The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Peranan hakamain dalam keutuhan sebuah rumah tangg

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by sainiyahachmad857, 2022-03-15 00:43:38

SYIQAQ dan PERAN HAKAMAIN

Peranan hakamain dalam keutuhan sebuah rumah tangg

Keywords: Perkawinan

SYIQAQ

&
PERAN HAKAMAIN DALAM

KEUTUHAN KKELUARGA

SAINIYAH, .M.H



KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Sholawat dan
salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda nabi besar Muhammad SAW.
Makalah ini membahas tentang Tinjauan Psikologis tentang Syiqaq Dalam
Perkawinan dan Peranan hakamain dalam Upaya Penyelesaiannya.

Kami mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan motivasi dari Bapak
Dosen Pengampu Mata Kuliah Psikologi Hukum Perkawinan Islam serta teman-
teman yang menyemangati dan memberi ide-ide sehingga bisa menyelesaikan
tugas makalah ini dengan baik.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca.Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Surabaya,28 Januari 2020

Penulis

i

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................i
Daftar Isi.......................................................................................................... ii
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Syiqaq ................................................................................... 3
B. Dasar Hukum Syiqaq .............................................................................. 3
C. Peran Hakamain dalam Menyelesaikan Syiqaq ..................................... 4
D. Tugas dan Wewenang Hakamain............................................................ 5
E. Tinjauan Psikologis Syiqaq dalam Perkawinan ..................................... 7
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ................................................................................................... 9
Daftar Pustaka............................................................................................. 10

ii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keragaman adalah hal yang lumrah sebagai anugerah Tuhan. Begitu pula

keragaman dalam keluarga. Pasangan suami isteri adalah dua orang yang lahir,
tumbuh, dan berkembang dari keluarga dan lingkungan yang berbeda. Masing-
masing memiliki kebiasaan, cara pandang, perilaku dan perangai yang berbeda-
beda pula. Dari keragaman ini sangat mungkin terjadi konflik dan riak-riak
masalah dalam kehidupan berumah tangga.

Kondisi damai dalam keluarga bukan berarti suatu keluarga tidak ada
persoalan, tetapi berarti kondisi di mana keluarga mampu menyelesaikan
persoalan. Masalah dalam keluarga akan selalu hadir dalam bentuk dan kondisi
yang berubah-ubah dalam setiap tahapan perubahan di dalam perkawinan.

Pertengkaran pasangan sering berawal dari hal-hal sepele, misalnya karena
perbedaan kebiasaan atau membanding-bandingkan dengan orang lain. Perbedaan
antara harapan dan kenyataan di antara kedua belah pihak juga seringkali
menimbulkan konflik. Dalam realitas sosial di zaman sekarang banyak sekali kita
lihat di sekitar kita atau di media sosial keluarga yang mengalami perceraian.
Salah satu penyebab perceraian adalah terjadinya perselisihan terus menerus yang
berlanjut kepada pertengkaran di antara suami isteri.

Menghadapi persoalan keluarga juga menjadi proses pembelajaran menuju
kematangan, agar pasangan lebih bijak dalam menghadapi masalah. Karena itu
pasangan suami isteri sebaiknya memiliki keterampilan dalam mengelola masalah
atau konflik. Tapi tidak semua pasangan mampu menyelesaikan sendiri
perselisihan yang terjadi. Ketika perselisihan sudah terjadi terus menerus dan
sudah hampir mencapai krisis maka dalam Islam diperkenankan meminta bantuan
orang lain untuk menyelesaikan masalah di antara mereka.

Dalam makalah kali ini akan membahas masalah syiqaq dan peran
hakamain dalam Islam untuk menyelesaikan konflik di antara suami isteri.

1

B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini, penulis merumuskan beberapa hal yang

akan dibahas dalam bab selanjutnya, di antara rumusan masalah tersebut antara
lain :
1. Pengertian Syiqaq
2. Penyebab Syiqaq
3. Dasar Hukum tentang Syiqaq
4. Peran Hakamain dalam menyelesaikan syiqaq
5. Tinjauan Psikologis Perkawinan terhadap Syiqaq
C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan tentang syiqaq ini, penulis berharap tercapainya
hal-hal berikut ini :
1. Memahami pengertian syiqaq
2. Mengetahui penyebab syiqaq dalam rumah tangga
3. Mengetahui Dasar Hukum tentang Syiqaq
4. Mengetahui konsep Islam tentang hakamain dalam menyelesaikan syiqaq
5. Mengetahui tinjauan psikologis perkawinan terhadap syiqaq.

2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Syiqaq

Syiqaq berasal dari kata al syaqaq yang berarti sukar, sulit, sempit, pecah
dan terbelah. Dalam kamus Lisan al Arab, kata syiqaq berasal dari kata Syaqq,
yusyaqqu, musyaqah dan syiqaqan, yang berarti permusuhan. Menurut istilah,
syiqaq adalah krisis memuncak yang terjadi antara suami isteri sedemikian rupa,
sehingga antara suami isteri terjadi pertentangan pendapat dan pertengkaran,
menjadi dua pihak yang tidak mungkin dipertemukan dan kedua belah pihak tidak
mampu mengatasinya.1

B. Dasar Hukum tentang Syiqaq

Dasar hukum syiqaq ialah firman Allah SWT dalam Alquran Surat Annisa
ayat 35 yang berbunyi :

‫َو ِإ ْن ِخ ْفتُ ْم ِش َقا َق َب ْينِ ِه َما فَا ْبعَخُىا َح َك ًما ِم ْه أَ ْه ِل ِه َو َح َك ًما ِم ْه أَ ْه ِل َها إِ ْن يُ ِريدَا ِإ ْص ََل ًحا يُ َى ِّف ِك َّلهلاُ بَ ْي َن ُه َما ۗ إِ هن‬
‫َّلهلاَ َكا َن َع ِلي ًما َخ ِبي ًرا‬

“Dan jika kamu khawatirkanada persengketaan antara keduanya, maka
kirimlah seorang hakamdari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari
keluarga perempuan. Jika kedua hakam itu bermaksud mengadakan
perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami isteri itu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Dalam penjelasan pasal 76 ayat 1 UU No. 7 tahun 1989 syiqaq diartikan
sebagai perselisihan yang tajam dan terus menerus antara suami isteri. Pengertian
syiqaq dalam peraturan perundang-undangan tersebut sudah memenuhi pengertian
yang terkandung dalam surat Annisa ayat 35. Pengertian dalam Undang-undang
ini mirip dengan apa yang dirumuskan dalam penjelasan pasal 39 ayat 2 huruf f
UU No. 1 tahun 1974 jis pasal 19 huruf f PP No. 9 tahun 1975, pasal 116
kompilasi hukum Islam: “antara suami, isteri terus menerus terjadi perselisihan

1 Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (UI Press : Jakarta, 1998) hal : 95

3

dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah
tangga.”

C. Peran Hakamain dalam Menyelesaikan Syiqaq

Ketika syiqaq terjadi antara suami isteri dalam satu rumah tangga dan
permusuhan di antara keduanya semakin kuat dan dikhawatirkan terjadi firqah
atau perceraian dalam rumah tangga mereka maka dianjurkan untuk mengutus
seorang hakam dari pihak laki-laki maupun perempuan, dengan tujuan untuk
menyelidiki dan mencari sebab musabab permasalahan antara keduanya, dan
Allah menganjurkan agar pihak yang berselisih apabila memungkinkan untuk
kembali membina rumah tangga (hidup bersama) kembali. Dan perlu diketahui
yang dimaksud hakam dalam ayat tersebut adalah seorang bijak yang dapat atau
cakap untuk menjadi penengah dalam menghadapi konflik yang sedang terjadi.
1. Pengertian Hakamain

Hakamain merupakan bentuk tatsniyah dari hakam yang berarti pendamai.
Yakni seorang hakam dari pihak suami dan seorang hakam dari pihak isteri untuk
menyelesaikan konflik antara suami isteri.

Menurut bahasa hakamain berarti dua orang hakam, yaitu seorang hakam
dari pihak suami dan seorang hakam dari pihak isteri untuk menyelesaikan kasus
syiqaq. Arti hakam yang tersebut pada ayat 35 surat An-Nisa’, Para ahli fiqh
berbeda pendapat:

 Menurut pendapat imam Abu Hanifah, sebagaian pengikut imam hambali,
dan qoul qadim dari pengikut imam Syafi’I, “hakam” itu berarti wakil.
Sama halnya dengan wakil, maka hakam tidak boleh menjatuhkan talak
kepada pihak isteri sebelum mendapat persetujuan dari pihak suami, begitu
pula hakam dari pihak tidak boleh mengadakan khuluk sebelum mendapat
persetujuan dari isteri.

 Menurut imam malik, sebagain lain pengikuta imam hambali dan qoul
jadid pengikut imam Syafi’i. hakam itu sebagai hakim, sebagai hakim
maka hakam boleh memberi keputusan sesuai dengan pendapat keduanya

4

tentang hubungan suami-isteri yang sedang berselisih itu, apakah ia akan
memberi keputusan perceraian atau ia akan memerintahkan agar suami
isteri itu berdamai kembali.2
2. Persyaratan Hakamain
a. Berlaku adil diantar pihak yang bersengketa
b. Mengadakan perdamaian antar kedua suami isteri dengan ikhlas
c. Disegani oleh kedua pihak suami isteri
d. Hendaklah berpihak kepada pihak yang teraniaya, apabila pihak yang

lain tidak mau berdamai
Disunnahkan hakamain dari keluarga sendiri, seorang hakam dari pihak
suami dan seorang hakam dari pihak isteri sebagaimana yang tersirat dalam ayat.
Jika dari keluarganya tidak ada yang bisa dijadikan hakam, maka hakim mengutus
dua orang laki-laki lain. Dan sebaiknya dari tetangga suami isteri tersebut, yakni
orang yang cakap dan mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan suami isteri dan
dianggap mampu mendatangkan perdamaian di antara keduanya.
Hakamain juga harus bebas dari pengaruh-pengaruh yang dapat merusak
suasana dan mempersulit permasalahan. Mereka juga harus menjaga citra suami
isteri serta menjaga rahasia keduanya.
D. Tugas dan Wewenang Hakamain
Tugas hakamain adalah mengerahkan segala upaya untuk mengetahui akar
permasalahan yang menjadi sebab perseteruan antar suami isteri dan
menyingkirkannya, serta memperbaiki dan mendamaikan hubungan suami isteri
yang sedang dilanda masalah dan dapat menyatukan kembali pasangan suami
isteri tersebut. Hakamain harus bertindak dengan mempertimbangkan mashlahah,
baik berupa tetap atau selesainya pernikahan, bukan mengedepankan hajat suami,
istri atau perwakilannya. Ini adalah pendapat Ali, Ibnu Abbas, Abu Salamah Bin
Abdur Rahman, As-Sya’bi, An-Nakho’i, Sa’id Bin Jubair, Malik, Al-Auza’i,
Ishaq dan Ibnu Al-Mundzir.2
Ulama berbeda pendapat tentang kekuasaan dua orang hakamain, yakni
apakah dua orang hakam tersebut berkuasa untuk mempertahankan perkawinan

2 Sayyid Sabiq, Fiqh Al Sunnah, (Beirut : Dar al Kutub Al A’robi) Juz II hal : 308

5

atau menceraikannya tanpa izin suami isteri, ataukah tidak ada kekuasaan bagi

kedua hakam tanpa izin keduanya.

Menurut Imam Malik bahwa kedua hakam dapat memberikan ketetapan

pada suami isteri tanpa seizinnya, jika hal tersebut dipandang oleh kedua hakam

dapat mendatangkan maslahat bagi suami isteri tersebut. Artinya kedua hakam

tersebut merupakan dua orang hakim yang diberikan kekuasaan oleh pemerintah.

Menurut Imam Abu Hanafiyah bahwa kedua hakam tidak boleh

menceraikan suatu perkawinan tanpa izin suami isteri karena hakamain adalah

wakil dari suami isteri tersebut.

Sedangkan menurut Imam Syafii bahwa tugas hakamain adalah sebagai

wakil dari pihak suami dan isteri, menjalankan keinginan keduanya dan tidak
boleh sampai memisahkan kehidupan perkawinan antara keduanya.3

Ibnu Qudamah secara kronologis menjelaskan langkah-langkah yang

diambil oleh seorang hakam dalam menghadapi konflik tersebut, yaitu:

Pertama, hakim mempelajari dan meneliti penyebab terjadinya konflik tersebut,

dan apabila ditemukan penyebabnya adalah nusyuznya isteri maka

penyelesaiannya adalah sebagaiman dalam kasusu nusuz isteri, dan bila asal

permasalahan terjadi karena nusyusnya suami maka yang harus dilakukan adalah

mencari orang yang disegani untuk menasehati sang suami supaya menghentikan

sikap nusyuznya terhadap isteri. Dan apabila konflik tersebut berasal dari

keduanya dan keduanya saling menyalahkan maka hakim mencarikan orang yang

disegani untuk menasehati keduanya.

