ii KATA PENGANTAR Dengan rahmat Allah SWT, penulis telah dapat menyelesaikan penulisan modul berjudul “Perkembangbiakan Ikan Secara Buatan Menggunakan Ekstrak Chromolaena odorata” ini dengan segenap kemampuan penulis. Modul ini dibuat demi mendukung pembelajaran di sekolah menengah kejuruan (SMK) khusus bidang Agribisnis Perikanan Air Tawar. Modul ini pula hanya terbatas kepada satu kompetensi dasar saja yang dibahas. Penulis mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak dalam penyelesaian Modul ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberi sumbangan saran dan ide yang sangat membantu penulis. Akhir kata, penulis juga meminta maaf jika masih terdapat kekurangan dan kelemahan dalam modul ini, saran dan masukkan sangat penulis harapkan demi penyempurnaan modul ini dimasa mendatang. Penulis
iii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR............................................................................................................i DAFTAR ISI ........................................................................................................................iii DAFTAR GAMBAR............................................................................................................iv I. PENDAHULUAN..........................................................................................................1 A. Tujuan Modul.........................................................................................................1 B. Ruang lingkup materi ...........................................................................................1 C. Model Pembelajaran ............................................................................................1 D. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar............................................................2 II. PEMBELAJARAN........................................................................................................4 Pertemuan Pertama : 7 JP................................................................................................4 A. Tujuan Pembelajaran...........................................................................................4 B. Aktivitas Belajar Siswa.........................................................................................4 C. Uraian Materi.........................................................................................................5 1. Faktor Yang Mempengaruhi Pemijahan Ikan..............................................5 Pertemuan Kedua : 7 JP....................................................................................................9 A. Tujuan Pembelajaran...........................................................................................9 B. Aktivitas Belajar Siswa.........................................................................................9 C. Uraian Materi.........................................................................................................9 1. Macam-Macam Teknik Pemijahan................................................................9 2. Macam-Macam Hormon Buatan..................................................................11 Pertemuan Ketiga : 7 JP..................................................................................................16 A. Tujuan Pembelajaran.........................................................................................16 B. Aktivitas Belajar Siswa.......................................................................................16 C. Uraian Materi.......................................................................................................16 1. Teknik Pemijahan Secara Buatan...............................................................16 Pertemuan Keempat : 7 JP.............................................................................................25 A. Tujuan Pembelajaran.........................................................................................25 B. Aktivitas Belajar Siswa.......................................................................................25 C. Uraian Materi.......................................................................................................25 1. Fekunditas telur..............................................................................................25 2. Kualitas telur...................................................................................................26 3. Masa laten induk............................................................................................28
iv DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Cara pembuatan kelenjar hipofisa ................................ 15 Gambar 2. Hormon Ovaprim, Aquabidest dan alat penyuntikan ..... 18 Gambar 3. Hormone ovaprim dan penyuntikan............................... 18 Gambar 4. Stripping dan Pembuahan telur ..................................... 21 Gambar 5. Penebaran telur ............................................................. 22 Gambar 6. Tanaman Chromolaena odorata (Seurapoh)................. 23 Gambar 7. Proses pembuatan ekstrak C. odorata .......................... 24
1 I. PENDAHULUAN A.Tujuan Modul Modul ini dibuat untuk membantu proses belajar bagi peserta didik dalam mencapai target pemebelajaran. B.Ruang lingkup materi • Faktor yang mempengaruhi pemijahan ikan - Faktor eksternal - Faktor internal • Macam-macam teknik pemijahan • Kebutuhan induk pada pemijahan secara buatan dengan hormon komoditas perikanan • Teknik Pemijahan secara buatan dengan hormon sesuai prosedur • Macam-macam hormon buatan • Dosis hormon buatan • Teknik penyuntikan hormon buatan • Prosedur penyuntikan dengan hormon • Evaluasi hasil pemijahan buatan dengan hormon komoditas perikanan: - Fekunditas telur - Kualitas telur - Umur induk - Masa laten induk C.Model Pembelajaran Dalam penyusunan modul ini, model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) diharapkan mampu membantu dalam pencapaian target belajar peserta didik. Adapun Langkah-langkah pembelajaran PjBL meiputi : 1. Pertanyaan Mendasar 2. Mendesain Perencanaan 3. Produk Menyusun Jadwal Pembuatan 4. Memonitor Keaktifan dan Perkembangan Proyek 5. Menguji Hasil 6. Evaluasi Pengalaman Belajar
2 D.Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar KI-3 (Pengetahuan): Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Agribisnis Perikanan Air Tawar pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional. KI-4 (Keterampilan) : Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang kerja Agribisnis Perikanan Air Tawar. Menyajikan potensi & peran budidaya perairan berdasarkan sumberdaya alam, ekonomi dan sosial Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja. Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung. Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
