Asuhan Kebidanan Kehamilan 93 keputusan yang tepat untuk diri mereka sendiri. (Husna et al., 2021) Untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan di masa depan, pendekatan yang holistik dan komprehensif terhadap kesehatan reproduksi diperlukan. Ini termasuk akses terhadap pendidikan seks yang komprehensif, layanan kontrasepsi yang efektif dan terjangkau, serta dukungan untuk mempromosikan kesadaran dan tanggung jawab dalam kehidupan seksual. Dengan demikian, wanita dapat mengambil kontrol atas kesehatan reproduksi mereka, mengurangi risiko kehamilan yang tidak diinginkan, dan memastikan bahwa mereka memiliki akses terhadap layanan dukungan yang mereka butuhkan. B. Trimester 2 dan 3 1. Preeklampsia dan eclampsia Preeklampsia dan eclampsia adalah dua kondisi serius yang dapat terjadi selama kehamilan dan mengancam nyawa ibu hamil dan janinnya. Preeklampsia adalah kondisi di mana ibu hamil mengalami tekanan darah tinggi yang baru muncul setelah kehamilan ke-20 minggu. Gejalanya meliputi tekanan darah tinggi, proteinuria (kelebihan protein dalam urin), pembengkakan tangan dan wajah, sakit kepala parah, gangguan penglihatan, mual, muntah, atau nyeri perut bagian atas. Jika preeklampsia tidak ditangani dengan tepat, dapat berkembang menjadi
Asuhan Kebidanan Kehamilan 94 eclampsia, yang ditandai dengan kejang-kejang yang serius, koma, dan bahkan kematian. Penanganan preeklampsia dan eclampsia melibatkan pemantauan ketat terhadap tekanan darah dan kondisi ibu hamil. Jika diagnosis preeklampsia ditegakkan, ibu hamil mungkin memerlukan rawat inap di rumah sakit untuk memantau gejala dan meminimalkan risiko komplikasi lebih lanjut. Pengobatan biasanya melibatkan pemberian obat untuk menurunkan tekanan darah, serta istirahat yang cukup dan diet yang sehat. Dalam beberapa kasus yang parah, persalinan dini mungkin diperlukan untuk menyelamatkan nyawa ibu dan janinnya. (Hatini, 2019) Pencegahan preeklampsia dan eclampsia meliputi pemeriksaan prenatal yang teratur untuk memantau tekanan darah dan proteinuria, serta promosi gaya hidup sehat seperti diet seimbang, olahraga teratur, dan menghindari merokok dan alkohol. Wanita dengan risiko tinggi preeklampsia mungkin memerlukan perhatian khusus selama kehamilan mereka, termasuk pengawasan medis yang lebih ketat dan penggunaan obat pencegahan tertentu. Dengan diagnosis dini, perawatan yang tepat, dan perhatian medis yang terusmenerus, risiko komplikasi serius yang terkait dengan preeklampsia dan eclampsia dapat diminimalkan, dan ibu hamil serta janinnya dapat tetap sehat dan terlindungi.
