The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Kajian filosofis terhadap hukum asuransi dalam konteks pembangunan ekonomi, prinsip solidaritas memegang peranan sentral. Solidaritas, sebagai dasar moral utama, mendorong individu atau kelompok untuk saling mendukung dan bertanggung jawab satu sama lain dalam menghadapi risiko ekonomi. Prinsip ini menekankan pentingnya kepedulian terhadap kesejahteraan bersama serta perlindungan terhadap risiko yang dapat mengancam stabilitas finansial. Filosofi solidaritas ini mencerminkan nilai-nilai seperti keadilan, empati, dan tanggung jawab sosial, yang menjadi landasan bagi pembangunan sistem asuransi yang tidak hanya efisien secara ekonomi, tetapi juga memperhatikan kepentingan kolektif dan mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by penamudamedia, 2024-03-22 09:58:53

Hukum Asuransi

Kajian filosofis terhadap hukum asuransi dalam konteks pembangunan ekonomi, prinsip solidaritas memegang peranan sentral. Solidaritas, sebagai dasar moral utama, mendorong individu atau kelompok untuk saling mendukung dan bertanggung jawab satu sama lain dalam menghadapi risiko ekonomi. Prinsip ini menekankan pentingnya kepedulian terhadap kesejahteraan bersama serta perlindungan terhadap risiko yang dapat mengancam stabilitas finansial. Filosofi solidaritas ini mencerminkan nilai-nilai seperti keadilan, empati, dan tanggung jawab sosial, yang menjadi landasan bagi pembangunan sistem asuransi yang tidak hanya efisien secara ekonomi, tetapi juga memperhatikan kepentingan kolektif dan mencapai tujuan pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.

91 analisis yang mendalam terhadap dokumen klaim yang masuk, termasuk polis, formulir klaim, dan bukti-bukti lainnya. Sistem AI dapat memeriksa keabsahan klaim, memverifikasi informasi yang diberikan oleh pemegang polis, serta memeriksa kemungkinan penipuan atau kecurangan. Selain itu, AI dapat digunakan untuk mempercepat proses klaim dengan otomatisasi tugas-tugas administratif, seperti pengumpulan dan pengolahan data. Dengan kemampuan ini, perusahaan asuransi dapat menanggapi klaim dengan lebih cepat, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan mengurangi biaya administrasi secara signifikan. Dalam proses underwriting, AI digunakan untuk menganalisis data besar dan beragam dari berbagai sumber, termasuk data pelanggan, data eksternal seperti data cuaca atau demografi, serta data historis klaim dan performa. Sistem AI dapat menggunakan teknik machine learning untuk mengidentifikasi pola-pola yang relevan dan menganalisis risiko secara lebih akurat. Dengan memanfaatkan informasi yang dikumpulkan, AI dapat membantu perusahaan asuransi dalam membuat keputusan underwriting yang lebih baik, termasuk penetapan harga premi yang lebih tepat dan penentuan kebijakan yang sesuai dengan risiko. Dalam manajemen risiko, AI dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis berbagai faktor risiko


92 potensial yang dapat mempengaruhi portofolio asuransi. Sistem AI dapat memonitor secara terus-menerus kondisi pasar, perubahan regulasi, atau perubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi risiko yang dihadapi perusahaan asuransi. Dengan melakukan analisis risiko secara realtime, perusahaan asuransi dapat merespons dengan cepat terhadap perubahan lingkungan yang dapat mempengaruhi portofolio mereka. Selain itu, AI dapat digunakan untuk mengembangkan model prediksi risiko yang lebih canggih, sehingga membantu perusahaan dalam mengelola risiko secara lebih efektif dan proaktif. (Suparmin, 2018) Secara keseluruhan, implementasi kecerdasan buatan dalam klaim, underwriting, dan manajemen risiko telah membawa perubahan yang signifikan dalam industri asuransi. Dengan memanfaatkan kekuatan AI, perusahaan asuransi dapat meningkatkan efisiensi operasional, meningkatkan akurasi keputusan, dan memaksimalkan nilai bagi pelanggan dan pemegang polis, sambil tetap meminimalkan risiko dan memastikan profitabilitas jangka panjang. D. Dampak digitalisasi dan AI terhadap efisiensi operasional dan pengalaman pelanggan Dampak digitalisasi dan kecerdasan buatan (AI) terhadap efisiensi operasional dan pengalaman pelanggan dalam industri asuransi sangatlah signifikan. Pertama-tama,


93 dalam hal efisiensi operasional, digitalisasi memungkinkan otomatisasi proses-proses yang sebelumnya memerlukan intervensi manual. Sistem AI dapat mengelola tugas-tugas administratif, seperti pemrosesan data, verifikasi informasi, dan pengelolaan dokumen, dengan cepat dan akurat. Hal ini mengurangi waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut, serta mengurangi risiko kesalahan manusia. Selain itu, dengan adopsi teknologi digital, perusahaan asuransi dapat meningkatkan integrasi antar sistem, memfasilitasi pertukaran data yang lebih lancar, dan meningkatkan kolaborasi antar departemen, sehingga meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan. Dampak digitalisasi dan AI juga sangat terasa dalam pengalaman pelanggan. Platform digital yang mudah diakses, seperti aplikasi seluler dan portal online, memberikan pelanggan akses yang lebih mudah dan cepat ke layanan asuransi. Pelanggan dapat mengajukan klaim, memperbarui kebijakan, dan mendapatkan informasi tentang produk atau layanan dengan lebih cepat dan lebih nyaman. Selain itu, dengan memanfaatkan teknologi AI, perusahaan asuransi dapat memberikan layanan yang lebih personal dan responsif kepada pelanggan. Misalnya, dengan menganalisis data pelanggan, AI dapat memberikan rekomendasi produk yang sesuai dengan kebutuhan individu, serta memberikan layanan dukungan yang lebih


94 terfokus dan relevan. Hal ini meningkatkan kepuasan pelanggan, meningkatkan loyalitas, dan memperkuat hubungan antara perusahaan asuransi dan pelanggannya. (Desi Jelanti et al., 2023) Secara keseluruhan, dampak digitalisasi dan kecerdasan buatan terhadap efisiensi operasional dan pengalaman pelanggan dalam industri asuransi adalah positif dan signifikan. Dengan memanfaatkan teknologi secara efektif, perusahaan asuransi dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi biaya operasional, dan memberikan layanan yang lebih baik kepada pelanggan, sehingga meningkatkan daya saing dan keberhasilan jangka panjang mereka dalam pasar yang semakin terhubung secara digital. E. Keamanan Data dan Privasi Pelanggan Keamanan data dan privasi pelanggan merupakan perhatian utama dalam berbagai industri, termasuk asuransi. Tantangan utama yang dihadapi adalah bagaimana menyimpan dan mengelola informasi pelanggan dengan aman, mengingat potensi risiko kebocoran data dan serangan cyber yang semakin kompleks. Untuk mengatasi tantangan ini, perusahaan asuransi mengimplementasikan praktik terbaik dalam melindungi data pelanggan, seperti enkripsi data, otentikasi multi-faktor, dan pemantauan keamanan secara terus-menerus. Selain itu, kaitannya


