The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by sulastyasulas, 2022-11-23 07:22:34

E-modul Pengembangan Program Kelompok bermain

e-modul pengembangan kelompok bermain

Keywords: E-modul Pengembangan Program Kelompok bermain

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunianya
lah penulis dapat menyelesaikan e-modul ajar mata kuliah Pengembangan Program Kelompok
Bermain ini. Salawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Setelah beberapa bulan mengajar di Universitas Negeri Gorontalo, banyak pengalaman yang
mendorong penulis untuk menulis sebuah E-Modul ajar yang dapat meningkatkan minat
mahasiswa dalam belajar karena e-Modul ajar memiliki kejalasan bahasa dan dengan metode
yang mudah dipahami serta dengan e-Modul ajar berbasis flipbook ini memudahkan akses
dimana saja dan kapanpun. Didalam e-Modul ajar terdapat bahan ajar yang akan disempaikan
dosen kepada mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Universitas Negeri Gorontalo sebagai mata kuliah wajib yang akan dipelajari mahasiswa
selama satu semester. Program Pengembangan Kelompok Bermain, mata kuliah ini sangat
diperlukan bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini yang
mempelajari landasan hukum program Kelompok Bermain, teori pendidikan anak dan
karakteristiknya, dan komptensi perkembangan anak dalam kurikulum KB, sampai kepada
analisis dalam mengembangkan program kegiatan bermain tahunan, bulanan, dan mingguan
KB berupa model pembelajaran, managemen serta sarana dan prasarana.

Penulis menyadari penyusunan e-Modul Pengembangan Program Kelompok Bermain
ini masih memiliki kekurangan dan kelemahan, akhirnya kepada bapak/ibu dosen dan para
pembaca kiranya dapat memberikan masukan dan saran untuk lebih baik kedepannya.

Gorontalo, 6 November 2022

Sulastya Ningsih, M.Pd

ii

I.DENTITAS MATA KULIAH

Nama mata kuliah : Pengembangan Program Kelompok Bermain

Kode mata kuliah : AAF61733

Jumlah sks : 3 SKS

Nama dosen : Sulastya Ningsih, M.Pd

iii

II.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Deskripsi Singkat Modul ini merupakan salah satu sumber belajar yang dapat
digunakan mahasiswa program studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini.
Secara ringkas, mahasiwa akan mempelajari dan memahami pengetahuan tentang
pengembangan program kelompok bermain. Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa, “Pendidikan
anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Lebih
lanjut dinyatakan dalam Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional pasal 28, bahwa: (1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan
sebelum jenjang pendidikan dasar; (2) Pendidikan anak usia dini dapat
diselenggarakan melalui jalur formal, nonformal dan/atau informal; (3) Pendidikan
anak usia dini pada jalur formal berbentuk Taman Kanak-kanak, Raudatul Athfal
(RA), atau bentuk lain yang sederajat; (4) Pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak
(TPA), atau bentuk lain yang sederajat; dan (5) Pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan.

Mata kuliah ini membahas tentang landasan hukum program Kelompok
Bermain, teori pendidikan anak dan karakteristiknya, dan komptensi perkembangan
anak dalam kurikulum KB, sampai kepada analisis dalam mengembangkan
program kegiatan bermain tahunan, bulanan, dan mingguan KB berupa model
pembelajaran, managemen serta sarana dan prasarana.

Untuk mencapai ketercapaian tujuan dari materi pada mata kuliah ini maka
digunakan metode pembelajaran problem based learning, discovery learning, small
group discussion, dan presentasi tugas. Penilaian (evaluasi) terdiri dari tiga
komponen yaitu (Kehadiran 15%, UTS 15% , tugas kelompok cases 15%, tugas
kelompok project 15%, UAS 30%) dan Attitude 10%, yang semuanya bersumber
dari tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

1

B. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
Menguasai teori belajar dan pembelajaran PAUD serta pendekatan-pendekatan

yang dapat mengoptimalkan potensi perkembangan anak usia dini.
C. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah

1. Mampu menjelaskan konsep, latar belakang, definisi dan tujuan Pengembangan
program KB

2. Mampu menguraikan karateristik peserta didik, sasaran dan ruang lingkup KB
3. Mampu menjelaskan syarat dan prinsip penyelenggaraan KB serta model

tematik KB
4. Mampu membuat perencanaan program pembelajaran KB
5. Mampu menguasai model dan proses pembelajaran KB
6. Mampu membuat indikator penilaian program KB
7. Mampu menguasai kebutuhan sarana dan prasarana KB
8. Mampu menjelaskan kualifikasi pendidik dan tenaga kependidikan KB
9. Mampu menguraikan managemen kelembagaan KB
10. Mampu menyusun kajian evaluasi, pelaporan dan pembinaan program KB
11. Mampu menyusun kajian penyelenggaraan KB berdasarkan studi kasus
12. Mampu mempraktekkan pembelajaran di KB

2

Petunjuk Belajar

Untuk lebih memahami tentang pengembangan program kelompok bermain, maka
hendaknya mahasiswa mengikuti Langkah-langkah sebagai berikut:

1. Baca dan cermati mengenai berbagai materi dalam kegiatan belajar yang terdapat
didalam modul ini dari awal hingga akhir.

2. Menerapkan atau mencoba kegiatan-kegiatan yang nantinya dapat dipraktekkan jika
anda mengajar atau praktik mengajar di sekolah.

3. Lakukan latihan untuk mengetahui seberapa anda mendalami materi yang ada di dalam
modul pengembangan motorik halus anak usia dini

3

III PEMBELAJARAN

Materi pertemuan-1

A. Tujuan Materi Perkuliahan
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep, latar belakang, definisi dan tujuan
Pengembangan program KB

B. Materi Perkuliahan:
Dalam undang-undang No 20 tahun 2003, Pendidikan anak usia dini adalah

suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki sekolah dasar dan kehidupan tahap berikutnya.

Lebih lanjut dinyatakan dalam Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional pasal 28, bahwa: (1) Pendidikan anak usia dini
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar; (2) Pendidikan anak usia dini dapat
diselenggarakan melalui jalur formal, nonformal dan/atau informal; (3) Pendidikan
anak usia dini pada jalur formal berbentuk Taman Kanak-kanak, Raudatul Athfal (RA),
atau bentuk lain yang sederajat; (4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau
bentuk lain yang sederajat; dan (5) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh
lingkungan. Selain dalam bentuk TK/RA, KB, dan TPA, di masyarakat berkembang
bentuk-bentuk layanan PAUD lainnya yang dikelompokkan dalam bentuk satuan
PAUD sejenis, seperti Pos PAUD/Taman Posyandu, PAUD Berbasis Pendidikan
Agama Islam, PAUD Bina Iman Anak, PAUD Pembinaan Anak Kristen, dll

Arti penting mendidik anak sejak usia dini dilandasi dengan kesadaran bahwa
masa kanak-kanak adalah masa keemasan (the golden age), karena dalam rentang usia
dari 0 sampai 5 tahun, perkembangan fisik, motorik dan berbahasa atau linguistik
seorang anak akan tumbuh dengan pesat. Selain itu anak pada usia 2 sampai 6 tahun
dipenuhi dengan senang bermain. Konsep bermain sambil belajar serta belajar sambil
bermain pada PAUD merupakan pondasi yang mengarahkan anak pada pengembangan
kemampuan yang lebih beragam, sehingga dikemudian hari anak bisa berdiri kokoh
dan menjadi sosok manusia yang berkualitas.

4

Pengertian Kelompok Bermain
Kelompok bermain (KB) adalah salah satu bentuk layanan pendidikan bagi anak

usia tiga sampai enam tahun yang berfungsi untuk meletakkan dasar-dasar ke arah
perkembangan, sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi anak usia
dini dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya, sehingga siap memasuki pendidikan dasar (Direktorat
PAUD, Menu Pembelajaran Generik, 2002 ). Kelompok Bermain adalah salah satu
bentuk satuan PAUD jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program
pendidikan bagi anak usia 2 sampai dengan 6 tahun dengan prioritas usia 3 dan 4 tahun.

Tujuan kelompok bermain
Tujuan umum dalam pengelolaan kegiatan di Kelompok Bermain adalah

memberikan pelayanan pada anak usia 2−4 tahun di Kelompok Bermain sesuai dengan
amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3, yaitu “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Ada beberapa tujuan dari kelompok bermain yaitu terdiri dari:
1. Mengembangkan kehidupan beragama sedini mungkin, agar anak memiliki moral

dan budi pekerti yangluhur
2. Mengembangkan kemandirian agar anak dapat melayani dirinya sendiri/mandiri

dalam kehidupan sehari-hari

5

3. Mengembangkan kemampuan berbahasa agar anak mampuberkomunikasi secara
aktifdan pasif dengan lingkungannya

4. Mengembangkan kognitif agar anak memiliki kemampuanmenghubungkan
pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimilikidengan pengetahuan atau
pengalaman yang baru diperolehnya

5. Mengembangkan kreativitas agar anak menjadi kreatif, lancar, fleksibel,dan
memiliki spontanitas dalam bertutur katadan berpikir.

6. Mengembangkan perasaan atau emosi agar anak mampumengendalikan emosi dan
sikap prososial serta dapat menunjukkanreaksi yang wajar..

7. Mengembangkan kemampuan bermasyarakat agar anak mampubergaul dan dapat
mengembangkan kemampuan prososial secara wajardan dapat meningkatkan
kepekaan terhadap kehidupan bermasyarakat.

8. Mengembangkan motoric kasar dan halus sejak usia dini
9. Meningkatkan proses tumbuh kembang anak secara wajar dalam rangkamembentuk

sumber daya manusia yang berkualitas sejak usia dinidengan belajar melalui
bermain.Mengembangkan pengelolaankegiatansecara sistematis, holistik, dan
integrative.

C. Tugas/ Latihan
Diskusikanlah kedalam kelompok yang berjumlah 3-5 orang, untuk

mendiskusikan tentang konsep dasar kelompok bermain.
D. Evaluasi

1. Tuliskan pengertian kelompok bermain?
2. Tuliskan tujuan kelompok bermain?
3. Uraikan pendapat anda tentang konsep dasar Pendidikan anak usia dini?

E. DAFTAR PUSTAKA

Suryana Dadan. 2018. Pendidikan anak usia dini (Stimulasi dan Aspek pekembangan
anak). Jakarta: Prenadamedia Grup.

Santrock. John. W. 2007. Perkembangan Anak:Edisi keSebelas Jilid 1. Jakarta:
Erlangga

6

Materi pertemuan-2

A. Tujuan Materi Perkuliahan
Mahasiswa mampu menguraikan aspek perkembangan anak usia dini

B. Materi Perkuliahan
Karakteristik anak usia dini
Adapun karakteristik perkembangan anak usia dini dapat dilihat sebagai berikut:
1. Aspek perkembangan fisik-motorik
Pertumbuhan fisik pada setiap anak tidak selalu sama. Ada yang mengalami
pertumbuhan secara cepat, ada pula yang lambat. Pada masa kanak-kanak
pertambahan tinggi dan pertambahan berat badan relatif seimbang. Perkembangan
motorik anak terdiri dari dua, ada yang kasar dan ada yang halus. Pekembangan
fisik anak akan terus mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya usia anak
sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia 3 tahun akan
mengalami perkembangan fisik morik kasar seperti berlari, menjinjit, melompat,
berjalan zig-zag dan sebagaianya. Begitu juga dengan anak usia 4 tahun akan
mengalami hal yang sama dengan anak usia lainnya. Tetapi anak pada usia ini anak
juga mengalami perkembangan terhadap aspek fisik motoric halus seperti anak
meremas, menulis, meronce, menggunting, menyisir dan sebagainya. Hal ini yang
menjadi pondasi pendidik untuk terus melakukan stimulus supaya anakdapat
berkembang dengan optimal sesuai dengan usia anak.

