Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 39 laku yang terisolasi dan saling terpisah menuju laku yang terhubung oleh perhatian dan urgensitas yang sama dalam komunitasnya, dalam hal ini adalah kepentingan pembelajaran murid. Nilai 5. Inovatif Makna dari nilai Inovatif adalah seorang Guru Penggerak mampu senantiasa memunculkan gagasan segar dan tepat guna. Dengan demikian, nilai inovatif ini juga mengisyaratkan penguatan semangat ko-kreasi (gotong-royong) dan pemberdayaan aset/kekuatan yang ada di sekolah untuk mewujudkan visi bersama. Di tengah perkembangan zaman, realitas situasi yang dihadapi pendidik pun semakin volatil (tidak dapat ditebak), tidak pasti, kompleks, ambigu (meragukan, kurang jelas, sehingga dalam menghadapinya cenderung kurang awas). Agar nilai inovatif muncul, maka diperlukan fleksibilitas (daya lentur) dari seorang Guru Penggerak. Mereka berkenan mengadopsi multiperspektif, mencari dan membuat alternatif, mengubahsuaikan gaya dan kecenderungan lama, untuk mewujudkan perubahan dan bergeser dari pandangan yang ego-sentris serta sempit menuju pandangan-pandangan alternatif dan luas. Guru Penggerak yang mempunyai nilai inovatif juga pantang menyerah (daya lenting) serta jeli melihat peluang/potensi yang ada di sekitarnya untuk mendukung dan meningkatkan kualitas pembelajaran murid. Tugas B. 1. Manakah dari nilai-nilai Guru Penggerak yang dikuatkan setelah Bapak/Ibu memahami teori pilihan dan motivasi intrinsik? 2. Tindakan spesifik apa yang dapat dilakukan untuk menguatkan diri Bapak/Ibu sendiri untuk memberdayakan murid dalam memilih jalan kodratnya sekaligus menguatkan tumbuhnya motivasi intrinsik mereka dalam mengejawantahkan Profil Pelajar Pancasila?
40 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak C. BAGAIMANA MENGGERAKKAN MANUSIA: MENUNTUN KEKUATAN KODRAT MANUSIA Pertanyaan pemandu: Bagaimana struktur sistemik lingkungan dalam pembentukan nilai-nilai dalam diri seseorang? C.1. Berpikir strategis dan menguatkan lingkaran pengaruh Sebagai guru penggerak, Bapak/Ibu tentu memahami bahwa perubahan yang sifatnya transformatif demi menjangkau kepentingan lebih banyak murid tidak akan mampu dilakukan sendirian, perlu menggerakkan lebih banyak guru, lebih banyak pihak. Agar mampu menggerakkan orang lain agar berdampak pada murid, Bapak/Ibu perlu memahami konsep lingkaran pengaruh. Secara sederhana, lingkaran pengaruh adalah gambaran sejauh mana pengaruh Bapak/Ibu efektif dalam membawakan perubahan, atau dalam menggerakkan orang lain. Dalam lingkaran pengaruh, Bapak/Ibu dapat diumpamakan sebagai supir, dimana Bapak/Ibu yang memegang kendali arah kendaraan, serta mengatur kecepatannya. Jadi dalam lingkaran pengaruh, Bapak/Ibu punya “kuasa” dan kepercayaan diri untuk menjalankan inisiatif perubahan pada dimensi: diri, orang lain, institusi, dan lingkungan-masyarakat. Dalam masing-masing dimensi, Bapak/Ibu perlu menguatkan relasi (saling percaya, saling menghormati, saling bebas berekspresi), agar terbukalah komunikasi (dialog, terhubung hati dengan hati), lalu memungkinkan kolaborasi, hingga menghadirkan kontribusi (Lingkaran Ungu pada Gambar 11). Perubahan yang Bapak/Ibu bawakan pasti terjadi di dalam lingkaran pengaruh. Dari waktu ke waktu, seiring dengan makin kuat dan mampu-nya Bapak/Ibu maka lingkaran pengaruh Bapak/Ibu pun makin meluas. Lingkaran kuning pada Gambar 11, berusaha menggambarkan pada Bapak/Ibu dua lingkaran lain, yaitu lingkaran kepedulian dan lingkaran perhatian. Lingkaran kepedulian itu bagaikan kita di kursi penumpang, tidak punya kuasa langsung atau kuasa cukup untuk menjalankan dan mempengaruhi perubahan. Dalam perumpamaan supir,
