ii DIKTAT ARUNG JERAM Edisi Pertama, 2023 Bahasa Indonesia Dokumen ini dikeluarkan oleh: KEPALA BIDANG PROGRAM DAN PENDIDIKAN WAPALA IT TELKOM PURWOKERTO Unit Kegiatan Mahasiswa Wahana Pencinta Alam IT Telkom Gd. DSP, Lantai 2 Sekretariat UKM Wapala Kampus IT Telkom Jl. D.I. Panjaitan No 128 Purwokerto Kidul 53147 Purwokerto, Jawa Tengah
i KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Lestari!!! Salam Jeram!!! Saya dengan senang hati menyambut pembaca untuk memperkenalkan buku panduan dasar yang telah kami buat sebagai anggota WAPALA. Buku ini disusun dengan tujuan untuk memberikan panduan dan informasi yang berguna bagi mereka yang ingin memulai atau mengembangkan minat mereka dalam olahraga air seperti kano, kayak, dan arung jeram. Dengan dibuatnya divisi arung jeram ini, diharapkan setiap anggota WAPALA untuk dapat menerapkannya dalam bidang apapun yang terkait dengan divisi ini, divisi ini juga digunakan untuk mendukung kegiatan-kegiatan WAPALA yang berada di lingkup perairan termasuk didalamnya ialah SAR Air. Buku ini dibuat guna menunjang dibentuknya divisi arung jeram pada kepengurusan periode 2022/2023, buku ini diolah sebagai bahan dasar dalam pembelajaran pengarung jeraman, semoga dengan adanya buku ini dapat menjadikan anggota WAPALA dapat mempelajari dengan baik melihat kedepannya divisi Arung Jeram dibentuk. Terima Kasih kami tujukan kepada para Anggota Luar Biasa (ALB) WAPALA yang telah memberikan sumbangan yang menunjang dibentuknya divisi Arung Jeram ini. Penulis Sengar NIA: WPL.17.002.2022
ii KETENTUAN DIKTAT 1. Seluruh atau Sebagian isi tulisan yang ada dalam dokumen ini boleh digunakan oleh anggota divisi sebagai alat bantu pembelajaran anggota divisi yang digunakan dalam proses belajar mengajar berupa buku pegangan bagi anggota divisi yang disusun secara sistematik. 2. Seluruh atau Sebagian isi tulisan yang ada dalam dokumen unu tidak boleh disebarluaskan, dijadikan sumber acuan (referensi) secara bebas kecuali melakukan konfirmasi dan mendapat izin dari Kepala Bidang Program dan Pendidikan Wapala IT Telkom Purwokerto. 3. Seluruh materi dan tulisan pada dokumen ini dibuat untuk kalangan sendiri dengan scenario Latihan yang sudah dibuat sesuai kebutuhan. Wapala IT Telkom Purwokerto tidak bertanggung jawab apabila terjadi kecelakaan pada kegiatan di lapangan yang mempeprgunakan tulisan ini sebagai referensi. 4. Hak cipta dan intelektual terdapat pada penulis dan tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang tanpa adanya kegiatan peninjauan dan mengkaji yang disetujui oleh Kepala Bidang Program dan Pendidikan dalam rangka penyesuaian perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi. Purwokerto, 29 Mei 2023 Kepala Program dan Pendidikan Wapala IT Telkom Purwokerto
iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.............................................................i KETENTUAN DIKTAT........................................................ii DAFTAR ISI..........................................................................iii BAB I.......................................................................................1 DIVISI ARUNG JERAM ......................................................1 1.2 SEJARAH ARUNG JERAM ......................................2 1.3 PENGERTIAN .............................................................3 BAB II .....................................................................................5 PERALATAN PENGARUNGAN ........................................5 2.1 PERALATAN UMUM.................................................5 2.2 PERAHU.......................................................................7 2.3 PERSONAL FLOATING DEVICE .........................11 BAB III..................................................................................13 PROSEDUR ARUNG JERAM...........................................13 3.1 TEKNIK BERARUNG JERAM...............................13 3.2 KOMUNIKASI DIATAS PERAHU.........................17 BAB IV..................................................................................20 SCOUTING ...........................................................................20 BAB V....................................................................................21 MORFOLOGI SUNGAI......................................................21 5.1 KARAKTERISTIK SUNGAI...................................21 5.2 ARUS/RIAM...............................................................23
iv 5.3 JERAM........................................................................24 5.4 HOLE DAN DAM......................................................28 5.5 STRAINERS AND SWEEPER.................................29 5.6 TINGKAT KESULITAN SUNGAI..........................29 BAB VI..................................................................................30 RIVER RESCUE..................................................................30 6.1 SELF RESCUE...........................................................31 6.2 KEADAAN DARURAT.............................................33 6.3 KECELAKAAN DAN CARA PENANGGULANGANNYA...........................................34 BAB VII.................................................................................35 Z-DRAG............................................................................35 BAB VIII...............................................................................36 PPGD.................................................................................36 BAB IX..................................................................................39 PEMETAAN JERAM......................................................39 DAFTAR PUSTAKA...........................................................41
1 BAB I DIVISI ARUNG JERAM 1.1 LATAR BELAKANG WAPALA IT Telkom Purwokerto adalah sebuah organisasi yang bergerak di bidang kepencinta alaman dengan beragam divisi yang dimilikinya. Dalam kepencinta alaman terdapat beberapa divisi yang mendukung kepencita alamannya, salah satunya divisi arung jeram. Dengan adanya divisi ini kami berkomitmen untuk menjadikan olahraga air yang aman dan bertanggung jawab, serta membantu meningkatkan pemahaman dan keterampilan anggotanya dalam olahraga air. Dalam menjalankan komitmennya, organisasi WAPALA IT Telkom Purwokerto merasa perlu untuk menyajikan buku panduan dasar arung jeram sebagai salah satu kontribusi mereka dalam mendorong keamanan dan keselamatan dalam olahraga air. Buku panduan ini disusun oleh para ahli olahraga air yang telah memiliki pengalaman dan keterampilan dalam arung jeram. Para penulis buku panduan ini telah melakukan riset mendalam tentang teknik dasar, peralatan yang diperlukan, persiapan fisik dan mental, keselamatan, serta strategi dan taktik dalam mengarungi sungai. Mereka juga telah berkolaborasi dengan Federasi Arung Jeram Indonesia dan organisasi lain yang terkait atau organisasi yang memiliki divisi arung jeram untuk mendapatkan perspektif yang beragam tentang olahraga air dan keamanannya. Buku panduan dasar arung jeram yang disusun oleh WAPALA IT Telkom Purwokerto ini memiliki tujuan yang mulia, yaitu memberikan panduan dan informasi yang berguna bagi mereka yang ingin memulai atau mengembangkan minat mereka dalam olahraga air, khususnya arung jeram.
