The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Saskia Ramadhani, 2022-11-23 03:11:45

Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra

Kearifan Lokal tentang Kesenian dan Sastra

Keywords: Kearifan Lokal

Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra

Project P5 Kearifan Lokal:
Kesenian & Sastra

Penulis:
Keyza Reksadani Amanda (14)
Melati Anggraini Tyas Puspita (17)
Rezva Fellisha Levina Azhari (28)
Rintan Ardhianty Pratiwi (29)
Saskia Ramadhani Putri (32)

Pemateri:
Keyza Reksadani Amanda (14)
Melati Anggraini Tyas Puspita (17)
Rezva Fellisha Levina Azhari (28)
Rintan Ardhianty Pratiwi (29)
Saskia Ramadhani Putri (32)

Sampul:
Rezva Fellisha Levina Azhari (28)

Editor:
Saskia Ramadhani Putri (32)

ii Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra

Dengan memanjatkan puji syukur Kehadirat Allah Yang Maha Esa atas karunia
dan rahmat-Nya. kami dapat menyusun buku “Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian &
Sastra”. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.

Adapun maksud penyusunan buku ini untuk memenuhi tugas proyek P5 (Proyek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila) Tema Kearifan Lokal. Pembuatan buku ini tidak
akan berhasil tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Endang Suratiningsih, S.Pd. selaku guru pembimbing proyek.
2. Ibu Farida Hayati, S.Ag. selaku guru pembimbing proyek.
3. Bapak Andriawan Nurcahyo, S.Pd, M. Pd. Selaku guru pembimbing proyek
4. Bapak Wahyu Aji Suryo, S.Pd. selaku guru pembimbing proyek.
5. Teman-teman kelompok yang telah bekerja keras dalam penyusunan buku.

Buku kami yang berjudul “Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra” berisi
penjelasan tentang kesenian dan sastra sebagai bentuk kearifan lokal di Indonesia
khususnya daerah Jawa Tengah, Surakarta dan sekitarnya. Dalam buku ini, kami
memberikan pemahaman dan contoh kesenian dan sastra lokal serta pentingnya
pelestarian. Harapan kami, buku ini dapat menambah wawasan dan menjadi manfaat
bagi pembacanya.

Kami menyadari dalam penyusunan buku ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh dari itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak untuk
penyempurnaan buku ini selanjutnya. Terimakasih.

Surakarta, November 2022

Kelompok 6 Kesenian & Sastra Lokal

Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra iii

ii

Kata Pengantar………………………………………………………………………………………………..iii

Daftar Isi………………………………………………………………………………………………………….iv

Pendahuluan: Kearifan Lokal……………………………………………………………………………..1

A. Pengertian Kearifan Lokal…………………………………………………………………………………………………………..2
B. Dimensi Kearifan Lokal………………………………………………………………………………………………………………..2
C. Pembentukan Kearifan Lokal……………………………………………………………………………………………………..3
D. Ciri Kearifan Lokal………………………………………………………………………………………………………………………..3
E. Bentuk Kearifan Lokal…………………………………………………………………………………………………………………4
F. Fungsi Kearifan Lokal…………………………………………………………………………………………………………………..4
G. Pelestarian…………………………………………………………………………………………………………………………………….5

Bab 01: Kesenian Lokal……………………………………………………………………………………...7

A. Pengertian Kesenian Lokal…………………………………………………………………………………………………………..8
B. Sifat Kesenian Lokal……………………………………………………………………………………………………………………..8
C. Ciri Kesenian Lokal…………………………………………………………………………………………………….…………………9
D. Pembagian Kesenian Lokal…………………………………………………………………………………………………………9
E. Fungsi Kesenian Lokal………………………………………………………………………………………………………………….11
F. Contoh Kesenian Lokal

i. Tari……………………………………………………………………………………………………………………………….11
ii. Wayang………………………………………………………………………………………………………………………13
iii. Gamelan…………………………………………………………………………………………………………………….15

Bab 02: Sastra Lokal………………………………………………………………………………………….19

A. Pengertian Sastra Lokal…………………………………………………………………………………………………………….20
B. Ciri Sastra Lokal………………………………………………………………………………………………………………………….20
C. Pembagian Sastra Lokal……………………………………………………………………………………………………………20
D. Fungsi Sastra Lokal…………………………………………………………………………………………………………………….20
E. Contoh Sastra Lokal

i. Geguritan…………………………………………………………………………………………………………………...21
ii. Macapat…………………………………………………………………………………………………………………….22

Daftar Pustaka………………………………………………………………………………………………..23

Biografi Penulis………………………………………………………………………………………………..24

iv Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra

ii

Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra

A. Pengertian Kearifan Lokal
Secara umum, kearifan lokal dapat diartikan sebagai bagian dari suatu

budaya atau pandangan hidup masyarakat suatu daerah yang menjadi akar
kepercayaan masyarakat dan diwariskan secara turun temurun sehingga tidak
dapat dipisahkan dari masyarakat itu sendiri.

a) Wibowo (2015:17)
Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang
menyebabkan bangsa tersebut mamppu menyerap, bahkan mengolah
kebudayaan yang berasal dari luar menjadi watak dan kemampuan sendiri.

a) Fajarini (2014: 123)
Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai
strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat
lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan
mereka. Dalam bahasa asing sering dikonsepsikan sebagai “pengetahuan
lokal” atau “local knowledge”.

b) Nasiwan dkk (2012: 159)
Kearifan lokal adalah kebijaksanaan atau nilai-nilai luhur yang terkandung
dalam kekayaan-kekayaan budaya lokal seperti tradisi, petatah-petitih dan
semboyan hidup.

