INI KATA PENGANTA
INI DAFTAR ISI
BAB I KUMPULAN TEORI TEORI KOMUNIKASI 1.1.TEORI EFEK MEDIA DALAM KOMUNIKASI MASSA Media adalah sarana atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan, informasi, hiburan kepada khalayak luas. Media dapat memberikan pengaruh terhadap opini, pandangan dan perilaku, hal ini terjadi karena media memiliki kekuatan untuk memengaruhi persepsi dan pemahaman seseorang terhadap isu atau topik tertentu. Teori efek media adalah sebuah teori komunikasi massa yang mengatakan bahwa media massa memiliki pengaruh yang signifikan pada penontonnya, baik dalam membentuk opini, sikap, perilaku, maupun nilai-nilai sosial. Teori ini mengasumsikan bahwa media massa memiliki kemampuan untuk mengubah pemikiran dan perilaku individu maupun masyarakat secara keseluruhan. 1.1.2. Jenis-jenis efek media: 1. Efek Persuasi. Media dapat mempengaruhi, mengubah pandangan kita terhadap suatu individua tau kelompoknya. Contohnya melalui platform media sosial, individu dapat membagikan pendapat, menyebarkan informasi, dan mempengaruhi orang lain secara langsung. Kampanye, opini publik, dan tekanan sosial melalui media sosial dapat mempengaruhi pandangan dan perilaku individu. 2. Efek Kognitif. Media dapat mempengaruhi pengetahuan dan pemahaman kita terhadao suatu isu serta mempengaruhi car akita memproses informasi. Melalui pemberitaan, program dokumenter, atau konten pendidikan, media dapat meningkatkan pengetahuan individu tentang dunia di sekitar mereka. 3. Efek Emosional. Media dapat mempengaruhi emosi kita,baik secara positif atau negatif. Contohnya Media massa dapat menciptakan rasa takut dan kecemasan dalam penonton melalui cerita horor, film thriller, atau laporan berita yang menakutkan. 4. Efek Perilaku. Media dapat mempengaruhi perilaku kita. Contonya film aksi atau permainan video yang berisi kekerasan, dapat mempengaruhi perilaku agresif individu.
1.1.3. Faktor yang Mempengaruhi Efek Media 1. Konten media. Konten yang menarik dapat mempengaruhi opini dan pandangan orang. 2. Pengaruh sosil. Pengaruh dari kelompok sosial seperti keluarga, teman dan lingkungan. 3. Faktor individu. Usia, jenis kelamin,Pendidikan dan pengalaman hidup seseorang dapat mempengaruhi efek media massa pada dirinya 1.1.4. Strategi Untuk Mengelola Efek Media 1. Kritis dalam memilih konten media massa yang dikonsumsi 2. Pelajari tentang sumber informasi yang dapat diandalkan, dan kembangkan keterampilan kritis dalam mengevaluasi kebenaran dan keandalan informasi. 3. Tetapkan batasan dan kendalikan jumlah waktu yang dihabiskan untuk mengonsumsi media. Terlalu banyak paparan media dapat mempengaruhi kesejahteraan mental dan emosional. 1.2. TEORI DISONANSI KOGNITIF Teori disonansi kognitif adalah sebuah teori yang menjelaskan mengenai ketiidaksesuaian antara pikiran dan tindakan yang dijelaskan oleh seseorang. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh seorang psikolog Bernama Leon Festinger pada tahun 1975. Disonansi kognitif adalah sebuah konsep psikologis yang mengacu pada ketidakcocokan antara keyakinan, nilai atau sikap seseorang dengan perilaku atau situasi yang bertentangan dengn keyakinan, nilai atau sikap tersebut. 4. Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangi disonansi. Teori ini beranggapan bahwa rangsangan disonansi yang diberikan akan memotivasi seseorang untuk keluar dari inkonsistensi tersebut dan mengembalikannya pada konsistensi. 1.2.1. CARA MENGATASI DISONANSI KOGNITIF: • Mengubah tindakan atau keputusan yang menyebabkan disonansi kognitif. Jika tindakan atau keputusan yang diambil tidak sesuai dengan keyakinan atau sikap Anda, pertimbangkan untuk mengubahnya. • Mengubah keyakinan atau sikap. Jika tindakan atau keputusan yang diambil tetap sesuai dengan keyakinan atau sikap Anda, Anda dapat mencoba untuk
merenungkan kembali keyakinan atau sikap Anda agar sesuai dengan tindakan atau keputusan yang diambil. • Mencari informasi tambahan. Kadang-kadang, disonansi kognitif terjadi karena kurangnya informasi yang cukup. Dengan mencari informasi tambahan, Anda dapat membuat keputusan yang lebih baik dan mengurangi disonansi kognitif. • Berbicara dengan orang lain. Berbicara dengan orang lain dapat membantu Anda mendapatkan sudut pandang yang berbeda dan memperkuat keyakinan atau sikap Anda, atau membantu Anda mempertimbangkan ulang keputusan atau tindakan yang diambil. 1.2.2. KRITIK TERHADAP TEORI DISONANSI : Teori disonansi kognitif, yang dikemukakan oleh Leon Festinger pada tahun 1957, telah menjadi topik yang kontroversial dalam psikologi sosial. Beberapa kritik yang diajukan terhadap teori ini antara lain: • Ambiguitas definisi konsonansi dan disonansi: Beberapa kritikus berpendapat bahwa definisi yang diberikan oleh Festinger tentang konsonansi dan disonansi agak ambigu. Sebagai contoh, beberapa orang berpendapat bahwa konsonansi dan disonansi pada dasarnya adalah konsep subjektif dan sulit untuk diukur secara objektif. • Validitas eksternal: Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji teori disonansi kognitif, namun hasilnya tidak selalu konsisten. Beberapa studi menunjukkan bahwa teori ini dapat diandalkan dalam menjelaskan perilaku manusia, sedangkan yang lain tidak menemukan hubungan yang signifikan antara disonansi kognitif dan perilaku. • Faktor-faktor kontekstual yang diabaikan: Teori disonansi kognitif cenderung mengabaikan faktor-faktor kontekstual yang dapat mempengaruhi perilaku manusia. Misalnya, teori ini tidak mempertimbangkan faktor-faktor seperti norma sosial, tekanan kelompok, dan lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. • Kurangnya fokus pada proses kognitif: Teori disonansi kognitif cenderung lebih fokus pada hasil akhir perilaku manusia daripada proses kognitif yang mendasarinya. Hal ini menyebabkan kurangnya pemahaman tentang bagaimana proses kognitif mempengaruhi perilaku manusia dalam konteks yang lebih luas. Meskipun terdapat kritik terhadap teori disonansi kognitif, teori ini tetap
memiliki kontribusi penting dalam memahami perilaku manusia dalam situasi yang bertentangan dengan keyakinan atau nilai mereka. Namun, seperti halnya teori lainnya, teori ini perlu terus diperbaiki dan disempurnakan agar dapat lebih akurat dalam menjelaskan perilaku manusia dalam berbagai situasi sosial. 1.3. TEORI KOMUNIKASI PERTUKARAN DAN PENERIMAAN PESAN Teori komunikasi adalah satu teori atau sekumpulan “pemikiran kolektif” yang didapati dalam keseluruhan teori terutamanya yang berkaitan proses komunikasi. Teori komunikasi pertukaran dan penerima pesan mengacu pada proses saling berbagi informasi atau pesan antara dua atau lebih orang atau entitas. Teori ini memandang komunikasi sebagai proses interaktif yang melibatkan pertukaran pesan antara pihak yang terlibat dalam proses komunikasi. 1.3.1. Faktor yang Mempengaruhi: • Budaya. Contohnya pertukaran budaya. Berbeda budaya berarti berbeda dalam menyampaikan ide, gagasan, dan berbeda dalam perilaku keseharian. Berbeda budaya berarti berbeda dalam strategi komunikasi. Seorang yang hanya mengerti bahasa daerah tidak akan bisa mengerti bila menerima pesan dalam bahasa Indonesia. • Pengalaman Orang yang Terlibat. Semakin banyak pengalaman akan berpengaruh juga terhadap pertukaran dan penerimaan pesan dikarenakan sudah lebih banyak pengalaman • Latar Belakang Sikap. Sikap manusia itu beragam, begitu pula ego, karena dengan ego kita mampu bertukar pesan dan berkomunikasi • Pengaruh Nilai dan Norma. Nilai dan dan norma itu sebuah peraturan yang harus dijalankan oleh semua manusia, begitu pula dengan norma pertukaran dan penerimaan pesan bisa terjadi, contohnya dari pemerintah ke masyarakat 1.3.2. Tujuan Pertukaran dan Penerimaan Pesan: • Interaksi • Negosiasi • Menyamakan persepsi 1.3.3. Dampak Pertukaran dan Penerimaan Pesan:
• Keinginan tercapai • Menjalin hubungan lebih baik • Menambah relasi 1.3.4. Manfaat Pertukaran dan Penerimaan Pesan: • Memahami bagaimana pesan dikirim dan diterima • Meningkatkan efektivitas komunikasi • Menghindari kesalahpahaman • Mengembangkan keterampilan komunikasi • Meningkatkan hubungan interpersonal 1.4. TEORI MEDIA ECOLOGY Media Ecology adalah studi tentang lingkungan media dan bagaimana lingkungan tersebut mempengaruhi individu, masyarakat, dan budaya. Konsep Media Ecology pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli media, Marshall McLuhan pada tahun 1960-an. Menurut McLuhan, "Media adalah perpanjangan manusia." Dalam artian, media tidak hanya menjadi sarana komunikasi, tetapi juga membentuk bagaimana kita berpikir dan bertindak. Mengapa Media Ecology penting? Dalam era digital saat ini, lingkungan media telah berubah secara drastis. Perkembangan teknologi telah mempengaruhi cara kita berinteraksi dan berkomunikasi. Media tidak lagi hanya merupakan sumber informasi tetapi juga menjadi sarana untuk membentuk identitas, menghasilkan pendapatan, dan mencapai tujuan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami bagaimana lingkungan media mempengaruhi kehidupan kita dan dampak di antaranya: 1. Perubahan perilaku dan cara berpikir: Media dan teknologi baru telah memengaruhi cara kita berkomunikasi dan berinteraksi satu sama lain. Misalnya, penggunaan media sosial dapat mengubah cara kita membangun hubungan interpersonal, merespon masalah, dan bahkan berpikir tentang diri kita sendiri. 2. Perubahan dalam struktur sosial: Media dan teknologi baru juga dapat memengaruhi struktur sosial dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat. Misalnya, platform media
sosial dapat memperkuat kelompok-kelompok yang sudah ada atau membantu membentuk kelompok baru dengan kepentingan yang berbeda. 3. Perubahan dalam budaya: Media dan teknologi baru juga dapat memengaruhi budaya dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Misalnya, media sosial dapat membantu mempromosikan budaya baru atau membantu melestarikan budaya yang sudah ada. 4. Perubahan dalam lingkungan fisik: Media dan teknologi baru juga dapat memengaruhi lingkungan fisik di sekitar kita. Misalnya, penggunaan teknologi yang ramah lingkungan dapat membantu mengurangi emisi karbon, sementara penggunaan teknologi yang berlebihan dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental kita. 5. Perubahan dalam bisnis dan ekonomi: Media dan teknologi baru juga dapat memengaruhi bisnis dan ekonomi. Misalnya, e-commerce dan perdagangan online telah mengubah cara kita berbelanja dan membentuk model bisnis baru. 1.4.1. Peran media dalam masyarakat 1. Mengedukasi Masyarakat Media memiliki peran yang sangat penting dalam membantu mengedukasi masyarakat. Media dapat memperkenalkan informasi yang baru, memberikan pemahaman tentang isu-isu penting dan juga memberikan pengetahuan yang bermanfaat. Melalui media, masyarakat dapat belajar banyak hal, termasuk mengenai kebudayaan, politik, lingkungan, kesehatan, teknologi, dan banyak lagi. 2. Menginformasikan Masyarakat Media memiliki peran penting dalam menyediakan informasi yang akurat, cepat, dan terbaru kepada masyarakat. Dalam era digital saat ini, media memberikan akses informasi yang sangat luas dan cepat. Masyarakat dapat dengan mudah memperoleh informasi yang mereka butuhkan melalui berbagai sumber media seperti televisi, radio, surat kabar, dan media sosial. 1.5. Cultivation Levelling Theory Teori kultivasi adalah teori sosial yang meneliti efek jangka panjang dari televisi pada khalayak. teori ini merupakan salah satu teori komunikasi massa. Dikembangkan oleh George Gerbner dan Larry Gross dari University of Pennsylvania, teori kultivasi inI berasal dari beberapa proyek penelitian skala besar berjudul 'Indikator Budaya. Tujuan dari proyek Indikator Budaya ini adalah untuk mengidentifikasi efek televisi pada pemirsa.
Teori Kultivasi dalam bentuk yang paling dasar menunjukkan paparan bahwa sesungguhnya televisi dari waktu ke waktu, secara halus "memupuk" persepsi pemirsa tentang kehidupan realitas. Teori ini dapat memiliki dampak pada pemirsa TV, dan dampak tersebut akan berdampak pula pada seluruh budaya kita. Gerbner dan Gross (1976) mengatakan "televisi adalah media sosialisasi kebanyakan orang menjadi peran standar dan perilaku. Fungsinya adalah satu, enkulturasi. 1.5.1. Konsep Utama Cultivation Levelling Theory Teori kultivasi meyakini bahwa seseorang tidak menonton televisi berdasarkan pilihannya, mereka biasanya menonton apa saja yang tersaji. Pada situasi seperti ini, maka penonton cenderung tidak memiliki selektivitas dan hal ini telah menjadi semacam kebiasaan yang selalu berulang 1.5.2. Contoh Cultivation Levelling Theory 1. Pecandu berat televisi menganggap kemungkinan seseorang untuk menjadi korban kejahatan adalah 1:10. dalam kenyataannya 1:50 2. Ketika seseorang sangat sering menonton adegan kekerasan melalui televisi, dalam kehidupan nyatanya dia takut untuk berjalan sendirian dimalam hari karna dipenuhi bayangan bahwa ia akan dirampok bahkan dibunuh 1.5.3. Kelebihan (+) ● Mengkombinasikan teori mikro dan makro ● Menjelaskan secara rinci peran unik televisi ● Menerapkan berbagai isu secara luas ● Menerapkan studi empiris untuk asumsi humanistik secara lebih luas ● Menyediakan dasar-dasar bagi perubahan sosial 1.5.4. Kekurangan (-) • Secara metodologi bermasalah • Mengasumsikan homogenitas isi pesan televisi • Sangat sulit diterapkan di media selain televisi • Menekankan pada pemirsa kelas berat televisi 1.6. Teori Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi antar budaya adalah proses komunikasi yang terjadi antara individu atau kelompok yang berbeda budaya. Proses ini melibatkan pertukaran pesan, ide, dan nilai verbal dan non-verbal antara orang-orang dari latar belakang budaya yang berbeda. Komunikasi antarbudaya juga dapat terjadi dalam banyak konteks, termasuk pekerjaan, pendidikan, dan interaksi sosial. Pentingnya memahami komunikasi antar budaya semakin meningkat di era globalisasi saat ini, ketika interaksi antara individu dan kelompok yang berbeda budaya menjadi lebih umum. 1.6.1 Komponen Penting ● Bahasa ● Norma Sosial ● Nilai Budaya ● Persepsi ● Postur 1.6.2. Hambatan Teori Komunikasi Antar Budaya ● Perbedaan Bahasa ● Perbedaan norma dan nilai budaya ● Stereotip ● Asumsi 1.7. Teori Konstruksi Sosial Dalam Media 1.7.1. Teori Konstruksi Sosial Teori konstruksi sosial merupakan kelanjutan dari pendekatan teori fenomenologi yang pada awalnya merupakan teori filsafat yang dibangun oleh Hegel, Husserl dan kemudian diteruskan oleh Schutz. Lalu, melalui Weber, fenomenologi menjadi teori sosial yang andal untuk digunakan sebagai analisis sosial. Jika teori struktural fungsional dalam paradigma fakta sosial terlalu melebih-lebihkan peran struktur dalam mempengaruhi perilaku manusia, maka teori tindakan terlepas dari struktur di luarnya. 1.7.2. Fungsi Media Media massa merupakan sarana untuk membangun Komunikasi massa. Proses komunikasi massa memiliki sifat komunikasi yang luas dan menyebar. Dalam bentuk komunikasi masa, baik pengirim maupun penerima informasi dalam lingkup masa dianggap tidak saling kenal.
