KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh Puji syukur kami panjatkan kepada
Allah SWT yang sudah memberi kami kekuatan untuk menyelesaikan laporan observasi
mengenai Kearifan Lokal. Namun, keberhasilan kami bukan hanya semata usaha kami saja,
tapi juga banyak bantuan dari orang-orang di sekitar kami. Dan pada kesempatan ini kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada Beliau-beliau yang sudah membantu tugas observasi kami
dengan mata kuliah Dokumentasi Informasi Minangkabau.
Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Beliau yang telah
membantu tugas observasi kami yaitu, Ibu Malta Nelisa, S.Sos., M.Hum selaku dosen
pembimbing mata kuliah "Dokomentasi Informasi Minangkabau" dan seluruh masyarakat yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas Kearifan Lokal ini.
Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini masih jauh dari nilai sempurna,
maka dari itu kami akan menerima dengan senang hati setiap kritik dan saran yang
membangun. Mohon maaf jika masih banyak kekurangan, semoga laporan observasi kami ini
memberi manfaat untuk setiap pembaca dan juga menambah ilmu bagi kami sendiri. Terima
kasih.
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 2
BAB I...................................................................................................................................................... 3
TRADISI................................................................................................................................................ 3
BAB II ..................................................................................................................................................17
BUDAYA .............................................................................................................................................17
BAB III.................................................................................................................................................21
KESENIAN.......................................................................................................................................... 21
BAB IV.................................................................................................................................................33
MITOS .................................................................................................................................................33
BAB V ..................................................................................................................................................35
MAKANAN .........................................................................................................................................35
BAB VI.................................................................................................................................................39
OBAT-OBATAN ................................................................................................................................. 39
BAB VII ...............................................................................................................................................40
NAMA-NAMA PENULIS ..................................................................................................................40
2
BAB I
TRADISI
A. Acara babako
Babako merupakan tradisi budaya adat minangkabau yang diselenggarakan oleh pihak
bako kepada anak pisangnya. Bako merupakan sanak/saudara perempuan dari pihak ayah,
sedangkan anak pisang adalah anak dari saudara laki-laki. Acara babako merupakan acara
kunjungan bako dengan membawa berbagai hantaran oleh rombongan induak bako dari
rumah bako kerumah anak pisang. Acara babako diselenggarakan pada saat anak pisang
atau kerabat anak pisang sedang mengadakan pesta pernikahan.
Acara babako dilakukan dengan cara anak pisang yang diarak dari rumah bako ke
rumah anak pisang dengan diiringi rombongan dari bako dengan membawa atau menjujung
berbagai hantaran seperti Dulang dengan isi sirih lengkap, pakaian, makanan, dan yang
paling spesial adalah emas. Acara baarak ini, anak pisang akan dipakaikan baju anak daro
atau baju marapulai didampingi oleh pasangannya lalu diarak ( berjalan kaki) bersama-
sama serta diiringi oleh musik-musikan tradisional minangkabau.
1. Rangkaian Acara Babako
Sebelum acara tradisi babako dimulai keluarga induak bako mengadakan
musyawara kecil-kecilan dengan seluruh keluarga kerabat ayah dan pihak ninik
mamak dengan membicarakan bahwa kita akan mengadakan acara tradisi babako,
dimana pada acara ini dikumpulkan seluruh sanak keluarga serta ninik mamak yang
bersangkutan untuk mencari dan menentukan siapa saja orang yang akan diundang.
• Yang Perlu Dipersiapakan Bako Dalam Acara Babako
1. Satu dulang tinggi seperangkat siriah(Daun sirih, Beras Kuning, Sadah,
Tembakau, Daun sidingin, dll)
2. Satu sampai dua dulang nasi lamak/ bubur , Apiak ayam, Agar-agar, dan makanan
lainnya
3. Baban lainnya seperti pakaian, emas, dan lain-lain
4. Jika ingin bisa menyewa musik-musikan tradisional minangkabau seperti rebana
atau lainnya.
3
Sebelum acara bararak dimulai, anak pisang beserta pasangannya akan datang duluan
ke rumah bako dengan membawa makanan seperti samba sarantang (makanan satu rantang)
yang akan diserahkan ke induak bako. Setelah anak pisang datang ke rumah bako, maka
akan dimulai acara bararak, jika jarak rumah bako dan anak pisang dekat maka anak pisang
akan diarak mulai dari rumah bako, tetapi jika jarak diantaranya jauh, biasanya semua
rombongan akan naik transportasi dahulu dan akan diturunkan saat mendekati rumah anak
pisang baru arak-arakan dimulai. Setelah sampai dirumah anak pisang, bako akan disambut
oleh keluaraga dari anak pisang dan hantaran pun akan diserahkan.
Dirumah anak pisang, semua rombongan dan keluarga anak pisang akan dikumpulkan
dalam sebuah ruangan dan akan digelar acara bacukua. Proses bacukua( bercukur) biasanya
hanya formalitas saja tidak harus memotong rambut anak pisang, dan penyerahan emas
akan diserahkan oleh bako ke tangan anak pisang secara langsung. Dan selanjutnya
rombongan induak bako akan diajak makan bersama, dan saat akan pulang rombongan
bako akan berpamitan terlebih dahulu kepada keluarga anak pisang.
Dalam tradisi ini, semua biaya ditanggung oleh pihak bako, serta semua yang akan
dipersiapkan ialah pihak bako yang melakukannya, pihak keluarga anak pisang hanya
menyambut para rombongan bararak dan manjawek katidiang ( hantaran) serta
menghidangkan segala makanan untuk rombongan bako.
2. Makna dari Kearifan Lokal Babako di Minangkabau
Babako merupakan tradisi adat turun temurun yang selalu diadakan oleh masyarakat
minangkabau untuk melestarikan budaya adat minangkabau dan mempertahankan
tradisi adat agar tidak dilupakan oleh generasi yang akan mendatang. Babako ini
menunjukkan bagaimana status kita di masyarakat, tradisi yang mencerminkan
kehidupan bergotong-royong pada masyarakat Minangkabau. Babako merupakan
bentuk acara yang dipertahankan oleh masyarakat minangkanau sebagai jembatan
untuk mempererat dan menjaga hubungan silaturahmi antara bako (keluarga dari pihak
ayah) dengan keluarga anak pisang. Serta acara yang digunakan untuk
memperkenalkan dan memperlihatkan kepada keluarga dari pihak ayah bahwa salah
satu anak dari saudara lakilakinya telah menikah dan akan menempuh hidup baru.
3. Bentuk Atau Tipe Kearifan Lokal Dan Konsep Kearifan Lokal
4
1. Babako Merupakan Tipe Kearifan Lokal Yang Berhubungan Dengan Sesama
Manusia
Babako merupakan sebuah kearifan lokal minangkakabu yang menunjukan tradisi
yang memcerminkan hubungan antar sesama manusia. Acara Babako menunjukan
acara silaturahmi antara bako dengan anak pisang. Acara ini akan membangun
hubungan yang erat antara pihak keluarga ayah dengan keluarga ibu. Selain itu acara
dalam pelaksanaan acara babako akan menanamkan tradisi yang mencerminkan
kehidupan bergotong-royong dalam masyarakat Minangkabau, karena utuk
kelancaran acara babako dibutuhkan kerjasama antara keluarga induak bako,
keluarga anak pisang, dan masyarakat sekitarnya.
2. Babako Merupakan Tipe Kearifan Lokal Yang Berhubungan Dengan Makanan
Dalam acara babako, pihak dari induak bako akan menyiapkan berbagai makanan
yang sebelumnya sudah ditentukan oleh adat dalam pelaksanaan babako. Setiap
makanan yang dipersiapkan, mengandung makna yang menunjukan kebaikan dalam
kehidupan manusia. Seperti nasi kuning melambangkan kesucian hati dari anak daro
dan marapulai, randang daging melambangkan niniak mamak yang dituakan dalam
adat nagari, Apiak ayam melambangkan anak daro telah diserahkan seutuhnya
kepada pasangan hidupnya. Dilihat dari maknanya masing-masing dapat
disimpulkan makanan adat yang disajikan pada pelaksanaan upacara adat babako
mengandung makna yang menunjukan pihak bako yang ingin memperlihatkan kasih
sayangnya kepada anak pisangnya.
