ETNOFOTOGRAFI
NEGERI KAMULYAN
DALAM UPACARA ADAT MONDOSIYO
Feri Ari Fianto
ETNOFOTOGRAFI
NEGERI KAMULYAN
DALAM UPACARA ADAT MONDOSIYO
Etnofotografi Negeri Kamulyan Da-
lam Upacara Adat Mondosiyo
Feri Ari Fianto
Pembimbing
Risman Marah
Fotografer
Feri Ari Fianto
Ragil Joko P
Hema Kusuma Sandi
Alif Abdullah F
Chrisna Junior Mahendra
Drone
Andra Susilo
Editor Foto
Feri Ari Fianto
Editor Layout
Feri Ari Fianto
Andi Nugroho
Artist’s statement
Karya fotografi ini merupakan karya etnofografi yang saya lakukan dibulan April –
Desember 2021 mengenai upacara adat Mondosiyo. Berawal ketika saya berkunjung kedesa
Pancot untuk melihat komuditi bawang putih yang ditanam oleh petani di desa Pancot. Pem-
bicaraan petani yang berada di ladang mengenai upacara adat Mondosiyo yang akan dilak-
sanakan. Hal tersebut kemudian membuat ketertarikan pada diri saya mengenai upacara adat
Mondosiyo. Lantas timbul pertanyaan pada diri saya, bagaimana upacara adat Mondosiyo
diselenggarakan oleh masyarakat desa Pancot. Sedikit cerita bahwa upacara adat Mondosiyo
merupakan upacara yang diselenggarakan pada wukuh Mondosiyo. Hal tersebut memang ter-
dengar asing bagi saya, dikarenakan saya belum pernah mendengar upacara adat Mondosiyo
sebelumnya. Penjelajahan kemudian saya lakukan dengan mencari sumber data mengenai up-
acara adat Mondosiyo. Proses observasi kemudian saya gunakan untuk memulai menciptakan
karya etnofotografi dengan menggunakan pandangan fotografi sebagai karya seni. Pandangan
tersebut merupakan pandangan menempatkan fotografer atau seniman yang menggunakan
alat berupa kamera untuk menciptakan sebuah karya (Shwortz : 1989). Pada karya ini saya juga
memposisikan diri saya sebagai seorang etnografer. Perkenalan kepada masyarakat desa mer-
upakan langkah awal yang saya lakukan, agar bisa belajar dari masyarakat desa Pancot menge-
nai upacara adat mondosiyo. Hasil pemahaman mengenail upacara adat Mondosiyo yang saya
dapatkan yang kemudian menjadikan karya Etnofotografi Negeri Kamulyan Dalam Upacara
Adat Mondosiyo.
Karya ini merupakan karya fotografi seri yang terdiri dari 20 foto. Dalam buku ini juga
saya sampaikan hasil catatan berupa teks, yang saya didapat ketika observasi kepada mas-
yarakat desa Pancot mengenai upacara adat Mondosiyo. Warna karya etnofotografi yang saya
ciptakan menggunakan warna hitam putih. Visual etnofotografi yang tercipta terdiri dari gam-
baran desa Pancot dan ritual adat Mondosiyo dilaksanakan. Judul karya ini saya dapat dari
cerita rakyat Mondosiyo yang berada di Negeri Kamulyan.
Feri Ari Fianto
Landscape desa Pancot diambil pada pagi hari dengan-
menggunakan drone.
Desa Pancot
Desa Pancot merupakan desa yang ter- Beberapa masyarakat yang berada dilu-
letak di kaki gunung Lawu. Lebih tepatnya ar desa Pancot menyebut bahwa desa Pancot
berada di kelurahan Kalisoro, Kec. Tawang- merupakan desa hindu. Namun fakta yang ter-
mangu, Kab. Karanganyar. Mayoritas pen- jadi, penduduk desa Pancot mayoritas berag-
duduk di desa ini merupakan petani bawang ama islam. Para penduduk desa, tidak tau dan
putih. Namun Ketika tidak memasuki musim mengapa desa Pancot dijuluki sebagai desa
tanam bawang putih masyarakat akan mena- Hindu. Masyarakat desa Pancot sampai saat ini
nam sayur-sayuran. Kwalitas bawang putih di masih sangat mempercayai tradisi Jawa. Beber-
desa Pancot tergolong sangat bagus. Di desa ini apa tradisi yang masih diyakini oleh masyar-
juga terdapat artefak berupa batu yang berada kat desa anatara lain, Tradisi musim tanam dan
di belakang punden Balai Patokan tentang cara panen, Bersih desa Dan ada satu tradisi yang
menanam bawang putih. masih diyakini oleh masyarakat desa Pancot
Letak secara geografis desa Pancot diapit yaitu upacara adat Mondosiyo. Namun ada be-
oleh dua sungai besar yaitu sungai Grojogan berapa tradisi yang sudah mulai ditinggalkan
Sewu dan Sungai dari Pringgondani. Di tengah salah satunya adalah penyembelihan kerbau
desa juga mengalir sungai yang membagi desa pada saat perayaan pernikahan.
