mendapat aliran PDAM, warga memanfaatkan air hujan dan sungai untuk minum, memasak dan MCK.
Strategi perencanaan terhadap daerah yang belum terjangkau aliran PDAM adalah dengan strategi sebagai
berikut:
1. Untuk kawasan permukiman perkotaan di arahkan penyediaan air bersih melalui jaringan pipa
PDAM dengan memanfaatkan air baku dari sungai/air permukaan.
2. Untuk kawasan permukiman pedesaan dapat dikembangkan sistem air bersih pedesaan yaitu
memanfaatkan sumber air baku yang ada air tanah dan air sungai melalui sistem jaringan air
perpipaan secara sederhana.
3. Pola pembangunan dan pengelolaan sistem air bersih pedesaan dilakukan secara partisipatif dimana
masyarakat secara mandiri membangun instalasi air bersih dengan difasilitasi oleh pemerintah.
4. Pemerintah Kabupaten Kubu Raya diharapkan bisa menggulirkan Program Pembangunan Sistem
Air Bersih Pedesaan dan dana bantuannya melalui unit kerja terkait.
4.10 Perencanaan Sistem Persampahan
Sistem pengelolaan sampah akan dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu dengan sistem penanganan
komunal dan sistem penanganan individual. Sistem penanganan sampah secara komunal banyak dilakukan
pada fungsi-fungsi publik seperti pasar maupun perumahan. Di pasar sampah dikumpulkan ke sebuah
container bin sebagai TPS yang akan diangkut dengan truk menuju TPA. Di lingkungan perumahan,
sampah dikumpulkan secara komunal oleh petugas setempat dengan gerobak dan dibawa ke Transfer Depo
untuk diangkut dengan truk pengangkut sampah ke TPA. Sistem individual ditetapkan oleh sebagian
penduduk dengan cara ditimbun dan dibakar. Konsep pengelolaan sampah di Sungai Raya lebih diarahkan
pada konsep pengolahan sampah menjadi sampah organik dan hanya sedikit sampah yang harus dibuang
ke lokasi TPA.
Kondisi demikian akan menghemat lahan pembuangan sampah di TPA dan ada dampak manfaat lain
berupa produksi pupuk organik yang besar untuk budidaya pertanian. Masalah sampah adalah masalah yang
dihadapi oleh setiap daerah di kawasan kumuh. Sampah rumah tangga kebanyakan di buang ke halaman
terutama kawasan kumuh yang berada di pinggiran sungai. Oleh karena itu, perlu beberapa strategi
perencanaan terhadap limbah rumah tangga yaitu :
1. Penyediaan spot-spot bak sampah di setiap kawasan kumuh
2. Jika jauh dari TPA, di kawasan kumuh ditempatkan TPS untuk menampung sampah-sampah rumah
tangga sementara.
44
4.11 Kesimpulan
Kumuh adalah kesan atau gambaran secara umum tentang sikap dan tingkah laku yang rendah dilihat
dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah. Dengan kata lain, kumuh dapat diartikan sebagai tanda
atau cap yang diberikan golongan atas yang sudah mapan kepada golongan bawah yang belum mapan.
Kumuh dapat ditempatkan sebagai sebab dan dapat pula ditempatkan sebagai akibat.
45
BAB 5
PENGENDALIAN PROYEK DRAINASE
5.1 Pengertian proyek
Menurut Larson (2006), proyek adalah usaha yang kompleks, tidak rutin, yang dibatasi oleh
waktu, anggaran, sumber daya, dan spesifikasi kinerja yang dirancang untuk memenuhhi kebutuhan
pelanggan.
Manajemen proyek adalah suatu ilmu pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang
terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap
sumber-sumber daya yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan
efisien.
Tujuan pada manajemen proyek untuk mendapatkan metode yang paling baik dengan
diperolehnya hasil maksimal dalam hal ketepatan, kecepatan, penghematan dan keselamatan kerja
secara komprehensif. Sasaran yang hendak dicapai dari kegiatan-kegiatan manajemen proyek
terdapat pada optimasi biaya, mutu, waktu dan keselamatan.
Penjadwalan Proyek Penjadwalan (scheduling) adalah pengalokasian waktu yang tersedia
untuk melaksanakan masing-masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek hingga
tercapai hasil optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada. Proses monitoring serta
updating dilakukan untuk mendapatkan penjadwalan yang realistis agar alokasi sumber daya dan
penetapan durasinya sesuai sasaran dan tujuan proyek.
Adapun tujuan dari penjadwalan (scheduling) dalam suatu proyek adalah sebagai berikut :
1. Mempermudah perumusan masalah proyek.
2. Menentukan metode atau cara yang sesuai.
3. Kelancaran kegiatan lebih terorganisir.
4. Mendapatkan hasil yang optimum.
Sedangkan fungsi dari penjadwalan (scheduling) dalam suatu proyek, antara lain ;
1. Menentukan durasi total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.
2. Menentukan waktu pelaksanaan dari masing-masing kegiatan.
3. Menentukan kegiatan-kegiatan yang tidak boleh terlambat atau tertunda dalam
pelaksanaannya dan menentukan jalur kritis.
4. Menentukan kemajuan pelaksanaan proyek.
5. Sebagai dasar perhitungan cash flow proyek.
46
6. Sebagai dasar bag penjadwalan sunber daya proyek, seperti tenaga kerja, material, dan
peralatan.