Dokumentasi:
B. Punggahan
Punggahan adalah suatu tradisi dimana para masyarakat membawa makanan beserta lauk
pauknya dan menukarnya dengan makanan orang lain dan dilaksanakan di musholla atau
masjid pada saat sehari sebelum bulan ramadhan tiba. Punggahan ini memiliki makna untuk
5
mempererat tali persaudaraan antar sesama manusia. Selain itu, punggahan dilakukan sebagai
bentuk ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya dan masih
dapat melaksanakan puasa di bulan Ramadhan. Punggahan dilakukan mulai dari membawa
makanan dari rumah masing-masing lalu kita bawa ke masjid. Setelah itu ketika semua sudah
berkumpul di dalam masjid, kita melakukan penukaran makanan yang telah kita bawa tadi
kepada orang lain lalu kita makan secara bersama-sama di dalam masjid itu.
Dokumentasi:
C. Tradisi Mandi Balimau
Balimau diartikan sebagai acara mandi-mandi di tempat pemandian umum. Pada
masingmasing daerah di Pesisir Selatan, istilah Balimau dikenal dengan beberapa sebutan.
Ada yang menyebut Balimau Paga, Balimau Turun ke Air, dan Ptang Balimau. Meski
begitu, prinsipnya Balimau tetap sama yakni proses puncak pembersihan diri dari apa yang
telah dilakukan selama bulan Sya’ban untuk memasuki bulan suci Ramadan. Ini berarti
juga ada kaitannya dengan Islam. Islam lahir dan hadir di tengah-tengah masyarakat bukan
dalam kondisi umat yang hampa budaya. Kedatangannya meberikan pencerahan bagi
budaya itu sendiri. Budaya yang mungkin berbau “syirik,” yang bertentangan dengan nilai-
nilai aqidah Islam “diluruskan “ sehingga bersih dari niali-nilai yang tidak sesuai dengan
ajaran Islam. Nilai-nilai Islam juga menginspirasi lahirnya kebiasaan, tradisi dan budaya
baru, yang sejalan dengan nilai Islam. Islam yang datang dengan pendekatan persuasive,
menyebabkan tumbuh-suburnya budaya Islami, meskipun mungkin secara eksplisit tidak
diatur dalam ajaran atau syariat Islam (Alquran dan Hadits). Budaya Islami, betapapun
kadang-kadang dipandang bid’ah oleh sebagian ulama, namun bagi kaum muslimin, ini
jauh berarti ketimbang budaya sekularis. Balimau merupakan ritual masyarakat yang
6
dimaksudkan sebagai lambang penyucian diri, yang diawali dengan pembersihan fisik
dengan mandi balimau, yang disempurnakan dengan pembersihan bathin (jiwa), dengan
puasa Ramadhan. Balimau dilakukan masyarakat dengan menggunakan kasai, yang terbuat
dari tepung beras ketan yang dicampur dengan jeruk nipis, daun pandan yang diaduk
dengan air lalu disiram ke tubuh ketika mandi. Ritual ini biasanya, dilakukan bersama-sama
di tempat pemandian umum (dulu di sungai, dalam arti tepian khusus untuk laki-laki atau
perempuan) atau boleh juga dilakukan di rumah.
Dokumentasi:
D. Makan Bajamba
Makan bajamba atau juga disebut makan barapak adalah tradisi makan dalam satu
piring yg cukup besar atau biasa disebut piriang jamba/Dulang dengan cara duduk bersama-
sama di dalam suatu ruangan yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau. Tradisi ini
umumnya dilangsungkan pada hari-hari besar agama Islam dan berbagai upacara adat, atau
pertemuan penting lainnya. Asal usul makan bajamba berasal dari Kоtо Gаdаng, Agаm,
Sumatra Barat dаn sudah dimulai ѕеjаk аbаd kе-7, tераtnуа ketika аwаl masuknya Islam kе
Mіnаngkаbаu Makan bajamba akan memunculkan rasa kebersamaan tanpa melihat
perbedaan status sosial. Peserta makan bajamba hanya boleh mengambil atau menyuap nasi
yang ada didepannya, bagi orang Minang hal tersebut mengandung makna bahwa dalam
kehidupan bermasyarakat semua orang sudah memilki haknya masing-masing dan tidak
diperkenankan bagi suatu orang untuk mengambil akan hak orang lain. Prosesi makan
bajamba dimaknai oleh masyarakat sebagai budaya yang harus dilestarikan, mengandung
unsur yang mendidik, serta nilai kekeluargaan. Bentuk dari kearifan lokal ini ialah sebuah
Adat istiadat yang berada di Minangkabau.
7
Dokumentasi:
E. Mangatoan urang ka baralek jo sirih & rokok
Kearifan local yang dibahas di atas merupakan suatu kegiatan yang selalu di lakukan
oleh warga perumnas selasa indah ,dimana apabila ada yang akan mengadakan acara
baralek tuan rumah mengundang teman atau warga terdekat sebagai perwakilan dari warga
lain untuk makan malam di rumahnya seminggu sebelum acara baralek di adakan,dimana
perwakilan tadi saat menyampaikan bahwa akan di adakan acara pada tgl (misal) 15 januari
2022 kepada warga lain yang perempuan membawa cambuang atau piring yang berisikan
sirih yang di Alaskan menggunakan kain sapu tangan,dan yang laki-laki membawa 1-2
bungkus rokok. Makna bagi warga sekitar yaitu untuk mempererat tali silaturahmi anatar
sesame warga karena dengan adanya acara tadi kita dapat bertemu dan berkumpul dengan
warga sekitar,dan juga sebagai pemberi tahuan kepada warga lain bahwa akan ada warga
yang akan menempuh hidup baru.
F. Pacu Kudo
a) Penjelasan tentang Pacu kudo
Pacu kuda di minangkabau merupakan sebuah tradisi yang sudah ada sebelum
pemerinthan kolonial masuk, tradisi ini merupakn kegiatan yang dilakkan oleh para elit
minagkabau dalam rangka perayaan atau hiburan. Dan pacu kuda juga di lakukan raja-
raja di Minangkabau untuk mencari menantu pada masa pemerintahan pagaruyung.
Tradisi ini menjadi suatu ajang untuk menunjukan kekuasan, kekayan serta kedudukan
oleh para elit di Minangkabau. Di minangkabau seorang datuak akan menunjukan jati
diri nya, begitu pacuan kuda dimulai. Masyarakat Minangkabau khususnya yang hidup
8
pada masa pemerintahan Kolonial hingga tahun 80 an tentu sangat mengenal dan
mengemari tradisi pacuan kuda ini, dan bisa dipastikan semua masyarakat
minangkabau yang hidup pada masa itu,sangat menantikan pelaksanaan hiburan rakyat,
yang mana masyarakat dunia mengenal nya sebagai istilah olah raga nya para Raja-raja.