pancot menjadi dua bagian. Sungai tersebut
dinamakan sungai Bacin. Desa Pancot dipimp-
in oleh dua kebayanan, yang memimpin desa
Pancot Utara dan Selatan. Hal tersebut sangat
berbeda dengan desa lain yang hanya dipimpin
oleh satu bayan. Pemilihan kebayanan dilaku-
kan secara kesepakan oleh masyarakat desa.
Masyarakat desa Pancot menyebut bayan den-
gan sebutan KORLING (Kordinator Lingkun-
gan).
Wukuh Mondosiyo
Kata upacara adat Mondosiyo berasal dari nama
wukuh dalam penanggalan masyarakat Jawa. Terdapat 30
wukuh dalam penggalan jawa, yang salah satunya dinaka-
man wukuh mandasiya. Perayakan upacara adat Mondosiyo
akan selalu bertepatan pada wukuh mondosiyo yang tepat-
nya dihari selasa Kliwon. Perhitungan peringatan upacara
adat Mondosiyo yang dilakukan masyarakat desa Pancot
juga menggunakan perhitungan selapan. Sebagai penanda
peringatan upacara Mondosiyo masyarakat desa biasanya
menghitung 6 selapan . Dalam penanggalan masehi satu se-
lapan sama dengan 35 hari, yang berarti 6 selapan sama den-
gan 35 hari x 6 yang setara sekitar 7 bulan.
Upacara adat mondosiyo juga dirayakan oleh mas-
yarakat desa Blumbang. Desa tersebut merupakan tetangga
desa Pancot. Perayaan mondosiyo yang berada di desa Blum-
bang tidak semeriah di desa Pancot. Keyakinan masyarakat
desa Pancot terhadap upacara adat Mondosiyo sangatlah
kuat. Masyarakat desa Pancot sampai saat ini belum pernah
tidak melakukan upacara adat Mondosiyo. Masyarakat desa
Pancot takut terjadi sesuatu hal ketika mereka tidak melaku-
kan upacara adat Mondosiyo. Ketika pandemi covid 19 mas-
yarakat masih tetap melakukan upacara adat Mondosiyo,
meskipun pemerintah melarang untuk melakukan kegiatan
apapun diluar. Masyarakat desa Pancot tetap meyakini bah-
wa ketika melakukan upacara adat mondosiyo, masyarakat
desa akan terhindar dari pandemi covid 19.
Cerita Rakyat Mondosiyo
Cerita Foklor Mondosiyo merupakan se- wa masakan dengan sedikit campuran daging
buah penggambaran Prabu Boko dan seorang manusia saja sudah enak, apalagi jika daging
kesatria yang bernama Putut Tetuko. Konon, manusia tersebut utuh. Untuk itu, Prabu Boko
diceritakan ada sebuah negeri yang disebut memerintahkan juru masaknya membuatkan
dengan Negeri Kamulyan. Masyarakat Desa makanan yang mengandung daging manusia
Pancot meyakini bahwa desa mereka merupa- lagi setiap 6 selapan di hari Selasa Kliwon. Un-
kan bagian dari Negeri Kamulyan. Penggam- tuk memenuhi keinginannya itu, akhirnya Pra-
baran Negeri Kamulyan merupakan Negeri bu Boko meminta persembahan manusia kepa-
yang tentram, damai dan sangat subur. da rakyat Negeri Kamulyan.
