Kasih sayang seorang ibu Cerpen : Muhammad Abdul Hakim Salah satu hasil kegiatan sebelum pandemi adalah cerpen. Cerpen ini ditulis oleh siswa dengan leluasa. Artinya guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk menentukan tema dan judul cerpennya. Ternyata hasilnya cukup bagus untuk seusia siswa kelas V SD. Hiduplah seorang ibu dengan dua putri kecilnya. Mereka hanya tinggal bertiga di sebuah rumah kecil, rumah itu pun hanya rumah kontrakan. Suaminya telah lama meninggal. Mereka hidup seadanya. Tetapi ibu itu tidak pernah menyerah karena ingin agar anaknya bisa bersekolah. Ibu itu bernama ibu wisma. Walau ibu wisma mempunyai banyak saudara, tak satu pun menghiraukan dengan keadaannya. Tetapi, ibu wisma tidak patah semangat untuk menjalani hidupnya. Bu wisma mencoba berjualan gorengan dan kue-kue dengan berkeliling kampung ke kampung hanya demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan harus meninggalkan kedua putrinya yang bernama Lina dan Risma di rumah. Tetapi, ada saja musibah yang menimpa ibu wisma dan keluarga kecilnya. Pada suatu hari, pada saat ibu wisma sedang berkeliling berjualan gorengan, tiba-tiba salah satu tetangga ibu wisma yang bernama pak Rudi menghampiri ibu wisma dengan nafas yang terengahengah. Rupanya pak Rudi telah mencari ibu wisma dari kampung ke kampung untuk memberi kabar bahwa putri bungsunya yang bernama Lina mengalami demam tinggi. “Bu wisma, ibu wisma tunggu sebentar!” Teriak pak Rudi dari kejauhan “Ada apa pak Rudi?” Tanya ibu wisma sambil melihat ke arah pak Rudi. “Aduh ibu wisma dari tadi saya mencari ibu ke mana-mana. Akhirnya saya bisa bertemu ibu di sini.” Pak Rudi menghampiri ibu wisma. “Oh iya pak Rudi saya minta maaf. Tetapi ada apa ya pak sampai mencari saya?” Tanya ibu wisma dengan wajah tampak keheranan. “Begini ibu, anak ibu si Lina sakit. Badannya panas sekali, sebaiknya ibu pulang dulu untuk melihat keadaannya Lina ibu” Pak Rudi menjelaskan. “Baik pak, saya langsung pulang sekarang. Terima kasih banyak pak Rudi”.
“Iya ibu wisma sama-sama”. Setelah berterima kasih ke pak Rudi, ibu wisma langsung bergegas ke rumah. Sesampainya di rumah, ibu wisma sangat terkejut melihat putri bungsunya terbaring lemas di kasurnya dengan ditemani kakaknya. “Bagaimana keadaan adikmu Risma?” Tanya ibu wisma kepada putri sulungnya. “Panasnya dari tadi tinggi ibu,, sudah saya kompres tetapi panasnya tidak turun-turun ibu” kata Risma. Bu wisma mencoba menahan air matanya, karena dia ingin terlihat kuat di depan putri-putrinya. Akan tetapi, raut wajah ibu wisma tidak bisa dibohongi, terlihat dia sangat cemas dengan keadaan putri bungsunya. “Ayo kita bawa adikmu ke puskesmas” Kata ibu wisma kepada putri sulungnya. “Baik ibu” Jawab Risma. Sepanjang perjalanan, ibu wisma juga mencemaskan pengobatan putrinya. Dia hanya berbekal uang hasil jualannya hari ini, itu pun tidak banyak karena jualannya tidak habis terjual semua. Sesampainya di puskesmas, putri ibu wisma segera ditangani oleh perawat dan dokter. Tak lama kemudian, ibu wisma dipanggil oleh dokter. Dokter tersebut ingin menjelaskan keadaan putrinya. bahwa putrinya hanya demam karena perubahan