1
Salam sejahtera bagi kita semua…
Penulis mengucapak syukur memanjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nyalah, Buku Pedoman Standar Operasional Prosedur Bencana Gempa
Bumi dan Banjir ini dapat selesai. Penyusunan Buku Pedoman Standar Operasional
Prosedur Bencana Gempa Bumi dan Banjir ini disusun dengan tujuan agar
tercapainya pemahaman untuk masyarakat yang belum tahu terkait dengan mitigasi
bencana. Untuk itu semua pihak yang terkait dapat memahami Buku Pedoman
Standar Operasional Prosedur Bencana Gempa Bumi dan Banjir dengan harapan
evakuasi bencana dapat dijalankan dengan lancar dan baik.
Penulis menyadari bahwa Buku Pedoman ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca baik dalam segi
penulisan ataupun kekurangan lainnya dari Buku Pedoman ini.
Ketidaktahuan masyarakat akan tempat pengungsian ini juga diakibatkan dengan
tidak adanya rute jalur evakuasi bencana banjir. Oleh karena itu perlu adanya sebuah
rancangan atau perencanaan sebelumnya dalam hal mengurangi kerugian yang
dapat terjadi. Usaha untuk mengurangi dampak tersebut dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara, misalnya, sosialisasi daerah rawan bencana kepada
masyarakat, upaya-upaya simulasi tanggap bencana bagi penduduk daerah rawan
bencana, atau dapat menggunakan buku pedoman dalam merancang perencanaan
tersebut.
Penulis berharap Buku Pedoman Standar Operasional Prosedur Bencana Gempa
Bumi dan Banjir ini dapat diterima untuk dijadikan sebagai dasar pedoman dalam
mitigas bencana dengan sebaik-baiknya untuk dapat terhindar dari bencana. Aamiin.
Gorontalo, November 2022
Penyusun
1
Pennggung Jawab :
Dr. Eduart Wolok, ST.,MT.,IPM (Rektor Universitas Negeri Gorontalo)
Pengarah :
Dr. Johan Maulana, M.Pd
Dr. Widy S. Abdulkadir, S.Si., M.Si., Apt.
Drs.. Edison, CA., MBA., CH., CHt., CP.NLP
Penyusun :
Ibrahim Suleman, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Reviewer :
dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes
Tim Teaching Mata Kuliah Keperawatan Bencana UNG :
Zulkifli B. Pomalango, S.Kep., Ns.,M.Kep
Mihrawati S. Antu, S.Kep., Ns.,M.Kep
2
\
LEMBAR PENGESAHAN
I. IDENTITAS
a. Kegiatan : Buku Pedoman SOP Mitigasi Bencana
b. Mata Kuliah : Keperawatan Bencana
II. PENYUSUN : Ibrahim Suleman, S.Kep.,Ns.,M.Kep
a. Nama
b. NIP : NIP. 199103052022031003
c. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tingkat 1, III/b
d. Jabatan : Tenaga Pengajar
e. Fakultas/Jurusan : FOK/Keperawatan
III. Sumber Biaya : Mandiri
Ketua Jurusan Keperawatan Gorontalo, November 2022
Penyusun
Yuniar M. Soeli, M.Kep.,Sp.Kep.J Ibrahim Suleman, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIP. 198506212008122003 NIP. 199103052022031003
Dekan FOK UNG Penjaminan
Mutu FOK UNG
Prof. Dr. Herlina Jusuf, M.Kes Zulkifli B. Pomalango, S.Kep.,Ns.,M.Kep
NIP. 196310011988032022 NIP.199307162020121018
3
Hal
COVER
PENGANTAR ……………………………………………………………………………. 1
REDAKSI ………………………………………………………………………………… 2
LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………………… 3
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………... 4
SOP MITIGASI GEMPA BUMI ………………………………………………………… 5
SOP MITIGASI BANJIR ……………………………………………………………….. 25
PEMBUATAN RUMAH SAKIT LAPANGAN …………………………………………. 43
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………. 53
PENUTUP ………………………………………………………………………………. 54
4
1. PENDAHULUAN
Bumi merupakan peristiwa pelepasan energi yang menyebabkan dislokasi
(pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba. Mekanisme perusakan terjadi
karena energi getaran gempa dirambatkan ke seluruh bagian bumi. Di permukaan
bumi, getaran tersebut dapat menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan
sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa juga dapat memicu
terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang
merusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan bencana ikutan
berupa kebakaran, kecelakaan industri dan transportasi serta banjir akibat runtuhnya
bendungan maupun tanggul penahan lainnya.
