93 murbei dapat meningkatkan kecernaan serat pakan dan kualitas ransum secara keseluruhan. Temuan ini memberikan implikasi praktis yang penting bagi peternak sapi Peranakan Ongole, yang dapat mempertimbangkan penambahan tepung daun murbei dalam ransum sebagai strategi untuk meningkatkan efisiensi pakan dan kesehatan sapi mereka. Dengan meningkatnya kecernaan serat pakan, sapi dapat mengoptimalkan penyerapan nutrisi, yang pada gilirannya dapat memperbaiki kesehatan pencernaan dan kinerja keseluruhan sapi. Ini menunjukkan bahwa penyesuaian ransum dengan tepung daun murbei memiliki potensi untuk menjadi strategi yang optimal dalam pengelolaan pakan bagi sapi Peranakan Ongole (Ates et al., 2018). 3. Manajemen Biaya yang Lebih Efektif Temuan ini juga membuka peluang untuk manajemen biaya yang lebih efektif bagi peternak sapi Peranakan Ongole. Dengan nilai ekonomis yang menguntungkan, penggunaan tepung daun murbei dalam ransum dapat membantu mengurangi biaya produksi secara signifikan. Sebagai alternatif yang lebih terjangkau, tepung daun murbei dapat menggantikan konsentrat yang mahal dalam ransum, yang pada gilirannya dapat meningkat-
94 kan profitabilitas usaha peternakan sapi. Dengan demikian, peternak dapat merencanakan strategi pakan yang lebih efisien secara finansial, yang akan berdampak positif pada hasil usaha mereka. 4. Peningkatan Kesehatan Sapi Selain itu, penggunaan tepung daun murbei dalam ransum sapi Peranakan Ongole juga dapat berkontribusi pada peningkatan kesehatan ternak secara keseluruhan. Tepung daun murbei memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas ransum, yang pada gilirannya dapat mendukung kesehatan sistem pencernaan dan kekebalan tubuh sapi. Dengan peningkatan kualitas ransum dan kesehatan sistem pencernaan, risiko penyakit pada sapi dapat dikurangi, sehingga meningkatkan produktivitas sapi secara keseluruhan. Dengan demikian, penggunaan tepung daun murbei dapat menjadi strategi yang efektif dalam menjaga kesehatan dan kinerja sapi Peranakan Ongole. Dengan demikian, hasil penelitian tersebut memberikan implikasi praktis yang signifikan bagi peternak sapi Peranakan Ongole dalam hal pengelolaan pakan, manajemen biaya, dan peningkatan kesehatan dan kinerja sapi.
95 Tantangan dan Peluang dalam Penerapan Teknologi Pakan Inovatif A. Kendala dalam Penerapan Penerapan teknologi pakan inovatif dihadapkan pada sejumlah tantangan dan kendala yang perlu diatasi agar dapat berhasil secara optimal. Berikut adalah beberapa di antaranya: 7
96 1. Biaya Biaya merupakan salah satu tantangan utama dalam menerapkan teknologi pakan inovatif. Investasi awal yang dibutuhkan untuk membeli peralatan dan infrastruktur, serta biaya operasional yang berkelanjutan, sering kali menjadi hambatan bagi peternak, terutama yang beroperasi dalam skala kecil atau menengah. Teknologi yang canggih, meskipun menjanjikan efisiensi dan peningkatan produksi, sering kali membutuhkan dana yang besar untuk diperoleh dan dioperasikan secara efektif. Selain itu, biaya operasional seperti pemeliharaan peralatan dan pelatihan staf juga perlu dipertimbangkan, sehingga membuat teknologi tersebut mungkin tidak selalu terjangkau bagi semua peternak. Dengan demikian, penyesuaian biaya dan pencarian solusi yang lebih terjangkau menjadi penting dalam memfasilitasi adopsi teknologi pakan inovatif di berbagai tingkatan usaha peternakan. 2. Pengetahuan dan Keterampilan Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam penggunaan teknologi pakan inovatif sering menjadi kendala dalam adopsinya. Pengoperasian peralatan modern dan pemahaman tentang prinsip-prinsip nutrisi hewan memerlukan keahlian khusus yang tidak dimiliki
