The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by fadli.pelu, 2022-12-12 00:44:30

Ebook-INVENTARISASI MUSIK etnik

Ebook-INVENTARISASI MUSIK etnik

Keywords: Etnik

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 1

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 2

INVENTARISASI MUSIK
ETNIK MALUKU

LINIMASA PEKERJAAN (NAMA KEGIATAN)
FASILITASI STIMULAN EKSPRESI
KEBUDAYAAN TAHUN 2022

Kerjasama

EMPOWERMENT INSTITUT ORANG BASUDARA
DAN PENDIDIKAN NASIONAL RI

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 3

STRATEGI PEMAJUAN MODERASI
KEBUDAYAAN DI MALUKU

A. Dasar Pelaksanaan/Urgensi Kegiatan
Berdasarkan hasil survei ditemukan bahwa adanya disparitas

bias gender kebudayaan dan kesenjangan sosial pelaku musik etnik,
kuliner, dan pemandu wisata bahari akibat belum terkelolanya
secara baik sehingga belum memiliki peta jalam pemajuan
kebudayaan yang ingklusif dan persuasif.

Nasib dari pemerhati musik etnik berupaya mencegah
kepunahan budaya tak kuasa berbuat apa-apa karena minimnya
program pemajuan kebudayaan. Rendahnya panguatan kapasitas
SDM, moderasi kebudayaan musik etnik, kuliner dan pemandu
wisata bahari untuk mempertahankan nilai-nila kebudayaan belum
mendapat perhatian yang serius dan sutainebl.

Belum adanya transver knouwlege untuk kemajuan
kebudayaan secara kognitif, afektif dan piskomotorik untuk
menggerakkan moderasi kebudayaan yang lebih profesional.
Sebagai fakta bahwa Etnomusikologi Islam Maluku sampai saat ini
belum memiliki basis pengetahuan kebudayaan.

Ekspo Musik Etnik Maluku dengan gelaran seribu pulau
banyak menyimpan seni budaya sebagai khazanah kekayaan
nusantara. Maluku sebagai jalur rempah-rempah dalam catatan Jeck
Tuner dalam bukunya disebutkan bahwa Maluku city of musik and
spices of the archipelago. Apresiasi ini tidak sekedar gelaran tapi
fkata itu dapat dilihat Maluku memiliki pembaca Seni Al-Quran
Terbaik dunia atas nama Mastia Lestaluhu dan penyanyi qasidah
terbaik Saudari Nurul Toisuta. Talenta mereka belum didukung
oleh sekolah musik tapi talenta alamiah. Data ini menunjukkan
bahwa Maluku memiliki potensi seni budaya yang tinggi. Potensi
ini belum maksimal di eksplorasi sehingga peran Lembaga
empowerment Institut Orang Basudara kerjasama dengan Dinas

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 4

Pendidikan Jakarta membuat FGD untuk menggali kekayaan
intelektual para leluhur di Maluku sebagai khazanah indentitas di
negeri orang basudara.

Seiring dengan perkembangan zaman anak-anak millennial
mulai kehiralanorientasi sehingga merka lebih tertarik pada musik
modern yang tidak sesuai dengan khazanah kebudayaan mereka
sehingga terjadi benturan kebudayaan, disisi lain mereka ingin
tampilkan musik etnik maluku tapi mereka dikuasai oleh musik
moderen. Kekuatan misik moderen telah mencabut sebagian besar
akar-akar identitas seni budaya di Maluku mulai dari aspek Fun,
Food, Fashion mulai berubah sehingga identitas asli budaya orang
basudara mulai hilang dan puna. Derasnya kebudayaan Eropa
melalui media social yang semakin massif dan sistematis dapat
membahayakan masa depan generasi Islam di Maluku karena
berpotensi hilangnya identitas kebudayaan musik etnik Maluku
sebagai sarana interaksi social, budaya dan ritual.

Empowermnt Orang Basudara sebagai lembaga pemberdayaan
musik etnik melihat dan memetakan kondisi musik etnik Maluku
yang belum terkelola secara baik seperti; 1). Belum adanya
dokumen dan inventarisasi yang dapat diakses oleh public terkait
berapa banyak jenis, model, corak musik etnik di Maluku yang
masih hidup dan yang sudah puna. 2). Belum ada pendidikan
musik etnik di Maluku sebagai penjaga budaya sehingga bisa
berdampak sistemik hilangnya indentitas nilai kearifan local bidang
musik etnik di berbagai wilayah Provinsi Maluku. 3). Bahaya
perubahan social yang semakin tinggi dapat dikhawatirkan
generasi muda Maluku akan kehilangan identitas musik etnik
sebagai khazanah kekayaan Orang Maluku. 4). Sebagian
masyarakat masih tabuh untuk keluarga musik etnik karena
dianggap sacral dan hari-hari tertentu saja baru dikeluarkan. 5).
Banyak kebudayaan musik etnik yang tidak terwarisi secara baik
misalnya pemain suling disetiap desa/Negeri mulai berkurang,
pemain biola di setiap desa hamper tidak ada, pemain silat

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 5

kampong mulai tidak diminati oleh generasi millennial. 6). Praktisi
Musik Belum dihargai sebagai penyangga dan kekuatan ekonomi di
Maluku, praktisi musik belum menggap seni budaya sebagai masa
depan bangsa di bidang budaya. Dan Masih banyak lagi sehingga
kita sebagai peserta perlu mendokumentasikan semua kekayaan
orang Maluku dalam bentuk musik etnik yang kita tau, pernah ada,
tolong diinformasikan demi masa depan anak cucu kita nanti. 7).
Setiap negeri pemain suling sawat telah berpulang kerahmatullah
dan belum ada pengkaderan secara sistematis sehingga pemain
suling sawat, pemain biola semakin langkah akibat dari dampak
arus globalisasi.

Atas dasar itulah sehingga Lembaga empowerment Institut
Orang basudara perlu menggali melalui FGD Ekspo Musik Etnik
Maluku yang dilakukan pada hari Senin, 1 Desember 2022 di kantor
kementerian Agama Kota Ambon. Program ini Empowerment
Institut “Orang Basudara” kerjasama dengan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama Kota
Ambon untuk mewujudkan Madinatul Qasidah sebagai destinasi
musik etnik Maluku. Adapun langkah-langkah pemgembangan
yang akan di lakukan adalah; Ada 7 kegiatan untuk mewujudkan
Madinatul Qasidah sebagai rumah Musik Etnik Islam Maluku
dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Kegiatan FGD untuk mengumpulakn Naskah dan
inventarisasi musik etnik.

2) Pendalaman Literasi Musik etnik Maluku sebagai kekuatan
budaya di Maluku dan bagian unsur sebagai pendorong
ekonomi kerakyatan.

3) Seminar International Musik Etnik Maluku Untuk
mewujudkan Maluku sebagai Madinatul Qasidah untuk
mendapatkan konsep bangunan dan model Madinatul
Qasidah yang hendak dicapai.

