The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rinamasriyani2, 2024-02-06 20:11:46

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2

2.2.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 2.2 PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL (PSE) RINA MASRIYANI SMA NEGERI 1 PURBALINGGA CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 9


Fasilitator WITONO SMP N 1 Puhpelem Pengajar Praktik EKO SUHARYANTO SMAN 1 Kejobong


Apa kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional? Apa kaitan pembelajaran sosial dan emosional yang telah anda pelajari dengan modul-modul sebelumnya? Melalui Pembelajaran Sosial Emosional ini, diharapkan para pendidik mampu mengatasi persoalan dengan baik, persoalan individu maupun siswa di sekolah.


Apa itu Pembelajaran Sosial Emosional?? Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah proses pembentukan diri dengan keterampilanketerampilan yang dibutuhkan anak (kesadaran diri, pengelolaan (manajemen) diri, kesadaran sosial, kamampuan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab) untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus mendapatkan solusi dan memecahkan masalah yang ada, serta mengajarkan bagaimana menjadi orang baik. Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memberikan pondasi yang kuat bagi siswa untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luas akademik, termasuk well being secara optimal.


Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa …… sehingga….. Setelah mempelajari modul ini, ternyata ………….


Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa pembelajaran yang selama ini saya lakukan sudah sesuai dengan model, metode dan strategi pembelajaran yang tepat. Awal masuk kelas saya selalu menanyakan kabar anak, kegiatan anak sebelum pelajaran saya, bersama-sama mengecek kebersihan di kelas. Saya juga melakukan apersepsi, mengaitkan materi yang akan diajarkan dengan materi yang sudah diberikan sebelumnya. Saat melihat anak kurang konsentrasi, jenuh, dan ngantuk, sala melakukan penyegaran dengan melakukan ice breaking atau permainan agar bisa membuat anak lebih segar kembali dan lebih fokus dalam proses pembelajaran. Setelah mempelajari modul ini, ternyata apa yang selama ini sudah saya lakukan adalah salah satu pembelajaran sosial emosional, hanya saja saya tidak mengetahui istilah tersebut. Akan tetapi, masih perlu penambahan yang lebih baik lagi di langkah awal. Diantaranya, saya perlu melakukan kesadaran penuh (Mindfullness) dan mengontrol emosi baik dalam diri saya maupun sisea agar bisa fokus dalam pembelajaran dan menghasilkan pembelajaran bermakna. Tarik dan jatuhkan foto atau video Anda! Klik sampel foto atau video ini, lalu hapus. Pilih foto atau video Anda dari tab unggah, tarik, lalu jatuhkan ke bingkai!


Konsep PSE berdasar kerangka kerja CASEL Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being), 3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah: Pemahaman konsep kesadaran penuh (mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) Kesejahteraan psikologis [well-being].


Pembelajaran Sosial Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborativefor Academic, Social and Emotional Learning) Konsep Pembelajaran Sosial Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Collaborativefor Academic, Social and Emotional Learning) bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Pembelajaran5 KSE tersebut akan dapatmenghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, responsif, proaktif, mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan humaniora.


KESADARAN PENUH (MINDFULNESS) Kesadaran penuh itu sendiri dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja/sadar pada kondisi saat sekarang. Pada prinsipnya praktik kesadaran penuh merupakan segala aktivitas yang kita lakukan secara sadar. Apapun bentuk aktivitasnya yang ditekankan adalah perhatian yang diberikan saat melakukan aktivitas tersebut. Praktik paling mendasar dan sederhana adalah melatih dan menyadari napas. Salah satu teknik menyadari dan melatih napas adalah Teknik STOP. Teknik ini dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, dan tanpa membutuhkan peralatan. Mengamati berbagai perasaan yang muncul Selain Teknik STOP, ada juga beberapa cara yang bisa dilakukan, diantaranya : Fokus pada 3 hal yang dapat dilihat, di dengar dan dirasakan. Menuliskan jurnal Menggambar, membuat coretan atau mewarna Mendengarkan atau memainkan alat musik


Penerapan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus, dan eksplisit, dapat mendukung terwujudnya well-being ekosistem sekolah. Pembelajaran Sosial Emosional dapat dilakukan melalui 4 indikator, yaitu: Pengajaran eksplisit Dilaksanakan dalam bentuk kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler Integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah Penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah


Menurut kamus Oxford English Dictionary, well-being dapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia. Well-being adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya. KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS [WELL-BEING]


Noble and McGrath (2016) menyebutkan bahwa well-being murid yang optimal adalah keadaan emosional yang berkelanjutan (relatif stabil) yang ditandai dengan: sikap dan suasana hati yang secara umum positif, relasi yang positif dengan sesama murid dan guru, resiliensi, optimalisasi diri, dan tingkat kepuasan diri yang tinggi berkaitan dengan pengalaman belajar mereka di sekolah.


Berkaitan dengan no 2, perubahan yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah:


Perubahan yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah bagi murid-murid: Menerapkan 5 KSE baik pada pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktik mengajar guru dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dengan melibatkan siswa dalam memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.Dengan penerapan tersebut anak mencapai well-being sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai Menjadi teladan bagi murid dalam mengelola emosi, pikiran dan perbuatan di kelas maupun sekolah. Membiasakan mindfullness pada setiap awal pembelajaran dengan mengenalkan emosi pada anak. Melalui pembiasaan ini diharapkan anak dapat mengenali dirinya dan mengelola asetaset yang ada didirinya sehingga memiliki kesiapan dalam belajar.