97 oleh semua peternak. Kurangnya akses atau pemahaman yang memadai terhadap teknologi ini dapat menghambat adopsi dan penerapannya secara efektif. Selain itu, kemampuan untuk menganalisis data dan mengambil keputusan berdasarkan informasi yang diperoleh dari teknologi tersebut juga menjadi faktor penting dalam kesuksesannya. Oleh karena itu, pelatihan dan pendidikan yang terfokus pada penggunaan teknologi pakan inovatif sangatlah penting untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak dalam menghadapi tantangan ini. 3. Infrastruktur dan Aksesibilitas Infrastruktur yang tidak memadai, seperti listrik yang tidak stabil atau akses terbatas terhadap internet, dapat menjadi kendala serius dalam menerapkan teknologi pakan inovatif. Banyak teknologi modern bergantung pada konektivitas dan pasokan daya yang andal untuk beroperasi secara optimal. Oleh karena itu, peternak yang tinggal di daerah dengan infrastruktur yang kurang mendukung mungkin mengalami kesulitan dalam memanfaatkan teknologi ini secara efektif. Selain itu, akses terbatas terhadap peralatan dan layanan yang diperlukan juga menjadi masalah, terutama bagi peternak di daerah terpencil. Ketersediaan peralatan khusus dan
98 dukungan teknis dapat menjadi tantangan bagi peternak yang tinggal di lokasi yang jauh dari pusat distribusi atau pusat layanan. Dalam mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya untuk meningkatkan infrastruktur dan aksesibilitas di daerah pedesaan serta penyediaan layanan dukungan dan pendampingan teknis bagi peternak yang membutuhkannya.. 4. Kompleksitas Teknologi Kompleksitas teknologi pakan inovatif bisa menjadi hambatan signifikan dalam penerapannya. Beberapa teknologi, seperti sistem otomatisasi pakan atau perangkat lunak manajemen pakan yang canggih, mungkin memerlukan pemahaman teknis yang mendalam dan pengalaman yang luas untuk mengoperasikannya dengan efektif. Bagi peternak yang tidak memiliki latar belakang teknis yang memadai, menghadapi teknologi yang kompleks bisa menjadi tantangan besar. Selain itu, pelatihan yang memadai mungkin diperlukan agar peternak dapat memahami dan mengoperasikan teknologi tersebut dengan baik. Investasi waktu dan sumber daya dalam pelatihan dapat menjadi beban tambahan bagi peternak, terutama bagi mereka yang sudah sibuk dengan tugas-tugas sehari-hari dalam mengelola peternakan mereka. Dalam mengatasi kompleksitas ini,
99 penyedia teknologi dan pihak terkait harus memperhatikan kebutuhan pelatihan dan menyediakan dukungan yang memadai untuk memastikan peternak dapat mengadopsi dan memanfaatkan teknologi pakan inovatif dengan sukses. 5. Kesesuaian dengan Lingkungan Lokal Kesesuaian teknologi pakan inovatif dengan lingkungan lokal merupakan pertimbangan penting dalam penerapannya. Beberapa teknologi mungkin tidak sepenuhnya cocok dengan kondisi lingkungan atau kebutuhan spesifik peternak di wilayah tertentu. Misalnya, teknologi yang dirancang untuk lingkungan yang berbeda atau jenis produksi yang berlainan mungkin memerlukan penyesuaian agar dapat diterapkan secara efektif dalam konteks yang berbeda. Selain itu, faktor-faktor seperti iklim, topografi, ketersediaan sumber daya lokal, dan kebiasaan budaya peternak dapat memengaruhi kesesuaian teknologi. Teknologi yang berhasil di suatu tempat belum tentu berhasil di tempat lain jika tidak disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan lokal. Oleh karena itu, penting bagi penyedia teknologi untuk memahami konteks lokal di mana teknologi akan diterapkan dan berkolaborasi dengan para pemangku kepentingan setempat