3 Kompetensi Dasar dan Indikator KI Kompetensi Dasar Indikator 3 3.9 Menganalisis pemijahan buatan dengan hormon buatan komoditas perikanan 3. 9.1.Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemijahan ikan secara buatan dengan hormon buatan 3.9.2.Menganalisis teknik pemijahan ikan 3. 9.3.Menganalisis kebutuhan induk pada pemijahan buatan dengan hormon komoditas perikanan 3.9.4.Menguraikan teknik pemijahan secara buatan dengan hormon sesuai prosedur 3.9.5. Memahami macam-macam hormon buatan 3.9.6. Menguraikan dosis hormon buatan 3.9.7. Menguraikan teknik penyuntikan hormon buatan 4 4.9 Melakukan pemijahan buatan dengan hormon buatan komoditas perikanan 4.9.1.Melakukan pemijahan buatan dengan hormon beberapa komoditas ikan air tawar sesuai teknik yang diterapkan 4.9.2.Melakukan penyuntikan dengan hormon 4.9.3. Melakukan evaluasi hasil pemijahan buatan dengan hormon komoditas perikanan
4 II. PEMBELAJARAN PEMIJAHAN IKAN SECARA BUATAN (32 JP) Pertemuan Pertama : 7 JP A. Tujuan Pembelajaran 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemijahan ikan secara buatan dengan hormon buatan 2. Menganalisis teknik pemijahan ikan 3. Menganalisis kebutuhan induk pada pemijahan buatan dengan hormon komoditas perikanan B. Aktivitas Belajar Siswa Pembelajaran dalam topik ini menggunakan model Project Based Learning (PjBL). Sintaks PjBL akan dilaksanakan seutuhnya sampai topik ini selesai dengan setiap sintaksnya dipraktikkan pada masing-masing pertemuan. Apakah anda pernah melihat petani membesarkan ikan pada kolam? Darimanakah asal benih ikan mereka dapatkan? Isilah jenis dan asal benih ikan yang anda ketahui dalam tabel dibawah ini. No Jenis Benih Ikan Asal Benih Ikan 1 2 3 4 5 - Pertanyaan Mendasar
5 - - Adakah anda pernah melakukan atau melihat proses pemijahan ikan? Metode apa yang sudah pernah anda lihat atau lakukan? Jawaban anda : C. Uraian Materi 1. Faktor Yang Mempengaruhi Pemijahan Ikan Pengembangbiakan ikan merupakan salah satu kegiatan dari proses budidaya ikan. Ikan yang akan dibudidayakan harus dapat tumbuh dan berkembang biak agar kontinuitas produksi budidaya dapat berkelanjutan. Dalam modul ini akan dibahas beberapa materi yang terkait dalam proses pengembangbiakan ikan antara lain adalah seleksi induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva dan benih ikan Seleksi induk pada kegiatan pemijahan merupakan salah satu kunci keberhasilan. Induk yang akan dipijahkan harus sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Induk betina ikan mas dapat dipijahkan pada umur 1,5 – 2 tahun. Sedangkan induk jantan mulai dapat dipijahkan pada umur 1 tahun. Induk ikan lele yang berkualitas dapat ditentukan melalui ciri fisik dan faktor genetik. Induk yang bagus memiliki struktur organ yang lengkap dan proporsional sesuai dengan umur ikan. Sedangkan untuk ciri genetik dapat ditunjukkan dengan adanya sertifikat induk unggul dari unit produksi induk yang sudah melalui tahap
6 uji. Induk ikan lele yang unggul akan memiliki keturunan dengan Feed Convertion Ratio (FCR) rendah sehingga akan meningkatkan penghasilan pendapatan bagi pembudidaya. Adapun ciri-ciri induk ikan lele yang baik adalah sebagai berikut : • Organ tubuh lengkap dan normal • Umur induk betina mencapai 1,5 tahun • Umur induk jantan mencapai 1 tahun • Bobot induk minimal 1 kg • Betina tubuh gemuk tidak berlemak • Jantan bertubuh langsing dan rongga perut tidak berlemak • Alat kelamin normal dan kemerah-merahan • Selama perawatan FCR rendah Untuk mengetahui induk yang siap untuk dipijahkan,berikut ini ciri-ciri induk ikan lele yang baik : Induk Betina : • Perut membesar dan lembek • Gerakan agak lambat dan jinak • Alat kelamin bulat, berwarna kemerahan dan tampak membesar • Warna tubuh secara umum menjadi coklat kemerahan • Warna sirip cenderung kemerahan • Bila perut diurut kearah alat kelamin akan keluar cairan telur Induk Jantan : • Tubuh gemuk ramping • Gerakan lincah dan lebih gesit • Alat kelamin runcing dan mencapai sirip anus • Warna sirip cenderung kemerahan Seleksi induk juga merupakan tahap awal dalam kegiatan budidaya ikan yang sangat menentukan keberhasilan produksi. Dengan melakukan seleksi induk yang benar akan diperoleh induk yang sesuai dengan kebutuhan sehingga produktivitas usaha budidaya ikan optimal. Seleksi induk ikan budidaya dapat dilakukan secara mudah dengan memperhatikan karakter fenotipenya atau
7 dengan melakukan program breeding untuk meningkatkan nilai pemuliabiakan ikan budidaya. Induk ikan yang unggul akan menghasilkan benih ikan yang unggul. Di Indonesia saat ini belum ada tempat sebagai pusat induk ikan yang menjamin keunggulan setiap jenis ikan. Induk ikan yang unggul pada setiap kegiatan usaha budidaya ikan dapat berasal dari hasil budidaya atau menangkap ikan di alam. Karakteristik induk yang unggul untuk setiap jenis ikan sangat berbeda. Hal-hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh para pembudidaya ikan dalam melakukan seleksi induk agar tidak terjadi penurunan mutu induk antara lain adalah : 1)Mengetahui asal usul induk 2)Melakukan pencatatan data tentang umur induk, masa reproduksi dan waktu pertama kali dilakukan pemijahan sampai usia produktif. 3)Melakukan seleksi induk berdasarkan kaidah genetik 4)Melakukan pemeliharaan calon induk sesuai dengan proses budidaya sehingga kebutuhan nutrisi induk terpenuhi. 5)Mengurangi produktivitas usaha kemungkinan perkawinan sedarah Untuk meningkatkan mutu induk yang akan digunakan dalam proses budidaya maka induk yang akan digunakan harus dilakukan seleksi. Seleksi ikan bertujuan untuk memperbaiki genetik dari induk ikan yang akan digunakan. Oleh karena itu dengan melakukan seleksi ikan yang benar akan dapat memperbaiki genetik ikan tersebut sehingga dapat melakukan pemuliaan ikan. Tujuan dari pemuliaan ikan ini adalah menghasilkan benih yang unggul dimana benih yang unggul tersebut diperoleh dari induk ikan hasil seleksi agar dapat meningkatkan produktivitas. Faktor faktor yang mempengaruhi pemijahan adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah kesehatan dan tingkat kematangan sedangkan
8 faktor eksternal adalah volume air, kualitas air, kebisingan, cahaya, debit air dan sebagainya. Proses pemijahan induk ikan sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan kolam pemijahan. Perubahan lingkungan media tersebut oleh ikan yang telah matang gonad direspon melalui otak dan dilanjutkan ke hipotalamus untuk mensekresikan GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon). Kemudian poros Hipotalamus – Hipofisa - Gonad akan memproses GnRH tersebut sebagai pertumbuhanperkembangan dan pematangan gonad. Proses tersebut sebagai berikut: Hipotalamus akan melepas GnRH jika dopamin tidak aktif. Fungsi GnRH adalah merangsang keluarnya GtH (Gondotropin) yang berada pada Hipofisa. Jika GtH keluar maka hormon Testosteron yang berada pada sel theca keluar, sedangkan hormon Testosteron akan merangsang dikeluarkannya hormon Estradiol-17 yang berada pada sel granulose. Hormon Estradiol-17 ini akan menggertak kerja liver untuk memproses precursor kuning telur (vitellogen) untuk dikirimkan ke sel telur sebagai kuning telur. Dengan demikian pertumbuhan telur terjadi. Sebagai pematang sel telur diperlukan media MIH (Maturtaion Inducing Hormon) dan MPF (Maturation Promoting Factor) untuk hormone 17,20-dyhidroxy-4- pregnen-3-one yang bersumber dari sel granulose. Pelepasan induk dilakukan pada siang atau sore hari. Pelepasan induk dilakukan dengan hati hati. Induk yang stress atau terluka dapat menyebabkan induk ikan tidak memijah. Pelepasan induk dilakukan dengan perbandingan 1:1 (berat). Proses pemijahan diawali dengan induk jantan merangsang induk betina. Pemijahan akan terjadi pada tengah malam.
