The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Keperawatan keluarga lanjut usia menekankan penggunaan teori sistem keluarga, di mana keluarga dianggap sebagai entitas yang saling terkait dan berinteraksi. Pendekatan ini mempertimbangkan dampak perubahan pada anggota keluarga lansia serta dinamika hubungan antaranggota keluarga. Melalui pemahaman teori sistem keluarga, perawat dapat merancang asuhan yang holistik dan berfokus pada kebutuhan fisik, psikososial, dan spiritual keluarga lansia dalam konteks komunitas. Kemitraan dengan keluarga dan komunitas juga menjadi unsur penting dalam menyelenggarakan perawatan yang teintegrasi dan berkelanjutan bagi lansia.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by penamudamedia, 2024-03-22 13:13:32

Keperawatan Keluarga Lanjut

Keperawatan keluarga lanjut usia menekankan penggunaan teori sistem keluarga, di mana keluarga dianggap sebagai entitas yang saling terkait dan berinteraksi. Pendekatan ini mempertimbangkan dampak perubahan pada anggota keluarga lansia serta dinamika hubungan antaranggota keluarga. Melalui pemahaman teori sistem keluarga, perawat dapat merancang asuhan yang holistik dan berfokus pada kebutuhan fisik, psikososial, dan spiritual keluarga lansia dalam konteks komunitas. Kemitraan dengan keluarga dan komunitas juga menjadi unsur penting dalam menyelenggarakan perawatan yang teintegrasi dan berkelanjutan bagi lansia.

Keperawatan Keluarga Lanjut 141 untuk mendapatkan akses terhadap berbagai jenis layanan yang mereka butuhkan, mulai dari pencegahan penyakit hingga perawatan penyakit akut dan kronis. b. Pendekatan Holistik: Pendekatan ini mendasarkan pada prinsip bahwa kesehatan dan kesejahteraan seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan. Dengan mengintegrasikan berbagai jenis layanan kesehatan, model ini memungkinkan pendekatan holistik yang memperhitungkan semua aspek kesehatan individu dan komunitas. c. Jaringan Layanan Terpadu: Integrasi layanan kesehatan memungkinkan terciptanya jaringan layanan yang terpadu, di mana berbagai penyedia layanan kesehatan bekerja sama untuk menyediakan dukungan menyeluruh bagi kesehatan dan kesejahteraan komunitas. Kerja sama antar penyedia layanan dapat meningkatkan efisiensi, koordinasi, dan kontinuitas perawatan. d. Dukungan Menyeluruh bagi Kesehatan dan Kesejahteraan: Model ini dirancang untuk memberikan dukungan menyeluruh bagi kesehatan dan kesejahteraan komunitas secara keseluruhan. Dengan menyediakan berbagai jenis layanan kesehatan yang terintegrasi, model ini bertujuan untuk meningkatkan akses, kualitas, dan hasil kesehatan bagi masyarakat. Melalui Model Integratif, komunitas dapat memperoleh manfaat dari pendekatan kesehatan yang holistik dan terpadu, yang memperhitungkan kebutuh-


142 Keperawatan Keluarga Lanjut an dan konteks unik dari setiap individu dan keluarga. Integrasi layanan kesehatan juga dapat meningkatkan efektivitas intervensi kesehatan dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan komunitas. 4. Model Jaringan atau Networking Model Jaringan atau Networking dalam keperawatan komunitas menekankan pembentukan jaringan atau kerja sama antara berbagai organisasi atau lembaga yang memiliki kepentingan serupa dalam bidang kesehatan masyarakat. Berikut adalah beberapa karakteristik utama dari Model Jaringan atau Networking: a. Pembagian Sumber Daya, Pengetahuan, dan Pengalaman: Model ini memungkinkan pembagian sumber daya, pengetahuan, dan pengalaman antara berbagai organisasi atau lembaga yang terlibat. Melalui kerja sama ini, berbagai pihak dapat saling mendukung dan memanfaatkan keahlian dan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan bersama. b. Sinergi yang Lebih Besar: Kerja sama antara berbagai organisasi atau lembaga memungkinkan terciptanya sinergi yang lebih besar dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Dengan menggabungkan sumber daya dan keahlian dari berbagai pihak, model ini dapat menciptakan dampak yang lebih besar daripada jika setiap organisasi bekerja sendiri. c. Peningkatan Akses dan Kualitas Layanan: Melalui jaringan atau kerja sama, model ini dapat meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan yang tersedia bagi masyarakat. Dengan saling


