NAMA : ANANDA MUTIARA NIM : 2288220002 KELAS : 2A ANALISIS HISTORIS MATA KULIAH HISTORIOGRAFI Dosen Pengampu : Arif Permana Putra M.Pd. JUDUL BUKU : SEJARAH KELAM MAJAPAHIT JEJAK-JEJAK KONFLIK KEKUASAAN DAN TUMBAL ASMARA DI MAJAPAHIT PENULIS : PERI MARDIYONO EDITOR : NYANTAKA DESIGN COVER : HANARA DESIGN CETAKAN : 1 FEBRUARI 2020 VOLUME & HAL : 14 x 20,5 cm, 296 Halaman ISBN : 978-623-7537-65-6 PENERBIT : ARASKA Sekar Bakung Residence No.BI Jl. Imogiri Barat – Bantul – Yogyakarta e-Mail : [email protected] A. PENDAHULUAN Dalam buku Sejarah Kelam Majapahit yang ditulis oleh Peri Mardiyono yang dimana ia menulsikan mengenai bagaimana masamasa awal berdirinya kerajaan ini sudah terjadi berbagai gejolah dan kekacauan yang melanda. Dapat diartikan bahwa kala itu majapahit sudah dilanda pemberontakan dan penghianatan yang banyak bermunculan sehingga timbullah konflik dan peperangan yang banyak memakan korban. Buku ini menjelaskan bagaimana kelammnya majapahit saat itu sehingga menarik untuk di analisis dan memiliki perbedaan dari buku seajarah majapahit lainnya, biasanya buku-buku lain
menceritakan awal mula sejarah, pemegang kekuasaan, kemajuan, budaya, ekonomi, politik dan keruntuhan saja. Tapi dalam buku ini sepenuhnya menceritakan bagaimana kelamnya majapahit mulai dari keruntuhan, pemberontakan, kematian,pemerosotan, hingga peperangan yang terjadi. Buku ini menjelaskan fakta-fakta historis yang jarang sekali disadari oleh masyarakat. Dengan adanya buku Sejarah Kelam Majapahit dapat menyadarkan masyarakat tentang sejarah, dan bagaimana peristiwa itu dapat terjadi hingga berdampak terhadap masyarakat sekitarnya. Buku ini sangat menarik sehingga menjadi alasan saya untuk dianalisis sesuai dengan data-data yang saya temukan. Buku ini memiliki keunikan mulai dalam penulisan, judul, hingga cerita yang terjadi ketika peristiwa tersebut. Karya- karya . Gaya Penulisan Gaya penulisan dalam buku sejarah khususnya pada buku ” Sejarah Kelam Majapahit dapat bervariasi tergantung bagaimana seorang penulis menulisnya. Pada Buku ini menjelaskan dan menulis dengan berbagai cara gaya penulisan seperti: 1). Objektivitas, pada gaya penulisan ini penulis sejarah menulis sesuai dengan fakta-fakta sejarah sesuai dengan obyektif, tanpa adanya Kalimat yang berlebihan. Sejarah kelam Majapahit mengungkapkan fakta-fakta historis yang jarang disadari oleh masyarakat. Mulai dari perjalanan, pemberontakan, dan penghianatan yang banyak bermunculan sehingga timbul konflik dan peperangan yang banyak memakan korban. Seperti menjelaskan peristiwa Runtuhnya Singhasari dan Lahirnya majapahit, sebagaimana dikisahkan dalam Tafsir Nagarakratagama Karangan Slamet Muljana Bahwa ketika Raden Wijaya tiba dimadura ia dan sejumlah pengikutnya disambut dengan penuh hormat oleh Wiraraja. 2). Kritikalitas, dalam penulisan ini penulis mampu menganalisis dan mengevaluasi berbagai sumber serta sudut pandang yang berbeda. Bagaimana mengungkapkan penilaian yang rasional dan kritis terhadap fakta-fakta yang ada. Seperti hal nya sejarah kelam Majapahit menjelaskan hal-hal yang memang jarang disadari oleh masyarakat, mereka hanya melihat pesona pesona dibalik kelamnya majapahit. Dengan adanya penulisan ini dapat menyadarkan masyarakat tentang fakta-fakta yang terjadi. Mulai dari perebutan kekuasaa, pemberontakan, hingga mengorbankan tumbal yang alih alih penyebab utamanya mengenai Asmara di Majapahit. 3). Struktur, Buku Sejarah Kelam
