The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini berisikan perjalanan etnofotografi yang saya lakukan dalam upacara adat Mondosiyo.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Media Zine, 2022-06-16 23:00:58

Etnofotografi Negeri Kamulyan dalam Upacara Adat Mondosiyo

Buku ini berisikan perjalanan etnofotografi yang saya lakukan dalam upacara adat Mondosiyo.

Keywords: Mondosiyo

ETNOFOTOGRAFI

NEGERI KAMULYAN
DALAM UPACARA ADAT MONDOSIYO
Feri Ari Fianto



ETNOFOTOGRAFI

NEGERI KAMULYAN
DALAM UPACARA ADAT MONDOSIYO
iii

Etnofotografi Negeri Kamulyan dalam
Upacara Adat Mondosiyo

Feri Ari Fianto

Pembimbing
Risman Marah

Fotografer
Feri Ari Fianto
Ragil Joko P
Hema Kusuma Sandi
Alif Abdullah F
Chrisna Junior Mahendra

Drone
Andra Susilo

Editor Foto
Feri Ari Fianto

Editor Layout
Feri Ari Fianto
Andi Nugroho

iv

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT/Tuhan YME atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga dapat terselesaikan penciptaan Karya Seni dengan judul “ETNOFO-
TOGRAFI NEGERI KAMULYAN DALAM UPACARA ADAT MONDOSIYO”, sebagai salah
satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan studi di Program Studi Seni Program
Magister Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta.
Proses pengerjaan Tesis Karya Seni ini tidak lepas dari banyak bantuan beberapa pihak.
Oleh karena itu sebagai rasa syukur dan hormat pada kesempatan ini penulis ingin menyam-
paikan ucapan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada:
1. Kedua orang tua saya, bapak Purwanto dan ibu Kasmiatun yang saya cintai
2. Seluruh masyarakat desa Pancot
3. Risman Marah, Selaku pembing tesis karya seni
4. Prof. Dr. Drs Guntur M.Hum., Penguji tesis karya seni
5. Dr. Zulkarnain Mistortoify, M. Hum., Ketua penguji tesis karya seni
6. Teman teman yang telah membantu proses penciptaan karya ini Agil, Hema, Alif, Alex,

Andra, alif, Andi, Jepri, Yafie dan Mahargini
7. CONGWAYNDUT yang telah meminjamkan perangkat alat dalam proses penciptaan karya
8. Laras W yang telah membatu proses pencitaan karya
Saya menyadari bahwa dalam penciptaan karya Seni ini masih banyak kekurangan dan
kelemahan. Segala kritik seni yang membangun diterima untuk terciptanya karya seni selanjut-
nya yang memiliki wacana yang lebih. Semoga karya ini berguna baik bagi diri sendiri
maupun pihak lain yang memanfaatkan.

Feri Ari Fianto

v

DAFATAR ISI
• Kata Pengantar ................................................................................................... III
• Catatan editor ..................................................................................................... IV
• Kata Pengantar.................................................................................................... V
• Artis’s Statment................................................................................................... VII
Etnofotografi Negeri Kamulyan dalam Upacara Adat Mondosiyo
• Desa Pancot ......................................................................................................... 2
• Wukuh Mondosiyo ............................................................................................ 5
• Cerita Rakyat Mondosiyo ................................................................................. 8
• Rangkaian acara sebelum Upacara Adat Mondosiyo ................................... 13
• Sesaji Monosiyo .................................................................................................. 18
• Upacara Adat Mondosiyo ................................................................................. 25