7. Sebagai alat pengendalian proyek.
5.2 Penjadwalan Model CPM (Critical Path Method)
Metode CPM (Critical Path Method) jalur kritis dapat dihitung dengan menghitung total
durasi proyek. Deretan aktivitas kritis yang menentukan jangka waktu penyelesaian pada
keseluruhan proyek disebut jalur kritis atau lintasan kritis, dimana data tersebut dapat digunakan
untuk proses crashing. Langkah-langkah dalam menyusun jaringan kerja dengan Metode CPM
(Critical Path Method) menurut Soeharto (1999) yaitu:
1. Mengkaji dan mengidentifikasi lingkup proyek, menguraikan, dan memecahkannya
menjadi kegiatan-kegiatan atau kelompok-kelompok kegiatan yang merupakan komponen
proyek.
2. Menyusun kembali komponen-konponen pada butir 1, menjadi mata rantai dengan urutan
yang sesuai logika ketergantungan.
3. Memberikan perkiraan kurun waktu bagi masing-masing kegiatan yang dihasilkan dari
penguraian lingkup proyek.
4. Mengidentifikasi jalur kritis (critical path) dan float pada jaringan kerja.
Tahapan dalam penjadwalan proyek dengan metode CPM (Critical Path Method) adalah
sebagai berikut :
1. Menentukan aktivitas individu dan hubungan keterkaitan antar aktivitas.
2. Menggambar diagram jaringan kerja.
3. Estimasi waktu penyelesaian tiap aktivitas.
4. Identifikasi jalur kritis.
5. Memperbarui diagram Critical Path.
5.3 Jaringan Kerja (Network Planning)
Jaringan kerja merupakan jaringan yang terdiri dari serangkaian kegiatan untuk
menyelesaikan suatu proyek berdasarkan urutan dan ketergantungan kegiatan satu dengan kegiatan
lainnya. Sehingga suatu pekerjaan belum dapat dimulai apabila aktifitas sebelumnya belum selesai
dikerjakan. Notasi atau simbol yang digunakan dalam menggambarkan suatu jaringan kerja adalah
sebagai berikut :
47
1. (anak panah/busur), menyatakan sebuah aktifitas yang dibutuhkan oleh proyek. Aktifitas
ini didefinisikan sebagai hal yang memerlukan durasi (jangka waktu tertentu). Tidak ada
skala waktu, anak panah hanya menunjukkan awal dan akhir suatu aktifitas.
2. (lingkaran kecil/event/node) menyatakan suatu kejadian atau peristiwa, yaitu pertemuan
dari permulaan dan akhir kegiatan.
3. (anak panah terputus-putus) menyatakan aktifitas semu (dummy activity). Dummy ini
tidak mempunyai durasi waktu, karena tidak menghabiskan resource (hanya membatasi
mulainya aktifitas). Bedanya dengan aktifitas biasa adalah aktifitas dummy tidak memakan
waktu dan sumber daya, jadi waktu aktifitas dan biaya sama dengan nol.
4. (anak panah tebal) menyatakan aktifitas pada lintasan kritis.
Durasi Waktu Kegiatan Durasi kegiatan dalam metode jaringan kerja adalah lama waktu
yang diperlukan untuk melakukan kegiatan dari awal sampai akhir. Kurun waktu pada umumnya
dinyatakan dengan satuan jam, hari, atau minggu. Penghitungan durasi pada critical path digunakan
untuk memperkirakan waktu penyelesaian aktivitas, yaitu dengan cara single duration estimate.
Cara ini dilakukan jika durasi dapat diketahui dengan akurat dan tidak terlalu berfluktuasi.
Rumus yang digunakan untuk menghitung durasi kegiatan adalah (Soeharto, 1999) :
Sumber : Soeharto, 1990 Keterangan :
D = Durasi kegiatan
V = Volume kegiatan
Pr = Produktivitas kerja rata-rata
N = Jumlah tenaga kerja dan peralatan
5.4 Microsoft Project
Microsoft project adalah software yang digunakan untuk mengelola atau memanajemen
suatu proyek yaitu dengan mengelola rencana pekerjaan dan waktu pekerjaan, sehingga sebuah
proyek yang sedang berjalan dapat dipantau dan dievaluasi sesuai dengan tahapannya. Menurut
(Kusrianto, 2008) microsoft project mampu mengerjakan berbagai macam hal dalam proyek, yaitu
:
1. Mencatat kebutuhan tenaga kerja pada setiap sektor.
2. Mencatat jam kerja dan jam lembur para pegawai.
3. Menghitung pengeluaran sehubungan dengan ongkos tenaga kerja.
48
4. Memasukkan biaya tetap.
5. Menghitung total biaya proyek.
6. Membantu mengontrol penggunaan tenaga kerja pada beberapa pekerjaan untuk
menghindari overallocation (kelebihan beban pada penggunaan tenaga kerja).
Tujuan yang diharapkan dari sistem ini adalah penggunaan platform atau sistem project
manajement yang efektif dan seragam, menghilangkan duplikasi informasi dan data entery,
menurunkan ketergantungan terhadap readshet, dan memudahkan membuat laporan konsolidasi.
Sehingga keuntungan yang diperoleh dari sistem ini dapat mengetahui informasi proyek yang up
to date, akurat, tepat waktu.
Metode TCTO (Time Cost Trade Off) Analisis TCTO (Time Cost Trade Off) adalah suatu
proses yang disengaja, sistematik, dan analitik dengan cara melakukan pengujian dari semua
kegiatan dalam suatu proyek yang dipusatkan pada kegiatan yang berada pada jalur kritis. Langkah-
langkah menganalisis metode TCTO, sebagai berikut :
1. Menyusun jaringan kerja proyek, mencari lintasan kritis dan menghitung cost slope tiap
aktivitas.