2. MAKSUD DAN TUJUAN
SOP ini disusun dengan maksud sebagai pedoman kerja dan arahan tindakan
dalam menangani bencana gempa bumi. Sementara itu tujuan penyusunan Standar
Operasional Prosedur Evakuasi Gempa Bumi adalah untuk mewujudkan tertib
operasi evakuasi gempa bumi di lingkungan kerja.
3. MITIGASI DAN EVAKUASI GEMPA BUMI
A. Tindakan Mitigasi Pra Bencana Gempa Bumi
Ada beberapa tindakan mitigasi yang perlu direncanakan dan disiapkan
antara lain:
1. Konstruksi Bangunan
a. Pastikan bahwa struktur dan letak bangunan kantor dapat terhindar dari
bahaya yang disebabkan oleh gempa bumi
b. Melakukan evaluasi dan merenovasi ulang struktur bangunan yang
rawan rusak akibat gempa bumi
2. Jalur Evakuasi
a. Membuat jalur aman untuk evakuasi
b. Menentukan tempat aman untuk tujuan
evakuasi/mengungsi
c. Menyepakati cara peringatan dini terjadinya bencana gempabumi
d. Persiapan pribadi dan keluarga, misalnya tas siaga.
5
3. Penataan Kantor
a. Perabotan (lemari, cabinet, dll) diatur menempel pada dinding untuk
menghindari jatuh, roboh, dan bergeser pada saat terjadi gempa bumi.
b. Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah
pecah agar terhindar dari kebakaran
c. Selalu mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan
B. Tindakan Saat Terjadi Bencana Gempa Bumi
1. Jika Anda Berada di dalam Gedung
a. Lindungi badan dan kepala Anda dari reruntuhan bangunan dengan
bersembunyi di bawah meja atau benda lain yang kokoh
b. Cari tempat yang paling aman dari reruntuhan dan guncangan
c. Lari keluar apabila masih dapat dilakukan
2. Jika Anda di Area Terbuka atau di luar Gedung
a. Mengindari dari bangunan yang ada disekitar Anda seperti gedung,
tiang listrik, pohon, dll
b. Perhatikan tempat anda berpijak, hindari apabila terjadi rekahan tanah
c. Segera cari lokasi yang terdapat tanda titik kumpul
C. Tindakan Setelah Terjadi Bencana (Pasca Bencana) Gempabumi
1. Jika Anda Berada dalam Gedung
a. Keluar dari bangunan tersebut dengan tertib
b. Periksa apakah terdapat anggota badan yang terluka, lakukan
P3K
c. Telepon dan mintalah pertolongan apabila terjadi luka parah pada Anda
atau sekitar Anda
Setelah Anda memeriksa kondisi kesehatan dan dalam kondisi yang
memungkinkan, Anda dapat melakukan langkah sebagai berikut:
1. Periksa apabila terjadi kebakaran
2. Periksa apabila terjadi kebocoran gas
3. Periksa ababila terjadi hubungan arus pendek listrik
4. Periksa apabila ada hal-hal yang membahayakan (mematikan listrik,
tidak menyalakan api, dll)
6
2. Standar Operasional Prosedur (SOP) Penanganan Bencana Gempa
Bumi
A. Standar Operasional Prosedur (SOP) Komunikasi, Melapor Satgas
1. Laporan dari masyarakat dan unsure Relawan atau pengamatan
langsung TIM TRC/Staf BPBD di lapangan kepada Posko siaga BPBD
2. Penerima laporan (Petugas Posko) melaporkan secara berjenjang
kepada Kasi Darurat, Kabid Kedaruratan dan Logistik atau langsung
pada Kalak
3. Kepala BPBD/Kepala Pelaksana BPBD menugaskan TRC/TIM kaji
cepat. Tugas Tim Kaji Cepat : melakukan pengkajian antara lain
a. cakupan lokasi bencana;
b. jumlah korban bencana;
c. kerusakan prasarana dan sarana;
d. gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan;
dan
e. kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
4. Tim Kembali dengan Hasil Kajian :
Hasil Kajian : Bencana skala kecil, sedang dan besar
5. Rekomendasi TIM untuk penentuan Status Keadaan Darurat.. Ya/Tidak
a. Bencana dengan skala kecil tidak ditetapkan Status darurat
b. Bencana dengan skala sedang dan besar dapat diusulkan Status
Keadaan Darurat.