9 Pertemuan Kedua : 7 JP A. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik mampu Memahami macam-macam hormon buatan 2. Peserta didik mampu Menguraikan dosis hormon buatan 3. Peserta didik mampu Menguraikan teknik penyuntikan hormon buatan B. Aktivitas Belajar Siswa Buatlah kelompok yang terdiri dari 3-4 anggota pada setiap kelompoknya. Lakukanlah diskusi menurut topik yang diberikan guru anda. Isilah data dan hasil diskusi kelompok anda pada LKPD yang disediakan guru. Susunlah jadwal proyek pemijahan secara buatan bersama kelompok anda. Diskusikan tahapan-tahapan pelaksanaan yang efektif dan efisien. C. Uraian Materi 1. Macam-Macam Teknik Pemijahan Pemijahan adalah proses perkawinan antara ikan jantan dan betina. Dalam budidaya ikan teknik pemijahan ikan dapat dilakukan dengan 3 macam cara, yaitu: a. Pemijahan ikan secara alami, yaitu pemijahan ikan tanpa campur tangan manusia, terjadi secara alamiah (tanpa pemberian rangsangan hormon). Mendesain Perencanaan Menyusun Jadwal Proyek
10 b. Pemijahan ikan secara semi bautan, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad, tetapi proses ovulasinya terjadi secara alamiah di kolam. c. Pemijahan ikan secara buatan, yaitu pemijahan ikan yang terjadi dengan memberikan rangsangan hormon untuk mempercepat kematangan gonad serta proses ovulasinya dilakukan secara buatan dengan teknik stripping/ pengurutan. Untuk dapat melakukan pemijahan ikan pada beberapa jenis ikan budidaya maka harus memahami tentang tingkat kematangan gonad dan faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap kematangan gonad. Hal ini harus dipelajari karena tingkat kematangan gonad ikan sangat mempengaruhi keberhasilan pemijahan ikan. Walaupun saat ini telah banyak diketemukan hormon–hormone perangsang pertumbuhan dan pematangan gonad, namun tetap saja membutuhkan waktu dalam proses pertumbuhan dan pematangannya. Tingkat kematangan gonad ikan dapat dideteksi dengan melihat tanda-tanda morfologi dan fisiologi sel telur atau sel sperma. Tandatanda morfologis ikan matang gonad untuk ikan betina antara lain adalah : gerakannya lamban, perut gembung, perut bila diraba terasa lunak, kulit kadang kelihatan memerah, kadangkadang telur telah keluar pada lubang genital, lubang genital memerah. Dan tanda-tanda sel telur matang secara fisiologis adalah: Polar Body I telah keluar, Germinal Vesicle/GV (Inti sel) telah menepi berada di depan microfile, warna telur telah transparan, ukuran telur mendekati 1 mm. Sejenak sebelum ovulasi GV akan melebur sehingga disebut Germinal Vesicle Break Down (GVBD). Sedangkan tanda-tanda ikan jantan matang gonad secara morfologis antara lain adalah : ikan lebih langsing dibanding ikan betina, gerakannya lincah, bila diurut kearah lubang genital cairan seperti susu akan keluar. Dan tanda-tanda sel sperma matang antara lain adalah : warna kental seperti susu/santan, organ sperma telah lengkap, motilitas tinggi, kenormalan lebih dari 90%. Disamping kesehatan, kenormalan ikan merupakan unsur yang penting juga, karena faktor
11 ini akan diturunkan kepada anaknya. Pada saat pemilihan induk ikan matang gonad usahakan induk ikan tidak stress. Jika induk ikan stress walaupun kematangan gonadnya sudah memenuhi, ikan tersebut biasanya tidak akan memijah. Jika demikian keadaannya pemijahan ikan bisa tertunda atau malah tidak jadi memijah, yang akhirnya telur ikan akan terserap kembali atau atresia. 2. Macam-Macam Hormon Buatan Hormon sangat penting dalam pengaturan reproduksi dan sistem endocrine yang ada dalam tubuh, yang reaksinya lambat untuk menyesuaikan dengan keadaan luar. Hasil kegiatan sistem endocrine adalah terjadinya keselarasan yang baik antara kematangan gonad dengan kondisi di luar, yang cocok untuk mengadakan perkawinan. Aktivitas gonadotropin terhadap perkembangan gonad tidak langsung tetapi melalui biosintesis hormon steroid gonad pada media stadia gametogenesis, termasuk perkembangan oosit (vitelogenesis), pematangan oosit, spermatogenesis dan spermiasi. Hormon gonadotropin dengan glicoprotein rendah dapat mengontrol vitelogenesis, sedangkan yang tinggi mengakibatkan aksi ovulasi. Hormon tiroid akan aktif bersinergi dengan gonadotropin untuk mempengaruhi perkembangan ovari dan kemungkinan lain juga untuk meningkatkan sensitivitas pengaruh gonadotropin. Sel target hormon gonadotropin adalah sel teka yang merupakan bagian luar dari lapisan folikel. Pada ikan goldfish dan rainbowtrout dihasilkan 17-hidrokxy- 20-dihidroxyprogresterone (17 , 20-Pg) oleh lapisan folikel sebagai respon terhadap aktifitas gonadotropin untuk merangsang kematangan telur. Teori yang lain control endokrin terhadap kematangan oosit dan ovulasi pada teleostei adalah GTH merangsang (a) sintesa steroid pematangan pada dinding folikel (ovari) dan (b) skresi mediator ovulasi.