Suatu ketika, pemimpin Negeri Kam- Pada suatu ketika, tiba saatnya salah
ulyan yakni Prabu Boko memerintahkan juru satu rakyat Negeri Kamulyan yaitu Mbok
masaknya untuk dibuatkan masakan yang ber- Rondo harus menyerahkan persembahan. Na-
beda dari biasanya. Tak disangka, ketika me- mun, Mbok Rondo bingung karena dia han-
masak jari tangan dari juru masak tersebut ter- ya memiliki satu anak saja. Sementara, usia
iris dan tak sengaja masuk ke dalam makanan. anaknya masih kecil. Kemudian Mbok Rondo
Ketika makanan disajikan, Prabu Boko me- melakukan penawaran kepada Prabu Boko un-
makannya dengan nikmat. Prabu Boko menyu- tuk menunda waktu persembahannya. Lama
kai makanan tersebut hingga memuji keahlian setelah hari itu, tiba saatnya anak Mbok Rondo
juru masaknya itu. Saat Prabu Boko memuji sudah dewasa. Prabu Boko akhirnya meminta
dan menanyakan bahan apa yang terkandung Mbok Rondo menepati janjinya, yaitu menyer-
dalam makanan tersebut, juru masaknya pun ahkan anak semata wayangnya untuk persem-
memberi tahu bahwa jarinya teriris dan masuk bahan. Namun, Mbok Rondo bersikeras tidak
ke dalam masakan yang disajikannya itu. Men- mau menyerahkan anaknya sebagai persem-
dengar penjelasan juru masaknya itu, Prabu bahan. Setiap hari Mbok Rondo menangis
Boko tidak marah. Ia malah ingin kembali dib- memikirkan nasib anaknya. Hingga akhirnya
uatkan makanan seperti itu lagi. suara tangisan Mbok Rondo terdengar oleh ke-
Dalam hati Prabu Boko, ia beranggapan bah- satria dari Pringgondani yang bernama Putut
Tetuko. nekat membawa Batu Gilang dari pantai sela-
Putut Tetuko yang tidak tahan dengan suara tan menuju Negeri Kamulyan melawan Prabu
tagisan itu akhirnya datang menemui Mbok Boko. Berbagai upaya dilakukan agar kepala
Rondo. Putut Tetuko kemudian menanyakan Prabu Boko dapat dibenturkan ke Batu Gilang.
apa sebab Mbok Rondo menangis. Mbok Ron- Hingga akhirnya Putut Tetuko bisa memancat
do kemudian menceritakan apa penyebab air kepala Prabu Boko ke Batu Gilang.
matanya terus-menerus mengalir. Mendengar Alhasil Prabu Boko kalah dan tubuhn-
alasan tersebut, Putut Tetuko bersedia men- ya hancur. Bagian mata Prabu Boko menjelma
awarkan dirinya untuk dijadikan ganti persem- menjadi bawang merah. Sementara bagian otak-
bahan. nya menjadi batu kapur dan siungnya menjadi
Tiba waktunya persembahan tersebut bawang putih. Sepeninggal Prabu Boko, mas-
diserahkan kepada Prabu Boko. Pada saat itu, yarakat Negeri Kamulyan hidup senang karena
Putut Tetuko menjelma menjadi anak dari rasa khawatir yang selama ini dipendamnya,
Mbok Rondo. Prabu Boko yang telah menan- sudah hilang. Rakyat Negeri Kamulyan lantas
ti lama ingin sekali segera memakan daging memperingati hari kematian Prabu Boko setiap
manusia itu. Tak disangka saat akan memakan Wukuh Mondosiyo pada hari Selasa Kliwon.
persembahannya itu, Putut Tetuko Kembali ke
wujud aslinya.
Sontak perkelahian tak terhindarkan ter-
jadi antara Prabu Boko dengan Putut Tetuko.