2. Melakukan kompresi pada aktivitas yang berada pada lintasan kritis dan mempunyai cost
slope terendah.
3. Menyusun kembali jaringan kerja.
4. Mengulangi langkah kedua, dimana langkah kedua akan berhenti apabila terjadi
penambahan lintasan kritis, maka langkah kedua dilakukan secara serentak pada semua
lintasan kritis dan perhitungan cost slope dijumlahkan. Langkah dihentikan apabila terdapa
salah satu lintasan kritis dimana aktivitasaktivitasnya telah jenuh seluruhnya (tidak
mungkin dikompres lagi) sehingga pengendalian biaya telah optimum.
5.5 Crash Duration
Crash Duration adalah salah satu cara untuk mempercepat durasi proyek dalam istilah
asingnya yaitu dengan mereduksi durasi suatu pekerjaan yang akan berpengaruh terhadap waktu
penyelesaian proyek. Durasi percepatan (crashing) maksimum suatu aktivitas adalah durasi
tersingkat untuk menyelesaikan suatu aktivitas yang secara teknis masih mungkin dengan asumsi
49
sumber daya bukan merupakan hambatan (Soeharto, Iman, 1999). Konsekuensi dari percepatan
proyek (crashing) adalah meningkatnya biaya langsung (direct cost).
5.6 Kesimpulan
Menurut Larson (2006), proyek adalah usaha yang kompleks, tidak rutin, yang dibatasi oleh
waktu, anggaran, sumber daya, dan spesifikasi kinerja yang dirancang untuk memenuhhi kebutuhan
pelanggan.
Manajemen proyek adalah suatu ilmu pengetahuan tentang seni memimpin organisasi yang
terdiri atas kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian terhadap
sumber-sumber daya yang terbatas dalam usaha mencapai tujuan dan sasaran yang efektif dan
efisien.
50
BAB 6
PENGENDALIAN PROYEK BANDAR UDARA
6.1 Pengertian Pengawasan
Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk memastikan apakah tujuan
organisasi tercapai.Apakah terjadinya suatu penyimpangn, dimana letak dari penyimpangan itu dan
bagaiman pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya. Dalam menjawab persoalan yang
ada, penulis berpedoman pada prinsip-prinsip yang harus dipenuhi dalam melakukan pengawasan,
yaitu: Menentukan standar Dalam melakukan pengawasan maka harus ada standar sehingga dapat
menilai pelecengan yang ada dimana standar ini dikenal juga sebagai sebuah ketentuan yang harus
diikuti, ketentuan atau standard an setelah diadakannya penilaian akan diketahui mana yang salah
dan mana yang benar serta selanjutnya akan dilakukan tindakan koreksi terhadap pelanggaran
ketentuan yang ada.
Sosialisasi Salah satu tindakan penilaian terhadap pengawasan yang dilakukan dapat berupa
sosialisasi yaitu berupa pemberitahuan dan pengarahan. Hal ini merupakan tindakan yang
dilakukan untuk mempertbaiki penyimpangan terjadi atau suatu kesalahan yang sama. Pembagian
tugas pengawasan Pembagian tugas merupakan pengkhususan yang dipertimbangkan agar terdapat
efisien dan menggunakan tenaga kerja antar instansi yang terkait. Dengan demikian akan diketahui
siapa yang melaksanakan dan apa yang dilaksanakan, dengan demikian pembagian tugas setiap
instansi terkait mengetahui wewenang dan tanggung jawab masing-masing.
Penilaian pekerjaan yang telah dilakukan juga sangat bermanfaat untuk menentukan langkah
apa yang akan diambil untuk mencegah terjadinya suatu penyimpangan yang sama. Penelitian
tersebut berupa : Laporan rutin Laporan rutin atau informasi merupakan salah satu tindakan
penilaian yang dilakukan.Hal ini bertujuan untuk memperoleh data atau fakta-fakta yang berupa
laporan-laporan yang diberikan petugas pemantauan lingkungan bandara dan dalam memberikan
informasi mengenai data-datanya adalah seluruh petugas sesuai dengan ahli dan bidangnya masing-
masing. Petugas akan memberikan hasil kerjanya kepada Kepala bagiannya masing-masing lalu
disusun hasil kerja secara keseluruhan dan diserahkan ke General Manajer PT. Angkasa Pura II
berupa Laporan AMDAL untuk di berikan data informasi rutin kepada PT. Angkasa Pura pusat,
Dirjen Perhubungan Udara pusat. Laporan lisan Dalam hal pengukuran kinerja PT.
Sumber Daya Pendukung Dalam melakukan pengawasan serta pemantauan lingkungan
sumber daya pendukung merupakan salah satu factor penting. Ketersediaan sumber daya
51
pendukung seperti peralatan yang memadai akan mempermudah dan mempercepat proses
pemantauan jika terjadi penyimpangan setelah peralatan yang cukup maka petugas pemantauan
lingkungan akan lebih efektif dalam malaksanakan tugasnya. Dana/Biaya Dalam hal ini, suatu
organisasi baik yang kecil maupun yang besar pasti sangat membutuhkan dana untuk menjalankan
program-program yang telah direncanakan oleh organisasi tersebut. Jika tidak adanya dana yang
mendukung maka kegiatan yang telah direncanakan tidak akan berjalan dengan lancer.
Partisipasi Masyarakat Partisipasi masyarakat adalah factor yang penting juga dalam
menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan ini.Masyarakat disini dilihat dari keikutsertaan atau
kepeduliannya dalam lingkungan sekitar pemukiman penduduk bandara.Partisipasi masyarakat
dapat berupa kritik/laporan dan saran bagi PT. Angkasa Pura II yang disalurkan melalui laporan
lisan/langsung serta media elektronik.
