The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Mendeskripsikan terkait informasi mengenai keseluruhan tradisi bajapuik di nagari campago kecamatan v koto kampung dalam kabupaten padang pariaman

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Yuda Surahman, 2023-08-24 02:21:37

Tradisi Bajapuik Nagari Campago Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman

Mendeskripsikan terkait informasi mengenai keseluruhan tradisi bajapuik di nagari campago kecamatan v koto kampung dalam kabupaten padang pariaman

TRADISI BAJAPUIK DI NAGARI CAMPAGO KECAMATAN V KOTO KAMPUNG DALAM KABUPATEN PADANG PARIAMAN


Alhamdulillah, Puji beserta syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT dikarenakan berkat Rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dokumentasi informasi ini. Dokumentasi informasi ini menjelaskan tentang adat dan tradisi yang ada di daerah padang pariaman yang terkenal dengan tradisi Bajapuik. Tujuan pembuatan paket informasi ini adalah sebagai wacana sserta informasi utama yang bisa menambah ilmu pengetahuan terkait pelaksanaan tradisi Bajapuik yang ada di daerah Padang Paiaman. Adat dan tradisi merupakan suatu bentuk budaya yang ada di sekitar masyarakat yang telah menjalankannya dan mungkin saja telah berlangsung dengan sangat lama maka dari itu pelestarian informasi mengenai adanya adat dan tradisi tersebut perlu diadakan guna menyelamatkan keaslian informasi dari kegiatan dari adat dan tradisi tersebut dan juga menghindari kesalahpahaman dan ketidaktahuan makna dari pelaksanaan adat dan tradisi tersebut karena sesungguhnya pelaksanaan adat dan tradisi pasti memiliki makna yang berarti dalam pelaksanaannya. Selama proses pembuatan buku ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan ibu Malta Nelisa, S.Sos., M.Hum selaku dosen pembimbing penulis dalam pembuatan buku ini serta masyarakat nagari campago kecamatan V Koto kampung Dalam yang bersedia menjadi narasumber serta responden dalam membuat buku ini dan diharapkan buku ini dapat dimanfaatkan oleh banyak pihak. Semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat meningkatkan minat generasi muda terhadap pelestarian informasi terkait adat dan tradisi Minangkabau dan daerah setempat. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersiifat membangun semua pihak. Padang, Juli 2023 Penulis Kata pengantar I


DAFTAR ISI Daftar Isi ............................................................................. II Bab 1 ................................................................................... 1 Gambaran Umum Nagari Campago Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman............... 2 Bab 2 ................................................................................... 3 Asal Usul Tradisi Bajapuik di Nagari Campago Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman............................................................ 4 Manfaat Tradisi Bajapuik ............................................. 7 Nilai dan Makna Tradisi Bajapuik ................................ 8 Tata Cara Dalam Bajapuik ........................................... 9 Bab 3 ................................................................................. 16 Kesimpulam .............................................................. 17 Saran ................................................................ 17 Glosarium ......................................................................... 18 Daftar Pustaka .................................................................. 19 Kata Pengantar .................................................................... I II A. A. B. C. A. B. D.


BAB 1 Gambaran Nagari Campago 1


Gambaran Umum Nagari Campago Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Nagari Campago merupakan nagari atau desa yang ada di Kecamatan V Koto Kampung Dalam yang terletak pada daerah Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat. Nagari Campago ini dipimpin oleh wali nagari dan bisa disebut sebagai kepala desa dan juga nagari campago memiliki luas daerah 18.09 Km2. Terletak di Kecamatan V Koto Kampung Dalam posisi astronomi Kecamatan V Koto Kampung Dalam yang terletak antara 0008 ‘ 00 “ Lintang Selatan dan 100 0 04 ‘ 00 “ Bujur Timur, dengan luas wilayah sekitar 61,41 Km2, dengan panjang garis pantai 0.50 Km2. 2 Kantor wali Nagari Campago Kecamatan V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman Sumber: Dokumentasi Pribadi A.


BAB 2 Tradisi Bajapuik 3


Asal Usul Tradisi Bajapuik di Nagari Campago V Koto Kampung Dalam Kabupaten Padang Pariaman Sejarah Bajapuik ada untuk menghargai suatu kaum. Perkawinan di Minang haruslah berbeda suku dan itu menghargai suatu kamu tersebut. Apakah itu datuk nya atau latar belakang keluarga segala macamnya, maka ia dijemput. Dijemput yang mana pihak perempuan membawa benda berharga namun bukan uang kepada pihak laki-laki sebagai hantaran. Karena dalam adat Minang laki-laki yang akan tinggal dirumah keluarga wanita makanya ia dijemput. Memang, pada umumnya tidak ada literatur yang dapat dijadikan bukti nyata tentang asal usul tradisi perkawinan Bajapuik karena tradisi ini merupakan Adat nan diadatkan, yaitu merupakan aturan setempat yang diambil dengan menggunakan kata mufakat ataupun kebiasaan yang sudah berlaku umum dalam suatu nagari atau daerah tersebut. Namun aturan ini diambil berdasarkan sejarah yang ada dan telah menjadi kebiasaan yang berlaku secara umum dan telah lama dilaksanakan oleh masyarakat yang ada di daerah Pariaman. Cerita lama yang didapat dari para ninik mamak/penghulu adat pada zaman dahulu yang telah menjadi legenda bagi masyarakat Pariaman memberikan sedikit gambaran mengenai asal usul adat Bajapuik ini. Maka dari itu, Bajapuik merupakan golongan Adat nan diadatkan. 4 A. Pemberian Uang Japuik Sumber: Dokumentasi Pribadi


Sebenarnya tidak ada sumber yang jelas yang menerangkan tentang asal usul tradisi uang japuik ini. Dikarenakana pada zaman dahulu uang japuik ini cerita lama yang dipublikasikan dari mulut ke mulut, karena waktu belum adanya media dan objek lainnya untuk mengabadikan. Pada umumnya bajapuik merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Pariaman dalam prosesi perkawinan karena dalam sistem Matrilineal posisi suami (urang sumando) merupakan orang datang, karena itu orang sumando dalam ungkapan Minangkabau dikenal dengan pepatah “datang karano dipanggia-tibo karano dianta (datang karena dipanggil, tiba karena diantar). 5 Tradisi Uang japuik ini bermula dari keluarga yang kaya raya, dia memiliki harta yang banyak, keluarga tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sudah berumur tetapi belum menikah. Dalam adat perkawinan di Pariaman, yang mencarikan pasangan untuk anak perempuan adalah seorang mamak, dicarikanlah tradisi Uang japuik ini dinilai bermula dari keluarga yang kaya raya, dia memiliki harta yang banyak, keluarga tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sudah berumur tetapi belum menikah. Dalam adat perkawinan di Pariaman, yang mencarikan pasangan untuk anak perempuan adalah seorang mamak, dicarikanlah keponakannya itu pasangan dengan pemuda yang pengangguran dan tidak punya status sosial dilingkungannya. Datanglah keluarga dan mamak perempuan tersebut ke rumah laki-laki. Dan bertanya kepada mamak laki-laki, maukah dia menikahi keponakanku, jika ia bersedia, maka akan saya berikan sebahagian uang kepada anda untuk digunakan dalam berusaha menjalankan sebuah perkawinan. Sumber: Google Images Marapulai dan Anak Daro


Sejarah tradisi Bajapuik merupakan suatu adat dan tradisi yang telah ada dan terjadi secara turun temurun di daerah Padang Pariaman Sumatera Barat merupakan suatu tradisi yang mumpuni dengan diawali dengan peminangan pihak perempuan terhadap pihak laki-laki Hal peminangan pihak perempuan ini didasarkan kepada pernikahan yang dilakukan oleh Khadijah yang terlebih dahulu meminang Rasulullah SAW dikarenakan akhlak, sifat bijaksana dan baik hatinya. Rasa hormat yang ada dari pihak perempuan terhadap pihak laki-laki yang akan dijadikan jodoh anaknya dengan memberikan suatu pemberian yang berharga dengan tidak memberatkan satu sama lain berdasarkan kesepakatan yang ada menjadikan tradisi Bajapuik ada hingga saat sekarang ini. Dan juga dikarenakan menantu atau urang sumando dalam kehidupan adat Minangkabau sangatlah dihargai maka dari itu pemberian dilakukan dilakukan sebelum pernikahan yang dianggap memberikan tanda rasa hormat. Walapun perlu diingat tidak hanya memandang mengenai tradisi Bajapuik ini saja rasa hormat dimiliki namun juga menguatkan rasa kekeluargaan dianataranya. 6 Sumber: Dokumentasi Pribadi Sumber: Dokumentasi Pribadi


Manfaat Dari Tradisi Bajapuik Dilihat dari segi kegunaan dan manfaatnya dan dalam kegiatannya sekarang, uang japuik dapat dikategorikan ke dalam dua bentuk. Uang japuik dan uang hilang. Perbedaannya adalah bahwa uang japuik akan dikembalikan pada pihak perempuan dan biasanya uang atau jumlahnya akan dilebihkan dari uang japuik-nya. Pengembalian tersebut dikenal dengan istilah uang agiah jalang. Sehingga secara teori, tradisi Bajapuik mengandung makna saling menghargai antara pihak perempuan dan laki- laki, ketika laki-laki dihargai dalam bentuk uang japuik, maka sebaliknya pihak perempuan dihargai dengan uang atau emas yang dilebihkan nilainya dari uang japuik, yang disebut uang Agiah Jalang. Maka dari itu manfaat utama dalam kegiatan tradisi bajapuik ini memberikan kesan memberikan suatu kehormatan bagi kedua belah pihak yang akan terus dikenang sebagai suami-istri nantinya. Selain itu juga manfaat yang ada yaitu uang japuik tersebut dapat dijadikan dan digunakan modal dalam kehidupan pernikahan bagi kedua mempelai nantinya. Dan berikut makna manfaat dari tradisi bajapuik : Sebagai rasa hormat, uang japuik ini merupakan sebagai bantuan materil kepada orang tua laki-laki dari pihak perempuan. Atas apa yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya sehingga anaknya sukses. Dan yang akan menikmati hasil kesuksesan dari anaknya itu adalah istrinya bukan orang tuanya lagi. 1. 7 B. Sumber: Dokumentasi Pribadi


Sebagai adat istiadat, uang japuik merupakan tradisi yang telah ada sejak lama dan diketahui sebagai tradisi yang menjadi keunikan bagi masyarakat padang pariaman yang telah dikenal luas oleh masyarakat Sumatera Barat lainnya hingga luar Sumatera Barat 2. Nilai Dari Tradisi Bajapuik b. Budaya Tradisi Bajapuik Makna yang ada di tradisi bajapuik yaitu makna yang memiliki pengetahuan yang lebih dalam kegiatan dalam mempertahankan tradisi dan makna terselubungnya yaitu mempertahankan rasa hormat dan saling menghargai antar keluarga yang akan jadi besan dari pihak laki-laki dan pihak perempuan. Budaya yang ada pada tradisi bajapuik ini merupakan suatu nilai yang memberikan kolektifitas dalam mempertahankan adat dan istiadat yang telah ada dan berlangsung sejak lama maka dalam nilai ini tradisi Bajapuik ini memberikan nilai yang sangat mempengaruhi adat dan istiadat di daerah Padang pariaman demi menjaga kolektifitas suku beserta tradisi a. Makna Antropologi 8 C. Sumber: DOkumentasi Pribadi Sumber: Dokumentasi Pribadi Kerukunan Antar Keluarga Kedua Mempelai Dalam Sikap Saling Menghormati Mempertahankan Budaya Yang Telah Lama Dilaksanakan


c. Nilai Religius Tradisi Tradisi uang japuik ini memiliki makna yang sangat penting bagi masyarakat Pariaman yang mana nilai agama, yang ada pada adat tradisi uang japuik ini adalah, bahwa dulunya masuknya Islam ke Pariaman. Islam masuk dan berkembang pada suatu daerah, maka tradisi bajapuik menjadi tradisi yang diikuti oleh penyebaran Islam dalam pandangan orang Minangkabau adalah sebagai penyempurnaan adat, “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah syarak mangato adat mamakai”.Seorang laki-laki tidak datang begitu saja kerumah perempuan untuk menjadi suaminya, akan tetapi ia (laki-laki) datang dengan uang japuik sebagai bentuk simbol penghargaan. Besar dan kecilnya uang japuik tersebut tergantung dari pembicaraan dan negosiasi dari kedua belah pihak Tata Cara Tradisi Bajapuik Pada saat ini ketika ada anak gadis di daerah padang pariaman yang telah siap untuk dinikahkan dan siap menerima jodoh mereka maka pada saat ini orang tua dari pihak perempuan atau mamak akan mencoba menjodohkan dengan mendekatkan atau dikenal dengan istilah maresek 1. Maresek 9 D. Sumber: Dokumentasi Pribadi Ijab Qabul Dalam Akad Pernikahan Sumber: Dokumentasi Pribadi Gadih Minangkabau