Majapahit tentunya memiliki struktur yang tertata rapih dengan baik. Dimulai dengan pengantar yang menjelaskan latar belakang dan tujuan penulisan, kemudian di ikuti oleh penjelasan kronologis peristiwa dan analisis yang mendalam. Kemudian penulis memberikan kesimpulan atau penilaian terhadap topik yang dibahas pada buku sejarah kelam majapahit. Gaya penulisan dalam buku ini sangan bervariasi tergantung bagaimana penulis dan jenis buku yang ditulis. Keunikan Majapahit adalah sebuah impremium agung yang pernah menyatukan seluruh Wilayah Nusantara. Sebuah kerajaan besar di Nusantara terakhir, sebab pasca Majapahit tidak ada lagi impremium agung di Nusantara yang kekuasaannya mampu menyatukan seluruh wilayah di Kepulauan Nusantara. Di masa- masa awal berdirinya kerajaan ini sudah terjadi gejolak dan kekacauan yang melanda. Dalam perjalanannya, pemberontakan dan penghianatan mulai banyak bermunculan sehingga menimbulkan konflik dan peperangan yang memakan banyak korban. Kelahiran Majapahit pun terbilang unik. Kerajaan ini lahir dari kecerdikan pendirinya. Raden Wijaya. Bermula dari runtuhnya kerajaan singhasari dan meninggalnya raja terakhir singhasari, Prabu Kertanegara, oleh serangan Jayakatwang dari Kediri pada 1292. Buku ini sangat menarik yang tak bosanbosan untuk diceritakan banyak sekali peristiwa yang terjadi dengan keunikankeunikan dan kejelasan yang di ceritakan dalam buku ini. Yang membedakan mulai dari cara penulisan hingga apa yang ditulis. B. PEMBAHASAN Biografi Penulis Peri Mardiyono (panggilan : Peri), lahir di Cilacap, 1 Maret 1982. Latar belakang pendidikannya dimulai dengan masuk ke SDN Patungan, setelah itu ia melanjutkan ke SMP Negeri 1Cilacap. Setelah lulus SLTA, kemudia ia sempat kursus Bahasa Inggris di berbagai lembaga yang ada di Cilacap lalu bekerja sebagai guru privat Bahasa Inggris di kota kelahirannya. Pada 2015 ia hijrah ke Kota Gudeg untuk masuk ke English Extension Course (EEC) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta. Hingga saat ini, masih menjalani program studinya di EECUSD sambil tetap menjadi guru privat Bahasa Inggris di daerah Yogyakarta. Sejak lulus SLTA, selain menyukai Bahasa Inggris, ia juga mulai menyukai sejarah, terutama sejarah Indonesia dan Jawa. Disamping ia menekuni dan menyukai Bahasa Inggris, ia juga menyibukan diri membaca buku-buku sejarah. Bukan hanya itu, ia juga cukup aktif dalam mengikuti kegiatan diskusi-diskusi dan seminar-seminar tentang sejarah dan Bahasa Inggris baik di Yogyakarta maupun di luar Yogyakarta. Sekarang aktivitas yang dilakukannya yaitu menekuni spiritualisme Jawa. Saat ini tinggal di Krapyak Yogyakarta. Sinopsis Buku ini menguak sejarah kelam Kerajaan Majapahit untuk mengungkap fakta-fakta historis yang jarang disadari oleh masyarakat. Dengan penyajian data-data yang valid, buku ini layak menjadi referensi siapa saja untuk mengelola konflik bagi