vi

Artist’s statement

Karya ini merupakan karya etnofografi yang saya lakukan dibulan april sampai desember
2021 mengenai upacara adat Mondosiyo. Berawal ketika saya berkunjung kedesa Pancot untuk
melihat komuditi bawang putih yang ditanam oleh petani di desa Pancot. Pembicaraan petani
yang berada di ladang mengenai upacara adat Mondosiyo yang akan dilaksanakan.
Hal tersebut kemudian membuat ketertarikan pada diri saya mengenai upacara adat Mondosiyo.
Lantas timbul pertanyaan pada diri saya, bagaimana upacara adat Mondosiyo diselenggarakan
oleh masyarakat desa Pancot. Sedikit cerita bahwa upacara adat Mondosiyo merupakan upacara
yang diselenggarakan pada wukuh Mondosiyo. Hal tersebut memang terdengar asing bagi saya,
dikarenakan saya belum pernah mendengar upacara adat Mondosiyo sebelumnya. Penjelajahan
kemudian saya lakukan dengan mencari sumber data mengenai upacara adat Mondosiyo.
Proses observasi kemudian saya gunakan untuk memulai menciptakan karya etnofotografi
dengan menggunakan pandangan fotografi sebagai karya seni. Pandangan tersebut merupakan
pandangan menempatkan fotografer atau seniman yang menggunakan alat berupa kamera
untuk menciptakan sebuah karya (Shwortz : 1989). Pada karya ini saya juga memposisikan diri
saya sebagai seorang etnografer. Perkenalan kepada masyarakat desa merupakan langkah awal
yang saya lakukan, agar bisa belajar dari masyarakat desa Pancot mengenai upacara adat mon-
dosiyo. Hasil pemahaman mengenail upacara adat Mondosiyo yang saya dapatkan yang
kemudian menjadikan karya Etnofotografi Negeri Kamulyan Dalam Upacara Adat Mondosiyo.
Karya ini merupakan karya fotografi seri yang terdiri dari 20 foto. Dalam buku ini juga
saya sampaikan hasil catatan berupa teks, yang saya didapat ketika observasi kepada
masyarakat desa Pancot mengenai upacara adat Mondosiyo. Warna karya etnofotografi yang
saya ciptakan menggunakan warna hitam putih. Visual etnofotografi yang tercipta terdiri dari
gambaran desa Pancot dan ritual adat Mondosiyo dilaksanakan. Judul karya ini saya dapat dari
cerita rakyat Mondosiyo yang berada di Negeri Kamulyan.

Feri Ari Fianto

vii

Landscape desa Pancot diambil pada pagi hari dengan-
menggunakan drone.

1

Desa Pancot

Desa Pancot merupakan desa yang Beberapa masyarakat yang berada
terletak di kaki gunung Lawu. Lebih tepatnya diluar desa Pancot menyebut bahwa desa
berada di kelurahan Kalisoro, Kec. Tawang- Pancot merupakan desa hindu. Namun fakta
mangu, Kab. Karanganyar. Mayoritas yang terjadi, penduduk desa Pancot mayor-
penduduk di desa ini merupakan petani itas beragama islam. Para penduduk desa,
bawang putih. Namun Ketika tidak memasuki tidak tau dan mengapa desa Pancot dijuluki
musim tanam bawang putih masyarakat akan sebagai desa Hindu. Masyarakat desa Pancot
menanam sayur-sayuran. Kwalitas bawang sampai saat ini masih sangat mempercayai
putih di desa Pancot tergolong sangat bagus. tradisi Jawa. Beberapa tradisi yang masih
Di desa ini juga terdapat artefak berupa batu diyakini oleh masyarkat desa anatara lain,
yang berada di belakang punden Balai Pato- Tradisi musim tanam dan panen, Bersih desa
kan tentang cara menanam bawang putih. Dan ada satu tradisi yang masih diyakini oleh
Letak secara geografis desa Pancot di- masyarakat desa Pancot yaitu upacara adat
apit oleh dua sungai besar yaitu sungai Gro- Mondosiyo. Namun ada beberapa tradisi yang
jogan Sewu dan Sungai dari Pringgondani. Di sudah mulai ditinggalkan salah satunya
tengah desa juga mengalir sungai yang mem- adalah penyembelihan kerbau pada saat
bagi desa pancot menjadi dua bagian. Sungai perayaan pernikahan.
tersebut dinamakan sungai Bacin. Desa Pancot
dipimpin oleh dua kebayanan, yang memimp-
in desa Pancot Utara dan Selatan.
Hal tersebut sangat berbeda dengan desa lain
yang hanya dipimpin oleh satu bayan.
Pemilihan kebayanan dilakukan secara kes-
epakan oleh masyarakat desa. Masyarakat
desa Pancot menyebut bayan dengan sebutan
KORLING (Kordinator Lingkungan).

