KERAJAAN KEDIRI Disusun Oleh: Novi Salas R SMK Negeri 2 Semarang Jl, Dr. Cipto No. 121A, Semarang
I. Sejarah Kerajaan Kediri Kerajaan Kediri bermula dari perintah Raja Airlangga untuk membagi kerajaan menjadi dua bagian pada tahun 1041 Masehi.Wilayah kerajaan Raja Airlangga dikenal sebagai Kahuripan. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan Brahmana sakti bernama Empu Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal sebagai Kerajaan Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri). Kerajaan ini dibatasi oleh Gunung Kawi dan Sungai Brantas, seperti dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab Negarakertagama (1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M). Pada awal masa perkembangan, Kerajaan Kediri tidak banyak diketahui orang. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang dikeluarkan Kerajaan Jenggala hanya memberitakan adanya perang saudara antara Jenggala dan Kediri sepeninggal Raja Airlangga.Sejarah Kerajaan Kediri atau Panjalu mulai diketahui oleh adanya Prasasti Sirah Keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa. Sebelum Sri Jayawarsa, hanya raja Sri Samarawijaya yang diketahui. Letak kerajaan Kerajaan Kediri yakni di daerah Jawa Timur. Kerajaan Kediri berpusat di Daha, atau sekitar Kota Kediri sekarang. Pusat Kerajaan Kediri tersebut terletak di tepi Sungai Brantas, yang masa itu sudah menjadi jalur pelayaran yang ramai. II. Silsilah Raja-Raja di Kerajaan Kediri A. Sri Samarawijaya Sri Samarawijaya adalah raja pertama dari Kerajaan Kadiri. Pemerintahannya dimulai dari tahun 1042. Sri Samarawijaya memiliki gelar lengkap Sri Samarawijaya Dharmasuparnawahana Teguh Uttunggadewa. Dalam prasasti Pucangan (tahun 1041) Samarawijaya memiliki jabatan sebagai Rakryan Mahamantri. Pada masa kekuasan Raja Airlangga dan raja-raja sebelum Airlangga, jabatan ini paling tinggi setelah raja. Jabatan ini mirip dengan status putra mahkota, pada umumnya dijabat oleh putra atau menantu raja. Pemerintahan Raja Samarawijaya dikenal sebagai masa bayangan karena pada masa ini tidak ada bukti prasasti sama sekali. Berdasarkan cerita dalam prasasti Pamwatan dan prasasti Gandhakuti, Raja Samarawijaya naik tahta di saat Airlangga turun tahta menjadi seorang pendeta. Akhir pemerintahan dari Raja Samarawijaya tidak diketahui pasti. Prasasti yang menceritakan nama Raja Kadiri selanjutnya adalah prasasti Sirah Keting tahun 1104 M. Prasasti ini dibuat oleh Raja Sri Jayawarsa. Tidak diketahui apakah Raja Sri Jayawarsa
merupakan pengganti dari Raja Sri Samarawijaya, ataukah masih ada raja lainnya di antara keduanya. B. Sri Jayawarsa Sri Jayawarsa memerintah di tahun 1104 M. Sri Jayawarsa bergelar Sri Maharaja Jayawarsa Digjaya Sastraprabhu. Tidak diketahui kapan pastinya Raja Jayawarsa naik takhta sebagai raja Kerajaan Kediri. Kisah Raja Jayawarsa tercatat dalam prasasti Sirah Keting tahun 1104 M. Dalam prasasti ini dikisahkan jika Sri Jayawarsa sangat mencintai semua rakyatanya. Bahkan dirinya selalu berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat. Prasasti Sirah Keting berisi tentang pengesahan desa Marjaya sebagai tanah perdikan atau sima swatantra. Tidak diketahui secara pasti kapan Raja Jayawarsa turun takhta. Dari prasasti Panumbangan (tahun 1120 M) hanya menyebut makamnya yakni di daerah Gajapada. C. Raja Bameswara Raja Bameswara disebut sebagai raja yang berkuasa selanjutnya di Kerajaan Kediri. Hal ini diketahui dari isi prasasti Pikatan tahun 1117 M. Masa pemerintahan Raja Bameswara banyak catatan yang ditemukan. Prasastiprasasti ini ditemukan di wilayah Tulungagung dan Kertosono. Dalam prasasti tersebut banyak memuat masalah keagamaan. Dari kondisi ini bisa diketahui kondisi pemerintahan yang sangat baik.Tidak diketahui, kapan raja Brameswara turun tahta.. D. Sri Jayabaya Dari catatan yang ada, SriJayabaya