2 Olah Raga Arus Deras (ORAD) atau lebih dikenal dengan sebutan Arung Jeram dapat dikategorikan sebagai olah raga petualangan, karena tidak saja mengandung unsur olahraga, tetapi juga petualangan dengan berbagai resikonya. 1.2 SEJARAH ARUNG JERAM SEJARAH ARUNG JERAM DUNIA Pengarungan sungai telah sejak dulu dilakukan oleh manusia. Pengarungan ini dilakukan dengan menggunakan batang-batang kayu yang dirangkai menjadi rakit dan digunakan sebagai alat transportasi. Suku Indian di Canada telah memulai perkembangannnya. Lalu orang-orang Carib Indian mengembangkannya dan menamakan Progue. Sedangkan orang primitif menyebutnya dengan Out Canoe yang kemudian dikembangkan menjadi Bark Out Canoe. Perahu ini dibuat dari tempelan papan kayu oleh orang Indian Amerika Utara. Sedangkan orang Eskimo menciptakan Skin Corveal Craft, yaitu perahu yang dilapisi kulit binatang yang tidak tembus air. Pada abad 19 seorang boyscout bernama Mc greegor membuat kendaraan air ini untuk rekreasi dan olag raga air. Seiring dengan perkembangan zaman, maka meterial perahu pun berkembang dan mulai beralih ke plastik, alumunium,fibberglass, dan karet. Setelah Perang Dunia II selesai, perahu bekas Angkatan Laut Amerika mulai digunakan oleh para petualang untuk mengarungi sungai. Arung jeram ini dilakukan dengan perahu bulat yang disebut dengan Basket Boat, karena bentuknya mirip keranjang. Di tahun 1950, kegiatan ini mulai banyak digemari. Maka mulailah diproduksi perahu khusus untuk arung jeram dengan bentuk khusus yang naik dibagian depan dan belakangnya, dengan material yang kuat dan dapat mengangkut orang dan perbekalan yang lebih banyak. Pada tahun 1983 mulai muncul sebuah perhau yang dapat mengeluarkan air sendiri dari dalam perahu dengan nama Self Baileryang diproduksi oleh Jim Cassady. Selain jenis ini,
3 dikembangkan pula perhu jenis Kataraf. Perahu ini dikembangkan oleh para Geologi Rusia. Desain perahu ini diadopsi dari perahu Katamaran yang digunakan di Laut. Seiring dengan perkembangan zaman dan kreatifitas manusia di alam ini, mulailah bermunculan sarana-srana baru untuk kegiatan berarung jeram seperti : kayak, canoe, board, dan lain sebagainya. SEJARAH ARUNG JERAM INDONESIA Negara kita yang sebagian besar terdiri dari air, maka tidaklah mengherankan jika sejak dulu kala bangsa kita telah mengenal pengarungan sungai. Misalnya suku Dayak yang mengarungi sungai Mahakam atau Kapuas dengan perahu Bidak yang terbuat dari batang pohon yang dilubangi. Juga suku-suku pedalaman di Irian/Papua yang hidup di sungai Membramo. Mulai trendnya kegiatan arus deras dengan perahu karet adalah pada saat diselenggrakannya Lomba Arung sungai Citarum I yang diadakan oleh kelompok pendaki gunung dan penempuh rimba Wanadri, Bandung. Momen tersebut boleh dikatakan sebagai titik tolak perkembangan Olah Raga Arus Deras/ Arung Jeram di Indonesia. Para aktivis kegiatan ini sebagian besar kelompok-kelompok Pencinta Alam seperti GPA, Wanadri dan Mapala UI yang kemudian mengadakan serangkaian kegiatan ekspedisi. Tanpa disadari, walaupun tidak terlalu pesat Olah Raga Arus Deras mulai berkembang, pada tahun 1987 GPA pun melaksanakan ekspedisi sungai Alas di Aceh sebagai bentuk eksisitensi di dunia Arus Deras atau pun penyusuran sungai. Pada tanggal 29 Maret 1996 berdiri Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) yang dibidani oleh 30 klub arung jeram. 1.3 PENGERTIAN Olahraga Arus Deras atau Arung Jeram merupakan suatu aktivitas manusia dalam mengarungi sungai dengan mengandalkan keterampilan dan kekuatan fisiknya untuk mendayung perahu yang
4 berbahan lunak yang secara umum diterima sebagai suatu kegiatan sosial, komersil dan olah raga. Istilah arung jeram berasal dari kata whitewater rafting atau rafting yang dalam terjemahan bebas dalam bahasa Inggris berarti mengarungi sungai menggunakan perahu dengan mengandalkan kemampuan mendayung. Dari pengertian diatas, batasan dalam pengertian arung jeram dalam kompetensi ini adalah : - Berdasarkan mediannya ; Dilakukan di sungai yang berarus, - Berdasarkan sarananya ; Menggunakan perahu berbahan dasar karet (inflatable) atau carbon - Berdasarkan tenaga yang digunakan ; Mengandalkan kekuatan dan kemampuan fisik dalam mendayung, baik dayung tunggal, dayung ganda maupun oars. - Berdasarkan jumlah awaknya ; Berawak dua orang atau lebih dimana salah seorang diantaranya bertindak sebagai pengemudi. Berdasarkan batasan-batasan diatas, maka kompetensi kepemanduan arung jeram secara spesifik ditujukan bagi kegiatan pemanduan wisata arung jeram sebagaimana terminologi arung jeram diatas.
5 BAB II PERALATAN PENGARUNGAN 2.1 PERALATAN UMUM Perlengkapan merupakan salah satu persyaratan dalam kegiatan berarung jeram. Berikut ini diuraikan beberapa peralatan yang umum digunakan : 1. Perahu Perahu yang digunakan dalam berarung jeram bukan sekedar yang bisa mengambang. Perahu di tahun 80an keatas sudah dapat mengeluarkan air secara otomatis (Self Bailing), dapat melakukan manuver dengan cepat, sangat kokoh, mempunyai empat tabung udara yang saling mendukung bila ada salah satu tabungnya ada yang bocor. Ukuran perahu karet sangat bervariasi, dari 8 hingga 30 kaki. Biasanya digunakan untuk arung jeram antara 12 dan 18 kaki, tergantung sungai mana yang dilintasi. 2. Dayung Dayung sebagai alat kayuh pada olahraga arung jeram sedapat mungkin dibuat dari bahan yang kuat tetapi ringan. Ada beberapa jenis dayung yang biasa digunakan untuk berarung jeram : a) Dayung kayu b) Dayung Fiberglass c) Dayung Alumunium dan Plastik Dayung yang dipergunakan oleh awak perahu, panjangnya berkisar antara 1,3 – 1,8 meter. Tetapi umumnya adalah 1,5 – 1,6 meter. Faktor utama penentu ukuran panjang dayung ada tiga hal, yaitu : besar badan dan kekuatan awak, diameter tabung perahu dan kelilingnya, sebagai pendayung awak atau pendayung kemudi/kapten. 3. Carabiner Di arung jeram, banyak kegunaannya, bisa digunakan untuk menggantung barang, berguna sebagai alat penyelamat.
6 4. Pelampung Ada dua jenis pelampung yang biasa digunakan: pelampung padat dan pelampung tiup. Pelampung yang baik dan benar untuk rafting adalah pelampung dengan ukuran yang pas untuk badan, diisi dengan isian yang tebal (yang berfungsi sebagai peredam kejut saat bertabrakan dengan benda keras). Untuk tanggap darurat, pertimbangkan untuk menggunakan pelampung dengan bagian ekstra di bagian belakang kepala agar kepala tetap mengapung jika anda pingsan. 5. Helmet Tujuan penggunaan helm ialah untuk melindungi kepala dari kemungkinan benturan benda keras. Helm yang baik harus ringan, tahan air, dan tidak mengganggu pandangan maupun gerakan. 6. Tali Lempar (Throw Rope) Panjangnya kurang lebih 30 meter. Tali ini digunakan untuk keadaan darurat dan dalam perahu harus ada satu gulungan tali ini dari jenis kernmantel dinamis. Tali lempar digunakan juga untuk kegiatan rescue. 7. Flip Line Biasanya dikaitkan disamping perahu. Apabila perahu terbalik maka tali ini dapat digunakan untuk membalikan perahu ke posisi semula. Atau bisa diganti dengan menggunakan 2 carabiner dan 1 webbing 8. Pompa Pompa digunakan untuk mengisi udara pada tabung perahu invlatable, digunakan juga bila tabung tengah kempis saat sedang pengarungan. 9. Peluit Deruhnya suara air pada saat pengarungan menghambat suara yang keluar dari mulut, karenanya digunakannya peluit sebagai sarana berkomunikasi pada saat dilaksanakannya pengarungan.
7 10. Dry Bag Drybag dalam pengarungan digunakan sebagai media untuk menyimpan barang-barang yang tidak boleh terkena air atau barang elektronik. 11. Perlengkapan P3K Perlengkapan P3K wajib dibawa guna mengantisipasi adanya awak yang terluka saat pengarungan. 12. Prusik Prusik yang kita bawa sebaiknya berukuran 50 – 60 % dari tali utama yang kita gunakan atau sekitar 5 – 7 mm. Dengan memakai simpul Double Fisherman ikatlah kedua ujung prusik menjadi loop (lingkaran). Sangat membantu saat menggunakan sistem C-Rig atau Z-Rig unutk menarik perahu yang terjebak rintangan di tengah sungai. 13. Pulley Bisa juga digunakan dengan carabiner untuk mengurangi friksi saat penggunaan tali dengan menggunakan sistem CRig atau Z-Rig sehingga beban menjadi ringan saat di tarik. 14. Pisau Saku Digunakan apabila diperlukan untuk memotong tali maupun strainers dalam pengarungan 15. Sepatu Digunakan untuk melindungi kaki apabila terjatuh diair dari tajamnya baju didasar air saat pengarungan. 2.2 PERAHU Perahu yang digunakan dalam berarung jeram bukan sekedar yang bisa mengambang. Perahu di tahun 80an keatas sudah dapat mengeluarkan air secara otomatis (Self Bailing), dapat melakukan manuver dengan cepat, sangat kokoh, mempunyai empat tabung udara yang saling mendukung bila ada salah satu tabungnya ada yang bocor. Ukuran Perahu karet sangat bervariasi, dari 8 – 30 kaki. Yang biasanya dipergunakan untuk berarung jeram antara 12 – 18 kaki, tergantung dari sungai yang akan diarungi.