Keperawatan Keluarga Lanjut 143 mendukung dan bekerja sama, organisasi dapat memperluas cakupan layanan dan meningkatkan kualitas perawatan yang disediakan kepada komunitas. d. Koordinasi dan Kolaborasi: Model ini mendorong koordinasi dan kolaborasi antara berbagai organisasi atau lembaga yang terlibat. Dengan saling berbagi informasi, berkomunikasi secara teratur, dan mengoordinasikan upaya, jaringan atau kerja sama dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam mencapai tujuan bersama. Melalui Model Jaringan atau Networking, berbagai organisasi atau lembaga dalam bidang kesehatan komunitas dapat bekerja sama untuk menciptakan perubahan positif dalam kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Kerja sama ini memungkinkan penggunaan sumber daya yang ada dengan lebih efisien dan dapat menghasilkan solusi yang lebih inovatif dan berkelanjutan dalam menjawab tantangan kesehatan yang kompleks dan beragam. Dengan menggunakan model kemitraan yang tepat, praktisi keperawatan komunitas dapat memperkuat upaya-upaya mereka dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan komunitas secara menyeluruh. Pemilihan model yang sesuai harus memperhatikan karakteristik dan kebutuhan unik dari komunitas yang dilayani, serta mempertimbangkan aspek-aspek seperti sumber daya yang tersedia, kepemimpinan lokal, dan budaya masyarakat tersebut.


144 Keperawatan Keluarga Lanjut Visi dan tujuan individu dalam Organisasi Perencanaan Kemitraan mencakup upaya untuk mengembangkan keterampilan, mengambil peran aktif, mencapai tujuan pribadi atau profesional, membangun hubungan dan jaringan, serta meningkatkan dampak dan kontribusi dalam kemitraan tersebut. Sementara itu, Model Kemitraan dalam Keperawatan Komunitas meliputi pendekatan kolaboratif, partisipatif, integratif, dan jaringan, yang mendorong kerja sama antara berbagai pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan, merancang intervensi, dan memberikan dukungan yang komprehensif bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. RANGKUMAN


Keperawatan Keluarga Lanjut 145 1. Jelaskan secara rinci mengapa keterlibatan individu dalam Organisasi Perencanaan Kemitraan dianggap penting untuk mencapai tujuan bersama. Berikan contoh konkret dari bagaimana individu dapat berkontribusi dalam menciptakan kemitraan yang sukses. 2. Gambarkan perbedaan antara pendekatan kolaboratif dan pendekatan partisipatif dalam konteks Model Kemitraan dalam Keperawatan Komunitas. Berikan contoh situasi di mana masing-masing pendekatan tersebut lebih sesuai untuk diterapkan. 3. Diskusikan peran integrasi layanan kesehatan dalam Model Integratif dalam keperawatan komunitas. Bagaimana integrasi layanan ini dapat meningkatkan efektivitas intervensi kesehatan dan memberikan manfaat bagi masyarakat? 4. Mengapa Model Jaringan atau Networking dianggap penting dalam konteks keperawatan komunitas? Jelaskan bagaimana model ini dapat meningkatkan koordinasi, kolaborasi, dan pemanfaatan sumber daya dalam penyediaan layanan kesehatan di tingkat komunitas. EVALUASI


146 Keperawatan Keluarga Lanjut 5. Berikan tiga contoh konkrit dari tujuan individu yang dapat diidentifikasi dalam Organisasi Perencanaan Kemitraan. Untuk setiap contoh, jelaskan implikasi langsung dari pencapaian tujuan tersebut terhadap kesuksesan kemitraan. 6. Diskusikan pentingnya partisipasi aktif masyarakat dalam Model Partisipatif dalam keperawatan komunitas. Bagaimana partisipasi ini dapat mempengaruhi efektivitas program-program kesehatan dan perasaan memiliki masyarakat terhadap program tersebut? 7. Sebutkan dan jelaskan tiga karakteristik utama dari Model Kolaboratif dalam keperawatan komunitas. Bagaimana karakteristik tersebut mendukung terciptanya kerja sama yang efektif antara berbagai pemangku kepentingan dalam kemitraan? 8. Berikan contoh situasi di mana penggunaan Model Integratif dalam keperawatan komunitas dapat membawa perubahan positif yang signifikan dalam kesehatan masyarakat. Jelaskan bagaimana pendekatan holistik dalam model ini dapat meningkatkan hasil kesehatan dan kesejahteraan komunitas secara keseluruhan.


Keperawatan Keluarga Lanjut 147 Bab 10 Proses Pengembangan Kemitraan dan Kreativitas dalam Jaringan Kemitraan ETELAH menyelesaikan bab ini, kita akan mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang Proses Pengembangan Kemitraan dan Kreativitas dalam Jaringan Kemitraan. Langkah-langkah Proses Pengembangan Kemitraan diuraikan secara komprehensif, dimulai dari tahap identifikasi potensi mitra yang melibatkan pengenalan dan penilaian terhadap potensi kemitraan yang mungkin, dilanjutkan dengan pembentukan hubungan dan kepercayaan di antara para pihak yang terlibat, kemudian tahap pengembangan kesepakatan dan tujuan bersama yang melibatkan perundingan dan penyusunan kerangka kerja kemitraan yang jelas, serta tahap implementasi dan evaluasi kemitraan untuk memastikan pencapaian hasil yang diharapkan. S