b) Makna pacu kudo bagi masyarakat sekitar Sejak dahulu Pacu kuda bagi masyarakat
Minangkabau menjadi tempat berkumpul nya segala unsur masyarakat, mulai dari para
elit, pedagang hingga rakyat jelata. Sehingga dikatakan masyarakat Minangkabau dan
pacu kuda seolah tak bisa dipisahkan. Bahkan dikatakan beberapa bulan sebelum pacu
kuda di mulai masyarakat kelas bawah telah menabung hanya untuk menonton pacu
kuda. Tradisi yang sudah berjalan dalam waktu yang cukup lama, membuat Masyarakat
Minangkabau dan pacu kuda seolah tak bisa dipisahkan, hal ini bisa terlihat dalam
novelnovel terkenal, Karya- karya para penulis Minang seperti, Tengelam nya Kapal
Van Der Wijk karya buya Hamka dan Sengsara Membawa Nikmat karya Sutan Sati,
Dalam novel tersebut terlihat jelas kalau Pacu Kuda adalah puncak dari suatu keramain
bagi segala umur. Pacu kuda sebagai alek nagari menjadi suatu yang sangat fenomenal
pada masyarakat Minangkabau setiap pacuan kuda dilaksanakan maka akan selalu
diselingi hiburan dan pasar malam, maka sudah tentu gelangang menjadi tempat tujuan
bagi semua orang, selama dua hari pelaksanaan pacuan kuda maka kita bisa lihat
puluhan ribu orang akan berkumpul pada suatu lapangan, dalam catatan pordasi
Kabupaten Tanah Datar yang pernah dicatat penonton pacu kuda terbayak pernah
mencapai lebih dari 70 ribu orang dalam dua hari pelaksanaan. Hingga saat ini belum
ada satu pun kegiatan hiburan di Minangkabau yang bisa menyamai jumblah para
penonton yang menyaksikan pacu kuda tersebut
c). Tipe dan konsep kearifan lokal Pacu kudo di Sumatra Barat, sebagai salah satu jenis
olah raga tradisional dan area permainan serta hiburan rakyat, memiliki potensi yang
besar untuk d kembangkan sebagai salah satu objek pariwisata unggulan. Selain
memiliki objek wisata alam yang memukau dan objek wisata budaya yang khas dan
unik, Sumatera Barat memiliki banyak potensipotensi lainya yang dapat mendatangkan
wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Salah satunya adalah pemain tradisional
rakyat yang ada seperti pacu kudo. Dilihat dari kaca mata pariwisata daerah. Pemain
pacu kudo di Sumatra Barat dari masa dahulu sampai masa sekarang masih menjadi
objek pariwisata yang bersifat lokal. lndikasinya terlihat dari wisatawan yang datang
9
ke gelanggang untuk menyaksikan pacu kudo tersebut. Wisatawan yang datang ke
gelanggang sampai saat ini baru terbatas kepada wisatawan lokal dan domestik.
Sedangkan wisatawan manca Negara masih sangat sedikit yang tertarik untuk
menyaksikan permainan pacu kudo. Fenomena 1rn tentu sangat disayangkan sekali jika
tidak di perhatikan oleh semua pihak yang terkait, karena sebenarnya pemain pacu kudo
tradisional Minangkabau mempunyai potensi yang sangat besar untuk mendatangkan
wisatawan baik lokal, domestik maupun wisatawan manca Negara.
Dokumentasi:
G. Turun Mandi
a.Penjelasan tentang Turun Mandi
Tradisi aqiqah dan turun mandi yang merupakan sebuah prosesi syukuran kepada sang
pencipta atas lahirnya seorang bayi dari anak atau kamanakan di Minangkabau yang
sampai sekarang masih lestari di Batusangkar. Dulunya, dalam menjalankan prosesi
turun mandi, masyarakat Minangkabau melaksanakannya di sungai atau di air
“pincuran”. Namun, seiring berkembangnya zaman, dan sulitnya mencari pincuran
mandi, prosesi tersebut kini banyak dilaksanakan di rumah masing masing. Akan tetapi
seluruh syarat yang mesti dipenuhi, kemudian diganti dengan syarat lain yang hampir
meyerupai. Meski demikian, prosesi yang dilaksanakan di rumah tersebut dinilai
tidaklah menghilangkan sebuah nilai budaya yang tersembunyi dari prosesi yang
dilaksanakan. Dalam prosesi turun mandi, juga dilaksanakan arak arakan yang
dilakukan pihak bako dengan menjunjung talam. Selain itu, biasanya pihak bako juha
akan membawa berbagai macam bingkisan dan oleh oleh untuk sang bayi
10
b. Makna turun mandi bagi masyarakat sekitar Baagi masyarakat Minagkabau tradisi
turum mandi merupakan suatu warisan dari nenek moyang yang sudah berusia kurang
lebih ratusan tahun silam. Tradisi ini merupakan upacara yang dilaksanakan untuk
mensyukuri nikmat atas kelahiran seorang bayi selain itu tradisi turun mandi
mempunyai nilai Diantaranya terjalinnya silaturahmi antara anak, bako, cucu, dan
kamanakan. Sehingga hubungan antara keluarga yang memiliki jarak selama ini akan
tersatukan sama lainnya.
Dokumentasi:
H. Batobo
a) Merupakan kegiatan saling tolong menolong antar masyarakat yang memiliki
lahan/ladang, saling bantu membantu pada musim tanam dan musim panen
b) Batobo diartikan sebagai tempat bersilaturrahmi, berkumpul,musyawarah, untuk
mencari solusi atas permasalahan , untuk bergotong royong dan menikmati hasil nya
bersama-sama.
d) Mata pencarian utama masyarakat sijunjung merupakan bertani/petani, tradisi batobo
juga merupakan solusi atau cara paling efektif untuk meringankan pekerjaan tanpa biaya
yang besar, yaitu dengan cara saling bantu membantu antar keluarga . hal hal dalam tradisi
ini meliputi membuka lahan menanam padi, panen, hingga mendirikan rumah. Tradisi ini
tentu sudah lama dilakukan secara turun temurun.batobo juga memiliki sistem dalam
kepengurusan nya, yang mana terdiri dari ninik mamak , ketua,tuo tobo,juru
tulis,bendahara,serta anggota.
11
Dokumentasi:
I. Batarewai
a). batarewai merupakan arak-arakan keliling kampung Ketika hari raya idul fitri yang
dilakukan oleh pengantin laki-laki baru ataupun sudah memiliki anak, yang terhitung
sudah menikah selama satu tahun sebelum hari raya idul fitri
b). makna batarewai yaitu sebagai cara mencari solusi terhadap permasalahan-
permasalahan yang muncul di nigari tersebut. Selain itu tradisi ini juga cara untuk
mempererat silahturahmi masyarakat di koto gadang.
c). bentuk kearifkan lokal batarewai ini juga merupakan bentuk tradisi adat, yang
bertujuan untuk mamajukan nagari.
Dokumentasi:
12
J. Tradisi Baombai
a.Penjelasan
Tradisi yang dilakukan menjelang musim tanam padi di sawah. Baombai merupakan
sebuah ritual kebersamaan dan wujud gotong royong. Puluhan ibu-ibu bersama-sama
turun kesawah, membajak sawah secara bersamaan dengan peralatan tradisional
berupa cangkul. Disela membajak sawah, para ibu-ibu ini tak henti-hentinya
mendendangkan pantun khas minangkabau dan lagu-lagu lama Minangkabau yang
mempunyai makna pesan tersendiri terhadap kehidupan, baik di masa lampau
maupun masa yang akan datang. Sesekali, Kaum bapak-bapak juga ikut serta dalam
berpantun ria, saling sahut-menyahut satu sama lain agar suasana bertambah meriah
dan rasa letih dapat terobati.
b.Makna kearifan lokal bagi masyarakat setempat Menjadi media penghibur untuk ibu
ibu yang di mana mereka dapat terhibur sambil bekerja dan bisa menjadi obat
penghilang lelah saat bekerja
c.Bentuk atau tipe kearifan lokal dan konsep kearifan lokal terkait
Bentuk :
1) Bidang pertanian
2) Falsafah ,tradisi,dan kepercayaan
Konsep :
1) Gotong royong
2) Kesetiakawanan sosial
3) Kerukunan
Dokumentasi:
13
K. Bararak Bako
Bararak Bako adalah salah satu tradisi yang masih bertahan hingga saat sekarang ini.
Bararak Bako merupakan tradisi arak-arakan mepelai perempuan dalam resepsi
pernikahan di Minangkabau, khusunya masyarakat di Nagari Padang XI Punggasan.
Tradisi ini diselengarakan oleh pihak bako yaitu anggota kerabat perempuan dari
keluarga ayah anak daro (mepelai wanita). Tradisi ini dilakukan sebagai cara untuk
menunjukan alek bako kepada keluarga “pisang”. Jika alek bako tidak dijalankan maka
di minangkabau mengangap bahwa kaum bako tidak peduli dengan anak-anak pisag
yang sudah menikah dan melaksanakan adat alek (kenduri).
