i
i
PRAKATA
Segala puji dan Syukur senantiasa tercurahkan kepada Allah SWT. Berkat
limpahan rahmat-Nya penulis diberikan kelancaran untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Media dan Sumber Pembelajaran PAI dengan judul buku
“PENDIDIKAN ISLAM PADA MAA TURKI USMANI”. Sholawat serta salam
semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhmmad SAW.
Yang telah menuntun kita ke jalan yang terang benderang. Dalam penulisan buku
ini tidak terlepas dari berbagai pihak, karena itu penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesarbesarnya terutama kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag selaku Rektor UIN Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung yang telah memberi kesempatan kepada penulis
untuk menimba ilmu di kampus UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Ibu Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu keguruan UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang selalu
memberikan dorongan dan motivasi kepada mahasiswa.
3. Ibu Indah Komsiyah, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang telah memotivasi kepada
kami.
4. Bapak Hawwin Muzakki, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Media dan
Sumber Pembelajaran PAI.
5. Teman-teman PAI 3-A, yang telah memberikan dukunagn kepada kami untuk
menyelesaikan buku ini.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan buku. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat perlukan demi perbaikan buku kami.
Tulungagunng, November 2022
Penyusun
ii
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................. ii
Bab 1 .................................................................................................................... 1
Bab 2 .................................................................................................................... 4
Bab 3 .................................................................................................................... 7
Bab 4 ................................................................................................................... 12
iv
1
BAB I
PROSES TERBENTUKNYA TURKI
USMANI
Kerajaan Turki Usmani merupakan kerajaan yang berasal dari salah satu suku yang berada di
Turki Barat bernama suku Qayigh Aghuz atau biasa disebut dengan suku Kayi yang dipimpin oleh
Sulaiman Syah. Pada masa ini Kerajaan Turki Usmani menghindari serangan Mongol yang sedang
menguasai dunia islam. Sulaiman Syah melaksanakan tugasnya meminta perlindungan dari penguasa
Tansoksania bernama Jalaluddin Mungurbiti bin Khawarizmi, namun pada akhirnya Transoksania juga
bisa dikuasai tentara Mongol. Sulaiman Syah lalu memimpin anggotanya untuk pergi ke Kurdistan dan
ke Azerbaizan tepatnya di perbatasan Asia kecil. Di daerah inilah mereka menetap dan melakukan
aktifitas kehidupan. Sulaiman Syah pemimpin suku Kayi, meminta perlindungan dari penguasa
Tansoksania bernama Jalaluddin Mungurbiti bin Khawarizmi, namun pada akhirnya Transoksania juga
bisa dikuasai tentara Mongol. Sulaiman Syah lalu memimpin anggotanya untuk pergi ke Kurdistan dan
ke Azerbaizan tepatnya di perbatasan Asia kecil. Di daerah inilah mereka menetap dan melakukan
aktifitas kehidupan.
Dalam jangka waktu kira kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan - kemudian Persia dan Irak.
Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah.
Dibawah tekanan serangan - serangan Mongol pada abad ke 13 M, mereka melarikan diri kedaerah barat
dan - mencari tempat pengungsian ditengah saudara saudara mereka, orang orang Turki Seljuk, didaratan
tinggi Asia Kecil. Disana, dibawah pimpinan Ertoghrul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan
Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium .Berkat bantuan
mereka, Sultan Alaudin mendapat kemenangan atas jasa baik itu, Allaudin menghadiakan sebidang
2
tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya
dan memilih kota Syukud sebagai ibu kota.
Sulaiman Syah berusaha memasuki wilayah Syam, namun saat menyeberangi sungai Eufrat
datang banjir hingga ia meninggal dunia. Sulaiman Syah memiliki empat orang putera Sankurtakin,
Togdai, Ertoghrul dan Dandan. Sepeninggal Sulaiman Syah anggotanya terbagi dalam dua kelompok
yaitu yang ingin kembali ke daerah asal diikuti dua putera Sulaiman Syah yaitu Sankurtakin dan
Tongdai, dan yang ingin melanjutkan ke wilayah Asia kecil diikuti oleh Ertoghrul dan Dandan .
