebab itu, tidak jarang dari mereka tidak memiliki rasa percaya diri dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. c. Dampak fisik/kesehatan Dampak fisik/kesehatan anak gangguan fisik dan motorik biasanya selain mengalami cacat tubuh adalah kecenderungan mengalami gangguan lain, seperti sakit gigi, berkurangnya daya pendengaran. penglihatan, gangguan bicara, dan lain-lain. Kelainan tambahan itu banyak ditemukan pada anak gangguan fisik dan motorik sistem cerebral. Gangguan bicara disebabkan oleh kelainan motorik alat bicara (kaku atau lumpuh), seperti lidah, bibir, dan rahang sehingga mengganggu pembentukan artikulasi yang benar. Akibatnya, bicaranya tidak dapat dipahami orang lain dan diucapkan dengan susah payah. Mereka juga mengalami aphasla sensoris, artinya ketidakmampuan bicara karena organ reseptor anak terganggu fungsinya, dan aphasia motorik, yaitu mampu menangkap informasi dari lingkungan sekitarnya melalui indera pendengaran, tetapi tidak dapat mengemukakannya lagi secara lisan.
55 Anak Cerebral Palsy mengalami kerusakan pada pyramidal tract dan extrapyramidal yang berfungsi mengatur sistemi motorik. Tidak heran mereka mengalami kekakuan, gangguan keseimbangan, gerakan tidak dapat dikendalikan, dan susah berpindah tempat. Dilihat dari aktivitas motorik, intensitas gangguannya dikelompokkan atas hiperaktif yang menunjukkan sikap pendiamn, gerakan lamban, dan kurang merespon rangsangan yang diberikan; dan tidak ada koordinasi, seperti waktu berjalan kaku, sulit melakukan kegiatan yang membutuhkan integrasi gerak yang lebih halus, seperti menulis, menggambar dan menari (Kasirah dan Bahruddin, 2015) D. Rangkuman Permasalahan dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik pada anak usia dini merupakan suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan pada cerebral atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal. Anak dengan gangguan fisik dan motorik mengalami kelemahan pada anggota geraknya. Masalah pertumbuhan fisik meliputi malnutrisi (kurang gizi) dan obesitas (kelebihan gizi). Malnutrisi dapat menyebabkan pertumbuhan fisik terhambat, mengakibatkan anak menjadi kurus dan lemah, serta berdampak pada kemampuan kognitif. Sementara itu, obesitas disebabkan oleh berbagai faktor seperti keturunan, pola makan tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik. Masalah perkembangan motorik mencakup keterampilan motorik kasar dan motorik halus. Beberapa anak mengalami kesulitan dalam keseimbangan, koordinasi gerakan, serta kemampuan menggambar dan mewarnai dengan rapi. Permasalahan ini dapat berdampak pada aspek akademik, sosial, emosional, dan kesehatan anak. E. Evaluasi 1. Apa saja masalah dalam pertumbuhan fisik pada anak usia dini yang? 2. Bagaimana malnutrisi dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik dan kemampuan kognitif anak?
56 3. Sebutkan beberapa faktor penyebab obesitas pada anak usia dini menurut! 4. Apa perbedaan antara keterampilan motorik kasar dan motorik halus pada anak usia dini? 5. Bagaimana masalah dalam perkembangan motorik dapat berdampak pada aspek akademik dan sosial/emosi anak?