Asuhan Kebidanan Kehamilan 95 2. Diabetes gestasional Diabetes gestasional adalah kondisi di mana wanita hamil mengalami lonjakan kadar gula darah yang tinggi yang biasanya terjadi pada trimester kedua atau ketiga kehamilan. Hal ini disebabkan oleh resistensi insulin yang meningkat selama kehamilan, di mana tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif untuk mengendalikan kadar gula darah. Gejala diabetes gestasional sering kali ringan atau bahkan tidak terdeteksi, tetapi beberapa wanita mungkin mengalami kehausan yang berlebihan, sering buang air kecil, kelelahan, atau infeksi saluran kemih yang sering. Pemeriksaan rutin pada kehamilan, termasuk tes toleransi glukosa oral (OGTT), membantu dalam diagnosis diabetes gestasional. Jika diagnosis diabetes gestasional ditegakkan, manajemen melibatkan pengendalian gula darah melalui pola makan sehat, aktivitas fisik yang cukup, dan dalam beberapa kasus, penggunaan insulin atau obat antidiabetik lainnya. Penting bagi wanita dengan diabetes gestasional untuk memantau gula darah mereka secara teratur dan mengikuti rencana perawatan yang direkomendasikan oleh dokter mereka. Kehamilan yang terjadi setelah diabetes gestasional meningkatkan risiko untuk pengembangan diabetes tipe 2 di masa depan. Oleh karena itu, penting bagi wanita yang telah mengalami diabetes gestasional untuk menjaga gaya hidup sehat dan berat badan yang sehat setelah melahirkan. Ini termasuk mengadopsi
Asuhan Kebidanan Kehamilan 96 pola makan sehat, berolahraga secara teratur, dan melakukan pemeriksaan kesehatan yang teratur. Dengan manajemen yang tepat, wanita dengan diabetes gestasional dapat memiliki kehamilan yang sehat dan mengurangi risiko komplikasi bagi diri mereka sendiri dan bayi mereka. (Husna et al., 2021) 3. Perdarahan antepartum Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi selama kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu, tetapi sebelum persalinan dimulai. Ini bisa menjadi tanda bahaya serius bagi kesehatan ibu dan bayi yang belum lahir. Penyebab perdarahan antepartum dapat bervariasi, termasuk plasenta previa (plasenta yang menempel di dekat atau menutupi serviks), abrupsi plasenta (pelepasan prematur plasenta dari dinding rahim), robekan serviks, atau infeksi. Perdarahan antepartum memerlukan evaluasi medis segera untuk menentukan penyebabnya dan tindakan yang diperlukan. Ini mungkin melibatkan pemeriksaan fisik, ultrasonografi, dan pemeriksaan laboratorium untuk menilai kondisi ibu dan bayi. Penanganan tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan perdarahan, tetapi dapat mencakup observasi di rumah sakit, istirahat total, atau intervensi medis lebih lanjut seperti transfusi darah atau persalinan darurat jika diperlukan. (Husna et al., 2021) Pencegahan perdarahan antepartum termasuk pemeriksaan prenatal yang teratur untuk memantau kesehatan ibu dan bayi, menghindari aktivitas fisik yang berat, berhenti merokok dan konsumsi alkohol,
Asuhan Kebidanan Kehamilan 97 dan menghindari penggunaan obat-obatan terlarang. Wanita dengan faktor risiko tertentu, seperti riwayat perdarahan antepartum sebelumnya atau kondisi medis tertentu, mungkin memerlukan perhatian khusus selama kehamilan mereka. Dengan deteksi dini, penanganan yang tepat, dan perawatan medis yang komprehensif, risiko komplikasi serius yang terkait dengan perdarahan antepartum dapat diminimalkan, dan ibu serta bayinya dapat tetap sehat dan terlindungi. 4. Kelainan letak Kelainan letak dalam kehamilan merujuk pada posisi janin yang tidak wajar di dalam rahim ibu. Secara umum, posisi janin yang diinginkan adalah kepala berada di bawah (kepala di panggul) untuk memfasilitasi proses persalinan yang alami. Namun, pada beberapa kasus, janin mungkin berada dalam posisi yang berbeda, seperti letak lintang (melintang di rahim) atau letak sungsang (kepala di bagian atas rahim dengan kaki di bawah). Kelainan letak dapat meningkatkan risiko komplikasi selama persalinan, termasuk kesulitan dalam melahirkan secara normal dan peningkatan risiko cedera baik pada ibu maupun bayi. Diagnosis dini kelainan letak biasanya dilakukan melalui pemeriksaan fisik oleh tenaga medis atau melalui pemeriksaan ultrasonografi. Penanganan kelainan letak tergantung pada jenis dan tingkat keparahannya. Pada beberapa kasus, teknik eksternal seperti versi luar dapat dilakukan untuk