cuaca. Mendengarkan penjelasan dokter, akhirnya ibu wisma merasa lebih lega. Para tetangga ibu wisma banyak berdatangan menjenguk dan akhirnya putrinya diperbolehkan pulang. Sesampainya di rumah, ibu wisma menyuruh putrinya untuk beristirahat dan ditemani kakaknya. Keesokan harinya ibu wisma tidak dapat berjualan seperti biasanya karena harus menjaga Rini yang masih terbaring lemas. Sedangkan Rini sedang bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. “Risma berangkat ke sekolah dulu ya ibu” Risma berpamitan kepada ibunya. “Iya , hati-hati di jalan ya” Jawab ibu wisma “Iya ibu, Assalamualaikum” “Waalaikumsalam”
Setelah benar-benar sehat, akhirnya Dini sudah bisa bersekolah kembali dan ibu wisma pun harus bekerja lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhannya sehari hari. Tak lama kemudian, akhirnya ibu wisma mendapatkan pekerjaan tambahan yaitu menjadi pembantu rumah tangga. Oleh karena itu,ibu wisma harus pintar membagi waktu. Setiap pagi ibu wisma membantu mempersiapkan perlengkapan putrinya untuk pergi ke sekolah. Setelah putrinya berangkat ke sekolah ibu wisma bergegas pergi bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Bu wisma bertugas mencuci pakaian, menyapu dan mengepel. Untuk pekerjaan memasak dan menyiapkan makanan sudah menjadi tugas mbak Dewi yang sudah terlebih dahulu bekerja di sana. Setelah siang hari, Bu wisma kembali pulang untuk menyiapkan bahan-bahan untuk berjualan gorengan dan kue. Bu Mina berjualan dari sore hari hingga pukul delapan malam. Tanpa merasa lelah ibu wisma tak pernah mengeluh sedikit pun kepada kedua putrinya. Begitu pun dengan kedua putrinya, mereka bisa hidup mandiri. Setelah pulang sekolah, Risma membantu ibu wisma menyiapkan jualannya. Ketika menjelang Magrib, Risma dan Lina langsung bergegas ke musholla dekat rumahnya untuk mengaji. Sepulang dari mengaji, mereka langsung bergegas belajar bersama. Bu wisma mengajarkan kepada kedua putrinya, agar tidak pernah sombong, harus rendah hati juga harus selalu menolong. Semua para tetangganya sangat baik kepada keluarga Bu wisma. Pada suatu hari di rumah tempat kerja Bu wisma bekerja mengadakan sebuah acara. Bu wisma membantu dan bekerja tanpa merasa lelah di acara tersebut. Kedua putri Bu wisma juga diminta hadir. Bu wisma sangat senang karena kedua putrinya bahagia datang ke acara yang sangat megah dan bisa menikmati makanan yang enak sekali. Melihat itu, Bu wisma merasa kalau selama ini tak pernah memberikan semuanya kepada kedua putrinya. Bu wisma hanya bisa menangis meratapi hidupnya. Melihat Bu wisma bekerja dengan rajin dan jujur, kedua putrinya diberikan hadiah oleh majikannya. Mereka merasa senang dan sesampainya di rumah Bu wisma dan kedua putrinya membuka hadiah. Ternyata mereka mendapatkan baju, tas sekolah dan juga buku. Bu wisma merasa senang karena melihat kedua putrinya. “Ibu kita mendapatkan tas baru” Ucap Risma. “Iya Bu, kita senang sekali. Karena tas kita yang lama sudah banyak yang sobek” Tambah Lina. “Iya betul, sampai-sampai tas kita sudah hampir terlepas” Kata Lina. “Ini juga ada baju baru dan buku Bu. Hore senangnya” Kata Lina dengan wajah yang berseri-seri.
Keesokan harinya karena merasa kelelahan Bu wisma merasa tidak enak badan, kepalanya pusing tapi Bu wisma tetap beranjak bangun dari tempat tidurnya. Risma yang melihat ibunya agak berbeda dari biasanya lalu bertanya. “Ibu kenapa?” Tanya Risma “Tidak apa-apa Risma, ibu hanya merasa pusing sedikit” Jawab Bu wisma Lalu Risma memegang badan Bu wisma. “Badan ibu panas sekali, istirahat saja Bu. Nanti Risma akan minta ijin ke rumah majikan ibu” Kata Risma. “Tidak perlu nak, ibu baik-baik saja” Jawab Bu wisma. Kemudian Bu wisma menyiapkan sarapan serta perlengkapan putri-putrinya untuk berangkat sekolah. “Kalau ibu sakit, jangan dipaksakan Bu” Kata Risma “Ayo lekas berangkat sekolah nak, nanti kalian bisa terlambat” Kata Bu wisma. Lina dan Risma pun lalu berangkat dan berpamitan kepada Bu wisma.. “Kami berangkat dulu ya Bu” Kata Risma. “Iya nak, hati-hati dijalan. Risma tolong jaga adikmu” Kata Bu wisma. “Baik Bu” Jawab Risma. Setelah itu Bu wisma lekas pergi ke tempat kerjanya dengan menahan rasa sakit, tetapi Bu wisma tetap semangat. Setelah sampai ditempat kerjanya Bu wisma melakukan aktivitas sepeti biasa mencuci, menyapu, dan mengepel. Belum selesai mengepel Bu wisma merasa tidak kuat lagi lalu Bu wisma pergi ke kamar pembantu berniat untuk merebahkan badan sebentar tetapi Bu wisma tertidur. Tanpa disadari Abel melihat Bu wisma tidur pulas. Lalu Abel bergegas menemui majikannya dan melaporkan kalau Bu wisma tidak bekerja tetapi hanya enak-enakan tidur.
“Bu …. Coba lihat ke kamar belakang Bu wisma enak-enak tidur” Kata Abel. “Tumben Bu wisma tidur jam begini, biasanya ibu wisma bekerja sangat rajin” Kata majikan Bu wisma. “Mungkin Bu wisma malas Bu yang mau bekerja” Jawab Abel.. “Ayo kita lihat Bu Wisma” Ajak sang majikan. Setelah sampai di kamar belakang majikannya berusaha membangunkan Bu wisma. “Bu wisma ayo bangun, hari masih pagi kenapa Bu wisma tidur?” Kata majikan. “Maaf ibu, saya hanya ingin merebahkan badan” Jawab Bu wisma. Sang majikan lalu memegang badan Bu wisma. “Badan Bu wisma panas, Bu wisma sakit ya?” Tanya majikan Bu wisma. “Tidak Bu, saya hanya tidak enak badan saja” Jawab Bu wisma. “Kalau Bu wisma sakit, tidak perlu dipaksakan bekerja Bu” Jawab sang majikan “Kalau saya tidak bekerja saya tidak bisa menafkahi kedua putri saya Bu” Kata Bu wisma. “Tidak apa-apa Bu wisma, saya bisa memaklumi. Dan Abel Bu wisma ini tidur bukan karena malasmalasan, Bu wisma tidur karena lagi sakit” Kata majikan Bu wisma “Maafkan saya ya Bu wisma yang sudah berprasangka buruk ke Bu wisma dengan mengatakan bermalas-malasan kepada majikan” Kata Abel.
“Iya tidak apa-apa Abel” Jawab Bu wisma. Kemudian majikannya meminta Abel untuk mengantarkan Bu wisma ke puskesmas terdekat dan mengantarkan Bu wisma pulang untuk bisa beristirahat di rumahnya. Setelah itu kedua putrinya pulang dari sekolah dan melihat Bu wisma sedang tidur. “Ibu, ibu sakit ya?” Tanya Lina. “Ibu sakit ya… Kenapa ada obat di meja ibu?” Tanya Risma. Bu wisma menceritakan semua yang terjadi. Lalu Risma meminta ibunya beristirahat agar cepat sembuh. Melihat bahan-bahan gorengan yang akan dijual sore harinya Risma berniat berjualan berkeliling menggantikan ibunya yang sedang sakit. “Bu, untuk hari ini biar Risma saja yang berkeliling berjualan gorengan ya Bu” Kata Risma. “Tidak perlu nak, kamu capek baru pulang sekolah. Biar besok saja ibu yang berjualan” Kata Bu wisma “Tidak apa-apa Bu. Risma mau membantu ibu berjualan” Jawab Risma “Maafkan ibu ya nak sudah merepotkan kamu” Kata Bu wisma “Iya Bu tidak apa-apa” Jawab Risma Risma mempersiapkan jualannya lalu berkeliling kampung. Para tetangga banyak yang bertanya. “Risma, kenapa kamu yang berjualan? Ke mana Bu wisma?” Kata tetangga Bu wisma “Oh iya Bu, ibu saya lagi sakit, jadi saya yang membantu ibu” Jawab Risma. Karena para tetangga merasa kasihan kepada Risma, semua gorengan yang dijualnya dibeli sampai habis.
“Terima kasih ibu-ibu karena sudah membeli gorengan saya sampai habis dan Risma tidak perlu berkeliling lagi” Kata Risma “Iya sama-sama, kamu memang anak baik Risma karena bisa membantu ibu kamu tanpa merasa malu” Jawab salah satu tetangga Risma Setelah sampai di rumah, Bu wisma kaget melihat dagangan habis semua. “Ibu, gorengan kita sudah habis semua” Kata Risma “Secepat itu kamu berjualan Ris?” Jawab ibu wisma. Lalu Risma bercerita kalau para tetangga-tetangganya yang membeli semua. Bu wisma bersyukur karena para tetangganya selalu baik kepada keluarganya. Beberapa hari kemudian, Bu wisma sembuh dan melakukan aktifitas seperti biasanya. Risma dan Lina setiap malam belajar karena di sekolah mereka ada ujian kenaikan kelas selama satu minggu. Risma dan Lina selalu ingat pesan dari Bu wisma kalau mereka harus belajar dengan rajin agar mendapat nilai bagus dan bisa naik kelas. Karena mereka tidak ingin mengecewakan ibunya, mereka belajar dengan rajin. Setelah seminggu, ujian mereka telah usai. Risma dan Lina selalu membantu ibunya di rumah dan menyiapkan jualan yang akan dijual Bu wisma. Pada suatu hari, tibalah Bu wisma menerima undangan dari sekolah Risma dan Lina untuk menerima rapot mereka. “Ibu, ini ada undangan dari sekolah” Kata Risma “Ohh iya ibu, ini juga ada undangan punya Lina” Lina menambahkan. “Semoga kami tidak mengecewakan ibu yaa” Jawab Risma “Semoga repot kami nilainya bagus-bagus dan kami bisa naik kelas” Kata Lina
“Iya anak-anakku, kalian adalah anak-anak yang baik yang selalu patuh sama ibu. Maafkan ibu kalau ibu belum bisa membahagiakan kalian berdua” Jawab Bu wisma. “Tidak apa-apa kok Bu, kami bahagia punya ibu yang sayang sama kami” Kata Risma dan Lina Mereka pun saling berpelukan. Keesokan harinya Bu wisma pergi ke sekolah kedua putrinya. Setelah masuk ke kelas Risma dan Risma dipanggil oleh guru, bu wisma maju ke depan kelas dan ternyata gurunya mengumumkan kalau Risma mendapatkan nilai tertinggi di kelasnya. Tak lama kemudian, Bu wisma pergi menuju kelas Lina, dan tak terpikirkan juga Lina mengumumkan kalau Lina ternyata juga mendapatkan nilai tertinggi di kelasnya. Tanpa disadari air mata Bu wisma menetes karena bahagia melihat kedua putrinya menjadi bintang kelas dan mendapatkan nilai tertinggi walaupun kehidupan mereka yang serba kekurangan tetapi kedua putrinya tidak patah semangat. Sesampainya di rumah Bu wisma bergegas membuka pintu sambil memanggil kedua putrinya dan memberitahukan kepada Risma dan Lina kalau mereka berdua naik kelas dan mendapatkan nilai tertinggi di kelasnya. Risma dan Lina senang bisa memberikan kebahagiaan kepada ibunya. Berdasarkan cerita di atas, dapat disimpulkan bahwa perjuangan seorang ibu yang selalu ingin membahagiakan kedua putrinya agar menjadi anak yang baik dan rajin serta patuh kepada orang tua.