Media massa sendiri memiliki dua pandangan yang berbeda yakni pandangan positivisme dan konstruktivisme. Berikut adalah perbedaan konsep tersebut dalam kaitannya dengan fungsi media massa. 1.7.3. Tahapan Konstruksi Sosial 1. Konstruksi: Aktor sosial, dalam hal ini manusia, memiliki peran dalam mengembangkan suatu konsep untuk menjadi kenyataan. Pengetahuan yang digunakan manusia memiliki sifat tidak terlihat dan relatif. 2. Pemeliharaan: Pemeliharaan akan konstruksi sosial yang dikembangkan sebelumnya wajib dilakukan oleh manusia. Pemeliharaan mesti dilakukan secara terus menerus agar konstruksi sosial tetap berjalan. Bila tidak dipelihara, konstruksi sosial akan diabaikan oleh masyarakat. 3. Perbaikan: Manusia juga perlu melakukan perbaikan akan konstruksi sosial. Perbaikan ini dapat dilakukan bila beberapa aspek dalam konstruksi sosial tersebut mulai hilang atau dilupakan oleh masyarakat. Hal ini dilakukan seiring dengan berjalannya waktu. 4. Perubahan: Dengan berkembangnya zaman, suatu konstruksi sosial bisa saja kehilangan makna dan pendukungnya. Perubahan terhadap konstruksi sosial dilakukan agar menjadi relevan dengan kehidupaan generasi berikutnya. 1.7.4. Contoh Konstruksi Sosial ● Negara dan uang Lebih mudah untuk melihat bagaimana negara dapat menjadi konstruksi sosial daripada untuk melihat bagaimana uang adalah konstruksi sosial. Negara tidak akan ada jika bukan karena interaksi manusia. Manusia harus setuju bahwa ada yang namanya negara dan setuju tentang apa itu negara. Tanpa kesepakatan itu, tidak akan ada negara. ● Gender Wanita lebih mengasuh sehingga mereka paling cocok menjadi ibu yang tinggal di rumah untuk membesarkan anak, sedangkan laki-laki lebih agresif dan kurang mengasuh, serta paling cocok untuk pergi bekerja dan menafkahi keluarga. 1.8. TEORI PENYEBARAN INOVASI Penyebaran inovasi dalam komunikasi massa adalah proses di mana inovasi baru diperkenalkan kepada khalayak melalui media massa, seperti televisi, radio, surat kabar, dan platform digital. Media massa memainkan peran penting sebagai agen penyebaran,
memfasilitasi komunikasi dan informasi inovasi kepada audiens yang lebih luas. Teori Diffusion of Innovations karya Everett Rogers adalah teori yang menjelaskan bagaimana inovasi menyebar di masyarakat. Teori ini mencakup lima tahap proses inovasi, yaitu kesadaran, minat, evaluasi, percobaan, dan pengadopsian. Pengadopsian inovasi dalam komunikasi massa melibatkan penerimaan dan penggunaan inovasi dalam media massa. Beberapa contoh inovasi dalam komunikasi massa termasuk penggunaan media sosial, podcast, streaming video, dan teknologi seperti augmented reality (AR) dan virtual reality (VR). Faktor-faktor yang memengaruhi pengadopsian inovasi meliputi keuntungan relatif, kesesuaian, kemudahan penggunaan, kepercayaan, dan pengaruh sosial. Inovasi dapat disebarkan melalui saluran komunikasi massa seperti televisi, radio, surat kabar, media sosial, dan platform streaming. 1.8.1. Media Massa sebagai Agen Penyebaran 1. Media massa dapat mencapai audiens yang luas dan mempengaruhi sikap, opini, dan perilaku mereka terkait inovasi. 2. Karakteristik media seperti jangkauan yang luas, kecepatan dalam menyampaikan informasi, dan kredibilitas memengaruhi efektivitas penyebaran inovasi. 3. Contoh studi kasus penyebaran inovasi yang sukses melalui media massa meliputi kampanye kesadaran kesehatan, promosi produk baru, dan liputan media tentang teknologi inovatif. 1.8.2. Gatekeeping dalam Penyebaran Inovasi 1. Gatekeeping adalah proses seleksi informasi oleh gatekeeper dalam informasi dan pesan yang akan disampaikan kepada audiens. 2. Gatekeeper memiliki pengaruh dalam penyebaran inovasi dengan memilih informasi yang akan disampaikan kepada audiens. 3. Tantangan gatekeeping termasuk keterbatasan akses dan sumber daya, serta pengaruh kepentingan dan ideologi. 4. Peluang dalam mengatasi hambatan gatekeeping melibatkan penggunaan strategi komunikasi yang efektif kepada gatekeeper. 1.8.3. Jaringan Sosial dan Penyebaran Inovasi 1. Jaringan sosial berperan penting dalam penyebaran inovasi. 2. Opinion leader memiliki pengaruh besar dalam mempengaruhi adopsi inovasi melalui jaringan sosial.
3. Efek jaringan mempercepat penyebaran inovasi dengan pengaruh dari anggota jaringan yang telah mengadopsi inovasi. 4. Jaringan sosial juga memungkinkan berbagi pengalaman, umpan balik, dan rekomendasi yang mempengaruhi penerimaan dan adopsi inovasi. 1.8.4. Studi Kasus Penyebaran Inovasi 1. Kampanye "Ice Bucket Challenge" melalui media sosial untuk mendukung ALS. 2. Pengenalan smartphone oleh Apple melalui kampanye pemasaran yang masif. 3. Program reality show "Shark Tank" untuk mendukung pengusaha muda dan ide inovatif 1.9. TEORI PERTUKARAN SOSIAL Teori pertukaran sosial adalah teori yang menyatakan bahwa dalam hubungan sosial terdapat unsur ganjaran. Pengorbanan dan keuntungan yang saling mempengaruhi. Yang dimana dapat dijelaskan bahwa ganjaran merupakan segala hal yang di perolehi memalui adanya pengorbanan. sedangkan keuntungan adalah ganjaran yang dikurangi oleh pengorbanan. 1.9.1. KOSEP PERTUKARAN SOSIAL 1. Konsep dasar: Konsep dasar dalam Teori Pertukaran Sosial adalah bahwa individu mencari keuntungan dan menghindari biaya dalam setiap interaksi sosial yang mereka lakukan. Keuntungan dapat berupa apa yang didapat dari pertukaran sosial, sedangkan biaya dapat berupa apa yang hilang atau apa yang harus dikeluarkan untuk melakukan pertukaran. 2. Hubungan antar-individu: Teori Pertukaran Sosial dapat digunakan untuk memahami bagaimana interaksi sosial mempengaruhi hubungan antar-individu. Misalnya, ketika individu merasa keuntungan dari sebuah hubungan lebih besar daripada biayanya, maka individu cenderung untuk mempertahankan hubungan tersebut. 3. Konsep ketergantungan: Konsep ketergantungan adalah salah satu konsep penting dalam Teori Pertukaran Sosial. Ketergantungan terjadi ketika satu individu membutuhkan atau bergantung pada individu lain untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan mereka. Ketergantungan dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam melakukan pertukaran. 4. Pengaruh sosial: Teori Pertukaran Sosial juga dapat digunakan untuk memahami pengaruh sosial dan perilaku manusia dalam kelompok sosial. Misalnya, individu
cenderung untuk meniru perilaku yang dianggap menguntungkan dan menghindari perilaku yang dianggap merugikan dalam kelompok sosial. 5. Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari: Teori Pertukaran Sosial dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam hubungan percintaan, pekerjaan, dan persahabatan. Misalnya, individu cenderung untuk memilih pasangan atau teman yang memberikan keuntungan yang lebih besar daripada biayanya. 1.9.2. CONTOH PERTUKARAN SOSIAL 1. Pertukaran sosial dalam bisnis: seorang pengusaha memberikan uang kepada karyawan sebagai imbalan atas pekerjaannya. 2. Pertukaran sosial dalam keluarga: seorang ibu memberikan makanan kepada anaknya sebagai imbalan atas rasa sayangnya. 3. Pertukaran sosial dalam persahabatan: seorang teman memberikan dukungan emosional kepada temannya yang sedang mengalami masalah sebagai imbalan atas persahabatan mereka. 1.10. Teori Kesamaan dan Perbedaan Perspektif Media 1.10.1. Definisi teori Kesamaan Dan Perbedaan Perspektif Media Teori Kesamaan dan Perbedaan Perspektif Media adalah teori yang menyatakan bahwa manusia cenderung memperlakukan alat komunikasi seperti manusia. Seluruh perilaku dan respons yang diberikan manusia kepada media komunikasi tidak disadari sama sekali oleh diri mereka. Teori ini termasuk teori yang relatif baru dalam komunikasi massa. Diperkenalkan pada 1996 oleh Byron Reeves dan Clifford Nass dalam buku The Media Equation: How People Treat Computers, Television, and New Media Like Real People and Places. Secara garis besar, karya ini membahas bagaimana manusia memperlakukan komputer dan televisi layaknya subyek dan obyek yang nyata. Studi-studi tentang media bersumber pada dua perspektif yaitu khalayak media itu bersifat aktif dalam menerima pesan media (men-struktur realitas) dan perspektif yang menganggap khalayak itu ber-sifat pasif dan mudah dipengaruhi secara langsung oleh media. 1.10.2. Pengertian Khalayak Khalayak merupakan masyarakat yang menggunakan media massa sebagai sumber pemenuhan kebutuhan bermedianya. Dennis McQuail (2010) memberikan pengertian mengenai khalayak sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa ber-bagai media atau komponen isinya. Sementara Littlejohn (1996)
