The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Bukti-bukti monumental peninggalan Prasejarah dan Sejarah Perkembangan Agama Hindu di Indonesia

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by niluharikusumawati, 2021-10-10 03:05:30

Bukti-bukti monumental peninggalan Prasejarah dan Sejarah Perkembangan Agama Hindu di Indonesia

Bukti-bukti monumental peninggalan Prasejarah dan Sejarah Perkembangan Agama Hindu di Indonesia

OM SWASTYASTU

Doa Sebelum Belajar

Om Saraswati Namastubhyam
Warade Kama Rupini

Widyarambham Karaaksami
Siddhir Bahvantu Me Sadha

Om gururbrahma gururvishnu
Gururdevo maheswarah
Guru saksatparabrahma
Tasmai sri gurave namah

Om Santih Santih Santih Om

Bukti-bukti monumental peninggalan Prasejarah dan
Sejarah Perkembangan Agama Hindu di Indonesia

Apa saja sih bukti peninggalan
prasejarah di Indonesia???

“Zaman Prasejarah tidak
meninggalkan bukti-bukti berupa
tulisan. Zaman prasejarah hanya
meninggalkan benda-benda atau
alat-alat hasil kebudayaan manusia.
Peninggalan seperti itu disebut
dengan artefak. Artefak dari zaman
prasejarah terbuat dari batu (jaman
batu atau teknologi jaman batu)

tanah liat dan perunggu”

Berikut adalah bukti-bukti peninggalan Prasejarah di Indonesia:

M A K A N

Mata Panah Alat Serpih Kapak Genggam Alat dari Tanah liat Nekara

Mata panah adalah merupakan Alat serpih adalah merupakan Kapak genggam juga disebut dengan Alat dari tanah liat adalah Nekara adalah semacam
benda prasejarah berupa alat batu pecahan sisa dari nama kapak perimbas. Alat ini berupa peralatan jaman pra sejarah yang
berburu yang sangat penting. Selain pembuatan kapak genggam batu yang dibentuk menjadi semacam dibuat dari tanah liat. Benda- berumbung dari perunggu yang
untuk berburu, mata panah yang dibentuk menjadi tajam. kapak. Daerah atau tempat benda tersebut antara lain;
digunakan untuk menangkap ikan, Ditemukan daerah Punung, ditemukannya benda prasejarah ini Gerabah, alat ini dibuat secara berpinggang di bagian
mata panah dibuat bergerigi. Selain Sangiran, dan Ngandong adalah di wilayah Indonesia, antara lain sederhana, tapi pada masa
terbuat dari batu, mata panah juga (lembah Sungai Bengawan di; Lahat Sumatera Selatan, Kalianda perundagian alat tersebut dibuat tengahnya dan sisi atasnya
terbuat dari tulang. Daerah Solo); Gombong Jawa Tengah; Lampung, Awangbangkal Kalimantan dengan teknik yang lebih maju
ditemukan benda prasejarah adalah lahat; Cabbenge; dan Selatan, Cabbenge Sulawesi Selatan tertutup. Adapun tempat
di; Gua Lawa, Gua Gede, Gua Mengeruda Flores Nusa dan Trunyan Bali.
petpuruh (Jatim), Gua Cakondo, Gua Tenggara Timur ditemukannya Nekara
Tomatoa kacicang, Gua Saripa
(sulsel). perunggu di negara kita antara

lain seperti di; Sumatera, Jawa,

Bali, Pulau Sangean dekat

Sumbawa, Roti, Leti, Selayar

dan Kepulauan Kei.

