PERIODISASI SASTRA
ANGK ADTAANNAPNUGJ AKNA TGAGNA 4 5
BARU
mi adalahahliwaris yang
darikebudayaan dunia dan kebudayaanini
mi teruskandengancara kami sendiri. Kami
irdarikalangan orang banyak dan
ngertianrakyatbagi kami
lahkumpulancampur-baurdari mana dunia
u yang sehatdapatdilahirkan.
Oleh: Yosevin Winda Christiana
Relevansi
Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak akan terlepas dari pembelajaran sastra. Sastra
mengajarkan kita tentang kehidupan dan nilai keindahan. Sastra tidak terlahir begitu saja.
Beberapa sastrawan memperkenalkan karya sastranya yang dipengarhui oleh zaman dan keadaan
lingkungannya. Semakin berkembangnya zaman, sastra pun semakin berkembang tingkat
karakteristiknya. Selain mengajarkan kehidupan dan nilai keindahan, sastra juga melatih kita
dalam pengetahuan berbahasa.
Karya sastra pada umumnya dibuat dengan menggunakan imajinasi sehingga membuat
pembaca memainkan daya imajinasinya ketika membaca karya sastra tersebut. Pada bab ini, Anda
akan mempelajari genre sastra dan genre sastra berdasarkan periodisasi sastra Indonesia. Anda
akan mengetahui genre sastra di setiap angkatannya dan bagaimana karakteristik karya sastra
tersebut.
Kompetensi Dasar
3.5 Mengidentifikasi berbagai genre sastra berdasarkan periodisasi sastra Indonesia dari berbagai
sumber.
Indikator
3.5.1 Memahami karakteristik jenis sastra puisi, prosa, drama, dan kritik.
3.5.2 Menemukan berbagai jenis sastra puisi, prosa, drama, dan kritik pada Angkatan Pujangga
Baru dan Angkatan ’45.
Materi
A. Angkatan Pujangga Baru
Latar Belakang Pujangga Baru
➢ Pada Angkatan Pujangga Baru ini dikenal juga sebagai penerbit majalah, yaitu majalah
Pujangga Baru. Menerbitkan majalah khusus yang memuat kebudayaan dan
kesusateraan. Ide ini telah muncul sejak Angkatan Balai Pustaka, tetapi baru terealisasi
pada tahun 1930 terbit majalah Timboel (1930-1933), 1932 terbit edisi bahasa
Indonesia, dan Sanusi Pane sebagai redakturnya.
➢ Reaksi yang muncul atas adanya badan sensor terhadap pengarang-
pengarang/sastrawan pada Angkatan Balai Pustaka.
➢ Munculnya rasa nasionalisme pendiri Pujangga Baru telah menginsafi dan menyadari
perasaan kebangsaan yang dikumandangkan dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Dengan kesadaran nasional ini mereka merasa betapa penting adanya pembinaan
kebudayaan nasional.
➢ Membantah tuduhan bahwa Pujangga Baru didirikan atas anjuran Balai Pustaka.
Tujuan
➢ Tujuan didirikannya majalah Pujangga Baru adalah untuk menyalurkan karya karya
sastrawan dan membentuk kebudayaan persatuan Indonesia Merdeka. Lahirnya
Angkatan Pujangga Baru menandai berakhirnya sastra Melayu. Karakteristik karya
sastra Pujangga Baru tidak bertemakan kawin paksa ataupun perjodohan, melainkan
bertemakan Nasionalisme, ceritanya pun mengangkat masyarakat modern, isi dalam
prosa dan puisinya lebih bersifat romantis, dan penggunaan bahasanya pun bebas.
➢ Memajukan bahasa dan kesusasteraan Indonesia (mengikat serta mengumpulkan para
pengarang pada Pujannga Baru yang telah tercerai berai)
➢ Tempat berkumpulnya kaum budayawan, seniman dan cendekiawan Indonesia pada
masa itu.
Pendiri Pujangga Baru
➢ Sutan Takdir Alisjahbana
➢ Armijin Pane
➢ Amir Hamzah
Ketiga sastrawan tersebut merupakan pelopor pada masa Angkatan Pujangga Baru.