Gambar. 1 Anak melakukan kegiatan melompat

2. Aspek perkembangan kognitif
Istilah kognitif (cognitive) berasal dari kata cognition atau knowing berarti

konsep luas dan inklusi yang mengacu pada kegiatan mental yang tampak dalam
pemerolehan, organisasi/penataan dan penggunaan pengetahuan.12 Dalam arti

7

yang luas, kognitif merupakan ranah kejiwaan yang berpusat di otak dan
berhubungan dengan konasi (kehendak), afeksi (perasaan). Menurut Rahman
Ulfiani (2009: 46) mengatakan Sementara jika mengacu pada teori yang
dikemukakan Peaget, seorang pakar psikologi kognitif dan psikologi anak, dapat
disimpulkan 4 tahap perkembangan kognitif , yaitu:
• Tahap sensori motor, terjadi pada usia 0-2 tahun • Tahap pra operasional, terjadi

pada usia 2-7 tahun
• Tahap konkrit operasional, terjadi pada usia 7-11 tahun
• Tahap formal operasional, terjadi pada usia 11-15 tahun.

Namun, untuk kategori anak usia dini, maka tahapan perkembangan
yang paling bisa dilihat adalah tahap 1 dan 2.

Gambar 2. Anak Menyusun lego

Perkembangan kognitif pada setiap tahapan usia berbeda-beda
tingkatannya. Pada usia 0-2 tahun perkembangan kognitif anak masih dalam
kemampuan koordinasi mata dengan jari-jari tangan dan manipulasi. Anak
berusaha untuk meraih dan memegang benda dengan satu atau kedua
tangannya, lalu menggunakan indera penglihatannya untuk melihat benda yang
dipegang tersebut. Pada usia 2-7 tahun anak sudah mulai mampu berpikir
tentang benda, orang, dan peristiwa yang terjadi secara konkrit (nyata) dialami
dan dilihat berdasarkan sudut pandangnya sendiri. Pada usia tersebut rasa ingin
tahu anak terhadap suatu benda atau suatu peristiwa berkembang dengan pesat,
karena dari rasa ingin tahu tersebut anak akan membangun skematanya dan
memperoleh pengetahuan baru (Khaironi Mulianah 2018:7).
3. Aspek Perkembangan Social Emosional

8

Perkembangan sosial merupakan peningkatan kemampuan individu dalam
berinteraksi dengan orang lain, sedangkan perkembangan emosional adalah
kemampuan individu untuk mengelola dan mengekspresikan perasaannya dalam
bentuk ekspresi tindakan yang dinampakkan melalui mimik wajah maupun aktivitas
lainnya (verbal atau non verbal) sehingga orang lain dapat mengetahui dan bahkan
memahami kondisi atau keadaan yang sedang dialaminya. Hal tersebut
menyebabkan perkembangan sosial emosional tidak dapat dipisahkan satu sama
lain, karena sama-sama berhubungan dengan interaksi antara individu dengan
individu maupun individu dengan society. Gairah emosional yang ada pada
individu juga merupakan hasil dari interaksi yang dilakukan Perkembangan sosial
emosional yang dimiliki oleh individu dewasa adalah berawal dari perkembangan
sosial emosional sejak usia dini, dan seiring dengan tahapan perkembangannya,
maka perkembangan sosial emosional individu menjadi lebih komplek.

Gambar 3. Kegiatan meronce ini bisa melatih social-emosional

Perkembangan social-emosional menjadi penting bagi anak karna karna Ketika
anak berinterkasi dengan teman sebaya anak sudah bisa mengendalikan
emosionalnya dalam menghadapi situasi yang diluar kendali anak. Semisal anak
tidak lagi takut untuk terlibat dengan teman sebaya ketika bermain Bersama. Hal
ini lah yang menjadi acuan bagi orangtua untuk selalu memberikan stimulus bagi
anak dalam seluruh aspek perkembangan anak bukan hanya dalam aspek
perkembangan social-emosional saja tetapi seluruh aspek lainnya. Jika anak tidak
mampu mengola emosinya mengakibatkan anak kesulitan dalam menjalin
hubungan dengan orang lain sampai anak dewasa kelak. Keberhsilan individu di
masa depan juga sebagian besar dipengaruhi oleh kemampuan dalam mengelola

9

emosi. Melalui emosi yang kita ekspresikan kita dapat berempati dan berusaha
memahami orang lain, sehingga orang lain pun akan berbuat yang sama juga
terhadap diri kita. Ekpresi emosi, empati, menolong, menjalin hubungan dengan
teman sebaya juga merupakan bagian dari social-emosional pada anak sehingga
kemampuan inilah yang diharapkan anak mampu berkembang dengan baik dalam
mengelola gejolak emosi yang dimilikinya.
4. Aspek Perkembangan Nilai Agama Dan Moral

Pada usia taman kanak-kanak anak telah memiliki pola moral yang harus dilihat
dan dipelajari dalam rangka pengembangan moralitasnya. Orientasi moral
diidentifikasikan dengan moral position atau ketetapan hati, yaitu sesuatu yang
dimiliki seseorang terhadap suatu nilai moral yang didasari oleh:, cognitive
motiuation aspects dan afectiue motiuation aspects. Menurut John Dewey, tahapan
perkembangan moral seseorang akan melewati tiga fase, yaitu premoral,
conuentional, dan autonomous. Anak Taman Kanak-kanak secara teori berada pada
fase pertama dan kedua. Oleh sebab itu, guru diharapkan rnemperhatikan kedua
karakteristik tahapan perkembangan moral tersebut. Adapun menurut Piaget,
seorang maausia dalam perkembangan moralnya melalui tahapan heteronomous
dan autonomous. Seorang guru taman kanak-kanak harus memperhatikan tahapan
heteronomous karena pada tahapan ini anat masih sangat labil, mudah terbawa arus,
dan mudah terpengaruh. Mereka sangat membutuhkan bimbingan, proses latihan,
serta pembiasaan yang terus-menerus.

Gambar 4. Anak Menyusun puzzle hijaiyah

Moralitas anak taman kanak-kanak dan perkembangannya dalam tatanan
kehidupan dunia mereka dapat dilihat dari sikap dan cara berhubungan dengan
orang lain (sosialisasi), cara berpakaian dan berpenampilan, serta sikap dan
kebiasaan makan. Demikian pula, sikap dan perilaku anak dapat memperlancar

10

hubungannya dengan orang lain. Penanaman moral kepada anak usia taman kanak-
kanak dapat dilakukan dengan berbagai cara dan lebih disarankan untuk
menggunakan pendekatan yang bersifat individual, persuasil demokratis,
keteladanan, informal, dan agamais. Beberapa program yang dapat diterapkan di
taman kanak-kanak dalam rangka menanamkan dan mengembangkan perilaku
moral anak di antaranya dengan bercerita, bermain peran, bernyanyi, mengucapkan
sajak, dan program pembiasaan lainnya. Ruang lingkup tahapan/pola
perkembangan moral anak di antaranya tahapan kejiwaan malusia dalam
menginternalisasikan nilai moral kepada dirinya sendiri, mempersonalisasikan dan
mengembangkannya dalam pembentukan pribadi yang mempunyai prinsip, serta
dalam mematuhi, melaksanakan/menennrkan pilihan, menyikapi/menilai, atau
melakukan tindakan nilai moral.

Menurut Piaget, anak berpikir tentang moralitas dalam dua cara tahap, yaitu
cara heteronomora (usia 4-7 tahun ), di mana anak menganggap keadilan dan aturan
sebagai sifat-sifat dunia (lingkungan) yang tidak berubah dan lepas dari kendali
manusia dan cara autonomous (usia l0 tahun ke atas) di mana anak sudah menyadari
bahwa aturanaturan dan hukum itu diciptakan oleh manusia. Menurut Kohlberg,
perkembangan moral anak usia prasekolah berada pada level/tingkatan yang paiing
dasar, yairu penalaran moral prakonvensional. Pada tingkatan ini anak belum
menunjukkan internalisasi nilai-nilai moral. Pertimbangan moralnya didasarkan
pada akibat-akibat yang bersifat fisik dan hedonistik. Ada empat area
perkembangan yang perlu ditingka&an dalam kegiatan pengembangan atau
pendidikan usia prasekolah, yaitu perkembangan fisik, sosial emosional, kognitif,
dan Bahasa.
5. Aspek Perkembangan Bahasa

Bahasa adalah alat atau sarana untuk berkomunikasi antara individu yang satu
dengan individu lain secara pribadi maupun di dalam komunitas. Mengingat
pentingnya peranan bahasa bagi kehidupan manusia, sehingga kemampuan bahasa
yang dimiliki individu harus dikembangkan sejak usia dini. Kemampuan bahasa
yang dimiliki oleh individu akan terus berkembang sesuai tahapan usianya, dan
dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang mendukung dan menghambat
perkembangan bahasa tersebut. Pada anak usia dini, perkembangan bahasa mulai
terlihat pada usia 1 tahun, dimana anak sudah mulai berceloteh (maknanya belum
jelas). Seiring dengan pertambahan usia dan stimulasi yang diberikan, maka

11

kemampuan berbahasa anak akan meningkat, karena kosa kata yang dimiliki terus
bertambah. Perkembangan bahasa memiliki bagian-bagian atau aspek yang harus
diperhatikan, yaitu mendengar, berbicara, menulis, dan membaca. Kemampuan
mendengar sudah distimulasi sejak dalam kandungan melalui usaha untuk
memperdengarkan kata atau kalimat-kalimat yang baik untuk anak. Menurut
Khoironi Muliana (2018: 9) mengatakan Perkembangan second language anak usia
dini dipengaruhi oleh intensitas anak mendengarkan bahasa tersebut, kemauan anak
untuk mengenal second language melalui benda-benda yang disukainya, anak
interaktif dan responsive terhadap bahsa tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.

Gambar 5. Menyusun kartu abjad

6. Aspek Perkembangan Seni
Pada tahapan pencapaian perkembangan seni pada anak terdiri dari tiga bagian

yaitu anak mampu membedakan bunyi dan suara, tertarik dengan kegiatan musik,
gerakan orang, hewan maupun tumbuhan, dan Tertarik dengan kegiatan atau karya
seni. Untuk tingkat pencapaian mampu membedakan bunyi dan suara, terdapat dua
indikator yaitu: (1) mengenali berbagai macam suara dari kendaraan; (2) meminta
untuk didengarkan lagu favorit secara berulang. Pada tingkat pencapaian tertarik
dengan kegiatan musik, gerakan orang, hewan maupun tumbuhan terdapat lima
indikator pencapaian, yaitu: (1) mendengarkan atau menyanyikan lagu; (2)
menggerakkan tubuh sesuai irama; (3) bertepuk tangan sesuai irama musik; (4)
meniru aktivitas orang, baik secara langsung maupun melalui media, misal cara
minum/cara bicara/perilaku seperti ibu; (5) bertepuk tangan dengan pola yang
berirama, misalnya bertepuk tangan sambil mengikuti irama/nyanyian. Serta pada
tingkat pencapaian tertarik dengan kegiatan atau karya seni, terdapat tiga indikator
pencapaian yaitu: (1) menggambar dengan menggunakan beragam media seperti

12

cat air, spidol, serta dengan cara seperti finger painting, cat air dll; (2) membentuk
sesuatu dengan plastisin; (3) mengamati dan membedakan benda di sekitarnya yang
di luar rumah.