100 untuk memastikan bahwa solusi yang ditawarkan benar-benar sesuai dan dapat diadopsi dengan baik oleh peternak. Upaya penyesuaian dan adaptasi teknologi dengan lingkungan lokal dapat membantu meningkatkan efektivitas dan penerimaan teknologi pakan inovatif di lapangan. 6. Manajemen Data dan Analisis Manajemen data dan analisis memang menjadi tantangan penting dalam penerapan teknologi pakan inovatif. Teknologi ini sering kali menghasilkan jumlah data yang besar terkait dengan konsumsi pakan, kesehatan hewan, dan kinerja produksi. Keterampilan dalam mengelola dan menganalisis data ini diperlukan untuk mengambil keputusan yang tepat berdasarkan informasi yang tersedia. Salah satu tantangan utama adalah bagaimana mengintegrasikan data dari berbagai sumber dan platform menjadi satu sistem yang terpadu. Ini memerlukan infrastruktur IT yang handal dan perangkat lunak yang mampu mengelola dan menyimpan data dengan aman serta menghasilkan laporan yang berguna. Selain itu, analisis yang cermat diperlukan untuk menginterpretasikan data dengan benar dan mengidentifikasi pola atau tren yang relevan. Hal ini membutuhkan keahlian statistik dan pemahaman yang mendalam tentang keterkaitan
101 antara faktor-faktor yang mempengaruhi performa ternak. Untuk mengatasi tantangan ini, pelatihan dan pendidikan tentang manajemen data dan analisis dapat diberikan kepada peternak atau staf peternakan. Selain itu, kerja sama dengan ahli data atau konsultan analisis dapat membantu peternak memahami data mereka dengan lebih baik dan membuat keputusan yang lebih efektif. Dengan manajemen data dan analisis yang baik, peternak dapat memanfaatkan potensi penuh dari teknologi pakan inovatif untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi usaha peternakan. B. Peluang Pengembangan dan Kolaborasi Peluang pengembangan dan kolaborasi dalam penerapan teknologi pakan inovatif sangatlah besar dan dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi industri peternakan. Beberapa peluang yang dapat dieksplorasi antara lain: 1. Penelitian dan Pengembangan Lanjutan Penelitian dan pengembangan lanjutan merupakan langkah krusial dalam mendorong inovasi dalam teknologi pakan. Kolaborasi antara lembaga riset, universitas, dan industri peternakan menjadi fondasi utama dalam upaya ini. Melalui sinergi ini, penelitian lebih lanjut dapat
102 diarahkan untuk mengembangkan teknologi pakan yang lebih efisien dan efektif. Salah satu area utama yang dapat dieksplorasi adalah pengembangan perangkat lunak yang lebih canggih. Perangkat lunak yang lebih maju dapat membantu dalam pemantauan yang lebih akurat dan analisis data yang lebih mendalam terkait konsumsi pakan, kesehatan hewan, dan kinerja produksi. Dengan adanya perangkat lunak yang lebih canggih, peternak dapat membuat keputusan yang lebih tepat waktu dan terinformasi. Selain itu, pengembangan sensor yang lebih presisi juga menjadi fokus penelitian yang penting. Sensor yang lebih canggih dapat memberikan data yang lebih akurat terkait dengan kondisi lingkungan, kesehatan hewan, dan konsumsi pakan. Dengan sensor yang lebih presisi, peternak dapat mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan sapi mereka dan dapat mengidentifikasi masalah kesehatan atau nutrisi dengan lebih cepat. Disamping itu, pengembangan metode analisis data yang lebih maju juga sangat diperlukan. Metode analisis data yang lebih canggih dapat membantu dalam mengidentifikasi pola-pola yang kompleks dalam data yang dihasilkan oleh teknologi pakan, sehingga memungkinkan peternak untuk mengambil
103 keputusan yang lebih cerdas dan efisien dalam manajemen peternakan mereka. Dengan mengarahkan upaya penelitian dan pengembangan ke arah ini, diharapkan dapat tercipta teknologi pakan yang lebih canggih dan efektif, yang dapat membantu peternak meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan usaha mereka secara keseluruhan. 1. Kemitraan Industri Kemitraan antara perusahaan teknologi dan produsen peralatan peternakan dengan para peternak merupakan langkah penting dalam pengembangan solusi yang sesuai dengan kebutuhan industri. Melalui kolaborasi ini, perusahaan teknologi dapat memahami secara langsung tantangan dan kebutuhan yang dihadapi oleh peternak, sementara produsen peralatan peternakan dapat menyediakan wawasan tentang persyaratan teknis dan praktis dari solusi yang diusulkan. Dengan berkolaborasi, perusahaan teknologi dapat mengembangkan produk dan layanan yang lebih sesuai dengan kebutuhan peternak, seperti perangkat lunak manajemen ternak, sensor yang terintegrasi, atau solusi otomatisasi yang disesuaikan. Produk-produk ini dapat membantu peternak dalam memantau kesehatan dan kinerja ternak mereka secara lebih efisien, mengelola