Sumateralith. Beliung Persegi Kapak Lonjong Bangunan megalithic

Sumateralith nama lainnya adalah Beliung persegi adalah merupakan alat Kapak Lonjong adalah merupakan alat Bangunan megalithic adalah
Kapak genggam Sumatera. Teknik alat-alat penemuan jaman prasejarah penemuan jaman prasejarah yang
atau cara pembuatannya adalah dengan permukaan memanjang dan berbentuk lonjong. Seluruh permukaan bangunanbangunan yang terbuat dari
lebih halus dari kapak perimbas. berbentuk persegi empat. Seluruh alat tersebut telah digosok halus. Sisi
Bagian tajam sudah ada pada di permukaan alat tersebut telah digosok pangkal agak runcing dan diikat pada batu besar didirikan untuk keperluan
kedua sisi. Cara menggunakannya halus. Sisi pangkal diikat pada tangkai, tangkai. Sisi depan lebih melebar dan
masih digenggam. Daerah tempat sisi depan diasah sampai tajam. diasah sampai tajam. Alat ini dapat kepercayaan. Bentuk bangunan ini
ditemukannya benda prasejarah ini Beliung persegi berukuran besar digunakan untuk memotong kayu dan
adalah bertempat di daerah berfungsi sebagai cangkul. Daerah berburu. Daerah ditemukan benda ini biasanya tidak terlalu halus, hanya
Lhokseumawe Aceh dan Binjai tempat ditemukan benda prasejarah ini adalah di wilayah Negara Kesatuan
Sumut adalah di beberapa daerah Indonesia, Republik Indonesia (NKRI) seperti di; diratakan secara sederhana untuk
seperti; Sumatera, Jawa, Bali, Lombok Sulawesi, Flores, Tanimbar, Maluku dan
dan Sulawesi Papua dapat dipergunakan seperlunya.

Adapun hasil-hasil terpenting dari

kebudayaan megalithic antara lain:

Menhir, Dolmen, Sacophagus (kranda),

Batu kubur, dan Punden berundak-

undak

Peninggalan Sejarah Agama
Hindu di Indonesia

Papua

2 4 6 8

1 Jawa Barat Jawa NTB Sulawesi
Timur
Kutai 3 5 7

Jawa Bali NTT
Tengah

1. Kutai

“Kutai terletak di Pulau Kalimantan bagian Timur.
Pada abad ke empat (4) Masehi berkembanglah disana
sebuah kerajaan yang bernama Kutai, dipimpin oleh
Aswawarman yang disebut sebut sebagai putra dari
Kundungga. Di Kutai diketemukan 7 buah Prasasti yang
berbentuk Yupa. Yupa adalah tiang batu/tugu peringatan
untuk melaksanakan upacara kurban. Yupa sebagai prasasti
bertuliskan huruf Pallawa, berbahasa sanskerta dan
tersusun dalam bentuk syair. Salah satu diantara batu
bertulis tersebut ada yang menuliskan “Sang Maha Raja
Kundungga yang amat mulia, mempunyai putra yang masyur,
Sang Açwawarman namanya, seperti Ançuman (Deva
Matahari), menumbuhkan keluarga yang sangat mulia”.
Berdasarkan penemuan peninggalan sejarah berupa batu
bertulis (Yupa) dapat diketahui bahwa Agama Hindu telah
berkembang dengan subur di Kutai. Hindu sebagai agama
telah diterima oleh masyarakat Kutai dan pada abad ke
empat (4) Masehi. Adapun pengaruh agama Hindu yang
diterima oleh masyarakat Kutai adalah Hindu ajaran çiwa.”

2. Jawa Barat “Jawa Barat merupakan bagian dari pulau jawa. Pada
zaman raja-raja di nusantara ini, Jawa Barat merupakan salah
Kerajaan Tarumanegara satu daerah pusat berkembangnya Agama Hindu. Disekitar
tahun 400-500 Masehi Jawa Barat diperintah oleh seorang
raja yang bernama “Purnawarman” dengan kerajaannya bernama
Taruma Negara. Kerajaan Taruma Negara meninggalkan banyak
prasasti, diantaranya adalah prasasti; Ciaruteun, Kebon Kopi,
Tugu, dan prasasti Canggal. Prasasti-prasasti itu kebanyakan
ditulis dengan mempergunakan hurup Pallawa dan berbahasa
sanskerta yang digubah dalam bentuk syair. Penemuan sebuah
prasasti yang mengungkapkan tentang kehidupan manusia
memiliki nilai tersendiri dalam membicarakan perkembangan
agama Hindu di nusantara ini. Dalam prasasti Ciaruteun
terdapat lukisan dua telapak kaki Sang Purnawarman yang
disamakan dengan tapak kaki Deva Wisnu. Ini memberikan
petunjuk kepada kita bahwa raja Purnawarman penganut ajaran
Hindu. Deva Wisnu dalam konsep Ketuhanan ajaran Hindu
merupakan manifestasi dari Sang Hyang Widhi sebagai Deva
kemakmuran.”