57 BAB VII PERANAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN FISIK MOTORIK ANAK USIA DINI A. Tujuan Pembelajaran Bab ini disusun untuk menjadi bahan bagi mahasiswa terkait materi peran guru dalam mengembangkan fisik motorik anak usia dini. Tujuan belajar yang akan dicapai adalah mahasiswa mampu menjelaskan peran guru dalam mengembangkan fisik motorik anak usia dini dan tugas guru dalam mengembangan fisik motorik anak usia dini. B. Indikator 1. Menjelaskan peran guru dalam mengembangkan fisik motorik anak usia dini 2. Menjelaskan tugas guru dalam mengembangan fisik motorik anak usia dini. C. Materi 1. Peranan Guru dalam Mengembangkan Fisik Motorik Anak Usia Dini Peranan guru dalam perkembangan fisik motorik anak sangat penting. Guru memiliki peran utama dalam memberikan pengalaman dan bimbingan yang sesuai untuk mengembangkan keterampilan motorik anak. Berikut beberapa peranan guru dalam perkembangan fisik motorik anak: 1. Perencanaan dan menyediakan lingkungan yang mendukung. Guru perlu merencanakan dan menyediakan lingkungan yang aman, menarik, dan sesuai untuk anak bergerak dan mengembangkan keterampilan motoriknya. Ruang bermain yang memadai, peralatan bermain yang sesuai, dan pengaturan yang terorganisir dapat
58 membantu anak mengembangkan keterampilan motorik mereka dengan baik. 2. Memberikan panduan dan contoh. Guru dapat memberikan panduan dan contoh dalam melakukan gerakan fisik yang benar dan aman. Melalui model perilaku guru, anak dapat memperoleh pemahaman tentang teknik dan koordinasi gerakan yang tepat. 3. Menyediakan aktivitas fisik yang bervariasi. Guru dapat merencanakan dan menyediakan berbagai aktivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh secara keseluruhan, seperti permainan lari, melompat, bermain bola, dan aktivitas olahraga lainnya. Aktivitas ini membantu meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan koordinasi motorik kasar anak. 4. Mengidentifikasi dan memberikan intervensi dini. Guru perlu memantau perkembangan motorik kasar anak secara individual. Jika ada keterlambatan atau masalah dalam perkembangan motorik anak, guru dapat mengidentifikasinya dan memberikan intervensi dini. Hal ini melibatkan kerjasama dengan orang tua dan profesional kesehatan untuk membantu anak mengatasi hambatan perkembangan motoriknya. 5. Mendorong partisipasi dan kepercayaan diri. Guru dapat menciptakan lingkungan yang mendukung partisipasi aktif anak dalam aktivitas fisik. Melalui pujian, dorongan, dan umpan balik positif, guru dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri anak dalam melakukan gerakan fisik dan mengembangkan motivasi untuk berpartisipasi secara aktif. (Australian Government Department of Education, Employment and Workplace Relations, 2010).
59 2. Tugas Guru dalam Mengembangkan Fisik Motorik Anak Usia Dini Tugas guru dalam perkembangan fisik motorik anak meliputi berbagai aspek, termasuk pengamatan, penilaian, dan intervensi yang tepat untuk membantu anak mengembangkan keterampilan motoriknya. Berikut ini adalah tugas-tugas penting guru dalam perkembangan fisik motorik anak; 1. Mengamati dan memantau perkembangan motorik anak. Guru perlu melakukan pengamatan secara sistematis terhadap perkembangan motorik anak, termasuk kemampuan gerakan kasar dan halus. Dengan memantau perkembangan ini, guru dapat mengidentifikasi potensi keterlambatan perkembangan motorik dan memberikan intervensi yang diperlukan. 2. Menyediakan lingkungan yang mendukung. Guru bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendorong anak untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik. Lingkungan yang baik termasuk area bermain yang sesuai, peralatan yang aman, dan perencanaan ruang yang memadai untuk memfasilitasi aktivitas fisik anak. 3. Memberikan panduan dan bimbingan. Guru memiliki peran penting dalam memberikan instruksi yang jelas dan bimbingan yang efektif kepada anak dalam melakukan gerakan fisik yang benar. Dengan memberikan contoh, arahan verbal, dan umpan balik, guru membantu anak memahami dan mengembangkan keterampilan motorik dengan baik. 4. Merencanakan aktivitas fisik yang sesuai. Guru perlu merencanakan dan menyediakan berbagai aktivitas fisik yang memungkinkan anak mengembangkan keterampilan motorik mereka. Aktivitas ini harus disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan anak agar dapat
60 memberikan tantangan yang sesuai dan mempromosikan kemajuan motorik yang optimal. 5. Melibatkan orang tua dan kolaborasi dengan profesional lain. Guru perlu berkomunikasi secara aktif dengan orang tua untuk berbagi informasi tentang perkembangan motorik anak. Kolaborasi dengan profesional lain, seperti terapis fisik atau terapis okupasi, juga dapat membantu dalam mengidentifikasi dan memberikan intervensi yang diperlukan bagi anak dengan kebutuhan khusus dalam perkembangan motorik. (Gallahue & Goodway, 2018). D. Rangkuman 1. Peranan guru dalam perkembangan fisik motorik anak sangat penting. Guru memiliki peran utama dalam memberikan pengalaman dan bimbingan yang sesuai untuk mengembangkan keterampilan motorik anak. 2. Guru perlu merencanakan dan menyediakan lingkungan yang aman, menarik, dan sesuai untuk anak bergerak dan mengembangkan keterampilan motoriknya. Ruang bermain yang memadai, peralatan bermain yang sesuai, dan pengaturan yang terorganisir dapat membantu anak mengembangkan keterampilan motorik mereka dengan baik. 3. Melibatkan orang tua dan kolaborasi dengan profesional lain juga sebagai salah satu tugas guru. Guru perlu berkomunikasi secara aktif dengan orang tua untuk berbagi informasi tentang perkembangan motorik anak. E. Evaluasi Setelah membaca dan memahami materi pada kegiatan belajar 3 ini. Langkah selanjutnya agar supaya terlatih dan lebih memahami kegiatan belajar 3, silahkan mengerjakan tugas berikut: 1. Deskripsikan menurut anda seberapa penting peranan dan tugas seorang guru dalam mengembangkan fisik motorik anak usia dini! 2. Bagaimana tanggapanmu jika ada pendidik yang lalai terhadap peran dan tugas nya sebagai seorang guru?