berkuasa sekitar tahun 1135 M hingga 1157 M. Raja ini bergelar Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa. Pada masa pemerintahan Jayabaya, Kerajaan Kediri mencapai puncaknya. Pada masa itu, Panjalu mampu mengalahkan Jenggala dan menguasai seluruh takhta Airlangga. Dalam pemerintahan Jayabaya, seluruh wilayah Kediri bisa bersatu. Banyak catatan prasasti yang ditinggalkan pada masa ini. Catatan prasasti yang ditemukan yakni prasasti Hantang (tahun 1135 M), prasasti Talan (tahun 1136 M), dan prasasti Jepun (tahun 1144 M). Tidak hanya itu, terdapat juga karya sastra berupa kakawin Bharatayuddha (tahun 1157 M). Dalam babad Tanah Jawi dan Serat Aji Pamasa disebut jika Raja Jayabaya merupaka titisan Dewa Wisnu. Raja ini memimpin negara yang bernama Widarba dengan ibu kota di Mamenang. Ayah Jayabaya adalah Gendrayana. Gendrayana merupakan putra dari Yudayana, putra dari Parikesit, putra dari Abimanyu, putra dari Arjuna dari keluarga Pandawa. Permaisuri Raja Jayabaya bernama Dewi Sara. Jayabaya diketahui memiliki 4 anak yakni Jayaamijaya, Dewi Pramesti, Dewi Pramuni
dan Dewi Sasanti. Jayaamijaya menurunkan raja-raja di tanah Jawa, bahkan sampai Kerajaan Majapahit dan juga Kerajaan Mataram Islam. Sedangkan Pramesti menikah dengan Astradarma raja dari Yawastina, melahirkan seorang anak bernama Anglingdarma raja dari Malawapati. Dalam pemerintahannya Jayabaya menerapkan strategi untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyatnya. Kerajaan pada masa ini sangat makmur, baik dari pertanian maupun perdagangan. Secara ekonomi rakyat Kediri hidupnya terjamin. Kekuasaan kerajaan juga meluas hingga seluruh pulau Jawa dan Sumatera. Jayabaya turun tahta dengan cara muksa atau hilang tanpa meninggalkan jasad. Sebelum menghilang, Jayabaya bertapa terlebih dahulu di Desa Menang Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri. Setelahnya, mahkota (kuluk) dan juga pakaian kebesarannya (ageman) dilepas, kemudian raja Jayabaya menghilang.Jayabaya terkenal dengan ramalannya, Jangka Jayabaya. Ramalan ini beberapa sudah terbukti kebenarannya di era peradaban modern saat ini. E. Sri Sarweswara Raja Sri Sarweswara memerintah pada tahun 1159 – 1161. Raja ini bergelar Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri Sarweswara Janardanawatara Wijaya Agrajasama Singhadani Waryawirya Parakrama Digjaya Uttunggadewa. Sri Sarwaswera adalah salah satu raja Kediri yang terkenal sebagai raja yang sangat religius dan juga berbudaya. Hal ini dikisahkan dalan Prasasti Padelegan II tahun 1159 M dan Prasasti Kahyunan tahun 1161 M. Sebagai raja yang taat agama dan budaya, prabu Sarwaswera memegang teguh dengan prinsip tat wam asi yang artinya Dikaulah itu. Pemikiran ini berarti dikaulah (semuanya) itu, semua makhluk ialah engkau. Tujuan hidup manusia menurut dari prabu Sarwaswera yang terakhir ialah moksa, yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan menuju benar ialah sesuatu yang menuju kearah kesatuan dan segala sesuatu yang menghalangi kesatuan ialah tidak benar. Tidak diketahui secara pasti kapan Raja Sri Sarweswara turun takhta. Berdasarkan isi prasasti Angin tahun 1171 M, raja selanjutnya yang memimpin Kerajaan Kediri adalah Raja Sri Aryeswara. F. Sri Aryeswara Sri Aryeswara adalah raja Kediri yang berkuasa pada tahun 1171 M. Raja ini bergelar Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka. Pemerintahan Sri Aryeswara diketahui dari prasasti Angin, tanggal 23 Maret 1171. Prasasti tersebut menyebut bahwa raja yang kelima dari Kerajaan Kediri adalah Sri Aryeswara yang bergelar Sri Maharaja Rake Hino Sri Aryeswara Madhusudanawatara Arijamuka. Sementara lambang dari pemerintahannya adalah Ganesha. Hanya sedikit catatan yang bisa diketahui tentang raja ini. Dari prasasti Jaring disebut, kekuasaan Sri Aryeswara dilanjutkan oleh raja Sri Gandra.