Diceritakan perkelahian itu terjadi hingga be-
berapa hari. Akibat perkelahian dahsyat itu, tu-
buh Putut Tetuko pun sempat terpental sampai
ke pantai selatan. Hingga pada akhirnya Putut
Tetuko mendapat wahyu untuk mengalahkan
Prabu Boko. Dalam wahyunya, Prabu Boko
bisa kalah jika kepalanya dibenturkan ke Batu
Gilang. Dengan keyakinan itu, Putut Tetuko
Rangkaian Upacara Adat Mondosiyo
Pada pelaksanaan upacara adat Mon- ibu yang bertugas diwajibkan mandi terlebih
dosiyo yang diselenggarakan oleh masyarakat dahulu. Serta pada saat proses pembuatan tape
desa Pancot memiliki beberapa rangkaian aca- yang dilakukan tidak boleh dicicipi. Setelah tape
ra. Pelaksanaan acara tersebut, dilakukan mas- yang sudah selesai dibuat akan disimpan dalam
yarakat desa sejak seminggu sebelum acara sentong sampai acara upacara adat mondosiyo
utama berlangsung. Runtutan rangkaian acara dilaksanakan.
yang dilakukan sebelum upacara berlangsung Cibukan merupakan acara diamana mas-
diantaranya yaitu pembuatan air badek, cibu- yarakat desa mengumpulkan beras dan uang
kan, pembutan gandik, pembuatan sesaji dan yang akan dikumpulkan ke rumah KORLING.
tutuk bende. Setiap warga yang sudah membawa beras dan
Pembuatan air badek dilakukan sem- uang akan dilakukan pencatatan. Beras yang
inggu sebelum upacara adat mondosiyo sudah terkumpul akan dijadikan satu kedalam
dilakukan. Pembuatan air badek berbahan tenggok. Beberapa sesaji juga disiapkan dalam
dasar beras ketan yang dijadikan tape. Setiap acara cibukan. Beberapa sesaji tersebut antara
KORLING di desa Pancot berkewajiban untuk lain bumbu dapur, kelapa dan janur yang ditaruh
membuat air badek. Pembuatan tape tidak didalam tenggok. Kata cibukan berasal dari beras
boleh dibuat oleh sembarang orang, hanya yang harus dibawa yaitu satu cibuk yang berarti
ibu - ibu sudah ditunjuk untuk membuat tape setara dengan 1 liter. Proses cibukan berakhir
yang diperbolehkan. Bahan yang digunakan ketika seluruh masyarakat desa, dirasa sudah
dalam pembuatan tape antara lain beras ketan, semua mengumpulkan beras. Untuk mengakhiri
kayu manis, bawang putih, cabe, injet dan acara cibukan, sesepuh desa akan melakukan
ragi. Beberapa bahan tersebut, berbeda den- doa. Pembacaan doa tersebut dinamakan as-
gan pembuatan tape pada umumnya. Dalam rep-asrep. Beras yang sudah terkumpul kemudi-
pembuatan tape juga terdapat pantangan yang an dibagi menjadi beberapa bagiang. Pembagian
tidak boleh dilanggar. Pembuat tape harus tersebut nantinya akan digunakan untuk mem-
dalam kondisi bersih dan tidak pada waktu buat gandik, sesaji dan keperluan lainnya. Beber-
datang bulan. Sebelum membuat tape ibu- apa ibu-ibu kemudian akan mencuci beras yang
akan dijadikan gandik untuk esok harinya.
Setiap perayaan upacara adat mondo- bahan lain tidak masuk atau tercampur dalam
siyo, masyarakat akan membuat makanan gandik.
khas yaitu gandik. Bahan dasar pembuatan Pembuatan sesaji upacara adat Mon-
gandik berasal dari beras. Proses pembua- dosiyo dilakukan bersamaan saat pembuatan
tan gandik sudah mulai dilakukan pagi hari gandik. Para ibu-ibu juga sudah membagi
sekitar pukul 04.00 WIB. Setiap korling akan tugas siapa saja yang membuat sesaji. Beber-
membawa beras kepasar untuk digiling men- apa sesaji yang sudah dibuat nantinya akan
jadi tepung beras. Ketika proses mengiling dimasukkan kedalam sentong. Ada 2 sesaji
beras harus diawali terlebih dahulu dengan yang dibuat yaitu, pertama asesaji yang ma-
mengiling jagung. Hal tersebut merupakan suk kedalam sentong dan ysng kedua sesaji
bagian dari runtutan pembuatan gandik yang yang digunakan untuk esok hari yang dibawa
tidak boleh terlewatkan. Jagung yang digiling kepunden. Beberapa sesaji yang dibuat ber-
tidaklah banyak, kurang lebih 1 kilo. Dahulu bentuk cukup unik. Terlihat berbeda dengan
masyarakat desa menumbuk beras dengan bentuk sesaji pada umumnya yang berada
menggunakan lesung. Namun perkemban- diupacara adat masyarakat Jawa . Setiap sesaji
gan zaman, untuk mempermudah proses juga memiliki nama yang cukup unik. Namun
pembuatan gandik mereka akhirnya sepakat arti dari sesaji tersebut sudah tidak diketahui
untuk mengiling dengan menggunakan mesin oleh masyarakat desa Pancot.