95 dengan regulasi privasi data, seperti GDPR atau undangundang privasi data lokal, memperkuat perlindungan data pelanggan dengan menetapkan standar yang ketat dalam pengelolaan dan penggunaan data pribadi. Dengan demikian, keamanan data dan privasi pelanggan menjadi fokus utama bagi perusahaan asuransi untuk memastikan kepercayaan dan kepatuhan terhadap regulasi serta menjaga reputasi perusahaan di mata pelanggan. Tantangan keamanan data dalam menyimpan dan mengelola informasi pelanggan melibatkan beberapa aspek yang kompleks. Berikut adalah tantangan keamanan data dalam menyimpan dan mengelola informasi pelanggan : (Benuf et al., 2019) 1. Volume Besar Data: Pertumbuhan pesat data yang perlu disimpan dan dikelola meningkatkan risiko terhadap serangan cyber dan kebocoran informasi. 2. Jenis Data Sensitif: Adanya berbagai jenis data sensitif, seperti informasi pribadi, finansial, dan medis, menambah kompleksitas dalam menjaga keamanan data. 3. Titik Akses yang Beragam: Perusahaan harus menghadapi tantangan dalam melindungi data di berbagai titik akses, termasuk server internal, cloud storage, perangkat mobile, dan jaringan yang terhubung ke internet.


96 4. Ancaman Internal: Faktor internal seperti kesalahan manusia atau tindakan penipuan juga merupakan ancaman terhadap keamanan data pelanggan. 5. Kebutuhan akan Pendekatan Komprehensif: Menangani tantangan keamanan data memerlukan pendekatan yang komprehensif, termasuk penggunaan teknologi keamanan terbaru, pelatihan karyawan, kepatuhan terhadap standar keamanan, serta penerapan kebijakan yang ketat dalam mengelola dan mengakses data pelanggan. Dengan memahami dan mengatasi tantangan-tantangan tersebut, perusahaan dapat meningkatkan keamanan data pelanggan dan meminimalkan risiko terhadap kebocoran atau penyalahgunaan informasi. F. Implementasi praktik terbaik untuk melindungi data pelanggan Implementasi praktik terbaik untuk melindungi data pelanggan adalah langkah krusial bagi perusahaan asuransi dalam menjaga integritas dan kepercayaan pelanggan. Pertama-tama, enkripsi data menjadi fondasi utama dalam strategi keamanan data. Dengan menggunakan teknologi enkripsi yang kuat, baik saat data disimpan di server internal maupun dalam proses transmisi, perusahaan dapat memastikan bahwa informasi pelanggan tetap terlindungi dari akses yang tidak sah. Selanjutnya, penggunaan


97 otentikasi multi-faktor merupakan langkah tambahan yang sangat efektif. Dengan memerlukan kombinasi beberapa faktor, seperti kata sandi, token, atau verifikasi sidik jari, sistem otentikasi ini membuat sulit bagi pihak yang tidak sah untuk mengakses data pelanggan, bahkan jika satu faktor otentikasi dikompromikan. Selain itu, pengelolaan akses yang tepat juga penting dalam menjaga keamanan data. Melalui pengelolaan akses berbasis peran, perusahaan dapat memastikan bahwa hanya karyawan yang membutuhkan akses terhadap data pelanggan yang diberikan izin yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawab mereka. Pemantauan keamanan juga merupakan aspek penting dalam strategi keamanan data. Dengan melakukan pemantauan dan audit keamanan secara terus-menerus, perusahaan dapat mendeteksi anomali atau aktivitas mencurigakan yang mungkin mengindikasikan ancaman keamanan. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk merespons dengan cepat terhadap potensi serangan atau pelanggaran keamanan. Selanjutnya, pelatihan karyawan menjadi faktor kunci dalam menjaga keamanan data. Melalui pelatihan yang berkala, karyawan dapat diberi pemahaman yang baik tentang praktik keamanan data, termasuk cara mengenali serangan phishing, mengelola kata sandi yang kuat, dan melindungi informasi sensitif. Selain itu, perusahaan harus memastikan kepatuhan terhadap regulasi privasi data yang


98 berlaku, seperti GDPR atau undang-undang privasi data lokal. Ini melibatkan pengembangan kebijakan privasi yang jelas dan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana data pelanggan dapat dikumpulkan, disimpan, dan digunakan sesuai dengan persyaratan hukum yang berlaku. Dengan menerapkan praktik-praktik terbaik ini secara konsisten, perusahaan asuransi dapat meningkatkan keamanan data pelanggan, meminimalkan risiko terhadap kebocoran atau penyalahgunaan informasi, dan mempertahankan kepercayaan pelanggan dalam jangka panjang. Implementasi praktik terbaik untuk melindungi data pelanggan sangat berkaitan dengan berbagai regulasi privasi data yang berlaku, termasuk GDPR (General Data Protection Regulation) di Uni Eropa atau undang-undang privasi data lokal di berbagai negara. Regulasi ini memberikan kerangka kerja yang jelas dan tegas tentang bagaimana data pelanggan harus dikelola, disimpan, dan dijamin keamanannya oleh perusahaan. Dalam konteks GDPR, perusahaan asuransi diwajibkan untuk mengamankan data pelanggan dengan langkahlangkah keamanan yang tepat dan memastikan bahwa data hanya digunakan untuk tujuan yang sah dan dengan persetujuan yang jelas dari pemilik data. Ini mengharuskan perusahaan untuk mengadopsi enkripsi data, sistem otentikasi yang kuat, dan kebijakan akses yang ketat untuk melindungi informasi pelanggan dari akses yang tidak sah.


99 Selain itu, GDPR juga menetapkan kewajiban untuk memberi tahu otoritas pengawas data dan individu terkait jika terjadi pelanggaran data, serta memberikan hak kepada individu untuk mengakses, memperbaiki, atau menghapus data mereka. Di sisi lain, undang-undang privasi data lokal di berbagai negara juga memiliki persyaratan yang serupa terkait pengelolaan dan perlindungan data pelanggan. Meskipun mungkin memiliki perbedaan dalam detail pelaksanaannya, tujuan utamanya tetap sama: melindungi privasi dan keamanan data pelanggan. Oleh karena itu, untuk mematuhi regulasi privasi data seperti GDPR atau undang-undang privasi data lokal, perusahaan asuransi harus memastikan bahwa sistem keamanan dan praktik manajemen data mereka memenuhi standar yang ditetapkan oleh regulasi tersebut. Ini termasuk pengembangan kebijakan privasi yang jelas, pelaksanaan prosedur pengawasan dan audit yang ketat, serta pelatihan karyawan tentang kewajiban mereka dalam menjaga keamanan dan privasi data. Dengan memastikan kepatuhan terhadap regulasi privasi data, perusahaan dapat menghindari sanksi hukum yang berpotensi besar dan juga mempertahankan kepercayaan pelanggan dalam perlindungan data mereka.