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 41 penumpang dan kendaraan tadi, lingkaran perhatian itu berada di luar kendaraan. Bapak/Ibu masih punya perhatian, tapi sebatas itu saja, perhatian. Contoh misalnya kita gemar memperhatikan berita politik, sepakbola, dan lainnya, namun tidak punya kuasa apa-apa untuk mempengaruhinya langsung. Untuk itu, Bapak/Ibu tidak perlu menghabiskan terlalu banyak energi dan pikiran untuk stress ketika tidak mampu melakukan perubahan di lingkaran kepedulian atau lingkaran perhatian. Nikmati proses menguatkan dan memperluas pengaruh Bapak/Ibu sedikit demi sedikit, orang demi orang. Mulailah dengan menguatkan lingkaran pengaruh dari dimensi diri sendiri. Gambar 12. Dimensi pada lingkaran pengaruh Dengan demikian, Bapak/Ibu dapat menempatkan diri untuk berpikir sebagai pemimpin di tataran individu, maupun mengadopsi pemikiran strategis di tataran ekosistem pendidikan, sesuai lingkaran pengaruh Bapak/Ibu, dalam hal ini yang sudah pasti adalah murid di kelas dan rekan lain di sekolah, sehingga mampu memfasilitasi gotong-royong dalam mencari jawaban sebagai penyelaras konteks (context setter), bukan sekedar sebagai penyedia jawaban. C.2. Diagram identitas gunung es Suka atau tidak, di luar kelebihan dan kelemahannya, baik atau tidak karakternya, guru sudah terlanjur dipandang sebagai orang yang dapat diteladani di tengah masyarakat kita. Guru sesungguhnya memiliki kesempatan untuk menjadi teladan bagi muridnya. Kini, pilihannya adalah memanfaatkan kesempatan itu dengan
42 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak kesadaran penuh atau membiarkannya lewat begitu saja dan tidak melakukan apa-apa. Menjadi teladan harus diupayakan secara sadar. Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. Guru ini membantu muridnya memahami nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka sendiri, kemudian mereka mempercayainya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari siapa mereka, hingga kemudian mereka terus menghidupinya. Guru dengan karakter yang baik melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka. Pada bagian ini, Bapak/Ibu akan menonton sebuah video pendek berjudul “Diagram Identitas Gunung Es” yang berusaha menggambarkan bagaimana karakter seseorang ditumbuhkan. Guru adalah tukang kebun, yang merawat tumbuhnya nilainilai kebajikan di dalam diri murid-muridnya. Guru berkesempatan untuk mengembangkan lingkungan yang dapat mempengaruhi identitas murid agar berproses menumbuhkan nilai-nilai kebajikan. Oleh karena itu, guru harus terus mengembangkan diri menjadi teladan nilai-nilai kebajikan dan memanfaatkan ekosistem lingkungan sadar-bawah sadar, fisik-psikis, maupun ekstrinsik-intrinsik untuk menumbuhkan nilainilai kebajikan dengan konsisten melalui gotong-royong bersama segenap anggota komunitas di sekolahnya.
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 43 Gambar 13. Tangkapan gambar video Diagram Identitas Gunung Es C.3. Peran Guru Penggerak Di masa mendatang, Guru Penggerak diharapkan dapat memainkan peran-peran memimpin perubahan dalam ekosistem pendidikannya masing-masing. Kepemimpinan seorang Guru tentunya akan lebih maksimal jika memiliki keterampilan ataupun kompetensi yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Bapak/Ibu diajak untuk membaca dan memahami 4 kategori kompetensisebagai kompetensi-kompetensi yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin di lingkungan sekolah, yaitu: mengembangkan diri dan orang lain, memimpin pembelajaran, memimpin manajemen sekolah, serta memimpin pengembangan sekolah. Seorang Guru Penggerak diharapkan mempunyai kesemua kompetensi itu. Guru Penggerak juga berfokus sebagai pemimpin yang menggerakkan diri, sesama, serta lingkungan-masyarakat untuk mewujudkan sekolah yang berpihak pada murid. Peran Guru Penggerak muncul sebagai respon atas 4 kompetensi kepemimpinan sekolah tersebut. Gambar 11 berusaha menggambarkan Peran Guru Penggerak yang dimulai dengan pendalaman Nilai-nilai Guru Penggerak dalam diri Guru Penggerak. Terdapat 5 peran Guru Penggerak yang akan diuraikan secara singkat di bagian ini.
