The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by aauliaputri79, 2021-10-11 08:24:26

DISSOCIATIVE IDENTITY DISORDER

DISSOCIATIVE IDENTITY DISORDER

DAFTAR ISI

BAB I 3
4
A. Pengertian DID ........................................................... 5
B. Penyebab DID ............................................................ 7
C. Gejala DID ................................................................. 7
D. Dampak DID .............................................................. 9
E. Penanganan DID ........................................................
F. Kasus-Kasus Mendunia DID .....................................

DISSOCIATIVE IDENTITY DISORDER
(DID)

https://hellosehat.com/mental/mental-lainnya/mengenal-gangguan-disosiatif-kepribadian-ganda/

https://www.alodokter.com/kepribadian-ganda

Apa itu dissociative identity disorder?

A. Pengertian Dissociative Identity Disorder

Dissociative identity disorder (DID disorder)
adalah kondisi yang membuat penderitanya
mengembangkan satu atau lebih kepribadian
alternatif yang diketahui secara sadar maupun
tidak oleh penderitanya. Kondisi ini memiliki
banyak sebutan di antaranya adalah split disorder,
multiple personality disorder, atau kepribadian
ganda.

Dissociative identity disorder merupakan salah jenis utama dari
gangguan disosiatif, menurut DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders). Gangguan disosiatif sendiri merupakan penyakit
mental yang menyebabkan kerusakan memori, identitas, dan fungsi
mental lainnya yang mendukung seseorang untuk beraktivitas dengan
lancar. Dissociative identity disorder atau kepribadian ganda sering kali
disamakan dengan skizofrenia, tetapi sebenarnya kedua kondisi ini
berbeda.

Penderita skizofrenia tidak memiliki banyak kepribadian seperti pada
penderita kepribadian ganda. Meski demikian, kedua kondisi ini bisa
mendorong penderitanya untuk melakukan percobaan bunuh diri. Di
lansir dari laman Cleveland Clinic, penyakit mental ini lebih banyak
ditemukan di wanita daripada pria.

B. Penyebab Dissociative Identity Disorder

Penyebab utama dari dissociative identity disorder adalah pernah
mengalami peristiwa traumatis. Sekitar 90% orang dengan kondisi ini
pernah memiliki riwayat kekerasan seksual, maupun emosional parah.
Memiliki kepribadian ganda sering dianggap sebagai mekanisme
perlindungan diri pada seseorang dari situasi yang membuatnya stres,
tertekan, dan trauma.

Dengan begitu, orang yang memilki kepribadian alternatif bisa melawan
rasa sakit fisik atau emosional yang timbul akibat pengalaman yang
menyakitkan. Saat kepribadian alternatif mengendalikan penderitanya,
akan ada batasan yang tercipta antara dirinya dengan peritiwa yang
membuatnya trauma. Batasan tersebut akhirnya bisa membuat
penderitanya mampu mempertahankan fungsi dirinya dalam kehidupan
sehari-hari, seolah peristiwa traumatis tidak pernah terjadi. Episode
peralihan kepribadian dapat dipicu oleh berbagai hal, baik itu peristiwa
traumatis yang menjadi penyebab, maupun peristiwa ringan, seperti
1. Melihat kecelakaan lalu lintas
2. Mengalami stres atau tertekan
3. Melihat kejadian pelecehan seksual atau kekerasan

C. Gejala Dissociative Identity Disorder

Ada 2 istilah dalam kepribadian ganda, yaitu host (kepribadian asli) dan
alter ego (kepribadian lainnya).

Alter Ego bisa berbeda usia maupun jenis/bukan manusia. Saat
kepribadian alternatif muncul, penderitanya akan mengalami amnesia
(hilang ingatan). Itulah sebabnya, si penderita umumnya tidak
menyadari adanya kepribadian alternatif maupun ingatan mengenai
apa yang di lakukan saat kepribadian alternatif mengambil alih. Di
samping itu, orang dengan dissociative identity disorder juga banyak
mengalami gejala psikologis yang juga ada pada penyakit mental lain, di
antaranya adalah :

1. Derealization
Perasaan bahwa lingkungan sekitarnya asing, aneh atau tidak nyata

2. Suasana hati mudah berubah/depresi
Misalnya saat ini sedang sangat senang, tetapi dalam 30 menit
kemudian dapat meledak marah karena hal sepele

3. Mudah gelisah dan cemas
Cemas dengan hal-hal yang tidak pasti

4. Gangguan tidur
sering mengalami mimpi buruk

5. Amnesia dan merasakan distorsi waktu
Lupa ingatan dan merasakan waktu lebih lama atau lebih singkat dari
waktu sesungguhnya

6. Halusinasi
Persepsi palsu terhadap sesuatu, mengenai trauma atau kejadian
yang pernah terjadi.

7. Keinginan melukai diri
Berkeinginan untuk menyakiti diri sendiri seperti menyayat-nyayat
tangan, meminum atau memakan yang beracun, bahkan berniat
untuk bunuh diri.

8. Depersonalisasi
yakni merasa jiwanya terlepas dari raganya

Seseorang bisa saja memiliki risiko lebih tinggi dibanding orang lainnya
terhadap multiple personality disorder karena difaktori oleh beberapa
hal berikut ini:
1. Tinggal di negara yang kurang aman atau perang.
2. Isolasi berkepanjangan karena sakit.
3. Kehilangan orang-orang yang dicintai.

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi
kelima (DSM-5) yang menjadi panduan untuk Asosiasi Psikiater Amerika
(American Psychiatrist Association), individu akan didiagnosis
mengalami gangguan identitas disosiatif jika:
 Terdapat dua atau lebih identitas atau kepribadian yang muncul,

setiap identitas atau kepribadian memiliki pola persepsi,
berhubungan, dan berpikir mengenai lingkungan dan diri yang
berbeda-beda.

 Adanya amnesia yang didefinisikan sebagai memori-memori yang
hilang mengenai kejadian sehari-hari, informasi pribadi yang penting,
dan/atau kejadian-kejadian traumatis yang dialami.

 Individu harus merasa terganggu dengan gangguan yang dialami dan
kesulitan dalam satu atau lebih aspek kehidupannya (contoh, aspek
sosial dan pekerjaan).

 Gangguan yang dialami bukanlah bagian dari norma budaya ataupun
praktik-praktik keagamaan.

 Gejala-gejala yang dialami bukan karena efek fisiologis dari zat-zat
tertentu (contoh, alkohol) ataupun kondisi medis secara umum
(contoh, kejang-kejang partial yang kompleks).

D. Dampak Dissociative Identity Disorder

Beberapa dampak yang dialami dari gangguan ini, yakni :
1. Tidak mampu mengatasi emosi dengan baik
2. Penyalahgunaan alkohol dan narkotika
3. Mengalami depresi, kecemasan dan berpikir atau melakukan
percobaan bunuh diri
4. Gangguan tidur, seperti insomnia, night terror
5. Perilaku-perilaku yang kompulsif
6. Mood swings
7. Panic attack dan fobia

Setelah mempelajari pengertian, gejala juga dampak dari Dissociative
Identity Disorder sekarang kita akan mempelajari bagaimana cara
menanganinya.

E. Penanganan Dissociative Identity Disorder

Penanganan atau pengobatan gangguan mental ini bertujuan untuk
menghubungkan kepribadian yang berbeda-beda menjadi satu jenis

kepribadian saja. Untuk mencapai tujuan tersebut, pengobatan yang
dilakukan harus dapat menolong pengidap kepribadian ganda untuk
menyadari stres psikis yang dialami. Selanjutnya, berlatih menerima
dan kemudian berupaya mengatasinya dengan bantuan psikiater
Beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan, antara lain:

 Terapi kognitif perilaku (cognitive behavior therapy).
Terapi ini dilakukan dengan cara diskusi antara
psikiater dan pengidap kepribadian ganda, yang
bertujuan untuk mengubah pola pikir dan perilaku.

 Terapi keluarga (family therapy). Dalam terapi ini,
keluarga dilibatkan untuk memahami tanda-tanda
pengidap akan berubah kepribadian, untuk
membantu mengontrol dan menenangkan
pengidap.

 Terapi seni. Terapi seni dapat berupa melukis,
menyanyi, bermusik, dan sebagainya, yang bertujuan
untuk membantu pengidap dalam mengeksplorasi
pikiran dan perasaannya.

 Obat-obatan anti-depresan. Obat-obatan ini dapat
digunakan untuk membantu meringankan gejala yang
dialami pengidap, tetapi bukan sebagai terapi utama
untuk mengatasi kepribadian ganda.

F. Contoh Kasus-Kasus yang Mendunia tentang
Kepribadian Ganda

Gangguan kepribadian ganda bukan termasuk kasus yang
jarang, bahkan beberapa kasus cukup fenomenal dan terpublikasikan.
Berikut beberapa kasus gangguan kepribadian ganda yang fenomenal di
dunia:

1. Juanita Maxwell

Pada 1979, Juanita Maxwell yang berusia 23 tahun bekerja
sebagai pelayan hotel di Fort Myers, Florida. Pada Maret tahun itu,
tamu hotel berusia 72 tahun, Inez Kelley, dibunuh secara brutal. Dia
dipukuli, digigit, dan dicekik sampai mati.

Maxwell ditangkap karena ada darah di sepatunya dan goresan di
wajahnya. Sementara menunggu persidangan, Maxwell menemui
psikiater, dan ketika datang ke persidangan, dia mengaku tidak
bersalah karena memiliki banyak kepribadian.

Maxwell mengaku memiliki 6 kepribadian di samping
kepribadiannya. Salah satu kepribadian yang dominan adalah Wanda
Weston, yang melakukan pembunuhan itu. Maxwell dikirim ke rumah
sakit jiwa, karena dia mengatakan bahwa dia tidak mendapatkan
perawatan yang tepat dan hanya menerima obat penenang.

2. Billy Milligan

Dari 14-26 Oktober 1977, tiga wanita di sekitar Ohio State
University diculik, dibawa ke daerah terpencil, dirampok, dan diperkosa.

Seorang wanita mengklaim bahwa pria yang memperkosanya
memiliki aksen Jerman. Sementara yang lain mengklaim bahwa
(meskipun menculik dan memperkosanya) dia sebenarnya pria yang
baik.

Pria pelaku pemerkosaan, Billy Milligan yang berusia 22 tahun,
setelah penangkapan, menemui seorang psikiater dan ia didiagnosis
mengalami kepribadian ganda. Secara keseluruhan, Billy memiliki 24
kepribadian yang berbeda. Saat penculikan dan pemerkosaan terjadi,
pengacara Milligan mengatakan bahwa bukan Billy Milligan yang
melakukan kejahatan. Dua kepribadian yang berbeda mengendalikan
tubuhnya.

Pada kasus tersebut, hakim menyatakan Billy Milligan tidak
bersalah. Dia merupakan orang Amerika pertama yang dinyatakan tidak
bersalah karena gangguan kepribadian ganda. Dia dikurung di rumah
sakit jiwa sampai tahun 1988 dan dibebaskan setelah para ahli berpikir
bahwa semua kepribadian telah menyatu. Kasus ini menjadi fenomenal
dan populer hingga dibuatkan film berjudul The Crowded Room.

3. Shirley Mason

Lahir 25 Januari 1923, di Dodge Center, Minnesota, Shirley Mason
tampaknya memiliki masa kecil yang sulit. Ibunya, menurut kisah
Mason, adalah wanita yang jahat. Banyak tindakan pelecehan yang
dilakukan ibunya, termasuk memberikan Shirley enema dan kemudian
mengisi perutnya dengan air dingin.

Mulai tahun 1965, Mason mencari bantuan untuk masalah
mentalnya, dan pada tahun 1954, ia mulai menemui Dr. Cornelia Wilbur
di Omaha. Pada 1965, Mason memberitahu Wilbur tentang episode-
episode aneh ketika dia menemukan dirinya di hotel-hotel di berbagai
kota tanpa tahu bagaimana dia sampai di sana. Sybil atau Shirley Mason

adalah kasus kepribadian ganda yang paling terkenal, karena kisahnya
dituliskan dalam sebuah buku dan dijadikan sebuah film.

4. Chris Costner Sizemore

Sizemore mengingat perpecahan kepribadian pertamanya saat
dia berusia sekitar 2 tahun. Dia melihat seorang pria keluar dari selokan
dan mengira dia sudah mati. Selama peristiwa yang mengejutkan ini,
dia melihat seorang gadis kecil memperhatikan.

Tidak seperti banyak orang lain yang didiagnosis kepribadian
ganda, Sizemore tidak mengalami penganiayaan anak dan berasal dari
rumah yang penuh kasih. Namun, dari melihat peristiwa tragis dan
kecelakaan pabrik, Sizemore mengklaim bahwa da mulai bertingkah
aneh dan anggota keluarga sering memperhatikannya.

Dia sering mendapatkan masalah untuk hal-hal yang tidak dapat
dia ingat. Suatu hari, salah satu kepribadiannya, yang dikenal sebagai
“Eve Black”, berusaha mencekik putrinya, tapi “Eve White” mampu
menghentikannya. Pada awal 1950-an, ia mulai menemui psikolog
bernama Corbett H. Thigpen, yang mendiagnosisnya memiliki
kepribadian ganda. Kasus Sizemore menjadi fenomenal setelah ditulis
dalam buku berjudul The Three Faces of Eve.

5. Truddi Chase

Truddi mengklaim bahwa ayahnya telah melakukan penyiksaan
secara fisik dan seksual sejak ia berusia 2 tahun, sementara sang ibu
melecehkannya selama 12 tahun hidupnya. Tekanan yang dialami
Truddi membuatnya pergi ke ahli kejiwaan dan menemukan bahwa
dirinya memiliki 92 kepribadian yang berbeda. Namun, Truddi berhasil
mengendalikan semuanya, hingga bersama sang psikiater ia kemudian
merilis sebuah buku bertajuk “When Rabbit Howls” pada tahun 1987.


Click to View FlipBook Version