93 2. Infrastruktur dan Kualitas Layanan Negara dengan GDP per kapita yang tinggi biasanya memiliki infrastruktur yang lebih baik dan kualitas layanan yang lebih tinggi, seperti pendidikan dan kesehatan. Faktor-faktor ini menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi bisnis dan investasi asing. Investor cenderung lebih tertarik untuk menanamkan modal di negara yang memiliki fasilitas dan layanan yang mendukung operasi bisnis yang efisien. 3. Stabilitas Ekonomi Negara dengan GDP per kapita yang tinggi cenderung memiliki stabilitas ekonomi yang lebih baik. Ini termasuk kestabilan mata uang, kebijakan fiskal yang konsisten, dan lembaga keuangan yang kuat. Stabilitas ekonomi yang tinggi memberikan kepastian bagi investor terkait potensi pengembalian investasi dan pengurangan risiko. 4. Tingkat Konsumsi dan Permintaan Tingkat GDP per kapita yang tinggi mencerminkan tingkat konsumsi dan permintaan yang kuat di pasar domestik. Hal ini mendorong investor untuk membangun fasilitas produksi atau menyediakan layanan yang memenuhi kebutuhan dan preferensi konsumen. Permintaan yang kuat di dalam negeri
94 dapat mengimbangi risiko eksternal dan volatilitas pasar global. 5. Ketersediaan Sumber Daya Manusia Berkualitas Negara dengan GDP per kapita yang tinggi seringkali memiliki populasi yang lebih terdidik dan terlatih. Ketersediaan sumber daya manusia berkualitas meningkatkan daya tarik investasi asing karena memudahkan rekrutmen tenaga kerja berkualitas dan meningkatkan produktivitas bisnis. Dengan demikian, GDP per kapita memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat dan arus investasi asing ke suatu negara. Negara dengan tingkat kemakmuran yang tinggi cenderung menjadi tujuan investasi yang lebih menarik bagi investor asing karena menawarkan potensi pasar yang besar, infrastruktur yang baik, stabilitas ekonomi, permintaan yang kuat, dan sumber daya manusia berkualitas. Dalam konteks penelitian yang dilakukan penulis untuk mengkaji pengaruh GDP per kapita terhadap aliran investasi langsung asing (FDI) di negara-negara MENA selama periode Arab Spring, ditemukan bahwa hubungan yang signifikan antara tingkat kemakmuran suatu negara dan minat investor asing untuk menanamkan modal di negara tersebut. Temuan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rogmans (2013) dalam kajiannya yang
95 berjudul ‚The determinants of foreign direct investment in the Middle East North Africa region‛ serta studi yang dilakukan oleh Yadav & Gautam (2013) yang berjudul ‚A bivariate causality link between foreign direct investment and economic growth: Evidence from India‛. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat GDP per kapita yang tinggi memiliki pengaruh positif terhadap aliran masuk FDI, yang dipengaruhi oleh motif pencarian pasar menurut teori paradigma elektik. Selama periode Arab Spring di negara-negara MENA, terjadi dampak negatif terhadap perusahaan-perusahaan domestik akibat ketidakstabilan sosial ekonomi. Hal ini memicu kebutuhan akan investasi asing untuk memenuhi pasar lokal dan menjaga kelangsungan operasional perusahaan domestik. (Chairunnisa, 2019) Aliran FDI menunjukkan tren peningkatan sebelum periode Arab Spring, namun mengalami penurunan fluktuatif hingga tahun 2017, terutama dipengaruhi oleh penurunan GDP per kapita selama periode tersebut. GDP per kapita dalam perspektif Islam sangat erat kaitannya dengan prinsip produksi, dimana setiap individu didorong untuk terus menghasilkan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Sebagai contoh, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Rasulullah SAW memberikan pengertian bahwa bekerja untuk memenuhi