3. Jawa Tengah

Peninggalan Kerajaan Kalingga “Suburnya peradaban agama Hindu di
Jawa Tengah dapat kita ketahui dari
diketemukannya prasasti Tukmas. Prasasti ini
ditulis dengan huruf Pallawa, berbahasa
sanskerta dengan tipe tulisan berasal dari
tahun 650 Masehi. Prasasti Tukmas memuat
gambar-gambar atribut; Deva Tri Murti,
seperti; Triçula lambang Deva Çiwa, Kendi
lambang Deva Brahma, dan Cakra lambang
Deva Wisnu. Prasasti ini juga menjelaskan
tentang adanya sumber mata air yang jernih
dan bersih yang dapat disamakan dengan
sungai Gangga. Di Jawa Tengah dinyatakan
berdiri Kerajaan Kaling yang pada tahun 674
Masehi diperintah oleh Seorang Ratu
bernama “Ratu Sima” yang memiliki sistem
pemerintahan sangat jujur”.

Seperti apakah kisah kejujuran Ratu Sima saat memimpin kerajaan
Kalingga??

Dilarang Dikatakan Raja Sima secara sengaja menaruh
memegang kantong berisi emas di tengah jalan, dan tidak
seorangpun berani menyentuhnya. Dalam kurun
kantong waktu kurang lebih 3 tahun secara kebetulan
emas kantong tersebut disentuh oleh kaki putranya.
Hukuman mati dijatuhkan kepada putranya itu,
namun setelah abdinya mengajukan permohonan

hukuman potong kaki mengingat yang salah
adalah kaki putranya, hukuman potong kaki

untuk putranya pun dilaksanakan

Peninggalan Berupa Candi

Candi Perambanan

What do you think???? Candi Prambanan dibangun pada sekitar tahun
850 Masehi oleh salah seorang dari kedua
orang ini, yakni: Rakai Pikatan, raja kedua
wangsa Mataram I atau Balitung Maha
Sambu, semasa wangsa Sanjaya. Tidak lama
setelah dibangun, candi ini ditinggalkan dan
mulai rusak. Candi Prambanan adalah candi
Hindu terbesar di Asia Tenggara, tinggi
bangunan utamanya adalah setinggi 47 m.
Kompleks candi ini terdiri dari 8 kuil atau
candi utama yang kokoh dan lebih daripada
250 candi kecil. Tiga candi utama disebut
Trisakti dan dipersembahkan kepada sang
hyang Trimurti: Batara Siwa sang
Penghancur, Batara Wisnu sang Pemelihara
dan Batara Brahma sang Pencipta.

Candi Arjuna

“Candi Arjuna adalah sebuah kompleks candi
Hindu peninggalan dari abad ke-7-8 yang terletak di
Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa
Tengah, Indonesia. Dibangun pada tahun 809, Candi
Arjuna merupakan salah satu dari delapan kompleks
candi yang ada di Dieng. Ketujuh candi lainnya adalah
Semar, Gatotkaca, PuntaDeva, Srikandi, Sembadra,
Bima dan Dwarawati. Di kompleks candi ini terdapat 19
candi namun hanya 8 yang masih berdiri. Bangunan-
bangunan candi ini saat ini dalam kondisi yang
memprihatinkan. Batu-batu candi ada yang telah
rontok, sementara di beberapa bagian bangunan ini
terlihat retakan yang memanjang selebar 5 cm.”