Asuhan Kebidanan Kehamilan 98 mencoba memutar janin ke posisi yang diinginkan. Namun, dalam beberapa kasus lainnya, prosedur persalinan melalui operasi caesar mungkin diperlukan untuk menghindari risiko komplikasi yang lebih besar selama persalinan. Pencegahan kelainan letak mungkin melibatkan promosi gaya hidup sehat selama kehamilan, termasuk posisi tidur yang tepat, berolahraga yang teratur, dan perhatian khusus terhadap posisi tubuh. Perawatan prenatal yang teratur juga penting untuk memantau perkembangan janin dan memastikan posisi yang tepat selama kehamilan. Dengan diagnosis dini dan intervensi yang tepat, sebagian besar kasus kelainan letak dapat ditangani dengan baik, sehingga membantu memastikan keselamatan dan kesehatan ibu dan bayi selama persalinan. 5. Kelainan air ketuban (polihidramnion dan oligohidramnion) Kelainan air ketuban adalah kondisi di mana jumlah cairan amnion di dalam rahim ibu hamil tidak normal. Ada dua kelainan utama yang terkait dengan jumlah cairan amnion yang tidak normal: polihidramnion dan oligohidramnion. Polihidramnion terjadi ketika terlalu banyak cairan amnion hadir di dalam rahim. Ini dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk diabetes gestasional, masalah dengan janin seperti gangguan pencernaan atau masalah ginjal, atau masalah plasenta. Wanita yang mengalami polihidramnion mungkin mengalami
Asuhan Kebidanan Kehamilan 99 peningkatan perut yang cepat, kesulitan bernapas, atau nyeri perut. (Astuti & Ertiana, 2018) Di sisi lain, oligohidramnion adalah kondisi di mana jumlah cairan amnion terlalu sedikit. Ini dapat terjadi karena plasenta yang tidak berfungsi secara optimal, masalah ginjal pada janin, atau kebocoran cairan amnion. Oligohidramnion dapat menyebabkan kompresi janin, ketidakseimbangan suhu tubuh, atau peningkatan risiko cedera selama persalinan. Penanganan kelainan air ketuban tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya. Pemeriksaan ultrasonografi digunakan untuk mendiagnosis kedua kondisi ini. Untuk polihidramnion, penanganan dapat melibatkan pengelolaan diabetes gestasional atau pengelolaan medis lainnya untuk menurunkan jumlah cairan amnion. Pada kasus oligohidramnion, dokter mungkin merekomendasikan istirahat total atau induksi persalinan dini untuk mengurangi risiko komplikasi bagi bayi. Pencegahan kelainan air ketuban mungkin melibatkan perawatan prenatal yang teratur dan pengelolaan kondisi medis yang mendasarinya, seperti diabetes gestasional. Deteksi dini melalui pemeriksaan prenatal yang teratur dapat membantu mengidentifikasi dan mengelola kelainan air ketuban dengan lebih baik, sehingga meminimalkan risiko komplikasi bagi ibu dan bayi.
Asuhan Kebidanan Kehamilan 100 6. Gemelli Gemelli adalah istilah medis yang mengacu pada kehamilan dengan dua bayi yang berkembang dalam rahim secara bersamaan, juga dikenal sebagai kehamilan kembar. Kehamilan kembar dapat terjadi karena adanya pelepasan lebih dari satu sel telur selama satu siklus menstruasi atau pembelahan sel telur yang terlambat setelah pembuahan. Kehamilan kembar dapat terjadi secara identik, di mana dua bayi memiliki materi genetik yang sama, atau non-identik, di mana kedua bayi berasal dari dua telur yang terpisah. Kehamilan kembar meningkatkan risiko komplikasi bagi ibu dan bayi, termasuk peningkatan risiko preeklampsia, perdarahan antepartum, persalinan prematur, dan komplikasi persalinan seperti kelainan letak atau penyumbatan jalan lahir. Selain itu, kehamilan kembar juga dapat meningkatkan risiko komplikasi kesehatan untuk bayi, termasuk retardasi pertumbuhan janin, sindrom transfusi-menyusui, dan masalah pernapasan setelah kelahiran. Pengelolaan kehamilan kembar melibatkan perawatan prenatal yang cermat dan pemantauan yang ketat untuk memantau perkembangan dan kesehatan ibu dan bayi. Tes diagnostik seperti ultrasonografi dan pemantauan detak jantung janin secara teratur biasanya dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengelola komplikasi yang mungkin timbul selama kehamilan. Dokter juga mungkin merekomendasikan perubahan gaya hidup, istirahat yang cukup, dan diet yang seimbang untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi.