Selain itu tradisi ini merupakan salah satu hal yang penting bagi masyarakat minang
terutama pada masyarakat di sekitar kampung saya sendiri, yang menjadikan proses
Bararak Bako sebagai prosesi perkawinan di Nagari Padang XI Punggasan. Namun
seiring berjalan waktu proses Bararak Bako ini mengalami perubahan yang mengikuti
perkembangan zaman. Dimana proses Bararak Bako dulunya hanya menggunakan truk
untuk mengantar anak daro apabila rumah bako dan anak daro jauh tapi kalau dekat
hanya dengan jalan kaki secara beramai-ramai. Berbeda dengan saat sekarang ini,
pemikiran manusia yang semakin kreatif menciptakan satu transportasi khusus acara
Bararak Bako ini yang sering disebut dengan Odong-odong (kereta wisata). Tidak
hanya kaum ibu saja, kaum anak-anak pun bersemangat untuk meramaikan resepsi
pernikahan.
Dokumentasi:
14
L. Pacu Itiak
Tradisi “pacu itiak” atau pacu itik di Kota Payakumbuh, kini masuk dalam daftar
Warisan Budaya Tak Benda Indonesia yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan. Biasanya, itik jago terbang itu punya gigi berjumlah ganjil. Kalau
tidak 5, bisa 7 atau 9 buah. Kemudian, itik jago terbang punya warna kaki yang sama
dengan warna paruhnya. Selain itu, bisa pula dilihat dari sisiak muko (sirip di kaki
depan itik).
Pacu itiak” adalah permainan yang memperlombakan kemampuan itik terbang lurus di
atas udara dan mendarat pada tempat ditentukan. Permainan tradisional ini, hanya
terdapat di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatra Barat.
Namun, tidak semua nagari atau kampung di Payakumbuh dan Limapuluh Kota yang
penduduknya punya tradisi “pacu itiak”. Berdasarkan penelusuran Padangkita.com,
hanya ada empat nagari-nagari yang masyarakatnya mewarisi tradisi “pacu itiak”.
Keempat nagari itu adalah Nagari Aua Kuniang dan Nagari Aia Tabik di Kota
Payakumbuh. Kemudian, Nagari Sikabu-kabu Tanjuang Haro Padang-Panjang dan
Nagari Sungaikamuyang di Kecamatan Luak, Kabupaten Limapuluh Kota.
Dokumentasi:
M. Lubuk Larangan
Lubuk larangan itu merupakan suatu tradisi yang larangan untuk menagkap ikan di
sungai dengan ditentukan lokasinya atau ada batasannya dan sungai tersebut diberi doa-
doa seperti dukun,msyarakat dilarang untuk menagkap ikan diarea lubuk larangan
tersebut,jika masyarakat mengambil atau menagkap ikan diarea lubuk larangan tersebut
masyarakat sini mempercayai bahwa orang yang memakan ikan lubuk larangan tersebut
15
akan meninggal dunia.fungsi utamanya agar bisa membudidayakan ekosistem
ikan.Sehingga ada waktu tertentu untuk memanen ikan secara bersama-sama tetapi
dilarang menggunakan jala/rajun lainnya.Ikan ditangkap dengan cara di pancing.
Makna kearifan local bagi masyarakat sangat berarti karena masyarakat sangat antusias
dengan kegiatan ini.karena pada saat pembukaan lubuk larangan tersebut semua
masyarakat iku berbondong-bondong ke sungai untuk ikut menangkat ikan secara
bersama-sama dan sejauh ini masyarakat mengikuti aturannya.
Kearifan local lubuk larangan ini dapat digolongkan atau bentuknya kedalam dalam
falsafah, tradisi, dan kepercayaan.karena lubuk larangan merupakan suatu adat atau
tradisi yang sudah ada sejak dahulu dan sudah turun temurun serta juga menjadi
kepercayaan masyarakat setempat.
Dokumentasi:
16
BAB II
BUDAYA
A. KESENIAN RANDAI
Randai adalah salah satu permainan tradisional di Minangkabau yang dimainkan secara
berkelompok dengan membentuk lingkaran, sambil menyampaikan cerita dalam bentuk
nyanyian secara berganti-gantian. Randai menggabungkan seni lagu, musik, tari, drama dan silat
menjadi satu
Pada awalnya Randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui
gurindam atau syair yang didendangkan dan galombang(tari) yang bersumber dari gerakan-
gerakan silat Minangkabau.Namun pada masa sekarang Randai digunakan untuk menghibur
masyarakat yang biasanya diadakan pada saat pesta rakyat yang menghibur dan melepas penat
dari pekerjaan.
Randai dipimpin oleh satu orang yang biasa disebut panggoreh, yang mana selain ikut serta
bergerak dalam legaran ia juga memiliki tugas yaitu mengeluarkan teriakan khas yang tujuannya
untuk menentukan cepat atau lambatnya tempo gerakan sei:ring dengan dendang atau
Gurindam.
Permainan randai biasanya dimainkan ketika hari besar ,acara adat,pernikahan ,menyambut
tamu dan lain lain
Dokumentasi:
17
A. Bareh Saganggam
Bareh saganggam atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan beras segenggam,
kalimat semua terlibat semua selamat seperti menjadi slogan untuk kearifan lokal ini.
Gambaran dari kebersamaan daan wujud kerja sama sebagai budaya di Indonesia. Bareh
saganggam, yaitu para perempuan di dalam KK harus mencadangkan semua kebutuhan
pokok mereka disetiap situasi darurat. Dengan tata cara setiap kepala mengambil ke setiap
rumah cadangan makanan yaitu beras, hingga bila nanti ada situasi darurat semua barang
yang dicadangkan dapat dibagikan kepada para warga.
B. Baju Adat
Baju adat adalah pakaian yang di gunakan oleh masyarakat nagari Salayo, baju adat
pada saat ini hanya di gunakan jika ada kegiatan adat maupun kegiatan nagari. Baju adat
yang biasa digunakan adalah baju kuruang bagi perempuan, baju datuak bagi laki laki, baju
Anak daro dan juga baju marapulai (digunakan saat ada pesta pernikahan).
Baju Kuruang biasa di gunakan pada saat ada acara adat seperti acara turun mandi,
acara pernikahan, acar mendoa, bahkan pada saat ada yang meninggal pelayat perempuan
datang menggunakan baju kuruang. Baju kuruang terdiri dari baju panjang yang sampai ke
lutut, tingkuluak untuk penutup kepala, dan songket sebagai rok.
Baju Kuruang
Baju datuak adalah salah satu baju yang di gunakan bagi laki laki di nagari
salayo jika ada acara adat dan juga penurunan gelar. Baju datuak ini tidak
dapat digunakan oleh sembarangan orang, baju datuak hanya dapat di gunakan
oleh seseorang yang di tuakan di suatu suku ataupun suatu kaum yang ada di
nagari Salayo. Baju datuak ini terdiri dari Deta sebagai penutup kepala, Baju hitam
panjang, Sarawa, sasampiang, cawek, sandang, dan juga keris sebagai aksesoris.
18
Pakaian adat Baju anak daro dan juga baju marapulai merupakan baju pasangan
yang di gunakan oleh pasangan masyarakat nagari salayo yang akan menikah. Baju
ini biasanya berwarna merah dan juga berwarna hitam. Baju ini sampai saat ini
masih di gunakan oleh masyarakat nagari salayo dan bahkan menjadi baju yang
wajib di gunakan oleh pasangan yang akan menikah.
Pakaian Anak daro dan Marapulai
Baju adat memiliki makna yang sangat penting bagi masyarakat nagari salayo.
Setiap pakaian memiliki maknanya sendiri. Baju kuruang merupakan identitas
bagi perempuan yang ada di nagari salayo. Baju datuak memiliki makna
yang sangat penting bagi masyarakat nagari Salayo, yaitu baju yang hanya dapat
digunakan oleh seseorang yang di tuakan di suatu kaum sehingga baju datuak
ini menjadi baju yang sangat elit bagi masyarakat nagari salayo.
19
C. Alat Musik Tradisional
Alat musik tradisonal merupakan salah satu bentuk kearifan lokal yang ada di nagari
salayo. Alat musik di gunakan sebagai iringan dari kegiatan adat maupun nagari yang
ada di nagari salayo. Alat musik ini dapat di jumpai saat ada acara bararak anak
daro dan marapulai.