6. Bila tidak ….. hanya dapat diberikan bantuan dengan sumberdaya
yang ada
7. Bila Ya… Kepala Pelaksana BPBD melaporkan dan mengajukan SK
Penetapan Status Darurat kepada Walikota
a. Masa tanggap Darurat : Bencana skala sedang 7 hari, bencana
besar 14 hari dan bisa diperpanjang bila diperlukan
b. Melaporkan kejadian Bencana ke BPBD Propinsi dan BNPB oleh
BPBD Kota yang dikoordinir oleh Bidang Kedaruratan.
8. Penunjukan Komandan Tanggap Darurat Bencana
7
Komandan Tanggap Darurat dapat langsung di jabat oleh Kepala BPBD
atau dapat menunjuk pejabat yang lain sesuai kewenangannya.
9. Mengaktifkan RENKON dan POS Komando Tanggap Darurat
10. Pengajuan dan penggunaan Beras Cadangan Pemerintah pada
BULOG
a. SK Walikota tentang Penetapan Status Tanggap Darurat.
b. Surat-surat pendukung lainnya.
c. Pengambilan beras
11. Langkah langkah Penanganan darurat antara lain :
a. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
Penyelamatan dan Evakuasi masyarakat dengan melibatkan TNI,
POLRI, TRC dan Relawan (TSBK).
Pencarian dan Evakuasi korban (bila ada) di koordinasikan dengan
TIM SAR.
b. Pemenuhan kebutuhan dasar;
Kebutuhan dasar bagi korban bencana antara lain, kebutuhan air
bersih dan sanitasi, sandang, pangan, penampungan sementara,
pelayanan physikososial dan pelayanan kesehatan Pengadaan
kebutuhan dasar berdasarkan RAB yg di susun oleh TIM Kaji Cepat.
c. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
Pada saat evakuasi dan penyelamatan dan pelayanan kebutuhan
dasar maka kelompo rentan menjadi perioritas.Kelompok rentan
antara lain : bayi, balita, anak-anak; ibu yang sedang mengandung
atau menyusui; penyandang cacat; dan orang lanjut usia.
d. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital
Yang dimaksud prasarana dan sarana vital adalah adalah prasarana
dan sarana yang mendukung kehidupan dan perekonomian
masyarakat apabila tidak segera di perbaiki maka akan
melumpuhkan perekonomian masyarakat .. contoh kerusakan
jembatan yang menghubungkan dua wilayah dan tidak ada
alternative lain yng menghubungkan kedua wilayah tersebut.
12. Evaluasi/ Laporan Pertanggungan Jawab
Pembuatan Laporan Pertanggungan jawab
8
SKEMA STANDAR OPERASIONAL PROSEDU
Uraian Prosedur Pelaksana
No Kegiatan Bidang Walikota/ Kepala Kepala Kepala Staf
Badan Bidang Seksi
Kedaruratan dan lembaga
Logistik lainnya
Bencana
Laporan dari
masyarakat dan
unsure Relawan atau Star
1 pengamatan TIM
langsung
TRC/Staf BPBD di
lapangan kepada
Posko siaga BPBD
Penerima laporan
(Petugas Posko)
melaporkan secara
2 berjenjang kepada
Kasi Darurat, Kabid
Kedaruratan dan
Logistik atau
langsung pada Kalak
UR (SOP) KOMUNIKASI MELAPOR SATGAS Pendukung/ Ket
Mutu Baku
f Kelengkapan Waktu Output
r HT Laporan Surat
HP 5 menit masuk/dokumen Semua Staf BPBD
ATK
HT
HP
ATK
Surat Semua Staf BPBD
15 menit
masuk/dokumen
9
3 Kepala BPBD/Kepala
Pelaksana BPBD
menugaskan
TRC/TIM kaji cepat
4 Tim Kembali dengan
Hasil Kajian
Rekomendasi TIM
5 untuk penentuan
Keadaan
Status
Darurat.. Ya/Tidak
Bila tidak ….. hanya
dapat diberikan
6 bantuan dengan
sumberdaya yang
ada
Bila Ya… Kepala
Pelaksana BPBD
7 melaporkan dan
SK
mengajukan
Penetapan Status
Darurat kepada
ATK, buku 20 menit SK Penugasan / TSBK
pedoman, S dokumen
kendaraan.