kepemimpinan kelompok paling kecil hingga paling besar. Isi Resensi Buku ini menjelaskan sejarah kelam Kerajaan Majapahit mulai dari keruntuhan Singhasari dan lahirnya Majapahit, dalam buku ini di telah jelaskan Majapahit merupakan sebuah kerajaan besar yang penuh eksis di Nusantara. Kerajaan ini tercatat sebagai sebuah impremium agung yang pernah menyatukan seluruh wilayah Nusantara. Kelahiran Majapahit juga terbilang unik. Dimana kerajaan ini lahir dari kecerdikan pendirinya yaitu Raden Wijaya. Kisahnya beawal dari runtuhnya Kerajaan Singhasari dan meninggalnya raja terakhirnya, Prabu Kertanegara, oleh serangan jayakatwang dari kediri pada 1292. Buku ini menjelaskan bagaimana lahirnya Kerajaan Majapahit dan m eninggalnya raja terakhir, yang terbunuh boleh jayakatwang yang merupakan trah Kediri yang memang mempunyai dendam terhadap Singhasari. Sebab, pendiri Singhasari, Ken Arok yang tercatat sebagai orang yang telah menghancurkan kerajaan kediri yang pada saat itu di pimpin oleh Kertajaya dalam sebuah pertempuran di Desa Genter pada 1222 (Abimanyu, 2013:168). Kemudian buku ini juga menjelaskan bagaimana keadaan Majapahit saat di pimpin oleh Raden Wijaya dan bagaimana masa-masa kelam yang terjadi. Buku ini menyebutkan bahwa pada masa pemerintahan Raden Wijaya merupakan masa-masa mendirikan atau memelopori kerajaan. Pada masa awal-awal ini banyak sekali gejolak dan kekacauan yang melanda. Yang dimana pada masa ini juga penghianatan, pemberontakan banyak bermunculan hingga menimnulkan konflik dan peperangan yang memakan banyak korban. Pada tahun 1292 Raden Wijaya mulai memerintah majapahit, pasca tentara mongol berhasil ditaklukan dan diusir ke negaranya oleh tentara majapahit. Kisah yang terjadi diatas memiliki kemiripan dengan Babad Tanah Jawi yang menyebutkan bahwa pendiri kerajaan Majapahit bernama Jaka Sesuruh putra Sri Pamekas, raja Kerajaan Pajajaran, yang juga terletak dikawasan sunda. Kemudian buku ini menjelaskan bagaimana pada masa Prabu Hayam Wuruk dan Patih Gajah yang menjelaskan pada era keemasan Majapahit. Dibawah kekuasaan Hayam wuruk, Majapahit menaklukkan Kerajaan Pasai dan Aru yang kemudian berubah namanya menjadi Deli. Dengan demikian , pada masa Hayam Wuruk seluruh wilayah Nusantara dapat dipersatukan di bawah panji-panji Kerajaan Majapahit. Pengaruh kekuasaan dan kerja sama Majapahit kemudian meluas hingga ke luar Nusantara. Pada masa Hayam Wuruk agama Hindu menjadi agama rakyat Majapahit secara keseluruhan. Berbeda dengan Hayam Wuruk yang beragama Hindu agama mahapatih Gajah Mada adalah Buddha. Di masa pemerintahan Hayam Wuruk juga terjadi peristiwa kelam yang menimbulkan dampak panjang sampai hari ini, terutama dalam hal hubungan antara Jawa dan Sunda, yakni Perang Bubat. Namun dalam hal ini terdapat beberapa versi. Versi pertama menyatakan bahwa pada tahun 1351, Hayam Wuruk hendak menikahi putri Raja
Sunda (di Jawa Barat), Dyah Pitaloka Citraresmi. Pihak kerajaan Sunda setuju asal pernikahan ini tidak dimaksudkan oleh Majapahit untuk merebut Kerajaan Galuh. KemudianGajah Mada yang menginginkan Sunda takluk, memaksa ingin Dyah Pitaloka sebagai persembahan pengakuan kekuasaan Majapahit. Akibat penolakan pihak Sunda mengenai hal ini, terjadilah pertempuran tidak seimbang antara pasukan Majapahit dan rombongan Sunda di Bubat; yang saat itu menjadi tempat penginapan rombongan Sunda. Dyah Pitaloka bunuh diri setelah ayah dan seluruh rombongannya gugur dalam pertempuran. Akibat peristiwa itu langkahlangkah diplomasi Hayam Wuruk gagal dan Gajah Mada dinonaktifkan dari jabatannya karena dipandang lebih menginginkan pencapaiannya dengan jalan melakukan invasi militer