4) Festival Musik etnik Maluku. untuk menjadi kebangsaan
Musik etnik Orang Maluku,

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 6

5) Ekspo Musik Etnik Maluku melalui media sosial,, medi cetak
dan elektronik dan youtube.

6) MoU dan membuat Perjanjian kerjasama Lembaga
Empowerment Institut Orang Basudara yang bergerak di
bidang musik etnik, wisata kuliner dan Festival musik etnik
Maluku, dan destinasi wisata bahari.

7) Ekspo Musik etnik di level nasional dan International Maluku
sebagai madinatul Qasidah sebagai sector program unggulan
bidang kebudayaan khususnya musik etnik Maluku.

B. Tujuannya Kegiatan ini:
1) Untuk mengisi disparitas dan kesenjangan sosial dengan
memabuat penguatan kapasitas moderasi kebudayaan usik
etnik, kuliner dan pemandu wisata.
2) Untuk memberikan akses dan peluang yang besar untuk
moderasi kebudayaan dengan adanya transformasi
pengetahuan dan pemajuan kebudayaan dengan prinsi kerja
sistem tertib administrasi, tertib pelaksanaan dan tertib prestasi
aksi moderasi kebudayaan.
3) Untuk memberikan kesempatan abgi para komunitas musik
etnik, komunitas kuliner home industri dan pemandu wisata
bahari. Hal itu berdasarkan Potensi ekonomi maritim di
kawasan Indonesia memiliki keunggulan yang sangat fantastis.

C. Aksi Kegiatan Moderasi Kebudayaan:
Survei dan Inventarisasi Jenis Kebudayaan Islam di Maluku

untuk Menentukan arah kajian dan strategi pencapaian kinerja riset
moderasi kebudayaan music etnik, kuliner dan wisata bahari.
Melaksanakan riset mendalam terkait dengan moderasi kebudayaan
music etnik, kuliner dan budaya wisata bahari dengan aksi kegiatan
sebagai berikut:
1. Mendesain, merumuskan konsep program strategis moderasi

kebudayaan pada komunitas musik etnik, pelaku kuliner lokal

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 7

dan pemandu wisata yang dintegrasikan dalam satu proyek
kegiatan dalam pentas kebudayaan yang dilakukan setiap tahun.
Konsep yang diaplikasi dalam moderasi peamjuan kebudayaan
musik etnik, kuliner dan penguatan kapasitas pemandu wisata.
2. Membuat pedoman Moderasi Pemajuan Kebudayaan terkait
Pedoman Integrasi pemajuan music etnik, kuliner home industry
dan pemandu wisata.
3. Melakukan workshop program pemajuan kebudayaan yang
terintegrasi antara komunitas music etnik, komunitas kuliner dan
komunitas pemandu wisata duduk bersama untuk menyusun
peta strategis moderasi kebudayaan untuk penguatan
kesejahtraan social dan pencegahan disparitas dan kesenajngan
social yang semakin meningkat.
4. Pelaporan; laporan Audio Video, Infografis, dan Laporan Buku
(Desember 2022) Melaporkan hasil penelitian peremajaan dan
moderasi budaya sebagai penyangga ekonomi baru pasca
pandemic Covid-19 bagi masyarakat banda naira. Presentasi hasil
kajian di depan kementerian Pendidikan dan sebagai awal
capaian dari kegiatan riset moderasi kebudayaan music etnik,
kuliner dan budaya bahari masyarakat di Banda Naira.

D. Manfaat Kegiatan.
Kegiatan ekspo stimulant budaya yang dilakukan oleh

Lembaga Empowerment Institut Orang basudara dengan
kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah upaya untuk
menjalankan UU Nomor 5 tahun 2017 tentang pemajuan budaya
sebagai khazanah kekayaan identitas kebangsaan.

1. Satu Kecamatan di Banda Naira khususnya para Komunitas
kuliner, pecinta musik etnik dan pemandu wisata
mendapatkan pengetahuan moderasi kebudayaan untuk
mencegah kesenjangan social dan bias gender yang
mengganggu pemajuan kebudayaan.

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 8

2. Para komunitas yang berjumlah 90 orang orang yang tersebar
di 4 desa yakni Desa Kampung Baru, Merdeka, Rajawali dan
tanah rata mendapatkan akses yang besar terhadap
pengelolaan pemajuan kebudyaaan yang ter integrasi untuk
penguatan kapasitas kesejahtraan sosial.

3. Adanya keterampilan baru yang lebih modern untuk
membangun ekonomi dalam pemajuan kebudayaan karena
diminati oleh public karya-karya musik etnik, kuliner dan
pemandu wisata.

E. Rundoun Acara

Focus Group Dicussion (FGD) “EKSPO MUSIK ETNIK”

No Waktu Uraian Kegiatan Penanggungjawab
Peserta
0 09.00 -10.00 Registrasi
MC
1 10.00 -10.03 Pembukaan
Rival Keliobas
2 10.03 -10.10 Pembacaan Ayat Suci Al-Quran
Kandepak Kota Ambon
3 10.10 -10.07 Sambutan Kemenag Kota Ambon
Direktur
4 10.07 -10.10 Sambutan Direktur Empowement Empowerment Intitut
Indonesia
Institute
Ustadz Ibnujarir
5 10.10 -10.15 Pembacaan Do‟a
6 10.15 -10.20 Cofe Break Panitia
7 10.20 -12.00 FGD (Focus Group Discussion)
Narasumber dan
8 12.00 -12.10 Diskusi Terbuka Pimpinan FGD

9 12.10 -12.20 Penutup Narasumber dan
Pimpinan FGD
10 12.20 -12.30 Selesai Foto Bersama/ Makan Siang
Direktur
Empowerment Orang
Basudara Menutup
Acara FGD

Semua Peserta, Panitia,
dan narasumber

Direktur Empowermrnt Intitute
Orang Basudara

(Dr. Syarifudin, M.Sos.I)

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 9

F. Metode Inventarisasi
Konsep metode Inventarisasi dilalkukan dengan beberapa

tahap yakni ada dua antara lain; 1) menjelajahi beberapa naskah
musik etnik yang telah ditulis peneliti sebelumnya dan
menginventarisasi ejnis musik etnik ayng sering di ekspos dan
menggali musik etnik yang sudah mulai punah kemudian dikemas
kembali menjadi satu dokumen sebagai bahan literasi di pendidikan
sekolah dan madrasah. Berikut jenis musik etnik yang telah di ekpos
di media sosial dan sering dipentaskan saat acara hut Provinsi dan
acara lainnya;

HASIL INVENTARISASI MUSIK
“ETNIK MALUKU”

Ekspo musik etnik maluku dengan besona budaya Maluku
yang berbasis kepulauan tumbuh dengan keragaman sehingga
warna-warni musik etnik memiliki corak yang sangat beragam. Seni
budaya juga sangat majemuk dipersatukan untuk menggerakkan
pembangunan. Ketika musik etnik menjadi cahaya bakukele dapat
dijadikan metode untuk menata keragaman menjadi kemuliaan
bersama, laksana satu panggung orchestra yang menyuguhkan
notasi keindahan sekalipun perbedaan alat musik tapi memiliki cita-
cita yang sama yakni menyuguhkan napas dan suara keindahan.