Dokumen analisa
ATK 1-2 Jam
hasil kaji cepat
20 menit
ATK Surat / dokumen
S
ATK 15 menit Semua Staf BPBD
ATK 1x24 SK Penetapan Sekertaris dan Semua
Jam Status Darurat Kepala Bidang
10
Walikota Bima dan
Walikota
menetapkannya
Penunjukan
8 Komandan Tanggap
Darurat Bencana
Mengaktifkan
9 RENKON dan POS
Komando Tanggap
Darurat
Pengajuan dan
Penggunaan Dana
tak Terduga untuk
10
Tanggap Darurat
Pengajuan dan
penggunaan Beras
11 Cadangan pada
Pemerintah
BULOG
ATK 30 menit SK Penunjukan
ATK, Buku 30 menit Dokumen Renkon
agenda
ATK, buku 1 x 24 Proposal Sekertaris dan Semua
panduan Jam Pengajuan dan Kepala Bidang
Penggunaan
Dana Tanggap
Darurat dan
lampiran
ATK, buku 30 menit SK Tanggap Sekertaris dan Semua
panduan 1 Darurat Surat Kepala Bidang
Walikota
11
Langkah langkah
Penanganan darurat
a. penyelamatan
dan evakuasi
masyarakat
terkena
bencana
b. pemenuhan
kebutuhan
12 dasar
c. perlindungan
terhadap
kelompok
rentan
d. pemulihan
dengan
segera
prasarana
dan sarana
vital
- Terdata dan
terlindunginya
korban
ATK, - Terpenuhi
Kendaraan,
bahan dan Selama kebutuhan
peralatan masa
Tanggap dasar SAR/TNI/POLRI/Relawan
logistik Darurat - Tertangani
kelompok
rentan
- Berfungsinya
sarana
prasarana
12
3 Evaluasi dan
13 pelaporan
Pertanggungan
Jawaban
Selesai
13
B. Standar Operasional Prosedur (SOP) Titik Evakuasi dan Titik
Kumpul
1. Pejabat/Pegawai Penghuni Gedung SKPD/Organisasi/Swasta
melaporkan dan memberitahukan adanya gempa bumi kepada Petugas
Tanggap Darurat
2. Petugas Tanggap Darurat memberitahukan kepada Petugas Tanggap
Darurat Gedung dan Petugas Tanggap darurat Listrik.
3. Yakni :
a. Petugas Tanggap darurat Gedung membunyikan alarm atau
mengumumkan adanya Gempa
b. Petugas Tanggap Darurat Listrik melakukan pemutusan aliran listrik
melalui panel listrik.
4. Petugas Tanggap Darurat Gedung mengumpulkan Massa/Pegawai
(Penghuni Gedung).
5. Apabila :
a. Massa/Pegawai dapat dikumpulkan, maka dilakukan Evakuasi
b. Massa/Pegawai tidak dapat dikumpulkan, maka petugas Tanggap
Darurat Gedung memberitahukan bahwa massa tidak dapat
dikuasai kepada petugas Tanggap darurat.
6. Petugas Tanggap Darurat melaporkan adanya Gempa Bumi Kepada :
a. Psudalops PB Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan
b. Petugas Pelayanan Kesehatan.