giling. Setelah beras sudah digiling kemudian Ritual tutuk bende dilakukan oleh
dibawah pulang untuk diproses oleh beberapa tiga orang sesepuh desa dengan cara mem-
ibu-ibu yang berada disetiap rumah Korling. bunyikan bende keliling desa. Acara tersebut
Proses pembuatan gandik dilakukan kurang dilakukan pada malam hari setelah isyak
lebih sekitar 20 orang. Setiap ibu -ibu yang sekitar pukul 20.00 WIB. Sesepuh desa akan
bertugas dalam pembuatan gandik harus berpakaian jamang berwarna hitam. Setiap
dalam kondisi bersih. Hal yang tidak boleh orang yang mengikuti acara tutuk bende tidak
dilakukan dalam proses pembutan gandik boleh berbicara dan tidak boleh mengunakan
yaitu mencicipi. Para ibu-ibu juga sangat ber- alas kaki. Sesepuh desa akan berhenti disetiap
hati-hati dalam proses pembutan gandik. Agar titik didesa, yang dimana arahnya menghadap
kebeberapa punden disekeliling desa Pancot. berah roh leluhur untuk datang diacara Mon-
Ketika acara tutuk bende berlangsung setiap dosiyo. Setelah keliling desa dilakukan kemu-
warga akan menutup pintu rumah mereka. dian acara tutuk bende ditutup dipunden balai
Suasana desa Pancot terasa hening ketika patokkan. Didalam punden sesepuh desa akan
bende sudah mulai dipukul. Ritual tutuk memimpin doa bersama dengan lantunan doa
bende dimaksudkan untuk mengundang be- menurut islam.
Pada hari selasa pagi masyarakat su- pada upacara mondosiyo sebelumnya, akan
dah mempersipakan segala kebutuhan yang ditempatkan dibeberapa wadah yang sudah
nantinya akan digunakan dalam upacara adat dipersiapkan. Tape yang sudah dibuat pada
Mondosiyo. Terlihat dipunden balai patokan, acara mondosiyo kali ini, akan diperas dan
beberapa bapak-bapak sudah bersiap untuk diambil airnya. Hasil perasaan air tape terse-
menyembelih kambing kendit. Salah satu but, kemudian disimpan kedalam sentong
sesaji yang harus ada dalam upacara adat untuk digunakan pada saat upacara adat mon-
mondosiyo adalah kambing kendit. Bentuk dosiyo selanjutnya. Tape kemudian dibagikan
kambing sebenarnya terlihat sama dengan kepada warga bersama gandik. Beberapa ibu
kambing lainya. Namun ketika diamati motif – ibu yang brtugas akan membagikan gandik
pada kulit kambing terlihat ada warna putih ke setiap rumah warga. Ketika segala sesuatu
yang melingkar menyerupai kendit. Mas- dirasa sudah selesai, sesaji dari setiap rumah
yarakat akan memesan kambing kendit jauh korling akan dibawah ke punden balai pato-
hari sebelum acara Mondosiyo dilaksanakan. kan untuk disanggarkan.
Untuk mendapatkan kambing kendit terbilang
cukup susah. Tidak hanya kambing kendit
beberapa sesepuh juga menyembelih sepas-
ang ayam kampung. Kambing dan ayam yang
sudah disembelih kemudian dimasak untuk
dijadikan sesaji. Proses memasak dibagi men-
jadi dua bagian yang mewakili pancot utara
dan selatan. Sambil memepersiapkan sesaji
beberapa bapak-bapak juga menghias punden
dan pendapa.
Beberapa ibu-ibu juga terlihat mem-
persipakan sesaji dan keperluan memasak
disetiap rumah Korling. Medekati upacara
berlangsung air tape yang sudah dipersiapkan
Menjelang pukul 15.00 sore hari semua pok reog akan diberi waktu sekitar 15 menit
keperluaMenjelang pukul 15.00 sore hari, untuk memperlihatkan atraksinya didepan
semua keperluan upacara adat mondosiyo punden balai patokan. Setiap pergantian
sudah selesai dipersiapkan. Beberapa kelom- kelompok reog ditandai dengan dipukulnya
pok reog juga sudah siap untuk melakukan bende oleh salah satu tokoh adat.
arak – arakan. Untuk menandakan upacara Tanda dimulainya upacara Mondosiyo
adat Mondosiyo dimulai beberapa kelompok ditandai juga dengan dimainkannya gamelan
reog akan menunjukan atraksinya dengan ber- Kyai Tuk Prul. Gamelan tersebut hanya di-
jalan dari pintu masuk desa menuju kepunden mainkan dan dikeluarkan pada saat upacara
balai patokan. Ada tiga kelompok reog dide- adat Mondosiyo berlangsung. Menurut mas-
sa pancot, yaitu Singo Pancot Mulyo, Singo yarakat desa usia gamelan Tuk Prul terbilang
Gilang, Gembong Lawu. Menurut sesepuh sangat tua. Hasil wawancara dengan sesepuh
desa dulunya upacara adat Mondosiyo tidak desa yang usianya sekitar 50-60 an, menyebut-
ada acara reog. Sekitar tahun 70 an warga desa kan bahwa gamelan Tuk Prul sudah ada keti-
pancot yang Bernama mbah Karso Temon ka mereka masih kecil. Gamelan Tuk Prul per-
dan Mbah Marto Diran memiliki reog yang nah akan diganti dengan gamelan yang lebih
kemudian membentuk group reog. Akhirn- bagus ketika upacara adat Mondosiyo. Namun
ya atas usul warga untuk memasukkan reog hal tersebut dipercayai sebagai hal yang me-
kedalam rangkaian upacara adat Mondosiyo langgar kepercayaan masyarakat desa. Tinda-
berlangsung. Perkembangan waktu kemudian kan pergantian gamelan kemudian tidak jadi
terbentuk tiga kelompok reog didesa Pancot. dilaksanakan. Gamelan tersebut memiliki laras
Beberapa arsip fotografi yang diambil sekitar slendro. Beberapa tembang jawa akan dimain-
tahun 90-an terlihat sudah ada arak -arakan kan oleh para pengrawit pada saat upacara
reog dalam upacara adat Mondosiyo. Pada berlangsung.
waktu upacara adat Mondosiyo setiap kelom-
Sesudah semua kelompok reog mem- desa kemudian mendoakan setiap pemilik
perlihatkan atraksinya, tiba acara selanjutnya ayam. Hal selanjutnya sesepuh desa member-
yaitu menyiram batu gilang dengan air badek. ikan kupat luar yang akan ditarik bersamaan
Kedua KORLING akan mengajak para sesep- sampai kupat terlepas. Ketentuan ayam yang
uh desa dan tokoh desa untuk berdiri didepan akan diserahkan yaitu jenis ayam kampung se-
punden balai patokan. Sebelum melakukan pasang. Setelah ayam diserahkan, ayam akan
acara menyiram batu gilang dilakukan doa dilepas diatas atap pendopo. Para penonton
bersama. Setelahnya para sesepuh desa akan akan merebutkan ayam tersebut. Mitos yang
bergantian untuk menyiram batu gilang den- berkembang dimasyarakat ayam yang didapat
gan air badek. Sisa dari air badek tersebut ketika dipelihara akan cepat beranak. Acara
kemudian disiramkan ke para penonton yang tersebut merupakan acara penutup dalam
menyaksikan upacara adat Mondosiyo. rangakaian upacara adat Mondosiyo. Gamelan
Para penonton sudah bersiap dipendopo Tuk Prul akan diamaikan untuk mengiringi
ketika penyiraman batu gilang selesai. Mere- penutupan upacara adat Mondosiyo pada kali
ka menantikan satu hal yang ditunggu yaitu ini.
memperebutkan ayam. Acara ini biasa mas-
yarakat menyebutkan abur-aburan pitek. Se-
belum acara tersebut dilakukan, setiap orang
yang membawa ayam kemudian diserahkan
kepada tokoh adat untuk memberitahukan
keinginan apa yang ingin dicapai. Sesepuh
PRODUKSI 2022