44 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak Gambar 14. Peran Guru Penggerak di lingkup kelas-sekolah dan lingkungan masyarakat 1. Menjadi Pemimpin Pembelajaran Sambil menginternalisasikan nilai-nilai, Guru Penggerak akan meresonansikan semangat-harapan-antusiasme yang dirasakan oleh mereka yang berinteraksi dalam lingkaran pengaruh sang Guru Penggerak baik di kelas, sekolah, maupun lingkunganmasyarakat. Diisyaratkan juga, bahwa Guru Penggerak itu menjalankan filosofi among Ki Hadjar Dewantara: Ing Ngarso Sung Tulada (menjadi teladan, memimpin, contoh kebajikan, patut ditiru atau baik untuk dicontoh oleh orang lain perbuatan-kelakuansifat dan lain-lainnya), Ing Madya Mangun Karsa (memberdayakan, menyemangati, membuat orang lain memiliki kekuatan, kemampuan, tenaga, akal, cara, dan sebagainya demi memperbaiki kualitas diri mereka), serta Tut Wuri Handayani (mempengaruhi, memelihara, dan memprovokasi kebajikan serta kualitas positif lain agar orang lain bertumbuh dan maju). Guru Penggerak pun mengadopsi kerangka berpikir inkuiriapresiatif dalam memimpin perubahan sehingga mereka lugas dalam mengemas
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 45 pertanyaan-pertanyaan pemantik dialog yang mengungkap potensi, kekuatan atau aset individu maupun sekolah demi pencapaian visi bersama. Inkuiri-apresiatif juga dapat menjadi alat bantu dalam proses mengelola perubahan yang secara lebih mendetail akan dibahas tahapan-tahapannya (BAGJA) di modul selanjutnya (Modul 1.3.). Dengan menjalankan prinsip among Ki Hadjar Dewantara dan pola pikir inkuiriapresiatif diharapkan Guru Penggerak mampu menjalankan peran-perannya. Guru Penggerak akan mendorong adopsi pemikiran dan tindakan strategis di tengah komunitasnya, jadi mereka akan lebih banyak membangun percakapan dan kapabilitas strategis komunitasnya tidak cuma soal operasional dan teknis saja. Menjadi pemimpin pembelajaran juga berarti menjadi pemimpin yang menaruh perhatian penuh secara sengaja pada komponen pembelajaran, seperti kurikulum (intra, ekstra, dan ko -kurikuler), proses belajar-mengajar, refleksi dan asesmen yang otentik dan efektif, pengembangan guru, pemberdayaan dan pelibatan komunitas yang kesemuanya mendorong terwujudnya wellbeing dalam ekosistem pendidikan di sekolah. Yang dimaksud dengan wellbeing disini adalah semua yang terkait dengan kondisi yang berpihak pada murid. Apakah kondisi tersebut sudah membuat murid nyaman untuk belajar? Apakah sudah sesuai dengan kebutuhan murid? Apakah lingkungan belajar di sekolah sudah memungkinkan anak untuk mendapatkan manfaat maksimal dari belajar? Guru Penggerak berperan besar dalam membuat lingkungan sekolah yang aman, nyaman, menyenangkan, namun tetap menantang, dan relevan untuk para muridnya. Mereka diharapkan mampu berperan sebagai pemimpin yang berorientasi pada sebesar-besarnya kepentingan tumbuh, kembang, dan mekarnya murid (flourish). 2. Menjadi Coach Bagi Guru Lain Dalam menjalankan peran menjadi coach bagi guru lain, terutama yang terkait dengan peningkatan kualitas pembelajaran bagi murid di sekolah, Guru Penggerak dituntut untuk berdaya dalam menemani dan menuntun rekan sejawatnya itu untuk menelaah proses belajar mereka sendiri. Hal ini sekaligus mengisyaratkan bahwa selain
46 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak belajar keterampilan coaching, Guru Penggerak juga harus memberdayakan dirinya melalui refleksi atas hasil pengalaman praktik-praktik profesionalnya sendiri. Mereka harus dapat mengambil pembelajaran, memunculkan pertanyaan-pertanyaan mendalam untuk mengakses keterampilan metakognitifnya ketika melihat dan mengevaluasi proses berpikirnya sendiri terkait belajar, pencapaian tujuan, dan pemecahan masalah. Sebagai coach Guru Penggerak juga harus lincah berpindah-pindah dari pemikiran pengembangan rekan sejawat pada level individu dan level anggota komunitas pendidik di sekolah. 3. Mendorong kolaborasi Secara sederhana, kolaborasi berarti bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan atau menghasilkan sesuatu. Di sana tersirat makna bahwa setiap pihak yang terlibat memiliki kekuatan yang saat dipersatukan menjadi saling melengkapi dan produktif. Oleh karena itu, agar suatu inisiatif kolaborasi menjadi produktif, maka tiap anggota yang terlibat di dalamnya membawa “sesuatu” yang berkontribusi pada proses dan hasilnya nanti. Guru Penggerak harus punya pandangan apresiatif yang memungkinkan pengungkapan potensi positif rekan yang lain. Mereka membuka lebih banyak ruang dialog positif antar guru, antara guru dan pemangku kepentingan baik di dalam maupun di luar sekolah demi meningkatkan kualitas pembelajaran bagi murid. Lewat peran ini, seorang Guru Penggerak diharapkan mampu mengomunikasikan urgensi dari inisiatif perubahan yang sedang dibawakannya pada lebih banyak pemangku kepentingan, terutama mereka yang kiranya dapat membawa dampak positif pada murid. 