B. Dimensi Kearifan Lokal
Menurut Mitchell (2003) kearifan lokal memiliki 6 dimensi, yaitu:

1. Pengetahuan Lokal
Yaitu pengetahuan yang dimiliki
masyarakat lokal dalam melakukan
aktivitas sehari-hari dan beradaptasi
dengan lingkungan hidupnya.

2. Nilai Lokal
Sebuah aturan mengenai perbuatan dan
tingkah laku yang ditaati dan disepakati
bersama anggotanya, tetapi nilai-nilai
tersebut akan mengalami perubahan
sesuai dengan kemajuan masyarakatnya.

3. Ketrampilan Lokal
Kemampuan untuk bertahan hidup untuk memenuhi kebutuhan
kekeluargaan. Merupakan cara mempertahankan kehidupan manusia yang
bergantung pada alam.

2 Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra

4. Sumber Daya Lokal
Setiap masyarakat akan menggunakan sumber daya lokal sesuai dengan
kebutuhan dan tidak akan mengeksploitasi secara besar-besaran.

5. Mekanisme Pengambilan Keputusan Lokal
Setiap masyarakat memiliki pemerintahan lokal sendiri atau disebut
pemerintahan kesukuan dimana kepala suku akan mengambil suatu
keputusan.

6. Solidaritas Kelompok Lokal
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain maka
diperlukanlah gotong royong yang harus dilakukan bersama.

Tradisi Rewang

C. Pembentukan Kearifan Lokal
Kearifan lokal terbentuk dari nilai-nilai agama, kebiasaan, warisan nenek

moyang dan adat istiadat. Selain itu faktor ekonomi, politik dan geografis juga
membentuk suatu kearifan di suatu wilayah.

Hildred Geertz dalam bukunya yang berjudul “Aneka Budaya dan Komunitas
di Indonesia” juga menyebutkan bahwa perbedaan iklim dan kondisi geografis
merupakan hal yang memengaruhi kemajemukan kearifan lokal.

D. Ciri Kearifan Lokal
Menurut Moendardjito kearifan memiliki beberapa ciri, yaitu:

a) Bertahan dari gempuran budaya asing
Kepercayaan dan kebiasaan turun menurun yang kuat membuat budaya asing
tidak dengan mudah bisa masuk dan memengaruhi masyarakat.

b) Mampu mengakomodasi budaya asing
Budaya asing hanyalah menjadi tren sesaat dan tidak menggantikan budaya
asli warisan nenek moyang yang sudah ada.

c) Mampu mengintegrasikan budaya asing ke dalam budaya asli
Ketika budaya asing masuk, masyarakat akan memadukannya dengan
budaya asli yang sudah ada dengan baik. Contohnya seperti lagu-lagu dangdut
remix atau dengan instrumen modern.

d) Memberi arah pada perkembangan budaya di masyarakat
Apabila suatu hal terjadi, masyarakat akan menjadikan kearifan lokal sebagai
patokan sebelum mengambil sikap atau tindakan.

Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra 3

E. Bentuk Kearifan Lokal
Bentuk kearifan lokal biasa dihubungkan dengan objeknya.

a) Material/ Benda
Disini diartikan sebagai objek kearifan lokal yang dapat disentuh secara
langsung. Seperti: Pakaian daerah, Senjata tradisional, Rumah adat.

b) Non-material/ Non-benda
Diartikan sebagai objek kearifan lokal yang tidak dapat disentuh namun dapat
dirasakan maknanya, dilihat atau didengar. Seperti: Cerita rakyat, Lagu
daerah, Tarian.

Pakaian adat sebagai objek benda dan tari sebagai objek non-benda

Dalam Proyek P5 ini, kearifan lokal dibagi menjadi 7 bentuk: Makanan
tradisional, Pakaian tradisional, Permainan tradisional atau Dolanan, Upacara
adat, Peralatan Rumah Tangga tradisional, Kesenian & Sastra lokal serta
Teknologi tradisional. Dalam buku ini, akan dibahas lebih lanjut mengenai
Kesenian & Sastra lokal terutama di daerah Solo dan sekitarnya.

F. Fungsi Kearifan Lokal
1. Sebuah kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu daerah.
2. Dijadikan pegangan atau pedoman hidup.
3. Nilai yang terkandung sangat universal.
4. Menjadi keunggulan budaya masyarakat setempat.
5. Menjadi ciri atau identitas sebuah masyarakat.

Adapun menurut Suryono (2012: 25-26) fungsi kearifan lokal antara lain:
1. Konservasi dan pelestarian sumber daya alam.
2. Pengembangan sumber daya manusia.
3. Pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
4. Sebagai petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan.
5. Bermakna sosial.
6. Bermakna etika dan moral.
7. Bermakna politik

4 Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra

G. Pelestarian
Melestarikan kearifan lokal adalah suatu upaya mempertahankan nilai-nilai

seni budaya, nilai tradisional sehingga mencerminkan adanya budaya yang tetap
dan abadi.

Perubahan nilai dan identitas suatu daerah murapakan salah satu alasan
pelestarian harus dilakukan. Perubahan ini dapat terjadi karena faktor eksternal
seperti masuknya budaya asing. Selain itu, faktor internal juga menjadi salah
satu faktor besar. Lunturnya nilai tradisional dan degradasi moral termasuk
faktor internal.