G. Sri Gandra Raja Sri Gandra berkuasa pada 1811 M. Gelar yang dipangkunya adalah Sri Maharaja Koncaryadipa Handabhuwanapadalaka Parakrama Anindita Digjaya Uttunggadewa Sri Gandra. Masa kepemimpinan raja Sri Gandra terkutip dalam prasasti Jaring (1181 M). Prasasti tersebut menceritakan sang raja yang mengabulkan keinginan rakyat Desa Jaring tentang anugerah raja sebelumnya yang belum terwujud. Pengabulan permohonan ini disampaikan melalui senapati Sarwajala. Di prasasti tersebut juga diceritakan adanya nama hewan yang digunakan untuk menunjukkan tinggi rendahnya kepangkatan dalam istana. Nama yang tersebut misalnya Menjangan Puguh, Lembu Agra dan Macan Kuning. Tidak diketahui kapan pastinya berakhirnya pemerintahan Raja Sri Gandra. Raja dari Kadiri ini selanjutnya berdasarkan isi dari prasasti Semanding pada tahun 1182 adalah Raja Sri Kameswara.. H. Sri Kameswara Sri Kameswara adalah raja ketujuh dari Kerajaan Kediri, hal ini tercantum dalam Prasasti Ceker tahun 1182 M serta Prasasti Kakawin Smaradhan. Masa pemerintahan raja Sri Kameswara sekitar tahun 1180 M – 1190 M. Raja ini bergelar Sri Maharaja Sri Kameswara Triwikramawatara Aniwariwirya Anindhita Digjaya Uttunggadewa. Di masa pemerintahan Sri Kameswara seni sastra berkembang sangat pesat. Salah satunya adanya Kitab Smaradhana karangan dari Mpu Dharmaja. Kitab ini berkisah tentang cerita rakyat seperti cerita Panji Semirang. Mpu Dharmaja juga menuliskan kisah tentang kelahiran dari Dewa Ganesha, yaitu dewa berkepala gajah yang merupakan anak dari Dewa Siwa. Ganesha menjadi lambang dari Kerajaan Kadiri sebagaimana yang tercatat dalam prasasti-prasasti. Beberapa peninggalan sejarah pada masa pemerintahan ini diantaranya, prasasti Semanding (1182 M) dan prasasti Ceker (1185 M). I. Sri Kertajaya Sri Maharaja Kertajaya adalah raja terakhir dari Kerajaan Kediri. Raja ini berkuasa pada tahun 1194 M – 1222 M. Di masa raja Kertajaya, Kediri jatuh karena serangan kerajaan Tumapel atau Singashari. Raja Kertajaya memiliki gelar Sri Maharaja Sri Sarweswara Triwikramawatara Anindita Srenggalancana Digjaya Uttunggadewa. Nama Raja Kertajaya tercatat dalam teks Nagarakertagama (tahun 1365) yang ditulis setelah zaman Kerajaan Kadiri. Sementara dalam teks Pararaton Raja Kertajaya disebut dengan nama Prabu Dandhang Gendis. Bukti sejarah masa pemerintahan Raja Kertajaya diantaranya tertuang dalam prasasti Galunggung (tahun 1194), prasasti Kamulan (tahun 1194), prasasti Palah (tahun 1197), dan prasasti Wates Kulon (tahun 1205). Kestabilan pemerintahan Kerajaan Kediri pada pemerintahan raja Kertajaya mulai menurun. Kondisi ini karena raja bermaksud mengurangi hakhak kaum Brahmana. Sang prabu ingin disembah sebagai dewa, kaum Brahmana menentang keputusan tersebut. Mereka memilih lari dan meminta bantuan dari kerajaan Tumapel dibawah kepemimpinan Ken Arok. Mengetahui