6.2 Pengendalian Proyek Konstruksi
Pengendalian diperlukan untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan.
Tiap pekerjaan yang dilaksanakan harus benar-benar diinspeksi dan dicek oleh pengawas lapangan,
apakah sudah sesuai dengan spesifikasi atau belum. Divisi pengendalian mutu fisik konstruksi
terpisah dengan divisi pengendalian jadwal dan biaya. Pengendalian terhadap mutu fisik konstruksi
dilakukan secara tersendiri oleh pengawas teknik melalui gambar-gambar rencana dan spesifikasi
teknik. Pengendalian jadwal dan biaya dimasukkan dalam divisi manajemen proyek yang
mencakup pemantauan
6.3 Monitoring dan Updating
Untuk dapat mencapai suatu rencana jadwal dapat tepat dengan pelaksanaan dilapangan
dibutuhkan suatu perencanaan yang amat cermat dan didukung oleh faktor luar (alam), supaya hal
tersebut dapat dicapai. Penandaan prestasi pekerjaan dalam alat pengendalian (schedule)
dilanjutkan dengan penyesuaian urutan kegiatan disebut updating. Kegiatan ini didukung oleh
piranti komputer dikarenakan proses ini cukup rumit dan mem-butuhkan ketelitian serta
kesinambungan secara berkala.
6.4 Manajemen Proyek
Manajemen Proyek menawarkan pendekatan terstruktur untuk mengelola proyek. Seorang
manajer proyek harus dapat mengembangkan informasi dan sistem pengendalian yang terintegrasi
untuk merencanakan, menginstruksikan, memantau dan mengendalikan sejumlah besar data, cepat
dan akurat untuk memfasilitasi pemecahan masalah dan proses pengambilan keputusan. (Burke,
52
1999) Manajemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan, cara
teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas, untuk mencapai sasaran dan tujuan yang
telah ditentukan agar mendapatkan hasil yang optimal dalam hal kinerja biaya, mutu dan waktu,
serta keselamatan kerja.
6.5 Tahap-tahap dalam Proyek Konstruksi
Pekerjaan proyek konstruksi dimulai dengan tahap awal proyek yaitu tahap perencanaan dan
perancangan, kemudian dilanjutkan dengan tahap konstruksi yaitu tahap pelaksanaan
pembangunan fisik, berikutnya adalah tahap operasional atau tahap penggunaan dan pemeliharaan.
Pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi dari tahap awal proyek (tahap perencanaan
dan perancangan) hingga masa konstruksi (pelaksanaan pembangunan fisik) ada tiga pihak yaitu:
1. Pemilik proyek (owner)
2. Pihak perencana (designer)
3. Pihak kontraktor (aannemer), (Ervianto, 2005)
Pihak/badan yang disebut konsultan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu konsultan perencana
dan konsultan pengawas. Konsultan perencana dapat dipisahkan menjadi dua, yaitu konsultan
perencana dan konsultan pengawas (Manajemen Konstruksi).
6.6 Konsultan Manajemen Konstruksi
Menghadapi perkembangan dunia konstruksi yang semakin pesat maka pelayanan dalam
bidang jasa konsultansi mulai mendapat perhatian yang besar. Manajemen dalam suatu proyek
konstruksi bukan saja hanya bertujuan agar pelaksanaan pembangunan dapat berjalan lancar atau
sesuai dengan rencana tetapi juga bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Dengan menerapkan
sistem manajemen konstruksi kesenjangan persepsi diantara unsur-unsur manajemen dapat
dijembatani dan dihubungkan sehingga keseluruhannya memiliki satu kerangka konsep yang sama
mengenai kriteria keberhasilan proyek konstruksi yang dilaksanakan.
Semua bentuk tujuan, sasaran dan strategi proyek dinyatakan secara jelas dan terperinci
sehingga dapat dipakai untuk mewujudkan dasar kesepakatan segenap unsur. Sistem manajemen
konstruksi hendaknya dapat memberikan kesamaan bahasa sekaligus memadukan tertib teknis dan
sosial yang dapat diterapkan disetiap jenjang manajemen dengan cara-cara sederhana, jelas dan
sistematis. (Dipohusodo, 1996).” Menurut Kep. Dirjen. Cipta Karya Nomor. 295/KPTJ/CK/1997
tentang Pedoman Teknis Bangunan Grdung Negara, konsultan manajemen konstruksi bertugas
sejak tahap perencanaan sampai serah terima pekerjaan konstruksi fisik dan berfungsi
53
melaksanakan pengendalian pada tahap perencanaan dan tahap konstruksi, baik ditingkat program
mamupun ditingkat operasional.
Konsultan manajemen konstruksi melaksanakan tugas dan bertanggung jawab secara
kontraktual kepada pemimpin proyek. Apabila di daerah tempat dilaksanakan proyek tidak terdapat
perusahaan yang memenuhi persyaratan dan bersedia melakukan tugas konsultan manajemen
konstruksi maka dapat ditunjuk perusahaan yang memenuhi persyaratan dan bersedia dari daerah
lain atau provinsi lain yang berdekatan.
6.7 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data pada bab sebelumnya, bahwa rata–rata tingkat kematangan yang
diraih oleh perusahaan konstruksi adalah Maturity phase / tahap kematangan. Banyak perusahaan
menyelesaikan empat tahap lebih cepat atau lebih lambat. Satu atau dua tahun mungkin merupakan
waktu yang cukup beralasan bagi sebuah perusahaan yang giat untuk meraih tahap perkembangan.