Pelestarian dapat dilakukan dengan berbagai cara. Beberapa yang sudah
dilakukan antara lain:
1. Pengadaan Solo Batik Carnival tiap tahun.
2. Pengadaan festival budaya.
3. Pembisaan menggunakan batik seminggu sekali.
4. Mengajarkan lagu daerah pada anak-anak.
5. Menggunakan gamelan untuk iringan musik saat acara.
6. Hiburan kesenian di acara pernikahan.

SBC, bentuk pelestarian Kesenian, bentuk pengenalan dan pelestarian

Manfaat yang didapat dapat berpengaruh pada berbagai pihak masyarakat.
1. Menambah pendapatan warga lokal yang bekerja di sektor budaya.
2. Terjaganya identitas suatu daerah.
3. Menarik wisatawan asing.
4. Sebagai studi sosial, budaya dan sejarah.

Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra 5

"Hidup ini terasa indah, jika kita selalu bersyukur.
Duduklah lihat betapa indahnya karya seni Tuhan."

6 Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra

Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra

A. Pengertian Kesenian Lokal
Secara umum, kesenian lokal dapat diartikan sebagai karya yang memiliki

nilai estetika dan keteguhan terhadap tradisi yang menjadi bagian hidup pada
masyarakat dalam sebuah bangsa, daerah atau suku.

a) Soedarso (1988: 16-17)
Istilah seni berasal dari Bahasa Sanskerta “sani” yang berarti pemujaan,
pelayanan, persembahan.

b) Ki Hajar Dewantara
Seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaanya dan
bersifat indah sehingga menggerakkan jiwa perasaan manusia.

c) James Murko
Seni adalah penjelasan rasa indah yang terkandung dalam jiwa setiap
manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk
yang dapat dianggap oleh indra pendengar, penglihatan atau dilahirkan
dengan perantara gerak.

B. Sifat Kesenian Lokal
a) Statis
Kesenian lokal mengarah kepada kesenian yang berpegang pada kaidah
turun-temurun yang terus diwariskan.
b) Kebinekaan
Indonesia sebagai negara dengan beribu pulau, suku dan bahasa tentunya
memiliki berbagai keberagaman dan perbedaan terhadap kesenian lokal
masing-masing.
c) Non-realis
Latar belakang kepercayaan yang murni dan tradisional berpengaruh pada
ungkapan-ungkapan seni yang simbolis atau perlambangan.
d) Abadi
Karya seni dapat hidup sepanjang masa, bahkan setelah sang pencipta karya
telah tiada.
e) Universal
Seni tidak lepas dari kehidupan masyarakat dan menggambarkan keadaan
yang ada.
f) Ekspresif
Pembuatan karya seni melibatkan emosi dan jiwa.

8 Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra

C. Ciri Kesenian Lokal
1. Terbentuk berdasar lingkungan dan budaya setempat yang menunjangnya.
2. Cerminan suatu budaya yang bersesuaian dengan dinamika masyarakat.
3. Berbeda dengan seni di daerah lain.
4. Tercipta dari nilai, kebiasaan dan filosofi di masyarakat.

D. Pembagian Kesenian Lokal
Seni dibedakan berdasar indra dan berdasar cara penikmatannya.

a) Berdasar indra
1. Seni Audio (Auditory Art)
Menggunakan indra utama yaitu pendengaran. Contohnya:
--Seni Musik dinikmati melalui nada.
--Seni Sastra dinikmati melalui kata.
2. Seni Visual (Visual Art)
Menggunakan indra utama yaitu pengelihatan. Menurut Oswald Kulpe
dalam “Garis Besar Estetika” seni ini dibagi atas 3 wujud:
1) Dua Dimensi: Memiliki unsur garis, cahaya, warna.
Contonya: Seni Lukis dan Gambar.
2) Tiga Dimensi: Memliki unsur garis, cahaya, warna dan
volume. Contohnya: Seni Pahat dan Ukir.
3) Perpaduan antara unsur dan bentuk. Contohnya: Seni
Arsitektur dan Pertamanan.
3. Seni Audiovisual (Auditory Visual Art)
Gabungan seni audio dan seni visual. Menggunakan indra utama
pendengaran dan penglihatan. Contohnya:
--Seni Tari: Perpaduan gerak, nada dan visual
--Seni Drama: Perpaduan gerak, kata dan visual.

b) Berdasar cara penikmatannya
1. Seni Rupa
Seni rupa sama halnya dengan seni visual. Karya seni rupa dinikmati
dengan indra penglihatan dan peraba. Seni rupa biasa memanfaatkan
unsur garis, bidang, warna, tekstur dan volume. Berdasar fungsinya, seni
rupa dibedakan menjadi 2, yakni:
1) Seni Murni (Fine Art): Lebih mengutamakan keindahan suatu karya
daripada kegunaan.
2) Seni Terapan (Applied Art): Karya yang dibuat untuk tujuan praktis
kehidupan tapi tetap memperhatikan estetikanya.

Relief, contoh seni murni Kendi, contoh seni terapan

Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra 9

2. Seni Musik
Seni musik adalah karya seni yang mengungkapkan isi hati dan gagasan

yang diwujudkan dalam bentuk bunyi yang teratur, memiliki irama dan
melodi serta harmonisasi sehingga menggugah perasaan sang pendengar.

Karya seni ini dapat dinikmati dengan indra pendengaran yang dibentuk
dari bunyi alat musik, suara manusia atau gabungan keduanya.Bahasa dan
melodi digunakan dalam musik tradisional tidak lepas dari ciri kedaerahan
di dalamnya.