104 sumber daya pakan dengan lebih baik, dan meningkatkan produktivitas usaha mereka. Selain itu, kemitraan industri juga dapat memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan pengalaman antara berbagai pemangku kepentingan dalam industri peternakan. Hal ini dapat menghasilkan solusi yang lebih holistik dan berkelanjutan, yang memperhitungkan berbagai aspek dari manajemen peternakan, kesejahteraan hewan, dan keberlanjutan lingkungan. Dengan demikian, kemitraan antara perusahaan teknologi, produsen peralatan peternakan, dan peternak dapat menjadi kunci dalam mengembangkan solusi yang inovatif dan efektif untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas usaha peternakan, serta meningkatkan kesejahteraan hewan dan keberlanjutan industri secara keseluruhan 2. Pelatihan dan Pendidikan Pelatihan dan pendidikan memainkan peran penting dalam memperkenalkan dan mengimplementasikan teknologi pakan inovatif di kalangan peternak dan staf peternakan. Institusi pendidikan dan lembaga pelatihan dapat bekerja sama dengan industri peternakan untuk menyediakan programprogram pelatihan yang relevan dan berorientasi pada praktik.
105 Program pelatihan ini dapat mencakup berbagai aspek, mulai dari pengenalan teknologi pakan inovatif hingga pelatihan praktis tentang pengoperasian peralatan dan pemahaman tentang data yang dihasilkan. Dengan memahami potensi dan manfaat teknologi pakan inovatif secara lebih baik, peternak dan staf peternakan dapat merencanakan dan menerapkan solusi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu, pelatihan dan pendidikan juga dapat membantu meningkatkan pemahaman tentang konsep-konsep nutrisi hewan, manajemen peternakan, dan analisis data di antara para peternak dan stafnya. Dengan demikian, mereka dapat membuat keputusan yang lebih baik berdasarkan informasi yang diberikan oleh teknologi pakan inovatif, serta mengoptimalkan kinerja dan kesejahteraan ternak mereka. Kolaborasi antara institusi pendidikan, lembaga pelatihan, dan industri peternakan dalam menyediakan program pelatihan yang komprehensif dan relevan dapat menjadi langkah yang efektif dalam meningkatkan adopsi dan penerapan teknologi pakan inovatif di tingkat praktis di lapangan. 3. Jaringan dan Komunitas Pembentukan jaringan dan komunitas peternak yang tertarik pada teknologi pakan
106 inovatif dapat menjadi sarana yang sangat efektif untuk memfasilitasi pertukaran pengetahuan, pengalaman, dan sumber daya. Dalam sebuah komunitas yang solid, anggota dapat saling berbagi informasi tentang teknologi terbaru, strategi yang efektif, dan tantangan yang dihadapi dalam menerapkan teknologi pakan inovatif. Melalui pertukaran pengalaman dan pengetahuan antar anggota komunitas, peternak dapat memperoleh wawasan baru dan solusi untuk masalah yang mereka hadapi dalam penerapan teknologi pakan inovatif. Selain itu, dengan memanfaatkan keahlian dan sumber daya yang beragam dari berbagai anggota komunitas, peternak dapat bekerja sama untuk mengatasi hambatan dan meningkatkan efektivitas teknologi pakan inovatif. Jaringan dan komunitas ini juga dapat menjadi wadah untuk pelatihan, seminar, dan workshop tentang teknologi pakan inovatif, di mana anggota dapat belajar dari para ahli dan praktisi terkemuka dalam bidang tersebut. Dengan demikian, komunitas ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat pertukaran informasi, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran dan pengembangan bagi para peternak yang tertarik untuk mengadopsi teknologi pakan inovatif.
107 Dengan adanya jaringan dan komunitas yang kuat, peternak dapat saling mendukung dan memotivasi satu sama lain dalam menerapkan teknologi pakan inovatif. Dengan kerjasama dan kolaborasi yang solid, mereka dapat mempercepat adopsi teknologi baru dan meningkatkan kesejahteraan hewan serta produktivitas usaha peternakan secara keseluruhan.. 4. Pengembangan Solusi Lokal Kolaborasi antara peternak, peneliti, dan pemerintah daerah dapat menjadi kunci dalam mengembangkan solusi yang sesuai dengan kondisi lokal dan kebutuhan spesifik di berbagai daerah terkait dengan teknologi pakan inovatif. Melalui kerja sama ini, mereka dapat mengidentifikasi tantangan yang unik di setiap wilayah dan merancang solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Peternak, sebagai pemangku kepentingan utama dalam industri peternakan, memiliki pemahaman yang mendalam tentang kondisi lokal dan kebutuhan hewan ternak mereka. Dengan berkolaborasi dengan peneliti dan pemerintah daerah, mereka dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka untuk membantu merancang teknologi pakan inovatif yang sesuai dengan kebutuhan spesifik di wilayah mereka.
108 Peneliti dapat memberikan wawasan ilmiah dan teknis yang diperlukan untuk mengembangkan solusi yang efektif dan efisien. Mereka dapat melakukan penelitian dan pengujian untuk memahami lebih dalam kondisi lingkungan, kebutuhan nutrisi hewan, dan faktor-faktor lain yang memengaruhi keberhasilan teknologi pakan inovatif di setiap wilayah. Pemerintah daerah juga memiliki peran penting dalam mendukung pengembangan dan implementasi teknologi pakan inovatif. Mereka dapat memberikan dukungan kebijakan, sumber daya, dan insentif untuk mendorong adopsi teknologi baru oleh peternak. Selain itu, mereka dapat memfasilitasi kolaborasi antara berbagai pihak terkait dan menyediakan infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung implementasi teknologi pakan inovatif di tingkat lokal. Dengan bekerja sama secara sinergis, peternak, peneliti, dan pemerintah daerah dapat mengembangkan solusi yang relevan, berkelanjutan, dan efektif untuk meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan usaha peternakan di berbagai daerah. Ini akan membantu memastikan bahwa teknologi pakan inovatif dapat memberikan manfaat maksimal bagi peternak, lingkungan, dan masyarakat secara keseluruhan..
109 Dengan memanfaatkan peluang-peluang ini, industri peternakan dapat mengambil langkah maju dalam menerapkan teknologi pakan inovatif untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan keberlanjutan usaha peternakan secara keseluruhan.
110 Daftar Pustaka Aminurrahman, A., Priyanto, R., & Jakaria, J. (2021). Evaluasi Ukuran-Ukuran Tubuh pada Sapi Belgian Blue, Peranakan Ongole dan Silangannya. Jurnal Agripet, 21(1). Anwar, H., Arifin, J., & Edianingsih, P. (2023). Studi Karakteristik Bobot Lahir Hasil Persilangan Belgian Blue dan Peranakan Ongole di Provinsi Jawa Barat. Jurnal Produksi Ternak Terapan (JPTT), 4(2), 60–65. Anwar, R., Wibowo, T. A., & Untari, D. S. (2021). Manajemen Pemberian Pakan Ternak Sapi Potong Di Kecamatan Pasir Sakti, Kabupaten Lampung Timur. Open Science and Technology, 1(2), 190– 195. Ates, S., Cicek, H., Bell, L. W., Norman, H. C., Mayberry, D. E., Kassam, S., Hannaway, D. B., & Louhaichi, M. (2018). Sustainable development of smallholder crop-livestock farming in developing countries. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 142, 12076. Deng, L., Liu, D., Zhang, Q., Luo, J., & Zhong, G. (2020). Effect of the mixture of mulberry leaf powder and KGM flour on promoting calcium absorption and
111 bone mineral density in vivo. Journal of the Science of Food and Agriculture, 100(9), 3587– 3597. Du, Z., Yang, F., Fang, J., Yamasaki, S., Oya, T., Nguluve, D., Kumagai, H., & Cai, Y. (2023). Silage preparation and sustainable livestock production of natural woody plant. Frontiers in Plant Science, 14, 1253178. Efendy, J., Prihandini, P. W., Sulistya, T. A., & Primasari, A. (2021). Evaluasi Status Reproduksi Sapi Hasil Persilangan Peranakan Ongole dengan Bali. Jurnal Agripet, 21(2), 207–214. Kurniawan, E., Husni, A., Sulastri, S., & Adhianto, K. (2021). PERBANDINGAN PERFORMA PERTUMBUHAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE DI DESA PURWODADI DALAM DAN DESA WAWASAN, KECAMATAN TANJUNGSARI, KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Jurnal Riset Dan Inovasi Peternakan (Journal of Research and Innovation of Animals), 5(1), 57–63. Lodu, A. U. J., Kaka, A., & Sirappa, I. P. (2021). Karakteristik dan kualitas semen sapi Sumba Ongole dalam pengencer BTS yang dimodifikasi dengan susu kedelai. Jurnal Sains Dan Teknologi Peternakan, 2(2), 64–73. Ma, G., Chai, X., Hou, G., Zhao, F., & Meng, Q. (2022). Phytochemistry, bioactivities and future
112 prospects of mulberry leaves: A review. Food Chemistry, 372, 131335. Ngangi, L. R., & Paputungan, U. (2023). Penampilan reproduksi sapi betina Peranakan Ongole di Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara. ZOOTEC, 43(2), 280–290. Purnama, Y. H. C. (2022). Identifikasi Senyawa Kimia Pada Ekstrak Daun Murbei (Morus Alba. L). Scientific Proceedings of Islamic and Complementary Medicine, 1(1), 135–138. Rahmanabilah, M. (n.d.). Sapi Bali, Madura, dan Peranakan Ongole Terhadap Cekaman Panas Pemetaan Profil Bakteri Rumen Terkait Sifat Adaptasi pada. Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Setiawan, D. (2016). Efisiensi Produksi Dan Income Over Feed Cost Usaha Ternak Sapi Po Melalui Pemanfaatan Pakan Murbei. Jurnal Riset Agribisnis dan Peternakan, 1(1), 1-9. Setiawan, D. (2018). Artificial Insemination of beef cattle UPSUS SIWAB program based on the calculation of non-return rate, service per conception and calving rate in the North Kayong Regency. The International Journal of Tropical Veterinary and Biomedical Research, 3(1), 7-11. Setiawan, D., Jayanegara, A., Nahrowi, Kumalasari, N. R. 2022. Performance and nutrient digestibility of