Ekspo busana etnik kebudayaan Maluku dengan pesona
keindahan bahari yang diselimuti laut biru dengan 11
Kabupaten/kota di Maluku perlu dijaga dan dilestarikan

a. Ekspo musik etnik untuk menjaga harta budaya Maluku
dariimbas Perubahan social yang semakin deras telah menjadi
sekat-sekat social akibat semakin suburnya musik moderen
yang berpotensi menciptakan sikap indoividualisme.

b. Imbas musik modern berpotensi jadi disparietas perubahan
social pasca pandemic melahirkan gaya hidup hedonis dan
dapat semakin melemahnya sikap kerjasama, budaya masohi

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 10

dan badati mulai tergeser, sikap gotong royong mulai
berkurang.
c. Teknologi musik moderen dengan segala kemudahannya
mampu menggeser budaya musik etnik perlu di inventarisasi
kembali untuk mengetahui dampak kepunahan budaya di
Maluku.

Musik etnik Maluku terbagi beberapa aspek yakni musik etnik
hiburan, musik etnik upacara adat, dan musik etnik kematian dan
musik etnik melindungi kampung dari bahaya penyakit dan patologi
sosial. Selain itu ada juga musik etnik untuk kalangan nelayan,
musik etnik petik cengkeih yang digunakan oleh para petani.
Kergaman dan kekayaan musik etnik Maluku secara umum terbagi
tiga bagian yakni; Musik Etnik, Kuliner etnik, dan busana etnik.
Dalam program FGD dan Inventarisasi musik etnik ini dipaparkan
pada penggalian yang sudah ada dan yang masih dalam bentuk
cerita-ceita rakyata, kapata-kapatan dan syair-syair orang maluku
yang digunakan untuk tujuan tertentu.

Warisan musik etnik di Maluku cukup banyak dengan corak
agama, budaya, dan bangsa sebagai sumber yang membentuk
arsitektur kebudayaan di Maluku. Berikut jenis musik etnik yang
telah di ekpos di media sosial dan sering dipentaskan saat acara hut
Provinsi dan acara lainnya;

1. Ukulele.
Alat Musik dari Maluku memiliki

sejumlah alat musik tradisional. Alat
musik tradisional menjadi bagian
kehidupan di Maluku. Alat musik
tradisional ini digunakan untuk mengiringi serangkaian upacara,
pengiring orkes maupun memberikan semangat dalam pertandingan
perahu. Cara memainkannya pun beragam, ada yang ditiup,
dipukul, hingga digoyangkan. Ukulele Ukulele merupakan alat

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 11

musik tradisional yang terbuat dari tempurung kelapa, kayu, dan
senar. Ukulele yang dimainkan seperti gitar memiliki ukuran kecil
kurang lebih 40-50 cm. Biasanya, ukulele ini dimainkan di pinggir
pantai dikala senja, selain itu alat musik tradisional ini juga berfungsi
sebagai pengiring musik hawaian.1

2. Tahuri.
Alat musik tradisional Maluku yang

bersumber dari laut. Tahuri ini memiliki bunyi
yang khas. Alat musik ini ditiup kerap kali
digunakan untuk mengiring pentas seni tahuri sebagai nada
pembuka dalam pagelaran musik etnik. Alat musik tradisional ini
juga biasa digunakan dalam kegiatan adat, seperti upacara panas
pela dan gandong, upacara sasi laut, atau untuk mengumpulkan
masyarakat untuk suatu keperluan.

Alat musik tradisional ini sebagai kode identitas budaya etnik
Maluku terkait bunyi. Tahuri dengan khas
bunyinya dapat diketahui bagi yang mempelajari
mussik etnik Maluku. Alat musik tahuri samapi
saat ini hanya sebagian yang bisa
menggunakannya karena membutuhkan napas
dan pelatiha yang skills tinggi.

3. Alat Musik Ploit.
Floit atau seruling bambu merupakan alat musik
tradisional yang terbuat dari bambu. Alat musik
ini dimainkan dengan cara ditiup. Ada beberapa
warna suara yang dimunculkan oleh floit, yaitu
sopran, alto, tenor, dan bass. Floit dimainkan
lebih dari 30 orang. Alat musik tradisional ini
digunakan sebagai pengiring orkes, resepsi, atau

1 Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul enam Alat Musik Tradisional
Asal Maluku, Ada Tahuri hingga Tifa.

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 12

pengiring lagu gereja bagi umat Kristiani dan dikomunitas muslim
di sebut suling sawat dan hadrat.

4. Alat Totobuang.
Totobuang merupakan salah satu

alat musik tradisional Indonesia yang
berasal dari Provinsi Maluku. Totobuang
ini berasal dari kata “tabuh”. Totobuang
merupakan alat musik yang terbuat dari
kuningan. Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul dengan
menggunakan dua tongkat secara bersamaan atau sendiri-sendiri.
Alat musik ini paling populer di kota Ambon setiap penyambutan
tamu musik etnik ini sering digunakan sebagai penanda budaya bagi
tamu-tamu agung yang datang dari laur Maluku.

Tifa merupakan alat musik tradisional khas Indonesia Timur
serta biasa ditemukan di Maluku dan Papua. Menurut Margaret J.
Kartomi dalam “Is Maluku Still Musicological terra incognita? An
Overview of the Music-Cultures of the Province of Maluku” di
Journal of Southeast Asian Studies, Vol. 25 No. 1 Maret 1994, di
Maluku, tifa punya sebutan lain seperti tihato dan tihal di Maluku
Tengah, tibal (Fordate dan Tanimbar), dan titir (Aru). Bentuknya
berbeda-beda sesuai daerah asal. Tapi umumnya berbentuk bulat.
Badan kerangkanya terbuat dari kayu yang dilapisi rotan sebagai
pengikat dan bidang pukul dari kulit kambing atau rusa.

Tifa dimainkan dengan tongkat pemukul dari gaba-gaba
(pelepah dahan sagu) dan juga tangan. Valentijn melaporkan bahwa
tifa digunakan sebagai alat musik dan sarana komunikasi penduduk
Maluku. Ia digantung di pintu rumah atau masjid untuk memanggil
orang berkumpul di baileo (rumah adat Maluku) atau disebut tifa
marinyo atau mengabarkan berita kematian (tifa orang mati). Selain
itu tifa digunakan untuk mengiringi nyanyian dan tarian tradisional.
Belakangan ini tifa juga dipakai untuk memberitahu kedatangan
kapal yang membawa ikan atau pemberi semangat kepada para

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 13

pendayung dalam lomba perahu tradisional (belang) Arumbae
Manggurebe.

Tifa terdiri dari beberapa jenis seperti tifa jekir, tifa dasar, tifa
potong, tifa jekir potong, dan tifa bas. Bermacam tifa ini dibedakan
menurut ukuran, bentuk, dan suara yang dihasilkan. Misal, tifa bas
mengiringi musik totobuang, sementara tifa potong memainkan
irama yang sinkopasi (penekanan pada not-not dengan ketukan
lemah).