Kelompok yang ingin melanjutkan ke Asia kecil mengangkat Ertoghrul putera ketiga dari Sulaiman Syah
sebagai pemimpin baru mereka hingga akhirnya mereka menetap di Anatolia. Ketika terjadi pertempuran
antara pasukan Sultan Alaudin I dari bani Saljuk Rum dengan kekaisaran Byzantium (Romawi Timur)
maka Ertoghrul dan para pengikutnya membantu pasukan Alaudin I hingga mencapai kemenangan. Atas
bantuannya ini Alaudin I sangat berterima kasih dan memberi hadiah pada Ertoghrul dan kelompoknya
berupa daerah di pegunungan Ermenia dan lembah Saguta di sepanjang sungai Sakaria. Ertoghrul dan
pasukannya mendapat tugas dari Alaudin I untuk menaklukan dan menguasai daerah pesisir Laut Hitam,
ke Brussa hingga Eskisher.
Sejarawan mencatat bahwa Turki Usmani berdiri tahun (1281 M) terletak di daerah Asia kecil.
Pendirinya adalah Utsman bin Ethogral. Wilayah kekuasaannya meliputi: Asia kecil dan daerah Trace
(1354 M), kemudian menguasai selat Dardanlese (1361 M), Casablanca (1389 M) selanjutnya kerajaan
Turki menaklukan kerajaan-kerajaan Romawi (1453 M). kata Utsman di ambil dari nama kakek mereka
yang pertama dan pendiri kerajaan ini, yaitu Utsman bin Erthogrul bin Sulaeman syah dari suku Qayigh.
Hal ini yang melatar belakangi pasukan Erthogul mendapatkan gelar “ Muqaddimah Sultan “(tentara
pelopor sultan) oleh Alaudin I, sedangkan Erthogul mendapatkan gelar “ Sultan Oki “ yang berarti
(kening sultan).
Setelah Erthogul wafat pada tahun 1289 M, kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya Usman
pada tahun 1300 M. Mongol menyerang dinasti Saljuk dan Sultan Allaudin II mati terbunuh. sepeninggal
Sultan Allaudin II, Saljuk terpecah menjadi dinasti-dinasti kecil, dalam keadaan demikian, Utsman
menyatakan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang dikuasainya. Maka sejak itulah
kerajaan Usmani dinyatakan berdiri, dan Penguasa pertamanya adalah Usman, yang disebut juga dengan
Usman I. Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padiansyah Ali Usman (Raja Besar keluarga Usman),
tahun 699 H (1300 M), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia melakukan
ekspansi ke daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Brosseca tahun 1317 M. Kemudian pada
tahun 1326 M kota Brosseca dijadikan ibu kota kerajaan.
Dengan lahirnya daulah Usman dapatlah islam kembali kepermukaan dan memperlihatkan
kegagahperkasaannya yang luar biasa dan dapat menyambung usaha dan kemegahannya yang lama
3
sampai abad ke-20. Perluasan islam pada masa kerajaan usman semakin meluas, dari semenanjung
Balkan (Negeri-negeri Eropa Timur), kemudian kerajaan Usmaniyah melebarkan sayapnya kesebelah
timur, sehingga dalam waktu singkat, seluruh Persia dan irak yang dikuasai kerajaan Safawiyah yang
beraliran syi’ah dapat direbut. Selanjutnya menguasai Syam dan Mesir sehingga, pada tahun 1516 M/
923 H. Kerajaan Usman memegang kendali dunia islam, dengan pusat pemerintahannya di Istanbul.
Setelah usman meninggal, selanjutnya digantikan oleh Orkhan (726 H/ 1326 M. Pada masa
pemerintahannya, kerajaan Turki Usmani dapat menaklukan Azmir (Smirna) tahun 1327 M,
Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356 M), daerah ini adalah
adalah bagian Benua Eropa yang pertama kali diduduki Kerajaan Usmani.
Selang beberapa tahu kemudian setelah Orkhan meninggal kemudian digantikan oleh Murad I,
yang berkuasa pada tahun (761 H/ 1359 M-789 H-1389 M), selain memantapkan keamanan dalam
negeri, ia melakukan perluasan ke daerah Benua Eropa. Ia dapat menaklukan Adrianopel kemudian
dijadikannya ibu kota kerajaan yang baru, Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh utara bagian yunani.
Merasa cemas terhadap kemajuan ekspansi kerajaan ini ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang.
Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani. Pasukan ini
dipimpin oleh sijisman, raja Hongaria. Namun sultan Bayazid I (1389-1403 M), pengganti Murod I,
dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa tersebut. Peristiwa ini merupakan catatan sejarah
yang amat gemilang bagi umat Islam. Ekspansi kerajaan Usmani terhenti beberapa lama, ketika ekspansi
di arahkan ke Konstantinopel. Tentara Mongol yang di pimpin oleh Timur Lenk, melakukan serangan
ke Asia kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara tahun 1402 M. tentara Turki Usmani mengalami
kekalahan. Bayazid bersama putranya, Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M.