Alat musik talempong adalah alat musik yang terbuat dari logam. Alat musik
talempong dimainkan dengan cara di pukul menggunakan kayu dan sesuai dengan
ketukan. Setiap talempong memiliki ciri khas sendiri dan memiliki ketukan nya
sendiri. Talempong bisa gunakan atau dimainkan dalam bentuk grub atau beberapa
orang sekaligus.
Alat Musik Talempong
Alat musik rabana merupakan salah satu alat musik tradisional yang
masih di gunakan oleh masyarakat nagari salayo hingga saat ini. Rabana adalah
salah satu alat musik yang di mainkan dengan cara di pukul mengunakan telapak
tangan. Rabana terbuat dari kayu yang di tutupi dengan kulit kambing betina.
Rabana dapat di jumpai jika ada pertunjukan adat atau ada kegiatan khasidah di
nagari.
Alat Musik Rabana
20
BAB III
KESENIAN
A. Kearifan Lokal Lapiak Pandan di Nagari Padang Laweh
Lapiak pandan merupakan kearifan lokal yang berasal dari Nagari Padang Laweh,
Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat. Lapiak pandan
merupakan kerajinan tangan yang dihasilkan melalui pemanfaatan sumber daya alam
berupa daun pandan yang dapat ditemukan di sekitar rumah masyarakat maupun di hutan.
Kerajinan ini dibuat dengan keterampilan anyaman yang diajarkan secara turun-temurun
oleh nenek moyang orang Padang Laweh.
Pada zaman dahulu, biasanya masyarakat akan membuat lapiak pandan untuk
keperluan sehari-hari, misalnya sebagai alas lantai rumah, tempat duduk, tempat menjemur
padi, dan sebagai penghias dinding. Namun, sekarang masyarakat cenderung membuat
lapiak pandan untuk kebutuhan komersil atau sebagai sumber penghasilan. Lapiak pandan
biasanya dibuat oleh kaum wanita baik secara pribadi maupun berkelompok. Untuk yang
berkelompok biasanya mereka akan berkumpul di satu rumah yang memang dikhususkan
sebagai tempat untuk berkumpul melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, misalnya julo-julo
(arisan). Biasanya lapiak pandan yang dihasilkan secara berkelompok ini sangat besar.
Untuk proses pembuatannya, hal pertama yang harus dilakukan adalah mencari daun
pandan. Biasanya daun pandan ini didapatkan di sekitar pekarangan rumah atau di hutan.
Setelah daunnya dapat, maka langkah selanjutnya adalah membuang duri yang ada di daun
tersebut. Setelah itu, daun tersebut dibagi menjadi empat bagian dan selanjutnya
dilenturkan dengan menggunakan kayu atau bambu pendek, masyarakat Nagari Padang
Laweh menyebutnya dengan penyaguik (semacam bilah pendek dari bambu yang sudah
dihalusi pinggirannya). Setelah daun tersebut lentur dan lembut, maka proses selanjutnya
adalah menjemur daun tersebut sampai kering dan berubah warna menjadi putih kekuning-
kuningan. Setelah kering, daun tersebut dianyam. Jika sudah selesai dianyam, maka akan
dijemur kembali sampai benar-benar kering, baru diantarkan ke agen untuk dijual.
Meskipun kerajinan lapiak pandan ini sudah ada sejak zaman dulu, nyatanya
masyarakat di Nagari Padang Laweh masih memproduksi kerajinan tersebut sampai saat
ini meskipun masyarakat yang membuatnya tidak sebanyak dulu. Berdasarkan keterangan
dari narasumber, lapiak pandan masih diproduksi oleh masyarakat sampai saat ini sebagai
penunjang ekonomi keluarga, namun produksinya menurun karena bahan bakunya sudah
21
mulai berkurang. Disamping itu, saat ini hanya sedikit masyarakat khususnya generasi
muda di Nagari Padang Laweh yang memiliki keterampilan menganyam. Hal ini
disebabkan karena kurangnya minat mereka terhadap keterampilan tersebut. Kurangnya
minat generasi muda ini, membuat pemerintah berusaha untuk mengajak masyarakat
khususnya generasi muda untuk belajar cara menganyam. Alasannya, agar kearifan lokal
yang ada di Nagari Padang Laweh ini tidak hilang seiring dengan pergantian zaman dan
juga sebagai sumber lapangan pekerjaan bagi masyarakat untuk menambah pemasukan.
Pemerintah Daerah Kabupaten Sijunjung juga membuka distribusi lapiak pandan ke luar
daerah sehingga dapat meingkatkan jumlah peminat dan perluasan pasar.
Untuk proses pendistribusian lapiak pandan, biasanya ada agen yang akan
mengumpulkan lapiak pandan tersebut dari rumah ke rumah atau masyarakat yang akan
mengantarkannya ke tempat agen tersebut. Agen inilah yang nantinya akan
mendistribusikannya ke pembeli pembeli yang ada di luar daerah. Biasanya daerah yang
dituju adalah Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kuantan Singingi, Indragiri Hulu, dan masih
banyak lagi. Namun ada juga masyarakat yang langsung memasarkannya sendiri ke pasar-
pasar tradisional di sekitar wilayah Kabupaten Sijunjung.
Dokumentasi:
22
B. Tari Batohang
Kearifan local adalah kebiasaan masyarakat yang di turun kan secara turun temurun
yang di dapatkan melalui lingkungan alam sekitar, lalu kearifan local ini tidak bisa di
pisahkan dengan masyarakat, dapat di lihat dari perilaku masyarakat itu sendiri. Tari
batohang menjadi salah satu kearifan local di daerah sekitar khusunya di masyarakat Koto
baru, walaupun tari ini masih bisa di katakana baru tetapi tari ini menceritakan kebiasaan
masyarakat yang pergi ke ladang pada massa panen, makna tari batohang sebagai kearifan
local bagi masyarakat setempat merupakan tari yang sangat cocok untuk dipertunjukkan
karena tari ini sangat menggambarkan masyarakat di kabupaten dharmasraya yang
memiliki lahan untuk sawah sebesar 9.278 ha atau 3,13%, maka dari itu bagi masyarakat
setempat tari batohang sangat cocok untuk di pertunjukkan.
Bentuk kearifan local yang saya ambil ini ialah tidak berwujud (intangible), kearifan
local dalam bidang kesenian dan bertipe hubungan dengan makanan karena di tari ini
berhubungan dengan lingkungan setempat dan dicocok dengan iklim dan bahan makanan
pokok setempat.
Dokumentasi:
C. Tambue Tassa
Tambue tassa adalah kesenian khas minangkaban dimainkan oleh 7 orang dengan alat
music bernama gendang tambue dan gendang tassa, Kearifan local ini sudah diakui oleh
kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi sebagain warisan budaya tak
benda yang berasal dari pPadang Pariaman pada 2021.
Tambue tassa biasanya dimainkan untuk perayaan, seperti pesta pernikahan,
menyambut tamu pemerintahan, dan sebagai hiburan. Kesenian ini sangat bermakna bagi
23
masyarakat setempat karn aterbukti kesenian ini tidak pernah menghilang dan masih sering
digunakan sampai saat sekarang.
Tambue tassa termasuk kedalam tipe kearifan local yang berhubungan dengan sesama
manusia karna adanya interaksi yang dilakukan antar sesama dan juga tambue juga
berfungsi untuk mengumpulkan orang banyak. Tambue ini termasuk bentuk kearifan local
dalam tradisi
Dokumentasi:
D. Tradisi Malamang
a) Penjelasan Tradisi Malamang ini ada di daerah kabuapten solok ini. Masyarakat di
daerah ini mengannggap malamang untuk penyambutan datangnya bulan suci ramadhan
suatu kewajiban untuk keluarga pihak perempuan untuk ‘menjemput’ pihak lelaki dengan
uang japuik sebelum melangsungkan akad nikah.
b) Makna Dalam tradisi ini lamang diartikan sebagai bentuk rasa syukur untuk menyambut
datangnya bulan puasa.
c) Penjelasan tentang bentuk kearifan lokal Kearifan lokal ini merupakan bentuk tradisi
dari penduduk setempat untuk menyabut bulan suci Ramadhan
dokumentasi:
24
E. Tenun Melayu
Tenun songket pertama kali diperkenalkan oleh seorang pengrajin bernama Wan Siti
Binti Wan karim yang didatangkan dari kerajaan terengganu dan dibawa ke siak sri
indrapura.Kerajinan tenun songket masih bertahan hingga saat ini disebabkan oleh peran
masyarakat pengikut dari budaya tersebut yang selalu memakai dan mempertahankan
kerajinan budaya tenun songket ini.Untuk penggunaan tenun songket ini masih sering kita
jumpai dalam setiap waktu.