mengatakan bahwa khalayak merupakan jumlah populasi yang ada karena adanya media. Dari dua literatur di atas, dapat dijelaskan bahwa secara garis besar ada dua tipe khalayak (audience), yaitu general public audience dan specialized audience. General public audiencemerupakan khalayak yang sangat luas, misalnya penonton televisi. Sedangkan specialized audience dibentuk dari beberapa macam kepentingan bersama dari anggotanya sehingga homogen. Anggota specialized audience heterogen dalam umur, tingkat pendidikan, income, gaya hidup, dan sebagainya, tetapi mereka homogen dalam ketertarikan terhadap suatu bidang. 1.10.3. Asumsi Dasar Teori Asumsi dasar teori ini adalah media diibaratkan manusia. Media equation theory menggambarkan bahwa media juga dapat diajak berkomunikasi dan menjadi lawan bicara. Contohnya saat manusia berkomunikasi dengan memasukkan sejumlah perintah ke dalam komputer, seolah-olah media ini bisa diajak bicara. Misalnya televisi yang menyuguhkan berbagai informasi dan hiburan, seakan-akan media ini sedang berkomunikasi dengan manusia. 1.11. TEORI AKAL SEHAT Teori komunikasi akal sehat adalah pendekatan yang digunakan untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat dan bermakna melalui komunikasi. Konsep ini melibatkan pemahaman, empati, dan kesadaran diri dalam berkomunikasi dengan orang lain. Tujuannya adalah untuk menciptakan komunikasi yang efektif, saling menguntungkan, dan memperkuat hubungan interpersonal. Stephen Littlejohn dan Karen Foss: Menurut Littlejohn dan Foss, teori komunikasi akal sehat melibatkan empati, kesadaran diri, dan kepekaan terhadap konteks dalam berkomunikasi. Mereka menekankan pentingnya mengembangkan komunikasi yang efektif dan saling menguntungkan dengan menghargai perbedaan dan membangun hubungan yang sehat. 1.11.1. Prinsip-prinsip Teori Akal Sehat • Kesadaran diri • Empati • Keterbukaan • Klaritas dan Kehandalan
• Resolusi Konflik yang Sehat • Menghargai Perbedaan • Penggunaan Bahasa yang Menghormati 1.11.2. Dampak Teori Kommunikasi Massa Akal Sehat 1. Peningkatan pemahaman dan keterampilan kritis dalam mengkonsumsi media 2. Meningkatkan partisipasi demokratis melalui pemilihan informasi yang bijaksana 3. Pengurangan efek negatif media seperti stereotipe dan diskriminasi 4. Peningkatan hubungan sosial yang sehat dan saling menguntungkan 5. Pembentukan identitas yang kuat dan konsisten 6. Penyadaran sosial terhadap dampak media massa dan bertindak secara bertanggung jawab 1.12. TEORI KOMUNIKASI VISUAL Komunikasi visual adalah proses penyampaian pesan atau informasi menggunakan elemen visual seperti gambar, grafik, warna, tipografi, dan tata letak. Hal ini melibatkan penggunaan desain grafis, iklan, dan media lainnya untuk memperjelas dan memperkuat pesan yang ingin disampaikan. 1.12.1 Teori-Teori Komunikasi Visual A. Teori Semiotika Teori semiotika adalah studi tentang tanda-tanda dan makna yang terkandung dalam bahasa dan komunikasi. Teori ini mencoba untuk memahami bagaimana tanda-tanda (seperti kata, gambar, simbol, atau gestur) digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam komunikasi. B. Teori Gestalt Teori Gestalt adalah teori psikologi yang mempelajari cara manusia memandang dan memproses dunia visual. Teori ini berasal dari kata " gestalt" yang berarti "keseluruhan " atau "formasi" dalam bahasa Jerman. C. Teori Warna Teori warna adalah studi tentang cara warna dilihat, diproduksi, dan digunakan dalam seni, desain, dan media. Teori warna mencakup pemahaman tentang bagaimana warna dihasilkan, bagaimana mereka dapat dicampur, dan bagaimana warna dapat memengaruhi persepsi visual dan emosi manusia. Ada tiga unsur dasar dalam teori warna, yaitu warna primer, warna sekunder, dan warna tersier
D. Teori Tipografi Teori tipografi adalah studi tentang cara-cara untuk menampilkan teks secara visual, termasuk pemilihan jenis huruf, ukuran huruf, spasi antara huruf dan baris, serta tata letak teks pada halaman atau media yang berbeda E. Teori Komunikasi Visual Interaktif Teori komunikasi visual interaktif adalah sebuah konsep yang menjelaskan bagaimana komunikasi visual dapat terjadi secara interaktif melalui media digital atau teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Teori ini menggabungkan konsep-konsep dari teori komunikasi visual dan teori interaksi manusia-komputer. 1.13. TEORI INFORMATION RICHNESS Teori kesempurnaan media (Media Richness Theory (MRT)) adalah kerangka yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan media komunikasi untuk mereproduksi informasi. Teori ini diperkenalkan oleh Richard L. Daft dan Robert H. Lengel pada tahun 1986 sebagai perluasan dari Teori Pengolahan Informasi Sosial. Teori kesempurnaan media diperkenalkan pada tahun 1986 oleh Richard L. Daft dan Robert H. Lengel. Mengacu pada pada teori pemrosesan informasi sebagai landasan teoritis, MRT pada awalnya dikembangkan untuk menggambarkan dan mengevaluasi media komunikasi yang digunakan dalam organisasi. 1.13.1. Teori Teori MRT Teori kesempurnaan media menyatakan bahwa semua media memiliki kemampuan yang bervariasi untuk memungkinkan pengguna berkomunikasi dan mengubah pemahaman. Tingkat kemampuan ini dikenal sebagai ‘kesempurnaan’ media. MRT menempatkan semua media pada skala berkesinambungan berdasarkan kemampuan mereka untuk mengkomunikasikan pesan kompleks. Teori ini mencakup kerangka kerja dengan rentang ketidakjelasan dan ketidakpastian dari rendah ke tinggi. Ketidakjelasan dan ketidakpastian yang rendah menggambarkan situasi yang terdefinisi dengan baik, sedangkan ketidakjelasan dan ketidakpastian tinggi menggambarkan peristiwa ambigu yang membutuhkan klarifikasi oleh manajer. Daft dan Lengel juga menekankan bahwa kejelasan sebuah pesan dapat dikompromikan ketika terjadi komunikasi antar departemen, mengingat setiap departemen bisa
jadi dilatih untuk memiliki keahlian yang berbeda atau norma komunikasi yang saling bertentangan satu sama lain. 1.13.2 Menentukan Kesempurnaan Media • Pada artikel mengenai teori kesempurnaan media yang ditulis pada tahun 1988, Daft dan Lengel menyebutkan, • "Semakin banyak pembelajaran yang dapat diperoleh melalui media, maka makin sempurnalah media tersebut.” • Kesempurnaan media adalah fungsi dari karakteristik-karakteristik berikut ini: • Kemampuan untuk menangani beberapa tanda-tanda informasi pada saat bersamaan • Kemampuan untuk memfasilitasi umpan balikyang cepat • Kemampuan untuk membangun fokus pribadi • Kemampuan untuk memanfaatkan bahasa alami 1.13.3. Memilih Media yang Tepat • Teori kesempurnaan media memprediksi bahwa manajer akan memilih mode komunikasiberdasarkan kejelasan sebuah pesan dengan kekayaan sebuah media. Dengan kata lain, saluran komunikasi akan dipilih berdasarkan tingkat komunikatifnya. Namun, seringkali faktor lain turut mempengaruhi, seperti sumber daya yang tersedia bagi komunikator. • Daft dan Lengel memprediksi bahwa manajer akan lebih berkonsentrasi pada efisiensi tugas (mencapai tujuan komunikasi seefisien mungkin) dan tidak mempertimbangkan faktor-faktor lain, seperti mengembangkan dan mempertahankan hubungan. 1.14. TEORI INFORMASI DAN KOGNISI Teori informasi memiliki sejarah yang panjang dan dimulai pada awal abad ke-20. Pada tahun 1948, matematikawan Amerika, Claude Shannon, mempublikasikan makalah berjudul "A Mathematical Theory of Communication", yang menjadi dasar dari teori informasi. Shannon mengembangkan model matematika yang menggambarkan bagaimana informasi dapat ditransmisikan melalui saluran komunikasi, dan mengukur kapasitas saluran komunikasi dan keefektifannya. Studi kognisi dimulai pada abad ke-19 dengan psikologi eksperimental yang bertujuan untuk memahami bagaimana manusia memperoleh pengetahuan dan memproses informasi.