hal ini, Raja Kertajaya lalu mempersiapkan pasukan untuk menyerang Tumapel. Sementara itu. Ken Arok dan dukungan kaum Brahmana melakukan serangan balik ke Kerajaan Kediri. Kedua pasukan itu telah bertemu di dekat Ganter (1222 M). Dalam pertempuran tersebut pasukan Kediri berhasil dikalahkan. Raja Kertajaya berhasil meloloskan diri , namun sayang nasibnya tidak diketahui. Sejak saat itu kekuasaan Kerajaan Kediri berakhir dan menjadi kekuasaan Tumapel. Itu tadi silsilah raja-raja yang memimpin Kerajaan Kediri. Hingga saat ini beberapa peninggalan besar Kerajaan Kediri ditemukan di sejumlah wilayah di luar Kediri. Hal ini membuktikan jika Kerajaan Kediri merupakan kerajaan besar di Nusantara. III. Kehidupan Ekonomi, Politik dan Budaya 1. Kehidupan Politik Kerajaan Kediri Dalam persaingan antara Panjalu dan Kediri, ternyata Kediri yang unggul dan menjadi kerajaan yang besar kekuasaannya. Raja terbesar dari Kerajaan Kediri adalah Jayabaya (1135–1157). Jayabaya ingin mengembalikan kejayaan seperti masa Airlangga dan berhasil. Panjalu dan Jenggala dapat bersatu kembali. Lencana kerajaan memakai simbol Garuda Mukha simbol Airlangga. Pada masa pemerintahannya kesusastraan diperhatikan. Empu Sedah dan Empu Panuluh menggubah karya sastra kitab Bharatayudha yang menggambarkan peperangan antara Pandawa dan Kurawa yang untuk menggambarkan peperangan antara Jenggala dan Kediri. Empu Panuluh juga menggubah kakawin Hariwangsa dan Gatotkacasraya. Jayabaya juga terkenal sebagai pujangga yang ahli meramal kejadian masa depan, terutama yang akan menimpa tanah Jawa. Ramalannya terkenal dengan istilah “Jangka Jayabaya". Raja Kediri yang juga memperhatikan kesusastraan ialah Kameswara. Empu Tan Akung menulis kitab Wartasancaya dan Lubdaka, sedangkan Empu Dharmaja menulis kitab Smaradahana. Di dalam kiitab Smaradahana ini Kameswara dipuji-puji sebagai titisan Kamajaya, permaisurinya ialah Sri Kirana atau putri Candrakirana. Raja Kediri yang terakhir ialah Kertajaya yang pada tahun 1222 kekuasaannya dihancurkan oleh Ken Arok sehingga berakhirlah Kerajaan Kediri dan muncul Kerajaan Singasari. 2. Kehidupan Sosial Ekonomi Kerajaan Kediri Pada masa Kejayaan Kediri, perhatian raja terhadap kehidupan sosial ekonomi rakyat juga besar. Hal ini dapat dibuktikan dengan karya-karya sastra saat itu, yang mencerminkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat saat itu. Di antaranya kitab Lubdaka yang berisi ajaran moral bahwa tinggi rendahnya martabat manusia tidak diukur berdasarkan asal dan kedudukan, melainkan berdasarkan kelakukannya.