96 kebutuhan diri, keluarga, atau orang tua adalah bagian dari jihad atau perjuangan di jalan Allah. Umar bin Khattab juga menekankan pentingnya bekerja dan meningkatkan produktivitas sebagai bagian dari kewajiban sosial dalam masyarakat. Konsep ini menjadi relevan dalam konteks penelitian terkait pengaruh GDP per kapita terhadap aliran FDI di negara-negara MENA. Dr. Jabar Bin Ahmad Al Haritsi dalam bukunya ‚Fikih Ekonomi Umar Bin Al-Khattab‛ menggambarkan bahwa kurangnya produktivitas dalam masyarakat Arab menjadi salah satu faktor yang menyebabkan masuknya suku asing ke wilayah Timur Tengah pada masa itu. Minimnya minat dalam bekerja dan memproduksi barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup berdampak pada ketergantungan pada suku asing tersebut dalam perdagangan dan ekonomi. Selain itu, pendapatan yang diperoleh dari produktivitas juga menjadi perhatian dalam ekonomi Islam, terutama dalam konteks pembayaran zakat untuk memperkecil ketimpangan sosial di masyarakat. B. Pengaruh Ekspor terhadap FDI Pengaruh ekspor terhadap investasi langsung asing (FDI) menggambarkan hubungan antara aktivitas ekspor suatu negara dengan minat investor asing untuk menanamkan modal di negara tersebut. Terdapat
97 beberapa cara di mana ekspor mempengaruhi arus FDI: (Rokhman et al., n.d. 2020) 1. Pasar Potensial Negara-negara yang memiliki sektor ekspor yang kuat menarik minat investor asing karena menunjukkan adanya pasar potensial untuk produk-produk yang diproduksi di negara tersebut. Investor melihat ekspor sebagai indikasi permintaan yang stabil dari pasar internasional, yang dapat memberikan keuntungan jangka panjang bagi bisnis mereka. 2. Diversifikasi Perekonomian Negara-negara yang memiliki basis ekspor yang diversifikasi cenderung lebih stabil dan menarik bagi investor asing. Diversifikasi ekspor mengurangi ketergantungan pada satu sektor atau produk tertentu dan menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih beragam dan berkelanjutan. 3. Pendapatan Devisa Ekspor yang meningkat dapat meningkatkan pendapatan devisa negara, yang pada gilirannya dapat digunakan untuk mengembangkan infrastruktur dan memperbaiki iklim investasi. Pendapatan devisa yang tinggi memperkuat stabilitas ekonomi dan menarik investasi asing.
98 4. Kualitas Infrastruktur dan Layanan Negara-negara dengan sektor ekspor yang kuat cenderung memiliki infrastruktur dan layanan yang baik untuk mendukung kegiatan ekspor. Fasilitas yang baik ini juga menguntungkan bagi investor asing yang ingin menanamkan modal di negara tersebut. 5. Stabilitas Ekonomi Tingkat ekspor yang tinggi dapat mencerminkan stabilitas ekonomi suatu negara. Stabilitas ini menciptakan kepercayaan investor terhadap potensi pengembalian investasi dan mengurangi risiko terkait fluktuasi ekonomi. Dengan demikian, ekspor memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat dan arus investasi asing ke suatu negara. Negara-negara dengan sektor ekspor yang kuat cenderung menarik lebih banyak FDI karena pasar yang stabil, diversifikasi ekonomi, pendapatan devisa yang tinggi, infrastruktur yang berkualitas, dan stabilitas ekonomi yang baik. Strategi yang mendukung pertumbuhan ekspor dapat menjadi faktor penting dalam meningkatkan daya tarik investasi asing di negara-negara tersebut. Hasil estimasi dalam penelitian penulis menunjukkan adanya hubungan yang tidak sesuai dengan hipotesis awal yang menyatakan adanya hubungan positif antara ekspor dan investasi langsung asing (FDI) di wilayah MENA.
99 Sebaliknya, hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang negatif namun tidak signifikan antara ekspor dan arus FDI ke wilayah MENA, dengan standar deviasi sebesar 0,5%. Meskipun demikian, hasil ini dapat dianggap signifikan pada tingkat kepercayaan 1%. (Chairunnisa, 2019). Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian terdahulu oleh Kersan-Skabic and Zubin (2009) dalam judul ‚The influence of foreign direct investment on the growth of GDP, on employment and on export in Croatia‛. Ekspor dalam konteks ini mencerminkan kemampuan ekonomi domestik dari perusahaan-perusahaan lokal. Menurut laporan OECD (2014), jumlah investasi yang masuk ke negara-negara MENA relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, bahkan tidak mencapai 2% dari total aliran investasi dunia. Di sisi lain, ekspor sumber daya dari MENA ke negara-negara maju mengalami fluktuasi yang signifikan, terutama fokus pada sektor pertambangan seperti gas dan minyak. Namun, teori paradigma elektik terkait hubungan ekspor dan FDI tidak terbukti signifikan di wilayah MENA, karena Teori Keunggulan Komparatif David Ricardo lebih dominan. Teori ini menekankan bahwa negara dengan komoditas tertentu membutuhkan pemenuhan kebutuhan sektor lain untuk memenuhi permintaan domestik.