Psikolog seperti Wilhelm Wundt dan William James mengembangkan konsep tentang persepsi, memori, dan pemikiran sebagai objek studi psikologi. • Permasalahan • Tujuan Penulisan • Pengertian hubungan antara teori informasi dan kognisi 1.14.1. Konsep-konsep dasar dalam hubungan antara teori informasi dan kognisi • Persepsi Persepsi adalah proses kognitif yang melibatkan pengambilan informasi sensorik dari lingkungan eksternal dan pengolahan informasi tersebut dalam pikiran manusia. Teori informasi membantu memahami bagaimana informasi sensorik diubah menjadi representasi mental yang dapat dipahami oleh orang. • Pemrosesan Informasi Pemrosesan informasi adalah proses mental yang mencakup penerimaan, penyimpanan, pengorganisasian, dan pengambilan informasi dari lingkungannya. Teori informasi memberikan dasar untuk memahami bagaimana sistem kognitif manusia memproses, mengolah, dan menyimpan informasi. • Ingatan Ingatan adalah kemampuan untuk menyimpan dan mengingat informasi sebelumnya dikenal sebagai ingatan ingat. Teori informasi membantu kita memahami bagaimana informasi disimpan dan diambil dari memori jangka pendek dan jangka panjang. • Pengambilan Keputusan Pemrosesan informasi adalah bagian dari pengambilan keputusan, yang melibatkan penilaian, evaluasi, dan pemilihan opsi yang tepat. Teori informasi membantu kita memahami bagaimana orang mengumpulkan, mengevaluasi, dan memanfaatkan informasi yang relevan untuk membuat keputusan. • Bahasa dan Komunikasi Semua orang memproses informasi, baik verbal maupun non-verbal. Teori informasi membantu kita memahami bagaimana bahasa dan komunikasi mengkodekan, mengirim, dan menerima informasi. • Pemecahan Masalah Pemecahan masalah melibatkan proses kognitif yang kompleks untuk menemukan masalah, menemukan solusi, dan mengevaluasi hasilnya. Dalam pemecahan masalah, teori informasi dan kognisi saling melengkapi.
1.15. TEORI AGENDA SETTING Teori agenda setting adalah teori yang menjelaskan bagaimana media massa dapat mempengaruhi pemikiran dan pandangan masyarakat tentang topik-topik tertentu. Teori ini berangkat dariasumsi bahwa media massa dapat memilih topik yang akan dipublikasikan dan memprioritaskan topik tersebut dalam ruang dan waktu tertentu sehingga membuat topik tersebut menjadi lebih penting dan berpengaruh dalam pikiran dan pandangan masyarakat. priming adalah proses pengaruh media massa dalam memengaruhi cara masyarakat memproses informasi dan mengambil keputusan. Dalam konteks teori agenda setting, priming dapat terjadi melalui penekanan pada topik atau isu tertentu yang membuat masyarakat lebih menerima informasi yang berkaitan dengan topik tersebut. 1.15.1. FRAMING Framing adalah proses penggunaan bahasa atau kata-kata tertentu untuk membentuk pemahaman dan persepsi masyarakat terhadap suatu topik atau isu. Dalam konteks teori agenda setting, framing dapat membantu media massa dalam mempengaruhi perhatian masyarakat terhadap isu tertentu dengan memilih katakata dan bahasa yang tepat. Dalam praktiknya, media massa dapat memiliki frame tertentu untuk memperkuat atau melemahkan pemahaman masyarakat tentang suatu topik atau isu. 1.15.2. PRIMING Priming adalah proses pengaruh media massa dalam memengaruhi cara masyarakat memproses informasi dan mengambil keputusan. Dalam konteks teori agenda setting, priming dapat terjadi melalui penekanan pada topik atau isu tertentu yang membuat masyarakat lebih menerima informasi yang berkaitan dengan topik tersebut. Dalam praktiknya, media massa dapat memberikan perhatian khusus pada suatu topik atau isu untuk mempengaruhi cara masyarakat memandang isu tersebut. 1.16. TEORI KETERGANTUNGAN MEDIA Media massa memiliki pengaruh yang kuat pada masyarakat dan bahkan masyarakat bergantung pada media untuk informasi dan pemahaman tentang dunia. Media massa tidak hanya mempengaruhi perilaku dan sikap orang-orang, tetapi media massa juga memiliki kemampuan untuk mempengaruhi bagaimana orang berfikir.
Teori ketergantungan media ini menyatakan bahwa semakin tinggi ketergantungan seseorang pada media, semakin besar pengaruh media terhadap perilaku dan sikap mereka. Sebaliknya, semakin rendah ketergantungan seseorang pada media, semakin sedikit pengaruh media terhadap mereka. 1.16.1. Jenis Teori Ketergantungan Media 1. Ketergantungan instrumental: Terjadi ketika seseorang bergantung pada media untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti informasi atau hiburan. 2. Ketergantungan afektif: Terjadi ketika seseorang bergantung pada media untuk memenuhi kebutuhan emosional seperti hiburan atau dukungan sosial. 3. Ketergantungan nilai: Terjadi ketika seseorang bergantung pada media untuk memenuhi kebutuhan nilai seperti ideology atau keyakinan. 1.16.2. Contoh Ketergantungan Media 1. Ketergantungan pada media sosial untuk berkomunikasi dan terhubung dengan teman dan keluarga. Semakin banyak orang yang bergantung pada platform media sosial seperti Facebook, Twitter, atau Instagram, semakin besar pengaruh media sosial terhadap pola pikir dan perilaku mereka. 2. Ketergantungan pada media berita untuk informasi. Banyak orang mengandalkan media berita untuk memahami apa yang terjadi di dunia, dan media berita sering kali memiliki pengaruh besar dalam membentuk opini publik tentang berbagai isu. 3. Ketergantungan pada media hiburan untuk mengisi waktu luang. Film, musik, dan acara televisi dapat menjadi cara utama bagi banyak orang untuk menghilangkan stres dan bersantai setelah bekerja atau belajar 1.16.3. Dampak Ketergantungan Media Ketergantungan pada media dapat memperngaruhi interaksi dan kemampuan komunikasi interpersonal. Orang yang terlalu bergantung pada media mungkin mengalami kesulitan berinteraksi dengan orang lain secara langsung dan mengembangkan keterampilan sosial yang diperlukan untuk sukses di dunia nyata. 1.17. TEORI PENGARUH SOSIAL Teori seleksi pengaruh (Influence Selection Theory) adalah teori psikologi yang menjelaskan bagaimana individu memilih lingkungan sosial dan budaya mereka serta bagaimana lingkungan tersebut mempengaruhi mereka secara kognitif dan perilaku.
Menurut teori ini, individu memilih untuk berada dalam lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka. Lingkungan ini kemudian mempengaruhi perilaku dan keyakinan mereka melalui proses seleksi dimana individu mencari informasi dan pengaruh yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka. 1.17.1. TIGA PRINSIP UTAMA DALAM TEORI SELEKSI PENGARUH 1. Seleksi: Individu memilih lingkungan yang cocok dengan kebutuhan dan preferensi mereka. 2. Sosialisasi: Lingkungan sosial dan budaya mempengaruhi individu melalui norma, nilai, dan perilaku yang dipraktikan di dalamnya. 3. Replikasi: Individu cenderung memperkuat lingkungan sosial dan budaya yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka melalui interaksi sosial dan pilihan mereka. 1.17.2. MANFAAT MEMPELAJARI TEORI HUBUNGAN SOSIAL DALAM KOMUNIKASI MASSA 1. Kita dapat mengetahui dan memahami pengertian teori hubungan sosial 2. Kita dapat mengetahui dan memahami sejarah teori hubungan sosial dalam komunikasi massa 3. Kita dapat mengetahui dan memahami beberapa konsep teori hubungan sosial dalam komunikasi massa 1.18. TEORI EKOLOGI KOMUNIKASI Ekologi komunikasi adalah studi yang membahas mengenai interaksi komunikasi manusia dengan lingkungan fisik dan sosial mereka. Hal ini mencakup pemahaman tentang bagaimana komunikasi terjadi dalam lingkungan sosial dan bagaimana pengaruh lingkungan fisik seperti tempat tinggal, lokasi, dan keadaan lingkungan mempengaruhi perilaku komunikasi manusia. Ekologi komunikasi juga mempertimbangkan aspek budaya, politik, ekonomi, dan teknologi dalam memahami dinamika komunikasi manusia dan hubungannya dengan lingkungan. Dalam konteks ini, ekologi komunikasi berupaya untuk memahami hubungan kompleks antara manusia dengan lingkungannya serta mengembangkan strategi komunikasi yang lebih efektif dan berkelanjutan. 1.18.1. CONTOH EKOLOGI KOMUNIKASI