padahal ini tidak boleh dilakukan. Dalam buku ini juga dijelaskan bagaimana isi di Dalam kitab Pararaton dikisahkan bahwa setelah peristiwa kelam itu, Gajah Mada melakukan istirahat alias cuti (amukti palapa) dan mengundurkan diri dari jabatanya sebagai Patih Hamangkubhumi Majapahit. Hayam Wuruk menganugerahkan sima kepada Gajah Mada sebagai bentuk penghormatan. Di tempat itulah rupanya Gajah Mada menetap selama ia menjalani amukti palapa. Beberapa waktu kemudian ia aktif kembali di pemerintahan. Dengan meninggalnya Dyah Pitaloka, Hayam Wuruk akhirnya menikah dengan Paduka Sori, putri Bhre Wengker dari perkawinannya dengan Bhre Daha Rajadewi, bibi dari Hayam Wuruk. Dalam buku ini juga dijelaskan bagaimana penaklukan majapahit ke seluruh Wilayah Nusantara, awal-awal berdirinya, Majapahit sudah mengalami pasang surut mengenai wilayah kekuasaannya. Memasuki awal abad 14, tepatnya pada 1316, muncul pemberontakan Nambi. Saat pemberontakan Nambi berhasil ditumpas, Lumajang kembali lagi menjadi bagian wilayah Majapahit. Lalu pada tahun-tahun berikutnya, yakni pada 1331, Majapahit mulai memperluas wilayahnya dengan melakukan ekspansi ke Sadeng, dekat Panarukan. Ekspansi ini berhasil sehingga wilayah Majapahit mulai sedikit bertambah luas. Keberhasilannya menaklukkan Sadeng membuat Majapahit menguasai seluruh wilayah di Jawa Timur dan Madura. Setelah berhasil menguasai seluruh wilayah Jawa Timur, Majapahit mulai mengarahkan perhatiannya pada wilayah luar Jawa yang kemudian disebut dengan Nusantara. Perluasan wilayah Majapahit ke seluruh wilayah Nusantara terwujud secara konkret ketika Gajah Mada yang pada 1334 diangkat sebagai patih amangkubhumi mengeluarkan Sumpah Palapa yang isinya ia tidak akan pensiun sebelum berhasil menyatukan seluruh wilayah Nusantara. Agenda Gajah Mada saat itu banyak dipandang sebagai khayalan oleh para pejabat Majapahit. Menyatukan Majapahit saat itu mungkin seperti menyatukan seluruh dunia saat ini. Kemudian pada buku ini juga dijelaskan tentang Hubungan pusat dan Daerah Kerajaan Majapahit. Dalam kebijakankebijakan kerajaan yang berasal dari pusat kemudian turun ke daerah itu berjalan dan tertransmisikan melalui struktur yang jelas. Kebijakan atau perintah itu dari pusat dan secara struktural turun ke wedana sebuah pembesar di skup distrik, dari wedana kemudian turun ke akuwu seorang
pembesar untuk gabungan dari berbagai desa (semacam luran untuk zaman sekarang), dari akuwu turun ke buyut sebuah pembesar untuk sebuah desa dan dari buyut turun ke rakyat atau penduduk. Itulah struktur pemerintahan Majapahit dari pusat hingga ke desa (tingkatan paling bawah). Sistem pemerintahan ini juga berlaku di Bali.Hubungan dengan pusat dari daerah-daerah yang ada di seberang lautan itu karenanya bukan bersifat struktural, melainkan simbolik yang ditunjukkan dengan pemberian upeti. Jika daerah-daerah bawahan itu memberikan upeti, maka pertanda mereka menyatakan tunduk kepada pemerintah pusat. Mereka bebas mengelola sumber daya mereka sesuai dengan kepentingannya. Pusat tidak ikut campur atau intervensi terhadapnya. Jika sudah demikian, maka pemerintah pusat Majapahit harus memberi perlindungan. Upeti seolah menjadi ganti atau penebus atas perlindungan yang diberikan oleh pemerintah pusat. Kemudian pada isi buku ini juga menjelaskan ketika terjadi perang bubat dan