100 Minyak menjadi sektor unggulan dalam ekspor MENA dengan presentase sebesar 57,34%. Kawasan utama tujuan ekspor minyak dari MENA adalah East Asia and Pacific (55,44%), Latin America and Caribbean (42,14%), dan Europe and Central Asia (34,58%). Selanjutnya, bahan baku menduduki posisi kedua dengan rata-rata presentase 42,03% selama periode 2011-2017. Barang jadi mencapai 24,82% dari total presentase ekspor. Sementara barang setengah jadi dan barang lainnya masing-masing menyumbang 13,16% dan 11,36%. Di sisi lain, impor ratarata dari negara-negara MENA di sektor barang jadi mencapai lebih dari 30%, terutama pada masa penuh gejolak selama periode Arab Spring. Konflik yang terus berlangsung sejak 2011 di beberapa negara MENA memerlukan penanganan serius, terutama dalam bidang ekonomi. Namun, gejolak tersebut membuat investor lebih nyaman untuk mengekspor barang ke negara-negara MENA daripada mendirikan perusahaan cabang di sana. Dampaknya, ekspor produk dari MENA yang berdampak langsung pada PDB negara tidak menjadi pertimbangan utama bagi investor untuk menanam modal di wilayah tersebut. Perdagangan internasional merupakan bagian tak terpisahkan dari aktivitas ekonomi. Dalam konteks muamalah, khalifah ditugaskan untuk memakmurkan bumi dan mencari penghidupan dengan mengenali
101 potensi ciptaan Allah SWT. Dalam muamalah, aktifitas perdagangan internasional seperti ekspor diperbolehkan selama sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam, seperti tidak mengandung spekulasi, judi, riba, atau zat yang haram. C. Pengaruh Kontrol Korupsi terhadap FDI Pengaruh tingkat kontrol terhadap korupsi terhadap investasi langsung asing (FDI) di wilayah MENA memiliki implikasi yang signifikan. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat korupsi yang tinggi di negaranegara MENA dapat menjadi hambatan serius bagi aliran FDI. Korupsi cenderung mengganggu kepastian hukum dan keamanan bisnis, serta meningkatkan biaya transaksi bagi investor. Dalam konteks ini, perusahaan asing cenderung enggan menanamkan modal di negara-negara dengan tingkat korupsi yang tinggi karena risiko yang terkait dengan praktik korupsi tersebut. Menurut laporan Transparency International, negaranegara MENA, secara umum, memiliki tingkat korupsi yang tinggi. Korupsi dapat ditemukan dalam berbagai sektor, termasuk pemerintahan, bisnis, dan sektor publik lainnya. Korupsi yang meluas dan tidak terkendali dapat mengganggu iklim investasi, mengurangi kepercayaan investor, dan merusak reputasi suatu negara di pasar global. Sebagai hasilnya, perusahaan asing cenderung
102 memilih untuk mengalihkan investasi mereka ke negaranegara dengan lingkungan bisnis yang lebih transparan dan terkendali secara korupsi. Dalam konteks MENA, upaya untuk mengurangi tingkat korupsi dan meningkatkan kontrol terhadap praktik korupsi menjadi kunci untuk memulihkan dan meningkatkan aliran FDI. Negara-negara di wilayah ini perlu fokus pada reformasi kelembagaan, penguatan pengawasan, dan penegakan hukum yang efektif untuk mengurangi korupsi. Langkah-langkah ini akan membantu menciptakan iklim investasi yang lebih menarik bagi investor asing dan domestik, serta meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan sektor bisnis. Beberapa negara MENA telah mengambil langkah konkret untuk mengatasi masalah korupsi dan meningkatkan transparansi. Misalnya, mereka telah mengadopsi undang-undang anti-korupsi yang lebih ketat, mendirikan badan anti-korupsi independen, dan meningkatkan kerjasama internasional dalam pemberantasan korupsi. Langkah-langkah ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan bisnis yang lebih sehat dan mengurangi risiko terkait investasi. Kontrol korupsi yang lebih baik dapat membuka peluang baru bagi aliran FDI di MENA. Ketika investor melihat peningkatan transparansi dan penurunan tingkat