Sedangkan totobuang adalah alat musik melodis yang memiliki
nada-nada dan bentuk menyerupai gamelan Jawa. Alat musik ini
memang berasal dari Jawa, yang dibuktikan dengan namanya.
Totobuang berasal dari kata “tabuh” yang berarti menabuh atau
bermain gamelan. Bentuk fisiknya pun sama dengan bonang dalam
gamelan Jawa.

Totobuang mulai dikenal bersamaan dengan masuknya Islam
ke Maluku pada abad ke-15. Instrumen ini, dalam bentuk gong
dengan ukuran berbeda, dibawa sebagai oleh-oleh atau cinderamata
dalam acara angkat pela. Pada 1724, Valentijn melaporkan
keberadaan totobuang yang terdiri dari lima atau enam gong kecil
dalam sebuah rangka kayu dan dipukul dengan sepasang tongkat.
Seiring waktu, jumlah gong dalam totobuang bertambah.

Totobuang terdiri dari beberapa gong kecil dalam beberapa
ukuran dengan nada berbeda-beda. Ia bisa terdiri dari sembilan, 12,
14, atau 18 gong kecil yang disusun dalam dua kolom dan letakkan
di atas rangka kayu. Menurut Christian Izaac Tamaela dalam
disertasinya berjudul “Contextualization of Music in the Moluccan
Church” di Vrije Universiteit Amsterdam tahun 2015, desa-desa
Kristen di Maluku biasa menggunakan 12 atau 14 gong sedangkan
desa-desa Muslim biasanya memiliki lima, enam, atau sembilan
gong. Instrumen ini digunakan untuk hiburan atau untuk
menyambut tamu. Beberapa jemaat Kristen di Maluku
menggunakan totobuang dalam ibadah mereka.

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 14

Dalam perkembangannya, totobuang bukan hanya dibuat dari
tembaga tapi juga kayu atau logam lain. Tak heran jika ada
totobuang kaleng yang terbuat dari kaleng ikan sarden atau
totobuang lampu yang terbuat dari tabung lampu gas. Hal ini
dilakukan untuk menyiasati kesulitan mendapatkan totobuang yang
biasa didatangkan dari Jawa.

Totobuang dimainkan dengan cara dipukul dua tongkat kayu.
Dalam memainkan alat musik ini, tidak semua nada dibunyikan
dengan dinamika yang sama. Ada yang pelan ada yang kuat.
Totobuang sering digunakan dalam berbagai ritual agama dan
tradisional maupun hiburan bagi masyarakat Ambon. Misalnya,
untuk mengiringi pengantin.

Walaupun tifa dan totobuang adalah dua alat musik yang
berbeda, namun bila keduanya digabungkan akan menghasilkan
sebuah perpaduan manis dan indah untuk didengar. Dalam tradisi
masyarakat Maluku, tifa memang biasa dimainkan dengan
totobuang. Itu sebabnya kolaborasi ini dinamakan tifa totobuang.
Masyarakat awam pun berpikir bahwa tifa totobuang adalah satuan
alat musik yang tidak terpisahkan.

Totobuang biasanya dipakai pada acara-acara adat, hiburan,
maupun menyambut tamu. Setelah kerusuhan Ambon pecah awal
tahun 2000 masyarakat Maluku menyandingkan tifa totobuang
dengan kesenian lain yang kental nuansa Islam dan Melayu, yakni
tari sawat. Tarian Maluku ini merupakan sebuah warisan budaya
para pedagang Arab yang pernah berdagang di Jazirah Al-Mulk atau
Maluku.

5. Gong Sembilan dari Banda Neira (Maluku Tengah).
Gong sembilan jenis musik etnik dari Banda Neira alat musik

ini mirip dengan toto buang, jumlah gong yang ada berjumlah 9
sedangkan toto buang berjumlah 12. Alat musik gong sembilan dari
Banda Neira ini memili bunyi yang unik dan komposisi notasi
berbeda dengan toto buang. Dalam acara adat alat musik ini sebagai

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 15

piranti utama karena salah satu unsur yang imam dari alat musik

lain. Gong sembilan yang berasal dari banda ini belum diajarkan di

sekolah-sekolah dan madrasah. Gong sembilan ini hanya diajarkan

secara turun-temurung dari komunitas yang memiliki sanggar.

Banda Neira sebagai pusat rempah-rempah dunia memiliki

banyak sekali musik dan tarian

etnik. Banda sebagai bandar

rempah-Rempah masa telah di kenal

dunia sehing Banda Neira adalah

pusat perjumpaan musik

etnik dari Timur Tengah, India,

Cina, Eropa dan Budaya di Banda.

Dalam kajian Radar antropolog Indonesia menyebutkan masyarakat

Banda di Maluku memiliki kompisisi musikalitas yang tinggi karena

terjadi beberapa perjumpaan budaya yang membentuk arsitektur

musik etnik Banda Neira. Berikut jenis musik etni dan tarian etnik di

banda yang belum banyak kenal dan di ekspos antara lain;

1) Tari Pete Pala

Tari peta pala banda

neira bagian dari

musik etnik Maluku

yang menceritakan

kearifan local

budaya orang

Maluku dalam

memetik Buah Pala. cara memesrai tumbuhan yang produktif

ini dilakukan dengan wanita yang separuh bayah dengan

cantik jelita memetik pala dengan perasaan dan kelembutan.

Cara memetik pala ini di ekspresikan dalm bentuk tari

sehingga nama tarian ini disebut tari peta pala. Pete artinya

petik dan Pala artinya buah Pala.

2) Menggurebe Belang

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 16

Manggurebe Belang

adalah sebuah

tradisi dan budaya

masyarakat Banda

sekaligus salah satu

atraksi wisata yang

paling banyak menyedot perhatian publik karena mewakili tiap

desa yang ada di kecamatan Banda. Sebagai salah satu daerah

tujuan wisata mancanegara, Banda Naira memang tidak ada

habisnya dengan segudang potensi wisata yang dimilikinya

salah satunya adalah Manggurebe Belang (Lomba Perahu Kora-

Kora). Manggurebe Belang adalah sebuah tradisi dan budaya

masyarakat Banda sekaligus salah satu atraksi wisata yang

paling banyak menyedot perhatian publik karena mewakili tiap

desa yang ada di kecamatan Banda.

3) Cuci Parigi

Budaya Cuci Parigi yang telah berlangsung selama ratusan

tahun di Banda Naira, Maluku.

Ternyata, selain soal tradisi, budaya

Cuci Parigi juga terus dipertahankan

lantaran sarat akan makna kehidupan.

Lewat ritual tersebut, Anda akan

dibawa seperti membaca

masyarakatnya. Berkumpulnya warga

asli Banda Naira dari segala penjuru

Nusantara merupakan bentuk kesetiaan

dan loyalitas terhadap tanah kelahiran

mereka. Bahkan, masa digelarnya Cuci

Parigi kerap disebut sebagai masa

mudik bagi para penduduk Banda

Naira.