Asuhan Kebidanan Kehamilan 101 Dalam beberapa kasus, penanganan medis yang lebih intensif mungkin diperlukan, termasuk perawatan rumah sakit atau intervensi medis selama persalinan. Meskipun kehamilan kembar membawa risiko tambahan, dengan perawatan yang tepat dan pemantauan yang cermat, sebagian besar wanita dapat mengalami kehamilan kembar dengan sukses dan melahirkan bayi yang sehat. 7. Gawat janin Gawat janin merupakan kondisi serius yang terjadi ketika pasokan oksigen dan nutrisi ke janin terganggu selama masa kehamilan atau persalinan. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk penurunan aliran darah plasenta, perdarahan, tekanan darah tinggi pada ibu, atau masalah dengan tali pusat. (Nurul, 2002) Tanda-tanda gawat janin dapat beragam, termasuk penurunan gerakan janin, penurunan detak jantung janin yang terdeteksi selama pemeriksaan prenatal, atau perubahan warna cairan ketuban. Gawat janin merupakan keadaan darurat yang memerlukan perhatian medis segera untuk menghindari risiko komplikasi serius bagi kesehatan janin, seperti kerusakan otak atau kematian janin. Penanganan gawat janin tergantung pada penyebab dan tingkat keparahan kondisi. Tindakan darurat seperti pemberian oksigen tambahan kepada ibu, pemberian cairan intravena, atau pemantauan janin yang ketat selama persalinan mungkin diperlukan. Dalam beberapa kasus, persalinan darurat mungkin
Asuhan Kebidanan Kehamilan 102 diperlukan untuk menyelamatkan nyawa janin dan mengurangi risiko komplikasi yang lebih besar. Pencegahan gawat janin melibatkan perawatan prenatal yang cermat, termasuk pemeriksaan rutin dan pemantauan perkembangan janin. Wanita hamil juga harus menjaga gaya hidup yang sehat, termasuk menghindari merokok dan konsumsi alkohol, menghindari obat-obatan terlarang, dan menjaga diet yang seimbang. Dengan perawatan yang tepat dan pemantauan yang cermat selama kehamilan, risiko terjadinya gawat janin dapat diminimalkan, dan janin serta ibu dapat tetap sehat selama proses kehamilan dan persalinan. 8. Ketuban pecah sebelum waktunya Ketuban pecah sebelum waktunya, juga dikenal sebagai preterm premature rupture of membranes (PPROM), adalah kondisi di mana ketuban pecah sebelum mencapai usia kehamilan yang cukup untuk persalinan. Hal ini biasanya terjadi sebelum 37 minggu kehamilan. Ketuban yang pecah sebelum waktunya dapat meningkatkan risiko infeksi bagi ibu dan janin, serta meningkatkan risiko persalinan prematur. Tanda-tanda ketuban yang pecah sebelum waktunya termasuk perasaan basah atau air keluar dari vagina, terutama jika berlanjut secara terus-menerus. Kadang-kadang, air ketuban yang bocor dapat bercampur dengan darah atau lendir. Setelah ketuban pecah, ada risiko infeksi bagi ibu dan janin karena perlindungan alami yang diberikan oleh ketuban telah hilang.