Berdasarkan kronik-kronik Cina maka kehidupan perekonomian rakyat Kediri dapat dikemukakan sebagai berikut. 1. Rakyat hidup dari pertanian, peternakan dan perdagangan. 2. Kediri banyak menghasilkan beras. 3. Barang-barang dagangan yang laku dipasaran saat itu antara lain emas, perak, gading dan kayu cendana. 4. Pajak rakyat berupa hasil bumi, seperti besar dan palawija. Adapun kehidupan sosialnya sebagai berikut. 1. Rakyat Kediri pada umumnya memiliki tempat tinggal yang baik, bersih, dan rapi. 2. Hukuman yang dilaksanakan ada dua macam, yakni hukuman denda (berupa Emas) dan hukuman mati(khususnya bagi pencuri dan perampok). 3. Kehidupan Kebudayaan, Khususnya Sastra Kerajaan Kediri Di bidang kebudayaan, khususnya sastra, masa Kahuripan dan Kediri berkembang pesat, antara lain sebagai berikut. 1) Pada masa Dharmawangsa berhasil disadur kitab Mahabarata ke dalam bahasa Jawa Kuno yang disebut kitab Wirataparwa. Selain itu juga disusun kitab hukum yang bernama Siwasasana. 2) Di zaman Airlangga disusun kitab Arjuna Wiwaha karya Empu Kanwa. 3) Masa Jayabaya berhasil digubah kitab Bharatayudha oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Disamping itu, Empu Panuluh juga menulis kitab Hariwangsa dan Gatotkacasraya. 4) Masa Kameswara berhasil ditulis kitab Smaradhahana oleh Empu Dharmaja. Kitab Lubdaka dan Wertasancaya oleh Empu Tan Akung. IV. Peninggalan Kerajaan Kediri Kerajaan Kediri adalah salah satu Kerajaan Hindu yang letaknya di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur. Kerajaan Kediri berdiri sekitar abad ke-12 ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Keberadaan Kerajaan Kediri dibuktikan lewat beberapa peninggalan sejarah. Beberapa peninggalan sejarah tersebut ialah: a) Prasasti Ngantang Pemberian tanah juga pernah dilakukan oleh Raja Jayabaya. Dari prasasti Ngantang yang dibuat tahun 1.135 Masehi, diketahui Jayabaya menghadiahi tanah kepada rakyat Desa Ngantang dan membebaskan pajaknya.
b) PrasastiJaring c) Prasasti Kamulan d) Kresnayana Angka yang tertera di prasasri Jaring yakni 1.194 Masehi. Namun berbeda dengan prasasti jarring berisi nama-nama hewan. Beberapa nama hewan yang tertera yakni Kebo waruga dan Tikus Janata. Prasasti Kamulan berangka 1.194 Masehi. Prasasti ini menceritakan kekuasaan Raja Kartajaya. Pada masa pemerintahan Raja Kartajaya, Kerajaan Kediri berhasil mengusir musuh-musuhnya. Pada masa Kerajaan Kediri, karya sastra mengalami kemajuan yang luar biasa. Kerajaan Kediri menghasilkan berbagai karya sastra salah satunya Krsenayana. e) Kitab Kakawin Bharatayudha Kitab Bharatayudha dikarang oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh pada 1.157, di masa pemerintahan Raja Jayabaya. f) Kitab Arjuna Wiwaha Kitab Arjuna Wiwaha dikarang oleh Empu Kanwa. Ceritanya berisi tentang perkawinan Raja Airlangga dengan seorang putri dari Kerajaan Sriwijaya.