Selain soal kesetiaan, panjangnya ritual Cuci Parigi juga

mempererat tali silaturahmi antar penduduk. Bagaimana tidak,

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 17

mereka harus bergotong royong untuk membawa kain raksasa
yang menguras sumur Lonthoir sampai kering. Kain yang disebut
kain gajah itu tidak boleh menyentuh tanah sebelum digunakan
untuk mengeringkan sumur. Makna gotong royong juga tampak
saat penduduk Banda Naira beramai-ramai mengarak belang,
sebuah perahu darat adat khas Desa Lonthoir. Perahu ini diarak
dari rumah adat Lonthoir ke sumur yang hendak dibersihkan.
Nilai seni juga terpancar kuat saat Cuci Parigi digelar. Baik saat
mengantar kapal tradisional, maupun mengantar kain gajah,
mereka selalu merasa lebih bersemangat dan lebih bertenaga
manakala ada musik dan tarian pengiring. Saat prosesi perarakan
perahu adat berlangsung, para penari terus menerus meliuk-
liukan tubuh untuk menari tarian tradisional cakalele.

Saat para pria dewasa menggiring kain gajah ke sumur, warga
lain sibuk memainkan tifa dan sebagian mendendangkan kabata,
sebuah seni lagu tradisional dari Banda Naira. Aura magis juga
terasa begitu kental saat prosesi Cuci Parigi berlangsung, apalagi
saat 99 orang warga berusaha menguras air sumur hingga kering.
Saat itu sang tetua adat terus merapal doa dan mantera.

Tidak hanya berharap agar seluruh prosesi berjalan lancar,
tetua adat juga mohon kepada Yang Maha Kuasa agar
menghentikan aliran air sumur agar mudah dikeringkan. Aura
mistis juga terasa saat kita mengunjungi rumah adat tempat
menyimpan pusaka desa. Di dalamnya kita menemukan sesaji
yang harus tetap tersedia selama prosesi Cuci Parigi berlangsung.

Salah satu simbol paling kuat di Cuci Parigi adalah batang
bambu yang banyak ditancapkan di depan rumah dan di
sepanjang jalan menuju sumur. Sekilas memang terlihat indah,
namun bambu-bambu itu adalah simbol penderitaan dan
kesedihan rakyat Banda Naira. Tiang yang menggunakan bambu
terbaik itu dihias dengan beberapa kain berwarna.

Bambu biasanya diberi simpul di ujungnya. Simpul ini
merupakan perlambang leluhur mereka yang pernah dibantai
oleh pemerintah kolonial Belanda di abad 17. Selain simpul, tiang-

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 18

tiang bambu itu juga dibubuhi kain berwarna merah yang
melambangkan usus yang terburai akibat pembantaian oleh
pemerintah kolonial Jepang.

6. Cakalele Banda Neira.
Ekspo budaya etnik banda Neira seperti
tarian Cakalele Banda Neira memiliki
makna tarian Cakalele Banda Neira.
misalnya tari Cakalele Kampung Baru
(Kampung Fiat) di Banda Neira meliputi
ragam gerak, pola lantai, iringan musik,

penari, kostum atau busana, waktu dan tempat pertunjukan.
Makna gerak tarian Cakalele Desa Kampung Baru (Kampung Fiat)
di Banda Neira terdiri dari lima makna gerak yaitu gerak pertama
(posisi penari duduk dan memberi hormat atau somba), gerak
kedua (posisi penari perang atau tumbak), gerak ketiga (gerakan
inti memutar seperti burung baikole), gerak keempat (gerakan
maju dan perang), gerak kelima (bertukar posisi sambil memberi
penghormatan). Program ini membantu ekspo dan pelestarian
budaya Indonesia dan kesenian tradisional Banda Neira. Ekpos
musik etnik dengan melakukan inventarisasi untuk mengekpresikan
tradisi dan budaya dan fungsi musik etnik sebagai benteng
pertahanan budaya dan kohesi sosial yang sangat unik, dan
menarik. Berikut fungsi musik etnik sebagai ketahanan sosial.

1. Sarana upacara tradisional (ritual) dan budaya
2. Sarana Hiburan masyarakat
3. Sarana Ekspresi Identitas Budaya
4. Sarana Komunikasi sosial, transendental.
5. Pengiring Tarian
6. Sarana Wawasan kebangsaan, budaya, sosial, politik dan

Ekonomi
7. Sarana rekonsiliasi dan Perdamaian
8. Sarana Perjumpaan, persatuan, dan Persaudaraan

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 19

9. Sarana pergaulan untuk saling kenal-mengenal karakter.
10. Sebagai Sarana Perjuangan Melawan kolonial.
11. Sebagai media untuk menjaga budaya Nusantara.

MUSIK ETNIK BERABSIS REBANA

Maluku sangat kaya dengan budaya etnik, busana etnik dan
kuliner etnik yang dapat menjadi kekuatan home industri. Tapai
karena desain kemasan dan marketing moderen belum
menyentuhnya sehingga produk industri musik etnik belum menjadi
pelaku ekonomi budaya. Berikut musik etnik yang berabsis rebana
yang juga banyak dijumpai di Maluku sebagai berikut;

1. Tarian Lalayon

Irama musik lalayon berasal dari Maluku Utara. Tarian ini

memiliki banyak pesan-pesan komunikasi, tetapi lebih banyak

menceritakan dua sejoli yang saling mencintai. Etnomusikologi

Tarian lalayon ini adalah tarian yang dipakai untuk

mengantarkan mempelai

perempuan ke ruma laki-laki dengan

membawa semua perangkat dapur

demi kebahagian penantin baru.

Setelah pihak perempuan telah

kelihatan dari jarak 100 meter maka

mereka disambut dengan gerakan dan tarian yang romantis,

persuasif dan memiliki nilai hiburan yang sangat tinggi karena

menggunakan personil satu

kampung untuk menanti

kedatangan mempelai

wanita di rumah mempelai

pria.

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 20

2. Sawat
Tarian Sawat adalah perpaduan dari budaya Maluku dan budaya
Timur Tengah. Pada beberapa abad silam, bangsa Arab datang
untuk menyebarkan agama Islam di Maluku, kemudian terjadilah
campuran budaya termasuk dalam hal musik. Terbukti pada
beberapa alat musik Sawat, seperti rebana dan seruling yang
mencirikan alat musik gurun pasir.
Musik etnik sawat diambil dari
kata shalawat, irama ini lebih banyak
digunakan untuk peyaraan hari-hari
besar Islam seperti Maulid Nabi
Muhammad saw, Pelayaraan Isra
Mi‟raj, dan hari-Hari besar Islam
lainnya. Fasilitas atau instrumen yang digunakan dalam irama
sawat ini adalah suling, gambus, rebanna, dan besi. Musik ini
lebih banyak mentranformasikan pesan-pesan cinta pada Nabi
Muhammad saw.
Alunan nada, notasi, dan
pesan komunikasi verbal
maupun non verbal lebih
banyak mendidik hati, jiwa,
dan rasa. Dalam kajian para
filosof musik khazrat Khan
menyebutkan bahwa ketika
kata lisan tak mampu merubah prilaku manusia maka rubalah
dengan puisi, tapi ketika puisi juga tak kuasa merubah prilaku
manusia maka rubalah dengan irama musik. Dari pernyataan para
filosof ini dapat dimaknai bahwa
kekuatan irama sawat mampu merubah
jiwa yang tidak teratur menjadi teratur
dengan banyak melantunkan shalawat
cinta sebagai energi spiritual.