Setelah Timur Lenk meninggal dunia tahun 1405 M dan kesultanan mongol terpecah-pecah,
Turki Usmani melepaskan diri dari kekuasaan Mongol, selanjutnya mengadakan perbaikan-perbaikan
dan meletakan dasar-dasar keamanan dalam negeri. Usaha ini diteruskan oleh Murad II (1421-1451 M)
sehingga Turki Usmani mencapai puncak kemajuannya pada Masa Muhammad II atau biasa disebut
Muhamad al-fatih (1451 M). gelar ini disandangnya setelah ia berhasil menaklukan benteng
Konstantinopel dan diganti namanya menjadi Istambul yang asal katanya Islambul (artinya Tahta Islam).
Yang pada saat ini sebagai benteng pertahanan terkuat kerajaan Bizantium.
Dapat disimpulkan bawasannya kerajaan Turki Usmani berdiri pada tahun 1300, dengan raja
pertamanya adalah Usman bin Erthogol, dan raja terakhirnya yaitu Mahmud II yaitu tahun 1922. Dan
dalam perjalanan sejarah selanjutnya Turki Usmani merupakan salah satu dari tiga kerajaan besar yang
membawa kemajuan dalam agama Islam.
4
5
BAB II
Sistem Pendidikan Islam Pada masa
Turki Usmani
Kerajaan usmani merupakan kerajaan paling awal berdiri sekaligus kerajaan yang terkuat
diantara ketiganya. Sebagaimana disebutkan oleh Zainal Abidin bahwa masa kerajaan Turki Usmani
dapat di bagi dalam 5 fase yaitu; Pertama masa pembentukan kerjaan sampai berakhirnya gangguan dari
timur lenk (1299-1430 M) Kedua masa kejayaan dan kemenangan puncak dengan takluknya
Konsatatinopel (1403-1566 M). Ketiga, masa Negara Islam kesatuan yang selalu ditandai dengan
kelumpuhannya oleh Negara Turki Usmani (1695-1839 M), keempat, masa perubahan sampai
keruntuhannya abad ke-20, Masa pertama dan kedua dapat disebut fase kemajuan Turki Usmani, fase
ketiga dan Keempat adalah fase turki Usmani mengalami masa kemunduran dan fase kelima masa
pembaharuan dunia Islam.
Menurut Mahmud Yunus, Setelah Mesir jauh dibawah kekuasaan Usmani turki Sultan Salim
memerintahkan supaya kitab-kitab diperpustakaan mesir dipindahkan ke istambul. Menurut penulis hal
ini menandakan bahwa sumber-sumber rujukan pendidikan Islam di Turki Usmani adalah Sultan Orkhan
(W. 1359 M) Dimasa ini banyak perpustakaan yang berisi kitab-kitab ilmu agama. Tiap-tiap orang bebas
membaca dan mempelajarinya, Bahkan banyak ulama dan ahli sejarah serta ahli syair yang muncul
dimasa ini. Namun mereka tidak terpengaruh oleh dunia Islam pada masa Harun al-Rasyid dan Al
Makmun Dinasti Abbasiyah) di Bagdad. Sehingga pengaruh pendidikan Islam yang ada dimasa
Abbasiyah tidak begitu kuat, demikan pula kegiatan ilmiah eropa (Andalusia), Kedua zaman kemajuan
Islam era Harun Al Rasyid dan Al makun, kegiatan ilmiah berkembang pada filsafat, sementara Mesir
banyak mengkaji ilmuilmu fiqh, dan Turki Usmani lebih banyak dipengaruhi oleh pendidikan yang ada
di Mesir. Setelah sultan salim yang menjadi pelopor usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan
pendidikan Islam wafat, ia digantikan oleh Sultan Sulaiman alQanuny (1520-1566 M). Dimasa Sultan
6
Sulaiman al-Qanuny dibangun beberapa Masalah. Dimasa ini muncul beberapa ulama seperti Abdul
Baqi seorang penulis sastra terkenal, Fazuli, nedim dan Syaikh Ghalik. Dari catatan sejarah di atas
menunjukkan bahwa pendidikan Islam sehingga Islam berjalan dengan baik, ditandai dengan munculnya
ulama-ulama dimasa itu. Namun kajian ilmu fighi, ilmu kalam, tafsir dan hadist tidak mengalami
perkembangan yang berarti. Menurut Fayyad Mahmud, para penguasa lebih cenderung untuk
menegakkan satu paham atau taqlid pada mashab tertentu dan menjauhi mashab yang lain. Ulama dimasa
ini umumnya hanya menulis buku dalam bentuk syarah (penjelasan) dan hasyiyah (semacam catatan)
terhadap karya-karya sebelumnya. Beberapa ulama fiqh juga muncul pada masa kerajaan usmani seperti
syaikh hasan bin Ali ahud al syaba’I (W. 1756 M), Iman Syamsuddin Ramli (W. 1559 M) dan Syaikh
Ibnu Hajar al Haitamy (W. 1567 M).