1) Sutan Takdir Alisjahbana telah membuat karya sastra dalam bentuk roman yang berjudul
Tak Putus Dirundung Malang (1929), Layar Terkembang (1936), Anak Perawan di Sarang
Penyamun (1941). 2) Armijn Pane telah membuat karya sastra dalam bentuk roman yang
berjudul Belenggu (1940), kumpulan cerpen Kisah Antara Manusia (1953), lakon sandiwara
Nyai Lenggang Kencana (1937). 3) Amir Hamzah telah membuat karya sastra dalam bentuk
kumpulan sajak yang berjudul Nyanyi Sunyi (1937), Setanggi Timur (1939), Buah Rindu
(1941).
Pelopor /Tokoh Pujannga Baru
1. STA( Sutan Takdir Alisyahbana)
2. Armyin Pane
3. Sanusi Pane
4. Amir Hamzah
Munculnya Pujangga Baru yang membawa perubahan dan memberikan gagasan-gagasan
baru menimbulkan pro dan kontra untuk tokoh-tokoh pada waktu itu.
Tokoh pro berikut pendapatnya adalah:
STA dalam esainya berpendapat (1933): Bahasa Indonesia ialah bahasa perhubungan
yang berabad-abad tumbuh perlahan-lahan di kalangan penduduk Asia Selatan dan setelah
bangkitnya pergerakkan kebangunan rakyat Indonesia pada awal abad dua puluan dengan
insyaf diangkat dan dijunjung sebagai bahasa persatuan"( Pane, 1985,34)
Tokoh Kontra:
Sutan Moh Zain, Haji Agus Salim, tokoh yang berpegang pada kemurnian bahasa Melayu
Tinggi tentunya menolak pendapat STA Adanya pendapat pro dan kontra terhadap bahasa
menimbulkan polemic( perang pendapat lewat media cetak).
Polemik Pujangga Baru dengan kaum tua tidak terbatas pada bahasa tetapi juga soal
kebudayaan, pendidikan, pandangan hidup kemasyarakatan.
Golongan Baru( STA) berpendapat agar bangsa Indonesia bisa maju dan setaraf dengan
bangsa lain maka harus berorientasi ke Barat (harus mengambil roh dari Barat).STA
termasuk polemis yang tajam dan bersemangat.
Golongan tua (Dr.Sutomo 1888-1938), Ki Hajar Dewanrata (1889-1958) tokoh ini
berpendapat bahwa untuk memajukan bangsa Indonesia agar dapat setaraf bangsa barat
harus berpegang pada tradisi yang dianggap sebagai kepribadian bangsa.
Tokoh penengah terhadap polemik: Golongan baru dengan golongan tua adalah:
Sanusi Pane: baginya untuk memajukan bangsa Indonesia ( Manusia Baru) haruslah
merupakan perbaduan antara Faust ( dianggap mewakili roh kepribadian Barat) dengan
Arjuna (sebagai wakil roh kepribadian Timur) Sikap Sanusi Pane ini dinyatakannya dalam
dramanya yang berjudul" Manusia Baru)
Catatan:
Sanusi Pane, sebelumnya terkenal orang yang sangat mempertahankan Timur dalam
menghadapi STA.
Hambatan yang Dihadapi Pujangga Baru
Majalah Pujangga baru sempat berhenti (tidak terbit) ketika Jepang masuk dan menduduki
Indonesia, karena dianggap kebarat-baratan, dan baru terbit lagi setelah Indonesia merdeka
oleh STA dengan stap redaksi dengan tenaga muda: Chairil Anwar, Rivai Apin, Asrul Sani,
Achdiat K. Miharja, dll.
Pengaruh asing dalam PB adalah sastra Belanda sastra 80-an, khususnya pada
bentuk"Soneta"
B. Angkatan ‘45
Latar Belakang Angkatan ‘45
Pada tanggal 9 Maret 1942, Jepang mengambil ahli kekuasaan atas Indonesia dari tangan
Belanda. Pada zaman ini, muncul larangan keras terhadap segala hal yang berbau kebarat-
baratan. Di antara hal-hal tersebut ialah bahasa Belanda, yang penggunaannya kemudian
digantikan dengan bahasa Melayu, serta segala macam sastra yang berkaitan dengan Angkatan
Pujangga Baru dan Balai Pustaka. Dalam suatu kesempatan, Jepang kemudian
mengumpulkan para seniman Nusantara di Kantor Pusat Kebudayaan (Keimin Bunka
Shidosho), yang pada awalnya dikira oleh mereka merupakan tanda dari sebuah awal yang
baru. Tetapi tindakan ini selanjutnya terbukti semata-mata sebagai fasilitas politik untuk
memajukan propaganda Jepang untuk menguasai Asia. Secara otomatis, kebebasan berkreasi
para seniman Indonesia pun menjadi sangat terbatas. Salah satu contoh dari keterbatasan
berkreasi yang diinstigasi oleh Jepang ialah larangan atas terbitnya segala macam surat kabar
atau majalah terkecuali yang diterbitkan oleh Jawa Shimbun Kai.