12 Teori lain untuk pematangan sel telur adalah adanya hubungan erat antara poros Hipotalamus-Pituitary-Gonad. Hipotalamus akan melepas GnRH jika dopamin tidak aktif. Fungsi GnRH adalah merangsang keluarnya GtH (Gondotropin) yang berada pada Hipofisa. Jika GtH keluar maka hormon Testosteron yang berada pada sel theca keluar, sedangkan hormon Testosteron akan merangsang dikeluarkannya hormon Estradiol-17 yang berada pada sel granulose. Hormon Estradiol-17 ini akan menggertak kerja liver untuk memproses precursor kuning telur (vitellogen) untuk dikirimkan ke sel telur sebagai kuning telur. Dengan demikian pertumbuhan telur terjadi. Sebagai pematang sel telur diperlukan media MIH (Maturtaion Inducing Hormon) dan MPF (Maturation Promoting Factor) untuk hormon 17,20- dyhidroxy-4-pregnen-3-one yang bersumber dari sel granulose. Salah satu bentuk hormone yang banyak beredar dipasaran adalah merek ovaprim. Ovaprim adalah campuran analog salmon GnRH dan Anti dopamine dinyatakan bahwa setiap 1 ml ovaprim mengandung 20 ug sGnRH-a(D- Arg6- Trp7,Lcu8,Pro9-NET) – LHRH dan 10 mg anti dopamine. Ovaprim juga berperan dalam memacu terjadinya ovulasi. Pada proses pematangan gonad GnRH analog yang terkandung didalamnya berperan merangsang hipofisa untuk melepaskan gonadotropin. Sedangkan sekresi gonadotropin akan dihambat oleh dopamine. Bila dopamine dihalangi dengan antagonisnya maka peran dopamine akan terhenti, sehingga sekresi gonadotropin akan meningkat Kelenjar hipofisa juga merupakan hormone yang bisa dipakai dalam proses pemijahan ikan. Kelenjar hipofisa banyak sekali mengandung hormon terutama hormon yang berhubungan dengan perkembangan dan pematangan gonad. Hormon tersebut diantaranya adalah Gonadotropin yaitu GTH I dan GTH II, sehingga ekstrak kelenjar hipofisa sering digunakan sebagai perangsang pematangan gonad. Letak kelenjar hipofisa ini terdapat pada bagian otak
13 sebelah depan. Kelenjar ini menempel pada infundubulum dengan suatu tangkai yang pendek, agak panjang atau pipih bergantung pada jenis ikannya. Salah satu produk hormon sintesis yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk pemijahan ikan juga adalah spawnprim yang mengandung Aromatase inhibitor (AI), Oksitosin, Prostaglandin F2a (PGF2a), LHRH-a, dan Anti Dopamine (AD). Penggunaan spawnprim sudah pernah dilakukan pada beberapa jenis ikan dan terbukti dapat digunakan untuk memijahkan ikan red fin shark (Epalzoerhynchos frenatus) dalam penelitian Islami (2017) dan menghasilkan tingkat ovulasi sebesar 100% serta hasil pemijahan yang sama baiknya dengan ovaprim. Pada pemijahan ikan sumatera dalam penelitian Permana (2009), spawnprim menghasilkan derajat pembuahan dan penetasan yang lebih baik daripada ovaprim dan lebih bernilai ekonomis. Pemijahan ikan komet pada penelitian Hidayat (2010) menunjukkan spawprim memiliki kinerja yang sama efektif dengan ovaprim namun lebih ekonomis. Spawnprim diharapkan dapat merangsang pemijahan ikan tambakan dan memberikan kinerja yang sama efektif dengan ovaprim Pematangan oosit dan ovulasi telur dengan menggunakan ekstraksi kelenjar hipofisa banyak mengandung kelemahan diantaranya adalah: 1) hilangnya ikan donor karena diambil kelenjar hipofisanya. 2) standarisasi ekstrak kelenjar hipofisa ikan sebagai bahan suntikan untuk induksi pematangan akhir sel telur dan sel sperma tidak tepat. 3) belum diketahui dengan pasti hormon mana yang sebenarnya berpotensi untuk ovulasi dan kematangan gonad. 4) penyakit mudah menular. Bagi para pembudidaya ikan yang akan melakukan pemijahan ikan secara buatan dengan menggunakan kelenjar hipofisa dapat dengan mudah membuatnya.
14 Adapun cara membuat kelenjar hipofisa ini adalah sebagai berikut : 1. Menentukan dosis yang akan digunakan dalam proses pemijahan. 2. Menimbang ikan donor dan ikan resipien . 3. Ikan donor diletakkan di atas talenan yang tidak licin dan dipotong secara vertikal dengan titik pemotongan dibagian belakang tutup insangnya hingga kepala ikan putus atau terpisah dari badannya. 4. Kepala ikan yang terpotong dihadapkan keatas dan disayat dari pangkal hidung ke bawah bagian potongan pertama hingga tulang tengkorak ikan terbuka dan otak kelihatan jelas. 5. Kemudian kelenjar otak disingkap/diangkat dan akan tampak kelenjar hipofisa dibawah kelenjar otak. 6. Dengan menggunakan pinset, kelenjar hipofisa diambil dan diletakkan di dalam cawan. 7. Selanjutnya dibersihkan dengan aquadest hingga kotoran dan darah yang melekat hilang. 8. Kelenjar hipofisa dimasukkan ke dalam tabung pengerus. Kelenjar hipofisa digerus menggunakan alu kaca hingga hancur. 9. Larutan hipofisa diambil dari gelas pengerus menggunakan alat suntik/spuit Dimasukkan kedalam tabung reaksi/tabungsentrifuse. 10. Larutan hipofisa disentrifuse dan didiamkan selama satu menit sampai terbentuk dua lapisan pada larutan tersebut. Larutan yang agak keruh dibagian atas endapan diambil dengan jarum suntik. 11. Larutan siap disuntikkan pada ikan yang akan dipijahkan.