3. Seni Tari
Seni Tari adalah seni yang diwujudkan melalui

gerak, ruang, waktu, irama, wirasa, wiraga dan
susunan anggota tubuh secara teratur dan
menurut pola-pola tertentu sehingga
menimbulkan gerakan yang indah dan memesona.

Tari tradisional sendiri adalah tarian yang
memadukan gerak tubuh yang memiliki arti
tertentu atau menceritakan sesuatu. Karya seni
ini dapat dinikmati dengan indra penglihatan dan
pendengaran.
4. Seni Teater

Seni teater adalah bagian dari gabungan kesenian bermedia ungkap
suara pada wujud pemeranan. Seni ini umumnya mencakup kemampuan
membuat naskah, memahami peran, menggambarkan setting dan
penciptaan suasana yang hidup.

Berbeda dengan seni drama modern, seni drama tradisional biasanya
tidak menggunakan naskah, melainkan permainan peran berdasar cerita
rakyat atau legenda. Selain itu penggambaran watak tokoh dapat dilihat
dengan jelas melalui pakaian, cara bicara maupun gerak-geriknya.

10 Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra

5. Seni Sastra
Seni sastra akan dibahas di bab berikutnya.

E. Fungsi Kesenian Lokal
Umar Kayam (1981: 62) mengatakan ada beberapa fungsi dari kesenian lokal:

a) Segi Geografis
Wilayan pola penyebaran seni lokal menunjukkan letak geografis para
penggemarnya.

b) Segi Daya Jangkau Sosial
Memiliki wilayah jangkauan yang meliputi seluruh aspek lapisan masyarakat
mencerminkan komunikasi antar unsur masyarakat

c) Fungsi Sosial
Masyarakat akan memahami kembali nilai-nilai dan pola perilaku yang
berlaku dalam lingkungan sosialnya dari sebuah pertunjukkan kesenian lokal.

Selain itu, kesenian lokal memiliki fungsi individu yaitu untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan emosional. Fungsi lainnya seperti fungsi rekreasi, fungsi
artistik dan fungsi nilai guna.

F. Contoh Kesenian Lokal

Indonesia memiliki beragam kebudayaan di setiap daerah, salah satunya seni
tari. Kesenian ini merupakan gabungan antara gerak dan lagu yang ditampilkan
dalam bentuk pertunjukan dengan tujuan sebagai sarana hiburan.

Gerakan tari yang dihasilkan biasanya mengandung nilai-nilai filosofis
khusus. Beberapa diantaranya bahkan memuat unsur magis dan sakral. Oleh
karena itu, tarian juga digunakan dalam berbagai upacara keagamaan.

Meskipun budaya yang sama, namun beberapa daerah memiliki ciri khas
pada seni tari yang dimiliki. Misalnya, di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Tari
Gaya Surakarta terdapat 8 karakter penting penunjang tari, diantaranya:

1. Pancat: Perpindahan gerak sebelum gerak berikutnya.
2. Pacak: Gerak sesuai dengan dengan karakter yang dbawakan.
3. Ulat: Pandangan mata, ekspresi yang mendukung karakter
4. Luwes: Bentuk gerak yang dilakukan kualitasnya menjadi baik.
5. Lulut: Selaras.
6. Wirama: Hubungan antara gerak dengan iringan.
7. Wilet: Teknik gerak kreatif yang bervariasi.
8. Gendhing: Penguasaan karakter musik iringan yang lebih dalam.

Tema yang diangkat pada tari Gaya Surakarta biasanya romantis dan sedikit
sensual, tetapi kesan elegan tetap ditonjolkan. Iringan gamelan yang digunakan
pada Tari Gaya Surakartacenderung lebih halus untuk menjaga keaslian larasya.

Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra 11

Contoh kesenian tari Jawa Tengah:
Tari Gambyong

Tari Gambyong adalah tari asal Jawa Tengah yang merupakan
perkembangan Tari Tayub. Gambyong berasal dari nama penari Tari tayub
yang diundang Sri Sunan Pakubuwana untuk menciptakan tari penyambut
tamu.

Tari Gambyong sering digunakan sebagai penyambut tamu dan sebagai
hiburan. Tarian ini menggambarkan kegembiraan. Selain itu, tari tradisional
ini juga digunakan sebagai sarana ritual upacara pertanian untuk kesuburan
padi.

Ciri khusus dari tari ini adalah pakaian yang digunakan bernuansa kuning
dan hijau yang melambangkan kemakmuran dan kesuburan. Tarian ini
selalu dibuka dengan gendhing Pangkur.
Tari Serimpi

Tari Serimpi adalah tari Jawa klasik yang memiliki nuansa kerajaan.
Hanya ditampilkan dalam waktu tertentu. Karena Tari Serimpi pada
awalnya hanya ditampilkan di depan raja serta kerabat kerajaan.

Tarian ini sudah ditemukan sejak zaman kerajaan Mataram. Tarian ini
berfungsi sebagai tari pengiring pada upacara kerajaan. Sifat religius tari ini
berkenaan dengan tugasnya sebagai pembawa benda-benda keramat miliki
kerajaan.

Tari serimpi memiliki berbagai jenis. Diantaranya:
Tari Serimpi Padhelori
Tari Serimpi Merak Kasimpir
Tari Serimpi Ludira Madu

12 Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra

Kata wayang berasal dari kata “hyang” yang diberi awalan “ma-” menjadi
“ma-hyang” yang berarti menuju kepada dewa. Adapula yang berpendapat,
menurut bahasa wayang adalah “ayang-ayang” yang berarti bayang-bayang atau
bayangan.

