139 berkolaborasi dengan focus pelayanan pada customer ; Pasien, keluarga pasien, kelompok, dan masyarakat. Melakukan komunikasi efektif dalam pelayanan kepada customer. Komunikasi dalam rangka koordinasi, kooperatif, dan kolaborasi. Mau memamhami dan peduli dengan profesi kesehatan lain. Menyadari (awerness) bahawa masalah kesehatan pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat tidak bisa diseselaikan oleh satu profesi. Fokus pelayanan semua profesi kesehatan adalah pasien dan keluarganya. Kelompok dan masyarakat penerima jasa pelayanan kesehatan. Kepuasan pasien dan keluarganya adalah utama dan dapat di ukur dengan evaluasi kepuasan. Begitupun kepuasan kelompok dan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan adalah utama. Bisa di evaluasi dan di ukur. Diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung praktek klinik. Sarana prasarana tidak hanya mendukung substansial praktek kliniknya saja, tetapi juga mendukung kolaborasi antar mahasiswa praktikan (IPE). Sarana prasarana juga harus mendukung kolaborasi antar profesi di fasyankes yang ada (IPC). Sarana prasarana yang mendukung penyempurnaan praktik klinik IPE dan IPC adalah : 1. Lab skill ; yang bisa dipakai bersama antara mahasiswa keperawatan, kedokteran, kebidanan, Administrasi dan manajemen rumah sakit, pharmasi dll, 2.
140 Ruang conference, 3. Ruang konsultasi, 4 Alat alat kesehatan. Komunikasi adalah sebuah tool bagi seorang profesional dalam menyampaikan pesan, argument, ide pendapat. Tool dalam berkoordinasi, kooperatif dan kolaboratif. Kolaborasi antar profesi bernjalan kohesif, solid, kompak, focus bekerja dalam memberikan pelayanan sesuai perannya masing – masing dalam bingkai kerja tim. Komunikasi yang efektif apabila seorang mahasiswa kesehatan dan profesi kesehatan mampu menyampaikan pesan pada customer. Ketika berkomunitasi efektif ada dua hal yang hasur dikuasia seorang profesional: 1. Penguasaan substansi yang mau di komunikasikan, 2. Tekhnik komunikasi. Komunikasi profesional dalam layanan keperawatan olrh seorang profesi keperawatan ada 4 phase atau tahapan sebagai berikut: (Tappen, 2015, Dedi, 2018, Potter Ferry, 2020) 1. Phase Pra Orientasi Perawat menyiapkan diri, memepersiapkan alatalat kesehatan, membaca list pasien berulang, membaca advis baru tentang intervensi yang akan dilakaukan. Diskusi dengan kepala ruanagn, rekan kerja, dokter, apoteker kalau dipelukan ada intervensi bersama dan kolaborasi. 2. Phase Orientasi Memberikan salam, memperkenalkan diri, melakukan informed consent, melakukan koordinasi, komunikasi dengan tim, diskusi tim pokja.
141 3. Phase Kerja Melakukan intervensi sesuai prosesdure, memberikan execellent service , melakukan kolaborasi, bekerja bersama, konsultatif, melakukan delegasi tugas dan kewenangan dalam bingkai interprofesional colabotation (IPC) dan Interprofesional education (IPE). 4. Phase Terminasi Melakukan evaluasi, menyatan selesai suatu intervensi, mengucapkan terimakasih, kontrak kembali, memberikan reinforcement buat tim kelompok kerja. Perawat harus bisa menjalin relasi dengan pasien dan keluarganya; relationship. Sebagai seorang perawat profesional bersikap peduli, friendly/ramah, komunikatif adalah sikap caring in Nursing. Selain mempunyai kemampuan teknikal keperawatan yang handal. Carting in nursing tidak saja kepada pasien, keluarga dan masyarakat, tetapi juga kepada rekan kerja, profesi kesehatan lain dalam satu tim. Peplau, 2000, Leininger 2005, Jean Watson, 2010). Menurut Leininger pemngertian caring, bahwa caring itu: a. Profesional caring, b. Sainstific caring dan c. humanistic caring. Struktur caring juga dijelaskan terdiri 5 elemen sebagai berikut: 1) maintenance belief , 2) knowing, 3). Doing for, 4) enabling, 5) client weel being Simulasi klinikal Interaktif dilaksanakan di lab skill yang ada di institusi pendiidkan. Simulasi juga bisa dilaksanakan di lab skill di Rumah Sakit yang memiliki fasilitas lab skill yang bisa di gunakan bersama inter
142 profesional. Rumah sakit pendidikan wajib memiliki Lab skill bagi mahasiswa praktikan dan profesi yang sedang magang atau training. Lab skill yang tersedia adalah bentuk penyempurnaan Profesional Education (IPE) dan Interprofesional Colaboration (IPC) . Simulasi di bimbing oleh seorang pembimbing klinik yang sudah di tetapkan. Simulasi Klinikal interaktif dilakukan pada tatanan setting klinik. Simulasi Klinikal interaktif sebagai bagian darievaluasi kemampuan dan kesiapan profesi kesehatan dalam melakukan pelayanan kesehatan secara tim intra dan inter profesi. Penyempurnaan praktek klinikal Interprofesional education (IPE) dan Interprofesional Colaboration perlu di implementasikan. Integrasi dan kolaborasi dalam praktek klinik suatu keniscayaan. Problem kesehatan perlu ditanyani semua unsur profesi kesehatan. Permasalahan kesehatan tidak akan selesai di create oleh salah satu profesi. Perlu adanya kebijakan, persipan program praktek, pelakanaan program praktik . Peran kepala bidang, para kepala ruangan, pembimbing klinik, para mahasiswa ypraktikan, profesional kesehatan yang sedang magang atau training. Ketrelibatan semua profesi akan memperkuat profesionalisme yang berdampak terhadap mutu pelayanan kesehatan. Diperlukan juga sarana dan prasarana untuk menunjang pelayanan kesehatan dalam koridor IPE dan IPC. Komunikasi efektif antar profesi kesehatan, antar mahasiswa profesi kesehatan tertentu sangat dibutuhkan untuk terciptanya kolaborasi yang harmoni. Simulasi klinikal interaktif
143 akan mendukung penyempurnaan IPE dan IPC sebagai persipan pelaksanaan kolaborasi antar profesi kesehatan. Evaluasi keberhasilan praktek klinik IPE dan IPC di perlukan untuk perbaikan dan penilaian kinerja Koraborasi IPE dan IPC. Evaluasi dilakukan memlalui survey dengan menggunakan instrument evaluasi. FGD juga bisa dilakukan dalam rangga evaluasi pelaksanaan Penyempurnaan Praktek klinik IPE dan IPC dari beberapa penhgambil kebijakan, pembimbing klinik dan para mahasiswa kesehatan, serta para profesi kesehatan.