4. Mewujudkan Kepemimpinan Murid (Student Agency) Guru Penggerak diharapkan mengambil peran untuk mewujudkan kepemimpinan murid. Untuk itu, Guru Penggerak perlu memahami bagaimana meramu pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga murid merasa kompeten, mandiri,
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 47 dicintai, dan memiliki kepercayaan diri serta determinasi untuk mencapai segala yang mereka impikan. Guru Penggerak senantiasa memampukan diri untuk menuntun murid di sekolahnya agar murid mereka sadar bahwa sebagai murid di saat ini, mereka juga adalah wajah Indonesia di masa depan, sehingga mereka berdaya dan turut aktif berkontribusi pada makin indahnya dunia di masa depan sejak sekarang. Dalam mewujudkan kepemimpinan murid, Guru Penggerak mengerti betul esensi dari Tut Wuri Handayani, sehingga mereka menempatkan murid pada kursi pemegang kendali proses pembelajaran mereka sendiri. Guru Penggerak menuntun murid mereka belajar merdeka untuk merdeka belajar. 5. Menggerakkan Komunitas Praktisi Guru Penggerak diharapkan dapat mengambil peran untuk menggerakkan komunitas praktisi di sekolah dan di wilayahnya. Agar komunitas praktisi dapat berjalan secara berkesinambungan, Guru Penggerak pun perlu menumbuhkan budaya belajar kolaboratif atau komunitas belajar profesional bersama para rekan guru di sekolah maupun wilayahnya. Komunitas belajar inilah yang menjadi wahana perjumpaan profesional para guru. Komunitas belajar ini memungkinkan terjadinya dialog akademik, percakapan profesional, perencanaan strategis, diskusi teknis secara kolaboratif, terkait dengan upaya peningkatan kualitas pembelajaran sekaligus membuahkan inovasi pembelajaran (cara baru atau cara pandang baru) yang berdampak positif bagi murid. Kerangka kerja Lesson Study: Merencanakan (Plan), Mengerjakan (Do), Melihat kembali (See) adalah satu dari banyak contoh kerangka kerja kolaboratif yang dapat digunakan untuk menggerakkan sebuah komunitas belajar profesional dan menghasilkan praktik-praktik baik. Banyaknya praktik baik yang dibagikan dalam komunitas tersebut akan menjadi bahan belajar bersama sehingga terus mendorong agar praktik yang dilakukan menjadi semakin baik. Dalam Program Guru Penggerak, Bapak/Ibu sebagai Calon Guru Penggerak akan diperlengkapi (di kegiatan lokakarya) dengan pengetahuan dan keterampilan untuk
48 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak mengidentifikasi dan menggerakkan komunitas praktisi dalam ekosistem pendidikan di wilayah masing-masing. Tugas C. ● Apa kaitan antara diagram identitas gunung es dengan penumbuhan Profil Pelajar Pancasila pada murid dan transformasi pendidikan? ● Apa konsekuensi logis dari diagram identitas gunung es pada peran saya sebagai Guru Penggerak dalam transformasi pendidikan? FORUM DISKUSI TERTULIS (1 JP) Setelah mempelajari paparan materi dalam tahap eksplorasi konsep ini, diharapkan Bapak/Ibu secara individu dapat menguatkan pemahaman dan mempersiapkan diri untuk berkolaborasi dalam kelompok dengan menjawab pertanyaan: 1. Apa yang dapat saya ceritakan mengenai salah SATU dari nilai-nilai GP (berpihak pada murid, inovatif, kolaboratif, reflektif, dan mandiri) yang telah membantu saya dalam melayani murid saya dengan lebih baik? Tuliskan dalam bentuk narasi singkat untuk berbagi dalam kelompok dalam tahap Ruang Kolaborasi. 2. Apa saja 10 kegiatan di sekolah yang saya anggap masuk sebagai contoh penerapan dari peran GP yang saya pahami saat ini (pemimpin pembelajaran, pendorong kolaborasi, penggerak komunitas praktisi, mewujudkan kepemimpinan murid, menjadi coach bagi rekan guru)? Buatlah daftarnya untuk digunakan saat berbagi ide dalam kelompok dalam tahap Ruang Kolaborasi. Pada segmen ini, selain diminta untuk merespon kedua pertanyaan di atas, Bapak/Ibu juga diminta memberikan komentar dan umpan balik atas respon rekan CGP lainnya pada 2 pertanyaan di atas (paling tidak untuk 2 rekan CGP lain). Gunakan kesempatan ini untuk menangkap atau memikirkan bagaimana ide dan wawasan rekan lain dapat bekerja dalam konteks Bapak/Ibu masing-masing.