Dalam pertunjukan wayang, Dalang adalah orang yang menggerakkan
wayang. Diiringi gamelan yang dimainkan Niyaga dan alunan tembang yang
dinyanyikan Pesindhen. Cerita wayang kulit diambil dari cerita Ramayana dan
Mahabarata. Pada cerita wayang tiap tokohnya merupakan refleksi dari sikap,
watak manusia secara umum. Pertunjukan wayang kulit merupakan lambang
dari drama kehidupan manusia yang berisi nilai-nilai serta ajaran pendidikan.

Secara garis besar, wayang dibagi menjadi kelompok yang melambangkan
watak baik dan yang melambangkan kejahatan. Wayang yang melambangkan
watak baik ditempatkan pada bagian sebelah kanan dalang, artinya yang baik itu
dikanankan (dalam bahasa jawanya: ditengenake atau pradaksina). Sedangkan
wayang yang melambangkan kejahatan ditempatkan pada bagian sebelah kiri
dalang (dalam bahasa jawanya: dikiwakake atau bala kiwa atau ala).

Perlambangan dari karakter seseorang pada wayang kulit juga dapat dilihat
dari warna wajah dan badan. Beberapa diantaranya:

Badan berwarna hitam melambangkan kegusaran, kepanikan,
kegelapan.
Badan berwarna merah melambangkan amarah, keberanian, kasar dan
semangat membara.
Badan berwarna putih melambangkan kesucian, ketulusan dan
kebaikan.
Badan berwarna prada (kuning keemasan) melambangkan keagungan
dan keluhuran.

Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra 13

Kresna Dursasana Hanoman

Wajah berwarna hitam menggambarkan karakteristik teguh, kuat dan sakti.
Contoh tokoh wayang yang berwajah warna hitam adalah Werkudara,
Gatotkaca dan Kresna.
Wajah berwarna merah atau merah muda menggambarkan karakteristik
kasar, bengis, tempramental, pemberani, panas dan angkara. Contoh tokoh
wayang yang berwajah merah adalah Duryudana, Dursasana, Aswatama.
Wajah berwarna putih menggambarkan karakteristik suci, tampan, cantik
dan halus. Contoh tokoh wayang yang berwajah putih adalah Hanoman,
Irawan, Denawa, Semar.
Wajah prada (kuning keemasan) menggambarkan karakteristik sedang
(sepadha-padha atau tepa selira) pada umumnya digunakan tokoh pendeta dan
beberapa wajah.
Wajah biru atau hijau menggambarkan karakteristik yang penakut, licik,
tidak bertanggung jawab dan berpandangan sempit.

14 Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra

Kata Gamelan berasal dari bahasa Jawa “gamel” yang artinya menabuh.
Gamelan sendiri adalah seperangkat instrumen tradisional yang dibunyikan
secara bersamaan untuk menciptakan suara indah yang harmonis.

Gamelan memiliki berbagai nilai estetika seperti nilai spiritual, moral dan
sosial. Selain itu, Gamelan juga berfungsi sebagai sarat adat dan budaya, sarana
pendidikan, mengiringi tarian dan meramaikan kegiatan.

Gamelan Jawa memiliki titilaras (sistem nada) yang berbeda, yakni Slendro
dan Pelog. Slendro memiliki 5 nada sedangkan Pelog memiliki 7 nada. Slendro
dan Pelog memililki 3 laras pathet yang berbeda.
3 pathet Slendro yaitu:

Laras Slendro Pathet Sanga: nada 5(mo), 6(nem), 1(ji), 2(ro), 3(lu), 5(mo)
Laras Slendro Pathet Nem: nada 2(ro), 3(lu), 5(mo), 6(nem), 1(ji), 2(ro)
Laras Slendro Pathet Manyura: nada 6(nem), 1(ji), 2(ro), 3(lu), 5(mo),
6(nem)

3 pathet Pelog yaitu:
Laras Pelog Pathet Nem: nada 2(ro), 3(lu), 5(mo), 6(nem), 1(ji), dan 2(ro)
sebagai gong
Laras Pelog Pathet Barang: nada 6(nem), 7(pi), 2(ro), 3(lu), 5(mo), dan
6(nem) sebagai gong
Laras Slendro Pathet Lima: nada 5(mo), 6(nem), 1(ji), 2(ro), 4(pat), dan
5(mo) sebagai gong

Adapun instrumen dalam Gamelan Jawa seperti:
Kendang
Kendang, Kendhang atau Gendang adalah salah satu

instrumen gamelan yang digunakan untuk mengatur tempo.
Cara memainkan instrumen ini dengan dipukul menggunakan
tangan tanpa alat bantu apapun. Kendang memiliki berbagai
ukuran dan jenis tergantung kebutuhan.

Jenis Kendang yang berukuran kecil disebut Ketipung.
Yang ukuran menengah disebut Kendang Ciblon atau Kebar.
Pasangan Ketipung bernama Kendang Kalih. Kendang Kalih
dimainkan pada gending yang berkarakter halus. Sedangkan
untuk pewayangan biasa digunakan Kendang Kosek.

Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra 15

Kenong

Kenong adalah instrumen gamelan yang diletakkan pada
pangkon kayu yang beralas tali. Instrumen ini menghasilkan
suara yang rendah namun tetap nyaring dengan timbre yang
khas. Cara memainkan Kenong adalah dengan pemukul
khusus berbahan kayu yang dililit kain kemudian dipukulkan
di bagian cekungan atau benjolan Kenong. Kenong sendiri
memiliki fungsi sebagai penegas irama, penentu gatra.