103 korupsi, mereka cenderung lebih percaya untuk menanamkan modal dalam jangka panjang di negaranegara tersebut. Oleh karena itu, upaya bersama untuk melawan korupsi akan membantu MENA menarik lebih banyak investasi asing, yang pada gilirannya akan mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan pembangunan yang berkelanjutan. Masih dalam penelitian terkait, penulis juga menemukan hubungan negatif yang signifikan antara tingkat kontrol terhadap korupsi dan investasi langsung asing (FDI). (Chairunnisa, 2019). Temuan ini sejalan dengan penelitian oleh Belgibayeva & Plekhanov (2013) yang membahas dampak korupsi terhadap sumbersumber FDI, serta penelitian lain yang dilakukan oleh Hakimi & Hamdi (2017) yang mengeksplorasi batasan korupsi terhadap FDI dan pertumbuhan ekonomi di negara-negara MENA. Tingkat korupsi yang tinggi di negara-negara MENA menjadi perhatian serius karena mempengaruhi kesiapan perusahaan asing untuk melakukan ekspansi di wilayah tersebut. Dalam konteks MENA, tingkat korupsi yang tinggi menjadi permasalahan yang umum. Laporan Transparency International (2011) menunjukkan bahwa 36% warga di negara-negara Arab melaporkan pembayaran suap yang berulang kepada pegawai negeri sipil. Selain itu, kualitas fasilitas umum rendah dan kinerja
104 pegawai publik yang minim juga menunjukkan indikasi korupsi yang meluas. World Bank Report tahun 2018 juga mengungkap paradoks di masyarakat MENA terkait fasilitas publik, seperti kebutuhan akan perawatan medis yang lebih baik di rumah sakit umum dibandingkan dengan klinik, menyoroti ketidakpuasan terhadap pelayanan publik. Peningkatan korupsi dan ketidakpuasan terhadap pelayanan publik di MENA berdampak pada iklim investasi. Tingkat korupsi yang tinggi menambah biaya transaksi dan risiko bisnis bagi investor asing. Perusahaan asing cenderung enggan untuk berinvestasi di negaranegara dengan lingkungan bisnis yang korup karena risiko yang terkait. Bagi ekonomi Islam, larangan korupsi juga dipahami sebagai bagian dari prinsip maslahah yang menekankan perlindungan terhadap harta. Pemerintah dalam struktur ekonomi Islam bertanggung jawab atas pengelolaan harta umat sesuai dengan prinsip syariah, termasuk pengumpulan dan distribusi zakat serta hartaharta sumbangan masyarakat. Dengan mengatasi masalah korupsi dan meningkatkan tingkat kontrol, negara-negara MENA dapat meningkatkan daya tariknya bagi investor asing. Reformasi kelembagaan dan penegakan hukum yang efektif akan menciptakan lingkungan bisnis yang lebih transparan dan dapat dipercaya. Langkah-langkah ini akan
105 membantu mengurangi biaya transaksi dan risiko bisnis, serta meningkatkan kepercayaan investor asing dalam jangka panjang. Penekanan pada pengelolaan yang transparan dan pengurangan korupsi juga sejalan dengan nilai-nilai ekonomi Islam yang menekankan keadilan dan kemaslahatan umat. D. Pengaruh Economic Freedom Index (EFI) terhadap FDI Pengaruh Indeks Kebebasan Ekonomi (EFI) terhadap Investasi Langsung Asing (FDI) telah menjadi topik penelitian yang signifikan dalam memahami aliran modal ke negara-negara MENA. Berdasarkan hasil estimasi, terdapat hubungan yang kuat dan positif antara Indeks Kebebasan Ekonomi (EFI) dan FDI. Temuan ini konsisten dengan beberapa penelitian terdahulu yang menguji korelasi antara kebebasan ekonomi dan aliran FDI. Salah satu penelitian yang relevan adalah studi oleh Jones & Smith (2010) yang menunjukkan bahwa negara-negara dengan indeks kebebasan ekonomi yang lebih tinggi cenderung menarik lebih banyak FDI. Indeks Kebebasan Ekonomi (EFI) mencerminkan tingkat kebebasan ekonomi suatu negara dalam hal regulasi bisnis, kebijakan fiskal, perlindungan hukum, dan kebebasan perdagangan. Negara-negara MENA yang memperoleh peringkat lebih tinggi dalam EFI memiliki
106 lingkungan bisnis yang lebih menguntungkan bagi investor asing. Faktor-faktor seperti peraturan yang lebih terbuka, kebijakan yang stabil, dan perlindungan hukum yang kuat cenderung meningkatkan minat investor untuk menanamkan modal di negara-negara tersebut. Selain itu, Indeks Kebebasan Ekonomi (EFI) juga memberikan indikasi tentang tingkat stabilitas dan transparansi ekonomi suatu negara. Lingkungan ekonomi yang stabil dan terbuka meminimalkan risiko bisnis bagi investor asing dan memberikan kepastian terhadap keberlangsungan investasi. Dalam konteks ekonomi Islam, prinsip kebebasan ekonomi sejalan dengan konsep keadilan dan kemaslahatan umat, yang mendorong pengembangan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Mengingat pentingnya Indeks Kebebasan Ekonomi (EFI) dalam menarik investasi asing, negara-negara MENA perlu terus memperbaiki iklim investasi mereka dengan menerapkan reformasi kelembagaan, memperbaiki regulasi bisnis, dan memperkuat perlindungan hukum. Langkah-langkah ini akan membantu meningkatkan peringkat EFI dan menjadikan negara-negara MENA tujuan investasi yang lebih menarik bagi investor asing. Dalam pandangan ekonomi Islam, upaya untuk mencapai kebebasan ekonomi yang sehat dan adil merupakan bagian dari implementasi nilai-nilai keadilan sosial dan kesejahteraan umat.
107 Penulis dalam kajian penelitian sebelumnya menemukan adanya hubungan yang bertentangan dengan hipotesis awal yang mengasumsikan adanya hubungan positif yang signifikan antara Indeks Kebebasan Ekonomi (EFI) dan Investasi Langsung Asing (FDI). Penelitian ini malah menemukan adanya hubungan negatif yang signifikan antara kedua variabel tersebut. (Chairunnisa, 2019). Temuan ini konsisten dengan beberapa penelitian terdahulu, seperti studi oleh Saadatmand & Choquette (2012) yang menunjukkan adanya hubungan negatif antara EFI dan FDI. Hasil ini juga didukung oleh penelitian lanjutan oleh Ullah & Khan (2017) yang menemukan hubungan positif antara kualitas institusi dan aliran FDI di negara-negara Asia. Penelitian Elish (2017) juga mendukung temuan ini, menunjukkan bahwa Cina cenderung berinvestasi di negara-negara berkembang yang rawan konflik dengan motif pencarian sumber daya dan pangsa pasar. Hubungan negatif antara EFI dan FDI dapat dijelaskan melalui teori paradigma elektik, di mana perusahaan cenderung memonopoli pasar untuk bertahan di tengah krisis ekonomi dengan mengambil sumber daya dengan biaya yang rendah, terutama di wilayah MENA dengan tingkat pengangguran yang tinggi. Dalam ranah ekonomi Islam, konsep kebebasan terkait dengan kedudukan manusia sebagai hamba Allah,
108 di mana harta yang dimiliki merupakan titipan yang harus digunakan untuk kesejahteraan masyarakat melalui sedekah, infak, zakat, dan wakaf. Konsep ini juga membatasi kebebasan individu dengan hak dan kewajibannya sebagai makhluk sosial, yang membutuhkan kompromi dan kesepakatan bersama untuk mewujudkan nilai-nilai kebaikan universal.