Asuhan Kebidanan Kehamilan 103 Penanganan ketuban yang pecah sebelum waktunya tergantung pada usia kehamilan, kesehatan ibu dan janin, serta faktor lainnya. Pada beberapa kasus, perawatan konservatif mungkin direkomendasikan dengan pengawasan ketat untuk tanda-tanda infeksi atau persalinan prematur. Pada kasus yang lebih parah, seperti tanda-tanda infeksi atau ketidakmatangan janin, persalinan darurat mungkin diperlukan untuk melindungi kesehatan ibu dan janin. (Mariyona, 2019) Pencegahan ketuban pecah sebelum waktunya mungkin melibatkan menjaga gaya hidup sehat selama kehamilan, termasuk menghindari merokok dan alkohol, menghindari obat-obatan terlarang, dan menjaga diet yang seimbang. Wanita hamil juga disarankan untuk menghindari aktivitas fisik yang berlebihan atau stres berlebihan yang dapat meningkatkan risiko ketuban pecah sebelum waktunya. Dengan perawatan yang tepat dan pemantauan yang cermat selama kehamilan, risiko terjadinya ketuban pecah sebelum waktunya dapat diminimalkan, dan ibu serta janin dapat tetap sehat hingga waktu persalinan yang tepat.
Asuhan Kebidanan Kehamilan 104 Evidence Based dalam Asuhan Kehamilan vidence-Based Practice (EBP) adalah pendekatan yang menggabungkan bukti ilmiah terbaik yang tersedia, pengetahuan klinis, dan preferensi pasien untuk membuat keputusan dalam perawatan kesehatan. Konsep ini E 9
Asuhan Kebidanan Kehamilan 105 didefinisikan oleh Sackett et al. (1996) sebagai penggunaan bukti ilmiah terbaik untuk memandu keputusan klinis, dengan memperhatikan nilai-nilai dan preferensi pasien. Pendekatan EBP menekankan pentingnya penggunaan penelitian empiris yang ketat dalam pengambilan keputusan klinis, seperti yang disarankan oleh Melnyk dan Fineout-Overholt (2005). Menurut Cochrane Collaboration (2011), EBP juga mencakup penggunaan bukti yang dihasilkan dari penelitian sistematis yang ketat. Definisi ini menunjukkan pentingnya penelitian yang baik dalam menyusun praktik klinis yang berbasis bukti. David Sackett, salah satu pendiri konsep EBP, menekankan pentingnya integrasi pengalaman klinis yang baik dengan bukti terbaik yang ada dari penelitian sistematis. Ini menegaskan bahwa EBP tidak mengabaikan pengalaman klinis, tetapi menggabungkannya dengan pengetahuan ilmiah yang terdokumentasi. Dengan demikian, EBP memainkan peran penting dalam memastikan bahwa perawatan yang diberikan kepada pasien didasarkan pada bukti yang kuat dan efektif. Ini membantu menghindari keputusan klinis yang didasarkan pada asumsi atau intuisi semata, yang dapat mengarah pada hasil yang tidak diinginkan. Dengan menggunakan EBP, praktisi kesehatan dapat memastikan bahwa perawatan yang diberikan kepada pasien adalah yang paling sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka, sekaligus memastikan kualitas dan keamanan perawatan yang diberikan. Evidence-Based Practice (EBP) dalam asuhan kehamilan mengacu pada penggunaan bukti ilmiah terbaik yang tersedia untuk memandu praktik klinis yang aman dan efektif selama
Asuhan Kebidanan Kehamilan 106 kehamilan. Pendekatan ini memastikan bahwa keputusan klinis yang dibuat oleh praktisi kesehatan didasarkan pada penelitian yang terdokumentasi dengan baik, bukan hanya pada pengalaman pribadi atau tradisi medis semata. Dalam konteks asuhan kehamilan, EBP memperhatikan berbagai aspek, termasuk pemeriksaan prenatal, manajemen komplikasi kehamilan, persiapan persalinan, dan perawatan pascapersalinan. (Jayanti, 2019) Penerapan EBP dalam asuhan kehamilan melibatkan penggunaan bukti ilmiah yang berasal dari penelitian yang telah diuji secara ketat, seperti meta-analisis, uji