100 G. Transformasi Industri melalui Teknologi Baru Transformasi industri melalui teknologi baru telah mengubah paradigma bisnis dalam industri asuransi. Teknologi seperti Internet of Things (IoT) dan big data memainkan peran kunci dalam menciptakan produk dan layanan baru yang lebih terpersonalisasi. Untuk menghadapi perubahan ini, perusahaan asuransi perlu mengadopsi strategi inklusif yang mencakup investasi dalam infrastruktur teknologi, pengembangan keterampilan karyawan, dan kemitraan strategis dengan perusahaan teknologi. Dengan strategi yang tepat, perusahaan dapat memanfaatkan potensi teknologi baru untuk memperluas pasar dan memperkuat posisi mereka dalam era digital yang berkembang pesat. H. Perubahan paradigma bisnis dalam industri asuransi akibat teknologi baru Perubahan paradigma bisnis dalam industri asuransi akibat teknologi baru menciptakan gelombang transformasi yang mendalam dan mengubah cara perusahaan beroperasi serta berinteraksi dengan pelanggan. Tradisionalnya, industri asuransi dikenal dengan proses-proses yang cenderung lambat, manual, dan berbasis kertas. Namun, dengan munculnya teknologi baru seperti kecerdasan buatan, analitika data, dan teknologi cloud, paradigma ini


101 telah berubah secara dramatis. Perusahaan asuransi tidak lagi memandang teknologi sebagai sekadar alat bantu, tetapi sebagai katalisator utama dalam mengubah cara mereka melakukan bisnis. Salah satu perubahan utama yang terjadi adalah dalam penggunaan data. Perusahaan asuransi sekarang mengumpulkan dan menganalisis data dalam jumlah besar dari berbagai sumber, termasuk data internal seperti polis dan klaim, serta data eksternal seperti data demografis dan kondisi pasar. Dengan analisis data yang cermat, perusahaan dapat memahami lebih baik perilaku pelanggan, tren pasar, dan risiko yang terkait. Ini memungkinkan mereka untuk merancang produk-produk yang lebih sesuai dengan kebutuhan pelanggan, menyesuaikan harga premi, dan mengurangi risiko secara lebih akurat. Selain itu, teknologi baru memungkinkan perusahaan asuransi untuk meningkatkan efisiensi operasional mereka. Proses-proses yang sebelumnya memakan waktu dan sumber daya manusia yang besar, seperti proses klaim, penilaian risiko, dan manajemen kebijakan, sekarang dapat diotomatisasi dengan bantuan kecerdasan buatan dan teknologi lainnya. Hal ini tidak hanya mengurangi biaya operasional, tetapi juga mempercepat waktu respon terhadap pelanggan, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan memperkuat reputasi perusahaan.


102 Namun, perubahan ini juga menimbulkan tantangan baru bagi perusahaan asuransi. Mereka harus menghadapi risiko keamanan data yang lebih kompleks karena jumlah data yang disimpan dan diproses secara digital semakin besar. Selain itu, mereka juga perlu mengatasi tantangan terkait regulasi privasi data, seperti GDPR di Uni Eropa atau undang-undang privasi data lokal di berbagai negara. Ini menuntut perusahaan untuk memastikan bahwa sistem keamanan dan praktik manajemen data mereka mematuhi standar yang ditetapkan oleh regulasi tersebut. Akhirnya, perubahan paradigma bisnis dalam industri asuransi sebagai respons terhadap teknologi baru adalah suatu keharusan. Perusahaan asuransi yang mampu mengadopsi teknologi ini dengan sukses dan menyesuaikan strategi bisnis mereka akan memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan dalam menghadapi tantangan dan peluang yang ada di era digital yang terus berkembang ini. I. Pengaruh teknologi dalam menciptakan produk dan layanan baru Pengaruh teknologi seperti Internet of Things (IoT) dan big data telah membawa perubahan revolusioner dalam industri asuransi, terutama dalam menciptakan produk dan layanan baru yang lebih adaptif dan terpersonalisasi. IoT memungkinkan perusahaan asuransi untuk mengumpulkan data secara real-time dari berbagai perangkat yang


103 terhubung, seperti mobil, perangkat kesehatan, atau perangkat rumah pintar. Data yang dikumpulkan dari IoT memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang perilaku pelanggan, kondisi risiko, dan potensi klaim yang mungkin terjadi. Sementara itu, big data memainkan peran kunci dalam menganalisis dan memproses volume besar data yang dihasilkan oleh IoT dan sumber data lainnya. Analitika data yang canggih memungkinkan perusahaan asuransi untuk mengidentifikasi pola-pola perilaku, tren pasar, dan risiko potensial dengan lebih akurat dan cepat. Hasil analisis ini membuka peluang untuk menciptakan produk-produk baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan pelanggan, seperti polis asuransi berbasis pay-as-you-go yang menyesuaikan premi dengan perilaku berkendara atau produk asuransi kesehatan yang disesuaikan dengan gaya hidup individu. (Tinggi et al., 2022) Selain menciptakan produk baru, pengaruh teknologi seperti IoT dan big data juga memungkinkan perusahaan asuransi untuk meningkatkan layanan yang ada. Misalnya, penggunaan sensor IoT dalam rumah pintar dapat membantu dalam deteksi dini risiko seperti kebocoran air atau kebakaran, sehingga memungkinkan perusahaan untuk memberikan layanan klaim yang lebih cepat dan efisien kepada pelanggan. Selain itu, analisis data yang mendalam juga memungkinkan perusahaan untuk


104 memberikan layanan pelanggan yang lebih personal dan responsif, seperti rekomendasi produk yang disesuaikan dengan kebutuhan individu atau layanan dukungan yang lebih terfokus. Secara keseluruhan, pengaruh teknologi seperti IoT dan big data telah membuka peluang besar bagi industri asuransi untuk menciptakan produk dan layanan baru yang lebih inovatif, adaptif, dan terpersonalisasi. Dengan memanfaatkan potensi teknologi ini secara maksimal, perusahaan asuransi dapat memperluas jangkauan pasar mereka, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan memperkuat posisi mereka dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat di era digital ini. J. Strategi untuk menghadapi transformasi industri yang disebabkan oleh teknologi baru Menghadapi transformasi industri yang disebabkan oleh teknologi baru, perusahaan asuransi harus mengadopsi strategi yang inklusif dan adaptif untuk tetap relevan dan kompetitif. Pertama, perusahaan perlu fokus pada inovasi produk dan layanan yang memanfaatkan teknologi baru. Ini mencakup menciptakan produk asuransi yang lebih terpersonalisasi dan adaptif sesuai dengan data pelanggan yang dikumpulkan melalui teknologi seperti IoT dan big data. (Santi, 2018)