Sistem pengajaran yang dikembangkan pada Turki usmani adalah menghapal matang-matang
meskipun murid-murid tidak mengerti maksudnya seperti menghapal matan al jarmiah, matan ragrib,
matan alfiah, matan sultan dll. Murid-murid setelah menghapal matan-matan itu barulah mempelajari
syarah dan hasiahnya, olah karena itu pelajarannya bertambah berat dan bertambah sulit untuk
dihapalkan.
Metode hafalan yang diterapkan pada usmani menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran khusus
pendidikan Islam pada masa itu diarahkan pada pembentukan, penguasaan kognitif, sehingga ulama-
ulama yang mendukung bukan ulama yang mengeluarkan ijtihad, tetapi ulama yang mendukung satu
mashab, yaitu mashab syafi’i dalam fiqhi seperti Syaiq ibnu Hajar al haitami dan imam ramli.
Pendidikann Islam umumnya belum diarahkan pada pengembangan ilmu-ilmu alam sehingga dapat
dikatakan bahwa pendidikan islan pada masa usmani ini berbeda dengan masa abbasiya bagdah dan
Andalusia. Tujuan umum pendidikan Islam pada masa usmani diarahkan untuk mempertahankan
mashab tertentu dan kepenntingan penguasa. Pendidikan Islam belum di tunjukkan untuk pengembangan
ilmiah hal ini berlangsung cukup lama sampai pada masa awal pembaharuan sistem pendidikan abad ke
19, yaitu setelah lama berada dalam masa kemunduran akibat kekalahan dengan eropa yang unggul
dalam bidan sains dan peralatan perang, sementara turki hanya mempersoalkan persoalan agama, maka
muncul kaum terpelajar untuk melakukan pembaharuan dalam pendidikan Islam di usman.
Golongan modermis menanggap perlunya kerajaan mengadopsi metode yang dimiliki bangsa
eropa dalam pendidikan, kemiliteran, organisasi pemerintahan dan adminitrasi untuk menciptakan suatu
perubahan di bidang pendidikan, ekonomi dan sosial yang mendukung terbentuknya Negara modern hal
ini menandakan bahwa pendidikan Islam di Usmani harus mengikuti pola pendidikan yang ada di Eropa,
yaitu dengan menguasai ilmu-ilmu yang dikembangkan di Eropa guna mempertahankan pengaruh Turki
di eropa, pemikiran ini akhirnya dapat diterima oleh pemerintahan Usmani, tepatnya dimasa Sultan
Mahmud II. Sultan Mahmud II (1808-1839 M) menganggap sistem pendidikan Islam pada masa itu tidak
7
sesuai dengan mengajarkan pelajaran umum sehingga pada akhirnya masyarakat Turki kurang giat
memasukkan anaknya pada Madrasah, namun cenderung untuk mengirim mereka belajar keterampilan
praktis di perusahaan-perusahaan industry, dan hal ini berdampak pada meningkatnya buta huruf di turki
pada masa itu. Dalam mengatasi persoalan ini sultan Mahmud II mendirikan sekolah umum (Mekteb
Ma’arif dan mekteb ulum Edibiya) dimana siswanya dipilih dari lulusan madrasah yang bermutu tinggi.
Kenyataan sejarah ini dapat di interpresikan bahwa Sultan Mahmud berkeinginan agar tujuan pendidikan
diarahkan kepada kaderisasi pembangunan turki bukan pada kadernisasi Ulama dalam arti yang sempit.
8
9
BAB III
Perkembangan Pendidikan Pada Masa
Turki Usmani
Sesuai dengan karakter dan sejarah bangsa Turki Usmani yang berasal dari keluarga Qabey,
sebuah kabilah yang memiliki karakteristik sebagai al-Ghazw al-Turkī yaitu bangsa Badui yang suka
berperang. Ibnu Khaldum dalam Robert H. Lauer menggambarkan kehidupan orang Badui bahwa orang
Badui tidak mampu mendapatkan selain dari pemenuhan kebutuhan hidup yang paling sederhana saja.
Cara hidup inilah yang menimbulkan dari diri mereka keberanian yang besar dan tingkat menentukan
nasib sendiri yang sangat tinggi. Kerasnya kehidupan di padang pasir, memerlukan usaha kerjasama
yang timbul dari solidaritas kelompok. Akibat semua ini, adalah menjadikan orang Badui “sebagai
manusia terganas yang pernah ada”.