109 7 Implikasi dan Rekomendasi A. Implikasi Arab Spring terhadap FDI di MENA Implikasi Arab Spring terhadap Investasi Langsung Asing (FDI) di Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) sangat signifikan. Sebelum Arab Spring, banyak negara di MENA menikmati aliran FDI yang stabil dan bahkan meningkat. Namun, setelah gelombang protes sosial dan politik yang dimulai pada 2010 dan berlanjut hingga beberapa tahun ke depan, kondisi politik dan ekonomi di wilayah tersebut berubah secara dramatis. Arab Spring menghasilkan ketidakpastian politik, konflik internal, dan
110 perubahan dalam kebijakan ekonomi yang mempengaruhi kepercayaan investor asing. Salah satu implikasi utama Arab Spring terhadap FDI adalah menurunnya kepercayaan investor asing terhadap stabilitas politik dan keamanan di wilayah MENA. Demonstrasi massal dan pergolakan politik mengguncang beberapa negara, menghasilkan ketidakpastian yang signifikan bagi investor. Investor cenderung enggan mengalokasikan modal jangka panjang mereka di tengah ketidakstabilan politik yang berkelanjutan. Selain itu, Arab Spring memicu perubahan kebijakan dan regulasi di beberapa negara MENA, termasuk dalam hal investasi asing. Beberapa negara mungkin menghadapi tekanan untuk mengubah kebijakan ekonomi mereka, termasuk mengurangi insentif fiskal atau menghadapi tantangan dalam menyediakan iklim investasi yang stabil. Perubahan kebijakan ini dapat mempengaruhi minat investor asing dalam berinvestasi di wilayah tersebut. Selain faktor politik dan kebijakan, Arab Spring juga berdampak pada infrastruktur dan stabilitas ekonomi secara umum. Konflik dan ketidakpastian politik dapat mengganggu proyek-proyek investasi yang sedang berlangsung, termasuk proyek infrastruktur yang penting bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
111 Dampak Arab Spring terhadap FDI juga tercermin dalam data statistik. Banyak negara di MENA mengalami penurunan signifikan dalam arus masuk FDI selama periode pasca-Arab Spring. Investor asing lebih memilih untuk menunggu dan melihat perkembangan politik dan keamanan sebelum kembali mengalokasikan modal mereka ke wilayah tersebut. Secara keseluruhan, Arab Spring memiliki implikasi yang kompleks terhadap investasi asing di MENA. Selain menyebabkan penurunan langsung dalam arus masuk FDI, peristiwa ini juga memicu perubahan fundamental dalam persepsi dan sikap investor terhadap wilayah tersebut, yang berdampak pada investasi jangka panjang dan pertumbuhan ekonomi. B. Rekomendasi Kebijakan untuk Meningkatkan Investasi Asing Kebijakan pemerintah di wilayah MENA dalam menghadapi gejolak Arab Spring, atau yang juga dikenal sebagai 'Transisi Arab', mencerminkan tantangan struktural yang signifikan di wilayah tersebut. Tantangan tersebut meliputi ketergantungan yang berlebihan pada sektor publik untuk pekerjaan dan kegiatan ekonomi, tingkat informalitas ekonomi yang tinggi, persaingan pasar produk yang terbatas, infrastruktur yang belum berkembang, tingkat penciptaan perusahaan dan
112 kewirausahaan yang rendah, dan ketergantungan tinggi pada impor bahan bakar dan makanan serta kurangnya diversifikasi ekspor dan transformasi struktural. Semua hal ini menghambat prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang di wilayah tersebut (O'Sullivan et. al., 2012). Selain itu, lemahnya aturan hukum, transparansi, akuntabilitas publik, dan tingkat korupsi juga menjadi masalah mendasar yang mempengaruhi aliran masuk FDI ke wilayah ini sejak tahun 2008. Untuk menjalankan transisi panjang ini dengan dampak manusia dan sosial yang minimal, reformasi politik harus didampingi oleh upaya ekonomi yang bertujuan untuk menggerakkan ekonomi dan meningkatkan kesetaraan serta keadilan sosial. Inklusi ekonomi dan politik perlu berjalan beriringan. Meskipun terdapat perpecahan yang tajam terkait pemilihan sistem politik dan identitas nasional di dunia Arab, serta polarisasi politik yang masih kuat, konsensus dapat dicapai terutama dalam hal pembangunan ekonomi dan pertumbuhan yang inklusif (Ghanem, 2016). Sebagian besar pemerintah di negara-negara MENA merespons tuntutan sosial dengan meningkatkan pengeluaran publik, termasuk subsidi, upah, pensiun, dan menciptakan lapangan kerja di sektor publik. Namun, respons ini telah menyebabkan meningkatnya defisit fiskal dan utang publik, masing-masing mencapai rata-rata