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 49 Pembelajaran 3 – Ruang Kolaborasi Diskusi Pembuatan Karya Durasi: 6 JP Moda: Pertemuan tatap maya (Diskusi pembuatan karya (3 JP), sesi Presentasi (2 JP), sesi Refleksi-surat terimakasih (1 JP)) Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP merancang kegiatan yang memanfaatkan kekuatan nilai para pihak secara kolaboratif Setelah mempelajari paparan materi pada bagian ini, Bapak/Ibu telah menjawab pertanyaan pada forum diskusi tertulis secara individu. Gunakan pemahaman dan refleksi pribadi Bapak/Ibu pada forum diskusi tertulis itu untuk berkolaborasi dalam kelompok dan merespon tugas berikut: Tugas RK1. Membuat karya poster/peta pikiran/powerpoint/video (3 JP) Dalam kelompok, bagaimana saya dapat berkontribusi dalam merancang SATU kegiatan yang sesuai dengan SATU peran GP yang kelompok pilih dalam upaya mengkolaborasikan kekuatan nilai yang telah dimiliki oleh masing-masing rekan dalam kelompok saya? Susunlah gambaran (rancangan) singkat kegiatan yang berbasis kekuatan nilai setiap anggota kelompok. Usai kerja kelompok, Bapak/Ibu diajak untuk melakukan refleksi dengan merespon tugas berikut: Tugas RK2. Refleksi (1 JP) Siapa (1 orang) rekan dalam kelompok saya di Ruang Kolaborasi yang menurut saya sudah memiliki satu nilai yang saya masih perlu kembangkan? Apakah nilai itu? Dan mengapa itu penting untuk saya dan proses kolaborasi kelompok? Tuliskan dalam
50 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak bentuk surat terimakasih dan apresiatif pada rekan tersebut (untuk nantinya dikirimkan melalui aplikasi pesan singkat). Tenggat waktu pengumpulan tugas sesuai jadwal yang telah ditentukan. Selanjutnya Bapak/Ibu akan mengikuti sesi pertemuan tatap maya bersama kelompok untuk mempresentasikan hasil kolaborasi (2JP) Anda di depan kelompok lain dan fasilitator. Karya yang Anda buat akan dinilai berdasarkan rubrik di bawah ini. Selamat berkolaborasi! Peran Fasilitator: 1. Menentukan anggota kelompok 2. Memastikan CGP mengakses bagian Ruang Kolaborasi 3. Memastikan setiap CGP sudah mendapatkan kelompok kerja 4. Memandu diskusi virtual 5. Menilai hasil karya CGP berdasarkan rubrik Ruang Kolaborasi
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 51 Rubrik 1. Penilaian Ruang Kolaborasi Aspek Nilai 4 Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 Konten (40%) Konten mampu ● menunjukkan nilainilai yang dimiliki semua anggota kelompok ● memberi gambaran singkat kegiatan yang jelas dan fokus untuk menguatkan satu nilai yang dipilih kelompok (40%) Konten mampu ● menunjukkan nilainilai yang dimiliki beberapa anggota kelompok ● memberi gambaran panjang-lebar atas kegiatan yang jelas dan fokus untuk menguatkan satu nilai yang dipilih kelompok (30%) Konten mampu ● menunjukkan nilainilai yang dimiliki satu anggota kelompok ● memberi gambaran singkat kegiatan walaupun tidak fokus pada penguatan satu nilai yang dipilih kelompok (20%) Konten tidak mampu ● menunjukkan nilainilai yang dimiliki anggota kelompok ● memberi gambaran panjang-lebar atas kegiatan dan tidak fokus pada penguatan satu nilai yang dipilih kelompok (10%) Penyampaian (40%) ● Bahasa yang digunakan mudah dipahami ● teks pada presentasi singkat, namun padat dengan informasi ● Bahasa yang digunakan mudah dipahami ● teks pada presentasi panjang namun padat informasi (30%) ● Bahasa yang digunakan mudah dipahami ● teks pada presentasi cukup panjang dan sedikit informasi (20%) ● Bahasa yang digunakan sulit untuk dipahami ● teks cukup panjang dan sedikit informasi (10%) Desain (20%) ● Menggunakan 2-3 warna dominan dalam desain ● Menggunakan gambar yang berguna sebagai penyampai pesan ● Menggunakan 1 warna dominan dalam desain ● Menggunakan gambar namun kurang mendukung penyampaian pesan ● Menggunakan warna yang terlalu banyak dalam desain ● Tidak menggunakan gambar dalam desain ● Tidak menggunakan variasi warna dalam desain ● Tidak menggunakan gambar dalam desain
52 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak Pembelajaran 4 – Demonstrasi Kontekstual Tugas DK. Membuat gambaran diri sebagai Guru Penggerak di masa depan Durasi: 3 JP Moda: Mandiri Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP dapat menciptakan gambaran dirinya di masa depan, setelah mengikuti rangkaian program pendidikan Guru Penggerak Tanpa terasa, Bapak/Ibu telah memasuki sesi pembelajaran Pembelajaran 5 Demonstrasi Kontekstual! Sebagaimana judul unitnya, maka setelah merefleksikan pembelajaran sebelumnya, kini Bapak/Ibu diminta untuk berbagi dengan menyajikannya dalam bentuk sebuah karya. Bayangkan diri Bapak/Ibu sudah lulus program ini dan telah menjalani peran sebagai Guru Penggerak selama 3 tahun. Pada saat itu, tentunya Bapak/Ibu sudah memiliki kepercayaan diri dan telah membawakan kegiatan-kegiatan yang mewujudkan nilai dan peran sebagai Guru Penggerak. Buatlah kisah narasi tertulis/presentasi PowerPoint/poster/peta pikiran/video/audio sederhana yang dapat menggambarkan kira-kira apa saja aktivitas Bapak/Ibu sebagai Guru Penggerak baik dalam keseharian, atau yang terprogram rutin berkesinambungan, maupun yang sifatnya ad-hoc (khusus). Buatlah sedemikian rupa sehingga dapat menggambarkan nilai-nilai Guru Penggerak (berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif) yang Bapak/Ibu telah dihidupi selama 3 tahun tersebut. Poin utama tugas kisah narasi ini adalah pada kedalaman substansi serta penggambaran detail kegiatan yang mewujudkan tiap nilai Guru Penggerak. Jangan terjebak pada hiasan, sajian, dan tampilan saja. Terlampir di bawah adalah rubrik yang dapat
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 53 membantu Bapak/Ibu dalam membuat kisah narasi tersebut, juga sebagai petunjuk untuk penilaian. Peran Fasilitator: 1. Fasilitator memastikan CGP memahami tugas yang diberikan 2. Fasilitator menilai tugas CGP berdasarkan rubrik Demonstrasi Kontekstual Rubrik Penilaian Demonstrasi Kontekstual Aspek Nilai 4 Nilai 3 Nilai 2 Nilai 1 Konten Kisah Narasi (80%) Mampu menjelaskan bagaimana kegiatan-kegiatan yang digambarkan mewujudkan 5 nilai Guru Penggerak. (80%) Mampu menjelaskan bagaimana kegiatan-kegiatan yang digambarkan mewujudkan paling banyak 3-4 nilai Guru Penggerak. (60%) Mampu menjelaskan bagaimana kegiatan-kegiatan yang digambarkan mewujudkan paling banyak 1-2 nilai Guru Penggerak. (40%) Tidak mampu menjelaskan bagaimana kegiatan-kegiatan yang digambarkan mewujudkan nilai Guru Penggerak. (20%) Kesatuan penyajian (20%) Perpaduan unsur yang digunakan saling mendukung dan nyaman untuk dilihat. (20%) Salah satu unsur yang ditampilkan mengurangi kenyamanan saat dilihat. (15%) Salah satu unsur yang ditampilkan merusak keterpaduan. (10%) Semua unsur yang digunakan tidak saling mendukung. (5%)
54 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak Pembelajaran 5 – Elaborasi Pemahaman Diskusi virtual bersama Instruktur Durasi: 2 JP Moda: Forum diskusi virtual bersama Instruktur Tujuan Pembelajaran Khusus : CGP percaya diri untuk mulai menumbuhkan nilai dan peran Guru Penggerak pada dirinya Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, setelah kita mengikuti rangkaian pembelajaran mengenai pembentukan nilai diri serta nilai dan peran Guru Penggerak, sekarang mari kita berdiskusi dengan instruktur mengenai ragam praktik baik yang bisa dilakukan terkait penumbuhan nilai dalam diri seseorang. Diharapkan Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak dapat mendorong rasa keingintahuannya dalam bentuk pertanyaan mendalam untuk dibahas bersama Instruktur. Jadi, bukan soal seberapa banyak pertanyaan yang disampaikan, namun seberapa pentingkah pertanyaan tersebut bagi Bapak/Ibu dalam menguatkan pemahaman pada Modul 1.2 ini. Berikan respon dengan membuat pertanyaan pada kolom berikut ini: Setelah memaknai konsep dalam materi di modul 1.2 ini, pertanyaan yang masih muncul di benak saya adalah: ● … ● … Peran Fasilitator: 1. Fasilitator mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan dari peserta Calon Guru Penggerak kemudian menyampaikannya kepada instruktur
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 55 Pembelajaran 6 – Koneksi Antarmateri Penugasan Mandiri Durasi : 1 JP Moda : Mandiri Tujuan Pembelajaran Khusus : CGP mampu menghasilkan kesimpulan berdasarkan materi modul 1.2. Nilai & Peran Guru Penggerak serta kaitannya dengan modul 1.1. Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara “Jika kita gagal merencanakan, berarti sama saja kita sedang merencanakan kegagalan.” ~ Benjamin Franklin Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, ini adalah fase terakhir sebelum fase eksekusi atau Aksi Nyata. Fase ini berisi tantangan tugas individu. Sebagai CGP, Bapak/Ibu ditantang untuk melakukan refleksi menggunakan Model 4P yang sudah dipaparkan dalam Eksplorasi Konsep. Pada kesempatan Koneksi Antar Materi ini, Bapak/Ibu diajak untuk menelaah kembali rangkaian pembelajaran mulai dari Modul 1.1 hingga akhir Modul 1.2 ini. Silakan berikan respon pada kolom berikut ini. Tugas Koneksi Antar Materi: Refleksi Model 4P (tulisan-naratif/poster/petapikiran/powerpoint/video/audio sederhana) Setelah saya menjalani pembelajaran dari Modul 1.1 hingga Modul 1.2 ini, berikut adalah hal yang menjadi pembelajaran bagi saya (model refleksi 4 P):
56 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak 1. Peristiwa: Momen yang paling penting/menantang/mencerahkan bagi saya dalam proses pembelajaran Modul 1.1 hingga Modul 1.2 adalah …… Kaitan antara Modul 1.1 dan 1.2 yang saya pahami adalah ……….. 2. Perasaan: Saat momen itu terjadi saya merasa seperti bagaikan ……. 3. Pembelajaran: Sebelum momen tersebut terjadi saya berpikir bahwa …………...… sekarang saya berpikir bahwa …………...… 4. Penerapan ke depan (Rencana): Apa pengembangan diri yang sederhana, konkret dan rutin yang dapat saya lakukan sendiri dari sekarang, untuk membantu menguatkan nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru Penggerak? Peran Fasilitator: 1. Memastikan CGP memahami tugas yang diberikan 2. Mengingatkan CGP mengumpulkan tugas di LMS
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 57 Pembelajaran 7 – Aksi Nyata Tugas Aksi Nyata Moda : Mandiri Tujuan Pembelajaran Khusus : 1. CGP melakukan proses pengembangan diri untuk menguatkan nilai-nilai dan peran mereka sebagai Guru Penggerak “Aku hanya orang biasa yang bekerja untuk bangsa Indonesia dengan cara Indonesia.” Ki Hajar Dewantara Sebagai tahapan terakhir dari siklus pembelajaran MERDEKA, Aksi Nyata merupakan ruang bagi Bapak/Ibu CGP menerapkan apa yang telah diperoleh dalam satu rangkaian modul. Bagian ini diharapkan dapat menjadi awalan proses implementasi dari konsepkonsep yang sudah didapatkan. Di modul ini, Bapak/Ibu diajak untuk melaksanakan rencana yang telah dituliskan pada refleksi 4P di bagian Koneksi Antar Materi mengenai “pengembangan DIRI yang sederhana, konkret dan rutin serta dapat dilakukan sendiri dari sekarang”. Kumpulkan dalam bentuk dokumentasi dengan format tulisan naratif bergambar/poster bergambar/ powerpoint/video sederhana yang dapat menceritakan saat diri Bapak/Ibu menjalankan rencana. Jangan lupa sertakan refleksi sepanjang proses menjalankannya, seperti apa perasaan Bapak/Ibu, apa ide atau gagasan yang timbul, pembelajaran apa saja yang dapat diambil, dan apa dampak (perubahan positif) yang paling dirasakan oleh diri Bapak/Ibu.
58 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak Peran Fasilitator: 1. membangun komunikasi dengan pengajar praktik dalam memantau pelaksanaan rencana aksi CGP 2. mengingatkan CGP untuk secara rutin menuliskan jurnal refleksi pada portofolio digitalnya.
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 59 Surat Penutup Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak sekalian. Selamat. Bapak/Ibu telah menyelesaikan Modul 1.2 ini. Terima kasih atas semangat dan upaya yang maksimal dalam menyelesaikan semua tantangan yang diberikan. Semoga segala proses yang dijalani dalam Modul 1.2 ini dapat membawa manfaat bagi murid-murid Bapak/Ibu sekalian. Bapak/Ibu tetap harus memperhatikan bahwa status penyelesaian modul ini sangat bergantung pada bagaimana menyelesaikan Fase Aksi Nyata masing-masing. Semoga modul ini berhasil membuat Bapak/Ibu tergerak hingga kemudian mengambil keputusan untuk bergerak dan akhirnya memberanikan diri untuk menggerakkan lebih banyak pihak di lingkungan dimana Bapak/Ibu berkarya demi meningkatkan kualitas layanan dan lingkungan belajar bagi murid-murid. Modul 1.2 ini melanjutkan Modul 1.1 - Filosofi Pendidikan Indonesia yang kemudian akan dilanjutkan dengan Modul 1.3 - Visi Guru Penggerak dan Modul 1.4 - Membangun Budaya Positif di Sekolah. Selamat menikmati tahapan materi berikutnya, tetaplah terbuka dan bersemangat dalam menjalani prosesnya. Selamat menemukan, menumbuhkan dan menguatkan jati diri Bapak/Ibu sebagai Guru Penggerak. Salam dan bahagia!