Candi Srikandi Candi Badut

Candi Srikandi terletak di utara Candi Badut terletak di kawasan Tidar, kota Malang. Candi ini diperkirakan berusia lebih dari 1400
Candi Arjuna. Batur candi setinggi tahun dan diyakini adalah peninggalan Prabu Gajayana, penguasa kerajaan Kanjuruhan sebagaimana yang
sekitar 50 cm dengan denah dasar termaktub dalam prasasti Dinoyo pada tahun 760 Masehi silam. Kata Badut di sini berasal dari bahasa
sansekerta “Bha-dyut” yang berarti sorot Bintang Canopus atau Sorot Agastya. Candi ini ditemukan
berbentuk kubus. Di sisi timur pada tahun 1921 dimana bentuknya pada saat itu hanya berupa gundukan bukit batu, reruntuhan dan
terdapat tangga dengan bilik tanah. Orang pertama yang memberitakan keberadaan Candi Badut adalah Maureen Brecher, seorang
kontrolir bangsa Belanda yang bekerja di Malang.
penampil.

4. Jawa Timur

Keberadaan kerajaan Kanjuruan dapat kita pergunakan sebagai
salah satu landasan untuk mengetahui peradaban agama Hindu di Jawa
Timur. Prasasti Dinaya merupakan bukti peninggalan sejarah kerajaan
Kanjuruan. Prasasti ini banyak membicarakan tentang perkembangan agama
Hindu di Jawa Timur. Prasasti Dinoyo ditulis mempergunakan hurup kawi
(Jawa Kuno) dengan bahasa sanskerta menuliskan angka tahun 760 Masehi.
Dikisahkan bahwa dalam abad ke 8 kerajaan yang berpusat di Kanjuruan
bernama Deva Simha. Beliau memiliki putra yang bernama Limwa, setelah
menggantikan ayahnya sebagai raja bernama Gajayana. Raja Gajayana
mendirikan sebuah tempat pemujaan untuk memuliakan Maha Rsi Agastya.
Selanjutnya perkembangan Agama Hindu di Jawa Timur dapat kita ketahui
dari berdirinya Dinasti Isyanawangça yang berkuasa tahun 929-947 Masehi.
Dinasti ini diperintah oleh Mpu Sendok, yang mempergunakan gelar “Isyana
Tunggawijaya”. Isyana Tunggawijaya berarti raja yang memuliakan pemujaan
kehadapan Deva Çiwa. Setelah kekuasaan Isyana Tunggawijaya berakhir,
berkuasalah raja Airlangga yang memerintah sampai tahun 1049 Masehi.
Raja Airlangga dinobatkan sebagai pengganti raja Dharmawangça yang
memerintah sampai tahun 1019 Masehi. Beliau bergelar “Çri Maharaja Rake
Halu Çri Lokeçwara Dharmawangça Airlangga Anantawikramottungga Deva”
yang dinobatkan oleh Pendeta Çiwa dan Budha. Raja Airlangga setelah
mengundurkan diri dari tahtanya, beliau wafat tahun 1049 Masehi dan
dimakamkan di candi belahan. Airlangga diwujudkan sebagai Deva Wisnu
dengan arca wisnu duduk di atas garuda

Peninggalan Berupa Karya Sastra

“Banyak karya sastra bernafaskan ajaran Agama
Hindu diterbitkan pada zaman Dharmawangça,
diantaranya kitab Purwadigama yang bersumber

pada kitab Menawa Dharmasastra. Sedangkan kitab
Negara Kertagama, Arjuna Wiwaha, Sutasoma dan

yang lainnya muncul pada zaman Majapahit. Pada
zaman ini juga dibangun berbagai macam candi
seperti candi Penataran di Blitar. Berdasarkan
petunjuk peninggalan sejarah seperti tersebut di
atas dapat dinyatakan bahwa peradaban Agama

Hindu di Jawa Timur sangat pesat”

5. Bali

“Keberadaan agama Hindu di Bali merupakan
kelanjutan dari agama Hindu yang
berkembang di Jawa. Pertama kalinya
disebut-sebut dikembangkan oleh Maha Rsi
Markandheya bertempat di Besakih yang
sekarang dikenal dengan nama ‘Pura Besakih’.
Agama Hindu yang datang ke Bali disertai
oleh Agama Budha. Setelah di Bali kedua
agama tersebut berakulturasi dengan
harmonis dan damai. Kejadian ini sering
disebut dengan sinkritisme Çiwa – Budha.”