Tahap kematangan merupakan amanat bahwa perusahaan memhami kepentingan akan integrasi
waktu dan biaya, hal ini perlu dilakukan dalam upaya meraih kematangan manajemen proyek
sehingga akan memberikan keuntungan padaperusahaan dibutuhkan dalam upaya pencapaian
kematangan manajemen proyek sehingga lebih menjamin kesuksesan pelaksanaan proyek.
BAB 7
54
PENGENDALIAN PROYEK PELABUHAN LAUT
7.1 Pengertian Konstruksi Pelabuhan
Konstruksi Pelabuhan dan Dermaga Pelabuhan barang adalah suatu pelabuhan yang
direncanakan khusus untuk keperluan bongkar muat barang dan di lengkapi dengan gudang
penyimpanan barang serta crane untuk memindahkan barang kekapal.Biasanya tipe ini adalah tipe
dermaga Jetty.Konstruksi beton, kayu atau konstruksi baja. Abbas, (1994) menyatakan bahwa
pelabuhan merupakan salah satu simpul yaitu titik dimana penumpang dan barang keluar masuk
serta keluar dari sistem, yang merupakan salah satu fungsi penting dalam sistem transportasi.
Lingkup pekerjaan secara garis besar pada proyek pembagunan dermaga, antara lain meliputi
:
1. Pekerjaan persiapan
2. Pekerjaan tiang pancang
3. Pekerjaan beton
4. Pekerjaan proteksi katoda dan selimut tiang
5. Pekerjaan Bollard dan Fender
6. Pekerjaan perkerasan jalan
7.2 Proyek
Proyek adalah kegiatan sekali lewat dengan waktu dan sumber daya terbatas untuk mencapai
hasil akhir yang telah ditentukan. Menurut Iman Soeharto, (1996):
Proyek mempunyai cirri pokok sebagai berikut:
1. Bertujuan menghasilkan lingkup (deliverable) tertentu berupa produk akhir atau hasil kerja
akhir.
2. Dalam proses mewujudkan lingkup di atas, ditentukan jumlah biaya, jadwal serta criteria
mutu.
3. Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik awal dan titik
akhir ditentukan dengan jelas.
4. Non rutin, tidak berulang- ulang. Macam dan intensitas kegiatan berubah sepanjang proyek
berlangsung.
7.3 Karakteristik Proyek
55
Proyek mempunyai tiga karakteristik yang dapat dipandang secara tiga dimensi.Tiga
karakteristik tersebut adalah :
1. Bersifat unik. Keunikan dari proyek konstruksi adalah : tidak pernah terjadi rangkaian
kegiatan yang sama persis (tidak ada proyek yang identik, yang ada adalah proyek yang
sejenis), proyek bersifat sementara, dan selalu terlibat grup pekerja yang berbeda-beda.
2. Dibutuhkan sumber daya (resource).
3. Setiap proyek membutuhkan sumber daya, yaitupekerja , uang, mesin, metode, dan
material. Dalam kenyataannya, mengorganisaikan pekerja lebih sulit dibandingkan dengan
sumber daya lainnya.
4. Organisasi Setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan dimana didalamnya terlibat
sejumlah individu dengan keahlian yang bervariasi, perbedaan ketertarikan, kepribadian
yang bervariasi, dan ketidakpastian.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah menyusun visi menjadi satu tujuan yang telah
ditetapkan oleh organisasi (Ervianto, 2004). Dalam proses mencapai tujuan ada batasan yang harus
dipenuhi yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, jadwal, serta mutu yang harus dipenuhi.
Ketiga hal tersebut merupakan parameter penting bagi penyelenggara proyek yang sering
diasosiasikan sebagai sasaran proyek.
Ketiga batasan diatas disebut juga dengan tiga kendala (triple constrain) yaitu:
1. Anggaran Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak boleh melebihi anggaran.
Untuk proyek-proyek yang melibatkan dana dalam jumlah besar dan jadwal pengerjaan
bertahun-tahun, anggarannya tidak hanya ditentukan dalam total proyek, tetapi dipecah
atas komponenkomponennya atau perperiode tertentu yang jumlahnya disesuaikan dengan
keperluan. Dengan demikian, penyelesaian bagian-bagian proyek harus memenuhi sasaran
anggaran per periode.
2. Jadwal Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang telah
ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka penyerahannya tidak boleh melewati
batas waktu yang telah ditentukan.
3. Mutu Produk atau hasil kegiatan harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang
dipersyaratkan. Jadi, memnuhi persyaratan mutu berarti mampu memenuhi tugas yang
dimaksudkan atau sering disebut sebagai fit for
Ketiga batasan tersebut, bersifat tarik-menarik.Artinya, jika ingin meningkatkan kinerja
produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umumnya harus diikuti dengan meningkatkan
56
mutu.Hal ini selanjutnya berakibat pada naiknya biaya sehingga melebihi anggaran.Sebaliknya,
bila ingin menekan biaya, maka biasanya harus berkompromi dengan mutu dan jadwal. Dari segi
teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan dengan sejauh mana ketiga sasaran tersebut dapat
dipenuhi. Pada perkembangan selnjutnya ditambahkan parameter lingkup sehingga parameter
diatas menjadi lingkup, biaya, jadwal, dan mutu.
7.4 Time Schedule Proyek
Time schedule adalah rencana alokasi waktu untuk menyelesaikan masing-masing item
pekerjaan proyek yang secara keseluruhan adalah rentang waktu yang ditetapkan untuk
melaksanakan sebuah proyek. Time schedule pada proyek dapat dibuat dalam bentuk:
(Ilmusipil.com, 2009)
Kurva S
Bar chart
Network planning
Schedule harian, schedule mingguan, bulanan, tahunan atau waktu tertentu
Pembuatan time schedule dengan bantuan software seperti ms project.