105 Disamping hal di atas, perusahaan harus berinvestasi dalam infrastruktur teknologi yang canggih untuk mendukung transformasi digital mereka. Ini mencakup pengembangan platform digital yang intuitif dan responsif, serta integrasi sistem yang memungkinkan pertukaran data yang lancar dan efisien di seluruh organisasi. Strategi lainnya adalah pengembangan keterampilan dan kapabilitas baru bagi karyawan. Perusahaan harus memberikan pelatihan yang berkala tentang teknologi baru dan praktik terbaik dalam penggunaannya. Hal ini akan memastikan bahwa karyawan memiliki pemahaman yang baik tentang peran teknologi dalam bisnis mereka dan dapat menggunakannya secara efektif dalam pekerjaan seharihari mereka. Selain itu, perusahaan harus terbuka terhadap kemitraan strategis dengan perusahaan teknologi atau startup yang memegang kunci inovasi. Kemitraan semacam ini dapat membantu perusahaan mengakses teknologi dan sumber daya baru yang mungkin tidak mereka miliki sendiri, serta mempercepat laju inovasi dalam organisasi. Terakhir, perusahaan harus tetap fleksibel dan responsif terhadap perubahan pasar dan teknologi yang terus berkembang. Ini mencakup melakukan evaluasi reguler terhadap strategi bisnis mereka dan melakukan penyesuaian sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Dengan mengadopsi strategi yang inklusif dan adaptif ini,


106 perusahaan asuransi dapat menghadapi transformasi industri yang disebabkan oleh teknologi baru dengan percaya diri dan sukses.


107 Bab VII Partisipasi Masyarakat dalam Asuransi


108 ELALUI pembelian polis asuransi, masyarakat berkontribusi pada penyebaran risiko dan perlindungan finansial bagi individu dan keluarga mereka. Selain itu, partisipasi masyarakat juga mendorong pertumbuhan industri asuransi dengan menciptakan permintaan untuk berbagai produk dan layanan yang disediakan oleh perusahaan asuransi. Melalui edukasi, transparansi, dan penyediaan produk yang sesuai dengan kebutuhan, perusahaan asuransi dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dan memperkuat peran industri asuransi dalam mendukung stabilitas keuangan dan kesejahteraan sosial. A. Peran Masyarakat dalam Membentuk Kebijakan Asuransi Peran masyarakat dalam membentuk kebijakan asuransi adalah hal yang tak bisa diabaikan dalam memastikan keberhasilan dan keadilan dalam industri ini. Masyarakat sebagai pengguna jasa asuransi memiliki pengaruh yang besar terhadap bagaimana kebijakan asuransi dirumuskan, diterapkan, dan dievaluasi. Peran ini meliputi berbagai aspek, mulai dari menentukan jenis produk asuransi yang dibutuhkan hingga mempengaruhi proses klaim dan penilaian. (Ardiana & Agusta, 2018)a Salah satu cara utama di mana masyarakat berpartisipasi dalam pembentukan kebijakan asuransi adalah melalui umpan balik mereka terhadap produk-produk M


109 asuransi yang ada. Ini bisa berupa keluhan, saran perbaikan, atau bahkan permintaan untuk produk baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka. Perusahaan asuransi dan regulator sering kali melakukan survei atau forum diskusi untuk mengumpulkan masukan dari masyarakat mengenai pengalaman mereka dengan produk asuransi, premi yang dibayarkan, atau pelayanan klaim yang diterima. Umpan balik ini menjadi dasar bagi perusahaan asuransi dalam mengubah atau memperbaiki kebijakan dan praktik mereka. Di samping itu, partisipasi masyarakat juga berperan dalam memengaruhi regulasi asuransi. Masyarakat dapat menyuarakan pendapat mereka melalui organisasi konsumen atau lembaga kebijakan publik untuk memperjuangkan perubahan atau peningkatan dalam regulasi asuransi. Misalnya, jika ada kekhawatiran yang muncul terkait praktik tarif yang tidak adil atau ketidaksetaraan dalam penilaian klaim, masyarakat dapat berperan dalam memperjuangkan perubahan regulasi yang lebih adil dan transparan. Kemudian, kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya asuransi juga merupakan faktor penting dalam membentuk kebijakan asuransi. Semakin tinggi kesadaran masyarakat tentang manfaat dan kebutuhan asuransi, semakin besar pula tekanan pada pemerintah dan perusahaan asuransi untuk mengembangkan kebijakan


110 yang lebih inklusif dan berpihak pada kepentingan publik. Oleh karena itu, upaya pendidikan dan sosialisasi mengenai asuransi kepada masyarakat juga merupakan bagian penting dari proses pembentukan kebijakan asuransi. Secara keseluruhan, peran masyarakat dalam membentuk kebijakan asuransi sangatlah penting karena kebijakan yang dibuat harus mencerminkan kebutuhan, keinginan, dan kepentingan masyarakat yang dilayaninya. Dengan partisipasi aktif masyarakat dalam proses ini, diharapkan industri asuransi dapat terus berkembang dan memberikan perlindungan yang lebih baik bagi masyarakat secara luas. B. Pendidikan dan Literasi Asuransi untuk Masyarakat Pendidikan dan literasi asuransi untuk masyarakat merupakan aspek penting dalam memastikan bahwa individu memahami secara mendalam manfaat, proses, dan implikasi dari produk-produk asuransi. Tingkat literasi asuransi yang tinggi dapat membantu masyarakat membuat keputusan yang lebih cerdas dan sesuai dengan kebutuhan finansial serta risiko yang mereka hadapi. Salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan literasi asuransi adalah melalui program pendidikan dan kampanye penyuluhan yang menyeluruh. (Laturrakhmi et al., 2020) Pertama-tama, lembaga pemerintah, perusahaan asuransi, dan organisasi non-profit dapat bekerja sama


111 dalam menyelenggarakan program pendidikan asuransi yang mencakup berbagai topik, mulai dari dasar-dasar asuransi hingga pemahaman mendalam tentang jenis produk asuransi yang tersedia dan bagaimana cara memilih yang sesuai dengan kebutuhan individu. Program-program ini dapat diselenggarakan dalam berbagai format, termasuk seminar, lokakarya, dan kampanye penyuluhan di berbagai komunitas. Selain itu, pendidikan asuransi juga dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah sebagai bagian dari pendidikan keuangan. Melalui mata pelajaran yang relevan, seperti ekonomi atau matematika, siswa dapat mempelajari konsep-konsep dasar asuransi, pentingnya merencanakan keuangan secara bijaksana, dan bagaimana cara melindungi diri dari risiko finansial yang tidak terduga. Selanjutnya, media massa juga dapat berperan dalam meningkatkan literasi asuransi dengan menyediakan informasi yang mudah dipahami dan relevan tentang topiktopik asuransi yang penting. Kampanye penyuluhan melalui televisi, radio, dan media online dapat membantu menyebarkan informasi tentang manfaat asuransi, cara memilih produk yang sesuai, serta langkah-langkah yang perlu diambil dalam mengajukan klaim. Dengan meningkatnya literasi asuransi di kalangan masyarakat, diharapkan akan terjadi peningkatan kesadaran akan pentingnya asuransi sebagai alat