8 Jenis-jenis perahu karet : a) LCR (Landing Craft Rubber) Perahu karet yang biasanya dipasangi mesin dan digunakan untuk kegiatan rescue (banjir dan bencana alam). Perahu LCR juga bisa untuk sarana pelatihan atau tamasya seperti rafting atau arung jeram dan menelusuri sungai atau danau. b) OVAL Perahu dengan rancangan bagian buritan dan haluan dibuat agak mencuat agar air tidak mudah masuk dan mampu menjaga kestabilan perahu ketika melewati jeram besar. Perahu dibagi atas dua golongan yaitu: a) Non self Bailing Floor Perahu ini tidak dilengkapi dengan lubang-lubang pembuangan air, sehingga air yang masuk kedalam perahu, karena itu perahu jenis ini harus dilengkapi dengan ember/gayung untuk membuang air. b) Self Bailing Floor Perahu jenis ini adalah perahu jenis terbaru. Perahu jenis ini dilengkapi dengan lantai yang dipompa dan lubang pembuangan air. Air yang masuk kedalam perahu otomatis akan keluar dengan sendirinya. Bagian-Bagian Perahu : Landing Craft Rubber (LCR) OVAL
9 1. Floor Merupakan lantai perahu karet, biasanya terbuat dari alumunium, fiberglass, plywood/kayu, atau air floor (lantai angin). 2. Valve Berfungsi sebagai media tempat pengisian dan pengontrolan tekanan udara dalam tabung perahu karet. 3. L/T Handle / Lifting handle Berfungsi untuk memudahkan pengangkatan atau menurunkan perahu karet pada saat di darat ataupun di air. 4. Rope holder Berfungsi sebagai tempat/pegangan untuk tali perahu karet. 5. Life line Berfungsi sebagai tali pegangan untuk penumpang yang dipasang di sepanjang perahu karet. 6. Rubbing Strake Strip pelindung perahu karet yang membentang di sepanjang badan perahu karet untuk mencegah kerusakan badan perahu karet pada saat membentur atau bersinggungan dengan sesuatu. 7. Bow Handle Handle tempat pengikat tali perahu karet. Digunakan pada saat perahu karet ditambatkan ke dermaga, dek, atau kapal. 8. D-Ring D-Ring berfungsi untuk tempat pengikat tali tambahan yang terdapat di sisi kiri dan kanan sebelah depan dari badan perahu
10 karet. Bersama dengan Bow-handle, D-Ring memberikan kekuatan tambahan pada saat perahu karet ditarik. 9. Seat Hook Kuncian untuk bangku perahu karet agar tidak bergerak selama digunakan. 10. Seat Seat atau bangku adalah tempat duduk yang bisa dilepas pasang yang terdapat pada sebuah perahu karet yang dilengkapi dengan kuncian di sisi kiri dan kanan. 11. Drain Plug Sumbat pembuangan air yang berfungsi untuk mengeluarkan air yang masuk ke dalam perahu karet. 12. Oar/Dayung Oar atau dayung berfungsi untuk mengayuh (menjalankan, menggerakkan) perahu karet.
11 2.3 PERSONAL FLOATING DEVICE Personal Floating Device (PFD) atau pelampung memiliki berbagai jenis dan ukuran. Terbuat dari bahan polyfoam yang dibungkus dengan bahan kedap air yang berwarna terang. US Coastal Guard menganjurkan memakai PFD type III pada setiap kegiatan arung jeram. Pelampung jenis ini yang paling umum digunakan pula oleh para rafter dalam setiap pengarungannya. Setiap PFD Type III memiliki daya apung tinggi dihitung berdasarkan berat tubuh rata-rata saat berada di dalam air. Maka anda tidak perlu takut tenggelam saat berada di dalam air. Cara pemakaian PFD/Pelampung: Pastikan tidak ada lubang atau jahitan yang terlepas pada PFD tersebut, serta strap yang ada dapat dipasang dan dilepas dengan mudah. Bila bagian perut anda lebih besar dari bagian dada, pilih dan pakailah PFD dengan ukuran lebih besar. PFD atau pelampung dipakai seperti menggunakan rompi/jaket. Pastikan setiap strap terpasang dengan benar dan bantalan kepala berada di luar. Atur keeratan tali senyaman mungkin, sehingga PFD yang anda gunakan tidak terlalu sempit atau longgar. Setelah anda selesai memakai PFD, lakukan gerakan berikut: 1. Pada posisi berdiri, putarkan badan anda ke kiri dan kanan. Pastikan PFD yang digunakan tidak menghambat gerak tubuh anda dan tidak mengalami pergeseran/perubahan posisi. Ini ditandai dengan letak strap tetap pada satu garis tegak lurus seperti posisi kancing kemeja. Jika terjadi pegeseran, atur kembali keeratan tali pada setiap strap. Jangan malu dan ragu untuk minta skipper/rekan membantu mengatur keeratan tali strap ini. 2. Pada posisi duduk kedua kaki diluruskan kedepan; putarkan badan anda ke kiri dan kanan lalu lakukan gerakan membungkuk. Pastikan PFD yang digunakan tidak
12 menghambat gerak tubuh anda. Jika terjadi pegeseran, atur kembali keeratan setiap strap yang ada. 3. Masih dalam posisi duduk dan kedua kaki diluruskan ke depan, minta bantuan skipper/rekan untuk menarik/mengangkat pelampung yang anda gunakan pada bagian bahu dari arah belakang. Pastikan saat pelampung dan tubuh anda ditarik/diangkat, posisi bahu pelampung tidak melebihi batas telinga anda. Jika ya, atur kembali keeratan setiap strap yang ada. Peralatan Individu
13 BAB III PROSEDUR ARUNG JERAM 3.1 TEKNIK BERARUNG JERAM 1. Posisi Duduk Di Perahu a) Cowboys Style Posisi mendayung ini dilakukan dengan cara duduk ditabung perahu dan posisi kaki direnggangkan untuk menjepit tabung yang berfungsi menjaga keseimbangan tubuh diperahu. Kelemahan duduk di posisi ini adalah kaki yang ada diluar perahu bisa berakibat fatal karena sebagian anggota tubuh kita berada diluar yang bisa terbentur dengan stopper ataupun tebing yang ada disekitar sungai tersebut. Maka dari itu cowboy style biasanya diperagakan hanya pada arus yang tenang. b) Ladies Style Posisi ini digunakan dimana kedua kaki berada didalam perahu dan biasanya ujung kaki diselipkan pada tempat yang telah disediakan. Posisi itu sangat nyaman karena jauh dari benruran batu atau tebing. 2. Teknik Mendayung a) Teknik Oar Dalam teknik ini pendayung haya satu orang dengan menggunakan dayung tipe oar yang digunakan berpasangan. Cara ini sangat efisien dalam penggunaan tenaga pendayung, bila dibandingkan dengan teknik paddle. Teknik ini membutuhkan suatu keterampilan tinggi dalam membaca arus dan menentukan lintasan yang ada disungai arus deras. b) Teknik Paddle Teknik ini dilakukan oleh tiga orang atau lebih tergantung dari kapasitas perahu yang akan digunakan dalam
14 berarung jeram. Dayung yang digunakan ada dua jenis yaitu paddle berbilah satu dengan ukuran panjang 150 – 160 cm dan berbilah dua dengan ukuran 162 cm dari kedua bilah membentuk sudut 90 derajat. 3. Teknik Dayungan 1. Dayung Maju ( Forward paddle/forward stroke ) Tujuan dari dayung maju ini adalah untuk menggerakkan perahu kearah depan (maju). Caranya yaitu dengan cara menancapkan dayung didepan kemudian ditarik kebelakang sampai sejajar dengan pantat. Angkat bilah dayung ulangi ke posisi semula dan seterusnya. 2. Dayung Mundur ( Back Paddle/Back Stroke) Tujuan dari dayung mundur ini adalah untuk menggerakkan perahu kebelakang ataupun untuk memperlambat laju perahu. Caranya yaitu kebalikan dari dayung maju yaitu dengan menancapkan bilah jauh dibelakang posisi badan kita kemudian tarik kedepan sampai posisi awal dayung maju. Hal yang perlu diperhatikan dalam mendayung yaitu usahakan jangan hanya menggunkanan kekuatan tangan akan tetapi dibantu dengan otot perut sehingga dayungan yang dihasilkan akan lebih kuat. 3. Dayung Tarik ( Kanan ) Tujuan dari dayung tarik ini yaitu untuk menggeser perahu kearah kanan. Dalam berarung jeram biasanya digunakan untuk menghindari batu ataupun rintangan yang terletak disebelah kiri perahu sehingga tidak terjadi benturan dengan perahu. Caranya yaitu awak yang terletak disebelah kanan menancapkan dayung jauh kesamping dan menariknya kearah perahu sedangkan awak yang terletak disebelah kiri manancapkan dayungnya tegak lurus mendekati lambung perahu dan ditolak menjauhi perahu. Dalam dayung tarik ini,