Kedua, bila langkah-langkah di atas tidak membuahkan hasil, maka hakim

menunjuk seseorang dari pihak suami dan pihak isteri untuk menyelesaikan

konflik tersebut. Kepada kedua orang yang ditunjuk oleh hakim tersebut diserahi

wewenang untuk menyatukan kembali keluarga yang hampir pecah itu dan

apabila hal tersebut tidak memungkinkan maka diperbolehkan untuk

menceraikannya.

3 Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Al Islam wa Adillatuhu, (Damaskus ; Dar al Fikr) hal : 7062
6

Peranan hakam sebagai mediator (pemberi saran) dalam perkara syiqaq
sangatlah bermanfaat dan berarti dalam memberi masukan pada hakim guna ikut
menyelesaikan perselisihan yang terjadi.

Kewenangan hakam selaku mediator dalam penyelesaian sengketa
perceraian hanya sebatas memberikan usulan pendapat dan pertimbangan dari
hasil yang telah dilakukan kepada hakim. Dan Undang-Undang tidak memberikan
kewenangan kepadanya untuk menjatuhkan putusan.

E. Tinjauan Psikologis Syiqaq terhadap Perkawinan
Dalam kehidupan rumah tangga terjadinya perselisihan adalah hal yang

biasa dan mungkin terjadi bahkan sering terjadi perselisihan bila sudah mulai
tampak tidak ketidak cocokan dalam membina rumah tangga hal yang kecil pun
menjadi besar dan hal yang besar pun menjadi lebih fatal.

Islam sejak dulu sudah mengantisipasi problem rumah tangga yang
memburuk dengan adanya perceraian. Islam memperbolehkan perceraian
walaupun sangat dibenci oleh Allah. Namun sebelum terjadinya perceraian
pasangan suami isteri hendaknya selalu untuk berusaha menjaga hubungan
tersebut agar perselisihan tersebut tidak berakhir dengan perceraian.

Perselisihan yang semakin meruncing tentunya akan mengakibatkan suami
isteri tidak cakap lagi dalam mengarungi biduk rumah tangganya lagi. Sehingga
akan berdampak negatif bagi kejiwaan suami isteri bahkan terhadap
perkembangan kejiwaan anak apabila sudah dikaruniai keturunan. Dalam keadaan
semacam ini maka perlu diutus adanya hakamain guna memperbaiki dan
mendamaikan pasangan suami isteri terkait dengan masalah yang dihadapi.

Sebaiknya mengutus hakam baik dari pihak suami maupun pihak isteri
orang yang cakap, adil dan benar benar tahu keadaan baik perilaku maupun
karakter suami isteri tersebut. Bila mana dari salah satu pihak maupun keduanya
tidak mempunyai hakam dari keluarga sendiri maka tentunya mencari hakam yang
dianggap mampu baik dari segi ilmunya maupun cara dia menyelesaikan sengketa
tersebut.

7

Mendamaikan dua orang yang berseteru apalagi suami isteri adalah
perbuatan baik dan membuka pintu kebaikan bagi mereka walaupun dengan itu
harus berbohong supaya hati mereka kembali bersatu. Hal seperti bukanlah dosa
sebagaimana sabda shollaallahu 'alaihi was sallam:

‫ متفك عليه‬........‫َل ْي َس ا ْل َكذها ُب الذي يُ ْصل ُح بَ ْي َه الناس‬
"Bukan dikatakan sebagai pedusta,seorang yang mendamaikan dua orang
yang berselisih dengan berdusta" (HR.Albukhori & muslim)
Dalam riwayat lain:
‫ َوال ِإ ْصَلَ َح بَ ْي َه ال هنا ِس‬، ‫ ال َح ْر َب‬: ‫ تَ ْع ِني‬،‫َولَ ْم أَ ْس َم ْعهُ يُ َر ِّخ ُص في َش ْي ٍء ِم هما َيقُىلُهُ ال هنا ُس ِإل ها في حََل ٍث‬
‫ َو َحدي َج ال َم ْرأَ ِة َز ْو َجه‬، ُ‫ َو َح ِدي َج ال هر ُج ِل ا ْم َرأَتَه‬،
"Dan aku belum mendengarnya,pembolehan berdusta sesuatu di antara
manusia,kecuali di tiga keadaan,yaitu : dalam peperangan,mendamaikan
dua orang yang berselisih,perkataan suami kepada istrinya dan istri
kepada suaminya".
Dalam point ke tiga yang di perbolehkan untuk berdusta,ada yang
menyatakan adalah mendamaikan pasangan suami isteri. Berdasarkan hadits di
atas upaya perdamaian tetap harus didahulukan untuk menghindari terjadinya
perceraian.
Apabila upaya perdamaian yang dilakukan oleh hakamain tidak berhasil
dan dipandang yang lebih maslahah bagi keduanya adalah perceraian maka hakim
berhak memutuskan talak bagi keduanya.
Menurut Wahbah az-Zuhaili, perceraian yang diputuskan oleh hakim
sebagai akibat syiqaq berstatus sebagai talaq bain sughra, yakni suami bisa
kembali kepada istrinya itu dengan akad nikah yang baru. Dengan demikan, tidak
ada kesempatan rujuk bagi suami isteri yang dipisahkan karena syiqaq. 4

4 Ibid; hal 7062

8

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kebahagiaan dalam keluarga merupakan keinginan yang diharapkan
semua manusia, dan semua itu akan terasa disaat sebuah keluarga menjalankan
apa yang menjadi kewajiban dan hak masing – masing baik suami ataupun istri
dalam sebuah keluarga. Oleh karena itu, segala tingkah laku, gerak langkah, selalu
berorientasi kearah itu walaupun dalam aplikasi memakai cara yang berlawanan
dengan tujuan tadi.
Namun pada kenyataannya tidak sedikit dalam sebuah keluarga tidak
selalu tenang dan menyenangkan.ada kalanya kehidupannya begitu ruwet dan
memusingkan. Hal tersebut terjadi karena peran dan fungsi mereka khususnya
bagi suami ataupun istri sudah tidak melaksanakan apa yang menjadi tanggung
jawab mereka masing – masing.
Syiqaq adalah perselisihan terus menerus yang terjadi antara suami isteri
yang keduanya tidak mampu menyelesaikan permasalahannya tersebut. Menurut
istilah fiqih berarti perselisihan suami isteri yang diselesaikan dua orang hakam,
yaitu seorang hakam dari pihak suami dan seorang hakam dari pihak istri. Ketika
permasalahan yang dihadapi suami istri masih menemukan jalan buntu, maka
perlu dihadirkan dua orang dari pihak suami maupun istri yang disebut hakamain.
Bisa jadi kedua orang tersebut dari kalangan keluarga mereka dan boleh juga
memang hakim yang diberikan wewenang pemerintah untuk bertugas sebagai
penengah perkara yang tengah dihadapai oleh suami maupun istri, sebagaimana
ada beberapa pendapat tentang arti hakamain dalam surat al-Nisa’ ayat 35.
Apabila upaya perdamaian tidak bisa menemukan jalan keluar maka solusi
yang terakhir adalah dengan perceraian apabila dipandang lebih maslahah bagi
keduanya.

9

Daftar Pustaka
__________, Kompilasi Hukum Islam, Inpres Nomor 1 Tahun 1991
__________, Departemen Agama RI, Al Quran dan Terjemahannya, Surabaya,

Surya Cipta Aksara, 1995
Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah, Fondasi keluarga Sakinah, Jakarta,

Titikoma, 2017
Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, UI Press, Jakarta 1998
Wahbah Zuhaili, Al Fiqh al Islam wa Adillatuhu, Damaskus, Dar Al Fikr.
Sayyid Sabiq, Fiqh al Sunnah,Beirut, dar al Kutub al I’rabi, 1977

10

11

BIOGRAFI PENULIS

SAINIYAH, M.H lahir di Bangkalan tanggal 16 Mei 1976
dari orang tua H. Musa dan Hj. Fatima dengan 5

bersaudara.. Dari S1 sampai S2 menekuni Hukum Islam
membuat penulis tertarik untuk lebih mendalami

masalah Hukum Keluarga Islam. Ditambah keseharian
penulis sebagai penyuluh Agama Islam di KUA yang
setiap saat bersinggungan dengan permasalahan
masyarakat tentang perkawinan

Bangkalan, 15 Maret 2022


Click to View FlipBook Version