Tenun songket merupakan salah satu kearifan lokal masyarakat melayu yang terus
secara turum-temurun,dan yang masih berkembang sampai saat ini walaupun sekarang
zaman sudah berkembang tetapi kain songket melayu ini tidak akan habis dimakan waktu
karna ini merupakan aset budaya yang akan terus ada dan harus di lestarikan.
Dalam masyarakat setempat tenun songket memiliki makna yang bisa dilihat dari
bentuk kain tenun songket tersebut dan juga motif yang diterapkan pada kain songket itu
sendiri.Tenun songket yang digunakan untuk pakaian adat mempunyai makna yaitu nilai
malu,tahu diri,mengandung tunjuk ajar,meneggakkan tuah,mengenalkan melayu dan
menolak bala.Makna ini dipercaya oleh masyarakat melayu hingga saat ini.
Dokumentasi:
25
F. Inai Melayu
Dalam budaya melayu terdapat salah satu budaya yang dikenal dengan budaya
menginai yang kerab digunakan oleh pengantin sebelum dilakukan nya acara akad
nikah,kegiatan ini dilakukan pada malam hari.Kegiatan ini dikenal dengan nama “Malam
Berinai”.Kegiatan ini menjadi suatu kebiasaan yang telah dilakukan dari zaman
terdahulu.Bagi para pengantin menggunakan inai sebagai suatu simbol lahiriah.Di
indonesia sebagian besar prosesi pernikahan adat tradisional menggunakan inai sebagai
bagian dari ritual pernikahan.Masing-masing daerah memiliki arti dan makna tersendiri
dari ritual tersebut.
Didalam kebudayaan melayu ini makna dari adanya kegiatan “Malam Berinai” ini
adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjauhkan diri dari bencana,membersihkan diri
dari hal-hal yang kotor,dan menjaga diri dari segala hal yang buruk.Kegiatan ini juga
menunjukkan kesiapan calon pengantin untuk hidup berumah tanggan.Dalam budaya
melayu malam berinai digunakan sebagai malam perkumpulan seluruh keluarga dan teman-
teman terdekat sebagai tanda melepas masa lajang.
Dokumentasi:
G. Pasambahan
Kearifan lokal ialah sebuah ciri khas budaya masyarakat lokal yang diwariskan secara
turun temurun yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat itu sendiri. Salah satu contoh
kearifan lokal adalah tradisi pasambahan yang terdapat di Minangkabau. Pasambahan
merupakan suatu tradisi yang terdapat di Minangkabau yang termasuk kedalam jenis sastra
lisan. Pasambahan biasanya dilakukan oleh orang Minangkabau dalam acara perkawinan,
26
kematian, batagak panghulu, kelahiran dan upacara adat lainnya. Pasambahan sendiri
berarti menyampaikan pesan kepada seseorang terkait maksud atau tujuan secara baik dan
sopan yang dilakukan dalam keadaan duduk bersila dengan menggunakan bahasa yang
halus, kalimat yang teratur yang diucapkan dengan merdu serta berirama. Dalam konsep
pasambahan, orang Minang berpedoman pada konsep Alam atau kita kenal dengan "Alam
Takambang Jadi Guru". Di dalam pasambahan melibatkan dua orang pihak yakni tuan
rumah yang disebut si pangka dan tamu yang disebut si alek, yang mana kedua pihak ini
mempunyai juru sambah. Sebagai seorang juru sambah harus lancar dalam berkata dan
harus hafal kata-kata yang akan diucapkan. Kata-kata yang diucapkan seperti pantun,
petatah-petitih, serta talibun yang sering dipakai pada saat upacara pasambahan. Di
Minangkabau pasambahan disampaikan untuk mengawali sebuah upacara adat.
Pasambahan memiliki nilai-nilai budaya, contohnya nilai-nilai budaya musyawarah,
kerendahan hati serta taat pada adat dalam menjalani kehidupan dan nilai-nilai sosial,
contohnya saling menghargai pendapat antarsesama masyarakat serta pasambahan ini
mengajarkan kita khususnya masyarakat Minang bagaimana cara menghormati orang serta
berbicara yang baik dan sopan kepada orang.
Dokumentasi:
H. Tari Rentak Kudo
Tari Rentak Kudo berasal dari Kecamatan Hamparan Rawang, Kota Sungai Penuh dan
tidak memiliki aturan dalam gerakannya. Kudo pada namanya artinya kuda, dimana
maksudnya adalah menari sambil mengentak-entakkan kaki seperti kuda. Tarian ini tidak
membatasi usia penari, jenis kelamin, dan tidak memiliki pola gerakan. Tarian ini bisa
dilakukan oleh siapa saja, bersifat massal dan biasanya diadakan untuk memeriahkan acara
27
pernikahan, acara kenduri adat, dan berbagai acara lainnya. Tarian ini juga dilakukan di
berbagai tempat baik di Kota Sungai Penuh maupun Kabupaten Kerinci.
Tarian ini dianggap sebagai tarian hiburan di berbagai acara-acara yang dilakukan di
Kota Sungai Penuh. Tarian ini merupakan tarian yang sangat digemari oleh orang-orang
Sungai Penuh maupun Kerinci. Tarian ini bahkan dilakukan di sekolah-sekolah saat
menutup kegiatan acara-acara besar yang dilakukan sekolah tersebut. Tarian ini tidak
memandang status dan dapat dilakukan oleh siapa saja, dapat mempererat hubungan dan
menjaga hubungan baik pada yang lain. Tari Rentak Kudo merupakan salah satu bentuk
kearifan lokal dalam tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Dokumentasi:
I. Tari Iyo-Iyo
Tari Iyo-iyo merupakan tari tradisi yang dilaksanakan saat kenduri Sko. Kata iyo-iyo
atau iya-iya yang artinya mengiyakan kata ninik mamak atau depati atau pemimpin adat.
Tarian ini dilakukan oleh kaum wanita dan dilaksanakan saat benda pusaka diturunkan dari
tempat penyimpanannya, dimaksudkan untuk menyambut benda pusaka tesebut dengan
tarian Iyo-Iyo. Tarian ini dilakukan sambil bertale atau bernyanyi. Tarian ini dilakukan lagi
saat benda pusaka telah dicuci dan hulu balang melakukan pencak silat dan menggunakan
alat musik.
Bagi adat serta masyarakat Kota Sungai Penuh, kehadiran tarian ini tidak dapat
dipisahkan dari adanya kenduri Sko itu sendiri dan masih dilaksanakan oleh masyarakat
Kota Sungai Penuh. Tari Iyo-Iyo merupakan salah satu bentuk kearifan lokal dalam tradisi
yang diturunkan dari generasi ke generasi.
28
Dokumenatasi:
J. Kenduri Sko
Kenduri sko merupakan suatu upacara adat yang dilakukan baik di Kabupaten Kerinci
maupun Kota Sungai Penuh. Terdapat dua kegitaan yang dilakukan saat upacara kenduri
sko, Yaitu penurunan benda-benda pusaka dan penobatan gelar Depati, Pemangku atau
Permenti. Yang dikatakan dengan Sko adalah pusaka yaitu sesuatu yang diwariskan secara
turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Waktu pelaksanaan Kenduri Sko
berbeda-beda di tiap wilayah, ada yang 5 tahun sekali dan ada yang 10-15 tahun sekali.