148 Keperawatan Keluarga Lanjut Selanjutnya, bab ini menyoroti pentingnya Inovasi dan Kreativitas dalam Membangun Jaringan Kemitraan dengan menekankan perlunya keberanian untuk berpikir di luar kotak, menciptakan solusi baru, dan mengintegrasikan ide-ide inovatif dalam memperkuat jaringan kemitraan serta mengatasi tantangan yang kompleks yang mungkin dihadapi. Terakhir, pembahasan mencakup Pencapaian Hasil Kerjasama melalui Lobi dan Negosiasi, di mana pembaca akan mempelajari strategi yang efektif untuk mempengaruhi keputusan dan merundingkan kesepakatan yang menguntungkan, memastikan bahwa kemitraan dapat menghasilkan dampak yang signifikan dan berkelanjutan dalam mencapai tujuan bersama. Dengan pemahaman yang mendalam tentang aspek-aspek penting ini, pembaca akan siap untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam mengembangkan dan memperkuat kemitraan yang berhasil dan inovatif dalam berbagai konteks komunitas dan organisasi. A. Langkah-langkah Proses Pengembangan Kemitraan Langkah-langkah Proses Pengembangan Kemitraan melibatkan serangkaian langkah yang terstruktur untuk memastikan keberhasilan dan keberlanjutan kemitraan. Tahap pertama adalah identifikasi potensi mitra, di mana pihak-pihak yang berpotensi untuk menjalin kemitraan diidentifikasi berdasarkan tujuan dan kebutuhan bersama. Langkah selanjutnya adalah pembentukan hubungan dan kepercayaan antara para pihak, yang melibatkan pembangunan saling pengertian, komunikasi terbuka, dan keterlibatan aktif dalam rangka membangun fondasi yang


Keperawatan Keluarga Lanjut 149 kuat untuk kerjasama masa depan. Setelah hubungan yang baik terbentuk, langkah ketiga adalah pengembangan kesepakatan dan tujuan bersama, di mana para pihak bekerja sama untuk merumuskan kerangka kerja kemitraan yang jelas, termasuk perjanjian yang terperinci mengenai peran, tanggung jawab, dan sumber daya yang akan disumbangkan oleh masing-masing pihak. Terakhir, tahap implementasi dan evaluasi kemitraan digunakan untuk melaksanakan rencana aksi yang disepakati dan terus memantau kemajuan, melakukan perubahan yang diperlukan, serta mengevaluasi pencapaian tujuan kemitraan. Dengan mengikuti langkah-langkah ini secara sistematis, proses pengembangan kemitraan dapat menjadi lebih terorganisir dan efektif, memungkinkan terciptanya kemitraan yang berkelanjutan dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat. (Tuohy, 2019) 1. Identifikasi Potensi Mitra Langkah pertama dalam Identifikasi Potensi Mitra adalah mengidentifikasi kebutuhan dan tujuan bersama yang ingin dicapai oleh kemitraan. Evaluasi mendalam terhadap masalah atau tantangan yang dihadapi oleh komunitas atau organisasi menjadi fokus utama dalam tahap ini. Langkah ini memungkinkan para pemangku kepentingan untuk memahami dengan jelas mengapa kemitraan diperlukan dan apa yang ingin dicapai melalui kemitraan tersebut. Setelah kebutuhan dan tujuan telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah melakukan penilaian terhadap potensi mitra yang memiliki keahlian, sumber daya, dan minat yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Analisis internal dan


150 Keperawatan Keluarga Lanjut eksternal dapat dilakukan untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang paling cocok untuk bermitra, termasuk mengevaluasi keahlian, pengalaman, reputasi, dan komitmen potensial mitra terhadap tujuan bersama. Dengan menggabungkan pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan tujuan kemitraan dengan penilaian yang cermat terhadap potensi mitra, para pemangku kepentingan dapat memastikan bahwa kemitraan yang terbentuk akan memiliki fondasi yang kuat dan mampu mencapai hasil yang diharapkan. 2. Pembentukan Hubungan dan Kepercayaan Pembentukan Hubungan dan Kepercayaan merupakan langkah penting dalam pengembangan kemitraan yang efektif. Langkah kedua ini melibatkan berbagai upaya yang bertujuan untuk membangun fondasi yang kuat antara semua pihak yang berpotensi bermitra. Pertama-tama, pembangunan saling pengertian menjadi fokus utama, di mana komunikasi terbuka, mendengarkan dengan seksama, dan memahami perspektif masing-masing pihak sangat ditekankan. Komunikasi yang terbuka menciptakan lingkungan di mana semua pihak merasa nyaman untuk mengungkapkan gagasan, keprihatinan, dan harapan mereka secara jujur. Selain itu, keterlibatan aktif dari semua pihak dalam proses pembentukan hubungan sangat diperlukan. Dengan terlibat secara aktif melalui pertemuan tatap muka, diskusi, atau kegiatan lainnya, para pihak dapat membangun hubungan yang kuat dan saling memahami satu sama lain. Dengan memperkuat saling pengertian,


Keperawatan Keluarga Lanjut 151 komunikasi terbuka, dan keterlibatan aktif, kemitraan dapat didasarkan pada fondasi yang kokoh dari kepercayaan dan kolaborasi yang erat, memungkinkan tercapainya tujuan bersama dengan lebih efektif dan berkelanjutan. 3. Pengembangan Kesepakatan dan Tujuan Bersama Dalam tahap Pengembangan Kesepakatan dan Tujuan Bersama, langkah pertama adalah merumuskan kerangka kerja kemitraan yang jelas setelah hubungan dan kepercayaan terbentuk. Ini melibatkan penetapan peran dan tanggung jawab masing-masing pihak, alokasi sumber daya yang akan disumbangkan, dan penetapan mekanisme pengambilan keputusan serta penyelesaian konflik. Langkah selanjutnya adalah pembuatan perjanjian yang terperinci untuk mengatur hubungan antara para mitra. Dokumen ini bisa berupa perjanjian kemitraan resmi, kontrak, atau memorandum of understanding (MoU) yang mengikat, yang menjelaskan secara rinci semua aspek kemitraan serta hak dan kewajiban masing-masing pihak. Dengan merumuskan kerangka kerja dan membuat perjanjian yang terperinci, kemitraan dapat berjalan dengan lebih terstruktur dan efektif, memastikan bahwa tujuan bersama dapat dicapai dengan baik dan semua pihak terlibat memiliki pemahaman yang sama mengenai kemitraan yang terbentuk. 4. Implementasi dan Evaluasi Kemitraan Dalam tahap Implementasi dan Evaluasi Kemitraan, langkah pertama adalah melaksanakan rencana aksi yang telah disepakati. Ini mencakup


152 Keperawatan Keluarga Lanjut pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan penggunaan sumber daya yang telah dialokasikan. Selanjutnya, selama proses implementasi, penting untuk terus memantau kemajuan kemitraan dan mencatat pencapaian serta kendala yang mungkin muncul. Hal ini memungkinkan identifikasi perubahan yang diperlukan dan penyesuaian rencana aksi sesuai dengan keadaan yang ada. Terakhir, kemitraan perlu dievaluasi secara berkala untuk menilai apakah tujuan telah tercapai, apa yang telah berhasil, dan apa yang perlu diperbaiki atau diperbaiki di masa depan. Evaluasi ini merupakan langkah penting dalam pembelajaran organisasi dan memungkinkan perbaikan yang berkelanjutan dalam kemitraan. Dengan demikian, melalui tahap Implementasi dan Evaluasi Kemitraan yang sistematis dan terencana, kemitraan dapat dikelola dengan lebih efektif untuk mencapai hasil yang diinginkan dan berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat. Dengan mengikuti langkah-langkah Proses Pengembangan Kemitraan ini dengan seksama, para pemangku kepentingan dapat memastikan bahwa kemitraan mereka dibangun di atas dasar yang kuat, efektif, dan berkelanjutan, sehingga dapat mencapai tujuan bersama dengan lebih efisien dan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat.


Keperawatan Keluarga Lanjut 153 B. Inovasi dan Kreativitas dalam Membangun Jaringan Kemitraan Dalam membangun jaringan kemitraan, inovasi dan kreativitas memainkan peran kunci dalam menciptakan solusi yang unik dan efektif untuk mengatasi tantangan yang kompleks. Berikut adalah poin-poin yang menjelaskan bagaimana inovasi dan kreativitas berkontribusi dalam pembangunan jaringan kemitraan: (Heckman et al., 2017) 1. Pemikiran di Luar Kotak Inovasi dan kreativitas memungkinkan para pemangku kepentingan untuk berpikir di luar kotak dan menemukan pendekatan baru dalam membangun jaringan kemitraan. Ini dapat melibatkan eksplorasi ide-ide baru, gagasan revolusioner, atau metode yang belum pernah dipertimbangkan sebelumnya. 2. Penciptaan Solusi Baru Dengan inovasi dan kreativitas, para pemangku kepentingan dapat menciptakan solusi baru yang inovatif untuk tantangan yang dihadapi dalam pembangunan jaringan kemitraan. Hal ini bisa mencakup pengembangan teknologi baru, model bisnis baru, atau pendekatan strategis baru dalam mengelola kemitraan. 3. Integrasi Teknologi Inovasi teknologi dapat menjadi motor penggerak dalam membangun jaringan kemitraan yang efektif. Penggunaan teknologi baru atau pengembangan aplikasi khusus dapat memfasilitasi komunikasi dan kolaborasi antara para mitra, serta memungkinkan pertukaran informasi yang lebih efisien.


154 Keperawatan Keluarga Lanjut 4. Kolaborasi Antar-Disiplin Inovasi dan kreativitas memungkinkan kolaborasi antar-disiplin, di mana para pemangku kepentingan dari berbagai bidang atau sektor bekerja bersama untuk menghasilkan solusi yang holistik dan terintegrasi terhadap masalah yang kompleks. 5. Adaptasi terhadap Perubahan Inovasi dan kreativitas memungkinkan jaringan kemitraan untuk tetap relevan dan efektif dalam menghadapi perubahan yang terus-menerus. Dengan memiliki sikap yang terbuka terhadap ide-ide baru dan kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat, jaringan kemitraan dapat tetap berdaya guna dalam menghadapi tantangan yang berkembang. Dengan mendorong inovasi dan kreativitas dalam pembangunan jaringan kemitraan, para pemangku kepentingan dapat menciptakan lingkungan yang dinamis dan responsif, yang mampu menghasilkan solusi yang inovatif dan berkelanjutan dalam mencapai tujuan bersama. C. Pencapaian Hasil Kerjasama melalui Lobi dan Negosiasi Lobi dan negosiasi merupakan alat yang penting dalam konteks kemitraan karena mereka memungkinkan para pemangku kepentingan untuk mencapai kesepakatan, menyelesaikan konflik, dan memperoleh dukungan yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama. Ada beberapa alasan mengapa lobi dan negosiasi sangat diperlukan: (Andrews, 2016)