61 3. Apa yang terjadi pada perkembangan fisik motorik anak jika tidak distimulasi dengan baik? 4. Kemukakan salah satu kegiatan yang dapat melibatkan orang tua dalam perkembangan fisik motorik anak Bersama guru! 5. Bagaimana cara mengamati dan memantau perkembangan fisik motorik anak?
62 BAB VIII SARANA DAN PRASARANA PENGEMBANGAN FISIK MOTORIK ANAK A. Tujuan Pembelajaran Bab ini disusun untuk menjadi bahan bagi mahasiswa terkait materi sarana dan prasarana pengembangan fisik motorik anak. Tujuan belajar yang akan dicapai adalah mahasiswa mampu menjelaskan pengertian saran dan prasarana, mengetahui kebutuhan saran dan prasarana dalam pengembangan fisik motorik anak, mengidentifikasi media belajar yang dapat mendukung pengembangan fisik motorik anak serta dapat mengidentifikasi sarana dan prasarana untuk anak yang mengalami hambatan fisik motorik. B. Indikator Setelah mempelajari sarana dan prasarana pengembangan fisik motorik anak, mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan pengertian sarana dan prasarana 2. Mengetahui kebutuhan saran dan prasarana dalam pengembangan fisik motorik anak 3. Mengidentifikasi media belajar yang dapat mendukung pengembangan fisik motorik anak 4. Mengidentifikasi sarana dan prasarana untuk anak yang mengalami hambatan fisik motorik C. Materi 1. Pengertian Sarana dan Prasarana Sarana adalah perangkat alat dan bahan yang menunjang program kegiatan pengembangan pendidikan anak usia dini, sedangkan prasarana adalah tempat kegiatan pendidikan anak usia dini yang memenuhi syarat tertentu. Sarana dan prasarana pengembangan keterampilan motorik adalah semua alat dan kelengkapan pengembangan yang digunakan anak usia dini
63 untuk memenuhi naluri bermainnya dan dimanfaatkan pendidik dalam mendukung kebrhasilan penyelengaraan pengembangan keterampilan motorik pada anak usia dini. (Rachman, 1997). Alat pengembangan keterampilan motorik merupak semua bentuk dan jenis benda/barang yang dapat digunakan untuk memperkaya perbendaharaan gerak (movement vocabulary) dalam proses pengembangan keterampilan motorik anak usia dini. Sedangkan kelengkapan keterampilan motorik adalah semua unsur penunjang yang dibutuhkan agar proses pengembangan motorik anak usia dini dapat terselenggara dengan optimal seperti halaman sekolah, lapangan bermain, gedung, dan ruang atau bangsal. 2. Kebutuhan Sarana dan Prasarana dalam Pengembangan Fisik Motorik Anak Berikut ini penjelasan tentang kebutuhan bermain anak menurut kelompok usia: Tabel 2. Kebutuhan sarana dan prasarana dalam pengembangan fisik motorik anak Kelompok Usia Perkembangan Bermain anak Kebutuhan sarana bermain 0-≤3 bulan • Masih berpusat pada kegiatan reflex. • Memainkan anggota tubuhnya secara berulangulang • Kotak musik, kerincingan atau rattle yaitu: mainan yang dapat digenggam dan digerakkan dengan tangan ke berbagai arah yang menghasilkan bunyi, gerakan tubuh orang dewasa di sekitar anak (menyanyi, bertepuk tangan, ciluk ba, bergumam, dll),
64 cermin, tanaman, dan gambar, dll. 3 - ≤6 bulan • Meraih benda yang ada dihadapannya. • Memasukan benda yang ada didekatnya ke dalam mulut. Senang menjatuh-jatuhkan benda, melakukan gerakan memukul-mukul. • Mulai berinteraksi dengan orang lain di luar dirinya, sehingga anak senang jika ada orang lain yang mengajaknya berbicara dan bermain. • Benda yang dapat diremas, ditepuktepuk, digenggam, dimasukkan ke dalam mulut, disentuh, seperti: cermin, alat main berbahan lunak (soft toys), alat main yang aman untuk digigit, kerincingan. Senang diajak bermain, berbicara, oleh orang dewasa di sekitarnya 6 - ≤9 bulan • Mulai merayap, merangkak, merambat dan bahkan mulai melatih dirinya untuk berjalan. • Mulai meniru berbagai perilaku yang dilkakukan oleh orang lain, misalnya tersenyum jika orang lain tersenyum pada dirinya, mengikuti suara-suara yang dikeluarkan oleh orang yang mengajaknya bermain • Mainan yang dapat ditendang, dipukul, digoyangkan, diusap, diremas, ditekan yang memunculkan bunyi atau gerakan tertentu. Buku cerita untuk dibacakan oleh orang dewasa yang ada di sekitarnya. 