g) Prasasti Sirah Keting h) Candi Penataran Prasasti Sirah Keting dibuat tahun 1.104 Masehi. Prasasti ini menceritakan Jayaswara, Raja Kediri yang menghadiahi rakyatnya tanah. Salah satu candi peninggalan Kerajaan Kediri adalah Candi Penataran, terletak di lereng Gunung Kelud, Blitar, Jawa Timur. Kondisi Candi Penataran cukup terpelihara dan dijadikan tempat wisata. Di kompleks ini terdapat candi lain, sungai, hingga balai pendopo. i) Candi Mirigambar Lokasinya berada di daerah Sumbergempol, Tulungagung. Dibangun pada 1214 Saka, Candi Mirigambar memiliki relief unik dengan ukiran berbentuk sosok perempuan dan laki-laki. j) Arca Buddha Vajrasattva Kerajaan Kediri juga mempunyai peninggalan berupa patung sebagai media keagamaan dalam memuja Dewa. Arca Buddha Vajrassatva adalah patung peninggalan kerajaan Kediri pada abad ke-10 yang sekarang menjadi koleksi Museum fur Indische Kunst di Berlin, Jerman. V. RUNTUHNYA KERAJAAN KEDIRI Kerajaan Kediri runtuh saat terjadinya Pertempuran Ganter pada tahun 1222 M. Peperangan ini merupakan perang antara Kertajaya melawan kaum Brahmana dan Ken Arok. Yang melatar belakangi terjadinya pertempuran ini. Jadi, ini semua berawal dari keinginan Kertajaya yang ingin disembah layaknya Tuhan oleh para kaum Brahmana. Hal ini tentu saja memicu kemarahan kaum Brahmana. Kaum Brahmana merupakan orang-orang yang mengerti tentang agama. Karena menurut kaum Brahmana yang pantas disembah adalah Tuhan, bukan malah Raja Kertajaya. Pada akhirnya, kaum Brahmana pun meminta pertolongan pada Ken Arok untuk melawan Kertajaya. Setelah
melalui peperangan panjang, akhirnya Kerajaan Kediri pun runtuh. Kemudian, kaum Brahmana pun memberikan gelar raja kepada Ken Arok. Jadi, inilah awal mula Ken Arok mendirikan Kerajaan Singasari. VI. Kesimpulan Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu adalah sebuah kerajaan besar yang berdiri pada abad ke-12 antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan Kediri bercorak Hindu. Masa kejayaan kerajaan ini ialah pada masa pemerintahan Raja Jayabaya. Sumber sejarahnya yaitu, Prasasti Ngantang, Prasasti Sirah Keting, Prasasti Jaring, Prasasti Kamulan, Kresnayana, Kitab Kakawin Bharatayudha, Candi Penataran, Arca Buddha Vajrasattva, dll. VII. Daftar Rujukan 1. Wulandari, Trisna . 2021. Kerajaan Kediri: Sejarah Berdiri, Masa Kejayaan, dan Keruntuhan. [Internet]. Tersedia di: https://www.detik.com/edu/detikpedia/d5702819/kerajaan-kediri-sejarah-berdiri-masa-kejayaan-dan-keruntuhan 2. Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Kediri. 2020. Silsilah Raja-raja Kerajaan Kediri dan Asal Usulnya. [Internet]. Tersedia di: https://www.kedirikota.go.id/p/dalamberita/6351/silsilah-raja-raja-kerajaan-kediridan-asal-usulnya 3. Talago, Inyiak. 2022. Sejarah Kerajaan Kediri (Kehidupan Politik, Sosial, Ekonomi dan Sastra). [Internet]. Tersedia di: https://www.materisma.com/2014/08/sejarahkerajaan-kediri-kehidupan.html 4. Ditamei, Stefani . 2022. 15 Peninggalan Kerajaan Kediri Beserta Sejarah Lengkapnya. [Internet]. Tersedia di: https://www.detik.com/jabar/berita/d6255329/15-peninggalan-kerajaan-kediri-beserta-sejarah-lengkapnya 5. Julianti, Dwi. 2022. Pendiri, Sumber Sejarah, dan Runtuhnya Kerajaan Kediri – Materi Sejarah Kelas 10. [Internet]. Tersedia di: https://www.zenius.net/blog/sumber-pendiri-kerajaan-kediri-runtuhnya 6. Dokumentasi dan Gambar-gambar https://images.app.goo.gl/CEuQPKwLK2im2EFz5 https://images.app.goo.gl/nhamfHPBQtny7idm8 https://images.app.goo.gl/6i1xto3rRR7ksPaP7 https://images.app.goo.gl/ew8at82FdidGmE1H8 https://sejarahlengkap.com/indonesia/kerajaan/peninggalan-kerajaankediri/amp https://images.app.goo.gl/amQQkbC54fRjSWc28 https://www.pinhome.id/blog/sumber-sejarah-kerajaan-kediri/ https://images.app.goo.gl/DWWS1HuKm3zQqcZB8