1. Kampanye kebersihan saluran air 2. Program konservasi satwa liar 3. Program pembangunan desa ramah lingkungan 4. Kampanye kesadaran lingkungan 5. Program pengolahan sampah 6. Konferensi lingkungan 1.18.2. MACAM-MACAM EKOLOGI KOMUNIKASI 1. Ekologi komunikasi manusia-lingkungan 2. Ekologi komunikasi media 3. Ekologi komunikasi organisasi 4. Ekologi komunikasi politik 1.18.3. DAMPAK EKOLOGI KOMUNIKASI 1. Peningkatan hubungan sosial dan budaya 2. Penerapan kebijakan dan peraturan lingkungan yang lebih efektif 3. Perubahan perilaku 4. Kesadaran lingkungan yang meningkat 1.19. TEORI MEDIA DEPENDENCY Teori ketergantungan media menyatakan bahwa masyarakat dan individu-individu dalam masyarakat memiliki ketergantungan terhadap media massa untuk memperoleh informasi, membentuk sikap, dan mengambil keputusan. Teori ini dikembangkan oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin DeFleur pada tahun 1976 dengan dasar asumsi bahwa media massa memiliki pengaruh yang kuat dalam membentuk opini, sikap, dan perilaku masyarakat. Media massa mencakup berbagai platform seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan media digital, dan dianggap sebagai sumber informasi, hiburan, dan pengaruh sosial bagi masyarakat. Teori ketergantungan media (media dependency theory) adalah sebuah konsep yang menyatakan bahwa masyarakat dan individu-individu di dalamnya memiliki ketergantungan terhadap media massa dalam hal memperoleh informasi, membentuk sikap, dan mengambil keputusan. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa media massa memiliki kekuatan yang signifikan dalam membentuk pandangan, sikap, dan perilaku masyarakat secara menyeluruh. Individu-individu mengandalkan media massa sebagai sumber utama informasi, hiburan, dan
pengaruh sosial dikarenakan keterbatasan yang mereka hadapi baik secara individu maupun struktural dalam memperoleh informasi. 1.19.1. PERAN MEDIA DALAM MASYARAKAT 1. Sebagai Sumber Informasi: Media berfungsi sebagai sumber utama informasi bagi masyarakat. Melalui berita, laporan, dan program-program informatif, media menyediakan informasi tentang peristiwa terkini, isu-isu penting, dan topik-topik lain yang relevan bagi masyarakat. 2. Sebagai Hiburan: Media juga memiliki peran dalam memberikan hiburan kepada masyarakat. Program-program televisi, film, musik, dan media online menyediakan konten hiburan yang memenuhi kebutuhan rekreasi dan relaksasi masyarakat. 3. Sebagai Pendidikan: Media dapat berperan sebagai alat pendidikan dengan menyediakan konten-konten edukatif. Program-program pendidikan, dokumenter, dan publikasi ilmiah di media massa membantu dalam penyebaran pengetahuan dan pengembangan keterampilan masyarakat. 4. Memengaruhi Perilaku Sosial: Media memiliki kekuatan untuk mempengaruhi sikap, nilai, dan perilaku masyarakat. Melalui narasi, cerita, dan presentasi visual, media massa dapat membentuk pandangan dan perspektif yang diterima dan diadopsi oleh masyarakat. 1.20. TEORI PEMBELAJARAN SOSIAL Teori pembelajaran sosial adalah teori yang menggabungkan teori belajar Behavioral dan teori belajar kognitif dalam rangka untuk menyuguhkan model yang komprehensif mengenai pengalaman belajar. Sebagaimana dinyatakan oleh bandura, teori pembelajaran sosial memiliki beberapa prinsip umum sebagai Berikut : 1. Pembelajaran dapat terjadi melalui pengamatan perilaku dan pengamatan konsekuensi perilaku. 2. Pembelajaran meliputi observasi, ekstraksi informasi dari observasi yang dilakukan, dan membuat keputusan tentang penampilan perilaku. Karena itu, pembelajaran dapat terjadi tanpa perlu adanya perubahan dalam perilaku.
3. Penguatan atau peneguhan memainkan sebuah peran dalam pembelajaran tetapi peneguhan ini tidak bertanggung jawab terhadap pembelajaran secara keseluruhan. 4. Pelajar bukanlah penerima informasi yang bersifat pasif. Kognisi, lingkungan, dan perilaku saling mempengaruhi satu sama lain. 5. Teori pembelajaran sosial dipandang tidak dapat digunakan untuk menjelaskan seluruh perilaku. Khususnya ketika tidak adanya model peran dalam hidup individu untuk meniru perilaku yang diberikan. 6. Teori pembelajaran sosial dipandang memiliki keterbatasan untuk menggambarkan perilaku mengingat perilaku sangat dipengaruhi oleh Lingkungan. 1.21. KONSTRUKSI SOSIAL PADA REALITA Peter L. Berger dan Thomas Luckmann: Menurut mereka konstruk sisosial adalah proses dimana realitas sosial dibangun oleh manusia melalui interaksi sosial dan dibentuk oleh institusi dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. Dalam pandangan mereka, realitas sosial bersifat subjektif, karena dipersepsi dan diinterpretasi kan oleh individu. Michel Foucault Foucault memandang konstruksi sosial sebagai proses pembentukan pengetahuan dan kekuasaan yang terjadi melalui diskursus.Ia berpendapat bahwa pengetahuan dan kebenaran yang dianggap obyektif sebenarnya adalah hasil dari proses sosial dan kekuasaan yang diciptakan oleh paraahli dan institusi yang berwenang. 1.20.1. PROSES TERJADINYA KONSTRUKSI SOSIAL 1. Sosialisasi 2. Interaksisosial 3. Institusisosial 4. Proses 5. Kontekshistoris 1.20.2. PROSES DIALEKTIS Teori konstruksi sosial. Peter L. Berger berfokus pada gagasan bahwa realita sosial tidaklah objektif atau secara inheren ada, tetapi dibangun melalui interaksi sosial dan tindakan kolektif manusia. Menurut Berger, realitas bukan lah entitas yang terpisah dari manusia, melainkan merupakan hasil dari proses konstruksi yang melibatkan interpretasi dan pemahaman kolektif.
1. Objektivasi 2. Internalisasi 3. Eksternalisasi 1.21. Teori Komunikasi Organisasi Teori komunikasi organisasi adalah studi tentang bagaimana komunikasi terjadi di dalam organisasi dan bagaimana hal itu mempengaruhi kinerja organisasi. Teori ini menggabungkan prinsip-prinsip komunikasi dengan prinsip-prinsip organisasi untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana pesan, ide, dan informasi bergerak melalui organisasi. Memahami teori komunikasi organisasi sangat penting karena komunikasi adalah elemen penting dalam setiap organisasi. Tanpa komunikasi yang efektif, organisasi tidak dapat mencapai tujuan dan meraih keberhasilan. Dengan memahami teori komunikasi organisasi, kita dapat membantu meningkatkan efektivitas, kinerja, dan hubungan kerja dalam organisasi. 1.21.1. Model Komunikasi Organisasi 1. Model Linear 2. Model Interaksi 3. Model Transaksional 1.21.2. Teori Komunikasi Organisasi • Teori Manajemen Ilmiah Teori Manajemen Ilmiah (Scientific Management Theory) adalah teori manajemen yang dikembangkan oleh Frederick Winslow Taylor pada awal abad ke-20. Teori ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas di dalam organisasi dengan menerapkan metode-metode ilmiah. Teori Manajemen Ilmiah berfokus pada pengembangan metode-metode kerja yang tepat dan efektif untuk meningkatkan efisiensi di dalam organisasi. Pendekatan ini muncul sebagai tanggapan terhadap masalah yang timbul pada saat itu, seperti masalah efisiensi produksi, kualitas produk, tingginya biaya produksi, dan tingginya tingkat kecelakaan kerja. • Teori Klasik Organisasi Teori Klasik organisasi adalah teori manajemen yang dikembangkan pada awal abad ke-20 oleh sejumlah tokoh seperti Henri Fayol, Max Weber, dan Frederick Winslow Taylor.