Keperawatan Keluarga Lanjut 155 1. Mempengaruhi Kebijakan: Lobi memungkinkan para pemangku kepentingan untuk memengaruhi pembuat kebijakan atau pengambil keputusan agar mendukung inisiatif atau program yang relevan dengan tujuan kemitraan. Hal ini penting karena keberhasilan banyak program kemitraan tergantung pada dukungan dan arahan dari pihak-pihak yang berwenang. 2. Mendukung Sumber Daya: Negosiasi memungkinkan para pemangku kepentingan untuk memperoleh dukungan dan sumber daya tambahan yang diperlukan untuk memperkuat kemitraan. Ini termasuk dukungan finansial, akses terhadap infrastruktur atau fasilitas, atau bantuan teknis yang dapat meningkatkan kapasitas kemitraan dalam mencapai tujuan bersama. 3. Penyelesaian Konflik: Negosiasi merupakan sarana yang efektif untuk menyelesaikan konflik atau perbedaan pendapat di antara para mitra kemitraan. Dengan berpartisipasi dalam proses negosiasi yang terbuka dan adil, para pemangku kepentingan dapat mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua pihak dan memperkuat hubungan kemitraan. 4. Pengembangan Aliansi: Lobi dan negosiasi memungkinkan para pemangku kepentingan untuk membangun aliansi dengan pihak lain yang memiliki kepentingan atau tujuan yang serupa. Ini dapat memperluas jaringan kemitraan dan memberikan dukungan tambahan dalam mencapai tujuan bersama. 5. Mengatasi Hambatan Hukum dan Regulasi: Lobi dan negosiasi dapat membantu dalam mengatasi hambatan hukum atau regulasi yang dapat menghambat kemajuan kemitraan. Dengan berkolaborasi dengan


156 Keperawatan Keluarga Lanjut pihak berwenang atau lembaga terkait, para pemangku kepentingan dapat mencari solusi yang memungkinkan untuk mengatasi hambatan tersebut dan mempercepat implementasi program kemitraan. Proses lobi atau negoisasi dapat terjadi pada berbagai tahap pembuatan kebijakan. Pertama, pada tahap penyusunan kebijakan, ketika kebijakan baru sedang direncanakan, para pemangku kepentingan melakukan lobi untuk memastikan bahwa kebutuhan dan pandangan mereka dipertimbangkan dalam proses tersebut. Selanjutnya, pada tahap perubahan kebijakan, lobi dapat digunakan untuk mempengaruhi isi dari perubahan kebijakan yang diperlukan agar lebih sesuai dengan kepentingan dan tujuan kemitraan. Selama proses pengambilan keputusan, lobi juga dilakukan untuk memengaruhi keputusan yang akan diambil dan memastikan bahwa kepentingan para pemangku kepentingan terwakili. Setelah kebijakan diadopsi, lobi tetap dapat dilakukan untuk memastikan implementasi kebijakan dilakukan secara efektif sesuai dengan tujuan kemitraan. Bahkan pada tahap evaluasi kebijakan, lobi masih relevan untuk mempengaruhi hasil evaluasi dan mengusulkan perubahan yang diperlukan berdasarkan pengalaman dan pembelajaran dari implementasi kebijakan. Dengan demikian, lobi merupakan proses yang berkelanjutan dan dapat dilakukan pada berbagai tahap dalam siklus kebijakan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan para pemangku kepentingan. Berbagai pihak dapat terlibat dalam proses lobi, tergantung pada konteks dan sifat kebijakan atau isu yang


Keperawatan Keluarga Lanjut 157 sedang dibahas. Para pemangku kepentingan yang mungkin terlibat dalam proses lobi meliputi: 1. Organisasi Non-Pemerintah (NGO) NGO seringkali memiliki peran dalam melobi untuk kepentingan masyarakat atau kelompok tertentu yang mereka wakili. Mereka dapat melakukan lobi untuk mempromosikan kebijakan yang sesuai dengan misi dan nilai-nilai organisasi mereka. 2. Industri atau Bisnis Perusahaan atau asosiasi bisnis mungkin terlibat dalam proses lobi untuk mempengaruhi kebijakan yang berkaitan dengan regulasi bisnis, pajak, atau kebijakan perdagangan. 3. Organisasi Masyarakat Sipil Organisasi masyarakat sipil, seperti kelompok advokasi atau gerakan sosial, dapat terlibat dalam lobi untuk memperjuangkan hak-hak individu, keadilan sosial, atau isu-isu lingkungan. 4. Pemerintah Dalam beberapa kasus, pemerintah sendiri dapat terlibat dalam proses lobi, baik untuk mempromosikan kebijakan mereka sendiri atau untuk mempengaruhi kebijakan pihak lain yang dapat memengaruhi kepentingan mereka. 5. Kelompok Advokasi Kelompok-kelompok advokasi yang mewakili kepentingan spesifik, seperti kelompok hak-hak manusia, lingkungan, atau pekerja, dapat terlibat dalam proses lobi untuk mempengaruhi kebijakan yang relevan dengan misi mereka.


158 Keperawatan Keluarga Lanjut 6. Individu Individu juga dapat terlibat dalam proses lobi, baik sebagai bagian dari kelompok atau organisasi tertentu, atau sebagai aktivis independen yang memperjuangkan isu-isu tertentu yang mereka pedulikan. Dengan demikian, proses lobi sering melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang memiliki kepentingan atau pandangan yang berbeda-beda, dan seringkali merupakan bentuk dari partisipasi demokratis dalam proses pembuatan kebijakan.


Keperawatan Keluarga Lanjut 159 Proses pengembangan kemitraan melibatkan serangkaian langkah yang penting untuk membangun hubungan yang kuat dan produktif antara para pemangku kepentingan. Ini termasuk identifikasi potensi mitra, pembentukan hubungan dan kepercayaan, pengembangan kesepakatan bersama, implementasi, dan evaluasi. Sementara itu, inovasi dan kreativitas sangat diperlukan dalam membangun jaringan kemitraan yang efektif, memungkinkan pengembangan ide-ide baru, pendekatan yang inovatif, dan solusi kreatif untuk memecahkan masalah yang kompleks. Di sisi lain, lobi dan negosiasi menjadi kunci dalam mencapai hasil kerjasama yang sukses, memungkinkan para pemangku kepentingan untuk memengaruhi kebijakan, mendapatkan dukungan sumber daya, menyelesaikan konflik, dan membangun aliansi yang kuat. Dengan memanfaatkan langkahlangkah pengembangan kemitraan, inovasi dalam membangun jaringan, serta strategi lobi dan negosiasi yang efektif, para pemangku kepentingan dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan menciptakan dampak yang positif dalam masyarakat. RANGKUMAN


160 Keperawatan Keluarga Lanjut DESAIN NEGOSIASI 1. Buatlah sebuah skenario negosiasi berdasarkan materi yang telah dipelajari tentang langkah-langkah pengembangan kemitraan dan strategi lobi serta negosiasi. 2. Skenario tersebut harus mencakup situasi kemitraan antara dua organisasi atau lembaga yang memiliki kepentingan yang saling terkait, misalnya organisasi non-profit dan pemerintah lokal. 3. Identifikasi tujuan kemitraan, kebutuhan masingmasing pihak, serta sumber daya atau kontribusi yang dapat disediakan oleh setiap organisasi. 4. Selanjutnya, susunlah strategi negosiasi yang mencakup langkah-langkah konkrit untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak. Terakhir, buatlah analisis reflektif yang menjelaskan pilihan desain negosiasi Anda, strategi yang digunakan, dan potensi tantangan atau hambatan yang mungkin dihadapi dalam proses negosiasi tersebut. EVALUASI


Keperawatan Keluarga Lanjut 161 Daftar Pustaka Alligood, M. R. (2017). Nursing theorists and their work-e-book. Elsevier Health Sciences. Andrews, L. (2016). Family Nurse Partnership: why supervision matters. Nursing Times, 112(3–4), 12–14. Ariga, R. A. (2020). Buku Ajar Implementasi Manajemen Pelayanan Kesehatan Dalam Keperawatan. Deepublish. Ayuni, N. D. Q., & SKM, M. K. (2020). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga pada Pasien Post Operasi Katarak. Pustaka Galeri Mandiri. Banjar, J. K. M. K. K. (2022). KONSEP PERAWATAN KELOMPOK KHUSUS. KEMITRAAN DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS, 80. Buanasari, A. (2021). Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada Kelompok Usia Remaja. TOHAR MEDIA. Colin, V., Margaretta, S. S., Wiratikusuma, Y., Vidigal, J. N. M., Kristyaningsih, P., & Cahyadi, A. T. (2023). Ilmu Keperawatan Anak. Mafy Media Literasi Indonesia. Ekowati, S. I., Purnomo, H. D., & Utami, R. S. (2018). Perspektif