7. Petugas Tanggap Darurat dan Petugas Tanggap Darurat Gedung
melakukan koordinas untuk evakuasi.
8. Petugas Tanggap Darurat memberitahukan kepada seluruh penghuni
Ruangan untuk Evakuasi melalui pintu atau tempat aman dari gempa
Bum.
9. Petugas Tanggap Darurat mengarahkan kepada seluruh Penghuni
Ruangan untuk berjalan secara tertib, tidak berlari, dan berbaris secara
teratur untuk menuju ke tempat aman yang telah ditentukan
(Assembly/Titik Kumpul).
10. Petugas Tanggap Darurat melaksanakan Absensi untuk mengetahui
orang-orang yang melakukan Evakuasi/Penyelamatan bersamanya.
14
11. Petugas Kesehatan melaksanakan Triage (Pemilahan kondisi
Kesehatan yang dievakuasi) berdasarkan kondisi Kesehatan korban
dan meberikan pertolongan Kesehatan
12. Petugas Tanggap Darurat memberitahukan kepada seluruh Pegawai
(Penghuni Gedung) tentang situasi Keaman Gedung.
15
SKEMA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Uraian Prosedur Pelaksana
No Penanganan Bencana Pejabat/ Petugas Tanggap Darurat Petugas Tanggap Pe
Gempa Bumi Pegawai
Penghuni Darurat Gedung D
Pejabat/Pegawai Mulai
penghuni Gedung
Kantor
SKPD/Organisasi/S
1 wasta melaporkan
adanya Gempa
Bumi kepada
petugas tanggap
darurat
Petugas tanggap
darurat
memberitahukan
kepada petugas
2 Tanggap Darurat
Gedung dan
Petugas Tanggap
Darurat Listrik
a. Petugas
Tanggap
Darurat
Gedung
3 membunyikan
alarm atau
mengumumka
n adanya
gempa
R (SOP) TITK EVAKUASI DAN TITIK KUMPUL
Mutu Baku
etugas Tanggap Pusdalaps PB Petugas Kelengkapa Wak Output Pendukung/
Kesehatan n tu Keterangan
Darurat Listrik BPBD Ciamis
HT.HP,Al 5 Laporan Pejabat/P
at Me Kejadian
Gempa egawai
Peringata nit yang
n, Bumi memiliki
kompeten
Peralatan
Dokumen si
tasi
HT.HP,Al 5 Laporan Pejabat/P
Me Kejadian egawai
at nit yang
Peringata Gempa
Bumi memiliki
n, kompeten
Peralatan
si
Dokumen
tasi
HT.HP,Al 5 Laporan Pejabat/P
at Kejadian egawai
Me Gempa yang
Peringata nit memiliki
Bumi
n, kompeten
Peralatan si
Dokumen
tasi
16
b. Petugas
Tanggap
Darurat Listrik
melakukan
pemutusan
aliran listrik
melalui panel
listrik
Petugas Tanggap
Darurat
4 Mengumpulkan
Massa/Pegawai
(Penghuni Gedung)
a. Apabila
Massa/Pegaw
ai dapat
dikumpulkan,
maka
dilakukan
evakuasi
dengan
petugas
5 tanggap
darurat
b. Apabila
Massa/Pegaw
ai tidak dapat
dikumpulkan,
maka Petugas
Tanggap
Darurat
Gedung
memberitahuk
HT, HP, 5 Laporan Pejabat/P
lat egawai
Me Kejadian yang
Peringata nit Gempa memiliki
n, P3K,
kompeten
Dokumen si
tasi
HT,HP, 5 Laporan Pejabat/P
Alat Me Kejadian egawai
nit Gempa yang
Peringata
memiliki
n, kompeten
Peralatan
Dokumen si
tasi,
Peralatan
P3K,
APAR,
APD
17
an bahwa
massa/pegawa
i tidak dapat
dikuasai
petugas
Tanggap
Darurat
Petugas Tanggap
darurat melaporkan
adanya gempa
kepada :
a. Pusdalops PB
Badan
6 Penanggulang
an Bencana
Daerah
Kabupaten
Ciamis; dan
b. Petugas
Kesehatan
P;etugas Tanggap
Darurat dan
Petugas Tangga
7 Darurat Gedung
melakukan
Koordinasi untuk
Evakuasi
Petugas Tanggap
Darurat
mengarahkan
8 kepada seluruh
Penghuni Ruangan
untuk Evakuasi
melalui pintu atau
HT,HP, 5 Laporan Pejabat/P
Alat Me Kejadian egawai
nit Gempa
Peringata yang
memiliki
n, kompeten
Peralatan
Dokumen si
tasi,
Peralatan
P3K,
APAR,
APD
HT, HP, 5 Laporan Pejabat/P
lat Me Kejadian egawai
nit Gempa
Peringata yang
n, P3K, memiliki
Dokumen kompeten
tasi si
HT, HP, 5 Laporan Pejabat/P
lat Me Kejadian egawai
Peringata nit Gempa yang
n, P3K, memiliki
Dokumen kompeten
tasi si
18
tempat yang aman
dari Gempa.
Petugas Tanggap
Darurat
mengarahkan
kepada seluruh
Penghuni Ruangan
untuk berjalan
9 secara tertib, tidak
berlari, dan berbaris
secara teratur untuk
menuju ke tempat
aman yang telah
ditentukan
(Assembly
Point/Titik Kmpul)
Prtugas Tanggap
darurat
melaksanakan
Absensi untuk
10 mengetahui orang-
orang yang
melakukan
Evakuasi/Penyelam
atan bersamanya.
Petugas Kesehatan
melaksanakan
Triage (Pemilahan
Kondisi Kesehatan
11 Pejabat/Pegawai
yang dievakuasi)
berdasarkan
kondisi Kesehatan
Korban dan
memberikan
HT,HP, 5 Laporan Pejabat/P
Alat Me Kejadian egawai
Peringata nit Gempa yang
memiliki
n, kompeten
Peralatan
si
Dokumen
tasi,
Peralatan
P3K,
APAR,
APD
HT, HP, 5 Laporan Pejabat/P
Me Kejadian
lat egawai
Peringata nit Gempa yang
n, P3K, memiliki
Dokumen kompeten
tasi si
HT,HP, 5 Laporan Pejabat/P
Alat egawai
Me Kejadian yang
Peringata nit Gempa memiliki
n,
kompeten
Peralatan si
Dokumen
tasi,
Peralatan
P3K,
19
Pertolongan
Kesehatan.
Petugas Tanggap
Darurat
memberitahukan
12 kepada seluruh
Pegawai (Penghuni
Gedung) tentang
situasi Keamanan
Gedung
Penangana Titik Selesai
Evakuasi Gempa
Bumi Selesai
APAR, 5 Laporan Pejabat/P
APD Me Kejadian egawai
nit Gempa yang
HT,HP, memiliki
Alata
Peringata kompeten
si
n,
Peralatan
Dokumen
tasi
60
Me
nit
20
C. PENERAPAN METODE PEMULIHAN TRAUMA (TRAUMA HEALING)
TERHADAP KORBAN GEMPA BUMI
Negara Indonesia berada di garis khatulistiwa pada posisi silang antara dua
benua dan dua samudera, berada dalam wilayah yang memiliki kondisi geografis,
geologis, hidrologis, dan demografis yang rawan terhadap terjadinya bencana
dengan frekuensi yang cukup tinggi. Indonesia terletak di atas lempeng benua yang
dijejeri deretan gunung api yang sangat aktif yang disebut dengan ring of fire
(lingkaran api). Kondisi alam yang rentan terhadap berbagai bencana ini tidak dapat
dihindari, namun dapat diminimalisir dari dampak buruk yang akan ditimbulkannya.
Kejadian Tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004 yang memakan banyak
korban yaitu lebih dari 200.000 orang dan bencana gempa tektonik yang terjadi di
Yogyakarta pada tahun 2006 yang menimbulkan korban 6.234, cukup menjadi
bahan introspeksi diri dalam penataan manajemen bencana.