15 Gambar 1. Cara pembuatan kelenjar hipofisa
16 Pertemuan Ketiga : 7 JP A. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik mampu Melakukan pemijahan buatan dengan hormon beberapa komoditas ikan air tawar sesuai teknik yang diterapkan B. Aktivitas Belajar Siswa Peserta didik melakukan proses pemijahan ikan sesuai Langkah-langkah dan jadual yang telah disusun pada pertemuan sebelumnya dengan prosedur dan didampingi oleh guru. Guru memantau keaktifanpeserta didik selama melaksanakan proyek, memantau realisasi perkembangan dan membimbing jika mengalami kesulitan. Pelajar membahas hasil pemijahan ikan yang telah dilakukan dan menyiapkan data hasil pemijahan untuk membuat laporan yang akan dipaparkan pada pertemuan keempat. Guru berdiskusi tentang prototipe proyek, memantau keterlibatan peserta didik, mengukur ketercapaian standar. C. Uraian Materi 1. Teknik Pemijahan Secara Buatan Pemijahan induk ikan secara buatan merupakan pemijahan ikan dimana proses pemijahan dan pembuahan mendapat bantuan dari manusia. Proses pemijahan dilakukan dengan menyuntik induk ikan menggunakan hormon. Sedangkan proses pembuahan dilakukan dengan mengaduk sperma dan telur dalam wadah. Pemijahan ikan secara buatan lebih terkontrol khususnya pada saat ovulasi dan pembuahan telur oleh sperma. Memonitor Keaktifan dan Perkembangan Proyek Menguji Hasil
17 1) Penyuntikan Induk Ikan Pemijahan induk ikan di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah factor yang berasal dari induk itu sendiri seperti tingkat kematangan gonad, kesehatan induk dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal adalah factor yang berasal dari luar tubuh induk seperti kualitas dan kuantiítas air, substrat, cuaca, intensitas cahaya dan hormon.. Setelah ditentukan hormone dan ikan recipient maka dilakukan perhitungan kebutuhan hormone sesuai dengan dosis. Disamping menentukan kebutuhan hormone secara total juga dihitung kebutuhan hormone setiap penyuntikan. Hormon yang akan disuntik ke dalam tubuh induk ikan sebaiknya dilakukan pengenceran menggunakan aquades. Bahan pengencer hormone perlu melihat bahan dasar hormone tersebut. Bagaimana hormon yang disuntikan itu mencapai sel target. Hormon tersebut mencapai sel target melalui komunikasi antar sel. Untuk merangsang induk lele dumbo agar memijah sesuai dengan yang diharapkan, sebelumnya induk harus disuntik menggunakan zat perangsang berupa kelenjar hipofisa atau HCG (Human Chorionic Gonadotropine) atau ovaprim. Kelenjar hipofisa dapat diambil dari donor ikan lele dumbo yang telah matang kelamin dan telah berumur minimal 1 tahun. Penyuntikan menggunakan kelenjar hipofisa cukup dengan 1 dosis. Artinya, ikan donor yang akan diambil kelenjar hipofisanya, beratnya sama dengan ikan induk lele dumbo yang akan disuntik. Namun, jika menggunakan ovaprim, penyuntikan cukup dilakukan satu kali dengan dosis untuk induk betina 0,3 ml dan untuk induk jantan sebanyak 0,2 ml. Sebagai bahan pelarut digunakan air untuk injeksi berupa aquabidest sebanyak 0,3 – 0,4 ml. Penyuntikan dapat dilakukan pada 3 tempat, yaitu pada otot punggung, batang ekor dan sirip perut. Akan
18 tetapi pada umumnya dilakukan pada otot punggung dengan kemiringan alat suntik 45° dan kedalaman jarum suntik 1 cm. Gambar 2. Hormon Ovaprim, Aquabidest dan alat penyuntikan Penyuntikan dianjurkan pada sore atau malam (pukul 16.00-20.00) agar induk lele tidak stress.. Ada beberapa metode penyuntikan yaitu pada bagian punggung (intra-muscular), perut (intra-peritoneal), penyuntikan pada rongga perut (intra vena) dan penyuntikan di kepala (intra cranial). Namun biasanya pada pemijahan ikan lele metode penyuntikan yang digunakan adalah pada bagian punggung atau pada bagian daging yang paling tebal. Gambar 3. Hormone ovaprim dan penyuntikan Sejauh ini, belum ada perbandingan ilmiah yang memperlihatkan ovulasi atau peneluran yang lebih baik ketika ikan diinjeksi secara intramuskular atau antara rongga peritoneum. Penggunaan peralatan injeksi apapun bisa dipilih,
19 masing-masing dengan kelebihan dan kekurangannya (Harvey dan Carolsfeld, 1993). Yang terpenting adalah bahwa jumlah hormon yang diinjeksikan mencapai gonad, melalui aliran darah, untuk memacu proses ovulasi. Untuk ikan lele, memberikan hormon secara intramuskular di bawah sirip punggung (Di bagian ini, massa otot cukup tebal dan injeksi cukup dalam bisa dilakukan, guna mencegah resiko dari cairan hormon yang bisa keluar melalui lubang injeksi. Penanganan injeksi tanpa pembiusan bisa dibenarkan sejauh ikan tetap aman dalam tempat penyimpanannya. Untuk mencegah stress perlakukan ikan dengan hati-hati kemudian bungkus secara perlahan dengan handuk dan usahakan tetap di dalam air. Hanya pada bagian punggung ikan yang dapat terlihat dari permukaan air untuk memudahkan pemberian injeksi hormone. Injeksi harus dilakukan secara bertahap. Untuk lebih memudahkan agar cairan bisa masuk ke dalam jaringan otot, tunggu beberapa saat dan kemudian tarik jarum injeksi secara perlahan. Setelah memastikan tidak ada cairan hormon yang keluar dari lubang injeksi, ikan bisa dilepas kembali ke dalam tempat pemeliharaannya, lalu kemudian diamati selama beberapa saat untuk memastikan bahwa tingkah laku ikan terlihat normal. Untuk ikan betina pada ikan patin, tindakan ini harus diulangi untuk injeksi kedua. Beberapa ketentuan dalam proses penyunikan ini juga harus diperhatikan: • Untuk memberikan dosis hormon yang akurat kepada ikan, ukuran spuit yang digunakan haruslah sesuai dengan volume cairan yang akan diinjeksikan. Misalnya, persiapan hormon 0,9 mL harus diinjeksikan dengan spuit ukuran 1 mL dan bukan dengan spuit ukuran 10 mL; • Untuk mencegah agar larutan tidak keluar dari tubuh ikan setelah injeksi, disarankan: - menggunakan jarum yang sehalus mungkin dan cukup panjang untuk memungkinkan injeksi intramuskular yang cukup “dalam”. Disarankan untuk menggunakan jarum ukuran 0,70 x 38 mm. - untuk membagi injeksi pada lokasi sistem otot punggung apabila volume melebihi 1 mL untuk ikan betina ukuran sedang (kurang dari 4 – 5 kg bobot tubuh)