Bonang

Bonang adalah instrumen berbentuk ceret
atau pot yang diletakkan di atas tali dalam
bingkai kayu. Sama seperti Kenong, cara
memainkan Bonang ialah memukul bagian
cekungan atan benjolan dengan pemukul khusus.

Bonang sendiri memiliki berbagai jenis yaitu
Bonang Penerus, Bonang, Barung dan Bonang
Panembung. Bonang Panerus memainkan 2 kali
kecepatan Bonang Barung.

Saron

Saron termasuk instrumen wilahan (bilahan) dari
lembaran logam kecil. Saron dimainkan dengan memukul
bilahan logam menggunakan tabuh kayu di tangan kanan dan
menahan bilahan yang dipukul dengan tangan kiri untuk
menghilangkan suara dengungan. Teknik ini disebut teknik
memathet. Dalam satu set gamelan biasanya terdapat 4 saron.

Demung

Demung memiliki bentuk yang mirip dengan Saron.
Perbedaannya, Wilahan pada Demung cenderung lebih
tipis dan lebih lebar dibanding Saron. Demung juga
menghasilkan suara yang lebih rendah dari Saron. Cara
memainkannya pun sama dengan cara memainkan Saron.
Dalam 1 set gamelan, biasanya terdapat 2 Demung: jenis
pelog dan slendro.

Slenthem

Slenthem dibuat dari lembaran logam-logam yang diberi
tali, dibawahnya terdapat resonator bambu. Dalam 1 set
gamelan, biasanya terdapat 2 Slenthem: jenis pelog dan
slendro.

16 Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra

Gender
Gender mirip seperti Slenthem, hanya saja instrumen

ini memiliki 10-14 bilah logam. Cara memainkannya adalah
dengan memukul menggunakan pemukul khusus yang
dilapisi kain. Dalam 1 set gamelan, biasanya terdapat 3
Gender: jenis slendro, pelog pathet nem dan lima, pelog pathet
barang.

Gambang
Gambang adalah instrumen yang bilahannya terbuat

dari kayu atau bambu. Ada 18 bilah bambu pada Gambang
yang disusun berurutan dari yang terpendek ke yang
terpanjang di rak berbentuk perahu. Cara memainkan
Gambang sama dengan Saron maupun Demung.

Gong
Gong memiliki bentuk serupa dengan Bonang dan Kenong

yang memiliki benjolan, bedanya bwnjolan gong berukuran lebih
besar dan posisinya digantung. Cara memainkan gong adalah
dipegang dengan 5 jari lalu dipukul bagian cembungnya. Gong
biasa ditabuh pada bagian akhir.

Kempul
Kempul adalah Gong yang berukuran kecil sehingga

suara yang dihasilkan lebih tinggi pula. Makin kecil
ukurannya, makin tinggi suaranya. Cara memainkan Kempul
sama seperti memainkan Gong.

Siter
Siter adalah instrumen gamelan yang dimainkan dengan cara
dipetik menggunakan ibu jari. Instrumen ini sering disebut juga
sebagai Gitar Jawa. Siter memiliki ukuran 20 x 50 cm yang
terbuat dari kayu jati dengan 13-14 senar. Siter memiliki 2 sisi
dengan nada yang berbeda, yakni sisi pelog dan slendro.

Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra 17

Rebab
Rebab adalah instrumen yang memiliki 2 atau 3 senar dari
dawai logam, badannya terbuat dari kayu nangka yang berongga
bagian dalamnya ditutup dengan kulit lembu yang dikeringkan
sebagai pengeras suara.
Rebab dimainkan dengan cara digesek dengan tangan kanan,
sedangkan tangan kiri memencet senar untuk mengatur nada
seperti memainkan gitar.

Suling
Suling adalah instrumen yang terbuat dari bambu. Suling
dimainkan dengan cara ditiup yang akan menghasilkan suara
lembut. Instrumen ini dapat dipadukan dengan instrumen lain
untuk membentuk melodi yang indah.

Kemenak
Kemanak ialah instrumen yang berbentuk serupa dengan

pisang atau sendok yang memiliki tangkai di ujungnya. Kemanak
dibuat dari perunggu atau logam. Kemanak menghasilkan suara
pelan untuk dipadukan dengan gending tempo lambat.

Cara memainkan Kemanak adalah dipukul bagian
sampingnya dan sedikit menggesek. Bila bagian lubang badannya
ditutup maka akan menghasilkan suara yang khas.

18 Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra

Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra

A. Pengertian Sastra Lokal
Sastra berasal dari bahasa Sansekerta “sas”yang artinya mengajar dan “tra”

yang artinya alat, bila digabung sastra berarti alat untuk mengajar. Adapula
istilah kesastraan yang diambil dari kata sastra. Sedangkan istilah kesusastraan
menambahkan “su-“ yang artinya indah pada kata sastra sehingga menjadi
susastra yang berarti sastra yang indah.

Sastra lokal adalah sastra yang telah ada sejak masa lampau, menjadi ciri
masyarakat pemiliknya dan menggunakan bahasa ataupun kaidah setempat.

B. Ciri Sastra Lokal
1. Menggambarkan manusia dan persoalannya.
2. Bahasa yang digunakan indah dan tertata baik.
3. Menggunakan bahasa daerah atau istilah setempat.
4. Biasa diwariskan dari mulut ke mulut.
5. Mengandung makna sesuai daerah atau budaya masyarakat.