112 perlindungan finansial, yang pada akhirnya akan membantu masyarakat dalam mengelola risiko keuangan mereka secara lebih baik dan mempersiapkan diri untuk masa depan yang lebih aman dan terjamin. Program pendidikan dan literasi asuransi untuk masyarakat dapat memiliki berbagai bentuk yang beragam dan disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi masyarakat yang dilayaninya. Berikut adalah beberapa bentuk program yang dapat diadopsi: (Sartini Risky & Nofitasari, n.d. 2020) 1. Seminar dan Lokakarya: Penyelenggaraan seminar dan lokakarya di berbagai komunitas atau pusat pendidikan dapat menjadi cara efektif untuk menyampaikan informasi tentang asuransi kepada masyarakat. Para ahli industri asuransi dapat memberikan presentasi tentang berbagai topik, seperti jenis produk asuransi, cara memilih polis yang sesuai, atau proses klaim. 2. Kampanye Penyuluhan: Melalui kampanye penyuluhan yang luas, baik melalui media massa maupun kegiatan langsung di lapangan, informasi tentang manfaat asuransi dan praktik yang baik dalam mengelola risiko keuangan dapat disampaikan kepada masyarakat. Kampanye ini dapat mencakup penyediaan materi edukasi, brosur, atau sumber daya online. 3. Integrasi ke dalam Kurikulum Sekolah: Pendidikan asuransi dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum


113 sekolah sebagai bagian dari pendidikan keuangan. Mata pelajaran yang relevan, seperti ekonomi atau matematika, dapat digunakan sebagai platform untuk mempelajari konsep-konsep dasar asuransi dan pentingnya merencanakan keuangan secara bijaksana. 4. Pelatihan Karyawan: Program pendidikan asuransi juga dapat ditujukan kepada karyawan perusahaan asuransi atau lembaga keuangan. Pelatihan ini dapat membantu meningkatkan pemahaman mereka tentang produkproduk asuransi yang mereka tawarkan, serta meningkatkan keterampilan mereka dalam memberikan informasi yang jelas dan akurat kepada calon nasabah. 5. Materi Edukasi dalam Media Massa: Melalui televisi, radio, dan platform media online, materi edukasi tentang asuransi dapat disampaikan kepada masyarakat secara luas. Kampanye iklan atau program-program informasi yang disajikan secara menarik dan mudah dipahami dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya asuransi. Melalui berbagai bentuk program ini, diharapkan akan terjadi peningkatan literasi asuransi di kalangan masyarakat, yang pada gilirannya akan membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya perlindungan finansial dan manfaat asuransi bagi kehidupan sehari-hari.


114 C. Pemberdayaan Masyarakat melalui Model Asuransi Partisipatif Pemberdayaan masyarakat melalui model asuransi partisipatif merupakan pendekatan yang memungkinkan anggota masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam manajemen risiko dan perlindungan finansial mereka sendiri. Model ini memungkinkan masyarakat untuk saling mendukung satu sama lain dalam menghadapi risiko tertentu dengan berkontribusi ke dalam sebuah pool risiko bersama. Salah satu bentuk model asuransi partisipatif yang umum adalah koperasi asuransi atau perkumpulan asuransi bersama. Dalam model ini, anggota masyarakat membayar kontribusi ke dalam pool dana yang digunakan untuk membayar klaim jika ada anggota yang mengalami kerugian. Keputusan tentang manajemen dan pembayaran klaim sering kali dibuat secara demokratis oleh anggota koperasi atau perkumpulan. Selain koperasi, terdapat juga model asuransi partisipatif yang berbasis teknologi, seperti asuransi peerto-peer (P2P) atau crowdfunding. Dalam model ini, individu atau kelompok dapat menyumbangkan dana ke dalam platform online yang kemudian digunakan untuk membayar klaim atas kerugian yang dialami oleh anggota lainnya. Platform ini sering kali menggunakan teknologi


115 blockchain untuk memfasilitasi transparansi dan keamanan dalam manajemen dana dan pembayaran klaim. Pemberdayaan masyarakat melalui model asuransi partisipatif memiliki beberapa manfaat. Pertama, model ini memungkinkan akses yang lebih luas ke perlindungan asuransi bagi masyarakat yang mungkin sulit dijangkau oleh perusahaan asuransi konvensional. Kedua, model ini mempromosikan solidaritas dan kebersamaan di antara anggota masyarakat, yang dapat membantu mengurangi beban finansial secara kolektif. Ketiga, model asuransi partisipatif dapat memberdayakan masyarakat untuk mengambil kontrol atas risiko mereka sendiri dan mempromosikan kesadaran akan pentingnya manajemen risiko yang baik. Namun, model asuransi partisipatif juga memiliki tantangan tersendiri, termasuk masalah keberlanjutan keuangan dan manajemen risiko yang efektif. Oleh karena itu, penting untuk merancang model-model ini dengan cermat dan memperhatikan kebutuhan dan karakteristik masyarakat yang dilayani. Dengan pendekatan yang tepat, model asuransi partisipatif dapat menjadi alat yang efektif dalam memberdayakan masyarakat dan meningkatkan akses mereka terhadap perlindungan finansial.


116 D. Kendala program Beberapa kendala yang mungkin dihadapi dalam menerapkan model asuransi partisipatif meliputi: (Ajib, 2019) 1. Keterbatasan Sumber Daya Finansial: Anggota masyarakat mungkin memiliki keterbatasan dalam kemampuan mereka untuk berkontribusi ke dalam pool dana asuransi. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan model asuransi partisipatif untuk membayar klaim secara memadai dan menjaga keberlanjutan keuangan. 2. Keseimbangan Risiko: Dalam model asuransi partisipatif, risiko harus seimbang di antara anggota pool untuk memastikan bahwa setiap anggota mendapatkan perlindungan yang adil. Namun, mencapai keseimbangan ini bisa menjadi sulit terutama jika ada anggota yang memiliki risiko yang lebih tinggi atau jika ada ketidakseimbangan dalam kontribusi finansial. 3. Kepatuhan dan Pengawasan Regulasi: Model asuransi partisipatif harus mematuhi regulasi yang berlaku dalam industri asuransi. Namun, mengelola kepatuhan terhadap regulasi sering kali memerlukan sumber daya dan kapasitas yang signifikan, terutama bagi organisasi yang lebih kecil atau yang baru mulai beroperasi.


117 4. Manajemen Klaim dan Penyelesaian Sengketa: Proses manajemen klaim dan penyelesaian sengketa harus diatur dengan jelas dalam model asuransi partisipatif untuk memastikan bahwa klaim diproses dengan adil dan transparan. Ini memerlukan sistem yang efisien dan dapat dipercaya serta kemampuan untuk menangani sengketa dengan baik jika timbul perselisihan antara anggota. 5. Kesadaran dan Pendidikan Masyarakat: Meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang manfaat dan kebijakan model asuransi partisipatif merupakan tantangan tersendiri. Pendidikan yang efektif diperlukan untuk memastikan bahwa anggota masyarakat benar-benar memahami bagaimana model ini bekerja dan apa yang diharapkan dari mereka sebagai anggota. Dengan mengatasi kendala-kendala ini melalui perencanaan yang cermat, pengelolaan yang baik, dan pendekatan yang inklusif, model asuransi partisipatif masih dapat menjadi alat yang efektif dalam memberdayakan masyarakat dan meningkatkan akses mereka terhadap perlindungan finansial.


118


119 Bab VIII Aspek Internasional dalam Filosofi Hukum Asuransi


120 SPEK internasional dalam filosofi hukum asuransi melibatkan pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip hukum asuransi secara lintas batas dan dalam konteks global. Hal ini mencakup berbagai isu, termasuk harmonisasi regulasi asuransi antarnegara, perlindungan konsumen di pasar internasional, penyelesaian sengketa lintas negara, serta peran organisasi internasional dalam mengembangkan standar dan praktik terbaik dalam industri asuransi secara global. Dengan mempertimbangkan dimensi internasional, filosofi hukum asuransi tidak hanya mencakup aspek regulasi dan perlindungan, tetapi juga mempromosikan kerjasama internasional untuk meningkatkan efisiensi, keadilan, dan keamanan dalam industri asuransi di seluruh dunia. A. Harmonisasi Regulasi Internasional Harmonisasi regulasi internasional dalam industri asuransi adalah upaya untuk menciptakan konsistensi dan keseragaman dalam kerangka hukum yang mengatur industri asuransi di berbagai negara. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi hambatan perdagangan lintas batas, meningkatkan kerjasama antarnegara dalam pemantauan dan penegakan regulasi, serta memberikan perlindungan yang lebih baik kepada konsumen. Proses harmonisasi ini melibatkan negosiasi dan kesepakatan antara pemerintah, regulator, dan pemangku kepentingan lainnya di tingkat internasional untuk menciptakan standar A


121 yang lebih seragam dalam hal lisensi, modal minimum, persyaratan solvabilitas, dan praktik bisnis lainnya. Dengan adanya harmonisasi regulasi internasional, diharapkan dapat tercipta lingkungan yang lebih stabil dan terpercaya bagi industri asuransi di tingkat global, serta mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan perlindungan yang lebih baik bagi konsumen. (Ali, 2023) Dalam proses harmonisasi regulasi internasional dalam industri asuransi, berbagai pihak terlibat untuk menciptakan lingkungan hukum yang konsisten dan efisien di seluruh dunia. Pemerintah dari berbagai negara memiliki peran penting dalam menetapkan kebijakan dan peraturan yang mengatur industri asuransi di tingkat nasional. Mereka terlibat dalam dialog internasional untuk mencapai kesepakatan tentang standar yang diterima secara luas yang mempromosikan pertumbuhan sektor ini dan melindungi kepentingan konsumen. Badan regulasi atau otoritas pengawasan asuransi di setiap negara memainkan peran kunci dalam memastikan bahwa regulasi yang diberlakukan sesuai dengan standar internasional dan konsisten dengan praktik terbaik. Mereka bertanggung jawab atas pengawasan dan penegakan peraturan, serta berkontribusi pada pembuatan kebijakan melalui konsultasi dengan pemangku kepentingan industri. Di samping itu, perusahaan asuransi juga terlibat dalam proses harmonisasi, memberikan wawasan industri dan


122 memastikan kepatuhan terhadap regulasi yang ditetapkan. Mereka berpartisipasi dalam dialog antarorganisasi dan mungkin juga memiliki peran dalam mendukung inisiatif standarisasi. Kolaborasi antara pemerintah, badan regulasi, dan perusahaan asuransi merupakan kunci untuk menciptakan kerangka kerja yang seragam dan konsisten untuk industri asuransi di tingkat internasional, memungkinkan pertumbuhan yang berkelanjutan dan memberikan perlindungan yang lebih baik bagi konsumen di seluruh dunia. Dalam proses harmonisasi regulasi internasional dalam industri asuransi, berbagai pihak terlibat dalam berbagai bentuk kerjasama dan interaksi. Pertama, pemerintah dari berbagai negara berpartisipasi dalam pertemuan diplomatik dan forum internasional untuk membahas dan merundingkan kesepakatan tentang standar regulasi yang bersifat internasional. Mereka juga dapat membentuk kelompok kerja atau komite khusus untuk memperdalam pembahasan dan merumuskan rekomendasi terkait harmonisasi regulasi asuransi. Di sisi lain, badan regulasi atau otoritas pengawasan asuransi di setiap negara berperan dalam mengimplementasikan regulasi yang disepakati dan memastikan kepatuhan industri terhadap standar internasional. Mereka mungkin terlibat dalam dialog rutin dengan regulator dari


123 negara lain untuk bertukar informasi dan pengalaman terkait pengawasan industri asuransi. Selain itu, perusahaan asuransi juga berperan penting dalam proses harmonisasi ini, baik melalui partisipasi langsung dalam forum industri dan konsultasi dengan pemerintah dan regulator, maupun dengan mematuhi regulasi yang ditetapkan. Mereka dapat memberikan masukan tentang dampak praktis dari regulasi yang diusulkan dan membagikan praktik terbaik dalam pematuhan regulasi. Melalui berbagai bentuk kerjasama ini, pihak-pihak yang terlibat berupaya mencapai kesepakatan yang memadai dan memperhatikan kebutuhan dan kondisi unik dari masing-masing negara, sambil tetap menghasilkan kerangka kerja yang seragam dan konsisten untuk industri asuransi di tingkat internasional. B. Tantangan dan Peluang Globalisasi Industri Asuransi Globalisasi industri asuransi membawa sejumlah tantangan yang kompleks dan beragam bagi perusahaan asuransi di seluruh dunia. Salah satu tantangan utamanya adalah kompleksitas regulasi lintas batas. Dengan beroperasi di berbagai negara yang memiliki kerangka regulasi yang berbeda-beda, perusahaan asuransi harus berhadapan dengan berbagai aturan, kebijakan, dan persyaratan yang mungkin bertentangan atau tidak selaras


124 antara satu negara dengan negara lainnya. Hal ini dapat menyulitkan perusahaan asuransi dalam memahami dan mematuhi semua regulasi yang berlaku, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko kepatuhan dan mempengaruhi efisiensi operasional mereka. Selain itu, globalisasi juga meningkatkan kompleksitas risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi. Dengan adanya interkoneksi ekonomi dan keuangan yang semakin kuat di seluruh dunia, perusahaan asuransi harus menghadapi risiko yang lebih kompleks dan beragam, seperti risiko geopolitik, perubahan iklim, krisis keuangan global, dan serangan cyber. Menangani risiko-risiko ini memerlukan analisis yang mendalam, pemahaman yang baik tentang lingkungan bisnis global, dan kemampuan untuk merancang produk-produk asuransi yang inovatif dan sesuai dengan kebutuhan pasar global. Selain itu, globalisasi juga memperkenalkan tantangan terkait dengan reputasi dan tanggung jawab sosial perusahaan asuransi. (Ganie & SE, 2023) Dalam lingkungan bisnis yang semakin terhubung secara global, perusahaan asuransi harus beroperasi dengan transparan dan mematuhi standar etika yang tinggi agar tidak menghadapi risiko reputasi yang merugikan atau tuntutan hukum yang mungkin timbul dari pelanggaran etika atau kepatuhan. Dengan memahami dan mengatasi tantangan-tantangan ini, perusahaan asuransi dapat


125 memanfaatkan peluang globalisasi untuk memperluas pangsa pasar, meningkatkan inovasi produk, dan menyediakan perlindungan finansial yang lebih baik bagi konsumen di seluruh dunia. Di samping tantangan yang kompleks, globalisasi industri asuransi juga membawa beragam peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan asuransi. Salah satu peluang utamanya adalah akses yang lebih luas ke pasar global. Dengan beroperasi di berbagai negara, perusahaan asuransi dapat memperluas jangkauan geografis mereka dan menjangkau lebih banyak konsumen potensial. Hal ini membuka peluang untuk pertumbuhan premi yang lebih cepat dan diversifikasi portofolio bisnis. Selain itu, globalisasi juga mendorong inovasi produk yang didorong oleh kebutuhan pasar global yang berkembang. Perusahaan asuransi dapat merespons permintaan pasar yang berubah dengan mengembangkan produk-produk baru yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi konsumen di berbagai negara. Contohnya, dengan meningkatnya kesadaran akan risiko perubahan iklim, terdapat permintaan yang meningkat untuk produk asuransi iklim yang melindungi terhadap kerugian akibat bencana alam. Perusahaan asuransi yang mampu mengidentifikasi dan merespons tren pasar ini dapat memanfaatkan peluang untuk memperluas bisnis mereka. Selain itu, globalisasi juga memberikan


126 peluang untuk meningkatkan efisiensi operasional melalui standarisasi proses bisnis dan penggunaan teknologi informasi yang canggih. Dengan mengadopsi praktik terbaik dalam manajemen risiko dan operasi, perusahaan asuransi dapat mengoptimalkan kinerja mereka dan mengurangi biaya administrasi. Dengan memanfaatkan peluang-peluang ini, perusahaan asuransi dapat meningkatkan daya saing mereka di pasar global, meningkatkan nilai bagi pemegang saham, dan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi konsumen di seluruh dunia. C. Kerjasama Antar-negara Menghadapi Risiko Global Kerjasama antar-negara dalam menghadapi risiko global merupakan strategi yang vital dalam industri asuransi untuk mengatasi tantangan yang melintasi batas nasional. Risiko global, seperti perubahan iklim, pandemi, dan krisis keuangan, tidak mengenal batas negara dan membutuhkan respons kolektif dari komunitas internasional. Melalui kerjasama ini, negara-negara dapat berbagi informasi, pengalaman, dan sumber daya untuk mengidentifikasi, mengurangi, dan mengelola risiko secara efektif. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai bentuk kerjasama, termasuk pertukaran data, harmonisasi regulasi, dan kemitraan strategis antarlembaga pengawas. Dengan bekerja sama secara lintas batas, negara-negara dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menghadapi


127 risiko global dengan lebih efektif, melindungi masyarakat mereka, dan memastikan stabilitas ekonomi dan keuangan di tingkat internasional. Kerjasama antar-negara dalam menghadapi risiko global di bidang asuransi dapat mengambil berbagai bentuk yang beragam, termasuk: (Ismanto, 2003) 1. Pertukaran Informasi dan Data: Negara-negara dapat berbagi informasi dan data terkait risiko global, seperti tren klaim asuransi yang terkait dengan perubahan iklim atau dampak pandemi terhadap industri asuransi. Pertukaran informasi ini membantu negara-negara untuk memahami risiko secara lebih baik dan merancang strategi yang lebih efektif dalam mengelolanya. 2. Harmonisasi Regulasi: Negara-negara dapat bekerja sama untuk mengembangkan standar dan regulasi yang seragam atau sejalan dalam mengatur risiko global. Harmonisasi regulasi ini dapat mencakup penetapan standar minimum dalam hal persyaratan solvabilitas, perlindungan konsumen, atau manajemen risiko yang diperlukan untuk menghadapi risiko global tertentu. 3. Kemitraan Strategis: Negara-negara dapat membentuk kemitraan strategis atau aliansi untuk mengatasi risiko global secara bersama-sama. Kemitraan ini dapat melibatkan pertukaran pengalaman, sumber daya, dan teknologi untuk meningkatkan kemampuan mereka


128 dalam menghadapi risiko yang kompleks dan melintasi batas. 4. Forum dan Organisasi Internasional: Negara-negara dapat berpartisipasi dalam forum internasional atau organisasi yang didedikasikan untuk mengatasi risiko global, seperti Badan Meteorologi Dunia untuk risiko iklim atau Organisasi Kesehatan Dunia untuk pandemi. Melalui partisipasi dalam forum ini, negara-negara dapat bekerja sama dalam mengidentifikasi solusi yang inovatif dan efektif dalam menghadapi risiko global. Dengan mengambil berbagai bentuk kerjasama ini, negara-negara dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menghadapi risiko global, meminimalkan dampaknya, dan melindungi kepentingan masyarakat serta stabilitas ekonomi di tingkat internasional. Meskipun kerjasama antar-negara dalam menghadapi risiko global di bidang asuransi menawarkan banyak manfaat, terdapat beberapa kendala yang perlu diatasi. Salah satu kendala utamanya adalah perbedaan kepentingan dan prioritas antara negara-negara yang berpartisipasi. Negara-negara mungkin memiliki perspektif yang berbeda terkait risiko global tertentu, serta kebutuhan yang berbeda dalam hal regulasi dan pendekatan manajemen risiko. Selain itu, perbedaan budaya, bahasa, dan sistem hukum antar-negara juga dapat menghambat proses kerjasama dan pertukaran informasi. Masalah


129 koordinasi dan kepemimpinan global juga bisa menjadi kendala, karena membutuhkan upaya besar untuk mengkoordinasikan berbagai inisiatif dan memastikan bahwa semua pihak terlibat secara aktif. Selain itu, ketidakpastian politik dan ekonomi di tingkat internasional juga dapat mempengaruhi kemampuan negara-negara untuk bekerja sama dalam menghadapi risiko global. Meskipun demikian, dengan kesadaran akan pentingnya kerjasama lintas batas dalam menghadapi risiko global, serta komitmen untuk menangani kendala-kendala ini, negara-negara dapat mencapai hasil yang lebih baik dalam menghadapi tantangan bersama.


130 Daftar Pustaka Afifullah, M. (n.d.). PELUANG DAN TANTANGAN PENGGUNAAN BADAN HUKUM USAHA BERSAMA PADA ASURANSI SYARIAH. Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Ajib, M. (2019). Asuransi syariah. Aldi, M. (2024). Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Asuransi Syariah (Studi Kasus: PT Asuransi Syariah Amanah Sejahtera). ISLAMIC BUSSINESS LAW REVIEW, 5(1). Ali, H. Z. (2023). Hukum asuransi syariah. Sinar Grafika. Anggono, B. D. (2020). Omnibus Law Sebagai Teknik Pembentukan Undang-Undang: Peluang Adopsi Dan Tantangannya Dalam Sistem Perundang-Undangan Indonesia. Jurnal RechtsVinding, 9(1), 17–37. Ardiana, M. N., & Agusta, I. (2018). Analisis Partisipasi Petani dalam Asuransi Pertanian. Jurnal Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM], 2(6), 793–802. Ayu, D., & Anwar, S. (2022). Etika Bisnis Ekonomi Islam Dalam


131 Menghadapi Tantangan Perekonomian Di Masa Depan. Al-Mustashfa: Jurnal Penelitian Hukum Ekonomi Syariah, 7(1), 42–61. Benuf, K., Mahmudah, S., & Priyono, E. A. (2019). PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEAMANAN DATA KONSUMEN FINANCIAL TECHNOLOGY DI INDONESIA: Indonesia. Refleksi Hukum: Jurnal Ilmu Hukum, 3(2), 145–160. Desi Jelanti, S. E., Ak, M., Yuliana, S. E., Ramadhaniyati, R., Noor, L. S., SE, M. M., Arfianto, A. Z., Gunawan, A., Alamsyah, S. E., & Triansyah, F. A. (2023). Ekonomi Mikro dalam Digitalisasi. Cendikia Mulia Mandiri. Fitria, T. N. (2016). Kontribusi Ekonomi Islam Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 2(03). Ganie, A. J., & SE, S. H. (2023). Hukum Asuransi Indonesia. Sinar Grafika. Harjito, A. (2002). Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Perspektif Islam. Al-Mawarid: Jurnal Hukum Islam, 118–127. Ismanto, K. (2003). Aplikasi Konsep Maqasid Asy-Syari’ah terhadap asuransi Syari’ah. UIN SUNAN KALIJAGA. Jalil, H. A., Febriyanti, R., & Luthfi, H. A. (2021). Analisis Peran Asuransi Syariah Pada Perekonomian Indonesia. AlMizan: Jurnal Ekonomi Syariah, 4(II).


132 Kristianto, P. L., & UKRIM, D. F. E. (2010). Etika Bisnis dan Tanggungjawab Sosial Perusahaan. Jurnal Equilibrium, 4(1). Laturrakhmi, Y. F., Swastikawara, S., & Wardasari, N. (2020). Analisis perilaku masyarakat pedesaan terhadap asuransi kesehatan nasional dalam perspektif komunikasi kesehatan. Komuniti: Jurnal Komunikasi Dan Teknologi Informasi, 12(2), 87–100. Munthe, A. K. (2014). Kontrak baku pada asuransi syariah dalam persfektif hukum perlindungan konsumen. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Navisa, F. D. (2020). Makna Asas Kepentingan (Insurable Interest) dalam Perjanjian Asuransi. NUGRAHANINGRUM, T. R. I. H. (2009). KONSEP KEADILAN DALAM ASURANSI SPWA SYARIAH (Studi tentang Seleksi Risiko dalam Asuransi Jiwa Syariah pada AJB. Bumi Putra 1912 Yogyakarta). Universitas Islam Indonesia. Ramadhani, H. (2015). Prospek dan Tantangan Perkembangan Asuransi Syariah di Indonesia. Al-Tijary, 57–66. Rusydiana, A., & Antonio, M. S. (2016). Peranan Ekonomi Syariah dalam Pembangunan Daerah. Faham Keagamaan Antara Harmoni & Konflik, 46. Santi, M. (2018). Peran Perusahaan Asuransi Syariah Unit Link dalam Perkembangan Ekonomi Digital di Indonesia.


133 Jurnal Eksyar, 6(02). Sartini Risky, M. S., & Nofitasari, A. (n.d.). ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM KEPEMILIKAN ASURANSI KESEHATAN (BPJS MANDIRI) DI DESA ULUPOHARA KECAMATAN BESULUTU KABUPATEN KONAWE COMMUNITY PARTICIPATION ANALYSIS IN HEALTH INSURANCE OWNERSHIP (BPJS MANDIRI) IN ULUPOHARA VILLAGE BESULUTU SUB-DISTRICT KONAWE. Seminar Nasional Kesehatan, 95. Suparmin, A. (2018). Asuransi Syariah Di Indonesia Hukum Prospek Dan Tantangan. El-Arbah: Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan Perbankan Syariah, 1(01), 1–30. Tinggi, S., Ekonomi, I., & Ekatana, I. (2022). DIGITAL MARKETING BEBASIS MEDIA SOSIAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENJUALAN UMKM : SYSTEMATIC LITERATURE. 1(November). Ulum, K. (2017). Mengenal Asuransi Syariah Dari Sejarah, Dasar Hukum Sampai Akad Transaksi. JES (Jurnal Ekonomi Syariah), 2(1). Zanariyah, S. (2016). Tantangan Hukum Asuransi Indonesia Di Era Globalisasi. Justicia Sains: Jurnal Ilmu Hukum, 1(1), 80–99.


134 Tentang Penulis Dr. Dra. Siti Nurbaiti, SH, M.Hum adalah seorang akademisi dan dosen di Fakultas Hukum Universitas Trisakti sejak tahun 1988 hingga saat ini. Dia telah memberikan kontribusi yang berharga dalam dunia pendidikan tinggi, khususnya dalam bidang hukum. Di antara mata kuliah yang dia ajar adalah Hukum Asuransi, Hukum Pengangkutan, dan Hukum Bisnis. Selain menjadi seorang pengajar yang berdedikasi, Dr. Dra. Siti Nurbaiti juga memiliki karya ilmiah yang diakui, salah satunya adalah buku berjudul "Hukum Pengangkutan Darat (Jalan dan Kereta Api)" yang terbit pada tahun 2020 dengan edisi revisi. Buku ini menjadi referensi penting dalam studi mengenai hukum pengangkutan darat, mencakup aspek-aspek yang relevan dengan regulasi dan praktek di Indonesia. Dengan pengalamannya yang luas sebagai dosen dan penulis, Dr. Dra. Siti Nurbaiti telah memberikan kontribusi yang berarti dalam pengembangan ilmu hukum di Indonesia, khususnya dalam konteks hukum asuransi, hukum pengangkutan, dan hukum bisnis.


135 .


Click to View FlipBook Version