20 atau 2 mL untuk ikan yang lebih besar. Dalam praktek, lebih baik mempersiapkan terlebih dulu jumlah spuit yang dibutuhkan sesuai dengan volume cairan yang akan diinjeksikan. • Beberapa hari setelah kawin suntik, nekrosis (kematian jaringan dalam daerah terbatas kulit dan otot kadangkala terlihat pada bekas suntikan. Ini dapat mengakibatkan infeksi yang disebabkan dari peralatan suntik yang terkontaminasi, atau oleh produk yang sudah kadaluarsa. Untuk mencegah hal ini, sangat disarankan mensterilkan peralatan suntik dengan alkohol sebelum digunakan atau menggunakan peralatan baru untuk setiap proses pemijahan buatan. Juga disarankan untuk menggunakan botol atau ampul hormon yang baru untuk setiap kegiatan. 2) Stripping dan pembuahan buatan Stripping adalah proses dikeluarkannya telur atau sperma ikan dengan bantuan manusia/bukan secara alamiah. Proses pengeluaran telur atau sperma tersebut tentu saja menghendaki cara tertentu agar telur atau sperma tidak rusak ataupun justru induk ikan yang akan rusak/mati. Seseorang yang akan melakukan stripping telur atau sperma ikan mesti harus telah tahu cara stripping yang baik, dan tahu posisi gonad ikan, dengan demikian arah urutan/stripping akan benar atau organ yang diurut tidak salah. Feeling seorang pengurut sebaiknya telah menyatu dengan induk ikan tersebut. Kenapa demikian karena seseorang tersebut akan mengerti kapan pengurutan diberhentikan dan kapan akan dimulai lagi. Oleh karena itu seorang pembudidaya harus memahami tentang proses secara fisiologis ovulasi dan akan dibahas pada subbab ini. Telur atau sperma tidak akan bisa distripping jika proses fisiologis ovulasi belum sempurna. Pembuahan secara buatan dilakukan dengan bantuan manusia, dengan cara mempertemukan sel telur dengan sel sperma pada suatu tempat tertentu dan
21 dengan alat tertentu. Proses melakukan pembuahan buatan ini diperlukan sikap kehati-hatian agar telur tidak luka, sperma tidak luka atau proses penempelan sperma pada sel telur merata. Meratanya sperma menempel pada telur akan menambah jumlah pembuahan sperma pada sel telur. Proses pembuahan buatan ini membutuhkan waktu tertentu, maksudnya jika terlalu lama maka sperma atau sel telur bisa mati atau terganggu. Jika demikian keadaannya proses pembuahan tidak akan berhasil dengan baik. Ingat telur dan sperma itu hidup sehingga bermetabolisme. Kematangan telur dan sperma ikan dipastikan diperiksa dibawah mikroskop, jika telah memenuhi tanda-tanda tersebut di atas maka segeralah dilakukan stripping. Langkah pertama lakukan stripping induk jantan terlebih dahulu dengan prosedur yang telah ditentukan. Sperma adalah gamet jantan yang dihasilkan oleh testis. Cairan sperma adalah larutan spermatozoa yang berada dalam cairan seminal dan dihasilkan oleh hidrasi testis. Campuran antara seminal plasma dengan spermatozoa disebut semen. Dalam setiap testis semen terdapat jutaan spermatozoa. Gambar 4. Stripping dan Pembuahan telur 3) Penebaran telur Penebaran telur dilakukan dalam wadah yang telah disiapkan. Tinggi air dalam wadah penetasan telur sekitar 15 – 25 cm. Pada saat telur menetas menjadi larva kebiasaannya larva aakan bergerak ke naik turun ke atas permukaan air untuk mengambil oksigen. Oleh karena itu, ketinggian air wadah penetasan
22 tidak boleh terlalu tinggi dapat menyebabkan larva terlalu banyak melepaskan energi untuk pergerakannya. Kualitas air dalam wadah penetasan juga perlu dijaga pada kondisi optimal. Parameter yangperlu dijaga diantarnya yaitu kadar keasaman (pH) 6,5 – 7,5, Kadar Oksigen Terlarut (DO) 3 – 5 ppm, suhu 28 – 30 oC. Selain parameter kualitas air, kondisi sterilisasi juga perlu diperhatikan. Baiknya sumber air yang dipakai untuk penetasan telur telah didiamkan terlebih dahulu selama 24 jam. Penambahan bahan obat-obatan untuk membunuh kuman dalam air juga sangat disarankan supaya kondisi air benar-benar seril dari pathogen. Akan tetapi obat-obatan dari bahan kimia kurang disarankan. Terlebih baiknya menggunakan bahan pebasmi bakteri organik. Diantara bahan organik yang sudah banyak diteliti dan mempunyai daya tinggi dalam membunuh bakteri adalah daun Kirinyuh atau Seurapoh dalam bahasa Aceh. Gambar 5. Penebaran telur a) Daun Seurapoh (Chromolaena odorata) Daun seurapoh dengan nama ilmiahnya chromolaena odorata (C. odorata) ini mempunyai banyak manfaat bagi Kesehatan manusia. Banyak penelitian telah digunakan dalam dunia Kesehatan. C. odorata merupakan salah satu bahan herba yang popular dianggap digunakan sebagai ramuan dalam mencegah serangan bakteri. Menurut Hadi (2008), daun kiriyuh (C. odorata) mengandungi fenol, alkaloid, triterpenoid, tanin, flavonoid. dan limonene. Romdon-awati (2009) menyatakan terdapat 2.56% tannin dalam daun C. odorata yang boleh
23 mencegah Saprolegniasis. Menurut Noga (1996), serangan bakteri sangat berkesan dalam menghalang kandungan tannin 0.15 gram setiap liter air. Oleh itu, penggunaan ekstrak daun kirinyuh (Chromolaena odorata L) perlu dikaji sebagai salah satu ramuan herba untuk mencegah bakteri, karena jumlah daun C. odorata yang banyak terdapat secara alami dan mudah diperolehi. Gambar 6. Tanaman Chromolaena odorata (Seurapoh) b) Pembuatan Ekstrak Daun Seurapoh (Chromolaena odorata) Metode ekstrak C. odorata yang dilakukan oleh Palit (2019), diambil daun C. odorata yang merupakan bagian daun yang mulai tumbuh, kemudian daun dicuci hingga bersih, kemudian dikeringkan. Untuk perlakuan (K1), 100 g daun kirinyuh dipotong sekitar 2 cm, kemudian ditambahkan air secukupnya, kemudian ditumbuk halus. Setelah dihaluskan kemudian disaring, ampasnya kemudian dicampur dan disaring lagi hingga tersisa serat tumbuhan. Ekstrak tersebut kemudian dibuat menjadi 1 liter dengan air. Adapun Langkah sederhana lainnya dalam membuat ekstrak C. odorata yaitu: • Ambil daun Chromolaena odorata (daun seurapoh) pada bagian sekitar 10 cm dari pucuknya. • Timbang daun Chromolaena odorata (daun seurapoh) sebanyak 100 gram • Tambahkan air sebanyak 200 ml dan tumbuk atau blender bahan tersebut sampai halus • Saring hasilnya menggunakan saring santan • Ekstrak Chromolaena odorata (daun seurapoh) siap digunakan dan simpan dalam kulkas. • Dosis aplikasi terbaik yaitu 0.6 ml/liter air media penetasan.