Pada tahun 1947 Chairil Anwar dan kawan-kawannya mempelopori Angkatan 45 dengan
membangun sebuah perkumpulan seniman yang bernama "Gelanggang Seniman Merdeka"
yang tidak hanya beranggotakan sastrawan, namun pula pelukis, musisi, dan sebagainya.
Melatarbelakangi pembuatan organisasi ini ialah idealisme para seniman yang ingin lepas dari
pengaruh angkatan-angkatan sebelumnya dan pihak penguasa (Jepang), yang mereka pandang
munafik dan membatasi kreativitas seni, serta penentangan mereka terhadap chauvinisme dan
kepercayaan bahwa seni tersebut bersifat universal.
Nama "Pujangga Angkatan 45" pertama kali dicetuskan oleh Rosinah Anwar dan cepat
mendapatkan dukungan dari masyarakat luas. Nama-nama lain yang sempat digunakan adalah
Angkatan Kemerdekaan, Angkatan Pembebasan, Angkatan Perang, Angkatan Chairil Anwar,
Angkatan Gelanggang. Angkatan ’45 dikenal sebagai Angkatan Chairil Anwar. Pada masa
itu, Chairil anwar dengan karya-karya puisinya sangat terkenal, sedangkan di bidang prosa
adalah Idrus. Selain disebut Angkatan Chairil Anwar, Angkatan ’45 juga disebut sebagai
Angkatan kemerdekaan karena lahir ketika Indonesia merdeka.
Seni sastra Angkatan ’45 memiliki konsep seni yang berjudul “Surat Kepercayaan
Gelanggang.” Surat Kepercayaan Gelanggang adalah pernyataan sikap dari beberapa
sastrawan Indonesia yang kemudian hari dikenal sebagai Angkatan '45. Di antara para
sastrawan ini yang paling menonjol adalah Asrul Sani dan Rivai Apin. Surat ini diterbitkan
oleh majalah Siasat pada tanggal 22 Oktober 1950. Penggagas manifestasi ini adalah Wiratmo
Soekito, serta ikut juga dalam kegiataan ini Taufik Ismail, Arif Budiman dan Goenawan
Muhammad. Diilhami oleh semangat humanisme universal yang pertama kali dinyatakan
lewat Surat Kepercayaan Gelanggang, Manifesto ini menyerukan, antara lain, pentingnya
keterlibatan setiap sektor dalam perjuangan kebudayaan di Indonesia. Manifesto itu sendiri
tidak menjabarkan dengan terinci langkah-langkah apa yang perlu diambil untuk
memperjuangkan "martabat diri kami sebagai bangsa Indonesia di tengah masyarakat bangsa-
bangsa." Maka dari itu, bisa dikatakan butir-butir yang disampaikan sebenarnya sama sekali
tidak berlawanan dengan semangat yang hidup pada zaman itu: keinginan "menyempurnakan
kondisi hidup manusia."
Isi pokok dari Surat Kepercayaan Gelanggang, ialah;
1. Angkatan 45 memandang dirinya sebagai ahli waris kebudayaan dunia dan akan
diteruskan kebudayaan itu menurut cara mereka sendiri.
2. Keindonesiaan mereka hanya dapat dikenal dari wujud pernyataan hati dan pikiran
mereka, bukan dari bentuk-bentuk lahirnya.
3. Kebudayaan Indonesia Baru tidak semata-mata berdasarkan kebudayaan Indonesia
lama, tetapi ditetapkan dari ramuan hasil kebudayaan yang datang dari segenap
penjuru dunia, yang kemudian dilontarkan kembali dalam wujud ciptaan menurut
kehendak mereka.
4. Revolusi bagi mereka adalah penempatan nilai-nilai baru di atas nilai-nilai lama yang
sudah usang yang harus disempurnakan.
5. Mereka berpendapat bahwa antara masyarakat dan seniman terjadi saling
mempengaruhi (Sarwadi, 2004:162).
Surat Kepercayaan Gelanggang besar artinya dalam membentuk kebudayaan baru
Indonesia. Angkatan ’45 yang memiliki hubungan erat dengan Surat Kepercayaan
Gelanggang ini menciptakan karya-karya yang melambangkan kebudayaan dan semangat
perjuangan. Surat Kepercayaan Gelanggang menuntut semacam rasa cinta terhadap bangsa
Indonesia yang dilakukan dengan tindakan nyata, tidak hanya dalam batin. Ciri keindonesiaan
ditandai oleh wujud pernyataan hati dan pikiran. Tidak memberi suatu ikatan untuk
kebudayaan Indonesia, tetapi pemikiran suatu penghidupan kebudayaan baru yang sehat.
Karakteristik karya sastra Angkatan ‘45
1. Puisi bercorak bebas, tidak terikat pembagian bait, baris, atau rima.
2. Karya yang dilahirkan merupakan isi perasaan dan pikiran dari pribadi penulisnya.
3. Mengungkapkan sesuatu yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
4. Setiap karyanya lebih mementingkan isi daripada bentuk.
5. Isi dari puisi berisi tentang individualism dan prosa menceritakan masalah
kemasyarakatan sehari-hari, terutama dengan latar perang kemerdekaan.
Sastrawan Angkatan ‘45
a. Chairil Anwar
- Dijuluki sebagai “Si Binatang Jalang” karena karyanya “AKU”
- Peolpor Angkatan ’45 serta puisi modern. Chairil Anwar memperkenalkan metode
penulisan puisi yang tidak terikat oleh aturan.
- Pernah diduga dan terbukti melakukan menerjemahkan dan meniru terhadap sebuah
puisi asing, "The Young Dead Soldiers" oleh Archibald MacLeish. Tindakan ini
dituangkan kepada salah satu puisinya yang paling terkenal, "Krawang-Bekasi“,
karena pada saat itu ia membutuhkan biaya untuk berobat. Dibela oleh H.B. Yassin.
Sebagai:
- Tokoh pembaharu puisi Angkatan ‘45
- Pelopor Angkatan ‘45
- Trio pembaharu puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin (karya: Tiga Menguak
Takdir)
- Egonya tinggi, individualis (karya: Aku)
- Romantic (Senja di Pelabuhan Kecil)
- Tokoh yang bertoleransi tinggi (Sajak ISA)
- Pecinta Tanah Air
b. Asrul Sani
- Asrul Sani adalah seorang sastrawan dan sutradara film. Pada tahun 2000, ia
menerima penghargaan Bintang Mahaputra dari Pemerintah Republik Indonesia.
- Ia adalah salah satu pelopor Angkatan Sastra 45. Ia menulis puisi, cerpen, drama,
dan esai. Ia pula menerjemahkan karya-karya penulis asing ternama, seperti
William Shakespeare, Nicolai Gogol, dan Yasunari Kawabata.
- Asrul Sani dikenal sebagai penulis esai terbaik tahun 50-an. Salah satu karyanya
yang paling terkenal adalah "Surat atas Kertas Merah Jambu" yang kemudian
diterjemahkan dalam Bahasa Belanda.
c. Rivai Apin
- Rivai Apin adalah salah satu pelopor Angkatan Sastra 45. Bersama teman-
temannya Chairil Anwar dan Asrul Sani, ia menerbitkan sebuah buku kumpulan
karya yang berjudul "Tiga Menguak Takdir".
- Rivai Apin pernah menjadi redaktur dari "Gema Suasana", "Siasat", "Zenith", dan
"Zaman Baru".
- Ia adalah salah satu pimpinan Lekra (Lembaga Kebudayaan Indonesia), yaitu
sebuah organisasi kebudayaan sayap kiri. Setelah peristiwa G30S, ia ditahan dan
baru dibebaskan pada tahun 1979.
d. Idrus
- Idrus sering dianggap sebagai pembaharu prosa Angkatan 45.
- Karyanya yang paling terkenal berjudul “Aki”.
- Ia cenderung menulis tentang kenyataan yang kejam dan dengan kata-kata yang
terus terang.
- Salah satu karyanya perihal sebuah peristiwa pada bulan November 1945 yang
terinspirasi dari suatu konflik antara orang Indonesia dan orang Inggris dianggap
sebagai sebuah karya anti-nasionalis dan merusak revolusi.
e. Mochtar Lubis
- Mochtar Lubis dikenal dengan keberaniannya untuk menentang konsepsi-konsepsi
politik Soekarno. Hal ini menyebabkan ia ditahan dalam penjara selama kurang
lebih sembilan tahun.
- Ia turut mendirikan Kantor Berita "ANTARA", mendirikan dan memimpin harian
"Indonesia Raya" yang telah dilarang terbit, dan mendirikan majalah sastra
"Horizon" bersama-sama kawan-kawannya
f. Pramoedya Ananta Toer
Sebagai salah satu sastrawan Indonesia paling produktif, Pramoedya Ananta Toer telah
menghasilkan lebih dari 50 karya yang diterjemahkan ke dalam kira-kira 41 bahasa
asing. Karya-karya tersebut antara lain ialah Tetralogi Pulau Buru, "Arok Dedes",
"Korupsi", dan lain-lain. Pada zaman Orde Baru, Pramoedya pernah ditahan karena
menjelaskan kepada publik perihal paham komunis dan sosialis.
g. Achdiat Kartamihardja
- Lahir: 6 Maret 1911, Cibatu, Garut, Jawa Barat
- Wafat: 8 Juli 2010, Canberra, Australia
- Karya terkenal: Atheis, Keretakan dan Ketegangan, dan Kesan dan Kenangan
h. Trisno Soemardjo
- Lahir: tahun 1916
- Wafat: 21 April 1969
- Menerjemahkan karya Shakespeare, A Midsummer Night's Dream dan Hamlet
- Karya terkenal: Silhuet dan Kata dan Perbuatan
i. Utuy Tatang Sontani
- Lahir: 31 Mei 1920, Cianjur, Jawa Barat
- Wafat: 17 September 1979, Moskow, Rusia
- Karya terkenal: Tambera, Suling (drama)
Karya Angkatan ‘45
a. Chairil Anwar
- Kerikil Tajam dan yang Terempas dan yang Putus (1949)
- Deru Campur Debu (1949)
- Tiga Menguak Takdir
- Aku ini Binatang Jalang Jalang (koleksi sajak) (1986)
- Derai-Derai Cemara (1999)
b. Asrul Sani
- Dari Suatu Masa daru Suatu Tempat (kumpulan cerpen, 1972)
- Mantera (kumpulan sajak, 1975)
- Mahkamah (drama, 1988)
- Titian Serambut Dibelah Tudjuh (Film, 1959)
- Pagar Kawat Berduri (Film, 1963)
c. RivaiA pin
- Gema Tanah Air (1948)
- Dari Dua Dunia yang Belum Sudah (1972)
d. Idrus
- Aki (1949)
- Perempuan dan Kebangsaan (1949)
- Dokter Bisma (Drama, 1945)
- Keluarga Surono (drama, 1948)
e. Achdiat Karta Mihardja
- Bentrokan dalam Asmara (Drama, 1952)
- Keretakan dan Ketegangan (kumpulan cerpen, 1956)
- Kesan dan Kenangan (1960)
- Debu Cinta Berterbangan (novel, Singapura, 1973)
- Belitan Nasib (kumpulan cerpen, 19750
f. Trisno Soemardjo
- Kata Hari dan Perbuatan (kumpulan cerpen, drama, dan sajak, 1952)
- Rumah Raja (kumpulan cerpen, 1957)
- Tjita Terina (drama, 1953)
- Romeo dan Juliet (terjemahan karya William Shakespeare, 1955)
g. Utuy Tatang Sontani
- Selamat Djalan Anak Kufur (1956)
- Si Kampeng (1964)
- Bunga Rumah Makan: pertunjukan watak dalam satu babak (1948)
- Awal dan Mira (drama satu babak, 1952)
- Sayang Ada Orang Lain (drama, 1954)
- Di Langit Ada Bintang (drama, 1955)
h. Mochtar Lubis
- Jalan Tak Ada Ujung (1952)
- Tanah Gersang (1966)
- Senja di Jakarta (1970)
- Maut dan Cinta (1977)
i. Pramoedya Ananta Toer
- Tetralogi Pulau Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan
Rumah Kaca)
- Midah Si Manis Begigi Emas (1954)
- Mangir (2000)
j. Usmar Ismail
- Asokamala Dewi
- Puntung Berasap (kumpulan sajak, 1950)
- Mutiara dari Nusa Laut (drama)
k. Rosihan Anwar
- Radio Masyarakat (cerpen)
- Manusia Baru
- Lukisan
- Seruan Napas (sajak)