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 21

Konsep ini juga mampu meredam emosi, dan kesenjangan
sosial antara anak muda karena irama sawat ini juga sebagai
tempat perjumaan anak-anak muda, alat silaturrahmi, dan alat
persatuan dan persaudaraan. Irama sawat bisa juga disebut irama
shalawat cinta yang melantunkan syair dan syiar pencinta Nabi
Muhammad saw.

3. Tarian Dabus
Ritual dabus, debus, badabus atau taji besi telah banyak ditulis,

tapi belum mampu memberikan perspektif baru dalam tradisi riatual
dabus dalam perspektif dakwah
sehingga ritual dabus masih
dikategorikan sebagai tarian
kekerasan bukan hiburan yang
berbudaya. Asumsi pemahaman
inilah yang membutuhkan
pencerahan akademik bagaimana
arsitektur etnografi dakwah
ritual dabus di Kesultanan Tidore
dapat dijadikan model dakwah
yang sangat unik, bervariasi dan cukup dramatis karena sarat
dengan magic sehingga setajam apapun besih ulir itu tidak bisa
merobek dada peserta aksi dabus tersebut.

4. Tarian Kestrim Pukul Sapu
Tradisi Pukul Sapu Maluku, Tubuh Berdarah Demi Mengenang Para
Pejuang. Uniknya saat mendapat giliran dipukul, mereka akan
mengangkat tangan setingggi-tingginya, mereka pasrah untuk
dipukuli. Sebaliknya, sang pemukul akan dengan sekuat tenaga
memukul tubuh pasangan. Bertubi-tubi hingga mengeluarkan darah
pada setiap bekas pukulan. Bertelanjang dada dengan ikat kepala
berwarna merah bernama kain berang. Diam dengan pasrah tanpa

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 22

adanya perlawanan balik. Merepresentasikan pengorbanan Kapitan

Telukabessy dahulu kala yang rela disiksa oleh para penjajah.

5. Tarian Bambu Gila

Masyarakat menganggap

atraksi Bambu Gila

mengandung hal mistis.

Pasalnya, atraksi ini turut

melibatkan pawang. Pawang

bertugas membacakan mantra dan mengembuskan asap

kemenyan. Asap kemenyan itu lantas dipakai untuk melumuri

ruas bambu. Selain kemenyan, pawang

kadang menggunakan jahe yang diiris

jadi tujuh bagian. Irisan jahe itu

dikunyah, lalu disemburkan ke tiap ruas

bambu. Kemenyan dan jahe diyakini

dapat memanggil roh leluhur dan jin

supaya memberi kekuatan magis pada bilah bambu.

6. Tarian Maat’u (Tarian ekstrim Cakelel)
Mayoritas peserta atraksi budaya cakalele nyaris keserupan

atau disebut „kapitang naik‟. Menampilkan tubuh mereka kebal
terhadap senjata tajam. Prosesi pelaksanaannya terbagi dalam tiga
kelompok, menghimpun 13
soa di Negeri Pelauw. Tiga
kelompok ini menuju tiga
rute yang terdapat keramat,
yakni makam para upu
(leluhur) yang diyakini
sebagai Wali Allah. Yaitu
orang-orang suci yang menyiarkan agama Islam.

Rute pertama dikenal dengan keramat Matasiri atau Latu Rima,
terdiri atas soa Latuconsina, Sahubawa, Talaohu, Latupono, dan
Latuamury. Rute kedua, keramat Waelurui terdiri atas soa Tualepe,
Salampessy, Tuakia, Angkotasan, dan Tuankotta. Rute ketiga,

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 23

keramat Hunimoki atau Waelapia terdiri dari soa Tualeka, Tuahena,
dan Tuasikal.

7. Budaya Patanity.
Pengertian kata dari Fatanity terdiri dari dua kata, pata, pati

dan nity. Kata Fata atau pati dari kata Fattah (pemenang) sedangkan
kata nity adalah niat harapan. Dengan demikian kata fatanity adalah
adanya harapan yang kuat unutk memohon kepada Rabbul‟alamin
untuk dikabulkan segala permintaannya untuk mewujudkan
hajatnya.19 Makna etnokomunikasi patanity duduk, diam, zikir, dan
pikir dari makna ini di sebut komunikasi interpersonal.

8. Tarian Budaya Pasaware
Tradisi ini dikenal dengan festival abda‟u di Negeri Tulehu

setiap pasca Idul Adha. Tarian ritual yang
digunakan menggunakan ritual patanity
dan pasaware, tarian ritual etnik. Sistem
komunikasi adat Pasaware (penghormatan
adat) biasanya dilakukan di masjid untuk
hari-hari besar agama Islam, dan ini juga
dipakai untuk memanggil pela orang
Tulehu. Pela Tulehu terdiri dari pela

gandong, pela tolongmenolong. Pala apa
(Memanggil Orang); sistem penyebaran
atau konstruksi sosial yang levelnya pada
khusus pada keluarga dengan
menggunakan bahasa daerah yang
dikomunikasikan secara kekeluargaan dari
rumah ke rumah. Makna etnokomunikasi pasaware adalah model
komunikasi kelompok etnis tertentu yang dilakukan secara
komunikasi transendental yang dilakukan dengan dua tradisi yakni
pasaware adat dan pasaware agama. Etnokomunikasi pasaware adat

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 24

adalah adalah jenis komunikasi yang dilakukan oleh petuah adat

dengan mendoakan para leluhur yang memiliki kontribusi terhadap

nagri dengan istila tawassul kepada pemerintah nagri yang sudah

berjasa di nagri Tulehu.

No Inventarisasi dalam FGD Informasi Yang Didapatkan
1 Informasi tentang
Masih tersimpan rapi dalam
Naskah Kuno Musik memori masyarkaat Maluku da
etnik Maluku nada 150 naskah telah
diselamatkaj LITBANG
2 Kapata-kapa, syair-syair, Makassar.
petuah, falsafah orang
Maluku Diantunkan saat kematian,
dilantukan saat peminangan, di
3 Tarian Etnik Maluku. lantunkan saat pernikahan, dan
hiburan rakyat.
4 Alat Musik Etnik
Maluku. Tarian sambut tamu, tari, pergi
melaut, tari penjemputan para
5 Sawat nelayan, tari upcara adat, tari
hari besar keagamaan.
6 Hadrat
Sasajen, suling, rebana, bambu,
7 Ritual mandi Safar batu, keong, tipa, dan ukulele.
8 Tarian nyai
9 Tairan nyiru gila Ditemukan di Luhutung Negeri
10 Tarian bati Kelusi manipa yang unik dan indah
11 Tarian balobe alat musiknya terdiri 1. Gong, 2.
Rebana, 3. Besi linggis, dan
penarik dari orang tua.

Disemua kabupaten Maluku
ada dengan coraknya masing-
masing. Bunyi suling sawat jadi
petanda demografi di Maluku.

Ditemukan ritual ini dengan
komunitas massa besar

Ditemukan negeri Hila Kaitute

Ditemukan di banda neira

Ditemukan di Kabupaten Seram
bagian Timur

Ditemukan di Kabupaten

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 25

12 Tarian lompa Tanimbar
Ditemukan di Saparua

9. Silat Kampung Wakasihu.
Silat merupakan pertunjukan yang di
lakukan oleh dua orang secara
berlawanan, pertunjukan ini di iringi
dengan pemukulan tifa oleh orang tua-
tua yang ahli dalam mengiringi bunyi
tifa ketika pertunjukan dimulai. Dalam

pertunjukan silat ini kemenangan di tentukan apabila lawan
menjatuhkan Songko atau kopiah dari kepalanya, maka dialah
pemenangnya.

Budaya etnik silat kampong ini juga ada di Desa Tanah Rata
yang sering dpetaskan pada rakyat. Pencak silat atau silat adalah
suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Kepulauan
Nusantara. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia,
Malaysia, Brunei, dan Singapura, Filipina selatan, dan Thailand
selatan sesuai dengan penyebaran berbagai suku bangsa
Nusantara. Tiap daerah di Indonesia
memiliki ciri khas silatnya masing-
masing. Tak terkecuali Pulau Banda
Maluku Tengah yang tetap menjaga
kekayaan seni leluhur bangsa kita ini.
Berikut dokumentasi seni silat Negeri
Tanah Rata.

10. Musik Etnik Sawat dan Hadrat.
Secara bahasa hadrat dari kata Hadir, jadi musik hadrat

digunakan untuk menghadirkan tamu, undangan, dan acara
hiburan. Makna lain dari hadrat adalah menghadirkan dan
mendoakan para leluhur yang telah wafat. Musik etnik ini
termasuk musik persaudaraan untuk menjaga nalar soolidaritas

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 26

sosial tetap harmoni. Tari Sawat adalah
sebuah tarian pergaulan Maluku yang
cukup sering ditampilkan dalam
berbagai acara. Tari ini cukup populer
karena cukup mudah dipelajari dan
memiliki makna yang menarik untuk
disimak. Tari ini adalah sebuah
keramahan dan memiliki pesan
perdamaian yang cukup kental di dalamnya. Tari Sawat biasanya
ditampilkan dalam satu paket dengan musik sawat yang berupa
Gendang, Rebana dan Suling, namun tidak jarang ditampilkan
juga di dalam kolaborasi dengan musik Tifa Totobuang. Keunikan
Tari Sawat sebenarnya terletak pada pesan dan makna yang
dikandungnya. Perdamaian dan keselarasan hidup begitu terlihat
dari gerakan-gerakan yang ditampilkan. Lekuk tubuh para penari
yang gemulai dan indah mencerminkan keramahan dan jauh dari
kesan seroti sama sekali.

11. Arababu (Alat Musik Etnik Maluku).
Arababu memiliki bentuk yang mirip dengan Rebab, karena

menurut para literatur sejarah
alat musik ini berkembang
setelah dibawa oleh para
pedagang yang menyebarkan
agama Islam di Maluku pada
abad ke-16. Arababu terbuat dari
bahan dasar kayu dan

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 27

mempunyai pegangan berupa bambu serta tabung resonansi suara
yang terbuat dari tempurung kelapa. Berbeda dengan rebab pada
umumnya, arababu memiliki 1 buah senar dari pada 2 senar.

Alat musik ini dimainkan dengan cara digesek menggunakan
busur yang bersenar. Biasanya arababu dimainkan bersama dengan
tifa, gong dan fuk-fuk. Namun seiring perkembangan zaman, alat
musik tradsional satu ini harus berjuang dan bertahan dari alat
musik modern yang perlahan menggantikan arababu.

Rebana Sawat Alat musik yang digunakan
pada umunya tapi masih banyak
Busana Adat
Kuliner Etnik alat musik yg digunakan untuk
ritual tertentu.

12. Tarian Pana Key.
Tarian panah merupakan tarian khas masyarakat kepulauan

kei, tarian ini dimainkan oleh lelaki dengan gerakan memanah dan
mendayung. biasanya di bagi beberapa orang dalam satu kelompok

tarian panah. tarian ini mempunyai arti
bahwa jaman dulu para moyang berperang
dengan menggunakan alat seadanya
dengan bambo.

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 28

13. Busana Etnik Maluku.
Busana etnik Maluku telah banyak dipublikasi dan disebarkan

di media sosial. Tapi banyak juga yang sampai saat ini belum di
ekspos. Pakaian ada dan etnik yang ada saat juga belum diketahui
sejak kapan ditetapkan sebagai busana etknik dan sumber rujukan
busana etnik itu dari mana saja. Karena kekayaan Maluku terkait
busana etnik sangat berlimpah dengan ragam arsitekturnya. Berikut
busana etnik yang sampai saat belum dikemas sebagai identitas
budaya orang basudara yang digunakan oleh para raja-raja Maluku
ketika pelantikan raja. Berikut beberapa sampel desain busana etnik
para raja sebagai sumber literasi musik etnik Maluku.

Ada 5 Pakaian Adat Maluku yang sering di ekspos belum tau
pasti kapan disepakati sebagai pakaian etnik Baju Cele, Kebaya
Dansa, Pakaian Nona Rok, Busana Mustiza semua busana ini belum
disosialisasi kepada komunitas adat di Maluku sehingga banyak
umat Islam tidak faham sejak kapan ditetapkan sebagai busana etnik
Maluku.

Busana etnik Baju cele dalam berita detik.com adalah kain
kebaya yang dikombinasikan dengan
kain salele di pinggang. Motif baju cele
bisa berupa garis-garis geometris atau
berkotak-kotak kecil. Umumnya
busana ini memiliki corak warna
merah yang dengan nilai kecerian,
berani, dan cekatan. Baju cele biasa
dikombinasi dengan kain yang pelekat
yang disalele atau disarung dari luar
dilapisi hingga batas lutut, dengan
lenso (sapu tangan yang diletakan di
pundak), dan biasa dipakai tanpa
pengalas kaki atau boleh juga pakai
selop.

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 29

Berdasarkan jurnal berjudul "Busana Tradisional Daerah
Maluku Dan Masa Depannya" oleh Marthen M. Pattipeilohy, setiap
pemakaian baju cele memiliki penyebutan yang berbeda-beda,
tergantung dari status wanita yang memakainya. Misalnya, apabila
yang memakainya adalah para jujaro (gadis), maka diberi istilah
nona baju cele kaeng/kain salele. Kalau seorang ibu (sudah kawin),
maka penyebuatan adalah nyora baju cele kain salele. Hasil kajian ini
membutuhkan pendalaman ulang karena masih banyak busana etnik
yang belum dijadikan sebagai identitas budaya adat di Maluku.
Berikut ada lima yang selama ini diekspos sebagai busana etnik
Maluku.