dampak yang ditimbulkan bagi hubungan jawasunda. ika pemberontakan-pemberontakan di atas merupakan cermin kekelaman di masa- masa awal, maka tragedi Perang Bubat ini merupakan kekelaman yang terjadi pada masa kejayaan Majapahit. Peristiwa Bubat terjadi di era kepemimpinan Hayam Wuruk dan Gajah Mada. Ini merupakan tragedi yang membawa dampak negatif jangka panjang. Hingga detik ini, dampak tragedi itu masih bisa dirasakan, yakni terkoyaknya hubungan persaudaraan antara masyarakat Jawa dan Sunda.Menurut Muhammad Muhibbuddin dalam Sejarah Kelam Jawa-Sunda: Cinta, Perang dan Rekonsiliasi, Perang Bubat yang terjadi antara kerajaan Majapahit versus Kerajaan Sunda ini diawali dengan nuansa romantisisme. Sebab, tragedi yang terjadi di abad 13 ini awal mulanya adalah keinginan Hayam Wuruk, raja Majapahit yang saat itu masih lajang, untuk menikahi putri kerajaan Sunda bernama Dyah Pitaloka Citraresmi. Setelah banyaknya kekacauan dan peperangan antara Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada buku ini menjelaskan bagaimana kematiam terhadap hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada, Pada Tahun 1389, Hayam Wuruk wafat dengan meninggalkan dua anak: Kusumawardhani (yang bersuami Wikramwardhana) dan Wirabhumi yang merupakan anak dari selirnya. Hayam Wuruk dimakamkan di Tajung. Ia diganti oleh menantunya Wikramwardhana. Jika akhir riwayat Hayam Wuruk nampak jelas, maka berbeda dengan Gajah Mada. Walaupun dikenal mempunyai jasa dan prestasi yang luar biasa besar terhadap Majapahit, namun akhir riwayat Gajah Mada hingga kini masih belum jelas. Ketidakjelasan ini dikarenakan dirinya dituding sebagai biang keladi terjadinya sejarah kelam berupa Perang Bubat di mana saat itu dirinya mengotot agar Putri Dyah Pitaloka diserahkan sebagai upeti untuk menjadi tanda takluknya Sunda terhadap Majapahit. Peristiwa ini turut mencoreng nama besar Gajah Mada. Sementara itu, Kidung Sunda menyebutkan bahwa Gajah Mada tidak meninggal. Gajah Mada dikatakan mengalami moksa dalam pakaian kebesaran bak Dewa Wisnu. Dia moksa di halaman kepatihan untuk kembali ke kahyangan. Namun, Agus Aris Munandar menyatakan bahwa akhir kehidupan Gajah Mada lenyap dalam uraian ketidakpastian
karena dia malu dengan pecahnya tragedi Bubat. Selanjutnya, bisa ditafsirkan bahwa Gajah Mada sakit dan meninggal di Kota Majapahit atau di area Karsyan yang tak jauh dari sana. Keterangan itu ada kesamaan dengan keterangan kembalinya Rajasanagara ke ibu kota Majapahit dalam Nagarakretagama, segera setelah mendengar sang patih sakit. Buku ini juga menjelaskan peninggalanpeninggalan Kerajaan Majapahit. Setelah memasuki masa-masa kelam lalu puncaknya runtuh dan musnah dari muka bumi, Majapahit sesungguhnya tidak sepenuhnya hilang dan tak terlacak, sebab masih ada sejumlah peninggalan yang bisa digunakan sebagai petunjuk tentang keberadaannya. Melalui sejumlah benda peninggalan inilah Majapahit yang runtuh pada awal 16 M masih bisa dilacak hingga sekarang. Sayangnya, bangunan istananya sudah runtuh. Andaikan istana itu berdiri, maka sejarah tentang keberadaan kerajaan itu akan lebih mudah dilacak. 1). Candi Sukuh. Candi Sukuh terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah, 36 km dari Surakarta atau 20 km dari Kota Karanganyar. Menurut perkiraan, Candi Sukuh dibangun pada tahun 1437 Masehi dan masuk ke dalam jenis candi Hindu dengan bentuk piramida. Struktur bangunan O Candi Sukuh bentuknya terbilang unik dan berbeda dengan candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang lain. Di sekitar reruntuhan Candi Sukuh juga terdapat banyak objek Lingga dan Yoni yang melambangkan seksualitas dengan beberapa relief serta patung yang memperlihatkan organ intim dari manusia. Candi ini ditemukan pada tahun 1815 oleh residen Surakarta bernama Johnson yang ditugaskan oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data untuk bukunya yakni The History of Java. Kemudian pada tahun 1842, candi ini diteliti oleh arkeolog dari Belanda bernama Van der Vlies dan kemudian dipugar pada tahun 1928. Candi Sukuh kemudian diusulkan menjadi salah satu situs warisan dunia pada tahun 1995. 2). Candi Surawana. Candi Surawana terletak di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kediri, Jawa Timur di 25 km Timur Laut Kota Kediri. Candi ini mempunyai nama asli Candi Wishnubhawanapura yang dibangun pada abad ke-14 Masehi. Candi ini konon dibangun untuk menghormati Bhre Wengker yang merupakan seorang raja Kerajaan Wengker yang ada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Candi ini juga bercorak Hindu yang keadaannya sekarang sudah tidak utuh lagi. Bagian dasar dari candi ini sudah mengalami rekonstruksi sedangkan untuk bagian badan serta atap candi sudah hancur dan tak bersisa dan hanya kaki Candi dengan tinggi 3 meter saja yang masih berdiri dengan tegak. 3). Candi Brahu. Candi ini terletak di kawasan situs arkeologi Trowulan di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Prasasti ini konon dibangun oleh Mpu Sendok dan difungsikan sebagai tempat untuk pembakaran jenazah dari raja-raja Majapahit. Nama Brahu ini diduga berasal dari kata Wanaru atau Warahu yang didapatkan dari sebutan bangunan suci dan terdapat pada Prasasti Alasantan. Prasasti tersebut ditemukan pada lokasi yang tidak jauh dari candi tersebut. 4). Gapura Bajang Ratu. Ini merupakan Gapura Bajang Ratu terletak di Desa Temon,
Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur dan diperkiraan dibangun pada abad ke-14 Masehi. Di dalam Kitab Negarakretagama, Gapura ini dikatakan berguna sebagai pintu masuk ke bangunan suci yang memperingati wafatnya Raja Jayanegara. Menurut perkiraan, Gapura ini menjadi gapura terbesar di sepanjang masa Kerajaan Majapahit. Sebelum Raja Jayanegara wafat, bangunan tersebut dipakai sebagai pintu belakang Kerajaan Majapahit yang juga didukung dengan relief Sri Tanjung dengan sayap gapura melambangkan pelepasan. Struktur bangunan dari Gapura Bajang Ratu ini berbentuk vertikal dengan 3 bagian yakni kaki, badan dan juga atap, apabila dilihat dari atas, candi ini berbentuk segi empat dengan panjang 11.5 x 10.5 meter dan ketinggian mencapai 16.5 meter dan lorong 1.4 meter. Pada bagian kaki candi terdapat bingkai bawah dan juga atas dan badan kaki serta terdapat juga relief Sri Tajung. Pada masa itu, relief dipercaya sebagai penangkal dari bahaya, sementara di bagian sayap kanan terdapat relief Ramayana. 