15 usahakan posisi dayung tetap tegak lurus (900) terhadap permukaan air 4. Dayung Tarik ( kiri ) Dayung tarik (kiri) ini berlawanan dengan dayung kanan tarik. Tujuan dari dayung tarik ini yaitu untuk menggeser perahu kearah kiri. Caranya yaitu awak yang terletak disebelah kiri menancapkan dayung jauh kesamping dan menariknya kearah perahu sedangkan awak yang terletak disebelah kanan manancapkan dayungnya tegak lurus mendekati lambung perahu dan ditolak menjauhi perahu. Dayung tarik ( kiri ) ini berlawanan dengan dayung kanan tarik. Tujuan dari dayung tarik ini yaitu untuk menggeser perahu kearah kiri. Caranya yaitu awak yang terletak disebelah kiri menancapkan dayung jauh kesamping dan menariknya kearah perahu sedangkan awak yang terletak disebelah kanan manancapkan dayungnya tegak lurus mendekati lambung perahu dan ditolak menjauhi perahu. 5. Dayung Pancung ( kanan ) Tujuan dari dayung Pancung Kanan ini yaitu untuk membelokkan perahu kearah kiri. Caranya yaitu awak dalam perahu yang terletak paling depan, sebelah kanan mengambil dayungan dari arah depan perahu ditarik kearah samping kanan perahu sedangkan awak yang terletak disebelah kiri mengambil dayungan dari samping kiri perahu digeser sampai depan perahu. Dayung pancung ini sering digunakan ketika dalam jeram untuk menghindari batu atau rintangan yang terletak didepan perahu yang dapat menyebabkan Wrap ( Perahu Tersangkut ). 6. Dayung Pancung ( Kiri ) Dayung Pancung Kiri ini berlawanan dengan Pancung kanan, tujuannya yaitu untuk membelokkan perahu kearah kanan. Caranya yaitu awak dalam perahu yang terletak paling depan,
16 sebelah kiri mengambil dayungan dari arah depan perahu ditarik kearah samping kiri perahu sedangkan awak yang terletak disebelah kanan mengambil dayungan dari samping kanan perahu digeser sampai depan perahu. 7. C-Stroke Gunanya untuk membelokkan perahu dengan cepat. Caranya dayung digerakkan membentuk huruf ”C” baik dari depan ke belakang maupun dari belakang ke depan dan diikuti dengan gerakan badan. Dayungan ini sangat penting untuk dikuasai oleh pemandu arung jeram karena dayungan ini sangat efektif untuk membelokkan perahu. 8. J-Stroke Teknik mengendalikan perahu dengan satu orang, dan digunakan pada saat arus air tidak terlalu deras. Caranya dayung digerakkan membentuk huruf ”J” dari depan ke belakang. 9. Scalling Digunakan untuk mempertahankan tingkat kemiringan yang disebabkan oleh gelombang arus sungai dan batuan besar yang ada di sungai.
17 3.2 KOMUNIKASI DIATAS PERAHU 1) Forward (Maju) Instruksi yang diberikan untuk dayungan maju, dilakukan oleh seluruh peserta dengan menarik blade/bilah dayung yang berada didalam air kearah belakang searah perahu. Posisi blade/bilah dayung saat menyentuh air adalah tegak lurus terhadap permukaan atau mendekati 90 derajat. Pada saat keluar dari air, dayung diarahkan sejajar dengan permukaan; berputar mendekati 90 derajat hingga bilah dayung kembali menyentuh air. Gerakan ini dilakukan berulang-ulang sampai ada instruksi lanjutan. 2) Backward (Mundur) Instruksi yang diberikan untuk dayungan mundur, dilakukan oleh seluruh peserta dengan menarik blade/bilah dayung yang berada di dalam air ke arah depan searah perahu. Posisi blade/bilah dayung saat menyentuh air adalah sejajar dengan permukaan air. Begitu pun saat keluar dari air, dayung diarahkan sejajar dengan permukaan; berputar hingga bilah dayung kembali menyentuh air. Gerakan ini dilakukan berulang-ulang sampai ada instruksi lanjutan. 3) Turn Left (Belok Kiri) Instruksi untuk membelokkan perahu ke arah kiri. Gerakan ini dilakukan dengan dayungan maju oleh peserta yang duduk pada perahu bagian kanan, sementara peserta pada kiri perahu stop mendayung. Jika skipper merasa perlu untuk membelokkan perahu ke kiri dengan cepat, maka posisi peserta yang duduk pada bagian kiri melakukan dayungan mundur.
18 Untuk memperjelas instruksi, biasanya skipper akan mengatakan “kanan-maju” dan “kiri-mundur”! Artinya, peserta yang duduk pada bagian kanan melakukan dayungan maju, sementara peserta pada bagian kiri melakukan dayungan mundur. 4) Turn Right (Belok Kanan) Instruksi yang diberikan untuk membelokkan perahu ke arah kanan; kebalikan dari instruksi turn left (belok kiri). Gerakan ini dilakukan dengan dayungan maju oleh peserta yang duduk pada perahu bagian kiri, sementara peserta pada bagian kanan stop mendayung. Jika skipper merasa perlu membelokkan perahu ke kanan dengan cepat, posisi peserta yang duduk pada bagian kanan melakukan dayungan mundur. Untuk memperjelas instruksi, biasanya skipper akan mengatakan “kiri-maju” dan “kanan-mundur”! Artinya, peserta yang duduk pada bagian kiri melakukan dayungan maju, sementara peserta yang duduk pada bagian kanan melakukan dayungan mundur. 5) Stop (Berhenti) Instruksi yang diberikan untuk menghentikan dayungan; semua dayung tidak berada dalam air, digenggam dengan posisi di atas pangkuan. 6) Padlle Manuver Ada dua jenis padlle manuver, yaitu : a) Up Stream Ferrying artinya gerakan laju perahu kehulu sungai. b) Down Stream Ferrying artinya gerakan perahu menuju hilir sungai. Pada intinya sama dengan Up Stream namun bedanya ini menuju ke hilir. 7) Hand/Paddle Signalling
19 Hand/Paddle Signalling adalah komunikasi menggunakan tangan dan paddle sebagai sarana untuk berkomunikasi antar perahu/kelompok : 1. Go Signal Aba-aba untuk jalan/maju melanjutkan pengarungan 2. Stop Signal Aba-aba untuk berhenti dalam pengarungan 3. All Together Signal Aba-aba untuk berkumpul dengan kelompok atau berjalan bersama-sama 4. Eddy Signall Aba-aba berhenti di eddy pertama, biasanya disusul dengan aba-aba kanan/kiri dengan tangan satunya 5. Slow Down Signal Aba-aba untuk mengerem/memelankan perahu 6. Group Too Far Aba-aba untuk mendekatkan jarak antar perahu dalam kelompok 7. Group Too Close Aba-aba untuk menambah jarak antar perahu dalam kelompok 8. I’m Okay Signal Aba-aba menyatakan bahwa anda baik-baik saja 9. Scout Signal Aba-aba menyuruh untuk melihat jalur pengarungan 10. Portage Signal Aba-aba untuk melakukan portaging dalam pengarungan 11. Warning-Stopper Aba-aba untuk memberitahu perahu berikutnya bahwa adanya stopper didepan 12. Emergency Aba-aba untuk memberitahu perahu lain bahwa sedang membutuhkan bantuan/dalam keadaan darurat 13. Move Left/Right Aba-aba untuk bergerak kearah kiri/kanan
20 BAB IV SCOUTING Adalah pengamatan awal sebelum mengarungi riam.Scouting dilakukan dengan dua cara yaitu scouting darat dan scouting diatas perahu. a) Scouting darat Scouting ini didarat dimana perahu kita hentikan terlebih dahulu dan berjalan kaki menyusuri sungai Sambil mengamati jeramjeram yang akan dilalui. Scouting ini dilakukan bila riam yang ada didepan kita tidak terlihat sama sekali karena terhalang oleh batu, belokan atau permukaan sungai yang tiba-tiba hilang. b) Scouting diatas perahu Scouting ini dilakukan diatas perahu tanpa menghentikan laju perahu terlebih dahulu. Scouting ini digunakan bila seorang kapten ragu untuk mengambil suatu keputusan dalam memasuki suatu jeram. Scoutingini biasa juga disebut dengan istilah “Read and Run”. Pentingnya melakukan pengintaian terhadap situasi sungai berjeram karena berhubungan dengan beberapa faktor penentu untuk memutuskan untuk melewati jeram tertentu atau tidak. Adapun factor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Panjang, kesulitan dan bahaya jeram yang bersangkutan. 2. Bagaimana sifat-sifat air yang berada di bawah jeram. 3. Kesanggupan dan kemampuan awak perahu untuk menyelamatkan diri pada jeram yang sulit. 4. Persiapan mental seluruh awak.