162 Keperawatan Keluarga Lanjut Keluarga Dan Perawat Tentang Kemitraan Keluarga Dalam Merawat Pasien Di Intensive Care Unit. Journal Center of Research Publication in Midwifery and Nursing, 2(2), 27–31. Fatrida, N. D., Elviani, M. K. Y., & Keb, A. M. (2022). Asuhan Keperawatan Keluarga dan Komunitas: Upaya Pencegahan Kanker Payudara Anak Usia Remaja. Penerbit Adab. Fitriahadi, E., & Khusnul, L. (2019). Program Kemitraan Masyarakat tentang Pelatihan Kader Posyandu Lansia di Wilayah Betokan, Tirtoadi, Godean, Sleman. Jurnal Pengabdian Masyarakat Kebidanan, 1(2), 5–10. Fitryasari, R., Nursalam, N., Yusuf, A., Hargono, R., Lin, E. C.- L., & Tristiana, R. D. (2021). Development of a family resiliency model to care of patients with schizophrenia. Scandinavian Journal of Caring Sciences, 35(2), 642–649. https://doi.org/https://doi.org/10.1111/scs.12886 Hakim, A., Maulina, N., Sugihantoro, H., & Ramzi, H. (2023). Profil perawatan sendiri (self-care) dan swamedikasi (self-medication) pada Madrasah Aliyah berasrama di Aceh Besar selama masa pandemi COVID-19. JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice), 13(1), 1–11. Heckman, J. J., Holland, M. L., Makino, K. K., Pinto, R., & Rosales-Rueda, M. (2017). An analysis of the memphis nurse-family partnership program. National Bureau of Economic Research. Kaakinen, J. R., Coehlo, D. P., Steele, R., & Robinson, M. (2018). Family health care nursing: Theory, practice, and


Keperawatan Keluarga Lanjut 163 research. FA Davis. Lestari, Y., Subardiah, I., & Haryanti, R. P. (2022). Keperawatan anak I. CV. Pustaka Indonesia. Marilyn, R., FRIEDMAN, B., & VICKY, R. J. (2019). Family nursing: Research, theory, and practice. Pearson. Niman, S. (2019). Pengalaman Family Caregiverdalam Merawat Anggota Keluarga Yang Mengalami Gangguan Jiwa. Jurnal Keperawatan Jiwa, 7(1), 19. https://doi.org/10.26714/jkj.7.1.2019.19-26 Olds, D. L., Kitzman, H., Anson, E., Smith, J. A., Knudtson, M. D., Miller, T., Cole, R., Hopfer, C., & Conti, G. (2019). Prenatal and infancy nurse home visiting effects on mothers: 18-year follow-up of a randomized trial. Pediatrics, 144(6). Rekawati, E., Hamid, A. Y. S., Sahar, J., Widyatuti, W., & Sari, N. L. P. D. Y. (2019). Model Keperawatan Keluarga Santun Lansia dalam Upaya Peningkatan Kualitas Asuhan Keluarga pada Lansia: A Literature Review. Jurnal Penelitian Kesehatan “SUARA FORIKES” (Journal of Health Research “Forikes Voice”), 10(3), 173. https://doi.org/10.33846/sf10303 Riska, H. A., & Krisnatuti, D. (2017). Self-esteem remaja perempuan dan kaitannya dengan pengasuhan penerimaan-penolakan ibu dan interaksi saudara kandung. Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen, 10(1), 24– 35. Sakrilesi, Y., & Perang, B. (2022). PERAN PERAWAT DALAM PELAYANAN REHABILITASI NAPZA. Jurnal Keperawatan BSI, 10(2), 175–183.


164 Keperawatan Keluarga Lanjut Saputra, M. K. F., Mardiyah, S., Sari, D. H. A., Sinthania, D., Widyyati, M. L. I., Solikhah, M. M., & Ardiani, N. D. (2023). Keperawatan Keluarga. Pradina Pustaka. Sebayang, I. D. B. (2020). Pengantar Keperawatan Keluarga. Subekti, I., Suyanto, E., & Nataliswati, T. (2022). Keperawatan Usia Lanjut. Tuohy, D. (2019). Effective intercultural communication in nursing. Nursing Standard, 34(2).


Keperawatan Keluarga Lanjut 165 Glosarium Kemitraan : Kerjasama antara dua atau lebih pihak untuk mencapai tujuan bersama, seringkali melalui kesepakatan formal. Pemangku kepentingan : Individu, kelompok, atau organisasi yang memiliki kepentingan atau terlibat dalam suatu masalah atau kegiatan tertentu Negosiasi : Proses interaktif untuk mencapai kesepakatan antara dua atau lebih pihak yang memiliki kepentingan yang saling bertentangan Kebijakan : Panduan atau pedoman resmi yang menetapkan tujuan, prinsip, atau aturan yang mengatur tindakan atau keputusan pemerintah atau organisasi. Implementasi : Proses menjalankan atau menerapkan suatu kebijakan, program, atau proyek dalam praktik atau kehidupan nyata Evaluasi : Proses sistematis untuk menilai atau mengevaluasi kinerja, efektivitas, atau dampak suatu kebijakan, program, atau proyek Inovasi : Pengembangan atau pengenalan ide, produk, atau pendekatan baru yang membawa perubahan positif atau