Perubahan yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah bagi Rekan Sejawat Berusaha menumbuhkan rasa percaya sehingga dapat mendukung dalam menerapkan kompetensi social emosional dalam peran dan tugas sebagai guru dengan peduli kepada rekan sejawat. Dengan penguatan KSE, pendidik mampu menjadi teladan, berkolaborasi dan saling belajar sehingga mampu membantu murid menemukan jati diri dan mengembangkan potensinya. Mensosialisasikan pembelajaran sosial emosional melalui diskusi kecil dan mengagendakan waktu berbagi praktik baik Menggunakan teknik POOCH untuk melatih keterampilan dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.


Ke Halaman Agenda KETERKAITAN MODUL 2.2 DENGAN MODUL SEBELUMNYA


Tip: Gunakan tautan untuk menuju halaman yang berbeda di dalam presentasi. Caranya: Sorot teks, klik simbol tautan di bilah alat, dan pilih halaman di presentasi yang ingin Anda hubungkan. Pada modul 1.1 dalam pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD)diketahui bahwa setiap murid memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Hal ini karena setiap murid memiliki keunikannya sendiri, karena dipengaruhi karakter dan minat yang berbeda-beda. Karenanya guru perlu memberikan keteladanan, keseimbangan, dan dorongan kepada murid seperti halnya semboyan Ing Ngarso SungTulodho, Ing Ngarso Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Pembelajaran social emosional berbasis kesadaran penuh dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan mewujudkan well being sehingga pada komunitas sekolah tercapai kebahagiaan dan keselamatan anak setinggi-tingginya sesuai dengan filosofi KHD mengenai pendidikan yang berpihak pada murid MODUL 1.1 MODUL 2.2


Pada modul 1.2 mengenai Nilai-nilai dan peran guru penggerak, dapat dimaknai bahwa dengan mengimplementasikan nilai dan peran tersebut pada proses kegiatan belajar mengajar (KBM), guru dapat menjadi agen perubahan yang mampu memberikan inspirasi,motivasi, merangsang tumbuhnya kemandirian murid, mengembangkan potensi murid sesuai kodrat alam dan zamannya, sehingga mampu mewujudkan konsep merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Untuk mewujudkan pembelajaran social emosional peran guru sangat penting. Guru dapat menumbuhkan nilai dan perannya dalam mengelola kompetensi social dan emosi anak sehingga nilai kemandirian dan pembelajaran yang berpusat pada murid serta peran guru penggerak sebagai pemimpin pembelajaran dan mendorong kolaborasi dapat tercapai dan berjalan seimbang. MODUL 1.2 MODUL 2.2


Tarik dan jatuhkan foto atau video Anda! Klik sampel foto atau video ini, lalu hapus. Pilih foto atau video Anda dari tab unggah, tarik, lalu jatuhkan ke bingkai! Pada modul 1.3 mengenai visi sekolah dibahas mengenai bagaimana mengelola perubahan yang positif dengan menjadikan sekolah sebagai rumah yang aman, nyaman dan bermakna bagi murid. Untuk dapat mewujudkan visi sekolah dan melakukan proses perubahan tersebut,maka perlu sebuah pendekatan atau paradigma Inkuiri Apresiatif (IA). IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Melalui proses pembelajaran dengan kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial , keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab merupakan langkah untuk mewujudkan visi terciptanya profil pelajar pancasila MODUL 1.3 MODUL 2.2


Pada modul 1.4 mengenai budaya positif di sekolah, diketahui bahwa peran sekolah salah satunya sebagai institusi pembentukan karakter yang bukan hanya mendorong murid untuk sukses secara moral maupun akademik di lingkungan sekolah, tetapi juga untuk menumbuhkan moral yang baik pada diri murid ketika sudah terlibat di dalam masyarakat. Budaya sekolah merupakan nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang dibangun dalam jangka waktu lama yang tercermin pada sikap keseharian seluruh komponen sekolah. Pembelajaran social emosional pun dalam pelaksanaannya dapat mengontrol kita untuk menciptakan budaya positif di sekolah dengan memandang perbedaan individu melalui pembelajaran berdeferensiasi. Terwujudnya penerapan Kompetensi sosial dan emosional dalam Iklim dan Budaya Sekolah seperti pembentukan keyakinandan kesepakatan Sekolah merupakan indikasi terwujudnya budaya positif. MODUL 1.4 MODUL 2.2


Pada modul 2.1 mengenai pembelajaran berdiferensiasi diketahui bahwa dalam proses pembelajaran di kelas guru harus mampu membuat serangkaian keputusan masuk akal yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Pembelajaran Berdiferensiasi dapat berjalan lebih baik apabila guru mengintegrasikan PSE seperti mengidentifikasi emosi murid untuk memetakan kebutuhan belajarnya, misalnya guru membantu murid untuk meningkatkan kesadaran sosial saat berkolaborasi dalam kelompok, dsb. MODUL 2.1 MODUL 2.2


TERIMA KASIH


Click to View FlipBook Version