113 kacang goats fed with fermented sago waste. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol. 977, No. 1, p. 012136). IOP Publishing. Setiawan, D., Aprizkiyandari, S., Heriyanto, H., & Awaluddin, M. (2023). Perbaikan Pakan Sapi Masyarakat Melalui Teknologi Silase Pelapah Sawit. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri), 7(6), 6215-6224. Setiawan, D., Jayanegara, A., Nahrowi, Kumalasari, N. R .2024. Vegetation diversity based on peat hydrological units for supporting cattle production in West Kalimantan, Indonesia. Biodiversitas 25. (5); 2011-2019. DOI: 10.13057/biodiv/d250518 Setiawan, D., & Nuraini, H. (2016). Penampilan Produksi Sapi Peranakan Ongole yang Diberi Pakan Konsentrat yang Mengandung Tepung Daun Murbei. Jurnal Agripet, 16(1), 16–22. https://doi.org/10.17969/agripet.v16i1.3013 Setiawan, D., & Wiryawan, K. (2015). Kecernaan Nutrien Pakan Tepung Daun Murbei Pada Sapi Peranakan Ongole. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 3(4), 262–267. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/JIPT/article /view/1109 Sireesha, G., & Sri, N. K. V. (2021). Nutrient and
114 Qualitative Phytochemical Analysis-evaluation of Antimicrobial Activity and Development of Products with Mulberry Leaves (Mulberry Indica l.). Current Nutrition & Food Science, 17(7), 708– 715. Tulung, Y. L. R., Pendong, A. F., & Tulung, B. (2020). Evaluasi nilai biologis pakan lengkap berbasis tebon jagung dan rumput campuran terhadap kinerja produksi sapi Peranakan Ongole (PO). Zootec, 40(1), 363–379. Widodo, Kamardiani, D. R., & Utami, B. N. (2022). Behavioral response of breeder toward development program of Ongole crossbred cattle in Yogyakarta Special Region, Indonesia. Open Agriculture, 7(1), 112–119. Zakiatulyaqin, Z., Suswanto, I., Lestari, R. B., Setiawan, D., & Munir, A. M. S. (2017). Income over feed cost dan RC ratio usaha ternak sapi melalui pemanfaatan limbah kelapa sawit. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 5(1), 18-22. http://dx.doi.org/10.23960/jipt.v5i1.p18-22. Zuljisman, Z., Kumalasari, N. R., & Abdullah, L. (2022). Karakteristik Peternakan Wilayah Sumber Bibit Sapi Peranakan Ongole dan Penyediaan Hijauan Pakannya di Kabupaten Gunungkidul. Jurnal Pendidikan Tambusai, 6(2), 15440–15446.
115 Tentang Penulis Duta Setiawan, Lahir di Bogor, 04 Maret 1083. Menempuh S1 di IPB University lulus tahun 2006, S2 di IPB University lulus tahun 2012, sekarang sedang menyelesaikan porgram Doktoral di kampus yang sama dan mendapatkan gelar profesi Insinyur di Universitas Hasanudin Makasar. Penulis aktiv dalam berbagai macam organisasi seperti ISPI Kalbar, AINI, HITPI, GAPENSISKA dan Asosiasi Ahli Sistem Dinamik (ASDI) . Sejak tahun 2014 menjadi staff pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Tanjupura Pontianak. Pernah menjadi Short Term Advisor program Sistem Integrasi Sapi dan Sawit (SISKA) wilayah Kalimantan Barat program dari SSP IARMCP (Indonesia Australia Red Meat and Cattle Partnership). Selain itu aktiv menulis buku, artikel ilmiah populer diberbagai media cetak maupun media online Nasional. Selain melakukan aktivitas tridarma perguruan tinggi juga sering di undang menjadi narasumber oleh Kementerian, Pemda, RRI, organisasi profesi, organisasi petani dan NGO.
116