klinis acak terkontrol, dan penelitian observasional yang berkualitas tinggi. Ini bisa mencakup penelitian tentang manajemen diabetes gestasional, preeklampsia, perdarahan antepartum, atau faktor risiko lainnya yang terkait dengan kehamilan. Selain itu, EBP dalam asuhan kehamilan juga mempertimbangkan preferensi dan nilai-nilai individu pasien, serta faktor lingkungan dan sosial yang dapat mempengaruhi perawatan. Misalnya, dalam memutuskan metode persalinan, praktisi kesehatan mungkin mempertimbangkan preferensi pasien, kondisi medis tertentu, dan bukti ilmiah terkait risiko dan manfaat dari setiap pilihan. (Mayangsari et al., 2024) Dengan menggunakan pendekatan EBP, praktisi kesehatan dapat meningkatkan kualitas perawatan kehamilan dan mengurangi risiko komplikasi, memberikan dukungan yang lebih baik kepada ibu hamil dan bayi yang dikandungnya. Selain itu, EBP juga membantu mengidentifikasi area-area di mana penelitian lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan praktik klinis dan hasil kehamilan yang lebih baik secara keseluruhan.
Asuhan Kebidanan Kehamilan 107 Daftar Pustaka Anggeni, U. (2022). Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan. Community Development Journal: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(3), 1836–1838. Anwar, K. K., Elyasari, N., Kartini, Y., Saleh, U. K. S., Imroatu Zulaikha, L., Candra Resmi, D., Setyo Hutomo, C., & Purnama, Y. (2022). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Padang: Global Eksekutif Teknologi. Astuti, R. Y., & Ertiana, D. (2018). Anemia dalam kehamilan. Pustaka Abadi. Hadijah, S., Hidayati, H., Indriani, I., & Amin, W. (2021). Penyuluhan dengan media audiovisual memengaruhi tingkat pengetahuan ibu tentang kebutuhan dasar ibu hamil. Jurnal Kebidanan Malakbi, 2(2), 46–51. Hatini, E. E. (2019). Asuhan kebidanan kehamilan. Wineka media. Herizasyam, J. O. (2016). Kesiapan ibu menghadapi kehamilan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kesehatan, 3(2), 147–159. Husna, F., Akbar, A., Ilham, M., & Amalia, R. B. (2021). Komplikasi Kehamilan Dan Persalinan Pada Kehamilan Remaja. Indonesian Midwifery and Health Sciences Journal, 3(2), 138–147. Islami, I., & Ariyanti, T. (2019). Prenatal Yoga Dan Kondisi
Asuhan Kebidanan Kehamilan 108 Kesehatan Ibu Hamil. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 10(1), 49–56. Jayanti, I. (2019). Evidence based dalam praktik kebidanan. Deepublish. Kasmiati, K. (2023). Asuhan kehamilan. Asuhan Kehamilan. Lusiana Gultom, S. S. T., Hutabarat, J., & Keb, M. (2018). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Zifatama Jawara. Mariyona, K. (2019). Komplikasi dan faktor resiko kehamilan di Puskesmas. Menara Medika, 1(2). Mayangsari, R. N., ST, S., Keb, M., & Noorbaya, S. (2024). BUKU AJAR EVIDENCE BASED TERAPI KOMPLEMENTER DALAM ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN. CV Pena Persada. Ningrum, D. N., Gumiarti, G., & Toyibah, A. (2021). Literature Review Faktor Kehamilan Remaja. Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar, 16(2), 362–368. Nurul, J. (2002). Buku ajar asuhan kebidanan kehamilan. Oktavia, L. (2018). Kunjungan Antenatal Care (ANC) Ditinjau dari Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan. Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, Download. Garuda. Kemdikbud. Go. Id, 3(1), 95–100. Pratiwi, K., & Rusinani, D. (2020). Buku Ajar Psikologi Perkembangan Dalam Siklus Hidup Wanita. Deepublish. Purba, A., & Sembiring, R. (2021). Implementasi Pelayanan Komplementer Dalam Asuhan Kehamilan. Jurnal Abdimas Mutiara, 2(2), 41–46.