Bagi masyarakat Sungai Penuh, Kenduri Sko merupakan salah satu cara mendekatkan
silaturahmi sesama mereka, apalagi jika jarang berkumpul, dan saling bermaaf-maafan.
Dan kenduri sko ini dilakukan agar adat istiadat, gelar-gelar yang diberikan tidak akan
hilang dan akan tetap ada selamanya. Karenanya apabila ada orang adat yang meninggal
dunia, berhenti atau diberhentikan akan segera diganti. Kenduri Sko ini merupakan salah
satu bentuk kearifan lokal dalam tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Sistem pemerintahan Kota Sungai Penuh berpegang pada ketentuan Kawi SKO NAN
TIGO TAKAH 1. SKO DEPATI ATAU SETINGKAT DEPATI, dengan ketentuan
memasak beras seratus gantang serta memotong seekor kerbau.
2. SKO NINIK MAMAK, PENGHULU, ATAU MENTI
3. SKO TAGANAI ATAU ANAK JANTAN, gelar ini didapatkan langsung dari
keturunan orang tua.
29
Dokumentasi:
K. Ulu ambek
( a ) penjelasan kearifan lokal Ulu ambek merupakan kesenian yang berasal dari padang
pariaman yang sejenis dengan pencak silat, dalam memainkan ulu ambek ini tidak ada
persentuhan fisik oleh orang yang memainkannya, dalam cerita permainan ini terjadi
konflik antara dua orang, proses terjadinya ulu ambek ini karena peristiwa adu kerbau di
pagarayuang, kerbau yang diadu tersebut adalah kerbau besar dan kerbau kecil, yang
dimenangkan oleh kerbau kecil. Maka terjadilah permainan ulu ambek ini.
( b ) makna kearifan lokal makna kearifan lokal ulu ambek ini adalah simbol penerimaan
dan pemberian yang bermakna pembelajaran budi dan spiritual.
Dokumentasi:
30
L. Tari tauh
Tarian ini merupakan gambaran pergaulan anak-anak muda (bujang-gadis) di desa Rantau
Pandan, ketika mereka bergotong royong membantu dalam sebuah tradisi yang disebut
beselang. Dalam menjalankan tradisi ini, tari tauh menjadi hiburan bagi para gadis lajang
di malam hari atau siang hari setelah mereka selesai bekerja memanen padi. Tauh artinya
memanggil atau mengajak. Bertauh dimaknai sebagai ajakan menari namun berjauhan yang
dibatasi oleh seutas tali yang direntangkan (4 langkah antar penari). Tari tauh ini termasuk
dalam kelompok tari pergaulan anak muda yang sering diadakan pada saat tradisi beselang.
acara umum, pernikahan, atau upacara adat lainnya. Tarian ini ditarikan secara berpasangan
dengan jumlah penari sebanyak 8 sampai puluhan pasang. Penarinya tidak memakai
pakaian khusus, mereka menari dengan pakaian sehari-hari, baik itu braket maupun kebaya.
Lamanya pementasan tidak dibatasi, tergantung kemeriahan penonton yang mengikuti
tarian dan kemampuan menghafal pantun krinok sebagai lagu tari tauh. Tari Tauh biasanya
ditarikan dengan berpasangan. Tarian tauh diiringi oleh kelintang kayu, gong, kendang dan
biola serta vokal yang disebut krinok. Krinok adalah puisi yang dinyanyikan oleh seorang
wanita atau seorang pria. Secara umum, Krinok untuk tari tauh adalah tentang anak muda
dan nasib hidup. Krinok dinyanyikan secara bergantian atau lebih dikenal dengan pantun
berbalas. Pada zaman dahulu, kesempatan untuk mengetahui selalu ditunggu-tunggu oleh
kaum muda, karena itu adalah kesempatan untuk menyampaikan apa yang ada di hati
mereka kepada orang yang mereka cintai. Saat ini tari tauh yang dipentaskan dalam tradisi
beselang sangat sulit ditemukan bahkan dianggap punah. Saat ini tari tauh hanya dapat
dijumpai di berbagai acara adat dan kegiatan hiburan malam serta kegiatan resmi yang
dilakukan oleh pemerintah daerah seperti upacara pernikahan, hiburan malam pada
peringatan hari kemerdekaan Indonesia dan lain sebagainya. Hilangnya tari tauh
merupakan ancaman serius bagi kelangsungan kesenian tradisional di Rantau Pandan,
karena kesenian ini tidak hanya berfungsi sebagai hiburan (rekreasi) tetapi juga memiliki
fungsi sebagai media mencari jodoh bagi generasi muda. Para tetua adat di Rantau Pandan
menilai mencari jodoh dalam tarian tauh dinilai lebih sopan dibandingkan gaya pacaran
generasi muda saat ini.
31
Dokumentasi:
32
BAB IV
MITOS
A. Folklor atau Ungkapan Kepercayaan Masyarakat
Kearifan lokal merupakan identitas suatu budaya yang memiliki nila-nilai, norma,
hulum-hukum, dan juga kepercayaan dari masyarakat sekitar yang diwariskan oleh leluhur
dan dapat dijadikan sebagai pedoman prilaku masyarakat dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat itu sendiri. Dan dengan memiliki kearifan
lokal yang ada pada wilayah tersebut, membuat masyarakat dapat mengatur kehidupan
bersosialisasi secara bijaksana. Kearifan lokal sangat penting untuk kehidupan
bermasyarakat karena dapat menjaga identitas wilayah yang ditempatinya, dengan kita
memahami kearifan lokal yang ada di wilayah sekitar kita, maka kita juga bisa menjaga
budaya yang sudah berkembang di wilayah tersebut. Dan dengan kita tetap menjaga
budaya-budaya yang ada serta mengembangkan budaya terseut, maka secara tidak
langsung kita membuat budaya kita lebih dikenal oleh masyarakat luas.
Seperti contohnya kearifan lokal yang sekarang masih ada yaitu tentang ungkapan
kepercayaan masyarakat. Ungkapan itu biasa disebut dengan folklore atau ungkapan
kepercayaan masyarakat yang masih berkembang sampai sekarang, ungkapan tersebut
biasanya lebih sering digunakan oleh orang tua untuk memberitahukan larangan agar tidak
dilanggar oleh anaknya. Ungkapan ini biasa juga disebut dengan mitos dan bermakna
tersirat, karena orang tua sering memberi tahukan suatu hal kepada anaknya secara tersirat.
B. Tulak Bala
Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang tidak bisa
dipisahkan dari masyarakat itu sendiri. kearifan lokal biasanya diwariskan secara turun
temurun dari suatu generasi ke generasi selanjutnya yang sudah mandarah daging bagi
masyarakat itu sendiri. kearifan lokal yang ada atau berkembang di nagari kataping,
tepatnya dikorong pauh ini banyak macamnya. Sala satunya tradisi tulak bala ini, tradisi ini
merupakan tradisi yang sudah turun temurun diadakan di nagari kataping, dengan tujuan
menolak atau mengusir maslah yang ada di dalam kampung.
Bagi masyarakat kataping, tulak bala ini mempunyai makna tersendiri, hal ini mereka
percaya dapat melindungi kampung dari maslaah-masalah yang akan datang, seperti hama
dipertanian melindungi nelayan yang sedang memanen hasil tani nya. Selain itu dalam tulak
33
bala ini masyarakat kampug juga akan dipertemukan dalam pawai keliling kampung yang
dilakukan dengan membaca kalimat dzikir dan shalawat nabi.
Dokumentasi:
C. Larangan duduk depan pintu
Larangan duduk depan pintu ini merupakan suatu kearifan lokal yang ada di nagari
kataping, dimana hal ini menjad tradisi lisan yang masih ada sampai saat ini. larangan ini
memiliki makna tersendiri bagi masyrakat kataping, dimana sudah tidak seharusnya kita
duduk didepan pintu selain tidak enak dilihat, hal ini juga membuat tamu yang datang tidak
merasa enak, padahal masyarakat minang sudah seharusnya memuliakan tamu yang datang.