9 - ≤12 bulan • Meraih benda yang ada dihadapannya, memasukan benda kedalam mulut. • Mainan yang dapat dieksplorasi dengan cara diraba, disentuh,
65 senang menjatuh-jatuhkan benda Senang merambat di tembok dan berpegangan dengan benda yang menumpu dirinya untuk berdiri • Mulai lebih banyak mengamati orang lain disekitarnya. dipegang, dilempar, dipukul, ditendang, digigit dan dimasukkan ke dalam mulut, didorong, dan ditarik. 12 - ≤18 bulan • Mengeluarkan benda dari wadah, memasukkan benda ke dalam wadah. Senang berlari-lari dan menendangnendang. • Senang mengamati, dan kemudian meniru perilaku orang dewasa dan anak lain yang ada disekitarnya, sehingga pada usia ini mulai muncul main peran atau bermain pura-pura • Wadah dengan bendabenda yang dapat digenggam untuk dikeluarmasukkan ke dalam wadah, • Mainan yang dapat dibongkar pasang dan dibangun seperti: puzzle, balok lunak (soft block), kereta yang dapat dilepas dan dirangkai, mainan yang dapat ditendang, dst. • Alat-alat bermain peran makro yang sederhana, seperti: peralatan masakmasakan, pertukangan, dokterdokteran, telpon mainan, boneka, dsb
66 18 - ≤24 bulan • Senang menirukan perilaku dan ucapan orang lain dan mulai dapat bermain secara berdampingan dengan anak lain seiring dengan berkembangnya main peran pada anak • Bermain kosntruksi mulai muncul sehingga anak senang bermain dengan bahan alam disekitarnya. • Alat main yang dapat mendukung perkembangan motorik kasar, motorik halus, kemandirian, dan bermain peran, seperti: alat main yang bisa dikendarai, ditarik, didorong, diremas, boneka, alat bermain air dan pasir, tanah liat, ubleg, crayon, puzzel 1 keping dll. 2 - ≤4 tahun • Kegiatan bermain motorik kasar semakin beragam, sehingga pada masa ini anak senang dengan kegiatan yang mengasah keterampilan motorik kasar, seperti berjalan, menarik, mendorong, berlari, melompat, meloncat, menangkap, melempar dan keterampilan gerak lainnya. • Perkembangan bermain konstruksi juga semakin berkembang, sehingga anaksenang menggunting, merekatkan, menjahit, mencoret-coret, • Alat untuk bermain peran makro, seperti: boneka, pakaian, peralatan rumah tangga, peralatan profesi (kedokteran, pertukangan, dll) yang sesuai dengan ukuran anak. • Alat untuk bermain peran mikro, seperti: miniatur binatang, miniatur kendaraan, miniatur rumah, boneka-boneka kecil, dll
67 menggambar, meronceronce, pura-pura menulis, membuat bentuk dari tanah liat, membuat bangunan dari balok, pasir dan beragam benda lainnya. • Anak juga senang bermain beragam puzzle. • Alat bermain air dan pasir, seperti: ember, corong, canting, botol, pompa air, sekop, alat cetak, binatang2an dan pohon2an. • Balok unit, balok rakit (misalnya lego dll), balok berongga, atau alat main pembangunan lainnya seperti: balok dari kardus, mur dan baut berukuran besar, papan pasak berukuran besar, puzzle yang disesuaikan dengan tema pembangunan. • Alat bermain lukis/menggambar atau mencoret, seperti: krayon, cat warna, kapur, spidol, papan lukis. • Alat bermain motorik kasar, seperti: sepeda/ mobil-mobilan yang dikayuh dengan kaki, bola berukuran besar, dll