Gambar 6. Finger painting (melukis dengan tangan)

Strategi atau cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kreativitas pada
anak yaitu dengam membiarkan anak untuk bereksplorasi, tidak membatasi anak,
menyediakan sarana dalam hal ini permainan yang dapat mengembangkan
kemampuan seni anak. Terdapat tujuh strategi pengembangan pada anak usia dini,
yaitu (1) Pengembangan kreativitas melalui menciptakan produk melalui hasil
karya; (2) Pengembangan Kreativitas melalui Imajinasi; (3) Pengembangan
Kreativitas melalui Eksplorasi; (4) Pengembangan Kreativitas melalui Eksperimen;
(5) Pengembangan Kreativitas melalui Proyek; (6) Pengembangan Kreativitas
melalui Musik; (7) Pengembangan Kreativitas melalui Bahasa (Rachmawati Yeni
& Kurniati Euis, 2011). Perkembangan aspek seni pada anak sangat erat kaitanya
dengan kreativitas pada anak, perkembangan seni pada anak bukan tentang
bagaimana anak mampu melakukan semua hal-hal yang berkaitan dengan seni,
tetapi agar bagaimana kreativitas pada anak dapat berkembang sejak dini.
Pentingnya mengembangkan seni pada anak didasarkan pada agar bagaimana anak
mampu mengintegrasikan keterampilan seni yang ada pada dirinya, membantu anak
mengekspresikan dirinya melalui imajinasinya, mengembangkan potensi diri yang
dimiliki anak, mengembangkan bakat yang dimilinya, seperti bernyanyi, menari,
menggambar dan sebagainya.

C. Tugas/ Latihan

13

Diskusikanlah kedalam kelompok yang berjumlah 3-5 orang, untuk
mendiskusikan tentang aspek perkembangan anak.
D. Evaluasi
1. Uraikan pendapat anda tentang aspek prekembangan anak usia dini?

E. DAFTAR PUSTAKA
Khaironi Mulianah. 2018. Perkembangan Anak Usia Dini. Jurnal Golden Age
Hamzanwadi University Vol. 3 No. 1, Juni , Hal. 1-12 E-ISSN : 2549-7367
Patiung Dahlia, Ismawati, Herawati & Ramadani Suci. 2019. Deteksi Dini Pencapaian
Perkembangan Anak Usia 3-4 Tahun Berdasarkan Standar Nasional
Pendidikan Anak Usia Dini. Indonesian Journal Of Early Childhood Education
Volume 2, Nomor 1, Juni
Rachmawati, Yeni Dan Kurniati Euis. (2010). Strategi Pengembangan Kreativitas Pada
Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta. Kencana
Rahman Ulfiani. 2009. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini. Lentera
Pendidikan, Vol. 12 No. 1 Juni : 46-57
Santrock. John. W. 2007. Perkembangan Anak:Edisi keSebelas Jilid 1. Jakarta:
Erlangga
Santrock.John. W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup:Edisi
Ketigabelas jidlid 1 Jakarta: Erlangga
Suryana Dadan. 2018. Pendidikan anak usia dini (Stimulasi dan Aspek pekembangan
anak). Jakarta: Prenadamedia Grup.

14

Materi pertemuan-3

A. Tujuan Materi Perkuliahan
Mahasiswa mampu menjelaskan syarat dan prinsip penyelenggaraan KB serta

model tematik
B. Materi Perkuliahan

1. Syarat Pendirian
Persyaratan pendirian KB terdiri atas persyaratan administratif dan persyaratan

teknis yang mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Repuplik Indonesia No. 84 tahun 2014 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Anak
Usia Dini. Persyaratan administratif pendirian KB terdiri atas:
a. Fotokopi identitas pendiri
b. Surat keterangan domisili dari kepala desa/lurah.
c. Susunan pengurus dan rincian tugas.
2. Persyaratan teknis pendirian KB terdiri atas

a. Hasil penilaian kelayakan, meliputi:
1) Dokumen hak milik, sewa atau pinjam pakai atas tanah dan bangunan
yang akan digunakan untuk penyelenggaraan KB yang sah atas nama
pendiri
2) Dalam hal pendiri adalah badan hukum, wajib melampirkan fotokopi
akta notaris dan surat penetapan badan hukum dalam bentuk yayasan,
perkumpulan, atau badan lain sejenis dari kementerian bidang hukum
atas nama pendiri atau induk organisasi pendiri disertai surat keputusan
yang menunjukkan adanya hubungan dengan organisasi induk.
3) Data mengenai perkiraan pembiayaan untuk kelangsungan KB paling
sedikit untuk 1 (satu) tahun pembelajaran.

b. Dokumen rencana pencapaian standar penyelenggaraan KB paling lama
lima tahun, yang sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Repuplik Indonesia No. 137 tahun 2014 tentang Standar
Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.

Prinsip Penyelenggaraan Kelompok Bermain

15

Penyelenggaraan Kelompok Bermain haruslah mengacu pada prinsip-prinsip sebagai
berikut :
1. Ketersediaan Layanan Diarahkan untuk menampung anak-anak usia Kelompok

bermain yang belum terjangkau oleh satuan layanan PAUD
2. Transisional Diarahkan untuk mendukung keberhasilan stimulasi pada pendidikan

anak usia dini untuk menyiapkan anak masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya.
3. Kerjasama Mengutamakan komunikasi dan kerjasama dengan berbagai

instansi/lembaga terkait, masyarakat, dan perseorangan, agar terjalin hubungan
yang saling mendukung dan terjaminnya dukungan pembelajaran pada masa transisi
antara KB, TK dan SD kelas awal.
4. Kekeluargaan Dikembangkan dengan semangat kekeluargaan dan menumbuh
kembangkan sikap saling asah, asih, dan asuh.
5. Keberlanjutan Diselenggarakan secara berkelanjutan dengan memberdayakan
berbagai potensi dan dukungan nyata dari berbagai pihak yang terkait.
6. Pembinaan Berjenjang Dilakukan untuk menjamin keberadaan dan pengelolaan
secara optimal oleh penilik/pengawas PAUD, Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota,
Dinas Pendidikan Provinsi, dan Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini Dirjen
Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal.

Komponen Penyelenggaraan
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) PAUD

a. Pengertian
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) PAUD adalah kurikulum
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di satuan Pedidikan Anak Usia
Dini yang sesuai dengan kondisi daerah satuan PAUD, dan kebutuhan anak.

b. Dokumen KTSP
Dokumen KTSP PAUD terdiri dari:
1) Dokumen I berisi sekurang-kurangnya visi, misi, tujuan satuan
pendidikan, muatan pembelajaran, pengaturan beban belajar, dan
kalender pendidikan. Uraian setiap komponen pada dokumen I adalah
sebagai berikut:
a) Visi Satuan PAUD
Visi merupakan cita-cita jangka panjang yang ingin diwujudkan
atau diraih oleh Satuan PAUD. Berisi gagasan besar yang ingin

16

dicapai oleh satuan PAUD Visi perlu disusun oleh satuan PAUD
untuk:

• menjadi arah yang ingin dicapai oleh satuan
• membangun kesamaan pemahaman pada semua

pelaksanaan (pendidik dan tenaga kependidikan) yang
ada di satuan PAUD sebagai cita-cita bersama yang ingin
diwujudkan.
• membangun motivasi pendidik, tenaga kependidikan,
dan orang tua untuk meraih cita-cita bersama.
b) Misi Satuan PAUD
Misi adalah upaya umum yang ditempuh oleh satuan pendidikan
PAUD dalam rangka mewujudkan visi satuan pendidikan yang
telah dirumuskan. Misi menjelaskan mengapa organisasi itu ada,
apa yang dilakukan, dan bagaimana melakukannya.
Pentingnya Misi bagi satuan PAUD:
• Menjadi acuan dalam penyusunan program kerja satuan
PAUD.
• Menjadi acuan dalam pengembangan satuan PAUD yang
akan dating
• Menggambarkan kekhasan atau keunggulan layanan di
satuan PAUD
Cara menyusun misi:
• Menjabarkan indikator dari setiap nilai atau cita-cita yang
ada dalam visi.
• Menetapkan fasilitasi yang harus dilakukan satuan PAUD
untuk mendukung indikator yang ada dalam visi.
• Menjabarkan strategi yang akan diambil satuan PAUD
untuk mencapai visi
c) Tujuan Satuan PAUD
Tujuan berisi rumusan hasil keluaran/output yang dicapai pada
waktu tertentu. Visi dirumuskan untuk pencapaian jangka waktu
panjang, sedangkan tujuan dirumuskan untuk pencapaian jangka

17

waktu pendek atau biasanya dikaitkan dengan lulusan yang
diharapkan
d) Muatan Pembelajaran Muatan
Pembelajaraan berisi kumpulan materi yang akan dikenalkan
pada anak untuk mendukung pencapaian kompetensi dasar dan
kompetensi inti pada setiap anak. Muatan pembelajaran
ditetapkan oleh satuan PAUD dengan memperhatikan: (1)
Tahapan Perkembangan Anak (2) Visi, Misi, dan Tujuan
Lembaga (3) Kearifan local (4) Keunggulan lembaga.

C. Tugas/ Latihan
Diskusikanlah kedalam kelompok yang berjumlah 3-5 orang, untuk

mendiskusikan tentang syarat dan prinsip penyelenggaraan kelompok bermain.
D. Evaluasi
1. Uraikan pendapat anda, tentang apa saja syarat berdirinya kelompok bermain?
2. Uraikan pendapat anda, prinsip penyelenggaran kelompok bermain jika anda memiliki

sebuah sekolah kelompok bermain?
3. Apa saja komponen penyelenggaran untuk mendirikan kelompok bermain?

E. DAFTAR PUSTAKA
Suryana Dadan. 2018. Pendidikan Anak Usia Dini (Stimulasi Dan Aspek
Pekembangan Anak). Jakarta: Prenadamedia Grup.
Jukni Penyelenggaraan Kelompok Bermain. 2015. Direktorat Pembinaan Pendidikan
Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Dan
Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.

18

Materi pertemuan-4

A. Tujuan Materi Perkuliahan

Mahasiswa Mampu membuat perencanaan program pembelajaran KB

B. Materi Perkuliahan
Pembelajaran di taman kanak-kanak harus di kelola dengan baik,karena

pembelajaran akan di sampaikan kepada anak.Pengelolaan pembelajaran di taman
kanak-kanak perlu perencanaan,pelaksanaan dan asesmen.
1. Perencanaan

Semua kegiatan di awali dengan perencanaan di mana seorang guru bertanya,
hal apa saja yang saya ingin anak ketahui, pahami, menghargai dan melakukannya?
Jawaban atas pertanyaan ini adalah tujuan guru dan langkah pertama dalam tahap
perencanaan adalah membuat beberapa jenis tujuan.Tujuan ini mungkin saja
sederhana namun membuat beberapa jenis tujuan merupakan prioritas utama dalam
pengajaran. Perencanaan memiliki berbagai pengertian menurut para ahli,
diantaranya: perencanaan pembelajaran adalah memproyeksikan tindakan apa yang
akan di laksanakan dalam suatu pembelajaran (PBM), dengan mengkoordinasikan
(mengatur dan menetapkan) komponen-komponen pengajaran, sehingga arah
kegiatan (tujuan), isi kegiatan (materi), cara pencapaian kegiatan (metode dan
teknik), serta bagaimana mengukurnya (evaluasi) menjadi jelas dan sistematis
(Nama Sujana 1988). Jadi, perencanaan pembelajaran adalah setiap rencanayang
dibuat oleh guru untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan proses belajar mengajar,
dengan membuat pengaturan yang cermat dalam setiap aktivitasnya melalui
pembuatan tujuan pembelajaran yang ingin di capai, bagaimana isi kegiatan
(materi) supaya anak di taman kanak-kanak memahami kegiatan yang
dilaksanakannya dan mampu mengembangkan kemampuan anak, metode apa yang
akan di gunakan dalam mencapai tujuan tersebut dan melakukan evaluasi sebagai

19

cara untuk mengetahaui sejauh mana ketercapaian materi tang diterapkan kepada
anak, jika ada yang kurang di perbaiki dan jika sudah baik perlu di kembangkan.

a. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pemebelajaran merupakan komponen yang pertama dalam

perencanaan pembelajaran.Tujuan mengawali komponen yang
lainnya.Suatu perencanaan pembelajaran harus di mulai dengan tujuan yang
jelas.Tujuan pembelajaran dapat dijabarkan dari tujuan-tujuan di atasnya,
yaitu sumbernya tujuan pendidikan,tujuan lembaga.Untuk taman kanak-
kanak,tujuan pembelajaran disebutnya indicator atau kemampuan apa yang
ingin di capai.Karena kemampuan atau indicator ini di rumuskan oleh
guru,maka anda harus memahami bagaimana cara merumuskan indicator
atau indicator.Rumusan indicator harus menggunakan klata kerja
operasional, dapat diukur dan harus dapat diamati,contohnya
menyebutkaan,menunjukan,meronce,dan menghitung.
b. Isi (Materi Pembelajaran)

Materi atau bahan akan di ajarkan harus sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai. Kegiatan belajar yang diranang guru harus relavan dengan tujuan
atau kemampuanyang harus di capai anak setelahmenyelesaikan kegiatan
pembelajaran. Rancangan kegiatan belajar untuk anak taman kanak-kanak
harus sesuai dengan karakteristik kebutuhan anak,karakteristik belajar
anak,dan karakteristik perkembangan anak.. Dalam merancang kegiatan
belajar,kegiatan harus dirumuskan secara jelas dan perinci. Menurut Izzatil

Anisa Dkk (2022: 177) Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam

menetapkan kegiatan belajar mengajarb dapat di cermati sebagai berikut:
1) Kegiatan harus berorientasi pada tujuan atau untuk pendidikan anak usia

dini harus berorientasi pada kemampuan anak.
2) Kemampuan yang harus di capai anak adalah,melalui praktiklangsung

bermain music anak dapat berekspresi dan berkreasi secara bebas dan
terarah.Kegiatan yang akan dil;akukan adalah anak bermain
musikdengan alat sederhana.
3) Kegiatan pembelajaran harus berorientasipada perkembangan. Seperti
telah dijelaskanterdahulu dipendidikan anak usia dini bukan hanya

20

belajar,tetapi bagaimana anak berkembang dan belajar. Ketika anak
belajar,aspek perkembangannya harus pula berkembang secara optimal.
4) Kegiatan pembelajaran harus berorientasi padakegiatan yang integrated
yang berpusat pada tema.
5) Kegiatan pembelajaran harus berorientasi bermain,sesuai dengan
prinsip pembelajaran di tamankanak-kanakbermain seraya belajar dan
bermain seraya melakukan. Bermain merupakan wahana belajar bagi
anak, hal ini dapat dipertimbangkan dalam menetapkan kegiatan
bermain. Karena bermain untuk anaksangat bervariasi seperti bermain
bebas,bermain kreatif,bermain soliter,bermain dalam kelompok,
bermain diluar ruamgan (outdoor playing), bermain dalam ruangan (in
door playing).
6) Kegiatan pembelajaran menggambarkan pembelajaran yang berpusat
pada anak karena dalam belajar sebenarnya anak membangun
pengetahuannya sendiri melalui interaksi langsung dengan objek-objek
nyata atau melalui pengalaman langsung (on hans experience).
7) Kegiatan pembelajaran harus menggambarkan kegiatan yang
menyenangkan. Karena kegiatan belajar bagi anak PAUD adalah belajar
yang menyenangkan.
8) Walaupun penetapan kegiatan berorientasi pada anak,kegiatan harus
memungkinkan bagaimana guru dapatmembantu anak belajar.
c. Media dan Sumber Belajar
Media dan sumber belajar merupakan faktor yang harus di
pertimbangkan dalam merencanakan pembelajaran. Media dan sumber
belajar yang dipilih harus sesuai dengan kegiatan dan dapat memberikan
pengalaman yang cocok bagi anak. Guru juga harus memutuskan bagaimana
media dan sumber belajar tersebut disediakan dan bagaimana kegiatan
media dan sumber belajar tersebut disediakan dan bagaimana kegiatan
diorganisasikan. Apakah anak dapat menggunakan media dan sumber
belajar tersebut secara individual, kelompok, atau klasikal. Apakah sumber
belajar tersebut berupa objek-objek langsung atau benda-benda pengganti.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah sejauh mana sumber-sumber
belajar dapat member dukungan terhadap proses belajar anak. Pemilihan
media dan sumber belajar harus tetap mempertimbangkan karakteristik

21

perkembangan dan karakteristik belajar anak. Untuk kelas-kelas yang
berpusat pada anak media sudah ditata dalam setiap area.

Gambar 7. Macam-macam media belajar anak

d. Jenis-jenis Perencanaan
Perencanaan kegiatan di taman kanak-kanak terdiri dari :
1. Perencanaan tahunan dan semester.
Dalam perencanaan tahunan sudah ditetapkan dan disusun
kemampuan,keterampilan dan pembiasaan-pembiasaan yang
diharapkan tercapai untuk satu tahun.Selain itu juga,memuat tema-tema
yang telah disesuaikan dengan aspek-aspek perkembangan dan minat
anak.
2. Perencanaan semester.
Program semester adalah program tahunan yang dibagi menjadi dua
semester.
3. Rencana program pelaksanaan mingguan (perencanaan mingguan)
Rencana program pelaksanaan mingguan berisi kegiatan-kegiatan
dalam rangka mencapai kemampuan-kemampuan yang telah
direncanakan untuk satu minggu sesuai dengan teman minggu itu.
4. Rencana program pelaksanaan harian (perencanaan harian)
Rencana program pelaksanaan harian atau perencanaan harian
merupakan perancanaan pembelajaran untuk setiap hari yang dibuat
oleh guru,dijabarkan dari Rencana Program Pelaksanaan Mingguan
(RPPM).Satuan kegiatan harian,merupakan acuan bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran.

2. Pelaksanaan

22

Setelah memiliki tujuan yang telah ditetapkan dan media pembelajaran yang
tepat,guru kemudian dapat mengimplementasikan strategi tersebut.Implementasi
adalah dengan melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan ditaman kanak-kanak, dari
mulai kegiatan awal, isi pembelajaran sampai penutup. Keberhasialan tahap
implementasi sangat bergantung pada tujuan-tujuan yang jelas. Menariknya banyak
guru melakukan aktivitas dengan sedikit memikirkan tujuan yang sedang mereka
coba unutuk raih. Penelitian menunjukan bahwa meskipun perencanaan dan
pelaksanaan program-program berorientasi pada tujuan sering kali tidak
dilaksanakan dengan sistematis,tindakan-tindakan demikian dapat menuntun pada
hasil-hasil pembelajaran yang positif. Pertanyaan utama yang harus diajukanAnda
sebagai guru dalam aktivitas-aktivitas pelaksanaan (implementing) adalah,
bagaimana saya akan membantu anak meraih tujuan? Jawaban atas pertanyaan ini
akan menjadi prosedur atau strategi, pengajaran yang akan digunakan. Memilih
metode yang paling sesuai sangat tergantung pada tujuan,latar belakang dan
kebutuhan anak,materi-materi yang tersedia,dan kepribadian,kekuatan dan gaya
Anda sebagai guru.Selain mempertimbangkan strategi pengajaran untuk menncapai
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya,guru juga harus mengatur dan mengelola
ruang kelas sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar. Manajemen
dapat menjangkau mulai dari sesuatu yang sederhana,seperti peringatan verbal
pada anak untuk memperhatikan, hingga sesuatu yang rumit, seperti penciptaan
seperangkat aturan dan prosedur yang kompleks untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran yang produktif.
3. Penilaian

Penilaian adalah suatu proses memilih,mengumpulkan dan menafsirkan
informasi untuk membuat keputusan. Dalam perencanaan pembelajaran penilaian
dimaksudkan untuk mengukur apakah tujuan atau kemampuan yang sudah
ditetapkan dapat tercapai. Suryana Dadan (2018: 169) Secara lebih luas penilaian
anak usia dini sebagai berikut:
a. Merencanakan pembelajaran individual dan kelompok,dan untuk

berkomunikasi dengan orang tua.
b. Mengidentifikasi anak yang memerlukan bantuan atau layanan khusus.
c. Mengevaluasi apakah program pendidikan anak taman kanak-kanak sudah

tercapai atau belum pelaksanaan penilaian di TK memiliki kaitan erat dengan
belajar dan mengajar.Penilian tidak semata-mata difokuskan pada hasil belajar

23

anak,tetapi yang turut dinilai adalah aspek-aspek perkembangan anak.Karena
itu sangat penting bagi guru untuk mengetahui dan memahami jenis evaluasi

yang tepat bagi anak. Menurut Izzatil Anisa Dkk (2022: 175) ada beberapa

prinsip pelaksanaan penilaian pendidikan anak usia dini,yaitu:
1) Penilaian harus di kaitkan dengan kurikulum.
2) Hasil penilaian harus di manfaatkan untuk kepentingan anak.
3) Penilaian harus mencakup seluruh aspek perkembangan anak (moral

agama,fisik,sosial,emosional,seni,kognitif dan bahasa).
4) Penilaian melibatkan observasi yang teratur dan periodik dari anak dalam

berbagai keadaan yang menggambarkan tingkah laku anak setiap anak.
5) Penilaian didasarkan pada prosedur yang menggambarkan kegiatan anak

secara khusus.
6) Penilaian menggunakan suatu alat dan prosedur yang tersusun seperti

koleksi pekerjaan anak,catatn observasi yang sistematis wawancara dan
rangkuman kegiatan secara individual maupun kelompok.
7) Penilaian harus mengakui perbedaan individual baik kemampuam mauoun
tipe belajarnya.
8) Penilaian harus mendukung mendukung hubungan antara orang tua dan
anak dan tidak merusak kepercayaan orangtua.
9) Penilaian adalah satu komponen yang pokok dari tugas guru.Dan guru
adalah penilaian utama.
10) Penilaian menunjukan keunggulan dan kemampuan anak.
11) Penilaian adalah suatu komponen kolaboratif yang ,melibatkan anak dan
guru.
12) Penilain mendorong anak untuk berpartisipasi dalam menolong dirinya.
13) Informasi tentang setiap perkembangan dan belajar anak dikumpulkan dan
di catat secara sistematis untuk merancanakan pembelajaran serta untuk di
informasikan kepada orang tua.
14) Ada proses yang teratur untuk informasi yang dibagikan antara guru,orang
tua tentang pertumbuhandan perkembangan anak yang dapat
memberikaninformasi deskriptif yang bermakna.
15) Penilaian terhadap anak usia dini tersebut harus dialami dan wajar.Anda
sebagai guru harus memahami betul tentang prinsip-prinsip penilaian,

24

Setelah Anda mencermati uraian tentang perencanaan
pembelajaran,maka Anda sebagai gurun harus mampu membuat
perencanaan pembelajaran yang sistematis sehingga antara akan dapat
mencapai tujuan pembelajaran di taman kanak-kanak dan anak
mendapatkan pembelajaran yang bermakna. Rencana pembelajaran adalah
suatu rancangan tertulis mengenai kegiatan main anak yang dilakukan
secara rutin yang menjelaskan tentang struktur kegiatan dan aktivitas
bermain. Karena rencana pembelajaran merupakan rencana kegiatan yang
dikenal dan disukai oleh anak, pendidik PAUD harus menyusun rencana
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak.Anak
usia dini belajar dengan baik apabila :
a) Sesuai dengan tahap perkembangan anak
b) Sesuai dengan kebutuhan khusus setiap anak
c) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan semua potensi jamak

yang dimilikinya
d) Diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya melalui interaksi

dengan alat main, teman dan orang dewasa secara berulang-ulang
e) Anak merasa aman dan nyaman secara psikologinya
f) Dilakukan dengan cara yang menarik, menyenangkan, dan bermain
g) Dikenalkan sejak dini dengan kepatuhan menurut konteks agama, social

dan budaya.
Perencanaan program belajar anak usia dini harus menyeluruh

(mencakup semua aspek perkembangan), seimbang (antara aspek satu
dengan lainnya), dan sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Perencanaan program belajar harus :