Dokumentasi:
34
BAB V
MAKANAN
A. Kacang Pukul
Kacang pukul merupakan makanan khas daerah Kabupaten Rokan Hilir yang terbuat
dari campuran kacang tanah, gula pasir dan juga bahan lainnya. Proses pembuatannya
menggunakan beberapa resep racikan. Mulai dari pemilihan kacang tanah terbaik,
kemudian dicampur gula, barulah ditumbuk. Saat ditumbuk itulah muncul nama Kacang
Pukul, kacang yang ditumbuk.
Dokumentasi:
A. Rendang Telur
Kearifan lokal merupakan identitas suatu budaya yang memiliki nila-nilai, norma,
hukum-hukum, dan juga kepercayaan dari masyarakat sekitar yang diwariskan oleh leluhur
dan dapat dijadikan sebagai pedoman prilaku masyarakat dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat itu sendiri. Dan dengan memiliki kearifan
lokal yang ada pada wilayah tersebut, membuat masyarakat dapat mengatur kehidupan
bersosialisasi secara bijaksana. Kearifan lokal sangat penting untuk kehidupan
bermasyarakat karena dapat menjaga identitas wilayah yang ditempatinya, dengan kita
memahami kearifan lokal yang ada di wilayah sekitar kita, maka kita juga bisa menjaga
budaya yang sudah berkembang di wilayah tersebut. Dan dengan kita tetap menjaga
35
budaya-budaya yang ada serta mengembangkan budaya tersebut, maka secara tidak
langsung kita membuat budaya kita lebih dikenal oleh masyarakat luas.
Dan didalam kearifan lokal, budaya yang ada tidak hanya tentang hukum-hukum atau
kepercayaan yang ada di masyarakat, bisa saja kearifan atau identitas budaya itu dilihat dari
kulinernya. Salah satu kuliner yang sangat terkenal di Minangkabau adalah rendang.
Rendang merupakan makanan yang berasala dari sumatera barat yang sudah menjadi ciri
khas makanan Minangkabau. Rendang itu sendiri memiliki banyak jenis seperti rendang
daging, rendang paru, dan juga rendang telur.
Rendang telur merupakan makanan khas sumatera barat, tetapi rendang ini berbeda
dengan rendang yang lainnya, karena memiliki tekstur yang renyah, jika dibandingkan
dengan rendang lainnya yang menggunakan daging, rendang telur ini menggunakan tepung
dan telur dan hasil akhirnya akan seperti keripik. Cara membuat rendang telur ini cukup
mudah seperti membuat dadar dari adonan telur tersebut lalu setelah matang dadar tersebut
di potong-potong, setelah itu di goreng dengan api kecil, lalu masukkan tumisan dan santan
lalu diaduk hingga rata, setelah itu diaduk-aduk hingga bumbu nya mengering dan menjadi
rendang telur
Dokumentasi:
B. Rendang
Uraian rinci tentang kearifan lokal dalam bentuk paragraf. Uraian mencakup:
• penjelasan tentang kearifan lokal
Randang adalah masakan daging asli Indonesia yang berasal dari Minangkabau.
Masakan ini dihasilkan dari proses memasak suhu rendah dalam waktu lama
menggunakan aneka rempah- rempah dan santan. Proses memasaknya memakan waktu
berjam-jam (biasanya sekitar empat jam) hingga yang tinggal hanyalah potongan
daging berwarna hitam pekat dan dedak. Dalam suhu ruangan, rendang dapat bertahan
36
hingga berminggu-minggu. Rendang yang dimasak dalam waktu yang lebih singkat dan
santannya belum mengering disebut kalio, berwarna cokelat terang keemasan.
• makna kearifan lokal bagi masyarakat setempat
Rendang memiliki posisi terhormat dalam budaya masyarakat Minangkabau.
Rendang memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatra Barat,[12] yaitu
musyawarah dan mufakat, yang berangkat dari empat bahan pokok yang
melambangkan keutuhan masyarakat Minang. Secara simbolik, dagiang (daging sapi)
melambangkan "niniak mamak" (para pemimpin suku adat), karambia (kelapa)
melambangkan "cadiak pandai" (kaum Intelektual), lado (cabai) melambangkan "alim
ilama" yang tegas untuk mengajarkan syariat agama, dan pemasak (bumbu)
melambangkan keseluruhan masyarakat Minangkabau. Dalam tradisi Minangkabau,
rendang adalah hidangan yang wajib disajikan dalam setiap perayaan adat, seperti
berbagai upacara adat Minangkabau, kenduri, atau menyambut tamu kehormatan.
Dalam tradisi Melayu, baik di Riau, Jambi, Bengkulu, Palembang, Lampung,
Medan atau Semenanjung Malaya, rendang menjadi hidangan istimewa yang
dihidangkan dalam kenduri khitanan, ulang tahun, pernikahan, barzanji, atau perhelatan
keagamaan, seperti Idul Fitri dan Idul Qurban.
Dokumentasi:
C. Lapek Barajuik/Lapek Kampung Aro
Lapek barajuik berasal dari kampong aro, koto tinggi karna itu lapek ini juga disebut
dengan lapek kampong aro.Lapek ini terbuat dari pisang yang sudah dihancurkan lalu
dibungkus dengan daun pisang yang kemudian diikat satu persatu dengan
memanjang.Lapek ini juga dijadikan sebagai oleh-oleh bagi perantau karena mampu
bertahan lama. Lapek barajuik sangat bermakna bagi masyarakat karna dengan adanya
lapek ini perekonomian masyarakat sedikit terbantu dan masih banyak yang meminatinya
sehingga ini mampu mempromosikan daerah Padang Pariaman.
37
Dokumentasi:
38
BAB VI
OBAT-OBATAN
A. Si tawa si kumpal (ubek tawa)
Masyarakat jorong kampeh kanagarian simarasok menggunakan obat alam (ubek tawa)
yaitu sikarau sebagai pengobat demam atau sakit yang sudah dilakukan secara turun
menurun dan tidak bisa dipisahkan lagi dari kebiasaan masyarakat. Si tawa itu sendiri
memiliki batang yang sedikit kemerahan daun tipis pada permukaan daun dan terdapat bulu
bulu halus. Si kumpal itu sendiri hidup ditempat yang berair seperti kolam dan sawah,
bentuk daun seperti rumout atau daun padi yang memanjang namun lebih tipis dan tidak
tajam.
B. Panawa Angek Badan
Masyarakat jorong kampeh kanagarian simarasok menggunakan obat alam (panawa angek
badan) yag sudah dilakukan masyarakat secara turun temurun yang tidak terpisahkan.
Bahan bahan pembuatan panawa angek badan yaitu kunyit, beras, daun jeruk purut, air, dan
tempurung kelapa.
39
BAB VII
NAMA-NAMA PENULIS
NAMA NIM
Adidtia Perdana Putra 21234022
21234056
Ainul Azhari 21234024
Alif Putra Pratama 21234026
Anggi Kurnia Wulandari 21234028
21234062
Annisa Miranda 21234002
Auvelia Septya Eka 21234066
Danestita Ulva Winzini 21234032
21234004
Dika Mai Narti 21234068
Dwi Lestari 21234034
Erika Mutiara 21234070
21234072
Fanisa Amelita Zahra 21234076
Fauzi Aldi 21234006
21234078
Firly Oktami Nisa 21234038
Fitriazmi Zikrillah r 21234082
Hamanda Yuzar Yabana 21234084
21234010
Hasdiatul Ummi 21234086
Hutri Elsya Wulandari 21234040
21234090
Laila Fathulni 21234012
Leonita Arwandi 21234042
Marshanda Aulia Indra 21234092
Melani Putri Bellini 21234094
Mifta Khairani 21234014
Miftahul Jannah 21234044
Nadia Fatma Azzahra 21234016
21234098
Nella Syafrita 21234018
Novita Yuliani 21234100
Puti Reno Makhfira 21234050
21234020
Putri Yefani 21234102
Rahma Intan Oktiara 21234052
Rusyda Hijriyati Hasanah 21234104
Sajida Diva Azira
Shabrina Zhafiri
Sheny Ratna Amelia
Vanesya Cantika
Vivi Widya
Wanda Rahma Doni
Windi Auwiyah
Yenni Khoirunnisa
Yuni Kartika Putri
40
41