Seperti telah disinggung pada uraian terdahulu, bahwa masyarakat Turki Usmani merupakan
masyarakat yang memiliki keahlian di bidang perang. Tidak heran jika yang menjadi perhatian utamanya
adalah kemajuan di bidang militer dan pertahanan. Kamajuan ilmu pengetahuan berada jauh di bawah
kemajuan di bidang militer. Pada etape kedua abad pertama di bawah pimpinan Sultan Sulaimān I
(diangkat tahun 1520 M), wilayah kekuasaan Turki telah sampai di semenanjung Balkan. Pasukan Turki
yang secara etnografis dan geneologis memiliki katangguhan dalam perang, terus melakukan ekspansi
dan penyebaran Islam.
Dalam pembahasan perkembangan pendidikan di masa Kerajaan Turki Usmani, Abuddin Nata
membaginya dalam dua periode, yakni zaman pertengahan dan zaman modern.
10
Perkembangan Pendidikan Zaman Pertengahan (Usman I, 1300 M. sampai Pra Mahmud II, 1808
M.)
Perkembangan pendidikan Islam pada Kerajaan Turki Usmani tidak terlepas setting budaya,
dan kondisi sosial politik. Kebudayaan Turki merupakan perpaduan antara kebudayaan Persia,
Byzantium dan Arab. Kebudayaan Persia, telah banyak menanamkan ajaran-ajaran tentang etika dan
tatakrama dalam kehidupan istana. Masalah organisasi, pemerintahan, dan kemiliteran, mereka
dapatkan dari kerajaan Byzantium, sedangkan dari kebudayaan Arab, mereka mendapatkan ajaran
tentang ekonomi, kemasyarakatan dan ilmu pengetahuan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan tidak banyak mengalami kemajuan di
badingkan dengan kekuaan militer, kecuali pada beberapa aspek, seperti kehidupan keagamaan. Ulama
(muftī), menduduki jabatan penting dalam negara dan masyarakat. Mufti sebagai pejabat tinggi agama
berwewenang menyampaikan fatwa resmi mengenai problematika keagamaan. Kegiatan tarekat juga
berkembang pesat, seperti tarekat al-Bektasyi yang sangat berpengaruh di kalangan tentara Yennissery,
dan tarekat Maulawy berpengaruh besar di kalangan penguasa. Sufisme pada waktu itu digemari umat
Islam dan berkembang pesat. Keadaan frustrasi yang merata di kalangan umat karena hancurnya tatanan
intelektual dan material akibat konflik internal dan serangan tentara Mongol, menyebakn orang kembali
kepada Tuhan dan bersikap fatalistik.
Madarasah-madrasah berkembang menjadi zawiyah-zawiyah untuk mengadakan riyāḍah,
merintis jalan untuk kembali kepada Tuhan di bawah bimbingan guru-guru sufi. Ilmu pengetahuan
keislaman, seperti fikih, tafsir, ilmu kalam dan lain-lain, tidak mengalami perkembangan. Kebanyakan
penguasa Usmani cenderung bersikap taklid dan fanatisme terhadap suatu mazhab dan menentang
mazhab yang lain.
Tentang perkembangan sufi, Fazlurrahman dalam Abuddin Nata melukiskan masa itu sebagai
berikut:” Sebagian besar pusat-pusat sufi terutama di Turki, kurikulum akademis terdiri hampir
seluruhnya buku-buku tentang sufi. Di Turki waktu itu terdapat beberapa tempat khusus
Methanevikhana, dimana Matsnawi-nya merupakan satu-satunya buku yang diajarkan. Lebih jauh lagi,
isi dan karya-karya tersebut yang sebagian besar dikuasai pantheisme adalah bertentangan secara tajam
dengan lembaga-lembaga pendidikan ortodoks. Karena itu timbullah dualisme spritual yang tajam dan
berlarut-larut antara madrasah dan halaqah. Ciri khas dari fenomena ini adalah melimpahnya pertanyaan-
pertanyaan sufi yang taubat setelah menemukan jalan, lalu membakar buku-buku madrasah mereka atau
melemparkannya ke dalam sumur.”