2

Gapura pintu masuk desa Pancot yang merupakan akses utama untuk masuk desa. Pada samping kiri
gapura terlihat ada tugu PSHT yang dibangun.

3

Arak - arakan reog sepanjang jalan menuju ke punde balai patokan pada saat pembukaan
upacara adat Mondosiyo.

4

Wukuh Mondosiyo

Kata upacara adat Mondosiyo berasal dari nama
wukuh dalam penanggalan masyarakat Jawa. Terdapat 30
wukuh dalam penggalan jawa, yang salah satunya dinaka-
man wukuh mandasiya. Perayakan upacara adat Mondosiyo
akan selalu bertepatan pada wukuh mondosiyo yang
tepatnya dihari selasa Kliwon. Perhitungan peringatan
upacara adat Mondosiyo yang dilakukan masyarakat desa
Pancot juga menggunakan perhitungan selapan. Sebagai
penanda peringatan upacara Mondosiyo masyarakat desa
biasanya menghitung 6 selapan . Dalam penanggalan
masehi satu selapan sama dengan 35 hari, yang berarti 6
selapan sama dengan 35 hari x 6 yang setara sekitar 7 bulan.
Upacara adat mondosiyo juga dirayakan oleh
masyarakat desa Blumbang. Desa tersebut merupakan
tetangga desa Pancot. Perayaan mondosiyo yang berada di
desa Blumbang tidak semeriah di desa Pancot. Keyakinan
masyarakat desa Pancot terhadap upacara adat Mondosiyo
sangatlah kuat. Masyarakat desa Pancot sampai saat ini
belum pernah tidak melakukan upacara adat Mondosiyo.
Masyarakat desa Pancot takut terjadi sesuatu hal ketika
mereka tidak melakukan upacara adat Mondosiyo.
Ketika pandemi covid 19 masyarakat masih tetap
melakukan upacara adat Mondosiyo, meskipun pemerintah
melarang untuk melakukan kegiatan apapun diluar.
Masyarakat desa Pancot tetap meyakini bahwa ketika
melakukan upacara adat mondosiyo, masyarakat desa akan
terhindar dari pandemi covid 19.

5

Salah satu kelompok reog desa Pancot sedang menunjukkan
atraksinya di depan punden balai patokan

6

Punden balai patokan yang terletak di tengah desa Pancot. Tempat ini digunakan untuk
menaruh sesaji pada saat upacara adat Mondosiyo

7

Cerita Rakyat Mondosiyo

Cerita Foklor Mondosiyo merupakan ia beranggapan bahwa masakan dengan sedik-
sebuah penggambaran Prabu Boko dan seo- it campuran daging manusia saja sudah enak,
rang kesatria yang bernama Putut Tetuko. apalagi jika daging manusia tersebut utuh.
Konon, diceritakan ada sebuah negeri yang Untuk itu, Prabu Boko memerintahkan juru
disebut dengan Negeri Kamulyan. Masyarakat masaknya membuatkan makanan yang men-
Desa Pancot meyakini bahwa desa mereka gandung daging manusia lagi setiap 6
merupakan bagian dari Negeri Kamulyan. selapan di hari Selasa Kliwon. Untuk
Penggambaran Negeri Kamulyan merupakan memenuhi keinginannya itu, akhirnya Prabu
Negeri yang tentram, damai dan sangat subur. Boko meminta persembahan manusia kepada
Suatu ketika, pemimpin Negeri Kam- rakyat Negeri Kamulyan.
ulyan yakni Prabu Boko memerintahkan juru Pada suatu ketika, tiba saatnya salah
masaknya untuk dibuatkan masakan yang satu rakyat Negeri Kamulyan yaitu Mbok
berbeda dari biasanya. Tak disangka, ketika Rondo harus menyerahkan persembahan.
memasak jari tangan dari juru masak terse- Namun, Mbok Rondo bingung karena dia ha-
but teriris dan tak sengaja masuk ke dalam nya memiliki satu anak saja. Sementara, usia
makanan. Ketika makanan disajikan, Prabu anaknya masih kecil. Kemudian Mbok Rondo
Boko memakannya dengan nikmat. Prabu melakukan penawaran kepada Prabu Boko
Boko menyukai makanan tersebut hingga untuk menunda waktu persembahannya.
memuji keahlian juru masaknya itu. Saat Lama setelah hari itu, tiba saatnya anak Mbok
Prabu Boko memuji dan menanyakan bahan Rondo sudah dewasa. Prabu Boko akhirnya
apa yang terkandung dalam makanan terse- meminta Mbok Rondo menepati janjinya,
but, juru masaknya pun memberi tahu bahwa yaitu menyerahkan anak semata wayangnya
jarinya teriris dan masuk ke dalam masakan untuk persembahan. Namun, Mbok Rondo
yang disajikannya itu. Mendengar penjelasan bersikeras tidak mau menyerahkan anakn-
juru masaknya itu, Prabu Boko tidak marah. Ia ya sebagai persembahan. Setiap hari Mbok
malah ingin kembali dibuatkan makanan Rondo menangis memikirkan nasib anaknya.
seperti itu lagi. Dalam hati Prabu Boko, Hingga akhirnya suara tangisan Mbok Ron-