21 BAB V MORFOLOGI SUNGAI 5.1 KARAKTERISTIK SUNGAI A. PEMBAGIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Daerah aliran sungai hulu. Ciri-cirinya dangkal dan sempit. Seringkali mengalir di daerah lembah curam dan dalam dan tak jarang pula dijumpai air terjun. Tidak ideal untuk diarungi. Daerah aliran sungai peralihan. Ciri-cirinya cukup dalam dan lebar. Banyak dijumpai riak diselingi lubuk sungai. Sangat ideal untuk ORAD. Daerah aliran sungai hilir. Ciri-cirinya lebar dan dalam aliran airnya tenang dan berkelok-kelok menyerupai huruf V. Bukan daerah ideal untuk ORAD. B. SUNGAI Bahasan akan berkisar pada aliran sungai serta gejalanya dan berbagai ketrampilan yang dibutuhkan untuk pengarung jeram. Memerlukan latihan yang sering dan berulang-ulang untuk jadi mahir membaca dan mengerti seluk beluk mengenai karakter sungai. Bagaimanapun bagi pengarung jeram suatu pengertian mengenai sifat dan dinamika sungai penting untuk diketahui. Suatu saat, ketika kita melintasi suatu sungai, pertanyaan yang ada di benak kita adalah : sungai itu lebar/sempit, berarus deras/lambat, debit airnya besar/kecil, landai/curam, dsb. Jawaban kesemuanya adalah merupakan faktor penyebab terjadinya jeram. Karakteristik sungai yang satu dengan yang lainnya berbeda. Faktor utama yang membedakannya adalah :
22 a) Volume air (Debit Sungai) Besarnya volume air sungai tergantung daerah aliran sungai yang dialirinya dan juga jumlah curah yang turun pada daerah aliran sungai tersebut. Volume air atau debit air sungai dapat dihitung dalam satuan cfs, atau meter kubik per detik (m3/det). Mengetahui volume air sangatlah penting untuk memperhitungkan tingkat kesulitan sehingga dapat memperkirakan resiko yang akan dihadapi dalam pengarungan. Umumnya, jika volume air meningkat maka akan berbanding lurus dengan tingkat kesulitannya., begitu juga sebaliknya. Ukuran volume air dapat juga untuk mengetahui ukuran besar – kecilnya sungai, antara lain : • Sungai kecil : (800-1000) cfs atau (25-5000) m3/det • Sungai besar : (5000-10.000) cfs atau (125-250) m3/det • Sungai besar sekali : volume air lebih dari 10.000 cfs b) Tingkat kemiringan atau kecuraman Biasanya disebut juga dengan gradien yaitu menunjukan rata-rata penurunan dalam suatu jarak tertentu. Setiap sungai pada jarak tertentu mempunyai tingkat kecuraman yang berbeda, gradien dapat dihitung dari peta topografi. Besarnya dinyatakan dala m/km. Umumnya gradien sungai untuk kegiatan arung jeram berkisar antara 10 – 20 m/km. Kecuraman atau kemiringan sungai dapat dianggap sebagai petunjuk kasar tingkat kecepatan dan kesulitan alur aliran sungai. Tingkat kemiringan sungai yang dapat digunakan sebagai petunjuk tingkat kecepatan aliran, antara Lain : • Sungai dengan kecuraman 0-4 m/Km, umumnya berarus tenang, tidak mempunyai daerah berbahaya seperti jeram • Sungai dengan kecuraman 5-10 m/Km, umumnya berjeram dan cukup ideal sebagai medan ORAD
23 • Sungai dengan kecuraman 10-15 m/Km umumnya berbahaya untuk diarungi dengan perahu karet, akan tetapi masih memungkinkan • Sungai dengan kecuraman 15-20 m/Km umumnya sudah tidak memungkinkan untuk diarungi dengan perahu karet, tetapi masih memungkinkan untuk diarungi dengan kayak lincah • Sungai dengan kecuraman diatas 20 m/km umumnya tidak mungkin diarungi karena mempunyai air terjun atau jeram ganas yang panjang dan sambung menyambung. c) Tonjolan dasar sungai (Roughness) Letak batuan atau tonjolan didasar sungai yang tidak beraturan mengakibatkan turbulensi aliran sungai. Semakin tidak beraturan letak batu didasar sungai semakin besar pusaran airnya. Terjadinya sebuah jeram sangat ditentukan oleh bentuk dan ukuran serta tata letak dari batuan yang berada dibawah permukaan air sungai. d) Penyempitan lebar penampang sungai (Constriction) Penampang sungai tidak selalu sama lebarnya. Semakin sempit penampang sungai, semakin deras arusnya. Biasanya setelah penyempitan maka akan terbentuk ombak beruntun. 5.2 ARUS/RIAM Riam adalah berbagai macam bentuk dan kecepatan aliran sungai, baik dari permukaan hinga dasar sungai. Biasanya arus tercepat adalah ketika mendekati permukaan. Berikut bentuk-bentuk arus yang ada di sungai. a) Aliran Utama (Mainstream) Arus sungai yang paling cepat adalah aliran utama. Aliran utama marupakan bagian dari lintasan sungai yang paling baik untuk diarungi karena merupakan daerah paling dalam dan paling cepat arusnya , selain itu juga paling aman dan paling menyenangkan.