1. TRAUMA HEALING OLEH TENAGA KESEHATAN KEPERAWATAN
Cognitive behavior therapy merupakan terapi yang mengkombinasikan
aspek kognitif dan tingkah laku. Pendekatan ini mengajarkan individu untuk
mengenali bahwa pola pikir tertentu yang sifatnya negatif dapat membuat
individu salah memaknai situasi dan memunculkan emosi atau perasaan
negatif juga emosi yang salah pada akhirnya akan mempengaruhi tingkah
laku individu, hingga dianggap membutuhkan terapi (Spielger & Guevremont,
2010).
MODEL INTERVENSI KOGNITIF BENCANA GEMPA BUMI
Pendahuluan Root cause Desain Intervensi Implementasi
analysis Kognitif Intervensi Kognitif
tipografi dan Fault Tree Penggunaan Persiapan
kerentanan Analysis media: implementasi
daerah booklet/buku Pelaksanaan
saku, poster pre-test,
karakteristik
warga/penduduk Focus Group intervensi dan
Discussion posttest
Simulasi
Bencana
21
Model diawali dari penelitian pendahuluan mengenai kondisi dan situasi
awal kesiapan warga terhadap bencana di daerah tersebut. Salah satu
metode yang dapat digunakan adalah dengan mengukur indeks
kesiapsiagaan warga. Indeks kesiapsiagaan dikembangkan oleh UNESCO-
LIPI (Nugroho, 2007) dan telah diimplementasikan pada banyak studi kasus
manajemen bencana. Nugroho (2007) menganalisis kesiapsiagaan warga di
Nias terkait bencana gempa bumi dan tsunami dengan metode kuantitatif
indeks kesiapsiagaan dilihat dari sisi individu dan rumah tangga, komunitas
sekolah dan pemerintah. Indeks Kesiapan Warga secara Individu dan
Keluarga dikelompokkan ke dalam empat parameter pengetahuan dan sikap
/Knowledge and Attitude (KA), perencanaan kedaruratan/Emergency
Planning (EP), sistem peringatan/Warning System (WS) dan mobilisasi
sumberdara (RMC) (Nugroho, 2007).
Data kesiapan warga akan menjadi dasar penentukan desain intervensi
yang diperlukan berdasarkan pendekatan Root Cause Analysis (RCA). Salah
satu pendekatan yang lazim digunakan akan Fault Tree Analysis (FTA).
Desain intervensi kognitif dikembangkan dengan input model awal yang
dikembangkan oleh Susanto dan Putranto (2016). Modifikasi model Susanto
dan Putranto (2016) dilakukan melalui desain media intervensi yang
dilakukan sebagai hasil tinjauan pustaka yang telah dilakukan. Terdapat
beberapa media yang dapat digunakan sebagai bahan intervensi kognitif
seperti poster, booklet/buku saku, dan Focus Group Discussion (FGD).
2. TRAUMA HEALING OLEH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT
Metode yang terkait dengan kegiatan trauma healing ini adalah
penyuluhan, tanya jawab, permainan (play therapy), dan self motivation.
Adapun tahap-tahap pelaksanaan kegiatan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan. Tim kegiatan trauma healing menyusun rencana
pelaksanaan kegiatan yang meliputi penyuluhan dengan diselingi tanya
jawab. Tujuannya sebagai upaya pemberian informasi mengenai
penanganan yang tepat diberikan bagi korban pasca bencana gempa
bumi.
b. Pelaksanaan. Diimplementasikan dalam bentuk nyata melalui permainan
(play therapy) dan self motivation. Kegiatan trauma healing lebih
menekankan pada permainan yang syarat akan muatan edukasi.
22
Kegiatan permainan dilakukan secara kelompok. Bermain menjadi
metode yang tepat untuk anak. Dikarenakan melalui terapi bermain (play
therapy) mengajak anak untuk bermain, maksudnya mempengaruhi anak
untuk tergabung dalam permainan yang ditawarkan. Sehingga anakanak
merasa menikmati situasi yang sedang terjadi walaupun tidak senyaman
seperti biasanya sebelum bencana gempa bumi terjadi.
Selanjutnya, metode yang digunakan adalah motivasi diri (self
motivation). Self motivation bertujuan untuk meningkatkan motivasi diri bagi
korban gempa Lombok terutama anak-anak untuk bangkit dan semangat
berkarya dalam rangka membangun masa depan yang lebih baik.