3. Batimbang Tando Acara dilanjutkan dengan batimbang tando (meminang). Pada hari itu keluarga perempuan seperti ninik mamak, bako, ayah, dan beberapa orang kampung akan mendatangi rumah calon pengantin laki-laki dengan berbagai macam persayaratan yang telah dibicarakan sebelumnya, seperti sirih pinang lengkap, membawa ayam singgang, lepat, kue koci, dan lamang serta carano berisi sirih. Dalam acara ini calon mempelai laki-laki dan calon mempelai perempuan menerima tanda bahwa mereka akan menikah. Dengan perjanjian pertunangan menurut adat Minangkabau yang berbunyi: “batampuak lah buliah dijinjiang, batali lah buliah diirik”, artinya jika tanda telah dipertukarkan dalam satu acara resmi oleh keluarga kedua belah pihak, maka bukan saja antar kedua calon mempelai tersebut 10 2. Marantak Tanggo Bila ada orang Pariaman yang anak gadisnya telah siap menikah, maka orang tuanya akan mulai mencarikan jodoh untuk anak mereka. Dimana keluarga perempuan menjajaki asal-usul, status sosial, ekonomi, dan perangai dari kerabat laki- laki yang akan dijadikan suami untuk anaknya. Saat mereka menemukan laki-laki yang mereka rasa cocok untuk anak gadisnya, maka keluarga perempuan akan mengunjungi keluarga laki-laki tersebut, yang dinamakan dengan marantak tanggo (menginjak tangga), acara ini sebagai tahap awal bagi seseorang perempuan mengenal calon pengantinnya. Bila dirasa cocok, maka keluarga perempuan akan berunding dan melaksanakan acara mamadekkan hetongan yaitu keluarga perempuan kan bertandang kembali ke rumah calon marapulai (mempelai laki-laki) dan bermusyawarah. Marantak Tanggo dikenal sebagai proses perkenalan kedua keluarga besar Sumber: Dokumentasi Pribadi


4. Manantuan Uang Japuik Acara dilanjutkan dengan batimbang tando (meminang). Pada hari itu keluarga perempuan seperti ninik mamak, bako, ayah, dan beberapa orang kampung akan mendatangi rumah calon pengantin laki-laki dengan berbagai macam persayaratan yang telah dibicarakan sebelumnya, seperti sirih pinang lengkap, membawa ayam singgang, lepat, kue koci, dan lamang serta carano berisi sirih. Dalam acara ini calon mempelai laki-laki dan calon mempelai perempuan menerima tanda bahwa mereka akan menikah. Dengan perjanjian pertunangan menurut adat Minangkabau yang berbunyi: “batampuak lah buliah dijinjiang, batali lah buliah diirik”, artinya jika tanda telah dipertukarkan dalam satu acara resmi oleh keluarga kedua belah pihak, maka bukan saja antar kedua calon mempelai tersebut 11 Batimbang tando merupakan proses peminangan pihak perempuan terhadap pihak laki-laki Sumber: Dokumentasi Pribadi


5. Manjapuik Marapulai/ Penyerahan uang japuik Menjumput calon marapulai ke rumah orang tuanya untuk dibawa melangsungkan akad nikah dirumah kediaman calon anak daro. Merupakan acara adat yang paling penting dalam seluruh rangkaian acara perkawinan menurut adat istiadat Minangkabau. Secara umum menurut ketentuan adat yang lazim, dalam menjemput calon marapulai ini pihak keluarga calon anak daro harus membawa tiga bawaan wajib yaitu: sirih lengkap dalam carano yang menandakan datangnya secara adat, pakaian pengantin lengkap dari tutup kepala sampai ke alas kaki yang dipakai oleh calon pengantin marapulai, nasi kuning singgang ayam dan lauk-pauk yang telah dimasak serta makanan dan kue-kue lainnya sebagai buah tangan, serta uang japuik dan uang ilang yang telah disepakati seperti sebelumnya. Untuk melepas anak kemenakan mereka yang akan melakukan akan nikah ini, pihak keluarga calon marapulai biasanya juga mengumpulkan seluruh keluarganya yang patut-patut. Termasuk ninik mamak dan para sang sumandonyo.Pembicaraan pertama yang dibuka oleh pihak yang datang ini, juru bicara secara terperinci mengemukakan maksud kedatangan rombongan dalam alur persembahannya yang pokok-pokok isinya harus memenuhi ketentuan-ketentuan adat menjemput marapulai sebagai berikut: 12 Penentuan uang japuik atas dasar kesepakatan kedua keluarga besar Penyerahan uang japuik ketika akan melaksanakan akad pernikahan Sumber: Dokumentasi Pribadi Sumber: Dokumentasi Pribadi


Menyatakan bahwa mereka itu merupakan utusan resmi mewakili pihak keluarga calon pengantin anak daro. Bahwa mereka datang secara adat dengan membawa sirih dalam carano. Bahwa tujuan mereka adalah untuk menjemput calon pengantin marapulai (menyebutkan namanya dan nama orang tuanya dengan jelas). 1. 2. 3. 6. Akad Nikah Setelah maksud itu disampaikan dan diterima oleh juru bicara tuan rumah maka barulah seperangkat pakaian yang dibawa oleh rombongan penjemput diserahkan kepada tuan rumah untuk bisa segera dipakaian kepada calon pengantin marapulai. Calon marapulai memohon doa restu terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya dan kepada keluarga-keluarganya yang tua-tua dan yang pantas untuk dihormati dalam kaumnya, karena anak laki-laki di dalam kekerabatan Minang kalau sudah beristri biasanya akan tinggal di rumah istrinya, maka sering juga anak laki-laki yang akan kawin itu disebut akan menjadi “anak orang lain”. Biasanya dalam acara menjemput calon pengantin marapulai, pihak keluarga calon mempelai anak daro membawa dua wanita muda yang baru berumah tangga untuk dijadikan pasumandan yang mengiringkan dan mengapit Jikalau bertukar tanda atau persetujuan atas peminangan dapat dianggap sebagai resminya hubungan antara dua keluarga secara adat melalui perkawinan, maka nikah atau akad nikah adalah perjanjian antara seorang lelaki dengan seorang wanita untuk hidup bersama sesuai dengan ajaran agama Islam. Akad nikah bisa dilakukan dirumah/ balai adat anak daro, atau di masjid pada saat berlangsungnya pesta kawin.dan juga pemberian mahar yang ada. 13 Sumber: Dokumentasi Pribadi


7. Manjalang Mintuo 14 Manjalang mintuo, dikategorikan sebagai perhelatan besar dalam tata cara adat istiadat perkawinan di Pariaman acara ini mungkin bisa disamakan dengan cara ngunduh mantu yang berlaku menurut adat jawa. Acara ini yang pelaksanaan dan undangannya dilakukan oleh pihak keluarga pengantin marapulai, dengan maksud dan tujuan berkewajiban untuk mengisi adat setelah akad nikah yang bermakna untuk saling kenal mengenal dengan seluruh keluarga mertua anaknya. Karena datang secara beradat dan kunjungan mereka itu bukan saja akan disaksikan oleh keluarga, tetapi juga oleh tamu-tamu lain yang diundang oleh keluarga pihak marapulai. Ikrar Ijab Qabul Tanda Pernikahan Telah Sah Dilaksanakan Sumber: Dokumentasi Bajapuik Sumber: Dokumentasi Bajapuik Pengembalian Uang Japuik Kepada Mempelai Perempuan Dalam Perhelatan Manjalang Mintuo


Rombongan keluarga anak daro yang datang ke rumah ayah ibu marapulai dengan membawa berbagai macam makanan, seperti nasi kuning singgang ayam, lauk pauk rending, sampadeh. Serta kue-kue besar macam bolu dan kue-kue adat seperti, bulek-bulek, pinyaram, kue poci, kue abuak, onde-onde. Dirumah marapulai rombongan ini disambut pula secara adat. Selain dengan sirih dalam carano adakalanya juga dinanti dengan tari galombang dan pasambahan. anak daro dipersandingkan lagi dengan marapulai di pelaminan yang sengaja dipasang oleh keluarga marapulai. Kewajiban adat bagi ayah dan ibu marapulai setelah acara selesai, sebelum tamu-tamu pulang untuk mengisi beberapa wadah Pada saat manjalang mintuo mengenai uang japuik yang telah diberikan oleh pihak perempuan terhadap pihak laki-laki maka dikembalikan sebagi tanda kehormatan bahwa telah sahnya sebuah keluarga yang telah disatukan dijodohkan dan juga sebagai bekal dalam menghadapi kehidupan pernikahan bagi mempelai baru. 15 Sumber: Dokumentasi Bajapuik Pernikahan Adat Minangkabau


16 BAB 3 Penutup


Kesimpulan Saran Tradisi bajapuik merupakan tradisi yang telah ada secara turun temurun dengan maksud untuk saling menghargai kedua keluarga dari pihak laki-laki dengan pihak perempuan sehingga menjadikan keterikatan menjadi saling dihormati satu sama lain. Tradisi bajapuik ini memiliki makna yang sangat mendalam bagi kegiatan pelaksanannya dengan melihat tata cara serta nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Maka dari itu tradisi dan kegiatan adat seperti ini perlu dilakukan pemeliharaan informasinya guna tidak adanya kesalahpahaman makna dan kesalahpaham pelaksanaan yang akan dilanjutkan oleh generasi selanjutnya. Sebagai generasi selanjutnya perlu adanya pemeliharaan informasi sebagai bentuk kebanggan terhadap tradisi yang ada agar dapat memberikan aspek pengetahuan terhadap informasi khusunya informasi mengenai adat yang telah berlangsung sejak lama. Dengan adanya pemeliharaan informasi ini maka diharapkan generasi muda dapat menyesuaikan ilmu pengetahuan dengan keinginan dalam memberikan pemahaman bagi sekitar terkait tradisi tersebut agar tidak adanya kesalahpahaman akan makna dari suatu kegiatan adat yang berlangsung. 17 A. B.


GLOSARIUM Anak Daro : Sebutan bagi mempelai wanita dalam adat Minangkabau Carano : Wadah dulang berkaki yang terbuat dari loyang atau logam kuningan Kapalo Mudo : Posisi tetua dalam pembicaraan suatu adat atau acara dalam minangkabau Manjalang : Kunjungan yang dilakukan oleh sepasang pengantin di minangkabau ke rumah pengantin laki-laki sewaktu melakukan pernikahan. Mintuo : Panggilan mertua dalam istilah di minangkabau Marapulai : Sebutan bagi mempelai pria dalam adat minangkabau Ninik Mamak : Suatu lembaga adat yang terdiri dari beberapa orang penghulu yang berasal dari berbagai kaum atau klan yang ada dalam suku-suku di Minangkabau Pasumandanan : Rombongan ibu-ibu yang mengikuti mempelai pria dan wanita ketika baru saja menikah dalam menuju rumah pengantin laki-laki dan perempuan Sumando : Sebutan bagi menantu laki-laki yang tinggal di rumah perempuan 18


Daftar Pustaka 19 Azizur, Rahman. (2021).“Tinjauan Urf Terhadap Tradisi Bajapuik Pada Pernikahan Masyarakat Pariaman Perantauan Di Kota Bengkulu” (Skripsi, Fakultas Syariah, Institus Negeri Islam: Bengkulu) dari: Asril NM, Maihasni, dan Alfitri (2019). “Solusi Konflik Peran Perempuan Minangkabau (Kasus Perawat yang Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi)”. Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya, 21 (2): 194-201. Basri .(2012). “In VitroAntibacterial Activity of Galls of Quercus infectoria Olive against Oral Pathogen”s. Evidance-Based Complementary and Alternative Medicine. Husna, R..(2020).”Uang Japuik:Tradisi Dalam Perkawinan Masyarakat Pariaman” (Skripsi, Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta)


TRADISI BAJAPUIK Tradisi Bajapuik (Jemput) telah menjadi ciri khas atau jati masyarakat Pariaman. Bajapuik dipandang sebagai suatu kewajiban dimana pihak keluarga dari keluarga perempuan memberi sejumlah uang atau benda berharga yang telah disepakati bersama kepada pihak laki-laki (calon suami) sebelum akad nikah dilangsungkan.


Click to View FlipBook Version