24 b) Jeram (Rapid) Merupakan bagian sungai yang mengalami percepatan arus dan turbulensi. Barisan jeram pada umumnya diselingi dengan lubuk sungai, yaitu bagian dari sungai yang dalam dan mengalir tenang. 5.3 JERAM Jeram merupakan bagian integral dari sungai yang dikendalikan batuan dasar, dan mempengaruhi ekologi akuatik, geomorfologi, dan nilai rekreasi. Biasanya jeram dialiri arus air yang tidak stabil yang menyebabkan terjadinya turbulensi sehingga menghasilkan banyak riak dan membuat air tampak berwarna putih buram. Turbulensi atau aliran turbulen adalah gerak fluida yang ditandai dengan perubahan tekanan dan kecepatan aliran yang kacau. Jeram sering terbentuk di mana batuan dasar yang membatasi dan menahan aliran sungai ke saluran yang menyempit dan mengakibatkan peningkatan kecepatan air – perubahan kecepatan ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan turbulensi terjadi pada jeram. Faktor Terbentuknya Jeram Proses terbentuknya jeram relatif membutuhkan waktu yang cukup lama – ini karena dalam prosesnya sebagian besar mengandalkan fenomena erosi akibat air. Secara umum, jeram dapat terbentuk akibat pendangkalan sungai yang dicirikan dengan batuan yang muncul dari permukaan air – batuan ini umumnya lebih tahan erosi dibandingkan dengan batuan sekitarnya di bawah aliran air. 1. Volume Air Besarnya volume air tergantung dari besarnya daerah aliran sungai (DAS) yang dialirinya dan juga jumlah curah yang turun pada daerah aliran sungai tersebut. Perubahan volume air akibat hujan atau faktor lainnya dapat mempengaruhi tinggi muka air sehingga mengubah karakteristik jeram – selain itu dalam jangka waktu panjang fenomena ini dapat mengubah struktur dasar batuan sehingga berpotensi menghancurkan jeram yang sudah ada ataupun menghasilkan jeram baru.
25 2. Gradien Sungai Besarnya kemiringan sungai bervariasi , kemiringan ini berpengaruh pada kecepatan aliran sungai mengalir – semakin tinggi kemiringan maka kecepatan aliran sungai akan semakin cepat. Kecepatan aliran sungai akan berdampak pada frekuensi kontak air dengan batuan dasar sehingga akan mempengaruhi kecepatan erosi. 3. Penyempitan Sungai/Bottleneck Penyempitan sungai terjadi akibat perbedaan resistansi erosi pada batuan dasar. Sesuai dengan hukum kontinuitas, fenomena ini menyebabkan kecepatan aliran akan menjadi lebih cepat di bagian sungai yang menyempit. Seperti yang telah didefinisikan sebelumnya, perubahan kecepatan ini menjadi faktor penyebab terjadinya turbulensi sehingga mempengaruhi terbentuknya jeram. 4. Karakteristik Geologi pada Sungai Setiap sungai memiliki karakteristik geologi yang berbeda tergantung lokasi geografinya. Karakteristik geologi sungai ( bebatuan, tepian, bar kerikil, tepi sungai, ngarai dinding, dan banyak lagi) yang mempengaruhi aliran air di dalam sungai, menciptakan berbagai fitur air dan rintangan. Selain itu, variasi resistansi erosi pada batuan dasar sungai mempengaruhi bentuk dari sungai itu sendiri yang mengakibatkan variasi pada karakteristik jeram. Jeram terdiri dari beberapa jenis arus dalam satu lintasan sungai, yaitu: 1. Lidah Air (Tongue) Terbentuk diantara dua buah rintangan berupa batu atau hole dikarenakan percepatan. Bentuknya menyerupai huruf “V”. umumnya merupakan lintasan yang terbaik untuk diarungi. 2. Gelombang Tegak (Standing Wave) Karena penurunan dasar sungai, kemudian relatif mendatar kembali dan tanpa tonjolan batuan yang menyembul ke permukaan. Gelombang pertama merupakan gelombang terbesar,
26 selanjutnya lebih kecil dan akhirnya menjadi datar kembali. Barisan gelombang ini terbentuk setengah lidah air. 3. Haystack Haystack merupakan standing waves yang mencapai ketinggian lebih dari 3 meter. 4. Gelombang Balik (Reversal) Merupakan arus yang berputar dari bawah keatas dan membalik kearah hulu disebabkan penurunan dasar sungai secara ekstrim Ada tiga jenis gelombang balik a) Hole, disebabkan oleh batu didasar sungai yang hampir menyembul ke permukaan air. b) Hidrolik, disebabkan oleh penurunan tiba-tiba didasar sungai yang membentuk diding yang hampir vertikal. c) Gelombang pecah, disebabkan oleh kemiringan didasar sungai dan tiba-tiba mendatar kembali. 5. Arus Balik (Eddies) Arus balik adalah tempat dimana arus sungai seakan-akan berhenti atau mengalir balik kearah hulu dan seperti pusaran. Macam-macam eddies : a) Mid stream eddies adalah eddy yang terletak ditengah sungai, seperti ada rintangan atau batu ditengah sungai , maka akan terbentuk eddyditengah sungai dibalik rintangan itu. b) Short Line Eddies adalah eddy yang terletak dipinggir sungai, seperti adanya tikungan, tonjolan atau lengkungan di pinggir sungai.
27 6. Boulder a) Stopper Stopper merupakan ornamen sungai, yaitu batuan yang terlihat di permukaan air dan bisa menyebabkan perahu wrap. b) Strainer Strainer yaitu sesuatu yang dapat menghalangi arus utama, contohnya ranting atau pohon. 7. Pillow Bagian ini berbentuk seperti bantalan air, disebabkan oleh adanya batu yang muncul sedikit dari permukaan sungai sehingga aliran air masih mampu melewati batu dari bagian atasnya. Aliran air yang melewati batu itulah yang disebut pillow. 8. Drops Bagian jeram ini sekilas hampir sama dengan jeram standing wave, namun perbedaan nya terdapat banyak hole. Sehingga cukup bahaya ketika kurang waspada dan mengira tidak adanya hole. 9. Under Cut Under cut merupakan cerukan atau coakan pada dinding sungai bagian luar yang berada pada belokan sungai, jeram ini juga sangat berbahaya. Apabila seseorang berada di dalam under cut susah untuk keluar dan terjebak, arus sungai yang mengarah ke dinding sungai akan terus menerus membenturkannya ke dinding sungai. 10. Entrapment Merupakan batuan yang membentuk celah/cerukan. Bagian ini bisa menjadikan perahu tertahan dan tidak bisa melaju. Bisa
28 lebih berbahaya lagi ketika terjatuh dari perahu, kaki terjepit dalam jeram ini. 11. Flat Merupakan arus sungai yang tenang, tidak ada jeram dan batuan. Ilustrasi Lidah Air Ilustrasi Hole 5.4 HOLE DAN DAM Kekuatan arus balik yang tinggi pada hole yang besar serta dam dapat membuat awak perahu atau pendayung berputar-putar tanpa menemui jalan keluar. Pelampung yang dipakai mungkin tidak cukup membuat awak perahu tersebut mengapung dan apabila ini terjadi maka harus menggunakan teknik bagaimana keluar dari jebakan arus putar tersebut. Satu-satunya jalan keluar adalah pada bagian bawah arus sungai. Awak perahu diharuskan tidak panik dan mengingat mana arus yang membuat dia berbalik arah semula (Back Wash) dan mana arus yang bawah (dorongan dari upstream) yang kuat. Pada posisi backwash adalah posisi tempat dimana pendayung bernafas dan setelah itu apabila kita pada posisi air jatuh, maka posisi yang terbaik posisi jongkok dengan memegang-melingkari kaki dan mengikuti arus
29 bawah yang akan membawa kita ke posisi outflowdan setelah itu berenanglah ke pinggir sungai. JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK KELUAR DARI HOLE…!! Pada dam, kejadian akan lebih sulit lagi. Hanya ada satu syarat pada dam, yaitu “ jangan lewati jenis jeram seperti ini karena anda akan diputar sampai air sungai menjadi kering. 5.5 STRAINERS AND SWEEPER Strainers dan sweepers terjadi disebabkan oleh halangan pohon atau batangan bambu yang melintang dipermukaan sungai.Strainers atau sweepers dapat menahan pelampung atau dayung yang tercebur disungai pada ranting atau penghalang yang berada dibawah permukaan strainer. Cara melewati strainers adalah dengan cara : apabila kita sudah mendekati strainers maka teknik berenang dirubah menjadi agresif dan dengan sekuat tenaga melompati penghalang tersebut. Ingat, arus strainer tersebut sangat kuat sehingga dapat menyedot kita kebawah. 5.6 TINGKAT KESULITAN SUNGAI Menurut American white water (AWWA), Tingkat kesulitan sungai terdiri dari beberapa grade: • Kelas I (Easy) Air sungai relatif mengalir tenag dan kadang-kadang diiringi riam kecil. Jarang dijumpai rintnagan seperti batu, pusaran air atau air terjun. • Kelas II (Novice) Arus sungai dengan beberapa ombak kecil yang tidak lebih dari 50 cm. Jarak antar batu besar agak renggang. • Kelas III (Intermadiate) Riam2nya diiringi gelombang2 yang tidak terduga. Manuver dibutuhkan untuk dapat menghindari batu dan hole.Scouting (pengamatan) perlu dilakukan untuk menentukan lintasan mana yang akan dilalui.