113 11,3% dan 67% dari PDB pada tahun 2013. Hal ini kemudian memicu tekanan inflasi yang signifikan. Defisit transaksi berjalan juga semakin memburuk, mencapai rata-rata 6,3% dari PDB pada tahun 2013 di negara-negara Arab yang mengalami transisi, disebabkan oleh penurunan ekspor bersih (IMF World Economic Outlook Database, Oktober 2014). Di sisi lain, kebijakan pemerintah dalam pengembangan sektor-sektor utama diharapkan mampu menggerakkan perekonomian dengan mengembangkan komponen-komponen penting dalam sektor finansial, infrastruktur, dan sektor riil. Untuk meningkatkan investasi asing di wilayah MENA, sejumlah rekomendasi kebijakan dapat dipertimbangkan oleh pemerintah: (Arayssi & Fakih, 2017) 1. Reformasi Regulasi dan Kebijakan Investasi Pemerintah perlu melakukan reformasi untuk menyederhanakan regulasi bisnis dan investasi. Langkah ini termasuk mengurangi birokrasi yang berlebihan, meningkatkan kepastian hukum, dan memperkenalkan insentif fiskal untuk menarik investor asing. 2. Peningkatan Infrastruktur Investasi dalam infrastruktur merupakan kunci untuk mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pemerintah perlu fokus pada pembangunan
114 dan pemeliharaan infrastruktur yang memadai, termasuk jaringan transportasi, energi, dan telekomunikasi. 3. Diversifikasi Ekonomi Negara-negara di wilayah MENA perlu berupaya untuk mendiversifikasi perekonomian mereka dari ketergantungan pada sektor energi, seperti minyak dan gas. Pengembangan sektor-sektor non-minyak seperti pariwisata, manufaktur, jasa keuangan, teknologi, dan pertanian dapat meningkatkan ketahanan ekonomi dan menarik investasi asing. 4. Peningkatan Iklim Investasi Pemerintah perlu meningkatkan iklim investasi dengan memberikan perlindungan hukum yang kuat bagi investor asing, termasuk penegakan kontrak yang efektif dan peraturan yang transparan. 5. Investasi dalam Sumber Daya Manusia Investasi dalam pendidikan, pelatihan tenaga kerja, dan pengembangan kapasitas manusia sangat penting. Pemerintah harus memastikan bahwa tenaga kerja lokal memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendukung industri dan sektor yang berkembang.
115 6. Promosi Kemitraan Publik-Swasta Mendorong kemitraan antara sektor publik dan swasta dapat membantu menarik investasi asing. Pemerintah dapat memberikan insentif dan fasilitasi bagi investasi swasta untuk berkontribusi pada pembangunan ekonomi. 7. Transparansi dan Pengendalian Korupsi Langkah-langkah untuk meningkatkan transparansi dan mengurangi tingkat korupsi akan meningkatkan kepercayaan investor asing. Pemerintah harus fokus pada peningkatan tata kelola yang baik dan pemberantasan korupsi di semua tingkatan. Dengan mengimplementasikan rekomendasi kebijakan ini secara efektif, pemerintah di wilayah MENA dapat menciptakan lingkungan yang lebih ramah bagi investasi asing dan meningkatkan prospek ekonomi jangka panjang.
116 Daftar Pustaka Abdel-Latif, H. (2019). FDI response to political shocks: What can the Arab Spring tell us? Journal of Behavioral and Experimental Finance, 24, 100233. Aiqani, N. (2018a). Acceptance of the Muslim brotherhood transnational social movement in Turkey post-Arab spring. Jurnal ICMES, 2(2), 197–218. Aiqani, N. (2018b). Penerimaan Gerakan Sosial Transnasional Ikhwanul Muslimin di Turki Pasca Arab Spring. Jurnal ICMES Volume, 2(2). Aljabery, A. (n.d.). The Impact of the Arab Spring on the FDI Inflows in GAFTA Countries Compared to Jordan. AlShammari, N., Willoughby, J., & Behbehani, M. S. (2023). Political unrest, the Arab Spring, and FDI flows: A quantitative investigation. Cogent Economics & Finance, 11(2), 2228092. Anggara, S., & Pratama, H. S. (2019). Masyarakat Jejaring, Media Sosial, dan Transformasi Ruang Publik: Refleksi mengenai Fenomena Arab Spring dan ‚Teman Ahok.‛ Paradigma, 9(3), 287–310. Arayssi, M., & Fakih, A. (2017). Finance–growth nexus in a changing political region: How important was the Arab Spring? Economic Analysis and Policy, 55, 106–