• Direncanakan dengan baik sehingga mendukung lingkungan
belajar anak

• Memuat tujuan realistic berdasarkan pada minat dan kebutuhan
anak

• Membangun pengalaman individu dan kelompok
• Bervariasi, mengenalkan ragam budaya dalam kegiatan yang

tepat

25

• Mendukung kegiatan main yang menyenangkan, menantang,
dan menyatu dengan kehidupan sehari-hari

• Mendukung keterlibatan orang tua
• Mengembangkan wawasan anak tentang diri, lingkungan sekitar

dan dunia sekeliling anak.
• Penyusunan rencana belajar program pendidikan anak usia dini

dilakukan dalam beberapa langkah :
• Menentukan aspek dan indicator perkembangan
• Menentukan tema/topic
• Menentukan materi
• Menentukan kegiatan
• Menentukan alat dan bahan
• Menentukan pencatatan

C. Tugas/ Latihan
Diskusikanlah kedalam kelompok yang berjumlah 3-5 orang, untuk

mendiskusikan tentang perencanaan, pelaksanaan dan penilaian dalam program
kelompok bermain.
D. Evaluasi

1. Uraikan pendapat anda, bagaimana penyusunan kurikulum perencanaan dalam
program pengembangan KB?

2. Uraikan pendapat anda, seperti apa pelaksanaan kegiatan dalam program KB?
3. Jelaskan pendapat anda, aspek apa saja yang dilihat dalam melakukan assessment

perkembangan anak di kelompok bermain?
E. DAFTAR PUSTAKA

Izzatil Anisa Dkk. 2022. Pengelolaan Pembelajaran Kelompok Bermain (KB). Jurnal
Multidisipliner Bharasumba (175-187)

Rahman Ulfiani. 2009. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini. Lentera
Pendidikan, Vol. 12 No. 1 Juni : 46-57

Robinson, Maria. (2008). Child Development From Birth To Eight A Journey Through
The Early Years. 6-10 Kirby Street: The Mcgrowhill Companies.

Suryana Dadan. 2018. Pendidikan Anak Usia Dini (Stimulasi Dan Aspek
Pekembangan Anak). Jakarta: Prenadamedia Grup.

26

Materi pertemuan-5-6

A. Tujuan Materi Perkuliahan
Mahasiswa Mampu menguasai model dan proses pembelajaran Kelompok

Bermain
B. Materi Perkuliahan

Keberhasilan lembaga PAUD dalam melaksanakan pembelajaran yang
menyenangkan dan beorientasi pada kegiatan bermain tergantung pada sejauh mana
lembaga tersebut mampu merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
efektif, sehingga diperlukan pengelolaan pembelajaran yang dikenal dengan istilah
model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru, yang
merupakan bungkus atau bingkai penerapan suatu pendekatan, metode dan teknik
pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran di kelas akan disesuaikan sesuai dengan
model pembelajaran yang akan diterapkan, sehingga anak mampu menganalisa
pelajaran dan menjadi lebih paham melalui pengalaman belajarnya. Terdapat beberapa
bentuk model pembelajaran yang dapat diterapkan di lembaga PAUD. Semua model
memiliki karakteristik yang berbeda. Namun, semuanya memuat prinsip pembelajaran
PAUD yang sama. Di Indonesia, model pembelajaran yang banyak digunakan di
satuan PAUD ada empat macam, yaitu model pembelajaran kelompok, model
pembelajaran sudut, model pembelajaran area dan model pembelajaran sentra (BCCT).
1) Model pembelajaran kelompok

Model pembelajaran kelompok adalah strategi pembelajaran yang melibatkan
partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dengan
sistem pembelajaran kelompok akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan
lebih efektif dan siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya. Dalam
pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan
komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan
siswa dengan guru (Rusman, 2013: 203). Model pembelajaran kelompok merupakan
pola pembelajaran dimana anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok dan

27

masing-masing kelompok melakukan kegiatan yang berbeda-beda secara
bergantian. Ada beberapa pilihan dalam model kelompok (Yusuf, 2018: 16-18),
seperti sebagai berikut:

a. Model Kelompok dengan Karya Individual
Dalam model ini guru menyediakan kegiatan sejumlah kelompok anak.
Misalnya, anak dibagi kedalam 3 (tiga) kelompok, maka guru menyediakan
kegiatan untuk 3 (tiga) kelompok. Hasil karya yang diperoleh adalah hasil karya
individual. Jika terdapat anak yang menyelesaikan tugas lebih cepat dari teman
di kelompoknya, maka anak tersebut dapat meneruskan kegiatan di kelompok
lainnya selama masih tersedia tempat main. Namun apabila tidak tersedia tempat
main, maka anak tersebut dapat bermain di sudut kegiatan pengaman. Dalam
proses bermain anak dapat diberikan kartu bermain, yang berfungsi untuk
mempermudah guru dalam mengontrol kegiatan mana saja yang sudah dilakukan
dan yang belum dilakukan anak.

b. Model Kelompok dengan Karya Kelompok
Kegiatan bermain kelompok dapat dikembangkan pula menjadi kegiatan
bermain yang dilakukan secara kelompok dengan hasil kaya kelompok juga.
Misalnya, disediakan tiga meja yang masing-masing terdiri dari satu kegiatan
main kelompok dalam satu meja. Kegiatan main tersebut dilakukan besama-
sama dengan satu hasil karya. Pada varisi kegiatan bermain ini, anak-anak belajar
bekerja sama dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan satu tugas.

c. Model Kelompok dengan Karya Proyek
Kegiatan bermain kelompok dapat dilakukan dengan cara memberikan ide awal
pada anak untuk bekerja bersama. Misalnya, guru menyampaikan ide untuk
membuat sesuatu yang berhubungan dengan tema seperti membuat kue pisang.
Pada meja 1, anak-anak menyiapkan kebutuhan untuk membuat kue pisang
seperti, membersihkan daun, tepung terigu, gula, panci dll. Pada meja 2, anak-
anak melakukan pengelohan kue pisang seperti mencampur bahan-bahan yang
telah disiapkan pada meja 1. Meja 3, anak-anak membungkus adonan dengan
daun. Dalam kegiatan ini semua anak mempunyai peran yang sama dalam sebuah
karya besarnya. Langkah-langkah kegiatan model pembelajaran kelompok,
sebagai berikut:

28

1) Kegiatan Pendahuluan/ Awal (± 30 menit) Kegiatan pendahuluan
dilaksanakan secara klasikal, artinya kegiatan yang dilakukan oleh seluruh
anak dalam satu kelas, dalam satu satuan waktu dengan kegiatan yang sama,
dan sifatnya pemanasan, misalnya berdoa, presensi, bernyanyi sesuai tema,
bertepuk tangan, berdiskusi dan tanya jawab tentang tema dan sub tema atau
pengalaman yang dialami anak. Jika pada waktu diskusi terjadi kejenuhan
diharapkan guru membuat variasi kegiatan, misalnya dilanjutkan dengan
kegiatan fisik/motorik kasar atau permainan yang melatih pendengaran anak.

2) Kegiatan Inti (± 60 menit)
- Sifat dari kegiatan ini adalah kegiatan yang mengaktifkan perhatian,
kemampuan dan sosial emosi anak. Kegiatan terdiri dari bermacam-macam
kegiatan bermain yang dipilih dan disukai anak agar dapat bereksplorasi,
bereksperimen, meningkatkan konsentrasi, memunculkan inisiatif,
kemandirian dan kreativitasnya serta dapat membantu dan mengembangkan
kebiasaan bekerja yang baik.
- Pada kegiatan ini anak terbagi beberapa kegiatan kelompok, artinya dalam
satu satuan waktu tertentu terdapat beberapa kelompok anak melakukan
kegiatan yang berbeda-beda. Pengorganisasian anak saat kegiatan pada
umumnya dengan kegiatan kelompok, namun adakalanya diperlukan
menggunakan kegiatan klasikal maupun individual.
- Sebelum anak dibagi menjadi kelompok, guru menjelaskan kegiatan atau
hal-hal yang berkaitan dengan tugas masing-masing kelompok secara
klasikal. Pada kegiatan inti dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa
kelompok. Guru bersama anak dapat memberi nama masing-masing
kelompok. Anak diberi kebebasan untuk memilih kegiatan yang ada pada
kelompok yang diminatinya dan tempat yang disediakan. Semua anak
hendaknya secara bergantian mengikuti kegiatankegiatan yang
direncanakan oleh guru. Setelah anak dapat mengikuti secara teratur, maka
anak boleh memilih kegiatan sendiri dengan tertib.

29

Gambar 8. Anak Menyusun balok

- Anak-anak yang sudah menyelesaikan tugasnya lebih cepat dari pada
temannya dapat meneruskan kegiatan di kelompok lain. Jika tidak tersedia
tempat, anak tersebut dapat melakukan kegiatan di kegiatan pengaman.
Fungsi kegiatan pengaman adalah sebagai tempat kegiatan anak yang telah
menyelesaikan tugasnya lebih cepat sehingga tidak mengganggu teman lain.
Alat-alat yang disediakan pada kegiatan pengaman disesuaikan dengan tema
atau sub tema yang dibahas.
3) Istirahat/Makan (± 30 menit) Kegiatan ini kadang-kadang dapat digunakan
untuk mengisi indikator/kemampuan yang hendak dicapai yang berkaitan
dengan kegiatan makan, misalnya tata tertib makan, jenis makanan bergizi,
rasa sosial dan kerjasama. Setelah kegiatan makan selesai, waktu yang
tersedia dapat digunakan untuk bermain dengan alat permainan di luar kelas
yang bertujuan mengembangkan fisik/motorik anak.
4) Penutup (± 30 menit) Kegiatan yang dilaksanakan pada kegiatan penutup
bersifat menenangkan anak dan diberikan secara klasikal, misalnya
membaca cerita dari buku, pantomim, menyanyi, atau apresiasi musik dari
berbagai daerah. Kegiatan ini diakhiri dengan tanya jawab mengenai
kegiatan yang berlangsung, sehingga anak mengingat dan memaknai
kegiatan yang dilaksanakan dan kemudian dilanjutkan dengan pesan-pesan
dan doa pulang. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru
hendaknya mencatat segala hal yang terjadi baik terhadap program
kegiatannya maupun terhadap perkembangan peserta didik. Segala catatan
guru digunakan sebagai bahan masukan bagi keperluan penilaian (PAUD ).

2. Model Pembelajaran Sudut

30

Model pembelajaran sudut merupakan pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada anak didik untuk belajar dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Model ini bersumber pada teori pendidikan dan perkembangan Montessori. Model
pembelajaran ini menyediakan sudut-sudut kegiatan yang menjadi pusat kegiatan
pembelajaran berdasarkan pada minat anak. Alat-alat dan media yang disediakan
juga harus bervariasi mengingat minat anak yang beragam. Media dan alat-alat
tersebut juga harus sering diganti dan diperbaharui disesuaikan dengan tema dan
subtema yang dibahas. Pada model ini program pembelajaran difokuskan pada lima
hal, yakni: (1) Praktik kehidupan. (2) Pendidikan kesadaran sensori. (3) Seni
berbahasa. (4) Matematika dan bentuk geometris. (5) Budaya (Yusuf, 2018: 2).
Dalam menerapkan model sudut, ruangan pembelajaran ditata secara fungsional
bagi anak, yang memungkinkan anak bekerja, bergerak, dan berkembang secara
bebas. Kondisi ruangan dan peralatan disesuaikan dengan ukuran anak. Bahan dan
alat main diatur dalam rak-rak yang mudah dijangkau anak. Ruang kelas ditata
indah dan menarik bagi anak karena pada usia awal rasa estetika mulai berkembang.
Tersedia buku-buku yang dapat diambil anak kapan saja. Penerapan model ini
dibagi menjadi lima sudut (Yusuf, 2018: 3-6), seperti sebagai berikut:
a. Sudut Latihan Kehidupan Praktis (Practical Life Corner) Di sudut ini anak-anak

diberi kesempatan untuk meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa di
sekitar mereka setiap hari. Misalnya, mereka menyapu, mencuci, memindahkan
suatu barang dengan berbagai alat yang berbeda (sendok, sumpit dan lain-lain),
membersihkan kaca, membuka dan menutup kancing atau resleting, membuka
dan menutup botol/kotak/kunci, mengelap gelas yang sudah dicuci dan
sebagainya. Melalui berbagai aktivitas yang menarik ini, anak-anak diajarkan
untuk membantu diri mereka sendiri (self help), berkonsentrasi dan
mengembangkan kebiasaan bekerja dengan baik.

31

Gambar 9. Partical life corner

b. Sudut Sensorik
Sudut sensorik mengembangkan sensitivitas penginderaan anak, yakni
penglihatan, pendengaran, pembau, perabaan, dan pengecapan. Di sudut
sensorik kegiatan berfokus pada pengenalan benda seperti berbagai perbedaan
warna, merasakan berat ringan, berbagai bentuk dan ukuran, merasakan tekstur
halus dan kasar, tinggi-rendah suara, berbagai bebauan dari berbagai benda, dan
mengecap berbagai rasa dari benda yang dijumpai sehari-hari.

Gambar 10. Montessori Beads

c. Sudut Matematika (Pre Math and Perception Corner)
Di sudut ini matematika diperkenalkan kepada anak-anak melalui
konsepkonsep matematika yang jelas dan menarik mulai dari hal yang konkret
hingga abstrak. Anak-anak belajar memahami konsep dasar kuantitas/jumlah
dan hubungannya dengan lambang-lambang serta mempelajari angka-angka
yang lebih besar dan operasi matematika seperti penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian secara alami. Selain itu, di sudut ini anak dapat belajar
matematika melalui pengukuran, seperti mengukur jarak, mengukur literan, dan
mengukur besar kecil.

32

Gambar 11. Pre Math and Perception Corner

d. Sudut Bahasa (Language and Vocabulary Corner)
Di sudut ini anak-anak belajar mendengar dan menggunakan kosakata yang
tepat untuk seluruh kegiatan, mempelajari namanama susunan, bentuk
geometris, komposisi, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Selain itu, anakanak
mulai diperkenalkan tentang komposisi/susunan kata, kalimat, dan cerita.

e. Sudut Kebudayaan (Culture and Library Corner)
Di sudut ini anak-anak diperkenalkan mempelajari Geografi, Sejarah, iImu
tentang tumbuh-tumbuhan dan iImu pengetahuan yang sederhana. Anak-anak
belajar secara individual, kelompok, dan diskusi mengenai dunia sekitar mereka
pada saat ini dan masa lalu. Pengenalan akan tumbuhtumbuhan dan kehidupan
binatang seperti juga pengalaman sederhana untuk mengetahui lebih jauh
tentang ilmu pengetahuan alam. Selain itu, anak-anak pun diperkenalkan
tentang masakan khas daerah melalui kegiatan memasak. Sudut-sudut di atas
saling berkaitan dan dibuka secara bersamaan setiap harinya. Anak-anak
dibolehkan untuk memilih sudut mana yang paling diminatinya. Mereka dapat
berpindah ke sudut lainnya dengan tidak mewajibkan untuk menguasai sudut
sensorik dan kemampuan di sudut sebelumnya. Sudut latihan kehidupan praktis
merupakan fondasi yang mendasar bagi sudut yang lain. Artinya, anak usia yang
lebih muda lebih banyak bermain di dua sudut tersebut. Sepanjang hari di
sekolah diperkenalkan pula aktivitas-aktivitas yang memungkinkan anak-anak
menikmati dan mengembangkan keahlian dan kepekaan sosial mereka. Di
Indonesia ditambahkan dengan sudut ketuhanan untuk mengenalkan nilai-nilai
dan kegiatan praktis kegiatan agama. Berikut merupakan langkah-langkah
kegiatan model pembelajaran sudut.

Gambar 12. Culture and Library Corner

33

1) Kegiatan Awal (± 30 menit) Kegiatan yang dilaksanakan adalah bernyanyi,
berdoa, mengucap salam, membicarakan tema/sub tema, diskusi kegiatan
yang akan dilaksanakan, malakukan kegaitan fisik/ motorik.

2) Kegiatan Inti (± 60 menit) secara individual di sudut-sudut kegiatan -
Sebelum melakukan kegiatan inti, guru bersama anak membicarakan tugas-
tugas yang diprogramkan di sudut-sudut kegiatan. Setelah itu guru
menjelaskan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan di setiap sudut
kegiatan yang diprogramkan.
-Sudut yang dibuka setiap hari disesuaikan dengan indikator yang
dikembangkan dan sarana/alat pembelajaran yang ada. Kemudian anak
dibebaskan untuk memilih sudut kegiatan yang disukai sesuai dengan
minatnya. Anak dapat berpindah sudut kegiatan sesuai dengan minatnya
tanpa ditentukan oleh guru dan guru hanya memberi motivasi.

3) Istirahat/Makan (± 30 menit) Kegiatan makan bersama menanamkan
pembiasaan yang baik, misalnya mencuci tangan, berdoa sebelum dan
sesudah makan, berbagi bekal dengan teman, membereskan dan merapikan
alat-alat makan dan sebagainya. Setelah kegiatan makan selesai, waktu yang
tersedia dapat digunakan untuk bermain di dalam atau di luar kelas

4) Kegiatan Akhir (± 30 menit) Kegiatan akhir dilaksanakan secara klasikal,
misalnya dengan bercerita, bernyanyi, gotong royong memberikan kelas,
diskusi kegiatan sehari yang telah dilakukan, informasi kegiatan esok hari,
berdoa, dan mengucapkan salam. Penilaian yang dilakukan pada model
pembelajaran ini selama kegiatan pembelajaran berlangsung, guru mencatat
segala hal yang terjadi baik terhadap perkembangan peserta didik maupun
program kegiatannya sebagai dasar bagi keperluan penilaian.

3. Model Pembelajaran Area
Model ini dikembangkan oleh Highscope di Amerika Serikat dan dikenalkan di

Indonesia oleh Children Resources International. Model area memfasilitasi kegiatan
anak secara individu dan kelompok untuk pengembangan semua aspek (Yusuf,
2018: 6). Model pembelajaran area adalah model pembelajaran yang lebih
menyediakan kesempatan kepada anak untuk memilih kegiatan sendiri sesuai
dengan minatnya dan mengutamakan pengalaman belajar secara bermakna (Suyadi
& Dahlia, 2014: 71). Tujuan pembelajaran area adalah untuk memberi kesempatan
anak agar memperoleh berbagai pengalaman bermain dengan menggunakan

34

berbagai alat atau sumber belajar dari memberi bantuan bimbingan pada saat
diperlukan anak. Kegiatan pembelajaran pada anak yang berdasarkan minat atau
area, anak secara individual memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan
keinginannya (Kurotun, 2013: 70). Model pembelajaran ini menggunakan area-area
seperti sebagai berikut (Yusuf, 2018: 6-10):
a. Area Balok. Area balok memfasilitasi anak untuk mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan berpikir matematika, pola, bentuk geometris,
hubungan satu dengan yang lain, penambahan, pengurangan, pengalian, dan
pembagian melalui kegiatan membangun dengan balok. Saat anak
menggunakan balok, ia akan merasakan beratringan, panjangpendek, dengan
tanpa dipaksa anak mengenal bentuk dan konsep-konsep lainnya.
b. Area Drama. Victoria Brown dan Sara Pleydell menyatakan bahwa bermain
drama penting untuk anak usia dini sebagai proses melatih fungsi kognitif
seperti; mengingat, mengatur diri sendiri, mengembangkan kemampuan
berbahasa, meningkatkan kemampuan fokus atau konsentrasi, merencanakan,
menentukan strategi, menentukan prioritas, mengembangkan gagasan, dan
keterampilanketerampilan lain yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan
di sekolah nanti.
c. Area Seni. Area seni mendukung pengembangan kreativitas dan pengalaman
taktil anak dalam menggunakan berbagai bahan dan alat. Inti dari kegiatan seni
adalah anak-anak mengekspresikan apa yang mereka amati, pikirkan,
bayangkan, dan rasakan melalui alat dan bahan yang digunakannya.
d. Area Keaksaraan. Area membaca bukan berarti mengajarkan anak untuk
membaca dan menulis seperti layaknya kegiatan membaca dan menulis di
sekolah dasar. Area membaca dan menulis dimulai dengan mengenal
simbolsimbol sederhana dari benda yang ada di sekelilingnya, membuat coretan
di atas kertas. Kegiatan melihatlihat buku atau membacakan cerita adalah
kegiatan yang dilakukan di area ini.
e. Area Pasir dan Air. Area pasir dan air lebih kepada pengembangan
sensorimotorik. Namun, area ini sangat kaya dengan konsep-konsep
matematika dan sains. Anak belajar penuh-kosong, berat-ringan, volume, dan
sebagainya. Anak juga dapat belajar tentang perubahan bentuk, perubahan
warna, dan sebagainya. Area pasir dan air sangat diminati anak. Untuk

35

kelompok anak yang lebih kecil biasanya belum dapat mengendalikan diri
sehingga perlu membawa aju ganti untuk digunakan setelah selesai bermain.
f. Area Gerak dan Musik. Gerak dan musik untuk anak usia dini sangat penting
untuk membangun kesadaran akan gerakan diri sendiri, melatih kelenturan,
mengikuti irama musik, mengenal bunyi alat musik, mengeksplorasi alat-alat
sederhana menjadi alat musik bebas. Kegiatan gerak dan lagu merupakan
kebutuhan sehari-hari untuk anak usia dini. Dengan berkegiatan yang
menyenangkan di area gerak dan lagu, akan berpengaruh pada kemampuan
berpikir dan berbahasa, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan fokus,
membangun kesadaran spasial, mengembangkan rasa percaya diri, melatih
kekuatan, kelenturan, dan koordinasi fisik, serta membangun keterampilan
sosial.
g. Area Sains. Area Sains menyediakan banyak kesempatan bagi anak-anak untuk
menggunakan panca indera dan menyalurkan langsung minat mereka terhadap
kejadian-kejadian alamiah dan kegiatan-kegiatan manipulatif. Area Sains juga
dapat dilakukan di luar ruangan dengan tanaman, binatang, dan benda-benda di
sekitar.
h. Area Matematika. Area matematika sangat kental dengan kegiatan manipulatif.
Di area ini anak dapat belajar tentang bentuk, hitungan, angka, jumlah,
pengelompokkan, ukuran, pola, memasangkan. Di area ini juga anak belajar
pengembangan bahasa, sosial, emosional, dan aspek perkembangan lainnya.
i. Area Imtaq. Di Indonesia ditambah dengan area imtaq. Area imtaq
memfasilitasi anak belajar tentang kegiatan ibadah sesuai dengan agama yang
dianut anak.

Gambar 13. Model Area bermain

36

Sistem area lebih menekankan pada belajar sambil bermain atau
bermain seraya belajar. Artinya, aspek pelajaran dikemas dalam bentuk
permainan, sehingga anak-anak belajar dengan cara bermain. Anak didik
bermain sesuai dengan minat masing-masing. Mereka berhak memilih area
mana yang akan dilakukan olehnya dari minimal empat area yang disesuaikan
oleh guru dalam setiap harinya. Meskipun anak didik berhak memilih, tetapi
mereka diharapkan menyelesaikan semua area yang disiapkan oleh guru
(Hijriati, 2017: 84). Berikut merupakan salah satu contoh penerapan model
pembelajaran area untuk meningkatkan berpikir simbolik anak usia 5-6 tahun.
1) Kegiatan Awal (±30 menit) Kegiatan awal pembelajaran diawali dengan

mengucapkan salam, menanyakan kabar anak, dan membaca doa belajar.
Selanjutnya anak menyanyikan lagu “Anak Gembala”. Kegiatan awal guru
akan memperkenalkan tema tentang binatang, subtema makanan dan guna
binatang, sub-subtema sapi dan makanannya. Berdasarkan tema tersebut,
maka guru melakukan proses tanya jawab tentang subsubtema yang akan
dipelajari tentang sapi dan makanannya. Selanjutnya guru mengarahkan anak
ke dalam lingkungan area untuk memberitahu cara bermain dan aturan
bermain di area yang telah disediakan.
2) Kegiatan Inti (± 60 menit)
- Kegiatan yang dilakukan berupa kegiatan-kegiatan pokok dalam
meningkatkan berpikir simbolik anak usia 5-6 tahun dengan menerapkan
model pembelajaran area. Pada kegiatan inti guru meminta anak mengamati
alat permainan pada area yaitu area matematika, area seni, area balok dan
area bahasa. Guru juga mendorong anak untuk bertanya tentang tema yang
akan dibahas untuk meningkatkan kemampuan anak dalam proses
pembelajaran berlangsung.
- Area matematika. Pada area ini guru meminta anak untuk memperhatikan
kepingan puzzle, menyusun kepingan puzzle, mengenal huruf yang tersedia
pada gambar puzzle dan mencocokkan angka sesuai dengan jumlah gambar
sapi. Area matematika ini bertujuan untuk meningkatkan berpikir simbolik
pada anak usia 5- 6 tahun. Anak diharapkan mampu mengenal tentang sapi
dan makanannya yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
kegiatan permainan yang disediakan pada puzzle anak juga diharapkan
mampu memahami dan mengenal tentang sapi dan makanannya.

37

- Area seni. Pada area ini guru meminta anak untuk memperhatikan ranting
pohon yang bergantungan angka dan huruf, kemudian guru juga meminta
anak untuk meletakkan kapas pada warna yang tersedia, mengarahkan anak
untuk mencelupkan kapas dan meletakkan pada ranting pohon dan
mencocokkan jumlah gambar sapi sesuai dengan angka pada ranting pohon.
Tujuan dari permainan ranting pohon angka selain untuk meningkatkan
berpikir simbolik anak, akan tetapi juga dapat memberikan kontribusi secara
tidak langsung melalui permainan tersebut untuk mengenal sapi dan
makanannya.
- Area balok. Pada area ini guru meminta anak memperhatikan tutup botol
yang tersedia angka dan huruf, anak diminta untuk menyusun tutup botol,
kemudian anak harus mampu mengenal lambang huruf dan angka yang
tersedia pada tutup botol dan mencocokkan jumlah gambar sesuai dengan
lambang angka yang tersedia. Tujuan dari permainan tutup botol angka ini
adalah untuk meningkatkan pemahaman anak tentang angka dan lambang
huruf yang telah disediakan pada tutup botol. Area ini secara tidak langsung
juga memberikan pemahaman anak tentang sapi dan makanannya dengan
memberikan pengaruh perkembangan kognitif anak tentang berpikir
simboliknya.
- Area bahasa. Pada area ini guru mengarahkan anak untuk memperhatikan
pamplet fanel yang bergambar sapi, kemudian memilih pamplet fanel yang
tersedia, menghitung jumlah gambar sapi yang tersedia pada pamplet fanel
dan mencocokkan lambang bilangan sesuai dengan jumlah gambar sapi yang
ada di pamplet. Tujuan dari area ini adalah untuk memberikan pengarahan
pada anak secara tidak langsung untuk mengenal sapi dan makanannya
dengan harapan anak mampu meningkatkan kognitifnya dengan berpikir
simbolik sesuai dengan ragam permainan yang ada dalam area bahasa.
3) Istirahat/Makan (±30 menit) - Kegiatan makan bersama menanamkan
pembiasaan yang baik, misalnya mencuci tangan, berdoa sebelum dan
sesudah makan, tata tertib makan, mengenalkan jenis makanan bergizi,
menumbuhkan rasa sosial (berbagai makanan) dan kerjasama. Melibatkan
anak membersihkan sisa makanan dan merapikan alat-alat makan yang telah
digunakan.

38

- Setelah kegiatan makan selesai, waktu yang tersedia dapat digunakan untuk
bermain dengan alat permainan yang bertujuan mengembangkan
fisik/motorik. Apabila dianggap waktu untuk istirahat kurang, pendidik dapat
menambah waktu istirahat dengan tidak mengambil waktu kegiatan lainnya,
misalnya bermain sebelum kegiatan awal atau sesudah kegiatan penutup.
4) Kegiatan akhir (±30 menit) Pada kegiatan akhir ini, guru merefleksikan dan
memberikan umpan balik terhadap pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
Guru juga membuat kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan. Bahkan
guru juga melakukan kegiatan akhir pembelajaran dengan menyanyikan lagu
dan di akhiri dengan membaca doa kemudian mengucapkan salam. Penilaian
yang dilakukan pada model pembelajaran area selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, guru mencatat segala hal yang terjadi baik terhadap
perkembangan peserta didik maupun program kegiatannya sebagai dasar
bagi keperluan penilaian.
4. Model Pembelajaran Sentra
Model pembelajaran sentra dikembangkan untuk mengelola kegiatan
pembelajaran yang seimbang antara bimbingan guru dengan inisiatif anak. Model
ini dikenalkan di Indonesia oleh Dr. Pamela Phelp dari CCCRT Florida. Bermain
dipandang sebagai kerja otak sehingga anak diberi kesempatan untuk memulai dari
mengembangkan ide hingga tuntas menyelesaikan hasil karyanya “start and finish”
(Yusuf, 2018: 10). Pembelajaran yang berpusat pada sentra dilakukan secara tuntas
mulai awal kegiatan sampai akhir dan fokus oleh satu kelompok usia PAUD dalam
satu sentra kegiatan. Model sentra mendukung perkembangan anak dalam tiga jenis
bermain yaitu bermain sensorimonitor atau fungsional, bermain peran dan bermain
konstruktif (membangun pemikiran anak). Bermain sensorimotor adalah
menangkap rangsangan melalui penginderaan dan menghasilkan gerakan sebagai
reaksinya. Anak PAUD belajar melalui panca inderanya dan melalui hubungan fisik
dengan lingkungan mereka. Misalnya menakar air, meremas kertas bekas,
menggunting dan lain-lain. Bermain peran terdiri dari bermain makro (besar) dan
bermain peran mikro (kecil), seperti pura-pura, fantasi, imajinasi, atau bermain
drama. Bermain konstruktif menunjukkan kemampuan anak untuk mewujudkan
pikiran, ide, dan gagasannya menjadi sebuah karya nyata. Ada dua jenis bermain
konstruksi, yaitu bermain konstruksi sifat cair (air, pasir, spidol, dll) dan bermain
konstruksi terstruktur (balok-balok, lego, dll) (Rahaju, 2014: 10). Model sentra ini

39

berusaha untuk merangsang anak agar bermain secara aktif di sentra-sentra
permainan. Jadi, anak didiknya yang belajar aktif, bukan gurunya. Anak
diperlakukan sebagai “subjek otonom” yang secara liberal mengembangkan
kemampuannya secara maksimal. Sementara tugas guru lebih bersifat “pasif”
daripada aktif karena tugas guru hanya sebatas memotivasi, memfasilitasi,
mendampingi, dan memberi pijakan-pijakan. Pijakan yang dimaksud disini adalah
dukungan yang berubahubah karena disesuaikan dengan tingkat perkembangan
anak. Ciri khas pijakan dalam model sentra adalah duduk melingkar. Untuk
merangsang perkembangan anak pada tahapan yang lebih tinggi, pendekatan ini
menggunakan empat pijakan, yaitu pijakan lingkungan bermain (persiapan),
pijakan sebelum bermain, pijakan selama bermain, dan pijakan setelah bermain.

Gambar 14. Model Sentra

Ada beberapa macam-macam sentra bermain (Yusuf, 2018: 11-15), antara lain:
a. Sentra Imtaq. Sentra Imtaq mengenalkan kehidupan beragama dengan

keterampilan yang terkait dengan agama yang dianut anak. sentra Imtaq untuk
satuan PAUD umum mengenalkan atribut berbagai agama dan sikap
menghormati agama lain.
b. Sentra Balok. Sentra balok memfasilitasi anak bermain tentang konsep bentuk,
ukuran, keterkaitan bentuk, kerapihan, ketelitian, bahasa, dan kreativitas.
Bermain balok selalu dikaitkan dengan main peran mikro, dan bangunan yang
dibangun anak digunakan untuk bermain peran.
c. Sentra Main Peran Kecil (Mikro). Main peran kecil mengembangkan
kemampuan berpikir abstrak, kemampuan berbahasa, sosial-emosional,
menyambungkan pengetahuan yang sudah dimiliki dengan pengetahuan baru
dengan menggunakan alat main peran berukuran kecil.

40

d. Sentra Main Peran Besar. Main peran besar mengembangkan kemampuan
mengenal lingkungan sosial, mengembangkan kemampuan bahasa, kematangan
emosi dengan menggunakan alat main yang berukuran besar sesuai dengan
ukuran sebenarnya.

e. Sentra Seni. Sentra seni dapat dibagi dalam seni musik, seni tari, seni kriya, atau
seni pahat. Penentuan sentra seni yang dikembangkan tergantung pada
kemampuan satuan PAUD. Disarankan minimal ada dua kegiatan yang
dikembangkan di sentra seni yakni seni musik dan seni kriya. Sentra seni
mengembangkan kemampuan motorik halus, keselarasan gerak, nada, aspek
sosial-emosional dan lainnya.

f. Sentra Persiapan. Sentra persiapan lebih menekankan pengenalan keaksaraan
awal pada anak. penggunaan buku, alat tulis dapat dilakukan di semua sentra,
tetapi di sentra persiapan lebih diperkaya jenis kegiatan bermainnya. Pada
kelompok anak paling besar yang segera masuk sekolah dasar, frekuensi main
di sentra persiapan lebih banyak. Kegiatan persiapan dapat juga diperkuat dalam
jurnal siang.

g. Sentra Bahan Alam. Sentra bahan alam kental dengan pengetahuan sains,
matematika, dan seni. Sentra bahan alam diisi dengan berbagai bahan main yang
berasal dari alam, seperti air, pasir, bebatuan, daun. Di sentra bahan alam anak
memiliki kesempatan menggunakan bahan main dengan berbagai cara sesuai
pikiran dan gagasan masing-masing dengan hasil yang berbeda. Gunakan bahan
dan alat yang ada disekitar. Perhatikan keamanannya. Bahan dan alat yang
digunakan harus bebas dari bahan beracun atau binatang kecil yang
membahayakan.

h. Sentra Memasak. Sentra memasak kaya dengan pengalaman unik bagi anak
mengenal berbagai bahan makanan dan proses sains yang menyenangkan. Di
sentra memasak anak belajar konsep matematika, sains, alam, dan sosial
sehingga menunjang perkembangan kognitif, sosial emosional, bahasa, motorik,
dan juga seni, serta nilai agama.
Model sentra menjadi model pembelajaran yang dapat membuat anak
menjadi kreatif dan inovatif. Pembelajaran menjadi menyenangkan dan penuh
makna sehingga anak tidak bosan dengan pembelajarannya karena secara
reguler bergantian belajar dalam sentra berbeda. Model ini juga menjadikan
anak sangat antusias, apresiatif dan dinamis dalam pembelajaran yang sedang

41

dilangsungkan. Kelebihan model sentra dalam pembelajaran, yaitu: anak
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan pengalamannya; mengajarkan anak
mandiri dalam melakukan satu pekerjaan; mengajarkan anak bertanggung
jawab terhadap pekerjaannya; mengajarkan anak bersosialisasi karena
permainan kolaboratif dalam sentra; guru menjadi fokus dan mendalam
menguasai proses pembelajaran satu sentra dimana ia ditugaskan (Hamzah,
2016: 130). Langkah-langkah kegiatan model pembelajaran sentra di PAUD,
sebagai berikut:
1) Pijakan Penataan Lingkungan Bermain Sebelum anak datang, guru

menyiapkan bahan dan alat bermain yang digunakan sesuai rencana dan
jadwal kegiatan yang telah disusun untuk kelompok yang dibimbingnya.
Guru menempatkan alat dan bahan bermain yang akan digunakan yang
mencerminkan rencana pembelajaran yang telah dibuat sehingga tujuan
anak selama bermain dengan alat tersebut dapat dicapai.
2) Kegiatan Sebelum Masuk Kelas/Penyambutan Anak (30 menit) Guru
menyambut kedatangan anak dengan tegur sapa, senyum dan salam.
Anakanak langsung diarahkan untuk bermain bebas bersama teman-teman
sambil menunggu kegiatan dimulai. Kondisi awal yang harus diketahui oleh
guru dan peserta didik saat datang adalah ekspresi emosi yang menunjukkan
rasa nyaman berada di sekolah. Bila kondisi ekspresi emosi anak saat datang
menunjukkan kesedihan/murung, maka guru perlu menetralisir emosi anak
terlebih dahulu dengan kegiatan transisi, seperti membaca buku cerita,
puzzle, dan sebagainya. Untuk mengisi waktu sebelum kegiatan dimulai,
anak juga dibekali dengan kegiatan free learning. Dalam free learning, guru
akan mendampingi anak untuk bebas memilih aktivitas belajar sambil
menunggu kedatangan anak yang lain, misalnya dengan mengaji, mewarnai,
menyanyi, atau aktivitas lain yang dipilih oleh anak.
3) Pembukaan/Pengalaman Gerakan Kasar (±30 menit) Guru menyiapkan
seluruh anak dalam lingkaran. Anak dikondisikan duduk melingkar (circle
time). Kegiatan pembuka biasanya berupa gerak lagu, permainan, dan
sebagainya. Satu guru yang memimpin, guru lainnya menjadi peserta
bersama anak (mencontohkan).
4) Transisi (10 Menit) Selesai pembukaan, anak-anak diberi waktu untuk
minum atau ke kamar kecil. Kesempatan ini dipergunakan untuk melatih

42

kebersihan diri anak. Kegiatannya berupa cuci tangan, cuci muka, cuci kaki
maupun buang air kecil. Sambil menunggu anak minum atau ke kamar kecil,
masing-masing guru siap di tempat bermain yang sudah disiapkan untuk
kelompoknya masing-masing.
5) Kegiatan Inti (90 Menit) Dalam kegiatan inti, ada beberapa pijakan bermain
yang diterapkan di dalam kelas, yakni:

a) Pijakan pengalaman sebelum bermain (15 menit) Guru dan anak
duduk melingkar, guru memberi salam pada anak-anak, kabar anak-
anak, dan dilanjutkan dengan kegiatan:
• Guru meminta anak untuk memperhatikan siapa teman yang
tidak hadir. Sambil bernyanyi, guru mengajak anak untuk
menyebutkan nama diri sendiri dan teman-temannya yang
hadir.
• Berdoa bersama, anak secara bergilir memimpin doa.
• Guru mereview pengetahuan/hafalan anak akan surat-surat
pendek dan do’a seehari-hari.
• Guru menyampaikan tema hari ini dan dikaitkan dengan
kehidupan anak.
• Guru membacakan buku yang terkait dengan tema. Setelah
selesai, menanyakan kembali isi cerita.
• Guru mengaitkan isi cerita dengan kegiatan bermain yang
dilakukan anak.
• Guru mengenalkan semua tempat dan alat bermain yang
sudah disiapkan.
• Dalam memberi pijakan, guru harus mengaitkan kemampuan
apa yang diharapkan muncul pada anak, sesuai rencana
pembelajaran yang telah disusun.
• Guru menyampaikan bagaimana aturan bermain (digali dari
anak), memilih ternan bermain, memilih alat bermain, cara
menggunakan alatalat, kapan memulai dan mengakhiri
bermain, serta merapikan kembali alat yang sudah
dimainkan.

43

• Guru mengatur teman lain dengan memberi kesempatan
kepada anak untuk memilih teman mainnya. Apabila ada
anak yang hanya memilih anak tertentu sebagai teman
mainnya, maka guru akan menawarkan untuk menukar
teman mainnya.

• Setelah anak siap bermain, guru mempersilahkan anak untuk
mulai bermain. Agar tidak berebut serta lebih tertib, guru
dapat menggilir kesempatan setiap anak untuk mulai
bermain, misalnya berdasarkan warna baju, usia anak.

b) Pijakan pengalaman selama bermain (60 menit) • Guru mengamati
dan memastikan semua anak melakukan kegiatan bermain.
• Memberi contoh cara bermain pada anak yang belum bisa
menggunakan bahan alat.
• Memberi dukungan berupa pernyataan positif tentang
kegiatan bermain yang dilakukan anak.
• Memancing dengan pertanyaan terbuka untuk memperluas
cara bermain anak. Pertanyaan terbuka artinya pertanyaan
yang tidak cukup dengan dijawab ya atau tidak saja, tetapi
banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan anak.
• Memberikan bantuan pada anak yang membutuhkan.
• Mendorong anak untuk mencoba dengan cara lain, sehingga
anak memiliki pengalaman bermain yang kaya.
• Mencatat yang dilakukan anak yang meliputi jenis bermain,
tahap perkembangan, tahap sosial, dan kendala yang dialami
anak.
• Mengumpulkan hasil kerja anak. Guru juga mencatat nama
dan tanggal lembar kerja anak.
• Bila waktu tinggal 5 menit, guru memberitahukan pada anak-
anak untuk bersiap-siap menyelesaikan kegiatan mainnya. 3)
Pijakan pengalaman setelah bermain (15 menit)
• Apabila waktu bermain selesai, guru memberitahukan
saatnya membereskan alat dan bahan yang sudah digunakan
melibatkan anak-anak.

44

• Bila anak belum terbiasa untuk membereskan, guru dapat
membuat permainan yang menarik agar anak ikut
membereskan.

• Saat membereskan, guru menyiapkan tempat yang berbeda
untuk setiap jenis alat, sehingga anak dapat
mengelompokkan alat bermain sesuai dengan tempatnya.

• Bila bahan mainan sudah dirapikan kembali, satu guru
membantu anak membereskan baju anak (menggantinya bila
basah), sedangkan guru lainnya dibantu orang tua
membereskan semua mainan hingga semua rapi di
tempatnya.

• Bila anak sudah rapih mereka diminta duduk melingkar
bersama guru. Setelah semua anak duduk dalam lingkaran,
guru menanyakan pada setiap anak kegiatan bermain yang
telah dilakukan pada hari itu. Kegiatan menanyakan kembali
(recalling) melatih daya ingat anak mengemukakan gagasan
dan pengalaman anak (memperluas perbendaharaan kata
anak).

c) Transisi (10 menit) Setelah kegiatan inti selesai, anak diberi waktu
untuk membersihkan diri. Guru mempersilahkan anak untuk ke
kamar mandi untuk cuci tangan, cuci muka, atau buang air kecil.

d) Makan Bersama (30 menit)
1. Setiap pertemuan ada kegiatan makan bersama. Jenis makanan
berupa kue atau makanan lainnya dibawa oleh masing-masing
anak.
2. Sebelum makan bersama, guru mengecek apakah ada anak yang
tidak membawa makanan. Jika ada tanyakan siapa yang mau
berbagi makanan pada temannya.
3. Guru memberitahukan jenis makanan yang baik dan kurang
baik.
4. Guru memanfaatkan waktu makan bersama sebagai pembiasaan
tata cara makan yang baik (adab makan).

45

5. Guru melibatkan anak untuk membereskan bekas makanan dan
membuang bungkus makanan ke tempat sampah.

6. Seusai makan bersama dan membereskan bekas makanan, guru
mempersilahkan anak untuk cuci tangan dan menggosok gigi.

e) Kegiatan Penutup (10 menit) Setelah semua anak berkumpul
membentuk lingkaran, guru dapat mengajak anak menyanyi, gerak
lagu atau membaca puisi. Guru menyampaikan rencana kegiatan
hari berikutnya, dan menganjurkan anak untuk bermain yang sama
di rumah masingmasing. Kemudian guru memberi kesempatan
kepada anak secara bergiliran untuk memimpin doa penutup. Untuk
menghindari berebut saat pulang, digunakan urutan berdasarkan
warna baju, usia, atau cara lain untuk keluar dan bersalaman lebih
dahulu. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru
mencatat segala hal yang terjadi, baik terhadap program kegiatan
maupun terhadap perkembangan peserta didik. Segala catatan guru
digunakan sebagai bahan masukan bagi keperluan penilaian. Setiap
semester, hasil laporan perkembangan anak dilaporkan kepada orang
tua secara lisan dan tertulis berupa rapor dalam bentuk narasi (Syah,
2016: 37-41).

C. Tugas/ Latihan
Diskusikanlah kedalam kelompok yang berjumlah 3-5 orang, untuk

mendiskusikan tentang model-model pembelajaran anak usia dini.
D. Evaluasi

1. Uraikan pendapat anda, apa saja model pembelajaran yang diimpelementasikan di
taman kanak-kanak terutama dalam program pengembangan KB?

2. Sebutkan dan jelaskan model pembelajaran yang banyak diimplementasikan oleh
sekolah taman kanak-kanak di Indonesia?

3. Menurut pendapat anda, manakah model pembejaran yang terbaik yang sesuai
dengan program kelompok bermain? Jelaskan!

4. Didalam kegiatan pembelajaran, ada kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan
penutup. Apa yang membedakan antara satu dengan yang lain kegiatan tersebut
dalam model pembelajaran?

E. DAFTAR PUSTAKA

46

Hijiriati. 2017. Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini”,
Jurnal Pendidikan Anak: Bunayya, Vol. 3, No. 1.

Khurotun. 2013. Pembelajaran Sistem Area dalam Meningkatkan Minat Belajar Anak
di TK Purwo Kencono Desa Purworejo”, Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP
Veteran Semarang, Vol. 1, No 1.

Rahaju, Ine. 2014 “Analisis Penyelengaraan Pendidikan Anak Usia Dini Yang
Menggunakan Model Beyond Center And Circle Time”, Tesis,
Universitas Pendidikan Indonesia.

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suryana Dadan. 2018. Pendidikan Anak Usia Dini (Stimulasi Dan Aspek
Pekembangan Anak). Jakarta: Prenadamedia Grup

Suyadi dan Dahlia.2014. Implementasi Dan Inovasi Kurikulum Paud 2013, Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Syah, M. Noor Sulaiman. 2016. Implementasi Model Pembelajaran dengan
Menggunakan Pendekatan Sentra Pada Kelompok Belajar Naneymi
Alam Muria Kudus”, Jurnal Thufula, Vol. 4, No. 1.

Yuniatari. 2020. Implementasi Model Pembelajaran Kelompok, Sudut, Area, dan
Sentra dalam Pembelajaran Anak Usia Dini. Islamic EduKids: Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini Vol. 02 No. 02 Desember.

Yusuf, Farida, dkk.2018. Pedoman Pengelolaan Kelas Pendidikan Anak Usia Dini,
Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini.

47


Click to View FlipBook Version