30 • Kelas IV (Advanced) Jeramnya sulit dan sambung menyambung. Gelombang air pecah tinggi 2 m dengan variasi kelokan cukup tajam dan arusnya lebih liar.Scouting dan manuver cepat dan terlatih sangat diperlukan, karena medan seperti ini potensial untuk kecelakaan. • Kelas V (Expert) Tingkat kesulitan tinggi. Mempunyai riam2 yang panjang, liar dan sambung menyambung. Arus lebih deras dengan jeram berbahaya ditambah batu2 besar. Dibutuhkan manuver rumit agar dapat melaluinya. • Kelas VI (Extrem) Kelas ini memiliki tingkat kesulitan dan bahaya yang sangat extrem. Secara umum, kelas ini tidak dianjurkan untuk diarungi. BAB VI RIVER RESCUE Pengarungan sungai akan lebih aman apabila dilakukan dua atau lebih perahu yang melakukan secara bersama-sama, tetapi akan lebih baik lagi apabila perahu-perahu tersebut didampingi olehlead raft yang selalu berada didepan dan sweep raft yang bertugas menyapu dibelakang. Lead raft biasanya terdiri dari orang-orang yang berpengalaman dan bertindak sebagai penunjuk jalan bagi perahu sesudahnya. Sedangkan sweep raft yang berisi orang-orang yang ahli juga tetapi berfungsi sebagai back up pada perahu yang ada didepannya. Ketika terjadi kecelakaan/masalah di sungai, dibutuhkan orang yang segera bertindak dan melakukan tindakan-tindakan yang tepat dan memang diperlukan.
31 6.1 SELF RESCUE Seorang rafter harus mampu melakukan self rescue dengan baik. Seperti : bagaimana cara berenang dengan teknik agresif atau defensif, bagaimana membalikan perahu terbalik dengan cepat serta mengamankan atau menolongkan awak perahu yang terjatuh kesungai. 1. Berenang di sungai Berenang di sungai berbeda dengan berenang di kolam renang. Disungai berjeram pendayung harus mengetahui letakeddies, arus yang kuat serta tanda-tanda bahaya yang akan dihadapi. Yang pasti ketika berenang di sungai harus relax dan aman. Ada dua jenis teknik berenang di sungai berjeram, yaitu agresif (berenang dengan gaya bebas) dan defensif (berenang dengan gaya punggung dengan kaki menghadap ke hilir) atau kombinasi kedua gaya tersebut dengan teknik sebagai berikut : berusaha tetap tenang, mengahadap kearah downstream, berenang dengan gaya punggung dengan kaki diangkat kepermukaan air dan kaki di depan (kearah downstream) serta tangan kesamping untuk mencari irama arus dan bernafas di lembah gelombang. Kalau perlu putar kepala kekiri atau kekanan kalau ada ombak atau gelombang dan setelah melihat eddiesarahkan tangan ke wilayah dalam eddies dan rubah posisi renang dengan teknik agresif. 2. Re-Flip Jika suatu saat perahu terbalik karena sesuatu hal, awak perahu harus segera membalikan kembali perahu dan menolong temantemannya yang hanyut.. Membalikan perahu dapat menggunakan tali flip yang berada dipiggir perahu. Seorang rafter yang terlatih dapat menaiki perahu dari semua sisi tetapi yang paling mudah untuk dinaiki adalah bagian depan dan belakang perahu dengan cara memegang self bailer. Pada saat membalikan perahu harus hati-hati ketika menjatuhkan diri ke air,
32 karena apabila menjatuhkan diri mengenai batu maka bahaya lanjutan akan dihadapi. 3. Menolong perenang dari atas perahu Ketika perahu mengalami benturan dengan batu atau jeram yang besar, mungkin ada satu atau dua penumpang yang jatuh ke sungai, maka pendayung yang berada diatas perahu harus melakukan pertolongan dengan cepat agar tidak mengalami situasi yang lebih berbahaya yaitu dengan cara : Dekatkan perahu dengan perenang , apabila jauh gunakan T-Grip agar dia bisa meraihnya. Setelah meraih perenang, hadapkan pada perahu dan pegang bagian pundak serta tarik dengan cepat keatas perahu. Selama menolong perenang perahu harus pada posisi siap dalam memasuki jeram-jeram berikutnya, karena jangan sampai semua penumpang menjadi perenang. 4. Wrap Wrap adalah kondisi dimana perahu terjebak di batu dimana salah satu sisi perahu dibawah permukaan air atau seluruh sisinya terjebak dibawah permukaan air/tertahan oleh batu. Perahu yang mengalami wrap diatas batu-mungkin masih menyisakan temapat untuk pendayung diatas batu, tetapi apabila kejadian wrapditebing maka keadaan bahaya menunggu seluruh pendayungnya, karena kita tidak tahu apa yang ada dalam permukaan air. Oleh karena itu seorang rafter jangan pernah berpikir untuk melakukan kesalahan manuver sehingga menyebabkan wrap. Apabila keadaan wrap terjadi, maka jangan panik. Lakukan prioritas rescue, yaitu : a) Keamanan diri sendiri. b) Keamanan dari setiap pendayung. c) Baru keamanan perlengkapan.
33 6.2 KEADAAN DARURAT Menabrak Batu Menabrak batu yang muncul di permukaan air, umumnya jarang berakibat fatal bila diatasi dengan cepat dan tidak panik. Jika tabrakan dengan batu tak mungkin dihindari, maka arahkan haluan ke batu tersebut. Akibat dari tindakan ini, perahu akan terhenti sesaat dan arus di sekitar batu akan memutar perahu dan bagi awak perahu yang kurang waspada biasanya akan terpental dari perahu. Lakukan langkah-langkah pengamanan dengan posisi siap mendayung untuk keluar dari situasi berbahaya lebih lanjut, di sebelah hulu. Menempel Di Batu Bilamana perahu menabrak batu pada sisi kiri / kanan maka seluruh awak dari sisi lainnya harus segera berpindah ke sisi dimana perahu itu menempel di batu. Dorongan arus yang kuat dari hulu akan mengengkat naik perahu dan menempel di batu. Terbalik Bila perahu akan terbalik waspada dan hati-hatilah terhadap bahaya berikutnya, baik terhadap benda-benda keras di dalam perahu atau batu itu sendiri. Jika perahu akibat dari tabrakan itu terbalik, maka segera melompat kearah yang bebas dan aman. Bagi awak perahu yang tidak dapat segera lepas dari perahu yang terjebak, tertutup dalam bagian perahu yang terbalik. Segera keluarlah pada situasi seperti ini, sehingga akan terhindar dari benturan batu bagian bawah yang tidak terlihat. Catatan : Bila menabrak batu dengan haluan di muka, reaksi dan respon orang-orang di buritan harus segera berpindah ke tengah, dengan demikian perahu akan terhindar dari terbalik atau terangkat menempel di batu. Perahu yang terbalik dan tidak dapat segera dikembalikan ke posisi semula dengan ringan / mudah, maka tali dan tenaga aliran sungai dari hulu dapat membantunya, dan ini dilakukan setelah perahu bebas dari aliran arus yang kuat dan berjeram.
34 6.3 KECELAKAAN DAN CARA PENANGGULANGANNYA 1. Terlempar dari perahu Saat terlempar ke air pertama adalah berusaha untuk tetap tenang, melihat situasi sekitarnya dan jangan bergerak untuk menghindari banyak tenaga yang terbuang percuma. Seandainya perahu dekat dan bisa terjangkau, usahakan berenang ke arah perahu dan pegang tali pengaman samping sebelum naik. Bila perahu jauh, aliran deras dan banyak batu yang menonjol ke permukaan, sehingga tidak bisa berenang kepinggir, usahakan bagian depan badan menghadap ke hilir dan bahu menghadap kearus air, kedua kaki lurus ke depan dan gerakan tangan dibelakang mengayuh pelan-pelan untuk keseimbangan. Jika aliran relatif tenang barulah berusaha berenang kearah pinggir atau ke perahu. 2. Perahu terbalik Usahakan menjangkau perahu dan naik keatasnya. Jika arus atau gelombang masih besar tetaplah bertahan di atas perahu yang terbawa arus. Setelah arus tenang usahakan mendayung atau membawa perahu ke pinggir, barulah perahu dibalik kembali. Bila terlepas dari perahu dan masih bisa menjangkau perahu, usahakan berenang kearah perahu. 3. Perahu Tersangkut Batu Semua awak pindah ke bantalan perahu yang tersangkut di batu agar perahu tidak terlipat kedalam air.