68 4 - ≤6 tahun • Kegiatan bermain peran menjadi lebih kompleks karena anak mulai bermain berdua atau bersama-sama di dalam kelompok teman sebaya. • Mereka akan mengimajinasikan dirinya sebagai ibu, ayah, adik, profesi tertentu yang mereka ketahui. • Kegiatan bermain peran pun sering dilakukan bersamaan dengan bermain konstruksi/pembangunan. Sebagai contoh: pada saat anak menata balok menjadi kebun binatang, anak akan menambahkan miniatur binatang dan memainkan binatang itu layaknya manusia yang mampu berbicara dan melakukan aktivitas apapun. • Kemampuan bahasa semakin meningkat sehingga interaksi dengan teman sebayanya semakin berkembang, untuk mengungkapkan beragam ide • Alat main peran: boneka, alat main kerumahtangga, alat main profesi seperti: kedokteran, pertukangan, pertanian, perdagangan dll. • Alat main gerak kasar: alat main untuk memanjat, berayun, memantulkan, menangkap, dan menendang, contoh: bola beraneka ukuran, ring basket/keranjang, bola tendang dan gawang, permainan beroda, sepeda roda tiga. • Alat bermain manipulasi, membangun, menyusun, seperti: papan pasak, papan jahit, balok, mainan susun. • Alat bermain air dan pasir, seperti: bak pasir/air, ember, gelas ukur, corong dari
69 mereka dalam kegiatan bermain. • Pada usia ini, kemampuan berhitung anak lebih baik dan seringkali menggunakan kemampuan tersebut dalam bermain. Oleh karena itu pada usia ini anak sudah tertarik dengan aksara dan angka. berbagai bahan, alat cetak, sekop, botol bekas. • Alat bermain adonan, seperti: aneka jenis tepung, tanah, pasir. f. Alat berkebun, seperti: bibit bunga dan buah, sekop, alat penyiram tanaman, cangkulcangkulan. • Alat main keaksaraan dan berhitung, klasifikasi, mengukur, memasangkan, meronce, seperti: kancing, tutup botol, biji-bijian. h. kegiatan permainan untuk kreativitas, seperti: krayon, kertas, alat tulis, lem, playdough, tanah liat, tali temali, lidi, stik es krim, glitter, janur, adonan melukis dengan jari (finger painting), ranting pohon, daun. • Gerak dan lagu, seperti: tape recorder, CD, alat
70 musik, alat musik tradisional, aneka suara. 3. Media Belajar yang Mendukung Pengembangan Fisik Motorik Anak a. Alat Permainan Edukatif (APE) Alat permainan edukatif merupakan semua alat yang digunakan anak usia dini untuk bermain/belajar yang mengandung nilai edukatif untuk mengoptimalkan perkembangan. Alat Permainan Edukatif untuk anak usia dini mencakup: alat main eksplorasi, alat main manipulatif, alat main sensorimotor, alat bermain sosial, motorik kasar, musik dan gerak, serta peralatan seni rupa. (Bronson: 1995 & Konsensus Mainan Anak Internasional, ICTI, Spanyol: 2006). Alat main ini dapat mengoptimalkan semua aspek perkembangan anak. 1) Alat main eksplorasi merupakan peralatan dan bahan main yang dapat membantu anak menemukan pengalaman dan hal baru. Alat dan bahan ini mencakup alat dan bahan bermain pembangunan, sains, bahan alam, dsb. Contoh: balok, playdough, pasir, potongan kertas, tanah liat, tutup botol, karton, dll. 2) Alat main manipulatif merupakan peralatan dan bahan main yang digunakan oleh anak secara bebas sesuai keinginan anak, dalam kondisi apapun tanpa aturan bermain dan bersifat tidak terstruktur. Contoh: alat dan bahan main pembangunan (seperti pasir, air, spidol, playdough, tanah liat, ubleg, tali, karet gelang), alat main yang diremas dan dirobek, kerincingan, dll. 3) Alat main sensorimotor merupakan alat dan bahan yang digunakan untuk menstimulasi panca indera dan gerakan. Contoh: benda-benda dengan berbagai warna, tekstur, aroma, ukuran, bentuk, bunyi dan suara; bendabenda yang dapat ditarik, didorong, diangkat, dilempar, dipukul, diremas, dll.
71 4) Alat main sosial merupakan alat dan bahan main yang diharapkan dapat membantu anak untuk mengembangkan kemampuan berinteraksi dengan orang lain. Alat dan bahan main ini merangsang anak untuk berimajinasi tentang dirinya, bermain peran dengan orang lain, kejadian di sekitar anak, mengenal profesi, dsb. 5) Alat main motorik kasar merupakan alat dan bahan main yang menunjang pengembangan keterampilan motorik kasar. Alat main motorik kasar ini dapat berupa peralatan untuk bermain tarik dan dorong, peralatan main luar ruangan (outdoor) seperti alat mainan yang dikendarai anak (sepeda, mobil-mobilan, dan sejenisnya), peralatan olah raga (seluncuran, papan titian, ayunan, panjatan, dan terowongan). 6) Alat main musik dan gerak merupakan benda-benda yang dapat menghasilkan suara dan bunyi, dapat berupa alat musik yang ditiup (misal: harmonika), dipukul (misal: gendang), dipetik (misal: gitar), dan benda apapun yang dapat menghasilkan bunyi (misal: kaleng yang dipukul, botol yang diisi dengan biji-bijian kemudian dikocok), tepuk tangan. 7) Peralatan seni rupa merupakan alat yang membangun kemampuan anak dalam mengungkapkan ekspresi seni dan membangun kepekaan terhadap keindahan, seperti: kuas, cat, ubleg, playdough, kertas warna, krayon, spidol, pewarna alami, bahan alam, dll. Semua alat dan bahan main tersebut harus sesuai dengan standar keamanan. Alat Permainan Edukatif dapat juga meggunakan alat-alat yang ada disekitar meskipun fungsi utamanya bukan sebagai alat main. Dengan kemampuan dan kreativitas pendidik, alat-alat yang ada di sekitar dapat dijadikan sebagai alat bantu/pendukung dalam kegiatan bermain anak, misalnya: meja dan kursi dapat digunakan untuk bermain peran mobil-mobilan sesuai imajinasi anak, dengan pendampingan orang dewasa.
72 b. Alat Peraga Edukatif Alat peraga edukatif merupakan alat yang digunakan pendidik untuk membantu menyampaikan bahan belajar supaya lebih dimengerti oleh anak. c. Literature Literature merupakan sumber bahan belajar baik berupa media cetak atau media elektronik. 4. Sarana dan Prasarana untuk Anak dengan Hambatan Fisik Motorik a. Ruang untuk pengembangan diri Fungsinya adalah untuk melatih kemampuan pengembangan diri sehari-hari seperti: makan, minum, kebersihan badan (gosok gigi, mandi), berpakaian, membuka sepatu, memakai sepatu, dan lain-lain). Alat-alat yang dibutuhkan di antaranya peralatan mandi, makan (pegangan sendok diperbesar) dan minum (pegangan cangkir diperbesar), kursi dan meja melingkar badan. b. Ruang untuk pengembangan gerak Fungsinya untuk melatih gerakan keseimbangan, dan mobilitas. Peralatan yang diperlukan di antaranya adalah: 1) Meja dan kursi guru yang kuat, stabil dan aman. 2) Papan keseimbangan (dapat dibuat dari balok ukuran panjang 3 m, lebar 15 cm, tebal 10 cm, tinggi 20 cm dari lantai). 3) Papan keseimbangan setengah lingkaran. Fungsinya untuk latihan kesimbangan dalam posisi duduk dan tengkurap. 4) Kursi roda. Fungsinya sebagai alat bantu bergerak. 5) Walker. Fungsinya sebagai alat bantu berjalan. 6) Kruk dengan tumpuan di siku dan kruk dengan tumpuan di ketiak. Fungsinya untuk membantu berjalan. 7) Kantong pasir. Fungsinya untuk pemberat dan penstabil kesimbangan. 8) Bola besar (Physioball), bolster swing.
73 D. Rangkuman Sarana dan prasarana dalam pengembangan pendidikan anak usia dini mencakup beragam alat dan bahan yang mendukung kegiatan pengembangan keterampilan motorik. Untuk anak usia 0-≤3 bulan, mereka memerlukan alat seperti kotak musik, kerincingan, cermin, dan gambar. Sedangkan anak usia 2 - ≤4 tahun, membutuhkan alat main peran, gerak kasar, manipulasi, dan alat untuk bermain lukis/menggambar. Media belajar yang mendukung pengembangan fisik motorik anak meliputi alat permainan edukatif (APE) yang memiliki nilai edukatif, alat peraga edukatif untuk membantu penyampaian bahan belajar, dan literature sebagai sumber bahan belajar. Adapun untuk anak dengan hambatan fisik motorik, diperlukan ruang yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan diri dan gerak, serta alat-alat seperti kursi roda, walker, kruk, dan papan keseimbangan untuk membantu mobilitas dan latihan keseimbangan. Semua ini bertujuan untuk mendukung anak dalam mencapai perkembangan fisik motorik yang optimal. E. Evaluasi 1. Apa pengertian sarana dan prasarana dalam pengembangan pendidikan anak usia dini? 2. Bagaimana kebutuhan sarana dan prasarana berbeda untuk setiap kelompok usia anak dalam pengembangan fisik motorik? 3. Apa saja jenis alat permainan edukatif yang mendukung perkembangan fisik motorik anak? 4. Apa peran alat peraga edukatif dalam proses belajar mengajar? 5. Bagaimana sarana dan prasarana yang diperlukan untuk anak dengan hambatan fisik motorik?
74 BAB IX PROGRAM PENGEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI A. Tujuan Pembelajaran Bab ini disusun untuk menjadi bahan bagi mahasiswa terkait materi program pengembangan fisik motorik anak usia dini. Tujuan belajar yang akan dicapai adalah mahasiswa mampu menjelaskan program pengembangan motorik kasar anak usia dini dan kegiatan program pengembangan motorik kasar anak usia dini B. Indikator 1. Menjelaskan program pengembangan motorik kasar anak usia dini. 2. Membuat kegiatan program pengembangan motorik kasar anak usia dini. C. Materi 1. Program Pengembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini. Program pengembangan motorik kasar anak adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk membantu anak mengembangkan keterampilan motorik kasar mereka. Program ini bertujuan untuk mempromosikan kekuatan, keseimbangan, koordinasi, dan keterampilan motorik kasar yang baik pada anak usia dini. Berikut adalah beberapa komponen yang dapat dimasukkan dalam program pengembangan motorik kasar anak: 1. Aktivitas fisik yang beragam. Program ini harus mencakup berbagai jenis aktivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh secara keseluruhan. Contohnya termasuk berlari, melompat, merangkak, bermain bola, bermain permainan tradisional, dan berpartisipasi dalam olahraga. Aktivitas ini membantu anak mengembangkan
75 kekuatan otot, koordinasi tubuh, dan keterampilan motorik kasar yang diperlukan. 2. Latihan keseimbangan. Program ini dapat mencakup latihanlatihan keseimbangan yang dirancang khusus, seperti berjalan pada balok sempit, berdiri di satu kaki, atau bermain permainan yang membutuhkan keseimbangan tubuh. Latihan keseimbangan membantu anak meningkatkan kontrol tubuh dan keterampilan keseimbangan yang penting untuk kegiatan sehari-hari. 3. Permainan bermain dan bergerak. Menggunakan permainan dan aktivitas bermain yang melibatkan gerakan fisik dapat membuat pengembangan motorik kasar menjadi menyenangkan dan menarik bagi anak. Permainan seperti "red rover", "simon says", atau "duck, duck, goose" dapat membantu mengembangkan kekuatan otot, keterampilan koordinasi, dan kecepatan anak. 4. Lingkungan yang aman dan mendorong. Program ini harus memastikan bahwa lingkungan di mana anak berpartisipasi dalam aktivitas fisik aman dan mendukung perkembangan motorik kasar mereka. Ini mencakup penggunaan peralatan dan fasilitas yang aman, pengawasan yang memadai, dan penyesuaian aktivitas sesuai dengan kemampuan dan perkembangan individu anak. 2. Kegiatan Program Pengembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini Ular Tangga Permainan ular tangga memiliki manfaat yang positif untuk perkembangan motorik kasar anak usia dini. Berikut adalah beberapa manfaat permainan ular tangga dalam pengembangan motorik kasar anak: • Pengembangan keterampilan koordinasi: Permainan ular tangga melibatkan gerakan naik dan turun tangga dengan kaki dan tangan. Ini membantu anak mengembangkan koordinasi antara gerakan
76 tangan dan kaki mereka serta meningkatkan keterampilan koordinasi motorik kasar secara keseluruhan. • Peningkatan kekuatan otot: Aktivitas naik dan turun tangga dalam permainan ular tangga melibatkan penggunaan otot-otot tubuh bagian bawah, termasuk otot kaki dan otot inti. Hal ini membantu meningkatkan kekuatan otot dan kestabilan tubuh anak. • Pengembangan keseimbangan: Saat anak bergerak di atas tangga yang sempit dalam permainan ular tangga, mereka harus mempertahankan keseimbangan tubuh mereka. Ini membantu anak mengembangkan keterampilan keseimbangan yang penting untuk berbagai aktivitas fisik sehari-hari. • Peningkatan kesadaran spasial. Permainan ular tangga melibatkan anak dalam bergerak di atas tangga yang memiliki pola dan ruang tersendiri. Ini membantu meningkatkan kesadaran spasial anak, yaitu kemampuan untuk memahami dan mengatur tubuh mereka dalam hubungannya dengan ruang dan objek di sekitarnya. • Stimulasi aktivitas fisik: Permainan ular tangga melibatkan anak dalam gerakan fisik yang aktif, yang meningkatkan kebugaran fisik dan membantu menjaga gaya hidup sehat pada anak usia dini. Permainan ular tangga dapat dimodifikasi sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuan motorik anak. Penting untuk memastikan bahwa permainan tersebut aman dan sesuai dengan usia anak, serta memberikan pengawasan dan bimbingan saat mereka bermain. (Barnett, dkk 2016). Gambar 6. Anak bermain ular tangga
77 D. Rangkuman Program pengembangan motorik kasar anak adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk membantu anak mengembangkan keterampilan motorik kasar mereka. Program ini bertujuan untuk mempromosikan kekuatan, keseimbangan, koordinasi, dan keterampilan motorik kasar yang baik pada anak usia dini. Berikut adalah beberapa komponen yang dapat dimasukkan dalam program pengembangan motorik kasar anak: Aktivitas fisik yang beragam. Program ini harus mencakup berbagai jenis aktivitas fisik yang melibatkan gerakan tubuh secara keseluruhan. Contohnya termasuk berlari, melompat, merangkak, bermain bola, bermain permainan tradisional, seperti ular tangga yang langsung dimainkan anak sehingga anak berlompat setelah memainkan dadu. E. Evaluasi Setelah membaca dan memahami materi pada kegiatan belajar ini. Langkah selanjutnya agar supaya terlatih dan lebih memahami kegiatan belajar silahkan mengerjakan tugas berikut: 1. Jelaskan salah satu kegiatan yang dapat melatih keseimbangan anak usia dini! 2. Mengapa lingkungan aman menjadi salah satu komponen perancangan fisik motorik anak usia dini? 3. Dari keempat komponen tersebut, manakah komponen yang paling utama saar perancangan program fisik motorik anak? 4. Buatlah rancangan program kegiatan untuk pengembangan motorik kasar pada anak usia dini! 5. Setelah membuat kegiatan bandingkan apakah terdapat ada perkembangan motorik kasar sebelum dan setelah kegiatan!
78 DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Kasina dan Hikmah. 2005. Perlindungan dan Pengasuhan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Adolph, K. E., & Berger, S. E. (2018). Motor Development. Wiley interdisciplinary Reviews: Cognitive Science, 9(1), e1442. Australian Government Department of Education, Employment and Workplace Relations. (2010). Belonging, Being and Becoming: The Early Years Learning Framework for Australia. Berk, L. E. (2013). Child Development. Pearson Berk, L. E., & Meyers, A. B. (2016). Infants and Children: Prenatal Through Middle Childhood. Pearson. Barnett, L. M., Lai, S. K., Veldman, S. L. C., Hardy, L. L., Cliff, D. P., Morgan, P. J., . . . Lubans, D. R. (2016). Correlates of gross motor competence in children and adolescents: A systematic review and meta-analysis. Sports Medicine, 46(11), 1663-1688. Cahyani, M. R. (2021). PENGEMBANGAN MODEL GERAK DASAR LOKOMOTOR, NON LOKOMOTOR, DAN MANIPULATIF UNTUK KELOMPOK USIA DINI. Crawford, S. G., Wilson, B. N., & Dewey, D. 2001. Identifying developmental coordination disorder: consistency between test. Phys Occup Ther Pediatrs, 20: 29-50. Fitriani, R. 2018. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. Jurnal Golden Age Hamzanwadi University. 3(1): 25-34. Guyton, A.C. 1981. Text Book of Physiology. Phyladelpia: WB Sounders Company.
79 Hadi, H., Royana, I. F., & Setyawan, D. A. (2017). Keterampilan gerak dasar anak usia dini pada taman kanak-kanak (tk) di kota surakarta. Jurnal Ilmiah Penjas (Penelitian, Pendidikan dan Pengajaran), 3(2). Hardman, D., Egan, and Wolf. 1990. Human Exceptional Children, Ohio:Merril Publishing Company, Columbus. Hurlock, Elizabeth B. 1998. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga. Hurlock, Elizabeth B. 2003. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Santrock, John W. 2002. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga. Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta: Erlangga. Seefeldt, Carol dan Wasik, Barbara A. 2008. Pendidikan Anak Usia Dini: Menyiapkan Anak Usia Tiga, Empat dan Lima Tahun Masuk Sekolah. Jakarta: Indeks. Smith, L. B., Thelen, E., Titzer, R., & McLin, D. 1999. Knowing in the context of acting: The task dynamics of the A-not-B error. Psychological Review, 106(2): 235-260. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sugiyanto dan Sudjarwo. 1992. Perkembangan dan Belajar Gerak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Wahyudin, U. & Agustin, M. 2012. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini: Panduan untuk Guru, Tutor, Fasilitator, dan Pengelola Pendidikan Anak Usia Dini. Bandung: Refika Aditama. World Health Organization (WHO). (2021). Guidelines on Physical Activity, Sedentary Behaviour and Sleep for Children Under