1. Baju Cele; Pemakaian baju ada untuk wanita sendiri biasanya
ditambah dengan sanggul atau konde. Konde yang dipakai
yakni konde bulan beserta tusukan konde (haspel) yang terbuat
dari emas atau perak yang terkesan mewah.

2. Kebaya Dansa; Pakaian adat kebaya dansa biasanya dipakai
pada waktu pesta rakyat oleh lelaki, sedangkan wanita
memakai pakaian rok. Bentuknya seperti kemeja leher bundar
yang tidak memakai kancing.

3. Pakaian Nona Rok; Pakaian nona rok dari Maluku Tenggara ini
berupa kebaya putih tangan panjang dengan lengan kancing
dari jenis kain brokat halus dengan motif kembang kecil-kecil
warna merah atau oren. Pengikat pinggangnya disebut dengan
pending, yang terbuat dari perak. Untuk laki-laki akan
dilengkapi dengan pemakaian sepatu pantofel hitam dan kaos
kaki putih. Jika, rok maka akan dibuat dan lipit kecil.

4. Manteren Lamo; Manteren Lamo merupakan pakaian adat dari
Maluku Utara yang khusus digunakan oleh keturunan kerajaan
atau para sultan kerajaan. Menariknya, pakaian ini juga
merupakan salah satu peninggalan dari kerajaan Ternate dan
Tidore.

5. Busana Mustiza; Pakaian adat pengantin ini merupakan hasil
akulturasi budaya orang Ambon dan Portugis. Pencampuran

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 30

pakaian adat tersebut diberi nama oleh orang-orang Portugis
dengan nama Mustiza/Mestiezen.

Dari kelima busana etnik ini masih perlu kajian akademik yang
mendalam karena belum ditemukan jejak akademik, sumber literasi
dari negeri adat di Maluku. Misalnya pakaian adat negeri hitu,
pakaian adat negeri Lease, Kabuoaten Seram bagian Timur,
Tanimbar, dan Kabupaten Buru. Semua ini memiliki busana etnik
tapi belum pernah di ekpos sebagai identitas budaya di Maluku.

BUSANA ETNIK MALUKU

YANG BELUM PERNAH DI EKSPOS SEBAGAI
BUSANA ETNIK MALUKU

Berikut ini busana etnik Maluku yang sama sekali belum
diekpos, sebagai busana etnik dan identitas budaya orang basudara
di Maluku dari berbagai negeri-negeri adat dengan busana etniknya
masing-masing.

1. Busana Etnik Negeri Batu Merah
Busana etnik negeri batu merah dengan warna

Merah, kuning dan putih sebagai dominan dalam
entitas bsuana etnik negeri
batu merah. Arsitektur
busana etnik sebagai
bahan untuk literasi untuk

menegnal corak busana etnik batu merah
yang selama ini tidak pernah diekpos
sebagai khazanah kekayaan Maluku.
a. Busana Etnik Para Saniri
b. Busana etnik para menteri raja.

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 31

2. Busana Etnik Negeri Hitu
Corak busana etnik Maluku dari negeri hitu dengan warna

hitam, kuning, merah sebagai
warna penonjolan. Warna raja
dengan mahkota kebesarannya
jarang dijadikan literasi busana
etnik. Busana etnik Maluku
khsusunya di negeri hitu
arsitekturnya cenderung memiliki
kekuatan pesan dan kesan bagi
penikmatnya. Karena busana etnik
negeri Hitu yang sering digunakan
oleh raja. Saat upacara adat dan upacara kenegaraan.

3. Busana Etnik Raja Gorom

Busana etnik dari negeri groom kataloka yang
digunakan untuk upacara-upacara adat. Busnaa
etnik dengan warna kuning
dan mahkota yang indah
sebagai pakaian adat di negeri
gorong. Busana etnik ini belum
pernah di ekspos jadi busana etnik Maluku dan
dijadikan sebagai bagian dari busana etnik
Maluku.

4. Busana Etnik Raja Kailolo
Busana etnik yang ada di negeri

Sahapori. Negeri ini memiliki busana etnik
saat pelantikan raja. Hampir di semua negeri
atau kampung memiliki kekayaan busana
etnik. Upu Latu Sahapori (Negeri Kailolo)

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 32

Rusdi Marasabessy di Negeri Kailolo Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten
Maluku Tengah, Rabu (8/3). Pernyataan gubernur ini langsung disambut
tepuk tangan ribuan warga Negeri Kailolo di acara itu.

5. Busana Etnik Negeri Hualoy
Perkembangan busana etnik di Negeri Hualoy tidak terlepas

dari para busana leluhur yang dikembangkan pada masanya. Tetapi
inspirasi dari mereka perlu menjadi rujukan literasi. Dalam sistem
pemerintahan adat busana etnik kerap kali digunakan bagi para
saniri tiga batang air, Negeri Hualoy (Ina Ama Tuni Siwalete
Sarimetene), Negeri Kaibobu (Ina Ama Tahisane Poput Samale),

Negeri Elpaputih (Ina Ama
Tahisane Pesihalule), Negeri
Kairatu (Ina Ama salibubui), Negeri
Watui (Ina Ama Sailewoi), serta
angkotanya.

Busana etnik negeri Hualoy jika
dilihat sepintas lalu seperti busana etnik yang ada di kesultanan
Tidore dan ternate. Kesan jubah mereka membuat busana etnik ini
menambah kebesaran suatu negeri sebagai identitas budaya.

Busana etnik yang digunakan dalam bermusik sebagai pakaian
tradsional yang sangat berlimpah negeri-negeri adat. Dalam FGD ini
hanya sekedar membuka bahwa Musik etnik Maluku, busana etnik
Maluku dan kuliner etnik Maluku sangat banyak dan berlimpah.
Kekayaan ini belum disentuh dengan kemasan moderen sehingga
banyak industry negeri adat yang belum tersosialisasi dengan baik.
Berkah dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan kerjasama
dengan Empowerment Institut Orang Basudara Memberikan jalan
baru bagaimana musik etnik yang dipentaskan dengan busana etnik
sangat memberikan kekayaan nuansa kebudayaan sebagai identitas
suatu negeri di Maluku untuk Indonesia.

Inventarisasi Musik Etnik Maluku 33

PENUTUP
 Ekspo musik etnik Maluku masih banyak dan berlimpah
disetiap desa/negeri. Program stimulant etnik ini masih perlu
untuk penjelajahan dokumen dan informasi terkait budaya
etnik di Maluku.
 Penggalian data selanjutnya masih sangat perlu di gali dan
mempertajam pada ritual laut, alam dan keytuhanan yang
banyak sekali belum diungkap sebagai kekayaan di Maluku
untuk Indonesia.


Click to View FlipBook Version