7.5 Tujuan atau manfaat pembuatan time schedule pada sebuah proyek antara lain:
1. Pedoman waktu untuk pengadaan sumber daya manusia yang dibutuhkan.
2. Pedoman waktu untuk pendatangan material yang sesuai dengan item pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
3. Pedoman waktu untuk pengadaan alat
4. alat kerja.
5. Timeschedule juga berfungsi sebagai alat untuk mengendalikan waktu pelaksanaan proyek.
6. Sebagai tolok ukur pencapaian target waktu pelaksanaan pekerjaan.
7. Time schedule sebagai acuan untuk memulai dan mengakhiri sebuah kontrak kerja proyek
konstruksi.
8. Sebagai pedoman pencapaian progress pekerjaan setiap waktu tertentu.
9. Sebagai pedoman untuk penentuan batas waktu denda atas keterlambatan proyek atau bonus atas
percepatan proyek.
10. Sebagai pedoman untuk mengukur nilai suatu investasi Untuk dapat menyusun time schedule atau
jadwal pelaksanaan proyek yang baik dibutuhkan:
a. Gambar kerja proyek
b. Rencana anggaran biaya pelaksanaan proyek
57
c. Bill of Quantity ( BQ ) atau daftar volume pekerjaan
d. Data lokasi proyek berada
e. Data sumberdaya meliputi material, peralatan sub kontraktor yang tersedia disekitar lokasi
pekerjaan proyek berlangsung.
f. Data sumber daya material, peralatan, sub kontraktor yang harus didatangkan ke lokasi
proyek.
g. Data kebutuhan tenaga kerja dan ketersediaan tenaga kerja yang di butuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan.
h. Data cuaca atau musim di lokasi pekerjaan proyek.
i. Data jenis transportasi yang dapat digunakan disekitar lokasi proyek.
j. Metode kerja yang digunakan untuk melaksanakan masing-masing item pekerjaan.
k. Data kapasitas prosduksi meliputi peralatan, tenaga kerja, sub kontraktor, material.
l. Data keuangan proyek meliputi arus kas, cara pembayaran pekerjaan, tenggang waktu
pembayaran progress dll.
7.6 Manajemen Proyek
Manajemen proyek dapat didefinisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengaturan,
kepemimpinan, dan pengendalian dari suatu proyek oleh para anggotanya dengan memanfaatkan
sumber daya seoptimal mungkin untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Fungsi dasar
manajemen proyek terdiri dari pengelolaan-pengelolaan lingkup kerja, waktu, biaya, dan
mutu..Pengelolaan aspek-aspek tersebut dengan benar merupakan kunci keberhasilan dalam
penyelenggaraan suatu proyek(Nizar, 2011).
Dengan adanya manajemen proyek maka akan terlihat batasan mengenai tugas, wewenang,
dan tanggung jawab dari pihak-pihak yang terlibat dalam proyek baik langsung maupun tidak
langsung, sehingga tidak akan terjadi adanya tugas dan tangung jawab yang dilakukan secara
bersamaan (overlapping).
Apabila fungsi-fungsi manajemen proyek dapat direalisasikan dengan jelas dan terstruktur,
maka tujuan akhir dari sebuah proyek akan mudah terwujud, yaitu:
a. Tepat Waktu
b. Tepat Kuantitas
c. Tepat Kualitas
d. Tepat Biaya sesuai dengan biaya rencana
e. Tidak adanya gejolak sosial dengan masyarakat sekitar
58
f. Tercapainya K3 dengan baik Pelaksanaan proyek memerlukan koordinasi dan
kerjasama antar organisasi secara solid dan terstruktur.
Dan hal inilah yang menjadi kunci pokok agar tujuan akhir proyek dapat selesai sesuai
dengan schedule yang telah direncanakan.
7.7 Keterlambatan Proyek Menurut Alifen et al. (2000)
Keterlambatan proyek sering kali menjadi sumber perselisihan dan tuntutan antara pemiliki
proyek dan kontraktor, sehingga akan menjadi sangat mahal nilainya baik ditinjau dari segi pemilik
maupun dari segi kontraktor. Dari segi kontraktor, kontraktor akan terkena denda penalti sesuai
dengan kontrak, disamping itu kontraktor juga akan mengalami tambahan biaya overhead selama
proyek masih berlangsung. Sedangkan, dari segi pemilik proyek keterlambatan proyek akan
membawa dampak pengurangan pemasukan karena penundaan pengoperasian fasilitasnya.
Menurut Proboyo (1999), keterlambatan pelaksanaan proyek pada umumnya selalu
menimbulkan akibat yang merugikan baik bagi pemilik proyek maupun bagi kontraktor, karena
dampak keterlambatan adalah konflik dan perdebatan tentang apa dan siapa yang menjadi
penyebab, juga tuntutan waktu dan biaya tambah.
7.8 Fault Tree Analysis Menurut Rosyid (2007),
Fault tree analysis adalah sebuah metode untuk mengidentifikasi semua sebab yang mungkin
(kegagalan komponen atau kejadian kegagalan lainnya yang terjadi sendiri atau bersama-sama)
menyebabkan kegagalan sistem dan memberi pijakan perhitungan peluang kejadian kegagalan
tersebut. Sedangkan menurut Kocecioglu (1991), FTA merupakan suatu analisis pohon kesalahan
secara sederhana yang dapat diuraikan sebagai suatu teknik analitis.