11
Melihat kondisi yang dialami oleh penguasa Turki Usmani, karena latar belakang mereka adalah
bangsa yang suka berperang, ekspansi dan perluasan wilayah menjadi fokus perhatian, sedangkan
bidang pendidikan dan kebudayaan tertinggal jauh, kurang mendapatkan perhatian. Akibatnya, ketika
Barat mulai bangkit di bidang militer, para penguasa Turki Usmani tidak berdaya menghadapi gempuran
Barat. Persenjataan yang mereka miliki tidak semoderen yang dimiliki oleh Barat sebagai hasil dari
kemajuan teknologi yang sudah mereka persiapkan. Sejarah membuktikan bahwa suatu negara atau
bangsa yang tidak menghiraukan pendidikan, lama kelamaan akan ketinggalan dan ditinggalkan oleh
kemajuan teknologi.
Zaman Modern (Mahmud II, 1808-1922 M.)
Mahmud II (Sultan ke-33) dinilai sebagai sebagai penggagas repormasi Usmani, khususnya
perubahan di bidang pendidikan. Ia ingin merubah pola madrasah tradisional disesuaikan dengan
zamannya (abad ke-19) dan mengikis buta aksara. Dalam kurikulum baru dimasukkan mata pelajaran
umum. Ia mulai mendirikan madrasah pengetahuan umum serta sastera, Mekteb-i Ma’ārif dan Mekteb-
i ‘Ulūm-u Adabiye. Siswa kedua sekolah itu dipilih dari madrasah yang bermutu tinggi. Di kedua
madrsah itu diajarkan bahasa Perancis, ilmu bumi, sejarah, dan ilmu politik, di samping bahasa Arab.
Setelah itu Sultan Mahmud II mendirikan pula sekolah militer, sekolah teknik, sekolah kedokteran dan
sekolah pembedahan. Sekolah kedokteran dan pembedahan digabung dalam satu wadah Dār-ul lum-u
Hikamiye ve Mekteb-i Tibbye-i Sahane menggunakan bahasa Prancis. Di sinilah mulai muncul ide-ide
modern sebagai counter opinion atas paham-paham fatalistik yang telah lama menyelimuti masyarakat.
Dengan demikian, memasuki periode abad ke-19 dan ke-20, Kerajaan Turki Usmani telah
mengadakan repormasi di bidang pendidikan. Kalau selama ini mereka terkungkung dengan sikap
fatalisme dan fanatisme, maka Sultan Mahmud II telah membuat gerakan repormasi yang sangat besar
di bidang pemikiran (pendidikan). Sultan Mahmud II mulai menyadari bahwa penyebab kakacauan dan
kemunduran pemerintahan, salah satu penyebabnya adalah karena sikap patalisme yang mereka
pegang. Kemandegan ilmu pengetahuan dan teknologi Kerajaan Usmani ada kaitannya dengan
perkembangan metode berpikir yang kolot dan tradisional, dan di kalangan ulama mereka cenderung
menutup diri dari pengaruh kamajuan Eropa, dan ini dikaitkan dengan menurunnya semangat berpikir
bebas akibat pemahaman tasawuf.
Walaupun Kerajaan Usmani cenderung tertutup karena tradisi tasawuf yang mereka pegang
teguh, namun harus diakui pula bahwa Kerajaan Usmani telah mencatat berbagai kemajuan di bidang
ilmu pengetahuan (pendidikan). Perkembangan etnik Turki di kawasan ini dalam tradisi sastra atau
budaya cukup kaya dan mengesankan. Periode Islam merupakan periode yang paling panjang dan sangat
12
menentukan untuk melihat potensi dasar intelektual dan spritual Turki yang dipadukan dengan kekuatan
Persia-Irano yakni antara abad ke-9 sampai paro abad ke-19. Diawali oleh imam besar ahli hadis al-
Bukhārī (w.870 M). Intelektual Islam pertama yang berasal dan telah bercokol di wilayah ini
merupakan warisan utama dan kebanggaan tersendiri. Perkembangan berikutnya, intelektual, sastra, dan
budaya mereka kembangkan di bawah para amīr.19 Dalam bidang sastra, prosa Kerajaan Usmani
melahirkan dua tokoh terkemuka, yaitu Katip Celebi dan Elviya Celebi. Katip Celebi yang lebih dikenal
dengan Mustafa Abdullah seorang penulis terbesar. Karya terbesarnya adalah Kasyf al-Zunūn fī Asmā’i
al-Kutub wa al-Funūn, sebuah presentasi biografi penulis-penulis penting di dunia timur bersama daftar
dan deskripsi lebih dari 1.500 buah buku berbahasa Turki, Persia, dan Arab.
Dari beberapa bidang yang tampak dalam peradaban Turki Usmani, seperti pemerintahan dan
militer, bidang ilmu pengetahuan, bidang kebudayaan, dan bidang keagamaan, bidang pemerintahan dan
militer merupakan yang paling banyak mendapatkan perhatian dan kemajuan, karena dilatarbelakangi
oleh watak dan karakter orang Turki (Badui). Sementara itu, bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan
yang paling kurang mendapatkan perhatian. Itulah sebabnya, dalam khasanah intelektual Islam, tidak
ditemukan ilmuan terkemuka dari Turki Usmani. Demikian juga dalam bidang keagamaan, selain
tasawuf ilmu-ilmu keagamaan seperti fikih, tafsir, ilmu kalam, dan hadis, boleh dikatakan tidak
mengalami perkembangan yang berarti. Namun demikian, jika dilihat dari sisi perkembangan
kebudayaan material (fisik), Kerajaan Turki Usmani mengalami perkembangan yang sangat maju. Hal
ini terutama dapat dilihat pada karya seperti arsitektur masjid, istana, kuburan, permandian umum,
rumah sakit, sekolah, dan tata kota. Pada bidang-bidang ini, Turki Usmani menunjukkan karya yang
bernilai arsitektur yang sangat tinggi.
Dalam kaitannya dengan pendirian lembaga pendidikan (madrasah), di masa Turki Usmani,
merupakan kelanjutan keberadaan mdrassah tradisional yang ada sebelumnya. Bedanya adalah madrasah
yang dibangun pada masa Turki Usmani telah lebih maju karena telah memiliki kurikulum sendiri.
Tidak hanya di Istambul, saat itu, madrasah juga didirikan di Edirne, Beograd, dan Sofia. Madrasah
ketika itu seakan menjadi penjaga kesetaraan. Saat itu, madrasah memberikan kesempatan yang sama
kepada semua individu untuk mendapatkan akses pendidikan. Madrasah juga didirikan dengan tujuan
menjadi bagian integral dari kehidupan sosial, terutama untuk memenuhi kebutuhan intelektual
masyarakat. Madrasah sebagai pusat pendidikan dan kesetaraan terus menyebar seiring dengan kian
luasnya kekuasaan Turki Usmani. Saat menaklukkan sebuah wilayah baru, segera dibangun mesjid dan
madrasah. Secara struktural, madrasash-madrasash itu merupakan bagian dari sistem wakaf dan otonomi
secara finansial. Kegiatan madrasah di bawah pengawasan negara.
13
Pada periode sebelum berkuasanya Sultan Mahmud II, pendidikan di madrasah ditekankan pada
studi agama. Namun demikian, selanjutnya madrasah juga memasukkan bahan ajaran lainnya.
Kemudian muncul daftar pelajaran seperti ilmu logika, filsafat, dan matematika, mulai diajarkan oleh
para guru di berbagai madrasah. Di madrasah tertentu juga diajarkan ilmu kedokteran dan astronomi. Ini
mendorong pendirian rumah sakit dan obsevatorium. Selama abad ke-19, masih terdapat 166 madrasah
yang aktif di Istambul dengan 5.369 murid. Namun demikian, pada tahun 1924, setelah berdirinya
Republik Turki, setelah revolusi pendidikan, madrasah Kekaisaran Turki Usmani dihapuskan fungsinya.
Dengan demikian, madrasah sebagai lembaga pendidikan sudah kehilangan tempat dalam
pemerintahan Republik Turki.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada masa Kerajaan Turki Usmani kurang
mendapatkan perhatian, dibandingkan dengan kekuatan politik kekuasaan. Satu-satunya yang banyak
mendapatkan perrhatian adalah kemajuan di bidang sufi, tetapi itupun hanya dijadikan sebagai
kompensasi bagi para penguasa Turki Usmani untuk sekedar keluar dari kerumitan permasalahan
kenegaraan yang tidak dapat diselesaikan.