166 Keperawatan Keluarga Lanjut solusi kreatif terhadap masalah tertentu Komunikasi terbuka : Praktik komunikasi yang memfasilitasi pertukaran informasi yang jujur, terbuka, dan transparan antara berbagai pihak Kesepakatan : Perjanjian atau kesepakatan resmi antara dua atau lebih pihak yang mengikat untuk mencapai tujuan bersama atau menyelesaikan konflik. Keterlibatan aktif : Partisipasi aktif dan kontribusi dari semua pihak terlibat dalam suatu proses atau kegiatan Aliansi : Kemitraan atau persekutuan antara dua atau lebih pihak yang memiliki tujuan atau kepentingan bersama Evaluasi kebijakan : Proses analisis dan penilaian terhadap kebijakan yang telah diimplementasikan untuk menilai dampaknya dan memutuskan langkah selanjutnya Konflik : Ketidaksepakatan atau pertentangan antara dua atau lebih pihak yang memiliki kepentingan, nilai, atau tujuan yang bertentangan Partisipasi : Keterlibatan aktif atau kontribusi dari individu atau kelompok dalam suatu kegiatan atau proses.


Keperawatan Keluarga Lanjut 167 Hubungan kemitraan : Interaksi yang positif dan kolaboratif antara para mitra kemitraan untuk mencapai tujuan bersama Kesetaraan : Prinsip bahwa setiap pihak dalam kemitraan memiliki nilai dan hak yang sama, serta peran yang setara dalam pengambilan keputusan Koordinasi : Upaya untuk menyelaraskan atau mengatur kegiatan atau sumber daya antara berbagai pihak dalam kemitraan Pengambilan keputusan : Proses memilih tindakan atau keputusan tertentu dari berbagai opsi yang tersedia Kolaborasi : Kerjasama yang erat antara dua atau lebih pihak untuk mencapai tujuan yang sama atau memecahkan masalah bersama Pemantauan : Proses pengawasan atau pemantauan terhadap progres atau perkembangan suatu kegiatan, program, atau proyek


168 Keperawatan Keluarga Lanjut Indeks A Aliansi, 195, 207 E Evaluasi, 16, 20, 32, 36, 41, 58, 74, 95, 107, 124, 132, 134, 145, 163, 166, 182, 187, 190, 200, 206, 207 F formal, 78, 206 I Implementasi, 36, 190, 202, 206 Inovasi, vii, 185, 192, 193, 207 J jaringan, 93, 94, 95, 100, 101, 104, 106, 107, 126, 129, 159, 170, 178, 179, 180, 181, 182, 185, 192, 193, 194, 195, 199 K Kebijakan, 194, 206 Keluarga, iii, v, vi, vii, 1, 2, 3, 5, 6, 8, 9, 10, 13, 17, 21, 22, 24, 27, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 39, 41, 43, 44, 45, 49, 57, 58, 59, 63, 70, 77, 78, 87, 90, 94, 95, 97, 98, 101, 106, 111, 129, 137, 139, 152, 158, 165, 202, 203, 204, 205, 212 Kemitraan, i, ii, iii, vii, 165, 166, 167, 169, 171, 182, 183, 185, 186, 190, 191, 192, 202, 203, 206, 207, 211 Keperawatan, iii, v, vi, vii, 1, 2, 4, 5, 8, 19, 21, 22, 24, 32, 35, 41, 43, 44, 58, 59, 64, 77, 97, 111, 119, 129, 137, 165, 171, 182, 183, 202, 203, 204, 205, 211, 212 Kesepakatan, 189, 207 Kesetaraan, 174, 208 Keterlibatan, 2, 90, 207, 208 Kolaborasi, 11, 12, 33, 125, 173, 174, 175, 181, 193, 209 Komunikasi, 45, 153, 189, 207 Konflik, 155, 195, 208 Koordinasi, 115, 117, 131, 181, 208 N negosiasi, 170, 194, 195, 196, 199, 200, 201 Negosiasi, vii, 186, 194, 195, 206


Keperawatan Keluarga Lanjut 169 O organisasi, 101, 118, 165, 166, 169, 170, 173, 174, 179, 180, 181, 186, 187, 191, 197, 198, 200, 201, 206 P Panduan, 67, 206 Partisipasi, 174, 176, 207, 208 Pemangku, 206 Pemantauan, 115, 127, 209 produktif, 199 S skenario, 163, 200


170 Keperawatan Keluarga Lanjut Tentang Penulis Dr. Ns. Fery Agusman Motuho Mendrofa, SKM, S.Kep, M.Kep, Sp.Kom Penulis saat ini aktif sebagai dosen di program studi universitas karya husada semarang dengan Home Base Magister Keperawatan. Penulis memiliki latar belakang Pendidikan Magister Keperawatan, Spesialis Komunitas dan Doktor Kesehatan, saat ini sedang mengambil Doktoral Nursing di Philipina Women University. Penulis banyak terlibat dalam penelitian dan pengabdian masyarakat terkait Lanjut Usia, Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Penulis aktif juga dalam kegiatan Keperawatan Komunitas, Keluarga dan Gerontik. Penulis saat ini aktif sebagai pengurus IPKKI DPW Jawa Tengah, pengurus DPW. PPNI jawa Tengah, pengurus AIPNI Indonesia, serta sebagai asesor LAM PT.Kes.


Keperawatan Keluarga Lanjut 171


Click to View FlipBook Version