35 BAB VII Z-DRAG Z-Drag system adalah sistem tali yang populer unutk rescue perahu yang mengalami wrap Z-Drag System yang dasar adalah 3 : 1, (Lihat Gambar) dimana dibutuhkan satu tali yang panjang, pulley, carabiner, prusik, dan webing unutk anchor. System ini bisa dikembangkan sampai 9 : 1. Pemakaian “Z” drag dalam tindak penyelamatan : a. Perahu wrap b. Perahu terjepit diantara batu
36 BAB VIII PPGD a. Pengertian PPGD merupakan pemberian pertolongan dan perawatan yang pertama kali diberikan kepada penderita/korban dengan cepat dan tepat. Pertolongan ini adalah langkah awal sebelum diteruskan ke paramedis. b. Tujuan 1) Mencegah bahaya kematian atau mempertahankan hidup 2) Mencegah cacat 3) Mencegah penurunan kondisi fisik 4) Mencegah infeksi 5) Mengurangi rasa sakit c. Saat Terjadi Kecelakaan 1) Jangan panik, kuasai keadaan, bertindak cekatan dan jangan lambat. 2) Lindungi penderita dari keadaan yang membahayakan/memperberat luka. 3) Memberikan pertolongan pertama sedini mungkin. Jika lokasi korban atau kecelakaan sangat berbahaya dan sulit untuk melakukan pertolongan, pindahkan korban dengan hati-hati, perhatikan pernafasan dengan denyut jantung. 4) Tenangkan penderita. Dalam melakukan perawatan gunakan peralatan korban terlebih dahulu. 5) Setelah keadaan darurat teratasi, periksa kemungkinan lukaluka lain/penderita. 6) Setelah pertolongan pertama dilakukan dan korban telah tenang dan aman, seluruh luka diketahui, atau ditandu, jangan pindahkan korban secara buru-buru. 7) Buat catatan lengkap mengenai penderita, lokasi kecelakaan dan pengobatan atau yang telah dilakukan.
37 d. Langkah Dasar PPGD Langkah dasar dalam PPGD dikenal dengan singkatan A-B-C-D 1) Airway (jalan nafas) 2) Breathing (pernafasan) 3) Circulation (sirkulasi) 4) Disability (cacat) Keempat poin tersebut adalah poin-poin yang harus diperhatikan dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat darurat. Penanganan korban jika terjadi kecelakaan yang tidak diingankan : 1) Pastikan kondisi tempat pertolongan aman bagi pasien dan penolong. 2) Beritahukan kepada lingkungan kalau anda akan berusaha menolong. 3) Cek kesadaran korban lakukan dengan metode AVPU A (Alert) : Korban sadar jika tidak sadar lanjut ke poin V V (Verbal) : Cobalah memanggil-manggil korban dengan berbicara keras di telinga korban ( pada tahap ini jangan sertakan dengan menggoyang atau menyentuh pasien ), jika tidak merespon lanjut ke P P (Pain) : Cobalah beri rangsang nyeri pada pasien, yang paling mudah adalah menekan bagian putih dari kuku tangan (di pangkal kuku), selain itu dapat juga dengan menekan bagian tengah tulang dada (sternum) dan juga areal diatas mata (supra orbital). U (Unresponsive) : Setelah diberi rangsang nyeri tapi pasien masih tidak bereaksi maka pasien berada dalam keadaan unresponsive. 4) Call for Help, mintalah bantuan kepada masyarakat di sekitar untuk menelpon ambulans
38 5) Bebaskan lah korban dari pakaian di daerah dada (buka kancing baju bagian atas agar dada terlihat) 6) Lalu cek seluruh bagian tubuh korban (untuk mengetahui cidera yang dialami korban) 7) Sambil cek tubuh korban lakukan juga kondisi airway dan breathing korban dengan metode pengecekan menggunakan metode Look, Listen, dan Feel. Look : Lihat apakah ada gerakan dada (gerakan bernapas), apakah gerakan tersebut simetris ? Listen : Dengarkan apakah ada suara nafas normal, dan apakah ada suara nafas tambahan yang abnormal (bisa timbul karena ada hambatan sebagian) e. Nafas Buatan Nafas Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk menormalkan frekuensi nafas pasien yang di bawah normal. Misal frekuensi napas : 6 kali per menit, maka harus diberi nafas bantuan di sela setiap nafas spontan dia sehingga total nafas permenitnya menjadi normal (12 kali). f. Pijat Jantung Pijat jantung adalah usaha untuk “memaksa” jantung memompakan darah ke seluruh tubuh, pijat jantung dilakukan pada korban dengan nadi karotis yang tidak teraba. Pijat jantung biasanya dipasangkan dengan nafas buatan.
39 BAB IX PEMETAAN JERAM Teknik Pemetaan Materi pemetaan jeram pada dasarnya adalah memetakan jeram - jeram yang ada di sungai, dan pada umumnya kita mengarung menggunakan 2 prahu. Teknik ini sering disebut RIVER RUNNING SYSTEM. System pengarungan ini biasanya di terapkan pada pengarungan sungai yang berklasifikasi tiga atau lebih. Dan untuk melakukan pemetaan jeram pengarungan menggunakan 2 perahu yang mempunyai peranan penting yaitu : a. Perahu pertama (lead boat). Perahu pertama adalah sebagai rescue dalam pengarungan b. Prahu terakhir (sweeap boat). Perahu terakhir adalah yang akan melakukan pemetaan, dan semua alat – alat di bawa oleh prahu terakhir seperti : Pompa, kotak p3k, repair kit dan sebagainya. Peralatan lain seperti alat rescue. Sedangkan untuk melakukan pemetaan perahu pertama terlebih dahulu mengarung, setelah melewati jeram pertama prahu pertama menunggu perahu terakhir dan juga sebagai rescue jika ada trouble pada prahu terakhir. Untuk prahu terakhir sebelum melewati jeram menepi terlebih dahulu untuk melakukan pemetaan jeram dengan cara : a. Menggambarkan pemetaan jeram di kertas kedap air dan menentukan utara sungai dengan menggunakan kompas, b. kemiringan sungai dengan menggunakan clino metter,
40 c. mengukur panjang jeram dengan menggunakan roll metter, membedakan tinggi jeram, menentukan grade sungai Setelah perahu terakhir selesai melakukan pemetaan jeram segera melanjutkan pengarungan menuju ke prahu pertama. Setelah itu melanjutkan pengarungan dan jika terdapat jeram kembali, perahu pertama terlebih dahulu melewati jeram dan untuk prahu terakhir menepi melakukan pemetaan kembali. Alat Pemetaan a. Prahu : sebagai alat untuk mengarung b. Kompas : di gunakan untuk mengetahui utara jeram dan arah Sungai c. Clino metter : untuk mengetahui kemiringan sungai d. Roll metter : di gunakan untuk mengukur panjang jeram e. Peta sungai : untuk mengetahui posisi start dan finish /untuk melakukan pemetaan f. Alat tulis : untuk menggambarkan pemetaan sungai g. Kertas kedap air : untuk menggambarkan bahaya – bahaya di sungai/penampang sungai.
41 DAFTAR PUSTAKA [1]. “Divisi Arung Jeram,” 2011 [Online]. Avalible : https://forestertabagsel.wordpress.com/divisi-arung-jeram/ [2]. Faji Banyumas [3]. Christopher S. Magirl et al., “Water Velocity and the Nature of Critical Flow in Large Rapids on the Colorado River, Utah,” AGU Journals (John Wiley & Sons, Ltd, May 28, 2009) [4]. Buku Kadiv Arjer 2022-2023 Mapala Satria