14
15
BAB IV
Kemunduran Pendidikan Pada Masa
Turki Usmani
Runtuhnya Kerajaan Usmani pasca Sultan Sulaiman,diakibatkan kKarena perebutan kekuasaan
antara putra-putranya sendiri.Para pengganti Sultan Sulaiman,sebagaian orang-orang yang lemah dan
mempunyai sifat dan kepribadian yang buruk.Juga karena lemahnya semangat perjuangan prajurit
Usmani yang mengakibatkan kekalahan dalam menghadapi beberapa peperangan,ekonomi semakin
memburuk,sifat pemerintahan tidak berjalan semestinya.Penguasa Turki Usmani hanya mengadakan
ekspansi,perluasan wilayah,tanpa memperhitungkan penataan sistem pemerintahan.Hal ini
menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat pemerintahan direbut oleh musuh dan sebagian
berusaha melepaskan diri.Selain itu,juga disebabkan oleh wilayah kekuasaan yang sangat luas,sehingga
pemerintah kesulitan menjalankan administrasi pemerintahan.Faktor lain adalah kelemahan para
penguasa, munculnya budaya pungli, pemberontakan tentara jenisari, merosotnya ekonomi,dan
terjadinya stagnasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dari beberapa bidang yang tampak dalam peradaban Turki Usmani,seperti pemerintahan dan
militer, bidang ilmu pengetahuan,bidang kebudayaan,dan bidang keagamaan,bidang pemerintahan da
militer merupakan yang paling banyak mendapatkan perhatian dan kemajuan, karena dilatarbelakangi
oleh watak dan karakter orang Turki (Badui).Sementara itu,bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan
yang paling kurang mendapatkan perhatian.Itulah sebabnya,dalam khasanah intelektual islam,tidak
ditemukan ilmuan terkemuka dari Turki Usmani.Demikian juga dalam bidang keagamaan,selain
tasawuf,ilmu-ilmu keagamaan seperti fikih,tafsir,ilmu kalam,dan hadis,boleh dikatakan tidak
mengalami perkembangan yang berarti.Namun demikian,jika dilihat dari sisi perkembangan kebudayaan
material(fisik),Kerajaan Turki Usmani mengalami perkembangan yang sangat maju.Hal ini terutama
16
dapat dlihat pada karya seperti arsitektur masjid,istana,kuburan,pemandian umum,rumah sakit,
sekolah,dan tata kota.Pada bidang-bidang ini,Turki Usmani menunjukkan karya yang bernilai arsitektur
yang sangat tinggi.
Pada masa ini lapangan ilmu pengetahuan menyempit.Madrasah adalah satu-satunya Lembaga
pendidikan umum dan didalamnya hanya diajarkan pendidikan agama.Maka bila kemudian ada sarjana-
sarjana besar tertentu dan pemikir-pemikir orisinil yang muncul dari waktu ke waktu,adalah istimewa
dalam dirinya sendiri dan tidak banyak menimba ilmu mereka dari kurikulum yang resmi.Kenyataannya
bahwa pada abad-abad pertengahan akhir hanya menghasilkan sejumlah besar kerya-karya komentar
dan bukan karya-karya orisinil.
Secara praktis terjadi stagnasi bidang ilmu dan teknologi. Kemajuan militer usmani tidak
diimbangi dengan sains. Ketika pihak eropa berhasil mengembangkan teknologi persenjataan, kemudian
pihak usmani mengalami kekalahan ketika terjadi kontak senjata dengan eropa, belum lagi terjadinya
konflik internal, diantaranya terjadinya perselisihan ditubuh yenisari serta merosotnya perekonomian
Negara.
Di masa pemerintahannya orang kurang giat memasukkan anak-anak mereka ke Madrasah dan
mengutamakan mengirim mereka belajar keterampilan secara praktis di perusahaan industri. Kebiasaan
ini membuat bertambah meningkatnya jumlah buta khuruf di kerajaan Usmani. Untuk mengatasi
problem ini, Sultan Mahmud II mengeluarkan perintah supaya anak sampai usia dewasa jangan dihalangi
untuk masuk madrasah.
Pada periode sebelum berkuasanya Sultan Mahmud II,pendidikan di madrasah ditekankan pada
studi agama.Namun demikian, selanjutnya madrasah juga memasukkan bahan ajaran lainnya,kemudian
muncul daftar pelajaran seperti ilmu logika, filsafat dan matematika, mulai diajarkan oleh para guru di
berbagai madrasah.Di madrasah tertentu juga diajarkan ilmu kedokteran dan astronomi.Ini mendorong
pendirian rumah sakit dan obsevatorium.Selama abad ke-19,masih terdapat 166 madrasah yang aktif di
Instambul dengan 5.369 murid.Namun demikian,pada tahun 1924,setelah berdirinya Republik
Turki,setelah revolusi pendidikan,madrasah kekaisaran Turki Usmani dihapuskan fungsinya.Dengan
demikian,madrasah sebagai Lembaga pendidikan sudah kehilangan tempat dalam pemerintahan
Republik Turki.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada masa Kerajaan Turki Usmani kurang
mendapatkan perhatian,dibandingkan dengan kekuatan politik kekuasaan.Satu-satunya yang banyak
mendapatkan perhatian adalah kemajuan dibidang sufi,tetapi itupun hanya dijadikan sebagai kompensasi
bagi para penguasa Turki Usmani untuk sekedar keluar dari kerumitan permasalahan kenegaraan yang
tidak dapat diselesaikan.
17