Asuhan Kebidanan Kehamilan 109 Retnowati, Y., Yulianti, I., & Ariyanti, R. (2020). Pengantar Asuhan Kehamilan. Rustikayanti, R. N., Kartika, I., & Herawati, Y. (2016). Perubahan psikologis pada ibu hamil trimester III. SEAJOM: The Southeast Asia Journal of Midwifery, 2(1), 45–49. Situmorang, R. B., ST, S., Keb, M., Yatri Hilinti, S. S. T., Keb, M., Syami Yulianti, S. S. T., Keb, M., Iswari, I., ST, S., & S KM, M. M. (2021). Asuhan kebidanan pada kehamilan. CV. Pustaka El Queena. Tyastuti, S., Wahyuningsih, H. P., SiT, S., Keb, M., Wahyuningsih, H. P., SiT, S., & Keb, M. (2016). Asuhan kebidanan kehamilan. Kementerian Kesehatan RI. Wahyu Nuraisya, S. S. T., & Keb, M. (2022). Buku Ajar Teori Dan Praktik Kebidanan Dalam Asuhan Kehamilan Disertai Daftar Tilik. Deepublish.
Asuhan Kebidanan Kehamilan 110 Tentang Penulis Suryanti S., S.Keb., Bd., M.Keb. Lahir di Ujung Pandang tanggal 21 Maret 1990. Telah menyelesaikan studi D3 Kebidanan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia Makassar tahun 2011, D3 Bahasa Asing Jurusan bahasa Inggris pada Akademi Bahasa Asing UMI Makassar tahun 2012, S1 Pendidikan Bidan pada Fakultas Kedokteran Unversitas Airlangga Surabaya tahun 2014, Profesi Kebidanan pada Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya tahun 2015, S2 Kebidanan pada Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang tahun 2019. Sebagai Praktisi di RS Ibnu Sina Makassar tahun 2012 dan aktif sebagai Dosen Kebidanan Universitas Muslim Indonesia Tahun 2015-Sekarang.
Asuhan Kebidanan Kehamilan 111 Dr. Suchi Avnalurini Sharief. S.Si.T., SKM., M.Keb. Lahir di Ujung Pandang tanggal 7 April 1989. Telah menyelesaikan studi DIII Kebidanan pada Prodi DIII Kebidanan Universitas Muslim Indonesia tahun 2010, DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran tahun 2013, S1 Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Reproduksi di FKM Universitas Muslim Indonesia tahun 2014, S2 Kebidanan Universitas Hasanuddin tahun 2016, S3 Ilmu Kedokteran Universitas Hasanuddin tahun 2023. Sebagai Sekretaris Prodi DIII Kebidanan Universitas Muslim Indonesia Tahun 2014-2018, sebagai Ketua Program Studi DIII Kebidanan Universitas Muslim Indonesia Tahun 2019- 2020, saat ini sebagai dosen tetap di Universitas Muslim Indonesia pada Prodi DIII Kebidanan (2012-sekarang).
Asuhan Kebidanan Kehamilan 112 Linda Hardianti Saputri, S.ST., M.Kes. Lahir di Takkalasi tanggal 19 April 1990. Telah menyelesaikan studi D3 Kebidanan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia Makassar tahun 2011, , DIV Bidan Pendidik pada Fakultas Kesehatan Universitas Respati Indonesia Jakarta tahun 2013, S2 Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia tahun 2017. Sebagai Praktisi di RS Ibnu Sina Makassar tahun 2012 dan aktif sebagai Dosen Kebidanan Universitas Muslim Indonesia Tahun 2015-Sekarang.
Asuhan Kebidanan Kehamilan 113