144 etelah menyelesaikan bab ini, diharapkan pembaca memperoleh pemahaman yang komprehensif terkait pengukuran keberhasilan dalam Interprofesional Education (IPE) dan Interprofessional Collaboration (IPC). Fokus utama melibatkan rancangan metode assessment dan evaluasi, yang menjadi instrumen penting dalam mengukur S
145 kemajuan peserta didik dan efektivitas kolaborasi lintas-profesi. Rancangan kerja tim menjadi elemen kunci dalam pembahasan ini, merinci aspek-aspek penting seperti komunikasi, distribusi tanggung jawab, dan pemecahan masalah bersama. Pemahaman lebih lanjut juga mencakup penilaian kemampuan kolaboratif, yang menjadi parameter kritis dalam mengevaluasi keberhasilan interaksi tim. Evaluasi kinerja tim, khususnya dalam konteks pelayanan kesehatan, turut diperkenalkan sebagai bagian integral dalam menilai efektivitas kerja tim dalam memberikan pelayanan yang holistik dan terkoordinasi. Sebagai hasilnya, diharapkan pembaca dapat mengimplementasikan prinsip-prinsip ini dalam praktiknya, mendukung terbentuknya tim yang solid dan merespons tuntutan pelayanan kesehatan yang semakin kompleks. Penilaian kemampuan kolaboratif adalah suatu proses evaluatif yang bertujuan untuk mengukur dan mengevaluasi sejauh mana individu atau tim mampu bekerja bersama secara efektif dalam suatu konteks kerja atau pembelajaran. Fokus utama dari penilaian ini adalah mengidentifikasi kemampuan dan perilaku kolaboratif yang melibatkan komunikasi efektif, kemampuan mendengarkan, rasa saling menghargai, dan kontribusi aktif terhadap tujuan bersama. Instrumen penilaian kemampuan kolaboratif dapat mencakup penggunaan rubrik atau skala penilaian yang menilai aspek-aspek kunci dalam kolaborasi. Pada tingkat interprofesional, penilaian ini dapat menekankan integrasi dan kerja sama lintas-profesi untuk menciptakan sinergi dalam pelayanan kesehatan. Dengan mendetailkan aspek
146 kemampuan kolaboratif, penilaian ini memberikan gambaran yang holistik tentang kontribusi individu atau tim dalam konteks kerja atau pembelajaran kolaboratif. Komunikasi Efektif Penilaian kemampuan kolaboratif memberikan fokus khusus pada komunikasi yang efektif. Evaluasi mencakup kemampuan individu atau tim dalam menyampaikan informasi secara jelas dan terstruktur, memastikan bahwa pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan baik oleh anggota tim. Selain itu, penilaian mengevaluasi keterlibatan dalam dialog yang konstruktif, termasuk kemampuan memfasilitasi diskusi dan merespons ide-ide rekan tim dengan baik. Kemampuan Mendengarkan Kemampuan mendengarkan yang aktif menjadi aspek penting dalam penilaian ini. Evaluasi mencakup apakah individu atau tim dapat mendengarkan dengan aktif, menangkap esensi dari pesan yang disampaikan oleh rekanrekan tim, dan memberikan tanggapan yang relevan. Selain itu, penilaian juga memasukkan elemen empati, menilai kemampuan untuk memahami pandangan dan perasaan rekan tim, menciptakan lingkungan yang mendukung keterlibatan setiap anggota tim.
147 Rasa Saling Menghargai Penilaian kemampuan kolaboratif menekankan pula rasa saling menghargai. Evaluasi mencakup kemampuan individu atau tim dalam menerima perbedaan, baik itu perbedaan pendapat maupun latar belakang, menciptakan suasana kerja yang inklusif dan mendorong kerjasama tanpa hambatan. Penilaian ini memperhitungkan penerimaan terhadap keberagaman sebagai landasan penting dalam kerja tim yang sukses. Penilaian Kemampuan Kolaboratif melibatkan sejumlah pihak yang terlibat dalam kerja tim atau kegiatan kolaboratif. Berikut adalah pihak-pihak yang umumnya terlibat dalam proses penilaian ini: 1. Pembimbing atau Pemimpin Tim Pembimbing atau pemimpin tim memiliki peran penting dalam menilai kemampuan kolaboratif anggota tim. Mereka dapat memberikan panduan, memberikan umpan balik, dan secara objektif menilai kontribusi masing-masing individu. 2. Anggota Tim Setiap anggota tim terlibat langsung dalam penilaian kemampuan kolaboratif. Mereka dapat mengevaluasi diri sendiri dan rekan-rekan tim, memberikan umpan balik, serta berpartisipasi aktif dalam proses penilaian untuk meningkatkan kinerja kolaboratif.
148 3. Instruktur atau Pembimbing Akademis Dalam konteks pendidikan, instruktur atau pembimbing akademis bertanggung jawab untuk menilai kemampuan kolaboratif mahasiswa. Mereka dapat merancang rubrik penilaian, memantau progres tim, dan memberikan evaluasi yang konstruktif. 4. Rekan Kerja atau Rekan Profesi Dalam situasi kerja, rekan kerja atau rekan profesi dapat terlibat dalam penilaian kemampuan kolaboratif. Mereka dapat memberikan umpan balik berdasarkan pengalaman kerja bersama dan membantu identifikasi area perbaikan. 5. Klien atau Pasien (jika relevan) Dalam konteks pelayanan kesehatan atau layanan sosial, klien atau pasien dapat menjadi pihak yang memberikan umpan balik terkait kemampuan kolaboratif tim. Perspektif ini memberikan sudut pandang unik dari penerima layanan terhadap interaksi tim. Melibatkan berbagai pihak dalam penilaian kemampuan kolaboratif membantu memastikan bahwa evaluasi mencerminkan pengalaman dan perspektif yang komprehensif. Umpan balik dari berbagai sumber membantu membangun pemahaman yang holistik tentang kemampuan kolaboratif individu atau tim.
149 Penilaian Kemampuan Kolaboratif melibatkan sejumlah pihak yang terlibat dalam kerja tim atau kegiatan kolaboratif. Berikut adalah pihak-pihak yang umumnya terlibat dalam proses penilaian ini: 1. Pembimbing atau Pemimpin Tim Peningkatan kualitas pelayanan merupakan salah satu hasil positif yang dapat dicapai melalui evaluasi kinerja tim dalam konteks pelayanan kesehatan. Evaluasi memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi dengan jelas kekuatan dan kelemahan dalam kinerja tim, membuka pintu bagi perbaikan proaktif. Dengan memahami area-area di mana tim berhasil atau mengalami kendala, tim dapat mengarahkan upaya perbaikan secara langsung ke proses-proses yang memengaruhi kualitas pelayanan. Proses evaluasi yang terukur dan terfokus memungkinkan tim untuk secara sistematis menilai dan mengukur kinerjanya, membentuk dasar untuk perbaikan berkelanjutan, dan meningkatkan standar kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien. Dengan demikian, evaluasi kinerja tim tidak hanya menjadi alat evaluasi, tetapi juga pendorong perubahan positif yang mendukung peningkatan kualitas layanan kesehatan secara menyeluruh. 2. Anggota Tim Evaluasi kinerja tim dalam konteks pelayanan kesehatan memiliki dampak signifikan pada efisiensi
150 operasional. Dalam proses evaluasi, tim dapat secara kritis mengevaluasi penggunaan sumber daya, waktu, dan energi yang dialokasikan untuk setiap tugas dan aktivitas. Evaluasi ini membantu tim memastikan bahwa setiap anggota berkontribusi maksimal tanpa pemborosan yang tidak perlu. Dengan memahami dinamika operasional, tim dapat mengidentifikasi proses-proses yang dapat dioptimalkan atau diperbaiki untuk mencapai efisiensi yang lebih baik. Hasil evaluasi ini menciptakan landasan bagi perubahan positif dalam manajemen sumber daya, memastikan bahwa tim dapat bekerja secara efektif dan efisien demi memberikan pelayanan kesehatan yang optimal. Dengan demikian, evaluasi operasional menjadi kunci dalam meningkatkan produktivitas dan efisiensi tim pelayanan kesehatan. 3. Instruktur atau Pembimbing Akademis Instruktur atau pembimbing akademis memainkan peran sentral dalam penilaian kemampuan kolaboratif mahasiswa, terutama dalam konteks pendidikan. Tugas mereka melibatkan beberapa aspek penting, mulai dari perancangan instruksi hingga memberikan umpan balik yang berharga. Pertama-tama, instruktur atau pembimbing akademis bertanggung jawab merancang rubrik penilaian yang jelas dan terstruktur. Rubrik ini dapat mencakup kriteria-kriteria yang spesifik terkait kemampuan kolaboratif, seperti kontribusi aktif dalam tim, kemampuan komunikasi efektif, dan rasa saling menghargai antaranggota tim.
151 Selanjutnya, instruktur memantau progres tim selama pelaksanaan proyek atau tugas kolaboratif. Hal ini melibatkan pemantauan terhadap interaksi tim, penanganan konflik, dan pemecahan masalah bersama. Dengan pemantauan yang cermat, instruktur dapat memberikan bimbingan tambahan saat diperlukan dan membantu memastikan bahwa tim bergerak menuju tujuan kolaboratif dengan sukses. Terakhir, instruktur memberikan evaluasi konstruktif terhadap kinerja kolaboratif mahasiswa. Umpan balik ini tidak hanya mencakup poin-poin yang perlu diperbaiki, tetapi juga mengakui keberhasilan dan kontribusi positif mahasiswa dalam konteks kolaboratif. Evaluasi ini berperan penting dalam memberikan pandangan objektif tentang kemampuan kolaboratif mahasiswa dan memberikan arahan untuk pengembangan lebih lanjut. Dengan peran yang cermat dan terarah dari instruktur atau pembimbing akademis, penilaian kemampuan kolaboratif mahasiswa menjadi suatu proses yang mendukung pertumbuhan dan pembelajaran kolaboratif yang efektif dalam lingkungan pendidikan. 4. Rekan Kerja atau Rekan Profesi Peran rekan kerja atau rekan profesi dalam penilaian kemampuan kolaboratif di lingkungan kerja memiliki dampak yang signifikan. Dalam situasi kerja, rekan kerja sering kali menyaksikan dan berinteraksi langsung dengan individu atau tim dalam berbagai
152 konteks tugas. Dengan keterlibatan mereka dalam penilaian, beberapa hal dapat dicapai. Pertama, rekan kerja dapat memberikan umpan balik berdasarkan pengalaman kerja bersama. Melibatkan mereka dalam proses penilaian memberikan sudut pandang yang nyata tentang bagaimana individu atau tim berkontribusi dalam situasi sehari-hari. Umpan balik ini mencakup observasi atas kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, dan menjalankan tugas kolaboratif. Kedua, rekan kerja memiliki kemampuan untuk membantu identifikasi area perbaikan. Berdasarkan pengalaman langsung, mereka dapat mengenali pola perilaku atau tantangan tertentu yang mungkin tidak terlihat dari perspektif internal. Dengan memberikan umpan balik yang konstruktif, rekan kerja dapat berperan dalam membantu individu atau tim untuk mengatasi hambatan dan meningkatkan kinerja kolaboratif. Keterlibatan rekan kerja atau rekan profesi dalam penilaian juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih terbuka dan responsif terhadap perubahan. Proses ini dapat memperkuat budaya kolaborasi di tempat kerja, di mana setiap anggota tim atau individu saling mendukung untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, melibatkan rekan kerja atau rekan profesi dalam penilaian kemampuan kolaboratif di tempat kerja merupakan langkah yang strategis untuk memastikan evaluasi yang holistik dan
153 mendalam terhadap kontribusi individu atau tim dalam konteks profesional. 5. Klien atau Pasien (jika relevan) Partisipasi klien atau pasien dalam penilaian kemampuan kolaboratif tim dalam konteks pelayanan kesehatan atau layanan sosial memiliki nilai yang signifikan. Melibatkan mereka sebagai pihak yang memberikan umpan balik memberikan perspektif unik dari orang yang menerima langsung layanan. Berikut adalah beberapa aspek relevan: Pertama, klien atau pasien dapat memberikan umpan balik tentang kejelasan komunikasi tim dalam menyampaikan informasi terkait perawatan atau layanan. Pengalaman mereka dapat mengungkapkan sejauh mana tim dapat mengkomunikasikan informasi dengan cara yang mudah dimengerti dan relevan. Kedua, mereka dapat mengevaluasi sejauh mana tim dapat berkolaborasi untuk menyelaraskan perawatan atau layanan yang mereka terima. Dalam konteks ini, klien atau pasien dapat memberikan pandangan tentang efektivitas koordinasi tim dalam memenuhi kebutuhan dan preferensi pribadi mereka. Selain itu, perspektif klien atau pasien juga dapat mencakup pengalaman mereka terhadap rasa saling menghargai dan keterlibatan tim terhadap keputusan yang melibatkan mereka. Kemampuan tim untuk memperlakukan klien atau pasien sebagai mitra dalam proses pengambilan keputusan dapat tercermin dari umpan balik mereka.
154 Melibatkan klien atau pasien dalam penilaian kemampuan kolaboratif tim bukan hanya memberikan wawasan lebih lanjut tentang kualitas pelayanan yang diterima, tetapi juga menciptakan iklim partisipatif di mana kebutuhan dan pengalaman pasien dihargai. Hal ini membantu membangun pendekatan pelayanan yang berpusat pada pasien dan memperkuat kolaborasi antara tim pelayanan kesehatan dan penerima layanan. Evaluasi kerja tim dalam konteks pelayanan kesehatan melibatkan berbagai pemangku kepentingan yang bekerja bersama untuk memberikan perawatan yang terpadu dan berkualitas kepada pasien. Berikut adalah pihak-pihak yang terlibat dalam evaluasi kerja tim dalam pelayanan kesehatan: 1. Tim Pelayanan Kesehatan Anggota tim pelayanan kesehatan, termasuk dokter, perawat, ahli terapi, dan profesional kesehatan lainnya, menjadi pihak utama dalam evaluasi. Mereka dinilai berdasarkan efektivitas kolaborasi, komunikasi tim, dan kontribusi masing-masing anggota untuk mencapai tujuan perawatan pasien. 2. Pasien Evaluasi kinerja tim dalam pelayanan kesehatan juga mencakup pandangan pasien terhadap perawatan yang diberikan. Umpan balik pasien dapat mencakup aspek-aspek seperti kepuasan, perasaan terlibat dalam pengambilan keputusan, dan persepsi terhadap koordinasi pelayanan.
155 3. Manajer Pelayanan Kesehatan Manajer pelayanan kesehatan atau administratif memiliki peran dalam menilai efisiensi dan efektivitas kerja tim. Evaluasi ini dapat mencakup pengelolaan sumber daya, peningkatan kualitas layanan, dan pemenuhan target kinerja. Evaluasi kerja tim dalam konteks pelayanan kesehatan menjadi elemen kunci dalam menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan. Proses evaluasi diperlukan untuk mengidentifikasi keberhasilan dan tantangan yang dihadapi tim, sehingga perbaikan dapat dilakukan secara berkelanjutan. Melalui evaluasi, tim dapat menilai efisiensi operasionalnya, memastikan penggunaan sumber daya yang optimal, dan mencegah pemborosan. Lebih lanjut, evaluasi membantu memperkuat kolaborasi dan komunikasi antar anggota tim, mengidentifikasi area di mana interaksi mungkin kurang efektif. Dengan melibatkan pasien dalam proses evaluasi, tim dapat memahami perspektif mereka, meningkatkan kepuasan pasien, dan menyelaraskan pelayanan dengan kebutuhan serta ekspektasi pasien. Oleh karena itu, evaluasi kerja tim menjadi instrumen penting dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terkoordinasi. 4. Konsultan atau Ahli Lintas-Profesi Dalam beberapa kasus, konsultan atau ahli lintasprofesi dapat terlibat dalam memberikan pandangan independen terhadap kinerja tim. Mereka dapat
156 memberikan saran atau rekomendasi untuk meningkatkan kolaborasi antarprofesi. 5. Rekan Kerja Lintas-Profesi Jika tim bekerja bersama dengan tim atau unit lain, evaluasi melibatkan rekan kerja lintas-profesi. Hal ini mencakup kerja sama dengan tim lain, transfer informasi, dan koordinasi antarunit. 6. Sistem dan Kebijakan Organisasi Evaluasi kerja tim dalam pelayanan kesehatan juga mencakup evaluasi terhadap sistem dan kebijakan organisasi yang mendukung atau mungkin menjadi hambatan bagi kolaborasi tim. Dengan melibatkan berbagai pihak, evaluasi kerja tim dalam pelayanan kesehatan dapat memberikan gambaran yang komprehensif tentang keberhasilan tim dalam memberikan perawatan yang terintegrasi dan berfokus pada kebutuhan pasien. Penilaian kemampuan kolaboratif dan evaluasi kerja tim dalam konteks pelayanan kesehatan merupakan elemen penting dalam mengukur dan meningkatkan kualitas interaksi tim. Penilaian kemampuan kolaboratif melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk instruktur, rekan kerja, dan bahkan klien atau pasien. Proses ini memungkinkan pengukuran efektivitas komunikasi, keterlibatan aktif, dan rasa saling menghargai dalam tim. Sementara itu, evaluasi kerja tim
157 di bidang pelayanan kesehatan membawa rekan kerja, pasien, dan manajer untuk memberikan umpan balik terhadap koordinasi, efisiensi, dan kualitas perawatan. Kedua elemen ini bersama-sama membentuk dasar bagi peningkatan kinerja kolektif dan kualitas layanan, mengarah pada pendekatan yang lebih holistik dan berfokus pada pasien dalam lingkungan pelayanan kesehatan. Pembuatan Rubrik Penilaian Kemampuan Kolaboratif Deskripsi Tugas: Dalam tugas ini, mahasiswa diminta untuk membuat rubrik penilaian kemampuan kolaboratif untuk sebuah proyek atau tugas kolaboratif tertentu. Rubrik ini akan mencakup kriteriakriteria yang relevan untuk mengevaluasi kontribusi setiap anggota tim, kemampuan komunikasi, keterlibatan aktif, dan rasa saling menghargai. Tujuan dari pembuatan rubrik adalah untuk menciptakan pedoman yang jelas dan adil bagi penilaian kinerja kolaboratif. Langkah-langkah Tugas: 1. Identifikasi Proyek Kolaboratif: Pilih atau identifikasi proyek atau tugas kolaboratif yang akan dievaluasi. Proyek ini dapat berada dalam konteks pendidikan, pekerjaan kelompok, atau situasi kolaboratif lainnya.
158 2. Pilih Kriteria Penilaian: Tentukan kriteria-kriteria yang akan dinilai dalam rubrik. Kriteria dapat mencakup aspek seperti kontribusi individu, kemampuan berkomunikasi, keterlibatan, serta rasa saling menghargai. 3. Tentukan Tingkatan Penilaian: Bagi setiap kriteria, tentukan tingkatan penilaian atau skala. Pastikan bahwa skala ini mencerminkan berbagai tingkat kinerja, mulai dari yang sangat baik hingga yang perlu perbaikan 4. Deskripsikan Setiap Tingkatan: Berikan deskripsi singkat untuk setiap tingkatan penilaian pada setiap kriteria. Deskripsi ini harus memberikan pemahaman yang jelas tentang apa yang diharapkan pada setiap tingkatan 5. Uji Rubrik: Terapkan rubrik pada proyek atau tugas kolaboratif yang telah Anda identifikasi. Pastikan bahwa rubrik ini dapat digunakan secara konsisten dan memberikan hasil penilaian yang adil 6. Refleksi dan Penyempurnaan: Setelah pengujian, berikan refleksi singkat tentang pengalaman menggunakan rubrik. Jika diperlukan, lakukan penyempurnaan pada rubrik untuk meningkatkan ketepatan dan kejelasannya. Pengumpulan Tugas: Kumpulkan rubrik penilaian yang telah Anda buat bersama dengan deskripsi singkat tentang proyek atau tugas kolaboratif yang dievaluasi. Pastikan untuk mencantumkan langkahlangkah yang diambil untuk menyusun rubrik dan refleksi singkat setelah pengujian.
159 Daftar Pustaka Abou-Khalil, V., Helou, S., Khalifé, E., Chen, M. A., Majumdar, R., & Ogata, H. (2021). Emergency online learning in low-resource settings: Effective student engagement strategies. Education Sciences, 11(1), 24. Aldriwesh, M. G., Alyousif, S. M., & Alharbi, N. S. (2022). Undergraduate-level teaching and learning approaches for interprofessional education in the health professions: a systematic review. BMC Medical Education, 22, 1–14. Ariga, R. A. (2020). Buku Ajar Soft Skills Keperawatan Di Era Milenial 4.0. Deepublish. Au, S. (2023). The outcomes of interprofessional education in prelicensure nursing education: an integrative review. Nurse Education Today, 121, 105703. Berger-Estilita, J., Fuchs, A., Hahn, M., Chiang, H., & Greif, R. (2020). Attitudes towards Interprofessional education in the medical curriculum: a systematic review of the literature. BMC Medical Education, 20(1), 1–17. Bogossian, F., & Craven, D. (2021). A review of the requirements
160 for interprofessional education and interprofessional collaboration in accreditation and practice standards for health professionals in Australia. Journal of Interprofessional Care, 35(5), 691–700. Christian, L. W., Hassan, Z., Shure, A., Joshi, K., Lillie, E., & Fung, K. (2020). Evaluating attitudes toward interprofessional collaboration and education among health professional learners. Medical Science Educator, 30, 467–478. Collins, K., Layne, K. C., Andrea, C., & Perry, L. A. (2021). The impact of interprofessional simulation experiences in occupational and physical therapy education: a qualitative study. Cadernos Brasileiros de Terapia Ocupacional, 29. Dedi, (2019). Komunikasi dalam peka budaya, Cakra : Bandung Dilekli, Y. (2020). Project-based learning. In Paradigm shifts in 21st century teaching and learning (pp. 53–68). IGI Global. Gautama, M. S. N., Kharismawati, F. A., Astuti, L. F., Maulidyati, M., & Hidayatulloh, A. (2023). Collaboration between interprofessional education (IPE) and interprofessional collaborative practice (IPCP) in health education: A narrative review. Journal of Holistic Nursing Science, 10(2), 73–81. Hanshaw, S. L., & Dickerson, S. S. (2020). High fidelity simulation evaluation studies in nursing education: A
161 review of the literature. Nurse Education in Practice, 46, 102818. Huebner, S., Tang, Q., Moisey, L., Shevchuk, Y., & Mansell, H. (2021). Establishing a baseline of interprofessional education perceptions in first year health science students. Journal of Interprofessional Care, 35(3), 400– 408. Isramiharti, I., Hasyim, A., & Ngadimun, N. (2013). Evaluasi Implementasi Kurikulum Diploma III Keperawatan. Lampung University. Kurnia, D. A., Rahmadiyah, D. C., Widodo, G. G., Imelda, I., Pasaribu, J., Saltar, L., Berek, P. A. L., Priyanto, P., Hastuti, R. Y., & Andriani, R. (2021). TELAAH KEBIJAKAN KESEHATAN DAN KEPERAWATAN DALAM LINGKUP PENDIDIKAN DI INDONESIA. Jurnal Sahabat Keperawatan, 3(02), 29–48. Langlotz Kondzic, V. (2023). Nurturing, Cultivating and Sustaining Growth of Educational Coaches in Interdisciplinary, Project Based Learning in Higher Education: a qualitative pilot study including expert insights. Lestari, T. R. P. (2014). Pendidikan keperawatan: Upaya menghasilkan tenaga perawat berkualitas. Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial, 5(1), 1–10.
162 Marquis, B.L. dan C.I Huston. (2018). Management Decision Making for Nurses. 124 Case Studies Edisi 3 Philadelphia: LB. Lippincott Nursalam, dan E. Efendi. 2008. Pendidikan dalam Keperawatan. Edisi 2. Jakarta Salemba Medika. Oermann, M. H., Gaberson, K. B., De Gagne, J. C., & NPD-BC, C. N. E. (2024). Evaluation and testing in nursing education. Springer Publishing Company. Ohta, R., Ryu, Y., & Yoshimura, M. (2021). Realist evaluation of interprofessional education in primary care through transprofessional role play: what primary care professionals learn together. Education for Primary Care, 32(2), 91–99. Potter and Ferry (2010) fundamental of nursing, Firs Edition EGC : Jakarta Potter and Ferry (2010) fundamental of nursing, Second Edition EGC : Jakarta Repsha, C. L., Quinn, B. L., & Peters, A. B. (2020). Implementing a concept-based nursing curriculum: A review of the literature. Teaching and Learning in Nursing, 15(1), 66– 71. Shakhman, L. M., Al Omari, O., Arulappan, J., & Wynaden, D. (2020). Interprofessional education and collaboration: strategies for implementation. Oman Medical Journal, 35(4), e160. Thistlethwaite, J. E., & Vlasses, P. H. (2021). Interprofessional
163 education. A Practical Guide for Medical Teachers, EBook, 147. Tappen, M.R., & Weiss, A.S., & Whitehead, K.D.,(2010), Essential of nursing leadership and management, Philadelphia: F.A.Davis Company. van Diggele, C., Roberts, C., Burgess, A., & Mellis, C. (2020). Interprofessional education: tips for design and implementation. BMC Medical Education, 20(2), 1–6. Witt Sherman, D., Flowers, M., Rodriguez Alfano, A., Alfonso, F., De Los Santos, M., Evans, H., Gonzalez, A., Hannan, J., Harris, N., & Munecas, T. (2020). An integrative review of interprofessional collaboration in health care: building the case for university support and resources and faculty engagement. Healthcare, 8(4), 418.
164 IPE (Interprofessional Education) : Pendidikan Interprofesional, merupakan pendekatan pembelajaran di mana mahasiswa dari berbagai profesi kesehatan belajar bersama untuk memahami dan menghargai peran masing-masing dalam tim kesehatan IPC (Interprofessional Collaboration) : Kolaborasi Interprofesional, merujuk pada kerjasama dan komunikasi efektif antara profesional kesehatan dari berbagai bidang dalam memberikan pelayanan kesehatan yang holistik. Kurikulum Inovatif : Pendekatan pembelajaran yang dinamis, responsif, dan relevan dengan perkembangan terkini dalam ilmu kesehatan dan teknologi, memfasilitasi pengalaman belajar yang lebih realistis dan mendalam
165 Efektivitas Kurikulum : Kemampuan suatu kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan, memastikan kualitas pembelajaran, dan menghasilkan lulusan yang siap menghadapi tuntutan praktik keperawatan Evaluasi Kurikulum : Proses penilaian dan pemantauan terus-menerus terhadap kurikulum pendidikan keperawatan untuk memastikan relevansi, efektivitas, dan peningkatan berkelanjutan. Pembelajaran Berbasis Proyek : Metode pembelajaran di mana mahasiswa terlibat dalam proyek praktis yang mencerminkan situasi dunia nyata, meningkatkan keterlibatan dan pemahaman konsep Role Playing dan Simulasi : Pendekatan pembelajaran di mana mahasiswa memerankan peran tertentu atau terlibat dalam situasi simulasi untuk meningkatkan keterampilan interpersonal dan pengambilan keputusan Pembelajaran Berbasis Masalah : Metode pembelajaran yang menekankan pemecahan
166 masalah, di mana mahasiswa dihadapkan pada situasi nyata yang memerlukan analisis mendalam dan pemecahan masalah kritis Paradigma Baru Pembelajaran Online : Perubahan pendekatan dalam pembelajaran online yang menekankan interaktivitas, fleksibilitas, dan partisipasi aktif mahasiswa Praktek Kolaboratif di Lapangan : Implementasi kerjasama antarprofesional dalam praktik kesehatan, di mana berbagai profesional bekerja bersama untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal kepada pasien Kolaborasi : Proses kerjasama antara individu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama Rubrik Penilaian : Suatu alat evaluasi yang mengandung kriteria-kriteria yang digunakan untuk menilai kinerja atau hasil suatu tugas. Keterlibatan Aktif : Partisipasi yang aktif dan kontributif dalam sebuah kegiatan atau proyek kolaboratif Umpan Balik : Tanggapan atau pendapat yang diberikan terkait suatu kinerja
167 atau hasil untuk perbaikan lebih lanjut Efisiensi Operasional : Penggunaan sumber daya secara optimal untuk mencapai tujuan dengan efisien Pendekatan Pelayanan yang Berpusat pada Pasien : Pendekatan dalam pelayanan kesehatan yang memprioritaskan kebutuhan dan preferensi pasien Instruktur atau Pembimbing Akademis : Seseorang yang memberikan bimbingan atau pengajaran di lingkungan pendidikan formal Rekan Kerja atau Rekan Profesi : Individu atau kolega dalam lingkungan kerja atau bidang profesi yang sama Klien atau Pasien : Orang yang menerima layanan atau perawatan, khususnya dalam konteks pelayanan kesehatan Penilaian Kemampuan Kolaboratif : Proses evaluasi yang mengukur kemampuan individu atau tim dalam berkolaborasi dan bekerja sama
168 C Collaboration, iii, 4, 16, 18, 19, 33, 34, 35, 37, 40, 44, 75, 133, 139, 142, 144, 145, 174, 192, 195 E efektivitas, v, 1, 2, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 21, 26, 58, 60, 66, 72, 75, 76, 77, 79, 81, 82, 83, 84, 92, 113, 133, 148, 153, 155, 156, 157, 158, 174, 184, 185, 186, 188, 195 Efektivitas, vi, 11, 82, 148, 155, 157, 158, 160, 195 Efisiensi, 124, 143, 197 Evaluasi, v, vi, vii, 2, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 26, 27, 31, 39, 43, 48, 49, 50, 59, 67, 73, 78, 79, 81, 82, 83, 84, 94, 105, 115, 122, 127, 129, 130, 139, 141, 144, 156, 157, 159, 160, 170, 171, 173, 174, 175, 176, 179, 180, 181, 185, 186, 187, 189, 192, 195, 203 H holistik, 6, 18, 20, 24, 27, 28, 29, 30, 58, 63, 71, 75, 79, 81, 84, 88, 100, 105, 114, 116, 118, 119, 122, 123, 126, 174, 175, 178, 183, 188, 195 I ilmu, iv, 2, 3, 5, 6, 7, 10, 15, 22, 23, 30, 64, 65, 75, 97, 98, 117, 118, 119, 122, 124, 128, 133, 163, 195 Inovatif, 195 Instruktur, 13, 143, 160, 177, 180, 197 IPC, i, ii, iii, v, vi, 4, 16, 17, 18, 19, 21, 27, 30, 31, 33, 34, 35, 37, 40, 41, 44, 47, 63, 75, 106, 133, 134, 139, 141, 142, 144, 145, 163, 164, 165, 166,
169 167, 168, 169, 170, 171, 173, 174, 195, 200 IPE, i, ii, iii, v, vi, 4, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 30, 31, 33, 34, 35, 37, 40, 41, 44, 47, 63, 75, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 104, 105, 106, 118, 120, 122, 128, 129, 130, 133, 134, 136, 137, 139, 141, 142, 144, 145, 163, 165, 166, 167, 168, 169, 170, 171, 173, 174, 192, 195, 200 K Kemampuan, vi, 17, 24, 175, 176, 177, 179, 184, 189, 195, 197 keperawatan, i, ii, iii, iv, v, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 17, 31, 45, 47, 48, 107, 108, 109, 110, 114, 115, 116, 121, 126, 164, 165, 167, 168, 169, 192, 195, 200, 202 kesehatan, iii, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 63, 64, 68, 97, 98, 100, 105, 107, 110, 111, 112, 113, 114, 117, 118, 119, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 127, 128, 129, 130, 133, 134, 136, 137, 138, 139, 140, 141, 142, 143, 144, 145, 146, 163, 164, 165, 166, 167, 168, 169, 170, 171, 174, 175, 178, 179, 180, 183, 185, 186, 187, 188, 195, 196, 197, 200, 202 Kolaboratif, v, vi, 17, 26, 27, 31, 68, 73, 87, 88, 106, 117, 122, 123, 125, 127, 128, 129, 130, 141, 163, 175, 177, 179, 189, 196, 197, 200 Kurikulum, 10, 11, 13, 25, 121, 129, 192, 195 M mahasiswa, iii, 1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 50, 63, 105, 109, 114, 116, 118, 119, 121, 122, 129, 133, 134, 136, 137, 138, 140, 141, 142, 143, 145, 163, 164, 166, 167, 169, 170, 171,
170 177, 180, 181, 182, 189, 195, 196, 200 P Paradigma, v, 51, 52, 58, 59, 196 pelayanan, 6, 7, 8, 18, 19, 20, 23, 25, 28, 29, 30, 31, 33, 35, 36, 63, 66, 100, 105, 107, 109, 110, 111, 112, 113, 114, 115, 118, 120, 122, 123, 124, 127, 128, 129, 142, 145, 163, 164, 165, 166, 167, 169, 170, 174, 175, 178, 179, 180, 183, 185, 186, 187, 188, 195, 196, 197, 200 Pelayanan, vii, 48, 110, 166, 179, 185, 186, 197 Pembelajaran, v, vi, 12, 26, 33, 34, 35, 36, 37, 39, 40, 41, 43, 44, 46, 47, 51, 54, 56, 59, 60, 75, 79, 82, 83, 84, 109, 133, 134, 135, 137, 139, 142, 144, 145, 148, 151, 153, 155, 157, 158, 196 Penilaian, vi, 11, 12, 50, 148, 154, 155, 157, 158, 160, 175, 176, 177, 179, 188, 189, 197 perkembangan, iii, 1, 2, 3, 5, 6, 8, 10, 15, 16, 19, 52, 54, 56, 59, 89, 99, 126, 133, 135, 136, 144, 157, 195 Praktek, v, vi, 17, 27, 31, 64, 67, 68, 71, 73, 117, 122, 123, 125, 127, 128, 129, 130, 163, 166, 167, 171, 196 Profesi, v, 17, 36, 43, 49, 110, 126, 166, 178, 182, 187, 197 R Rubrik, 50, 181, 189, 190, 197 S Simulasi, v, vi, 33, 40, 41, 42, 43, 44, 48, 49, 140, 169, 170, 196 T teknologi, 1, 2, 3, 5, 7, 15, 38, 51, 52, 53, 54, 55, 58, 59, 60, 99, 133, 134, 139, 140, 141, 142, 143, 144, 146, 148, 153, 156, 158, 195
171 Tentang Penulis Penulis Bernama Dr. Ns. Fery Agusman Motuho Mendrofa, SKM,S.Kep,M.Kep,Sp.Kom, Penulis saat ini aktif sebagai dosen di program studi universitas karya husada semarang dengan Home Base Magister Keperawatan. Penulis memiliki latar belakang Pendidikan Magister Keperawatan, Spesialis Komunitas dan Doktor Kesehatan, saat ini sedang mengambil Doktoral Nursing di Philipina Women University. Penulis banyak terlibat dalam penelitian dan pengabdian masyarakat terkait Lanjut Usia, Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Penulis aktif juga dalam kegiatan Keperawatan Komunitas, Keluarga dan Gerontik. Penulis saat ini aktif sebagai pengurus IPKKI DPW Jawa Tengah, pengurus DPW. PPNI jawa Tengah, pengurus AIPNI Indonesia, serta sebagai asesor LAM PT.Kes.
172