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa organisasi harus diatur dan dikelola dengan cara yang rasional dan efisien. Teori Klasik organisasi terdiri dari dua aliran pemikiran utama: Manajemen Ilmiah (Scientific Management) yang dikembangkan oleh Taylor, dan Manajemen Administrasi (Administrative Management) yang dikembangkan oleh Fayol. • Teori Birokrasi Teori birokrasi komunikasi organisasi adalah teori yang dikembangkan oleh Max Weber pada awal abad ke-20. Teori ini menggambarkan bagaimana struktur birokrasi dapat berdampak pada komunikasi di dalam organisasi. Teori birokrasi komunikasi organisasi memiliki kontribusi penting dalam memahami bagaimana struktur organisasi dapat memengaruhi komunikasi dalam suatu organisasi. Namun, teori ini juga menghadapi kritik karena dianggap terlalu memfokuskan pada struktur dan aturan, sehingga mengabaikan faktor manusia dan interaksi sosial dalam organisasi. Oleh karena itu, teori birokrasi seringkali digunakan bersamaan dengan teori-teori lain dalam memahami komunikasi organisasi. 1.22. Teori Pemrosesan Informasi Pesan dianggap telah tercapai jika telah berhasil dikirim dan diterima oleh penerima tanpa mengalami gangguan atau hambatan yang mengubah konten atau makna pesan tersebut. Terkadang, keberhasilan pengiriman pesan juga dapat diukur dari adanya konfirmasi atau respons dari penerima yang menunjukkan pemahaman atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima. Dalam konteks komunikasi, tujuan utama dari pengiriman pesan adalah untuk memastikan bahwa pesan yang disampaikan dapat dipahami dengan benar oleh penerima sehingga dapat mencapai hasil atau tujuan yang diinginkan. 1.22.1. Tahap-Tahap Pemrosesan Informasi 1. Tahap Input: Pada tahap input, data atau informasi diterima seseorang melalui media massa atau secara langsung . Informasi yang dimasukkan pada tahap ini kemudian akan diubah menjadi suatu pemahaman yang sesuai dengan apa yang dipikirkan orang tersebut 2. Tahap Pengolahan: Setelah data atau informasi diterima pada tahap input, tahap selanjutnya adalah tahap pengolahan. Pada tahap ini, otak manusia akan mencerna
informasi tersebut agar bisa dipahami menurut pemahamannya sendiri dan dapat memberikan timbal balik atau tanggapan mengenai informasi yang disampaikan 3. Tahap Output: Tahap terakhir dalam proses pengolahan data adalah tahap output. Pada tahap ini, hasil pengolahan atau informasi yang telah diproses akan ditampilkan atau disampaikan pada si pemberi pesan bahwa orang tersebut telah menerima dan memahami isi pesan tersebut sesuai pemahaman pemikiran sang penerima pesan. 1.22.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemrosesan Informasi 1. Perhatian: Faktor perhatian seperti tingkat konsentrasi, kelelahan, dan gangguan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memproses informasi. 2. Motivasi: Motivasi seseorang untuk memproses informasi dapat mempengaruhi tingkat perhatian dan pengolahan informasi. Seseorang yang termotivasi secara intrinsik cenderung lebih terlibat dalam proses pemrosesan informasi daripada seseorang yang termotivasi secara ekstrinsik. 3. Umur: Proses pemrosesan informasi dapat berubah seiring dengan bertambahnya usia, dan kemampuan individu dalam memproses informasi dapat berkurang seiring bertambahnya usia. 1.23. Teori Kesenjangan Sosial Teori kesenjangan sosial menjelaskan tentang ketidaksetaraan sosial dalam suatu masyarakat, baik itu dalam hal ekonomi, status, kekuasaan, dan pengaruh. Kesenjangan sosial ini dapat menyebabkan ketegangan, konflik, dan bahkan kekerasan di dalam masyarakat. Selain itu, kesenjangan sosial juga dapat menyebabkan rasa tidak adil dan ketidakpuasan di antara masyarakat. Tujuan dari teori kesenjangan sosial adalah untuk memahami dan mengidentifikasi faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial dalam masyarakat, serta mencari solusi untuk mengatasi kesenjangan sosial tersebut 1.23.1. Teori Kesenjangan Sosial menurut para ahli 1. Pierre Bourdieu: menyatakan bahwa kesenjangan sosial disebabkan oleh ketimpangan dalam modal sosial, yaitu sumber daya yang dimiliki oleh individu dalam bentuk jaringan sosial, keahlian, pengetahuan, dan budaya.
2. Talcott Parsons: menyatakan bahwa kesenjangan sosial terjadi karena adanya perbedaan dalam sistem nilai dan norma di antara anggota masyarakat. 3. Emile Durkheim: memandang kesenjangan sosial sebagai akibat dari perbedaan dalam pembagian kerja sosial dan spesialisasi dalam masyarakat. 4. Max Weber: menyatakan bahwa kesenjangan sosial terjadi karena adanya perbedaan status sosial yang diperoleh melalui kekayaan, kekuasaan, dan pengaruh sosial. 1.23.2. Dampak kesenjangan Sosial 1. Konflik antar-kelompok dalam masyarakat Kesenjangan sosial dapat menyebabkan munculnya ketidakpuasan dan perasaan tidak adil di antara kelompokkelompok dalam masyarakat. 2. rasa tidak adil dan ketidakpuasan dalam masyarakat Kesenjangan sosial juga dapat memicu rasa tidak adil dan ketidakpuasan di kalangan masyarakat, terutama mereka yang berada pada kelompok yang lebih lemah. 3. Kesenjangan dalam pendidikan, kesehatan, dan kesempatan ekonomi Kesenjangan sosial dapat berdampak pada kesenjangan dalam akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan kesempatan ekonomi. 4. Ketidakstabilan ekonomi Kesenjangan sosial dapat menghambat pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan. 1.23.3. Solusi mengatasi kesenjangan ekonomi 1. Program bantuan sosial: Pemerintah dapat memberikan bantuan sosial kepada orangorang yang kurang mampu, seperti pemberian makanan, pendidikan gratis, dan akses kesehatan yang lebih baik. 2. Program pelatihan kerja: Pemerintah atau lembaga-lembaga non-pemerintah dapat memberikan pelatihan kerja kepada orang-orang yang kurang mampu, sehingga mereka memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik 3. Kebijakan pajak yang adil: Pemerintah dapat menetapkan kebijakan pajak yang adil, di mana orang-orang yang lebih kaya membayar pajak yang lebih tinggi daripada orangorang yang kurang mampu 4. Regulasi pasar: Pemerintah dapat mengatur pasar agar tidak memberikan keuntungan yang berlebihan pada pihak-pihak yang lebih kaya, dan memberikan kesempatan yang lebih adil bagi orang-orang yang kurang mampu untuk mendapatkan keuntungan ekonomi.
5. Pendidikan dan kesetaraan akses informasi: Meningkatkan kualitas pendidikan dan memastikan kesetaraan akses informasi dapat membantu meningkatkan kesempatan ekonomi bagi orang-orang yang kurang mampu. 1.24. Teori Interaksi Simbolik Interaksi Simbolik adalah konsep sosiologi yang mengacu pada proses sosial dimana individu saling berinteraksi melalui simbol simbol atau tanda tanda yang di maknai bersama. Simbol simbol tersebut bisa berupa kata kata, bahasa isyarat, gerakan tubuh, lambang dan lain sebagainya. Dalam interaksi simbolik, individu saling berkomunikasi dan saling memaknai simbol simbol tersebut melalui interpretasi yang subjektif dan bervariasi. Artinya, setiap individu bisa memiliki pemahaman yang berbeda beda terhadap simbol simbol yang digunakan dalam interaksi tersebut 1.24.1. Konsep dasar interaksi simbolik 1. Simbol "tanda atau lambang yang dimaknai oleh individu dalam interaksi sosial" 2. Interpretasi "proses pemberian makna pada simbol simbol dalam interaksi sosial" 3. Makna bersama "hasil dari interpretasi bersama atas simbol simbol dalam interaksi sosial" 4. Tindakan reflektif "kemampuan individu untuk mempertimbangkan persepektif orang lain dalam interaksi sosial" 5. Identitas "konsep diri individu yang dipengaruhi oleh interaksi sosial dengan orang lain. 1.24.2. Tindakan sosial dalam interaksi simbolik Tindakan sosial dapat diartikan sebagai perilaku individu yang memiliki arti atau makna sosial, dan terjadi dalam konteks interaksi sosial. Contohnya tindakan sosial sebagai interpretasi bersama, sebagai manifestasi dari identitas sosial, sebagai sarana pembentukan norma sosial, dan juga sebagai bentuk pengendalian sosial. 1.24.3. Jenis jenis makna dalam Interaksi Simbolik • Makna Denotatif : Makna dasar atau literal dari sebuah simbol. • Makna konotatif : Makna yang lebih kompleks dan terkait dengan interpretasi individual dari simbol tersebut .