5). Candi Tikus. Seperti di Candi Brahu, Candi Tikus ini juga sama-sama berada di situs arkeologi Trowulan yang ada di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Candi ini masih berada di bawah tanah sebelum akhirnya ditemukan dan digali pada tahun 1914 lalu kemudian dilakukan pemugaran pada tahun 1984 sampai dengan 1985. Candi ini dinamakan dengan candi tikus sebab di saat penemuannya, banyak warga melihat bangunan tersebut menjadi sarang tikus. Belum bisa dipastikan tentang siapa yang membangun Candi Tikus ini, akan tetapi dengan adanya sebuah menara kecil, maka diperkirakan dibangun pada abad ke-13 sampai dengan ke-14 Masehi. PENUTUP Kelebihan Buku ini sangat menarik untuk dibaca karena kejadian-kejadian pada peristiwa kelam kerajaan majapahit diceritakan mulai dari kelahiran hingga peninggalannya, struktur dari buku ini juga lengkap mulai dari pengantar yang melatarbelakangi peristiwa sejarah kelam majapahit, penerbit hingga profil penulis di jelaskan dengan cukup jelas. Buku ini juga mempunyai kessamaan dengan cerita pada Babad Tanah Jawi seperti kisah yang telah dijelaskan, buku ini juga sangat cocok untuk dibaca karena perbedaan yang mendalam yang dimana menceritakan kekelaman pada kerajaan majapahit beda hal nya dengan buku-buku lain yang menceritakan pesona-pesona keindahan nya saja, sering kali kekelaman yang terjadi jarang disadari oleh masyarakat. Oleh karena itu pada buku ini sangat cocok sebagai bentuk penyadaran masyarakat terhadap kekelaman peristiwa Majapahit. Kekurangan Buku ini memang lengkap struktur dan isi bab yang menceritakan peristiwa yang terjadi pada kerajaan majapahit, akan tetapi narasi dan kelengkapan buku ini masih kurang, buku ini terlalu singkat dalam penjabaran bsebuah peristiwa sejarah yang memang kala itu merupakan kerajaan terbesar di Nusantara. Banyak kalimat yang kurang dimengerti dan terlalu baku. Kelebihan dan kekurangan pada buku ini tidak menutup keunikan pada peristiwa sejarah kelam majapahit. Buku ini akan tetap baik untuk dibaca dan di gemari karena
penulis menuliskan buku ini sesuai dengan fakta-fakta dan data-data historis. Kesimpulan Majapahit merupakan sebuah kerajaan Pbesar yang penah eksis di Nusantara. Kerajaan Lini tercatat sebagai sebuah imperium agung yang pernah menyatukan seluruh wilayah Nusantara. Ricklefs bahkan menyebut Majapahit sebagai kerajaan besar di Nusantara terakhir, sebab pascaMajapahit tidak ada lagi imperium agung di Nusantara yang kekuasaannya mampu menyatukan seluruh wilayah di kepulauan Nusantara. Kelahiran Majapahit pun juga terbilang unik. Kerajaan ini lahir dari kecerdikan pendirinya. Raden Wijaya. Bermula dari runtuhnya Kerajaan Singhasari dan meninggalnya raja terakhir Singhasari, Prabu Kertanegara, oleh serangan Jayakatwang dari Kediri pada 1292. Masa pemerintahan Raden Wijaya merupakan masa-masa mendirikan atau mempelopori berdirinya kerajaan. Namun jangan disangka bahwa masa-masa awal berdirinya kerajaan ini situasinya amanaman saja. Di masa-masa awal ini banyak sekali gejolak dan kekacauan yang melanda. Karenanya sejak di awal berdirinya sebagai kerajaan, Majapahit sesungguhnya sudah dilanda hal-hal yang kelam dan mengerikaN dalam perjalanannya, pemberontakan dan pengkhianatan banyak bermunculan sehingga tuimbul konflik dan peperangan yang memakan banyak korban. Pergantian penguasa berkali-kali terjadi. Alih-alih berhenti, kekelaman dan kekacauan yang memakan banyak korban itu justru mengalami eskalasi. DAFTAR PUSTAKA Peri Mardiyono, 2020. Sejarah Kelam Majapahit. Jejak-jejak Konflik Kekuasaan dan Tumbal Asmara di Majapahir.