Pohon kesalahan adalah suatu model grafis yang menyangkut berbagai paralel dan berbagai
kombinasi percontohan kesalahan-kesalahan yang akan mengakibatkan kejadian dari peristiwa
tidak diinginkan yang sudah didefinisi sebelumny atau juga dapat diartikan merupakan gambaran
hubungan timbal balikyang logis dari peristiwa-peristiwa dasar yang mendorong kearah peristiwa
yang tidak diinginkan menjadi peristiwa puncak dari pohon kesalahan tersebut.
Analisa fault tree memiliki nilai penting dalam penyelesaian sebagai berikut (Kocecioglu,
1991):
1. Menganalisa kegagalan sistem.
2. Mencari aspek-aspek dari sistem yang terlibat dalam kegagalan utama.
59
3. Membantu pihak manajemen mengetahui perubahan dalam sistem.
4. Membantu mengalokasikan penganalisa untuk berkonsentrasi pada bagiankegagalan
dalam sistem.
5. Membantu memberikan pilihan kualitatif, yang sama baiknya dengankuantitatif, pada
analisa sistem keandalan.
6. Membantu penganalisa menggunakan pengetahuannya untuk masuk dalamperilaku sistem.
Menurut Brown (1976), ada beberapa definisi dasar yang harus diketahui dalam pembahasan
fault tree analysis, diantaranya adalah:
1. Event adalah sesuatu yang terjadi dalam sistem. Mempunyai dua modus, yaitu terjadi atau
tidak.
2. Fault event adalah sebuah event dimana satu dari dua modusnya adalah kejadian yang tidak
normal, sehingga mengakibatkan kegagalan atau kesalahan.
3. Normal event adalah sebuah event yang kedua modusnya diharapkan dan cenderung terjadi
pada waktu tertentu.
4. Basic event adalah sebuah event yang kedua modusnya diharapkan dan cenderung terjadi
pada waktu tertentu.
5. Event primer adalah sebuah event yang disebabkan oleh sifat di dalam komponen itu
sendiri. 6.Event sekunder adalah event yang disebabkan oleh sumber dari luar.
6. Head event adalah event pada puncak fault tree yang dianalisa, mengakibatkan terjadinya
kegagalan.
Jadi secara umum metode fault tree analysis adalah sebuah metode menyelesaikan kasus
apabila terjadi sesuatu kegagalan atau hal yang tidak diinginkan dengan mencari akar-akar
permasalahan Basic Events yang muncul dan diuraikan dari setiap indikasi kejadian puncak (Top
Event) Kekuatan FTA adalah bahwa hal itu mudah dilakukan, mudah dimengerti, memberikan
sistem wawasan yang bermanfaat, dan menunjukkan semua kemungkinan penyebab masalah yang
akan diselidiki.
7.9 Langkah – Langkah Pengerjaan FTA Menurut Ericson, (2005)
Ada 8 langkah dasar dalam proses FTA, berikut ini adalah prosedur dasar yang harus diikuti
sebagai berikut :
1. Memahami desain sistem dan operasi. Memperoleh data desain saat ini (gambar, skema,
prosedur, diagram, dll)
60
2. Secara deskriptif mendefinisikan masalah dan menetapkan hal yang benar - benar tidak
diinginkan untuk dianalisis.
3. Tentukan aturan dasar analisis dan batas - batas cakupan masalah dan mencatat semua
aturan - aturan dasar
4. Ikuti proses konstruksi, aturan, dan logika untuk membangunmodelsistemfault tree.
5. Menghasilkan cut set dan probabilitas kemudian mengidentifikasi matarantai yang lemah
dan masalah keamanan dalam desain.
6. Periksakan ke responden apakah model Fault Tree benar, lengkap, danakurat
mencerminkan desain sistem.
7. Memodifikasi fault tree seperti kenyataan yang ditemukan diperlukanselama validasi atau
karena perubahan desain sistem.
8. Melengkapi dokumen pada seluruh analisa dengan data pendukung.
7.10 Event Tree Analysis (ETA)
Event tree analysis merupakan metode yang dipergunakan untuk menganalisis berbagai
dampak yang diakibatkan oleh suatu kejadian yang dikaji.Metode ini digunakan untuk
memperkirakan dan menilai probabilitas dari setiap konsekuensi yang dapat muncul dari suatu
kejadian.Sehingga metode sebagai acuan dalam mengantisipasi berbagai konsekuensinya. Langkah
pertama dalam proses analisis menggunakan metode event tree analysis adalah dengan
menggambar sedetail mungkin bagian sistem yang berhubungan dengan kejadian utama yang
dikaji.
Langkah ini dilakukan untuk memperoleh hasil perkiraan kejadian-kejadian yang mungkin
terjadi setelah terjadinya kejadian utama tersebut. Proses ini sangat bergantung pada bagian sistem
yang digambarkan, semakin detail maka semakin banyak pula kejadian-kejadian yang
diperkirakan. Hasilnya konsekuensi atau skenario yang dapat diperkirakan cenderung semakin
valid.Langkah kedua adalah dengan menggambar event tree diagram sesuai dengan seluruh
kejadian-kejadian yang telah diperkirakan. Setiap kejadian pada tiap diagram berbentuk sebuah
pertanyaan yang dapat dijawab dengan “ya” atau“tidak”. Setiap jawaban menginisiasi kejadian
terkait yang lain dan terus 15 dilakukan hingga diketahui konsekuensi akhir dari setiap cabang
kejadian perkiraan.