Upaya dan usaha pelestarian agama Hindu di
Bali setelah Maha Rsi Markhandeya dilanjutkan oleh
Mpu Sang Kulputih. Beliau disebut-sebut sebagai
pemongmong Pura Besakih. Banyak peran yang
dilaksanakan dan diambil oleh beliau dalam
meningkatkan peran dan kualitas Agama Hindu.
tentang tata cara melakukan tapa, brata, yoga dan
semadhi. 3) Mpu Sang Kulputih juga mengajarkan
masyarakat untuk melaksanakan hari-hari suci,
seperti; Galungan, Kuningan, Sugian, Pagerwesi,
Tumpek, dan yang lainnya. Disamping itu juga
mengajarkan tentang tatacara membuat arca lingga
dari kayu, logam atau uang kepeng sebagai
perwujudan dari Ida Sang Hyang Widhi Waça
beserta manifestasinya

6. Nusa Tenggara Barat

“Perkembangan agama Hindu di NTB (Lombok)
dapat kita ketahui dari perjalanan suci
“dharmayatra” Dhang Hyang Nirartha. Beliau
dikenal dengan sebutan Pangeran Sangupati.
Banyak peninggalan tempat suci dan sastra
Hindu yang dapat kitapergunakan sebagai
reprensi bahwa Hindu pada jaman itu telah
berkembang sampai di Nusa Tenggara Barat.
Keberadaan agama Hindu di NTB juga tidak
terlepas dari peran serta kekuasaan raja-raja
Karangasem pada masa itu.”

6. Nusa TenggaraTimur

“Masyarakat Nusa Tenggara Timur
“Sumbawa” sampai saat ini masih
mengenal sebutan Tuan Semeru.
Nama Tuan Semeru adalah sebutan
dari Dhang Hyang Nirartha. Hal ini
memberikan indikasi bahwa beliau
pernah menyebarkan ajaran Hindu
ke daerah ini. Sekarang keberadaan
agama Hindu di daerah ini
kembangkan kembali oleh para
transmigrasi asal Bali..”

8. Sulawesi

Perkembangan Agama Hindu di
Sulawesi diprediksi sudah ada sejak abad ke
3 Masehi. Hal ini ditandai dengan penemuan
patung Budha yang terdapat di daerah Goa
yang diperkirakan pembuatan sejaman
dengan patung-patung Budha yang ada di
India (R.Soekmono,1973:82). Tidak banyak
yang bisa kita kemukakan dengan penemuan
ini. Selanjutnya dapat dinyatakan bahwa
perkembangan Agama Hindu tumbuh subur
di wilayah ini sebagai akibat dari adanya
masyarakat transmigrasi yang berasal dari
Bali dan sekitarnya

9. Papua

Tidak jauh berbeda dengan
daerah Sulawesi, bahwa perkembangan ke-
Hindu an yang ada di Papua disebabkan
oleh karena adanya masyarakat
transmigrasi. Di samping itu, juga karena
adanya penduduk yang mendapatkan tugas-
tugas tertentu di daerah ini. Demikian
peradaban Hindu di Indonesia, yang
menurut penuturan sejarah Indonesia, di
mulai dari Kalimantan, Jawa, Bali,
Sumatera, dan daerah yang lainnya.
Runtuhnya Kerajaan Majapahit yang
beragama Hindu, peradaban agama Hindu
dimulai kembali dari Bali yang telah
menganut paham Hindu sejak Maha Rsi
Markhandeya datang di Bali sampai
sekarang

KAHOOT KUIS

Kahoot Kuis akan Ibu share di WhatsApp Grup dan Google Clasroom, 20 Menit setelah kalian membaca materi.

Doa Penutup Pembelajaran

“Om Dyauhsantir Antariksam
Santih

Prthivi Santir Apah Santir Osadhayah
Santih

Vanaspatayah Santir Visvedevah
Santir Brahma Santih

Sarvam Santih Santir Eva Santih
Sama Santir Edhi

Om Shanti, Shanti, Shanti Om”

Thank you
Sampai bertemu pada pertemuan selanjutnya !

Jika ada yang ditanyakan hubungi saya di:

082271052055

Om Santih Santih Santih Om


Click to View FlipBook Version