24 Gambar 7. Proses pembuatan ekstrak C. odorata 4) Mengontrol Proses Pemijahan Perilaku induk setelah disuntik hormon reproduksi akan nampak setelah tiga jam. Perilaku tersebut dinampakkan adanya gejala kegelisahan, meningkatnya kelembekan perut. Hal ini akibat adanya perubahan metabolisme, mekanisme hormonal didalam tubuh induk ikan tersebut. Perubahan metabolisme, mekanisme hormonal tersebut menyangkaut proses perkembangan dan pematangan gonad. Perkembangan telur dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar dari ikan (lingkungan dan pakan). Pengaruh faktor lingkungan terhadap gametogenesis dibantu oleh hubungan antara poros Hipotalamus- Pituitary-Gonad melalaui proses stimulisasi atau rangsangan. Hormon- hormon yang ikut dalam proses ini adalah GnRH dan Steroid. Keadaan ini memungkinkan untuk perlakuan pemberian hormone baik melaui penyuntikan, implantasi dan pakan.
25 Pertemuan Keempat : 7 JP A.Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik mampu Melakukan evaluasi hasil pemijahan buatan dengan hormon komoditas perikanan B.Aktivitas Belajar Siswa Setiap peserta didik memaparkan laporan, peserta didik yang lain memberikan tanggapan, dan bersama guru menyimpulkan hasil proyek. Guru membimbing proses pemaparan proyek, menanggapi hasil, selanjutnya guru dan peserta didik merefleksi/ kesimpulan C.Uraian Materi 1. Fekunditas telur Fekunditas merupakan jumlah telur yang masak sebelum dikeluarkan pada waktu pemijahan. Adapun pengertian fekunditas yang lainya yaitu jumlah telur persatuan berat atau panjang ikan. pengamtan fekunditas bermanfaat untuk mengetahui dan memprediksi stok ikan disuatu perairan. Fekunditas dilakukan terhadap gonad yang sudah masak yang di perkirakan ikan tidak lama lagi berpijah. Namun terdapat beberapa kasus fekunditas dapat dilakukan sebelum gonadnya belum masak benar tetapi tiap butir telurnya sudah dapat di pisahkan. Terdapat manfaat yang diambil dari mempelajari fekunditas yaitu sebagai bagian studi sistematik atau studi mengenai ras, dinamika populasi, produktivitas dan potensi reproduksi. Evaluasi Pengalaman Belajar
26 Diameter telur ikan dapat diketahui dengan mengukur telur dibawah mikroskop binokuler yang memiliki sekala dengan ketelitan 0,1 mm. Biasanya pengukuran diameter telur dengan melihat diameter vertikal dan diameter horizontal. Pengukuran diameter telur dapat dilakukan dengan telur yang memiliki tingkat kematangan gonad (TKG) III, IV dan V. Biasanya diameter telur analisis dalam bentuk histogram. Perkembangan diameter telur semakin meningkat dengan meningkatnya tingkat kematangan gonad. Tingkat Kematangan Gonad merupakan cara untuk mengetahui perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan berpijah. Fekunditas ikan ditentukan dengan metode gravimetrik. Metode gravimetrik merupakan metode untuk mengetahui fekunditas dengan menggunakan berat gonad adapun rumus fekunditas : = × Dengan keterangan: F = jumlah seluruh telur (butir) Fs = jumlah telur pada sebagian gonad (butir) Bg = bobot seluruh gonad (gram) Bs = bobot sebagian gonad (gram) 2. Kualitas telur Telur merupakan cikal bakal bagi suatu mahluk hidup. Telur sangat dibutuhkan sebagai nutrien bagi perkembangan embrio, diperlukan pada saat ”endogenous feeding” dan exogenous feeding. Proses pembentukan telur sudah mulai pada fase differensiasi dan oogenesis yaitu terjadinya akumulasi vitelogenin kedala folikel yang lebih dikenal dengan vitelogenesis. Telur juga
27 dipersiapkan untuk dapat menerima spermatozoa sebagai awal perkembangan embrio. Sehingga anatomi telur sangat berkaitan dengan anatomi spermatozoa. Pada telur yang belum dibuahi, bagian luarnya dilapisi oleh selaput yang dinamakan selaput kapsul atau khorion. Dibagian bawah khorion terdapat lagi selaput yang dinamakan selaput vitelin. Selaput yang mengelilingi plasma telur dinamakan selaput plasma. Ketiga selaput ini semuanya menempel satu sama lain dan tidak terdapat ruang diantaranya. Bagian telur yang terdapat sitoplasma biasanya berkumpul disebelah telur bagian atas dinamakan kutub anima. Bagian bawahnya yaitu kutub yang berlawanan terdapat banyak kuning telur yang disebut kutub vegetatif. Kuning telur pada ikan hampir mengisi seluruh volume sel. Kuning telur yang ada bagian tengah keadaannya lebih padat daripada kuning telur yang ada pada bagian pinggir karena adanya sitoplasma. Selain dari sitoplasma banyak terdapat pada sekeliling inti telur. Khorion telur yang masih baru lunak dan memiliki sebuah mikrofil yaitu suatu lubang kecil tempat masuknnya sperma kedalam telur pada waktu terjadi pembuahan. Ketika telur dilepaskan kedalam air dan dibuahi, alveoli kortek yang ada dibawah khorion pecah dan melepaskan material koloidmucoprotein kedalam ruang perivitelin, yang terletak antara membran telur khorion. Khorion mula-mula menjadi kaku dan licin, kemudian mengeras dan mikrofil tertutup. Sitoplasma menebal pada kutub telur yang ada intinya, ini merupakan titik dimana embrio berkembang. Pengerasan khorion akan mencegah terjadinya pembuahan polisperma. Mutu telur dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi umur induk, ukuran induk dan genetika. Faktor eksternal meliputi pakan, suhu, cahaya, kepadatan dan polusi. Kamler ( 1992) mengatakan bahwa beberapa ikan Oncorhynchus mykiss memproduksi