8

Relief yang berada di dinding punden balai patokan, menceritakan kisah Prabu Boko dan Putut Tetuko.
Cerita rakyat ini merupakan bagian terbentuknya upacara adat Mondosiyo

9

10

do terdengar oleh kesatria dari Pringgondani turkan ke Batu Gilang. Dengan keyakinan itu,
yang bernama Putut Tetuko. Putut Tetuko nekat membawa Batu Gilang
Putut Tetuko yang tidak tahan den- dari pantai selatan menuju Negeri Kamulyan
gan suara tagisan itu akhirnya datang me- melawan Prabu Boko. Berbagai upaya dilaku-
nemui Mbok Rondo. Putut Tetuko kemu- kan agar kepala Prabu Boko dapat dibentur-
dian menanyakan apa sebab Mbok Rondo kan ke Batu Gilang. Hingga akhirnya Putut
menangis. Mbok Rondo kemudian mencerita- Tetuko bisa memancat kepala Prabu Boko ke
kan apa penyebab air matanya terus-menerus Batu Gilang.
mengalir. Mendengar alasan tersebut, Putut Alhasil Prabu Boko kalah dan tubuhnya
Tetuko bersedia menawarkan dirinya untuk hancur. Bagian mata Prabu Boko menjelma
dijadikan ganti persembahan. menjadi bawang merah. Sementara bagian
Tiba waktunya persembahan tersebut otaknya menjadi batu kapur dan siungnya
diserahkan kepada Prabu Boko. Pada saat itu, menjadi bawang putih. Sepeninggal Prabu
Putut Tetuko menjelma menjadi anak dari Boko, masyarakat Negeri Kamulyan hidup
Mbok Rondo. Prabu Boko yang telah menan- senang karena rasa khawatir yang selama ini
ti lama ingin sekali segera memakan daging dipendamnya, sudah hilang. Rakyat Negeri
manusia itu. Tak disangka saat akan memakan Kamulyan lantas memperingati hari kematian
persembahannya itu, Putut Tetuko Kembali ke Prabu Boko setiap Wukuh Mondosiyo pada
wujud aslinya. hari Selasa Kliwon.
Sontak perkelahian tak terhindarkan
terjadi antara Prabu Boko dengan Putut Tetu-
ko. Diceritakan perkelahian itu terjadi hingga
beberapa hari. Akibat perkelahian dahsyat
itu, tubuh Putut Tetuko pun sempat terpental
sampai ke pantai selatan. Hingga pada akh-
irnya Putut Tetuko mendapat wahyu untuk
mengalahkan Prabu Boko. Dalam wahyunya,
Prabu Boko bisa kalah jika kepalanya diben-

11

Para ibu - ibu sedang mempersiapkan air badek yang sudah dibuat pada upacara adat Mondosiyo
sebelumnya. Nantinya air badek ini digunakan untuk menyiram batu gilang yang berada di depan

punden balai Patokan.

12

Rangkaian Acara Sebelum Upacara Adat Mondosiyo

Pada pelaksanaan upacara adat Mon- waktu datang bulan. Sebelum membuat tape
dosiyo yang diselenggarakan oleh masyarakat ibu-ibu yang bertugas diwajibkan mandi
desa Pancot memiliki beberapa rangkaian terlebih dahulu. Serta pada saat proses
acara. Pelaksanaan acara tersebut, dilakukan pembuatan tape yang dilakukan tidak boleh
masyarakat desa sejak seminggu sebelum dicicipi. Setelah tape yang sudah selesai dibuat
acara utama berlangsung. Runtutan rangkaian akan disimpan dalam sentong sampai acara
acara yang dilakukan sebelum upacara upacara adat mondosiyo dilaksanakan.
berlangsung diantaranya yaitu pembuatan air Cibukan merupakan acara diamana
badek, cibukan, pembutan gandik, pembuatan masyarakat desa mengumpulkan beras dan
sesaji dan tutuk bende. uang yang akan dikumpulkan ke rumah
Pembuatan air badek dilakukan KORLING. Setiap warga yang sudah
seminggu sebelum upacara adat mondosiyo membawa beras dan uang akan dilakukan
dilakukan. Pembuatan air badek berbahan pencatatan. Beras yang sudah terkumpul akan
dasar beras ketan yang dijadikan tape. Setiap dijadikan satu kedalam tenggok. Beberapa
KORLING di desa Pancot berkewajiban untuk sesaji juga disiapkan dalam acara cibukan.
membuat air badek. Pembuatan tape tidak Beberapa sesaji tersebut antara lain bumbu
boleh dibuat oleh sembarang orang, hanya dapur, kelapa dan janur yang ditaruh didalam
ibu - ibu sudah ditunjuk untuk membuat tape tenggok. Kata cibukan berasal dari beras yang
yang diperbolehkan. Bahan yang digunakan harus dibawa yaitu satu cibuk yang berarti
dalam pembuatan tape antara lain beras ketan, setara dengan 1 liter. Proses cibukan bera-
kayu manis, bawang putih, cabe, injet dan khir ketika seluruh masyarakat desa, dirasa
ragi. Beberapa bahan tersebut, berbeda sudah semua mengumpulkan beras. Untuk
dengan pembuatan tape pada umumnya. mengakhiri acara cibukan, sesepuh desa akan
Dalam pembuatan tape juga terdapat pantan- melakukan doa. Pembacaan doa tersebut
gan yang tidak boleh dilanggar. Pembuat tape dinamakan asrep-asrep. Beras yang sudah
harus dalam kondisi bersih dan tidak pada terkumpul kemudian dibagi menjadi beberapa

13

bagiang. Pembagian tersebut nantinya akan sekitar 20 orang. Setiap ibu -ibu yang bertugas
digunakan untuk membuat gandik, sesaji dan dalam pembuatan gandik harus dalam kondisi
keperluan lainnya. Beberapa ibu-ibu bersih. Hal yang tidak boleh dilakukan dalam
kemudian akan mencuci beras yang akan proses pembutan gandik yaitu mencicipi. Para
dijadikan makanan khas Mondosiyo untuk ibu-ibu juga sangat berhati-hati dalam proses
esok harinya. pembutan gandik. Agar bahan lain tidak
Setiap perayaan upacara adat mondosi- masuk atau tercampur dalam gandik.
yo, masyarakat akan membuat makanan khas Pembuatan sesaji upacara adat Mon-
yaitu gandik. Bahan dasar pembuatan gandik dosiyo dilakukan bersamaan saat pembuatan
berasal dari beras. Proses pembuatan gandik. Para ibu-ibu juga sudah membagi
gandik dimulai pagi hari sekitar pukul 04.00 tugas siapa saja yang membuat sesaji.
WIB. Setiap korling akan membawa beras Beberapa sesaji yang sudah dibuat nantinya
kepasar untuk digiling menjadi tepung beras. akan dimasukkan kedalam sentong. Ada 2
Ketika proses mengiling beras harus diawali sesaji yang dibuat yaitu, pertama asesaji yang
terlebih dahulu dengan mengiling jagung. masuk kedalam sentong dan ysng kedua sesaji
Hal tersebut merupakan bagian dari runtutan yang digunakan untuk esok hari yang dibawa
pembuatan gandik yang tidak boleh terlewat- kepunden. Beberapa sesaji yang dibuat
kan. Jagung yang digiling tidaklah banyak, berbentuk cukup unik. Terlihat berbeda
kurang lebih 1 kilo. Dahulu masyarakat desa dengan bentuk sesaji pada umumnya yang
menumbuk beras dengan menggunakan berada diupacara adat masyarakat Jawa .
lesung. Namun perkembangan zaman, untuk Setiap sesaji juga memiliki nama yang cukup
mempermudah proses pembuatan gandik unik. Namun arti dari sesaji tersebut sudah
mereka akhirnya sepakat untuk mengiling tidak diketahui oleh masyarakat desa Pancot.
dengan menggunakan mesin giling. Setelah
beras sudah digiling kemudian dibawah
pulang untuk diproses oleh beberapa ibu-ibu
yang berada disetiap rumah Korling. Proses
pembuatan gandik dilakukan kurang lebih

14

Beberapa ibu - ibu sedang membuat makanan khas
Mondosiyo yang dilakukan di masing-masing rumah
KORLING desa Pancot

15

Ritual tutuk bende dilakukan oleh
tiga orang sesepuh desa dengan cara mem-
bunyikan bende keliling desa. Acara tersebut
dilakukan pada malam hari setelah isyak
sekitar pukul 20.00 WIB. Sesepuh desa akan
berpakaian jamang berwarna hitam. Setiap
orang yang mengikuti acara tutuk bende tidak
boleh berbicara dan tidak boleh mengunakan
alas kaki. Sesepuh desa akan berhenti disetiap
titik didesa, yang dimana arahnya menghadap
kebeberapa punden disekeliling desa Pancot.
Ketika acara tutuk bende berlangsung setiap
warga akan menutup pintu rumah mereka.
Suasana desa Pancot terasa hening ketika
bende sudah mulai dipukul. Ritual tutuk
bende dimaksudkan untuk mengundang
beberah roh leluhur untuk datang diacara
Mondosiyo. Setelah keliling desa dilakukan
kemudian acara tutuk bende ditutup
dipunden balai patokkan. Didalam punden
sesepuh desa akan memimpin doa bersama
dengan lantunan doa menurut islam.

16

Upacara tutuk bende yang dilakukan oleh beberapa sesepuh desa Pancot dengan mengitari
seluruh desa. Bende akan dibunyikan disetiap titik yang menghadap setiap punden. Upacara
ini dilakukan pada malam hari sebelum upacara adat Mondosiyo dilaksanakan.

17

SESAJI MONDOSIYO

18

Beberapa sesaji upacara adat Mondosiyo

1. Wong - wongan 1. Gelang
2. Pur - pur sedapur 2. Tumpeng beras (Batok tempe,
3. Gandik Putih Bongko dele, Tempe bakar
separuh, Sayur njari, Kembang
1. Sawur inang)
2. Nasi ropoh hitam 3. Nasi ropoh putih
dan kembang inang
3. Pisang Sumemeni 1. Air badek

19

1. Cok bakal
2. Kembang inang
3. Cambah 7 rupa
4. Kacang tanah
5. Cengkaruk
6. Gelang, Benik, Gombyok
7. Jamu antan-antan

1. Pecok bakal
20

ngantenan

21

Kupat Sri Ngantenan

Kupat Luar
22

Lempah ganden 1. Saren kambing
Lempah gotong 2. Sate
3. Kelabang mipitan (usus)
4. Dompyang (daging, ati, paru)

23

Ayam rumbah
24

Ayam rumbah

25

Proses penyembelihan sepasang ayam kampung sebelum memulai
kegiatan upacara adat Mondosiyo.

26

Kambing kendit merupakan salah satu sesaji yang harus ada dalam upacara adat Mondosiyo.
Proses penyembelihan kambing kendit dilakukan didepan pendopo

27

Rangkaian Beberapa ibu-ibu juga terlihat mem-
persipakan sesaji dan keperluan memasak
Upacara Adat Mondosiyo disetiap rumah Korling. Medekati upacara
berlangsung air tape yang sudah dipersiapkan
Pada hari selasa pagi masyarakat pada upacara mondosiyo sebelumnya, akan
sudah mempersipakan segala kebutuhan yang ditempatkan dibeberapa wadah yang sudah
nantinya akan digunakan dalam upacara adat dipersiapkan. Tape yang sudah dibuat pada
Mondosiyo. Terlihat dipunden balai patokan, acara mondosiyo kali ini, akan diperas dan
beberapa bapak-bapak sudah bersiap untuk diambil airnya. Hasil perasaan air tape terse-
menyembelih kambing kendit. Salah satu but, kemudian disimpan kedalam sentong
sesaji yang harus ada dalam upacara adat untuk digunakan pada saat upacara adat
mondosiyo adalah kambing kendit. Bentuk mondosiyo selanjutnya. Tape kemudian
kambing sebenarnya terlihat sama dengan dibagikan kepada warga bersama gandik.
kambing lainya. Namun ketika diamati motif Beberapa ibu – ibu yang brtugas akan mem-
pada kulit kambing terlihat ada warna putih bagikan gandik ke setiap rumah warga. Ketika
yang melingkar menyerupai kendit. segala sesuatu dirasa sudah selesai, sesaji dari
Masyarakat akan memesan kambing kendit setiap rumah korling akan dibawah ke punden
jauh hari sebelum acara Mondosiyo balai patokan untuk disanggarkan.
dilaksanakan. Untuk mendapatkan kambing
kendit terbilang cukup susah. Tidak han-
ya kambing kendit beberapa sesepuh juga
menyembelih sepasang ayam kampung.
Kambing dan ayam yang sudah disembelih
kemudian dimasak untuk dijadikan sesaji.
Proses memasak dibagi menjadi dua bagian
yang mewakili pancot utara dan selatan.
Sambil memepersiapkan sesaji beberapa
bapak-bapak juga menghias punden dan
pendapa.

28

Pembagian gandik kesetiap rumah warga sebelum upacara adat
Mondosiyo berlangsung

Sesaji yang sudah siap akan
dibawah oleh beberapa warga
menuju punden balai patokan

29

Atraksi reog yang dilakukan oleh salah satu group reog yang ada di desa Pancot.
Setiap group reog akan diberi waktu 15 menit untuk menunjukan atraksinya di depan

punden balai patokan.

30

Menjelang pukul 15.00 sore hari semua pok reog akan diberi waktu sekitar 15 menit
keperluaMenjelang pukul 15.00 sore hari, untuk memperlihatkan atraksinya didepan
semua keperluan upacara adat mondosiyo punden balai patokan. Setiap pergantian
sudah selesai dipersiapkan. Beberapa kelom- kelompok reog ditandai dengan dipukulnya
pok reog juga sudah siap untuk melakukan bende oleh salah satu tokoh adat.
arak – arakan. Untuk menandakan upacara Tanda dimulainya upacara Mondosiyo
adat Mondosiyo dimulai beberapa kelompok ditandai juga dengan dimainkannya gamelan
reog akan menunjukan atraksinya dengan ber- Kyai Tuk Prul. Gamelan tersebut hanya di-
jalan dari pintu masuk desa menuju kepunden mainkan dan dikeluarkan pada saat upacara
balai patokan. Ada tiga kelompok reog dide- adat Mondosiyo berlangsung. Menurut mas-
sa pancot, yaitu Singo Pancot Mulyo, Singo yarakat desa usia gamelan Tuk Prul terbilang
Gilang, Gembong Lawu. Menurut sesepuh sangat tua. Hasil wawancara dengan sesepuh
desa dulunya upacara adat Mondosiyo tidak desa yang usianya sekitar 50-60 an, menyebut-
ada acara reog. Sekitar tahun 70 an warga desa kan bahwa gamelan Tuk Prul sudah ada keti-
pancot yang Bernama mbah Karso Temon ka mereka masih kecil. Gamelan Tuk Prul per-
dan Mbah Marto Diran memiliki reog yang nah akan diganti dengan gamelan yang lebih
kemudian membentuk group reog. Akhirn- bagus ketika upacara adat Mondosiyo. Namun
ya atas usul warga untuk memasukkan reog hal tersebut dipercayai sebagai hal yang me-
kedalam rangkaian upacara adat Mondosiyo langgar kepercayaan masyarakat desa. Tinda-
berlangsung. Perkembangan waktu kemudian kan pergantian gamelan kemudian tidak jadi
terbentuk tiga kelompok reog didesa Pancot. dilaksanakan. Gamelan tersebut memiliki laras
Beberapa arsip fotografi yang diambil sekitar slendro. Beberapa tembang jawa akan dimain-
tahun 90-an terlihat sudah ada arak -arakan kan oleh para pengrawit pada saat upacara
reog dalam upacara adat Mondosiyo. Pada berlangsung.
waktu upacara adat Mondosiyo setiap kelom-

31

32

Beberapa penari jathilan berasal dari luar desa Pancot. Para penari memang
diundang oleh setiap kelompok reog desa Pancot untuk berpartisipasi dalam
upacara adat Mondosiyo.

33

Gamelan Kyai Tuk Prul merupakan gamelan khusus yang digunakan dalam upacara adat Mondosiyo.
Gamelan ini hanya dikeluarkan dan dimainkan pada saat upacara adat mondosiyo berlangsung.

34

Kendang dan slompret dibunyikan untuk mengiringi atraksi Reog dalam
upacara adat Mondosiyo.

35

Sesepuh desa Pancot yang dipimpin
oleh kepala KORLING sedang
berkumpul di depan punden balai
patokan. Mereka sedang berdoa

bersama sebelum melakukan

penyiraman air badek kebatu gilang.

36

Sesudah semua kelompok reog mem- memberitahukan keinginan apa yang ingin
perlihatkan atraksinya, tiba acara selanjutnya dicapai. Sesepuh desa kemudian mendoakan
yaitu menyiram batu gilang dengan air badek. setiap pemilik ayam. Hal selanjutnya sesepuh
Kedua KORLING akan mengajak para desa memberikan kupat luar yang akan ditarik
sesepuh desa dan tokoh desa untuk bersamaan sampai kupat terlepas. Ketentuan
berdiri didepan punden balai patokan. ayam yang akan diserahkan yaitu jenis ayam
Sebelum melakukan acara menyiram batu kampung sepasang. Setelah ayam diserahkan,
gilang dilakukan doa bersama. Setelahnya ayam akan dilepas diatas atap pendopo. Para
para sesepuh desa akan bergantian untuk penonton akan merebutkan ayam tersebut.
menyiram batu gilang dengan air badek. Sisa Mitos yang berkembang dimasyarakat ayam
dari air badek tersebut kemudian disiramkan yang didapat ketika dipelihara akan cepat
ke para penonton yang menyaksikan upacara beranak. Acara tersebut merupakan acara
adat Mondosiyo. penutup dalam rangakaian upacara adat
Para penonton sudah bersiap dipen- Mondosiyo. Gamelan Tuk Prul akan
dopo ketika penyiraman batu gilang selesai. diamaikan untuk mengiringi penutupan
Mereka menantikan satu hal yang ditunggu upacara adat Mondosiyo pada kali ini.
yaitu memperebutkan ayam. Acara ini biasa
masyarakat menyebutkan abur-aburan pitek.
Sebelum acara tersebut dilakukan, setiap
orang yang membawa ayam kemudian
diserahkan kepada tokoh adat untuk

37

Salah satu sesepuh dea Pancot sedang melakukan penyiraman air badek kebatu
gilang. Dalam cerita rakyat Mondosiyo batu ini dipercaya merupakan tempat
terbunuhnya Prabu Boko.

38

Beberapa ayam kampung yang sudah dibawah oleh warga kemudian
dikumpulkan di pendopo.

39

Sesepuh desa Pancot sedang mendoakan para warga yang menyerahkan ayam untuk
upacara adat Mondosiyo. Setiap pemilik ayam akan ditanya keinginan apa yang akan ingin

dicapai sembari memegang kupat luar.

40

Seluruh penonton upacara adat Mondosiyo sedang merebutkan ayam
kampung yang dilepas.

41

Beberapa warga yang mendapatkan ayam kampung,
berkeyakinan ayam yang mereka dapat memiliki
berkah tersediri buat mereka.

42


Click to View FlipBook Version