Langkah ketiga merupakan tahap mencari nilai kemungkinan (probability) atas jawaban dari
setiap kejadian perkiraan yang tertera pada diagram. Total nilai kemungkinan untuk setiap kejadian
kemudian dikalikan dengan nilai kemungkinan jawaban dari kejadian yang lain yang sesuai dengan
61
alur konsekuensi yang dituju, sehingga didapat nilai kemungkinan dari setiap konsekuensi pada
diagram. Total nilai kemungkinan dari keseluruhan konsekuensi pada diagram harus berjumlah 1
atau 100%. Jika nilai total kemungkinan tidak sama dengan 1 atau 100% maka diagram tersebut
perlu dicek ulang untuk mencari kemungkinan kesalahan pada proses penjumlahan ataupun
kesalahan dalam proses memasukkan nilai kemungkinan pada tiap kejadian.
7.11 Bow Tie Analysis Bow-tie (dasi kupu-kupu)
Merupakan metode pembentukan diagram untuk menggambarkan dan menganalisis jalur
suatu risiko dari penyebab hingga dampaknya. Metode ini sering dianggap sebagai kombinasi dari
metode pohon kesalahan fault tree analysis (FTA) yang menganalisis penyebab peristiwa dengan
metode pohon peristiwa event tree analysis (ETA) yang menganalisa dampak.Namun, bow-tie lebih
berfokus kepada penghambat (barrier) antara penyebab dan risiko, serta antara risiko dan dampak.
Metode ini disebut bow-tie karena diagram yang dihasilkan menyerupai dasi kupu-kupu
dengan penyebab dan dampak masingmasing menjadi dua sayap kiri kanan yang mengapit
peristiwa risiko di bagian tengah. bow-tie menggabungkan unsur-unsur fault tree analysis, dan
event tree analysis (Gifford et. Al., 2003) untuk membentuk representasi grafis dari:
1. Sebuah peristiwa sentral yang merugikan.
2. Faktor yang dapat menyebabkan peristiwa yang merugikan, dengan probabilitas tertentu.
3. Konsekuensi peristiwa yang merugikan terjadi, dan dampaknya
4. Kontrol yang bertujuan untuk mengurangi kemungkinan peristiwa kehilangan yang terjadi,
dan kontrol yang bertujuan untuk mengurangi dampak dari peristiwa hilangnya setelah
mereka telah terjadi Selain itu, bow-tie sangat berguna untuk mewakili pengaruh sistem
keselamatan (dan hambatan) pada perkembangan skenario kecelakaan.
Sistem keamanan, baik teknis atau unsur-unsur organisasi, dapat ditempatkan dalam dua
cabang utama diagram.Model bow-tie pada dasarnya adalah sebuah teknik probabilistik, tetapi
dalam waktu yang telah dikembangkan dalam versi yang berbeda, tergantung pada sistem yang
sedang dianalisa.Representasi yang disederhanakan terdapat pada Gambar
7.12 Kuantifikasi dari diagram bow-tie
62
Tugas yang kompleks, tidak hanya membutuhkan data yang dapat diandalkan pada frekuensi
dari semua kejadian, namun probabilitas kegagalan hambatan perlu diketahui juga. Jenis penilaian
juga menyerukan keterlibatan orang yang khusus dan dari daerah keahlian yang berbeda. Untuk
semua alasan ini, tidak mungkin bahwa setiap perusahaan akan mampumenerapkan model dengan
cara ini. Meskipun demikian, diagram bow-tie merupakan dasar yang menarik untuk mendukung
analisa kualitatif.Dari semua data di atas menjadi jelas bahwa pendekatan bow-tie merupakan
langkah maju dalam keadaan saat ini tentang pengelolaan resiko, termasuk yang berhubungan
dengan keselamatan kerja.
7.13 Kesimpulan
Konstruksi Pelabuhan dan Dermaga Pelabuhan barang adalah suatu pelabuhan yang
direncanakan khusus untuk keperluan bongkar muat barang dan di lengkapi dengan gudang
penyimpanan barang serta crane untuk memindahkan barang kekapal.Biasanya tipe ini adalah tipe
dermaga Jetty.Konstruksi beton, kayu atau konstruksi baja. Abbas, (1994) menyatakan bahwa
pelabuhan merupakan salah satu simpul yaitu titik dimana penumpang dan barang keluar masuk
serta keluar dari sistem, yang merupakan salah satu fungsi penting dalam sistem transportasi.
63
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
Sistem Manajemen Proyek Konstruksi Jalan dan Jembatan - Kerkuse
BAB 2
Perencanaan Pengendalian Proyek Bangunan Gedung dengan Menggunakan Work Breakdown Structure dan
Kurva S (uii.ac.id)
METODE PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN.pdf (unhi.ac.id)
BAB 3
11723867.pdf (core.ac.uk)
16914005 Aris Munandar.pdf (uii.ac.id)
BAB 4
Penataan Kawasan Kumuh Pinggiran Sungai di Kecamatan Sungai Raya (core.ac.uk)
BAB 5
Jurnal Penelitian.pdf (untag-sby.ac.id)
BAB 6
JURNAL (neliti.com)
728-1258-1-SM.pdf
BAB 7
4309100027-Undergraduate_Thesis.pdf (its.ac.id)
64
PROFIL MAHASISWA
Nama Lengkap : Sulaiman
TTL : Bati-Bati, 08 November 1998
Alamat Rumah : Jl. Mufakat Rt.02 Rw.01 Ds. Ujung
Kec. Bati-Bati, Kab. Tanah Laut,
Asal Sekolah Provinsi Kalimantan Selatan.
Email : SMKN 1 Gambut.
NO.HP/NO.WA : [email protected]
Hobi : 0822-9878-7408
Motto Hidup : Futsal
: “HIDUP TAK SEINSTAN POP MIE, HIDUP
MEMERLUKAN PROSES PANJANG”