3. TRAUMA HEALING OLEH TENAGA DOKTER
Ditengah rasa kekhawatiran dan ketakutan yang melanda akan menjadi
sangat penting bagi anak-anak untuk mendapatkan pelayanan pemulihan
trauma yang disebut trauma healing. Dukungan psikologis setelah terjadi
bencana alam seperti gempa bumi sangat diperlukan untuk mengurangi
tingkat trauma terhadap masyarakat yang terdampak bencana.
Gangguan trauma paska stres atau yang dikenal juga sebagai Post
Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah sebuah kondisi gangguan
kesehatan mental akibat peristiwa yang mengerikan, seperti kecelakaan,
perang, ataupun kejadian bencana alam (gempa bumi, tsunami, longsor dan
lainnya). Gejala psikis seperti demikian tidak bisa dibiarkan berlarut-larut.
Para korban harus dibantu agar pulih kondisi psikologisnya dari pengalaman
traumatis melalui pemulihan trauma (trauma healing). Apa saja kira-kira yang
bisa kita lakukan untuk memulihkan kondisi tersebut.
a. Meminimalkan paparan media yang memberitakan tentang bencana atau
peristiwa tersebut.
b. Menghindarkan mereka dari tempat-tempat dimana kejadian mengerikan
itu berlangsung.
c. Memberikan dukungan, kita perlu menunjukkan bahwa kita peduli dan
berempati terhadap kondisi korban.
d. Memberikan donasi dalam bentuk pangan, sandang, dan papan.
e. Mengajak para korban untuk bermain dan bersenda gurau, hal ini dapat
meringankan tekanan traumatis yang dialami korban.
23
f. Melakukan kegiatan bersama-sama seperti memasak di dapur umum. 7.
Menjadi pendengar cerita para korban, bila mereka siap menceritakan
musibah yang dialaminya.
g. Secara moral, dukungan psikososial ditujukan untuk melepaskan korban
dari perasaan ketakutan yang dialaminya, bukannya bertujuan untuk
melupakan peristiwa pahit tersebut. Dan kegiatan yang dilakukan
bersama-sama memberikan efek psikologis yang kuat kepada korban
yang menandakan bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi
peristiwa ini. Selain itu edukasi seputar informasi bencana atau informasi
bantuan pun menjadi hal yang penting dan dapat disampaikan kepada
korban sehingga apabila bencana susulan terjadi para korban mengerti
apa yang harus dilakukan
24
Baldatun Muhammad, Manajemen Relawan Tim Psikososial Pendamping Anak
Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), skripsi tidak diterbitkan,
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2019).
Indryana Farida, Aktivitas Rumah Ceria Anak Yogya dalam Mengatasi Trauma Anak-
anak Korban Gempa Bumi di Pagergunung 2 Sitimulyo Piyungan Bantul
Yogyakarta, skripsi tidak diterbitkan, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009).
Nugroho A.C. 2007. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Mengantisipasi
Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Nias Selatan. MPBI-UNESCO. 2-20 April
2007Parker (1992)
Pramardika, Dhito Dwi, dkk. 2020. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Trauma
Healing Pada Anak Korban Bencana Alam. Faletehan Health Journal Vol 7 No2.
Hh 85-91
Susanto and Putranto. (2016). Analisis Level Kesiapan Warga menghadapi Potensi
Bencana Longsor Kota Semarang, Unpublished
25
Buku Pedoman ini memberikan Penjelasan mengenai Standar Operasional Prosedur
Mata Kuliah Keperawatan Bencana yang terdiri dari SOP Mitigasi Bencana Gempa
Bumi, Bencana Banjir, dan Pembuatan Rumah Sakit Lapangan.
Kepada semua pihak dalam tim teaching mata kuliah Keperawatan Bencana yang
telah mendukung dan memberikan masukan dalam penyusunan buku ini diucapkan
terima kasih.
Harapan kita semua agar proses pembelajaran di Jurusan Keperawatan Universitas
Negeri Gorontalo dapat berjalan dengan lancar.
26