C. Pembagian Sastra Lokal
Menurut Subalidinata (1980: 2) kesastraan Jawa dbagi menjadi 5, yakni:

1. Sastra Suluk: Buku yang membahas bab cara mendekat pada Yang Kuasa.
2. Sastra Lakon: Buku yang berisi bab cerita wayang.
3. Sastra Babad: Buku yang berisi bab sejarah.
4. Sastra Piwulang: Sastra yang berisi bab perilaku baik dalam hidup.
5. Sastra Roman: Menceritikan bab hidup manusia dan bermasyarakat.

D. Fungsi Sastra Lokal
Horatius mengatakan sastra memiliki 2 fungsi utama:

a) Dulce (Sweet):
Yang berarti sastra sebagai saran rekreasi (menyenangkan) sekaligus untuk
dinikmati.

b) Utile (Useful)
Yang berarti sastra sebagai sarana pendidikan.

Fungsi lain sastra antara lain:
1. Menunjuk kebenaran hidup (nilai)
2. Memperkaya rohani penikmatnya.
3. Menjadikan manusia lebih berbudaya.
4. Media komunikasi.

20 Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra

E. Contoh Sastra Lokal

Geguritan merupakan salah satu karya sastra Jawa yang berbentuk puisi
yang berisikan ungkapan perasaan dan pikiran penyair yang bersifat imajinatif
dan tersusun adanya unsur pembangunan dan tidak terikat aturan seperti guru
gatra, guru lagu, dan guru wilangan. Pendapat lain mengatakan geguritan adalah
susunan bahasa seperti syair dalam bahasa Jawa.

Beberapa tema bisa diangkat dalam menulis geguritan. Diantaranya tema
ketuhanan, tema kemanusiaan, tema patriotisme, tema cinta tanah air. Tema
cintah kasih, tema kerakyatan atau demokrasi. Tema keadilan sosial. Tema
pendidikan dan tema umum.
Ciri-ciri geguritan, yaitu sebagai berikut:

Tidak menggunakan bahasa padinan atau bahasa sehari-hari.
Tembung-tembung atau kata-kata pilihan.
Jarang menggunakan kata terikat.
Jumlah lirik atau suku kata tidak ditentukan.
Sajak akhiran bebas.
Berikut ini contoh geguritan

Guru
(Bayu Handoko)

Cahyaning ati

Polahmu digugu lan ditiru

Pahlawan ilang tanpa pamrih

Jasane sak dawaning jaman

Mula…

Baktia marang guru

Kang dadi boring pendidikan

Kan mandhengani pembangunan moral

Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra 21

Macapat berasal dari kata maca papat-papat (membaca empat-empat).
Tembang Macapat adalah puisi tradisional Jawa yang setiap pada (bait) memiliki
gatra (baris kalimat) dengan jumlah suku kata dan akhiran bunyi sajak tertentu.

Tembang Macapat memiliki keunikan yaitu penulisannya yang memiliki
aturan khusus. Aturan atau paugeran Tembang Macapat ada 3, yaitu:

Guru Gatra: Jumlah larik (baris) dalam 1 pada (bait).
Guru Wilangan: Jumlah wanda (suku kata) dalam 1 gatra (bariis).
Guru Lagu: Jatuhnya suara di akhir gatra (baris).
Berikut ini contoh Tembang Macapat Maskumambang

Maskumambang
(Pakubuwono IV)

Apan kaya mangkono watekkaneki,

Sanadyan wong tuwa,

Yen duwe watek tan becik,

Miwah tindak tan prayoga.

Tembang Macapat sendiri jumlahnya ada 11 yang tiap tembangnya memiliki

paugeran dan isinya masing-masing, seperti berikut:

No Tembang Paugeran Isi

1 Maskumambang 12i, 6a, 8i, 8a Cara sembayang/ ibadah

2 Mijil 10i, 6o, 10e, 10i, 6i, 6u Cara pasrah dan bersyukur

3 Kinanthi 8u, 8i, 8a,8i, 8a, 8i Cara berteman

4 Sinom 8a, 8i, 8a, 8i, 7i, 8u, 7a, Dasar-dasar bertingkah laku
8i, 12a

5 Asmaradana 8i, 8a, 8e, 8a, 7a, 8u, 8a Melakukan ajaran agama

6 Gambuh 7u, 10u, 12i, 8u, 8o Larangan memiliki watak
adigang, adigung, adiguna

7 Dhandanggula 10i, 10a, 8e, 7u, 9i, 7a, Cara milih guru
6u, 8a, 12i, 7a

8 Durma 12a, 7i, 6a, 7a, 8i, 5a, Cara mengendalikan hawa
7a nafsu

9 Pangkur 8a, 11i, 8u, 7a, 12u, 8a, Tata krama, Membedakan yang
8i baik dan buruk

10 Megatruh 12u, 8i, 8u, 8i, 8o Mengingatkan perbuatan baik

11 Pocung 12u, 6a, 8i, 12a Cara menyambung
persaudaraan

22 Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra

Daftar Pustaka

__________. 2018. “Pengertian Seni Tradisional, Ciri, Jenis, Cabang dan Fungsinya”,
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2018/07/pengertian-seni-tradisional-ciri-ciri-jenis-cabang-fungsi-
terlengkap.html, diakses pada 15 November 2022.
__________. 2019. “Bentuk dan Susunan Tangga Nada Gamelan”,
https://www.senibudayaku.com/2019/01/bentuk-dan-susunan-tangga-nada-gamelan.html?m=1, diakses
pada 17 Noveber 2022.
__________. 2022. “Serba-serbi Geguritan, Puisi Jawa yang Terus Eksis Hingga Saat Ini”,
https://surakarta.go.id/?p=25287, diakses pada 10 November 2022.
Cholisin, M.Si & Nasiwan, M.Si. 2012. Dasar Dasar Ilmu Politik. Yogyakarta: Ombak.
Djola. 2017. “Kesenian Tradisional”, https://belajarpendidikanpkn.blogspot.com/2017/07/kesenian-
tradisional.html?m=1, diakses pada 15 November 2022.
Fajarini, Ulfa. 2014. Peranan Kearifan Lokal Dalam Pendidikan Karakter. Jurnal. Vol.1 No.2. Jakarta:
Universitas Islam Negeri.
Jun. 2014. “Pembagian Seni, Cabang-Cabang Seni”, http://walpaperhd99.blogspot.com/2013/11/pembagian-
seni-cabang-cabang-seni.html?m=1, diakses pada15 November 2022.
Kayam, Umar. 1981. Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan.
Khadafi Muhammad. ____. “Tembang Macapat”, https://www.pinhome.id/blog/tembang-
macapat/https://www.pinhome.id/blog/tembang-macapat/, diakses pada 10 November 2022.
Maulana Lukni. 2022. “Kesusastraan Jawa, Tinjauan Umum dan Jenisnya”,
https://barisan.co/kesusastraan-jawa-tinjauan-umum-dan-jenisnya/, diakses pada 14 November 2022.
Mitchell, Bruce. 2003. Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Pak Guru. 2022. “Pengertian Seni Sastra”, https://pendidikan.co.id/pengertian-seni-sastra/, diakses pada 10
November 2022
Purwanto, Sigit. 2018. Pendidikan Nilai dalam Pagelaran Wayang Kulit. Jurnal. Vol. 06 No. 01. Salatiga:
Institut Agama Islam Negeri.
Riadi, Muchlisin. 2017. “Pengertian, Fungsi dan Dimensi Kearifan
Lokal”, https://www.kajianpustaka.com/2017/09/pengertian-fungsi-dimensi-kearifan-lokal.html, diakses
pada 13 November 2022.
Rizki. 2022. “Alat Musik Tradisional Jawa Tengah”, https://pastiguna.com/alat-musik-tradisional-jawa-
tengah/, diakses pada 18 November 2022.
Subadi. 2022. “Belajar Memahami Makna Simbol Warna Wajah dan Badan Wayang Kulit”,
https://portalmajalengka.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-835842547/belajar-memahami-makna-simbol-
warna-wajah-dan-badan-wayang-kulit?page=2, diakses pada 17 November 2022.
Thabroni, Gamal. 2021. “Seni Rupa Tradisional-Pengertian, Ciri, Sejarah & Contoh”, https://serupa.id/seni-
rupa-tradisional-pengertian-sifat-ciri-sejarah-dan-contoh/, diakses pada 13 november 2022.

Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra 23

Biografi Penulis

Nama: Rintan Ardhianty Pratiwi
Tempat, Tanggal Lahir: Sragen, 06 Agustus 2007
Gol. Darah: A
Alamat: Bibis Luhur RT05/RW21 Nusukan,
Banjarsari, Surakarta.
Agama: Islam
Riwayat Pendidikan:
TK : Bakti 11 Surakarta
SD : SDN Cengklik Surakarta
SMP : SMPN 7 Surakarta
IG : @rintanard_

Nama: Keyza Reksadani Amanda
Tempat, Tanggal Lahir: Sukoharjo, 16 Maret 2007
Gol. Darah: O
Alamat: Desa Blembem RT 03 RW 01 Plesungan,
Gondangrejo, Karanganyar
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan:
TK : Alif Smart Surakarta
SD : Muhammadiyah 1 Surakarta
SMP : Muhammadiyah 1 Surakarta
IG : @kekeyyza

Nama: Melati Anggraini Tyas Puspita
Tempat, Tanggal Lahir: Surakarta, 14 Agustus
2007
Gol. Darah: o
Alamat: Nayu Timur RT 01 RW 18 Nusukan,
Banjarsari, Surakarta
Agama: Islam
Riwayat Pendidikan:
TK : TK Budi Mulia Dua Sala
SD : MI Ta’mirul Islam Surakarta
SMP : SMP Ta’mirul Islam Surakarta
IG : @thv_.kyu

24 Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra

Biografi Penulis

Nama: Rezva Fellisha Levina Azhari
Tempat, Tanggal Lahir: Karanganyar, 15 Desember
2006
Gol. Darah: O
Alamat: Gunung Wijil RT 01 RW 28 Ngringo, Jaten,
Karanganyar
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan:
TK : TK Aisyiah 3 Ngringo
SD : SDN 3 Ngringo
SMP : SMPN 1 Karanganyar
IG : @rezvafellisha

Nama: Saskia Ramadhani Putri
Tempat, Tanggal Lahir: Malang, 03
Oktober 2006
Gol. Darah: O
Alamat: Potrowanen RT 04 RW 02
Donohudan, Ngemplak, Boyolali
Agama : Islam
Riwayat Pendidikan:
TK : Islam Cendekia Agung Malang
SD : MIN 1 Surakarta
SMP : MTsN 1 Surakarta
IG : @r_1wae

Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra 25

Project P5 Kearifan Lokal: Kesenian & Sastra


Click to View FlipBook Version