• Makna Bersama : Makna yang terbentuk melalui interpretasi bersama antara individu dalam konteks interaksi sosial. • Makna Kontekstual : makna yang berkaitan dengan konteks atau situasi tertentu dalam penggunaan simbol. • makna subjektif : makna yang sangat terkait dengan individu dan pengalaman hidupnya • Makna Objektif : Makna yang terkait dengan fakta atau relitas objektif yang terdapat dalam simbol tersebut. 1.25. Teori Critical Cultural Teori critical cultural (Kritis Budaya) adalah sebuah kerangka pemikiran yang digunakan untuk memahami bagaimana budaya, media massa, dan seni dapat membentuk dan mempengaruhi pandangan dan nilai nilai masyarakat. Teori ini berasal dari perspektif kritis dalam sosiologi dan filsafat, yang menekankan pentingnya kritisme dan analisis kritis dalam memahami dunia sosial. Teori kritis budaya berfokus pada analisis kekuasaan dan dominasi dalam budaya dan media, serta bagaimana hal ini mempengaruhi cara kita memahami dunia di sekitar kita. Teori ini juga menekankan pada konstruksi sosial dari identitas dan bagaimana media membentuk dan memperkuat stereotip dan norma sosial. 1.25.1. Manfaat teori critical cultural (kritis budaya) • Membantu memahami budaya sebagai kekuatan sosial bukan hanya tentang seni dan hiburan semata, tetapi juga merupakan kekuatan sosial yang berpengaruh dalam mempengaruhi pandangan dan nilai nilai masyarakat. • Mengidentifikasi dan mengkritisi representasi sosial yang bias, seperti stereotip gender dan ras dalam media dan seni. Hal ini membantu kita untuk memahami bagaimana representasi sosial ini dapat mempengaruhi pandangan masyarakat dan memperjuangkan kesetaraan dan inklusivitas. • Mengembangkan kesadaran sosial yang lebih tinggi terhadap isu isu sosial dan politik. Hal ini dapat membantu kita memahami peran kita sebagai individu dalam masyarakat dan memperjuangkan perubahan sosial yang lebih adil dan inklusif. • Membantu kita mengembangkan pemikiran kritis yang lebih tajam dan reflektif, sehingga kita dapat mempertanyakan dan menganalisis pandangan dan nilai nilai yang dibentuk oleh budaya, media, dan seni
• Memperjuangkan nilai iklusivitas dan keberagaman dalam budaya, media, dan seni 1.26. Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal • Komunikasi Verbal Komunikasi yang dilakukan melalui kata kata, baik secara lisan, maupun tertulis. Komunikasi ini mencakup penggunaan bahasa, ejaan, tata bahasa, dan pemilihan kata yang tepat untuk menyampaikan pesan. Komunikasi verbal sangat penting dalam kehidupan sehari hari, baik didalam keluarga, tempat kerja, maupun dalam hubungan sosial. Komunikasi verbal memiliki banyak kelebihan antara lain, kemampuan untuk menyampaikan pesan secara langsung, lebih mudah untuk dimengerti, dan memberikan kesempatan untuk mendapatkan feedback secara langsung. Namun komunikasi verbal juga dapat memiliki kekurangan, seperti kesulitan dalam mengungkapkan emosi atau nuansa pesan secara tepat. 1.26.1. Teori komunikasi verbal • Teori Semantik : teori ini menggambarkan bagaimana bahasa dan kata kata memiliki arti dan makna tertentu dalam konteks yang diberikan. Teori ini membahas bagaimana arti dari sebuah kata atau kalimat dapat bervariasi tergantung pada konteks, penggunaan, dan tujuan komunikasi. • Teori Tindak Tutur : teori ini menggambarkan bagaimana penggunaan bahasa dapat digunakan untuk melakukan tindakan sosial. • Teori Konvergensi : teori ini membahas bagaimana individu dapat menyesuaikan gaya komunikasi mereka untuk membuat komunikasi lebih efektif. Misalnya, seseorang dapat menyesuaikan penggunaan kata kata, nada suara, atau bahasa tubuh mereka untuk membuat komunikasi lebih mudah dipahami oleh pihak lain. • Teori Politeness : Teori ini menggambarkan bagaimana bahasa dan kata kata dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan dan menunjukan rasa hormat kepada orang lain. Teori ini membahasa bagaimana penggunaan bahasa yang sopan dan santun dapat meningkatkan hubungan interpersonal dan meminimalkan konflik. 1.26.2. Contoh Komunikasi Verbal • Percakapan sehari hari • Presentasi / Pidato • Wawancara • Pertemuan Bisnis
• Pelatihan atau Workshop • Komunikasi dalam pendidikan • Komunikasi dalam pelayanan kesehatan • Komunikasi Nonverbal Komunikasi nonverbal adalah cara kita berkomunikasi selain menggunakan kata kata. Ini mencakup bahasa tubuh, ekspresi wajah, gerakan, dan tindakan fisik lainnya yang dapat menyampaikan pesan tertentu. Komunikasi nonverbal seringkali lebih kuat daripada komunikasi verbal karena dapat menyampaikan emos, niat, dan pesan yang lebih dalam dan kompleks. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan bahasa tubuh dan ekspresi wajah saat berkomunikasi, terutama dalam situasi penting seperti presentasi, wawancara, dan diskusi bisnis. 1.26.3. Teori Komunikasi Nonverbal • Teori Ekspresi Emosi : Teori ini membawa bagaimana tanda tanda nonverbal seperti ekspresi wajah, postur tubuh, dan gerakan mata dapat digunakan untuk mengekspresikan emosi dan mempengaruhi persepsi orang lain. • Teori Proxemics : Teori ini membahas bagaimana jarak dan posisi fisik dapat mempengaruhi komunikasi. Contohnya, jarak fisik yang terlalu dekat atau terlalu jauh dapat mengirimkan pesan yang tidak diinginkan atau mempengaruhi interaksi interpersonal secara keseluruhan. • Teori Kinesik : Teori ini membahas bagaimana gerakan tubuh seperti gestur, isyarat, dan postur dapat mempengaruhi komunikasi. Misalnya ketika seseorang mengangkat alis itu dapat mengekspresikan kejutan atau ketidakpercayaan. • Teori Pola Vokal : Teori ini membahas bagaimana intonasi, kecepatan, dan volume suara dapat mempengaruhi komunikasi. Misalnya ketika seseorang berbicara dengan suara yang lembut dan lambat, itu dapat mengirimkan pesan bahwa mereka sedang merenungkan sesuatu. 1.26.4. Contoh Komunikasi Nonverbal • Bahasa tubuh • Kontak mata • Ekspresi wajah • Suara
• Pakaian • Postur tubuh • Jarak fisik 1.27. TEORI FRAMING Teori framing adalah sebuah konsep dalam ilomu komunikasi dan sosiologi yang mengacu pada penyajian pesan dan informasi yang dapat mempengaruhi persepsi, interpretasi, dan respons dari orang orang yang menerimanya. Framing sering digunakan dalam media massa, politik dan lain sebagai nya. Framing sendiri digunakan untuk merubah cara pandang seseorang pada suatu masalah ataupun isu tertentu dengan cara memilih kata kata atau istilah tertentu, yang digunakan untuk menonjolkan suatu aspek pada masalah atau isu tersebut. 1.27.1. TEORI TEORI Beberapa teori framing yang telah dikembangkan dalam ilmu komunikasi meliputi "frame building", "frame setting", "frame bridging", dan "frame amplification". Frame building mengacu pada proses membangun kerangka pemikiran atau perspektif dalam penyajian informasi. Frame setting mengacu pada pengaturan konteks dalam penyajian informasi. Frame bridging mengacu pada penghubungan antara kerangka pemikiran yang berbeda dalam penyajian informasi. Frame amplification mengacu pada penonjolan atau penguatan suatu kerangka pemikiran tertentu dalam penyajian informasi. 1.27.2. JENIS JENIS 1. Frame atribut: Jenis teori framing ini menekankan pada karakteristik tertentu dari suatu isu atau peristiwa, seperti sifat negatif atau positif. Contohnya, dalam sebuah berita tentang pemilihan presiden, media massa dapat menekankan pada karakteristik positif dari seorang kandidat seperti kepemimpinan yang kuat, atau menyoroti sifat negatif dari seorang kandidat seperti rekam jejak kriminalnya. 2. Frame kausal: Teori framing jenis ini menyoroti hubungan sebab-akibat antara peristiwa dan akibat yang terjadi. Sebagai contoh, dalam sebuah berita tentang dampak perubahan iklim, media massa dapat menyoroti hubungan antara pemanasan global dan bencana alam seperti banjir dan kekeringan. 3. Frame nilai: Teori framing jenis ini menempatkan suatu isu dalam konteks nilainilai yang dianggap penting oleh masyarakat. Sebagai contoh, dalam sebuah berita
tentang hak asasi manusia, media massa dapat menekankan pentingnya nilai-nilai demokrasi dan keadilan. 4. Frame pemikiran: Teori framing jenis ini menekankan pada perspektif atau kerangka pemikiran tertentu dalam memahami suatu isu atau peristiwa. Sebagai contoh, dalam sebuah berita tentang pertumbuhan ekonomi, media massa dapat menyoroti perspektif neoliberalisme yang menekankan pada pasar bebas dan privatisasi. 5. Frame media: Teori framing jenis ini menyoroti bagaimana media memberikan perhatian dan liputan terhadap suatu isu atau peristiwa. Sebagai contoh, dalam sebuah berita tentang demonstrasi mahasiswa, media massa dapat menyoroti hanya aspek kekerasan dan kekacauan, dan tidak memberikan liputan yang seimbang tentang tuntutan mahasiswa 1.27.3. FAKTOR FAKTOR 1. MEDIA MASSA 2. AKTOR POLITIK ATAU KELOMPOK KEPENTINGAN 3. NILAI DAN KEYAKINAN MASYARAKAT 4. KONTEKS SOSIAL 5. TEKNIK FRAMING 6. SUMBER DAYA DAN AKSES NYA 1.28. TEORI PERUBAHAN SIKAP Teori perubahan sikap adalah teori yang membahas factor factor yang dapat merubah sifat seseorang. Dan juga mempertimbangkan dampak dan akibat dari perubahan ini terhadap social, individu, norma, nilai, hubungan antar individu dan kondisi social ekonomi. Teori kognitif social adalah teori yang menekankan bahwa sikap dipengaruhi oleh factor kognitif, social dan perilaku. Menurut teori ini perubahan sikap terjadi melalui beberapa proses observasi, pembelajaran, dan peniruan beberapa sikap orang lain.