60 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak Daftar Pustaka Fisher, R. (2005). Teaching children to learn. Cheltenham: Nelson Thornes. Glasser, W. (1998). Choice theory. HarperCollins e-book. Glasser, W. (2011). Take charge of your life: How to get what you need with choice theory psychology. iUniverse, Inc. Goyette, K. (2019). The non-obvious guide to emotional intelligence (You can actually use). Idea Press Publishing, USA. Hari, Abdul H. 2015. Peran Nilai-Nilai Personal (Personal Values) Terhadap Sikap Konsumen. Magistra, No. 92, 35-44. Retrieved February 22, 2021 from http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=604240&val=6820 &title=PERAN%20NILAINILAI%20PERSONAL%20PERSONAL%20VALUES%20TERHADAP%20SIKAP%20KO NSUMEN Kahneman, D. (2011). Thinking, fast and slow. Great Britain: Penguin Books. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2019). Penjelasan uji publik model kompetensi guru. Kemdikbud. Retrieved June 6, 2020 from https://kompetensi.kemdikbud.go.id/assets/pdf/Penjelasan-Uji-Publik-ModelKompetensi-Guru.pdf Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2019). Penjelasan uji publik model kompetensi kepala sekolah. Kemdikbud. Retrieved June 6, 2020 from https://kompetensi.kemdikbud.go.id/assets/pdf/Penjelasan-Uji-Publik-ModelKompetensi-Kepemimpinan-Sekolah.pdf Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2020). Naskah Akademik Profil Pelajar Pancasila. Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Komninos, A. (2020, April). The concept of the "triune brain". Interaction Design Foundation. Retrieved June 6, 2020 from https://www.interaction-design.org/literature/article/the-concept-of-thetriune-brain
Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak | 61 Lumpkin, A. (2008). Teachers as role models teaching character and moral virtues. JOPERD, 79(2), 45-49. Retrieved June 6, 2020 from https://bit.ly/3cy4W8A McLeod, S. A. (2018, May 03). Erik Erikson's stages of psychosocial development. Simply Psychology. www.simplypsychology.org/Erik-Erikson.html Ryan, R.M. & E.L. Deci. (2000, January). Self-determination theory and the facilitation of intrinsic motivation, social development, and well-being. American Psychologist 55 (1), 68-78. Retrieved June 4, 2020 from https://bit.ly/2AUMVUO Ryan, M., & Ryan, M. (2013). Theorising a model for teaching and assessing reflective learning in higher education. Higher Education Research and Development, 32(2), pp. 244-257. The four F's of active reviewing. (2018, November 5). The University of Edinburgh. Diakses pada 13 September 2020 dari https://www.ed.ac.uk/reflection/reflectors-toolkit/reflecting-onexperience/four-f
62 | Modul 1.2 - Nilai dan Peran Guru Penggerak Profil Penulis Modul Aditya Dharma, adalah seorang sarjana sains yang lulus tahun 2000 dari Departemen Biologi, Universitas Indonesia, dan telah menyelesaikan program MBA dari University of The People Pasadena California pada tahun 2021. Aditya sempat bergabung sebagai konsultan di Bappenas dan terlibat aktif menyusun Dokumen Nasional Strategi dan Rencana Aksi tahun 2003-2020 untuk Keanekaragaman Hayati Indonesia. Ia kemudian memutuskan banting setir ke dunia pendidikan dengan menjadi guru SD di Global Jaya School di Tangerang Selatan. Di sana ia belajar banyak tentang dunia pendidikan yang menjadi renjana-nya hingga sekarang. Sebagai guru, ia berkesempatan menjadi pelatih dan penyusun Modul Program Pelatihan Pendukung Pembelajaran bagi Tutor Lokal di Aceh & Sumatera Utara sebagai respon pemulihan komunitas pendidik pasca tsunami bersama International Baccalaureate, Kemendikbud & UNESCO. Untuk meluaskan dampaknya, ia kemudian bergabung dengan Putera Sampoerna Foundation yang memberinya kesempatan untuk belajar dan mengenal keberagaman dunia pendidikan Indonesia. Di sana, Aditya belajar pengelolaan proyek peningkatan kualitas pendidikan, program pengembangan sumber daya pelatih guru, hingga diberi tanggung jawab mengelola Departemen Learning & Knowledge Management. Aditya pun adalah pelatih di bidang Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan sejak 2010, turut menulis Change Project: Embedding Education for Sustainable Development (ESD) into School Development Program, Teacher Learning Center and Teacher Congress bersama Sampoerna Foundation Teacher Institute (SFTI), & The Swedish International Development and cooperation Agency (SIDA). Pada tahun 2014, Aditya mendapatkan lisensi untuk menggunakan Sustainability Tools and Skills for Leading Change dari Center for Sustainability Transformation (AtKisson Group). Sejak awal 2017 ia turut mendirikan Sinambung Indonesia, lembaga konsultasi peningkatan kualitas dan fasilitasi perubahan yang berkesinambungan bagi pendidik maupun sekolah. Kini ia adalah Direktur Pengembangan Program dan Inovasi. Motto Sinambung Indonesia yang juga menjadi motto hidupnya adalah “menginspirasi sesama, memberdayakan bangsa”. Sebagai pendidik partikelir, Aditya pun terlibat aktif dalam serial pelatihan kompetensi sosial dan kepribadian guru di DKI Jakarta, turut memfasilitasi penyusunan Modul Penumbuh-kembangan Karakter Siswa Nenemo-SSL untuk Kabupaten Tulang Bawang Barat, dan Modul Pengembangan Karakter berbasis Budaya Jawa Barat dalam program Jabar Masagi. Di sela-sela itu semua, Aditya tetap menyempatkan diri untuk mempraktikkan mindfulness, membaca manga dan menonton anime yang difavoritkannya sejak usia remaja.