117 123. Caccia, F. C., Baleix, J. M., & Paniagua, J. (2018). FDI in the MENA Region: Factors that Hinder or Favour Investments in the Region. IE Med. Mediterranean Yearbook. Carril Caccia, F., Milgram Baleix, J., & Paniagua Soriano, J. (2018). Foreign Direct Investment in the MENA Region: Factors that Hinder or Favour investments. IEMed: Mediterranean Yearbook, 2018, 283–288. CHAIRUNNISA, N. I. M. (2019). DINAMIKA FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI) DI MIDDLE EAST AND NORTH AFRICA (MENA) SELAMA PERIODE ARAB SPRING TAHUN 2011-2017. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Falahi, Z. (2016). Prospek Regionalisme Timur-Tengah PascaArab Spring: Telaah terhadap Identitas Kolektif Liga Arab. Jurnal Kajian Wilayah, 3(2), 189–205. Hamid, I., & Setiadi, O. (2021). Arab Saudi dan Iran: Kontestasi Ideologi dan Dampaknya di Kawasan Timur Tengah Pasca The Arab Spring. Politea, 4(1), 129. Janah, R. (2022). The Phenomenon of the Arab Spring Political Crisis in the Middle East. HISTORICAL: Journal of History and Social Sciences, 1(1), 7–14. Kahveci, M. (2019). From Spring to Winter? An Analysis of" Arab Spring" Impacts on Turkey and Mena Region Foreign Trade with Gravity Approach. Asian Economic
118 and Financial Review, 9(12), 1320. Kuntjoro-Jakti, D. (2017). Dari Indonesia memandang dunia: sebuah perspektif multidisiplin. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Rahman, M. (2020). MENYONGSONG DEMOKRASI DUNIA ARAB PASCA MUSIM SEMI. Jurnal Dakwah: Media Komunikasi Dan Dakwah, 21(1). Rahman, S. (2019). Tensi Sektarianisme Dan Tantangan Demokrasi Di Timur Tengah Pasca Arab Spring. Dialektika, 12(2), 111–129. Rokhman, A., Anwar, S. M., & Bebestari, M. (n.d.). lNqcNn. Roy-Mukherjee, S. (2015). Connecting the dots: the Washington consensus and the ‘Arab Spring.’ Journal of Balkan and Near Eastern Studies, 17(2), 141–158. Sianturi, N., & Rani, F. (2017). Pengaruh Saudi Vision 2030 dan Agenda Foreign Direct Investment (FDI) Arab Saudi di Indonesia. Riau University. Sottilotta, C. E. (2015). Political risk assessment and the Arab spring: what can we learn? Thunderbird International Business Review, 57(5), 379–390. Strauss, J. (2015). Economic Challenges in the MENA region. Middle Eastern Busines s Environment Cognella Academic Publishing. Talani, L. S. (2015). The Political Economy of migration from
119 the MENA area before and after the Arab Spring: the case of Tunisia and Egypt. In Handbook of the International Political Economy of Migration (pp. 304– 348). Edward Elgar Publishing. Walanda, G. (2019). Pengaruh Tingkat Pengungsi Dan Foreign Direct Investment (FDI) Terhadap Aksi Terorisme Di Kawasan Timur Tengah Dan Afrika Utara Periode 1985–2017. Journal of Terrorism Studies, 1(1), 4.
120 Tentang Penulis Chairunnisa (Nisa), lahir di Desa Masing, Kec. Batui Selatan, Kab. Banggai, Prov. Sulawesi Tengah pada 26 Agustus 1996. Penulis menempuh pendidikan di MI Darul Khair Masing (2001-2007), MTs Darul Khair Masing (2007-2010), dan MAN Tambakberas Jombang/MAN 3 Jombang (2010-2013). Penulis lalu melanjutkan studinya di Jurusan Ekonomi Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di kegiatan akademik dan kemahasiswaan dalam organisasi Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) Forum Studi Ekonomi dan Bisnis Islam (ForSEBI). Melalui organisasi tersebut, penulis mengembangkan minat di bidang Ekonomi Islam dengan mengikuti berbagai lomba, dan konferensi mahasiswa seperti pada Olimpiade Ekonomi Syari’ah di UIN Sunan Ampel Surabaya (2017) dengan memperoleh Juara 1, Speaker pada National Student Conference di Universitas Gunadarma (2018) dan Speaker pada International Student Conference di Universitas Andalas (2019). Pada tahun 2021 penulis mendapatkan beasiswa LPDP Kementerian Keuangan dan memulai studi S2 di University of Sussex, Inggris, di tahun 2023. Saat ini penulis sedang aktif sebagai mahasiswa Master of Business Administration (MBA) di Sussex Business School dan mengembangkan minat menulisnya di bidang bisnis dan manajemen. Penulis dapat dihubungi melalui alamat email [email protected]
121