Hidrologi Terapan 189 waktu tertentu. Hidrograf satuan terukur memberikan informasi tentang karakteristik hidrologis dasar DAS. Dengan demikian, jika dalam suatu perencanaan terdapat ketersediaan data hujan dan data debit jam-jaman maka perhitungan banjir rencana menggunakan metode hidrograf satuan terukur. Untuk menghasilkan hidrograf satuan terukur, langkah pertama adalah menentukan hujan satuan terukur yang sesuai untuk wilayah yang dipelajari. Hujan satuan terukur ini dapat diperoleh dari data historis curah hujan atau melalui model hidrologi yang dikalibrasi. Selanjutnya, hujan satuan terukur diterapkan ke DAS menggunakan model hidrologi atau metode hidrologi lainnya untuk menghitung aliran permukaan yang dihasilkan. Hidrograf satuan terukur menyediakan informasi penting tentang respons DAS terhadap hujan standar, termasuk debit puncak, waktu puncak, dan karakteristik hidrologis lainnya. Data ini digunakan dalam berbagai aplikasi hidrologi, termasuk perencanaan infrastruktur air, manajemen banjir, dan mitigasi dampak lingkungan. Dengan memahami respons hidrologis dasar DAS terhadap hujan standar, para ahli hidrologi dapat membuat perkiraan yang lebih akurat tentang perilaku sungai dan saluran drainase, serta merencanakan tindakan mitigasi yang efektif.. (Subhani, 2017) Hidrograf satuan terukur (HST) dapat diselesaikan dengan cara Collins atau coba-coba. Tahapan perhitungan HST metode Collins sebagai berikut. 1. Pilih kasus hujan di AWLR, kemudian tetapkan hidrografnya dengan menggunakan liku kalibrasi yang berlaku.
Hidrologi Terapan 190 2. Hidrograf limpasan langsung (HLL) diperoleh dengan memisahkan aliran dasar. Kemudian menetapkan hujan efektif metode phi index, sehingga volume hujan sama dengan volume limpasan langsung. 3. Menentukan hidrograf satuan (HS) hipotetik dengan ordinat-ordinatnya. ∑ = ∑ + Dimana: Lhe = Jumlah ordinat hujan efektif 4. Masukkan nilai sembarang dengan memperhatikan ordinat waktu dasar untuk menerka nilai HS. 5. Menghitung volume limpasan langsung (VLL) dan tinggi limpasan langsung (TLL). VLL = HS Trial x 3600 (dalam m3) TLL = VLL / A (dalam m) A = Luas DAS (dalam mm) 6. Hidrograf trial tersebut dikoreksi supaya TLL = 1 7. Menghitung debit yang terjadi akibat hujan efektif. Pada hujan efektif maksimum, nilai debit = HLL – Σdebit. 8. Didapat hasil HS = U2/Peff2 9. Bandingkan HS awal terkoreksi apakah sudah mendekati. Kalau belum silahkan dicoba kembali dengan dilakukan solver pada excel.
Hidrologi Terapan 191 10. Lakukan prosedur ini berulang-ulang sehingga diperoleh sebuah hidrograf satuan yang tidak berbeda banyak dari yang ditetapkan. D. Hidrograf Satuan Sintetis Hidrograf satuan sintetis adalah alat penting dalam analisis hidrologi yang digunakan untuk memprediksi respons suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) terhadap hujan dengan menggunakan metode sintetis atau buatan. Konsepnya mirip dengan hidrograf satuan terukur, tetapi dengan metode sintetis, hidrograf dikembangkan berdasarkan parameter-parameter hidrologis yang dipilih atau untuk mencerminkan karakteristik DAS yang diteliti. Pada suatu perencanaan tidak ada data yang tersedia ataupun data tidak cukup tersedia, maka perhitungan banjir rencana dapat menggunakan metode hidrograf satuan sintetis dengan menghitung parameter utama (debit puncak, waktu puncak, dan waktu dasar) sebagai fungsi karakteristik DAS. Langkah pertama dalam membuat hidrograf satuan sintetis adalah menentukan parameter-parameter hidrologis yang akan digunakan dalam pembuatan hidrograf. Ini dapat meliputi parameter seperti waktu konsentrasi, kapasitas infiltrasi tanah, dan koefisien aliran. Selanjutnya, menggunakan model hidrologi atau pendekatan matematis lainnya, kita mengembangkan hidrograf sintetis yang memperhitungkan parameterparameter ini. Hidrograf satuan sintetis menyediakan perkiraan tentang respons DAS terhadap hujan yang mungkin belum
Hidrologi Terapan 192 pernah terjadi sebelumnya atau untuk kondisi yang tidak terdokumentasi dalam data historis. Ini sangat berguna dalam perencanaan dan manajemen sumber daya air di wilayah yang mungkin mengalami perubahan iklim atau perubahan lingkungan lainnya. Meskipun hidrograf satuan sintetis memiliki kegunaan yang besar, penting untuk diingat bahwa prediksi yang dihasilkan hanya seakurat parameter-parameter yang digunakan dalam pembuatannya. Oleh karena itu, pengguna harus memperhitungkan ketidakpastian dalam parameter-parameter tersebut ketika menggunakan hidrograf satuan sintetis untuk pengambilan keputusan hidrologi. (Widyasari, 2023)
Hidrologi Terapan 193 Rangkuman Hidrograf adalah studi tentang distribusi spasial dan temporal dari air di permukaan bumi. Pemisahan aliran dasar merupakan proses memisahkan aliran air permukaan menjadi dua komponen utama: aliran dasar dan aliran permukaan. Hidrograf satuan terukur adalah grafik yang menunjukkan hubungan antara debit sungai dengan waktu untuk suatu peristiwa hujan tertentu, sementara hidrograf satuan sintetis adalah representasi grafis yang dihasilkan secara sintetis untuk kejadian hujan tertentu di mana data pengukuran aktual tidak tersedia. Salah satu jenis metode hidrograf satuan sintetis (HSS) yang paling sederhana adalah metode Nakayasu. HSS Nakayasu dikembangkan di Jepang, metode ini diasumsi memiliki karakteristik hujan dan DAS yang hampir sama dengan di Indonesia. Parameter metode HSS Nakayasu yaitu luas DAS, panjang sungai utama, dan koefisien pengaliran. Persamaan HSS Nakayasu sebagai berikut = ( + 3 ) = + untuk L > 15 km = 2 untuk L < 15 km = + 3 =
Hidrologi Terapan 194 = Dimana: Qp: debit puncak (m3/s) A : luas daerah pengaliran (km2) Ro: curah hujan satuan (mm) Tp: waktu puncak (jam) T0,3 : waktu yg diperlukan utk menurunkan debit dari Qp s/d 0,3 Qp L : panjang sungai (km) Tg : waktu konsentrasi I (jam) Tr : satuan waktu hujan (jam) α : 2 untuk DAS biasa α : 1,5 untuk hidrograf naik yg lambat α : 3 untuk hidrograf naik yg cepat Gambar 12. Hidrograft Satuan HSS Nakayasu Penggambaran Hidrograf pada HSS Nakayasu berdasarkan lengkung naik, lengkung turun 1, lengkung turun 2, dan lengkung turun 3.
Hidrologi Terapan 195 1. Pada lengkung naik, syarat 0 < t < Tp = ( ) 2 4 2. Pada lengkung turun 1, syarat Tp < t < (Tp+T0.3) = ( ) 3. Pada lengkung turun 2, syarat (Tp+T0.3) < t < (Tp+ T0.3+1.5 T0.3) = ( + 5 1 5 ) 4. Pada lengkung turun 3, syarat t > (Tp+T0.3+1.5 T0.3) = ( + 1 5 2 )
Hidrologi Terapan 196 Evaluasi 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pemisahan aliran dasar dalam konteks hidrologi dan mengapa pemahaman tentang konsep ini penting dalam analisis hidrograf? 2. Bagaimana Anda bisa membedakan antara hidrograf satuan terukur dan hidrograf satuan sintetis? Apa kegunaan masing-masing jenis hidrograf ini dalam perencanaan dan manajemen sumber daya air? 3. Gambarkan secara singkat bagaimana hidrograf dapat digunakan dalam perencanaan tata guna lahan atau manajemen bencana terkait air, seperti banjir atau kekeringan. 4. Mengapa penting untuk memahami distribusi spasial dan temporal dari air di permukaan bumi dalam konteks hidrologi? Berikan contoh bagaimana distribusi ini dapat berpengaruh pada kehidupan manusia dan lingkungan. 5. Jelaskan perbedaan antara aliran permukaan dan aliran dasar, serta faktor-faktor apa yang mempengaruhi masingmasing jenis aliran tersebut. Berikan contoh situasi di mana pemahaman tentang aliran permukaan dan aliran dasar dapat menjadi kritis dalam pengelolaan sumber daya air.
Hidrologi Terapan 197 Penelusuran Banjir 11
Hidrologi Terapan 198 alam bab Penelusuran Banjir, mahasiswa akan belajar tentang pentingnya dan berbagai metode penelusuran banjir yang digunakan untuk memahami perilaku aliran air selama periode banjir. Mereka akan mempelajari pengertian penelusuran banjir serta teknik-teknik yang digunakan untuk melacak dan menganalisis pergerakan air banjir, baik di sungai maupun di waduk. Hal ini mencakup pemahaman tentang bagaimana aliran banjir dipengaruhi oleh topografi, geometri saluran, dan faktor-faktor lainnya, serta strategi untuk mengurangi dampak banjir dan meningkatkan keselamatan masyarakat di wilayah yang terkena dampak banjir. A. Pengertian Penelusuran Banjir Penelusuran banjir adalah metode peramalan besarnya debit banjir (hidrograf) pada suatu titik (ruas) aliran sungai. Metode ini didasarkan pada pengamatan hidrograf di titik lain, baik melalui palung sungai (cekungan yang terbentuk oleh aliran secara alamiah) maupun melalui waduk. Penelusuran banjir dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi dampak yang merugikan akibat banjir. Dengan memperkirakan waktu dan besaran banjir di suatu titik aliran sungai, kita dapat mengantisipasi dan mengelola dampak banjir secara lebih efektif. Pengertian penelusuran banjir merujuk pada serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mempelajari dan memahami perilaku aliran air selama periode banjir. Ini melibatkan analisis terhadap bagaimana air banjir bereaksi terhadap kondisi topografi, geometri saluran, D
Hidrologi Terapan 199 penggunaan lahan, serta faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi aliran air. Proses ini penting untuk memahami mekanisme pembentukan banjir dan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat yang terkena dampak. Selama penelusuran banjir di sungai, para peneliti dan praktisi mengumpulkan data terkait dengan kedalaman air, kecepatan aliran, dan pola aliran selama periode banjir. Ini melibatkan penggunaan peralatan pengukuran yang canggih seperti pengukur aliran air dan sensor tekanan untuk memperoleh data yang akurat. Informasi yang diperoleh dari penelusuran banjir sungai membantu dalam merancang dan mengevaluasi infrastruktur pengendalian banjir, seperti tanggul, pintu air, dan sistem drainase. Sementara itu, penelusuran banjir di waduk melibatkan pemantauan terhadap tinggi permukaan air waduk, debit masuk dan keluar, serta perubahan volume air selama periode banjir. Informasi yang diperoleh dari penelusuran banjir waduk membantu dalam mengevaluasi efektivitas waduk sebagai infrastruktur pengendalian banjir serta untuk merencanakan manajemen air yang lebih baik dalam mengelola risiko banjir. (Dewi et al., 2023) Dalam praktiknya, penelusuran banjir menggunakan berbagai teknologi canggih seperti penginderaan jauh, sistem informasi geografis (SIG), dan model hidrologi numerik. Teknologi ini memungkinkan para peneliti untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memodelkan data dengan lebih cepat dan akurat. Ini membantu dalam memahami secara lebih baik perilaku aliran air selama
Hidrologi Terapan 200 banjir dan memperoleh wawasan yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pola aliran air. Pentingnya penelusuran banjir tidak hanya terbatas pada pemahaman terhadap mekanisme aliran air, tetapi juga dalam merencanakan tindakan mitigasi dan adaptasi untuk mengurangi risiko banjir dan meningkatkan ketahanan terhadap bencana di masa depan. Ini mencakup pengembangan rencana respons banjir, infrastruktur pengendalian banjir yang efektif, serta kebijakan pengelolaan air yang berkelanjutan. Dengan memahami dan mempelajari pola aliran air selama periode banjir, kita dapat meningkatkan kemampuan kita dalam mengelola risiko banjir dan melindungi masyarakat dan lingkungan dari dampak bencana banjir. B. Penelusuran Banjir di Sungai Perhitungan penelusuran banjir di sungai menggunakan 2 cara yaitu metode Muskingum dan Muskingum Cunge. Penelusuran Banjir di Sungai Metode Muskingum Metode Muskingum merupakan suatu model dengan menggabungkan tampungan prisma dan tampungan baji sebagai volume tampungan banjir di alur Sungai. Tampungan prisma terbentuk oleh tampang lintang sungai sepanjang saluran, mempunyai volume konstan, dan terletak diantara dasar sungai dan bidang yang sejajar dasar sungai. Tampungan baji terbentuk saat aliran masuk lebih besar dari aliran keluar (banjir datang) dan terletak
Hidrologi Terapan 201 di atas tampungan prisma sampai dengan bidang muka air saluran. (Triatmodjo B, 2010). Gambar 13 Tampungan Prisma dan Tampungan Baji Penelusuran banjir di sungai dengan metode Muskingum dapat digunakan dalam kondisi tidak ada anak sungai yang masuk ke bagian memanjang tampang sungai yang ditinjau dan mengabaikan faktor hidrologi seperti penambahan air hujan, kehilangan air hujan, aliran masuk, aliran keluar, air tanah, evaporasi. (Soemarto, 1993), Langkah perhitungan Penelusuran banjir di sungai dengan metode Muskingum sebagai berikut. 1. Memasukkan data inflow dan outflow hidrograf bagian hulu dan hilir DAS. 2. Menentukan nilai koefisien K (koefisien tampungan) dan X (faktor pembobot) dengan kalibrasi hidrograf aliran masuk dan aliran keluar. Dalam praktik, nilai X diambil 0,1-0,3. 3. Menghitung nilai koefisien C0, C1, dan C2
Hidrologi Terapan 202 = + 5 + 5 1 = + + 2 = + 4. Menghitung nilai outflow +1 = I +1 + 1I + 2 5. Hitung: a. memasukkan beberapa nilai awal outflow yaitu nilai outflow sama dengan nilai awal inflow observasi, b. nilai outflow sama dengan 0 (nol), c. nilai outflow sama dengan nilai awal outflow observasi. 6. Membuat hidrograf aliran outflow menggunakan metode Muskingum. Gambar 14. Hidrograf Penelusuran di Sungai Δt Oj+1 Oj Ij Ij+1
Hidrologi Terapan 203 Penelusuran Banjir di Sungai Metode Muskingum-Cunge Metode Maskingum-Cunge dikembangkan oleh Cunge tahun 1969 untuk potongan sungai tanpa aliran lateral, namun mendapatkan besaran parameter penelusuran (Ci, K, dan X) secara langsung, sehingga memerlukan data hidrograf aliran masuk di hulu dan data geometri potongan sungai tersebut. Ponce (1989) memberikan cara penyelesaian sederhana pada Metode Muskingum-Cunge: +1 = 1I + 2I +1 + 3 1 = + 2 + 2( ) 2 = 2 + 2( ) 3 = 2( ) + 2( ) = = 2 ( p ) Dimana: O = debit aliran keluar (m3/s) I = debit aliran masuk (m3/s)
Hidrologi Terapan 204 C = parameter penelusuran ∆t = interval waktu (jam) K = koefisien tampungan X = factor pembobot ∆x = jarak stasiun Hulu dan stasiun hilir (m) C = kecepatan air (m/dtk) Qp = debit puncak rata-rata (m3/dtk) B = lebar permukaan air sungai rata-rata (m) So = slope/kemiringan Untuk menghitung Qp dapat menggunakan debit inflow dari data AWLR (pos duga air) Sungai. p = A( ) Dimana: A,B = Konstanta H = Tinggi Muka Air (m) Ho = TMA pada saat aliran sama dengan nol (m) Qp = Debit Inflow AWLR (m3/s) C. Penelusuran Banjir di Waduk Waduk atau tampungan berfungsi untuk menampung air guna memenuhi tujuan seperti air minum, air baku, irigasi, PLTA, pengendalian banjir, rekreasi, dan budidaya perikanan. Untuk menstabilkan aliran air di waduk dalam
Hidrologi Terapan 205 rangka pemenuhan tujuan utama waduk, maka perlu dilakukan pengaturan persediaan air dan kebutuhan air yang berubah-ubah. Penelusuran banjir di waduk adalah proses penting dalam analisis hidrologi yang memungkinkan pemahaman tentang perilaku air banjir di sekitar dan di dalam waduk. Selama penelusuran banjir di waduk, para peneliti dan praktisi memantau berbagai parameter, termasuk tinggi permukaan air waduk, debit masuk dan keluar, serta perubahan volume air selama periode banjir. Informasi yang diperoleh dari penelusuran banjir di waduk penting dalam mengevaluasi efektivitas waduk sebagai infrastruktur pengendalian banjir serta untuk merencanakan manajemen air yang lebih baik dalam mengelola risiko banjir. Pemantauan tinggi permukaan air waduk selama periode banjir memberikan pemahaman tentang bagaimana waduk menampung aliran masuk dan apakah kapasitasnya mencukupi untuk mengurangi risiko banjir di wilayah hilir. Debit masuk dan keluar dari waduk juga dipantau dengan cermat untuk memahami keseimbangan air dan bagaimana waduk mengatur aliran masuk dan keluar selama periode banjir. Perubahan volume air selama periode banjir memberikan informasi tentang seberapa cepat waduk merespons curah hujan yang tinggi dan seberapa efisien dalam menahan air banjir. (Hartini, 2017) Penelusuran banjir di waduk juga mencakup pemahaman tentang infrastruktur tambahan yang ada, seperti pintu air, saluran pembuang, atau sistem penutup
Hidrologi Terapan 206 waduk yang digunakan untuk mengendalikan aliran air selama periode banjir. Evaluasi terhadap infrastruktur ini membantu dalam menilai efektivitas sistem pengendalian banjir dan mengevaluasi potensi perbaikan atau peningkatan yang diperlukan untuk meningkatkan ketahanan terhadap banjir di wilayah terkait. Dalam praktiknya, penelusuran banjir di waduk menggunakan berbagai teknologi seperti pengukuran jarak jauh, penginderaan satelit, dan sensor otomatis untuk memantau kondisi waduk secara real-time. Teknologi ini memungkinkan para peneliti untuk mengumpulkan data dengan cepat dan akurat, serta memodelkan aliran air banjir dengan lebih baik. Ini membantu dalam merencanakan respons terhadap banjir yang lebih efektif dan mengurangi kerugian akibat bencana banjir. Perhitungan penelusuran banjir di waduk memerlukan masukan data antara lain hidrograf aliran masuk (inflow), pola aliran keluar (outflow) dari outlet waduk, hubungan elevasi-tampungan-luas, waktu simpanan, dan interval waktu. Hasil perhitungan yang didapatkan adalah nilai aliran keluar untuk setiap waktu. Konsep dasar penelusuran banjir di waduk disajikan dengan persamaan: Dimana: I1= inflow pada permulaan periode I2 = inflow di akhir periode
Hidrologi Terapan 207 01 = outflow pada permulaan periode 02 = outflow di akhir periode S1 = storage pada permulaan periode S2 = storage di akhir periode t = durasi waktu (time duration) Penelusuran banjir di waduk menurut Schulz (1976) yang dikembangkan oleh Pul’s dari US. Army Corp of Engineers adalah jika periode penelusuran (dt) diubah menjadi periode penelusuran (∆t), I1 dan I2 dapat diketahui dari hidrograf debit inflow ke waduk, sedangkan tampungan waduk (S) merupakan tampungan waduk pada permulaan periode penelusuran yang diukur dari datum fasilitas pengeluaran (mercu/puncak spillway/outlet) atau dapat ditulis dengan persamaan: I1 + I2 2 + ( 1 1 2 ) = 2 + 2 2 Jika 1 1 2 = 1 Dan 2 + 2 2 = 2 Maka I1 + I2 2 + 1 = 2
Hidrologi Terapan 208 Dimana: I1 = debit yang masuk di atas debit yang dicari (m3/s) I2 = debit masuk yang dicari (m3/s), Q = debit yang keluar dari waduk (m3/s), Ψ1 = keadaan pada saat permulaan penelusuran, φ2 = keadaan pada saat akhir penelusuran, ∆t = periode penelusuran (detik, jam, atau hari), S = besarnya tampungan waduk (m3). Penelusuran banjir di waduk dapat juga menggunakan Metode Pul’s Modifikasi. I1 + I2 2 1 + 2 2 = 2 1 ( + 2 ) + ( + 2 ) = 2 1 ( I1 + I2 2 ) + ( 1 1 2 ) = 2 + 2 2 Dimana: I1 = debit yang masuk di atas (m3/s), I2 = debit masuk yang dicari (m3/s), Q = debit yang keluar dari waduk (m3/s), Ψ1 = keadaan pada saat permulaan penelusuran, φ2 = keadaan pada saat akhir penelusuran, Kondisi Akhir Δt (belum diketahui) Kondisi Awal Δt (sudah diketahui)
Hidrologi Terapan 209 ∆t = periode penelusuran (detik, jam, atau hari), S = besarnya tampungan waduk (m3), Rangkuman Penelusuran banjir adalah metode peramalan besarnya debit banjir (hidrograf) pada suatu titik aliran sungai. Metode ini memanfaatkan pengamatan hidrograf di titik lain, baik melalui palung sungai maupun melalui waduk. Tujuan dilakukan penelusuran banjir adalah mengurangi dampak merugikan akibat banjir dengan memperkirakan waktu dan besaran banjir di suatu titik aliran sungai Evaluasi 1. Jelaskan yang dimaksud penelusuran banjir. 2. Mengapa penelusuran banjir dianggap penting ? 3. Jelaskan perbedaan antara penelusuran banjir di Sungai dengan Waduk baik pengertian ataupun metode yang digunakan.
Hidrologi Terapan 210 Daftar Pustaka Abdulgani, H. (2015). Efektifitas Model Sistem Resapan Horizontal dengan Parit Infiltrasi dalam Mengurangi Limpasan Permukaan. Jurnal Rekayasa Infrastruktur, 1(1), 36–43. Andriawan, A. (2021). Kajian Hidrologi Pada Sistem Pengendalian Banjir. Jurnal Teknik Sipil: Rancang Bangun, 7(1), 35–41. Aziz, S. K., & Sa’ud, I. (2016). Pola Distribusi Hujan Kota Surabaya. Jurnal Aplikasi Teknik Sipil, 14(1), 9–16. Badaruddin, B., Kadir, S., & Nisa, K. (2021). Buku Ajar Hidrologi Hutan. CV. Batang. Bahunta, L., & Waspodo, R. S. B. (2019). Rancangan Sumur Resapan Air Hujan sebagai Upaya Pengurangan Limpasan di Kampung Babakan, Cibinong, Kabupaten Bogor. Jurnal Teknik Sipil Dan Lingkungan, 4(1), 37– 48. Barid, B., & Lestari, D. (2015). Pengaruh Model Infiltrasi
Hidrologi Terapan 211 Sederhana Menggunakan Konsep Rain Garden terhadap Debit dan Kekeruhan Air Limpasan Akibat Hujan. Media Komunikasi Teknik Sipil, 20(1), 33–41. Bobo, N. M. P., Bella, P. A., Tjung, L. J., & Pribadi, I. G. O. S. (2023). MANAJEMEN LIMPASAN AIR HUJAN PADA BANGUNAN HIJAU (OBJEK STUDI: ALTIRA BUSINESS PARK). Jurnal Sains, Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa), 5(2), 1989–2000. Dewi, E. P., Juniatmoko, R., Arida, V., Fachruddin, F., Pribadyo, P., Sari, N., Rahayu, D., Saidah, H., Yanti, D., & Kurniawan, A. A. (2023). HIDROLOGI TEKNIK DAN AGROKLIMATOLOGI. DWIYANTORO, W. (2018). Evaluasi Keamanan Bendungan Situ Gintung Secara Komprehensif: Tinjauan dari Aspek Hidrologi, Hidraulika, dan Geoteknik. Universitas Gadjah Mada. Fajriyah, S. A., & Wardhani, E. (2020). Analisis Hidrologi untuk Penentuan Metode Intensitas Hujan di Wilayah Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Jurnal Serambi Engineering, 5(2). Frederik, J. E. (2019). Strategi Komunikasi Pemasaran The Trans Resort Bali Melalui Media Online dan Media Sosial dalam Upaya Peningkatan Citra. Program Studi Public Relations FTI-UKSW. Ginting, S. (2021). Pengembangan Hietograf Hujan Rencana di Kota Bekasi. Jurnal Ilmiah Desain & Konstruksi, 19(2), 102–113. Hartini, E. (2017). Hidrologi & hidrolika terapan. Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.
Hidrologi Terapan 212 Latuamury, B. (2020). Buku Ajar Manajemen DAS Pulau-Pulau Kecil. Deepublish. Latuamury, B., & Hut, S. (2023). Buku Ajar Hidrologi Pulau Kecil. Deepublish. Limantara, I. L. M. (2019). Rekayasa Hidrologi: Edisi Revisi. Penerbit Andi. Mananoma, T., & Tanudjaja, L. (2015). Analisis Debit Banjir di Sungai Tondano Berdasarkan Simulasi Curah Hujan Rencana. TEKNO, 13(63). Mujib, M. A., Ikhsan, F. A., Apriyanto, B., Astutik, S., & Khasanah, A. N. (2022). Evaluasi Daya Tampung Beban Pencemaran Air Sungai Menggunakan Pendekatan Metode Neraca Massa. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 21(2), 152–161. https://doi.org/10.14710/jkli.21.2.152-161 Mutiara, J. (2018). Studi perubahan curah hujan bulanan dan hujan rencana di wilayah Bandung Raya. Partarini, N. M. C. (2019). Validasi data curah hujan trmm (tropical rainfall measurement mission) sebagai alternatif data hidrologi di sub-das lesti. Universitas Brawijaya. SANUSI, W. (n.d.). UNTUK PEMODELAN DATA CURAH HUJAN. Saputra, A. J., Sujono, J., & Jayadi, R. (2019). Kajian hidrologi dan analisa kapasitas tampang Sungai Opak Yogyakarta. Seminar Nasional Teknik Sumber Daya Air, 173–185. Shah, S. M., & Purwanto, M. Y. J. (2016). Analisis Neraca Air
Hidrologi Terapan 213 dan Rancangan Konservasi Sumberdaya Air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Prumpung, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Jurnal Teknik Sipil Dan Lingkungan, 1(3), 111–124. Subhani, A. (2017). Pengembangan bahan ajar hidrologi model GAPETRA Program Studi Pendidikan Geografi. Universitas Negeri Malang. Supomo, W. P. S. (2021). Permatecture: Komplek Perumahan Edukasi Sebagai Siklus Hidrologi yang Seimbang. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Syarifudin, A. (n.d.). Similarity Check---Buku Hidrologi Terapan. Syarifudin, A. (2017). Hidrologi Terapan. Penerbit Andi. Tallar, R. Y. (2023). Dasar-Dasar Hidrologi Terapan. Ideas Publishing. Widyasari, T. (2023). Hidrologi: Edisi Banjir Rancangan. Yendri, O., & Andry, A. (2021). Model Waktu Banjir dari Proses Hujan Limpasan dan Infiltrasi untuk Perencanaan Drainase Perkotaan. RADIAL: Jurnal Peradaban Sains, Rekayasa Dan Teknologi, 9(2), 104–112.
Hidrologi Terapan 214 Glosarium Infiltrasi Proses masuknya air ke dalam tanah dari permukaan tanah Evapotranspirasi Kombinasi penguapan air dari permukaan tanah dan transpirasi dari tumbuhan Runoff Air yang mengalir di permukaan tanah setelah hujan atau lelehannya Debit aliran Volume air yang melewati suatu penampang sungai atau saluran dalam satu waktu tertentu Curah hujan Jumlah total air yang jatuh ke permukaan tanah dalam bentuk hujan dalam periode waktu tertentu Siklus air Proses sirkulasi air di antara atmosfer, lautan, dan daratan yang melibatkan penguapan, presipitasi, dan aliran Kapasitas infiltrasi Jumlah air maksimum yang dapat diserap oleh tanah dalam satu
Hidrologi Terapan 215 waktu. Limpasan Aliran air yang tidak dapat diserap oleh tanah dan mengalir di permukaan Saluran drainase Struktur buatan yang dirancang untuk mengarahkan air hujan atau air limbah dari satu tempat ke tempat lain Siklus hidrologi Siklus alami di mana air bergerak melalui atmosfer, daratan, dan lautan melalui penguapan, presipitasi, dan aliran Sungai Aliran permanen air yang mengalir di atas permukaan tanah dalam saluran alami Distribusi hujan Pola spasial dan temporal curah hujan di suatu wilayah Hidrogeologi Cabang ilmu geologi yang mempelajari air tanah dan formasi geologi yang menyimpannya Hidrometri Ilmu dan teknik pengukuran parameter-parameter hidrologi seperti curah hujan, aliran, dan kualitas air Topografi Pengukuran dan pemetaan bentuk dan fitur permukaan bumi Permeabilitas Kemampuan tanah atau batuan untuk membiarkan air meresap.
Hidrologi Terapan 216 Erosi Proses pengikisan dan pengangkutan tanah oleh air, angin, atau gletser Perkolasi Proses air meresap ke dalam tanah dan bergerak ke bawah hingga mencapai zona air tanah Banjir Kejadian saat aliran air sungai meluap dari tepinya dan melimpas ke wilayah daratan Hujan rencana Pola curah hujan yang digunakan dalam perencanaan infrastruktur hidrologi Sirkulasi global Pola aliran udara dan laut di seluruh dunia yang mempengaruhi iklim global Recharge Proses pengisian kembali akuifer atau lapisan air tanah oleh air hujan atau aliran permukaan Aliran subsurface Aliran air di bawah permukaan tanah dalam lapisan air tanah atau batuan Akuifer Formasi geologi yang mampu menyimpan dan mengalirkan air tanah Hujan asam Presipitasi yang mengandung kadar asam yang tinggi karena polusi udara Sistem drainase Jaringan saluran dan pipa yang
Hidrologi Terapan 217 dirancang untuk mengalirkan air hujan dari suatu area Zona aliran Daerah di sepanjang sungai atau sungai di mana air dan sedimen bergerak dengan cepat Kerapatan hutan Jumlah pohon dalam suatu area hutan, memengaruhi siklus air dan erosi Analisis hidrologi Penggunaan data hidrologi untuk memahami dan memodelkan aliran air di suatu wilayah Bioswale Saluran atau alur alami atau buatan yang dirancang untuk menahan air hujan dan mengurangi limpasan.
Hidrologi Terapan 218 Indeks A air, iii, iv, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 61, 62, 63, 65, 66, 67, 68, 70, 71, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 86, 87, 88, 89, 90, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 108, 109, 110, 111, 112, 113, 114, 115, 116, 118, 119, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 126, 127, 128, 129, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 139, 140, 141, 142, 143, 144, 147, 148, 149, 150, 152, 153, 156, 160, 161, 162, 164, 165, 167, 169, 171, 172, 173, 179, 180, 186, 187, 188, 193, 194, 195, 197, 198, 199, 202, 203, 205, 206, 209, 210, 213, 214, 215, 216, 217, 218, 220, 223, 226, 230, 231, 232, 233, 235, 238, 239, 240, 241, 251, 252, 253, 254, 262 atmosfer, 2, 10, 11, 12, 19, 25, 26, 27, 30, 31, 47, 50, 54, 57, 58, 59, 61, 67, 70, 85, 88, 251, 252 B bencana, iii, 2, 4, 7, 11, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 41, 42, 43, 45, 55, 56, 60, 62, 66, 68, 69, 70, 71, 106, 133, 150, 164, 165, 166, 167, 191, 192, 193, 195, 198, 216, 218, 230, 234, 241, 262 Bumi, 1, 3, 5, 8, 11, 13, 14, 16, 18, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 36, 50, 54, 56, 62, 106, 259 D degradasi, 2 Deviasi, ix, 171 Diagram, viii, 43
Hidrologi Terapan 219 distribusi, ix, 1, 3, 5, 10, 13, 14, 16, 53, 63, 68, 72, 74, 75, 78, 125, 132, 143, 150, 154, 155, 156, 168, 169, 171, 172, 173, 174, 175, 176, 177, 178, 180, 181, 182, 183, 184, 185, 186, 187, 188, 191, 192, 195, 196, 197, 198, 199, 200, 201, 202, 208, 211, 212, 226, 230 G global, 2, 4, 6, 7, 15, 22, 29, 54, 90, 253 H Hidrograf, vii, viii, 147, 148, 213, 215, 216, 217, 219, 222, 223, 224, 225, 226, 229, 237 Hidrologi, i, v, vi, viii, 1, 3, 7, 15, 18, 21, 22, 24, 30, 32, 34, 43, 85, 106, 118, 125, 130, 161, 179, 180, 216, 246, 247, 248, 249, 259, 260, 262 Hujan, v, vi, viii, 27, 53, 54, 55, 57, 58, 59, 62, 64, 65, 66, 67, 70, 73, 74, 77, 140, 142, 147, 148, 188, 189, 190, 191, 196, 197, 199, 201, 202, 203, 206, 211, 212, 219, 222, 246, 247, 248, 249, 253, 254 K Koefisien, ix, 145, 177 Kuadrat, ix, 182, 183, 184 L lingkungan, iii, 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 26, 28, 30, 34, 35, 36, 40, 41, 42, 48, 50, 52, 53, 54, 56, 59, 60, 61, 62, 64, 65, 68, 69, 70, 71, 87, 88, 89, 91, 100, 104, 106, 123, 125, 127, 132, 133, 135, 138, 140, 190, 195, 197, 202, 220, 223, 226, 230, 232, 234, 262 lokasi, ix, 10, 11, 13, 31, 67, 69, 73, 99, 111, 115, 162, 169, 174, 176, 196, 197, 198, 199, 208 M Metode, v, vi, viii, 71, 73, 74, 75, 83, 84, 85, 86, 89, 90, 97, 98, 99, 100, 101, 107, 112, 113, 115, 116, 118, 119, 120, 123, 124, 125, 128, 130, 144, 146, 147, 150, 151, 153, 155, 157, 170, 188, 191, 192, 194, 195, 196, 200, 202, 203, 204, 205, 206, 209, 210, 211, 212, 220, 221, 231, 234, 237, 243, 244, 247, 248 mitigasi, 2, 4, 6, 7, 15, 16, 17, 20, 21, 43, 51, 55, 56, 60, 64, 68, 69, 70, 71, 106, 133, 144, 148, 150, 161, 165, 166, 190, 191, 192, 193, 198, 200, 215, 216, 217, 220, 223, 233 N Nilai, ix, 145, 147, 171, 173, 175, 179, 183, 184, 202, 207, 208
Hidrologi Terapan 220 P Pearson, ix, 155, 168, 176, 177, 191 pemodelan, iii, 2, 5, 16, 17, 18, 68, 126, 128, 150, 153, 162, 167, 173, 175, 178, 179, 198, 219, 262 pergerakan, 1, 3, 13, 15, 61, 137, 231 Pola, vi, viii, 33, 37, 54, 140, 143, 196, 197, 246, 252, 253, 260 Prisma, viii, 235 R regional, 7, 54, 90 risiko, iii, 2, 4, 6, 7, 9, 11, 12, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 28, 33, 35, 41, 42, 43, 44, 45, 49, 51, 52, 55, 62, 64, 66, 68, 69, 70, 71, 96, 97, 106, 129, 138, 139, 143, 144, 148, 150, 154, 156, 164, 165, 166, 179, 180, 186, 190, 191, 192, 193, 194, 195, 196, 200, 211, 212, 216, 218, 233, 234, 240, 262 S signifikansi, 1, 14, 16, 18, 20, 182, 183, 184, 185 Siklus, iii, v, viii, 11, 21, 22, 24, 30, 31, 32, 34, 249, 251, 252 sistem, 2, 4, 6, 9, 12, 15, 17, 21, 49, 65, 68, 70, 71, 83, 109, 125, 126, 135, 138, 139, 148, 152, 156, 160, 161, 164, 165, 168, 180, 181, 189, 190, 193, 196, 197, 199, 200, 211, 216, 233, 240 Standar, ix, 171 Sungai, v, vi, vii, viii, 4, 36, 37, 39, 40, 45, 47, 50, 51, 132, 140, 141, 142, 151, 205, 206, 213, 222, 225, 234, 237, 238, 244, 248, 249, 252, 259, 260 T Tampungan, viii, 234, 235 Tanimoto, viii, 198, 199, 201 teknologi, 5, 7, 16, 35, 63, 69, 76, 117, 150, 233, 241
Hidrologi Terapan 221 Tentang Penulis Erni Mulyandari, S.T., M.Eng lahir di kota Surakarta pada bulan Februari 1990. Pendidikan SMA ditempuh pada tahun 2004 di SMAN 5 Surakarta. Pada tahun 2007 melanjutkan studi di S-1 Program Studi Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada tahun 2011 berhasil menyelesaikan gelar sarjana dengan predikat Cumlaude. Namun semangatnya untuk terus belajar tidak berhenti sampai di situ. Pada tahun tahun 2011, penulis melanjutkan kuliah S-2 di Program Studi Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan pada tahun 2013 kembali memperoleh predikat Cumlaude (4.0) setelah menyelesaikan studi magisternya. Keberhasilannya ini membuka peluang bagi penulis untuk berkarier sebagai konsultan individu di Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo, terlibat dalam kegiatan P3-TGAI, dan menjadi Ahli Hidrologi di CV Bumi Cakrawala Consultants. Penulis memiliki keingin yang besar untuk berkontribusi dalam dunia pendidikan, sehingga pada tahun 2019 mengikuti seleksi penerimaan dosen di Universitas Tunas Pembangunan Surakarta dan berhasil lolos. Saat ini, penulis aktif sebagai staf
Hidrologi Terapan 222 pengajar di sana untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan para mahasiswa. Selama menjadi staf pengajar, penulis juga aktif menulis di beberapa jurnal, buku, HKI (Hak Kekayaan Intelektual), dan modul yang berkaitan dengan teknik keairan. Pada saat ini, penulis tengah melanjutkan studi doktoral di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis akan terus berusaha untuk memberikan kontribusi positif bagi ilmu pengetahuan dan masyarakat. Paska Wijayanti, S.T., M.Eng. Lahir di Kota Solo pada bulan Juli 1990. Pendidikan SMA di SMA Negeri 7 Surakarta. Pada tahun 2009 melanjutkan pendidikan Sarjana S-1 Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian Skripsi mengenai Pemetaan Genangan Waduk Pacal akibat dari Keruntuhan Bandungan Pacal di Bojonegoro. Setelah lulus bekerja di Konsultan Perencana PT Darma Dedana Cipta Consultans, terlibat dalam proyek Rehabilitasi Bendung Karet Tirtonadi di Kota Solo. Pada tahun 2018 melanjutkan pendidikan Magister di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penelitian Tesis mengenai Pola Operasi Waduk Wonogiri Untuk Pengendalian Banjir Dan Sedimen Di Wilayah Sungai Bengawan Solo Hulu Untuk Pengendalian Banjir dan dipublish di Jurnal Akreditasi Sinta-2. Pada Tahun 2021 diterima sebagai Staf Pengajar di Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta dengan konsentrasi keilmuan Teknik Sumber Daya Air. Selain
Hidrologi Terapan 223 aktif dalam kegiatan mengajar, penulis juga melakukan berbagai penelitian yang berkaitan dengan Hidrologi, dan pengabdian kepada masyarakat. Saat ini penulis menjabat sebagai Managing Journal pada Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur (JTSA) dan Managing Journal pada Journal Of Civil Engineering And Infrastructure Technology (JCEIT). Gunarso, S.T., M.T. Lahir di Klaten pada bulan Januari 1965. Pada tahun 1994 dinyatakan lulus Sarjana S-1 di Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta. Setelah lulus bekerja di PT Indra Karya (Persero) tahun 1994 s/d 2000. Pada tahun 1999 diterima sebagai Staf Pengajar Kontrak dan tahun 2001 diangkat sebagai Staf Pengajar Tetap di Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta sampai sekarang. Pada tahun 2011 melanjutkan pendidikan Magister di Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. Selain aktif dalam kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi (mengajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat), penulis juga aktif sebagai praktisi profesional di bidang Teknik Sipil.
Hidrologi Terapan 224