28 berturut-turut telur yang sedang subur dan besar, dan sifat ini bertahan selama kehidupan reproduktifnya dan menurun pada anak-anaknya. Ikan betina yang memijah pertama sekali menghasilkan telur-telur terkecil. Diameter telur meningkat dengan jelas untuk pemijahan pertama dan pemijahan kedua dan laju peningkatan ini lebih lambat pada pemijahan pemijahan selanjutnya. Pasokan makanan lebih melimpah umumnya memproduksi telur yang lebih besar daripada spesies yang sama yang menerima lebih sedikit makanan. Tetapi pengaruh pasokan makanan tidak terlihat pada perubahan komposisi proksimat telur, persentase dan daya hidup larva. Pengaruh pembatasan makanan terhadap mutu telur diimbangi oleh fakta bahwa ikan dapat mempertahankan mutu telurnya dengan mempengaruhi jumlahnya dan lipida yang ada dalam gonad dapat digunakan untuk tujuan matabolik hanya dibawah kondisi kekurangan makanan yang parah. Telur ikan ada yang mengapung di permukaan air atau melayang dalam air. Hal tersebut bergantung kepada berat jenis telur ikan berhubungan dengan kandungan butiran minyak di dalam telur. 3. Masa laten induk Selang waktu antara injeksi hormon dan pengambilan sel telur merupakan faktor kunci dalam keberhasilan teknik reproduksi yang melibatkan dorongan hormonal untuk memicu ovulasi dan pembuahan buatan pada ikan. Pada kelompok ikan patin, periode laten ini dirumuskan secara lebih tepat seperti jarak waktu antara injeksi kedua (terakhir) dengan pengurutan perut ikan untuk memperoleh sel telur. Tujuan injeksi pertama (hCG) adalah untuk mempersiapkan gonad, meningkatkan kepekaan oosit pada tahap kedua pemberian hormon (Waynarovich dan Horvath, 1980, Cacot dkk., 2002). Injeksi pertama ini biasanya mengakibatkan sedikit peningkatan pada diameter oosit
29 sementara inti sel telur dari oosit tetap dalam posisi tengah. Proses pematangan akhir oosit dan kemudian ovulasi dipicu secara keseluruhan oleh injeksi kedua (Ovaprim). Setelah injeksi Ovaprim, proses pematangan oosit mencakup migrasi inti sel telur ke ujung atau tepi oosit dan pecahnya inti sel telur (GVBD)2. Setelah GVBD, oosit menjadi matang dan siap untuk keluar dari folikel (ovulasi); kemudian oosit tersebut menjadi sel telur (ovum), siap untuk pembuahan. Ketika proses pematangan tidak lengkap, biasanya tidak mungkin untuk mengambil sel telur; kadangkala beberapa folikel bisa diperoleh melalui stripping dengan tangan tapi tidak bisa untuk dibuahi. Bagi para pembudidaya, pengamatan keadaan inti sel dan berbagai tahapan migrasinya memungkinkan adanya pemahaman yang lebih baik mengenai mengapa peneluran kadangkala tidak terjadi. 2 ) Germinal Vesicle Breakdown. Untuk mengamati posisi inti, beberapa lusin oosit yang diambil sebagai contoh melalui kanulasi bisa dimasukkan ke dalam cairan Serra (30% formalin, 60% etanol dan 10% asam cuka) selama 5 sampai 15 menit. Setelah jangka waktu ini, oosit menjadi tembus cahaya dan inti bisa terlihat. Bahkan jika inti bisa dilihat melalui kaca pembesar, penggunaan mikroskop berdaya rendah (pembesaran 25 kali) disarankan untuk memperoleh pengamatan yang akurat. Berbagai tahap migrasi inti sampai ke tahap ovulasi. Pada ikan, pengambilan gamet yang tertunda setelah ovulasi akan membuat sel telur menjadi terlalu matang yang bisa menyebabkan derajat atau tingkat pembuahan rendah, meningkatkan jumlah embrio yang rusak serta menurunkan kelangsungan hidup embrio dan larva. Jangka waktu kelangsungan hidup sel telur bervariasi sesuai dengan spesies. Proses menjadi terlalu matang terjadi secara cepat pada P. hypophthalmus (Legendre dkk., 2000b). Untuk memperoleh mutu telur yang paling baik dari spesies ini, masa yang paling baik untuk mengambil sel telur adalah dalam waktu yang singkat (tidak lebih dari 2 jam) dan dilakukan persis setelah selesainya ovulasi. Pada P. djambal, pengamatan menunjukkan bahwa jangka waktu 1 atau 2 jam setelah terjadinya ovulasi pertama (lihat di bawah) perlu untuk mengambil telur yang
30 bermutu terbaik, guna memperoleh pembuahan dan daya tetas yang tinggi. Periode latensi antara injeksi hormon terakhir dan ovulasi berkorelasi secara negatif dengan suhu air (Legendre dkk., 2002). Makin tinggi suhu air, makin pendek periode latensi. Waktu latensi untuk mengambil sel telur pada P. djambal bervariasi dari 13 sampai 17 jam untuk suhu air dari 27 sampai 30°C (Tabel IV.5). Waktu laten ini bisa diperkirakan dengan bantuan persamaan berikut: LT = 20279 WT-2,15 dimana LT adalah waktu laten dan WT adalah suhu air.
31 REFERENSI Perangin Angin, K. (2013). Teknik Pembenihan Ikan Kelas XI-Semester 3. Slembrouck, J., Komarudin, O. M. A. N., & Legendre, M. (2005). Petunjuk teknis pembenihan ikan patin Indonesia, Pangasius djambal. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta.