The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by aris darussalam, 2019-12-11 05:41:49

TOR FIX MUKNAS XXXI PII

TOR FIX MUKNAS XXXI PII

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

TERM OF REFERENCE

MUKTAMAR NASIONAL XXXI
PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)

Ternate, Maluku Utara
21-25 Maret 2020

1

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

TERM OF REFERENCE
MUKTAMAR NASIONAL XXXI
PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wajah Pembangunan Indonesia
Indonesia sebagai salah satu negara yang telah menyepakati
penerapan tujuan pembangunan berkelajutan (SDGs) berkomitmen untuk
menyukseskan pelaksanaan SDGs melalui berbagai kegiatan dan telah
mengambil langkah-langkah strategis.
Dalam implementasinya, ada beberapa prinsip yang telah disepakati
juga diadopsi oleh Indonesia. Prinsip pertama adalah universality. Prinsip
ini mendorong penerapan SDGs di semua negara baik negara maju
maupun negara berkembang. Dalam konteks nasional, implementasi SDGs
akan diterapkan di seluruh wilayah Indonesia. Prinsip kedua adalah
integration. Prinsip ini mengandung makna bahwa SDGs dilaksanakan
secara integrasi dan saling terkait pada semua dimensi sosial, ekonomi dan
lingkungan. Prinsip kedua ini telah di pegang teguh dalam peyusunan
rencana aksi khususnya terkait dengan penyususnan program dan kegiatan
serta penganggarannya. Prinsip terakhir adalah “No One Left Behind” yang
menjamin bahwa pelaksanaan SDGs harus memberi manfaat bagi semua,
terutama yang rentan dan pelaksanaannya melibatkan semua pemangku
kepentingan.
Pembangunan sebuah Negara selalu dikaitkan dengan angka
pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu kondisi
yang menggambarkan kenaikan Produk Domestic Bruto (PDB) suatu
negara tanpa memandang apakah PDB yang meningkat lebih besar atau
lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk negara tersebut.
Pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah
faktor tanah dan kekayaan alam, faktor kuantitas dan kualitas penduduk
dan tenaga kerja, faktor kepemilikan barang modal dan penguasaan

2

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

teknologi, faktor sistem sosial masyarakat, faktor sikap dan perilaku
masyarakat.

Ekonomi Indonesia periode 2015-2018 yang tumbuh sekitar 5%
mampu menekan angka pengangguran, kemiskinan maupun ketimpangan.
Pada 2018, ekonomi domestik berhasil tumbuh 5,17% dari tahun
sebelumnya. Pembangunan infrastruktur yang digalakkan pemerintah
untuk meningkatkan konektivitas serta program bantuan sosial yang
diterapkan berhasil menurunkan angka kemiskinan dan ketimpangan dalam
empat tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik jumlah
pengangguran terbuka 2018 turun menjadi 7 juta jiwa atau 5,34% dari total
angkatan kerja sebanyak 131 juta jiwa. Tingkat pengangguran ini
merupakan yang terendah sejak 1999. Kemudian jumlah penduduk miskin
berkurang menjadi 25,7 juta jiwa atau 9,96% dari total populasi, terendah
sepanjang sejarah.Demikian pula angka ketimpangan (Gini rasio)
Indonesia pada 2018 turun menjadi 0,384, terendah sejak 2011. Bantuan
sosial seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Indonesia Pintar
(KIP) serta bantuan langsung non tunai berhasil menekan ketimpangan
pengeluaran antara masyarakat miskin dan kaya.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat didorong
oleh peningkatan jumlah penduduknya. Hal ini disebabkan karena setiap
pertambahan jumlah penduduk, maka akan bertambah pula jumlah
angkatan kerja, ini adalah salah satu contoh pertumbuhan ekonomi. Saat
ini proporsi penduduk Indonesia didominasi oleh penduduk usia produktif.
Proporsi penduduk ini merupakan kesempatan emas bagi Negara
Indonesia dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya. Tentu perlu
didukung dengan adanya pendidikan yang berkualitas, program-program
serta berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM). Maka penduduk yang didominasi oleh angkatan kerja
tersebut bisa menjadi pendukung dalam kegiatan produksi dan
berkontribusi dalam menambah pendapatan negara.

Selain kualitas sumber daya manusia (SDM), yang menjadi sorotan
berikutnya adalah faktor kuantitas penduduk yang juga memiliki dampak

3

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

pada permintaan barang maupun jasa. Karena semakin tinggi kuantitas
penduduk, maka pasar akan semakin besar. Hal ini menjadikan suatu
negara terus gencar untuk meningkatkan roda perekonomian berupa
peningkatan fungsi produksi dalam negeri. Faktor kualitas dan kuantitas
penduduk perlu tersentuh dengan baik, dengan memperhatikan lapangan
kerja yang tersedia. Jika hal ini tidak tersentuh dengan baik, akan
menimbulkan masalah baru, yaitu pengangguran.

Kondisi struktur pendudukan Indonesia saat ini ditandai dengan
tingginya proporsi penduduk usia produktif. Pada tahun 2018, penduduk
usia produktif di Indonesia mencapai 68,6 persen atau 181,3 juta jiwa
dengan angka ketergantungan usia muda dan tua yang rendah, yaitu 45,7.
Perubahan struktur penduduk ini akan membuka peluang bagi Indonesia
untuk mencapai bonus demografi, tentu dengan syarat utama harus
tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing.

Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berdaya saing,
diperlukan kualitas lingkungan hidup yang baik. Pemerintah berupaya
membangun lingkungan hidup yang kondusif dengan membuat tiga
kebijakan utama yaitu, meningkatkan kualitas lingkungan hidup,
meningkatkan ketahanan bencana dan iklim, serta menerapkan
pendekatan pembangunan rendah karbon. Meningkatkan kualitas
lingkungan lingkungan hidup menjadi sorotan utama karena hasil capaian
indek kualitas lingkungan hidup masih berada dalam kondisi stagnan yakni,
66,46% pada tahun 2017 (indeks kualitas udara 87,03%, indeks kualitas
tutupan lahan 56,88%, dan indeks kualitas air 58,68%). Penanganan
sumber pencemar tergolong belum optimal terutama pengendalian sampah
plastik dan limbah industri. Demikian juga rehabilitasi hutan dan lahan
untuk pemulihan hutan dan lahan kritis serta Daerah Aliran Sungai (DAS)
belum berjalan optimal.

Fokus Tujuan (Goal) 5 sesuai dengan outcome document PBB
adalah mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua
perempuan dan anak perempuan. Untuk mencapai kemajuan keseluruhan
target, kesetaraan gender menjadi dasar. Pemberdayaan perempuan, dan

4

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

anak perempuan memegang peranan penting. Karena tujuan-tujuan SDGs
tidak akan tercapai jika meninggalkan lebih dari separuh kelompok manusia
ini. Perempuan dan anak perempuan harus dapat menikmati akses yang
sama terhadap pendidikan, kesehatan yang berkualitas, sumber daya
ekonomi dan partisipasi politik.

Laporan The Global Gender Gap 2014 yang diluncurkan World
Economic Forum (WEF) memaparkan posisi Indonesia ada di posisi 97
dibawah negara miskin seperti Vietnam, dan Laos. Sedang pada 2015 dari
145 negara yang disurvei, posisi Indonesia berada para ranking 92, jauh di
bawah Philipina, yang menempati posisi 9. WEF mencatat ketimpangan
gender di Indonesia masih cukup lebar dengan skor 0,6813 . Kesetaraan
bagi perempuan Indonesia di ruang publik ini jauh di bawah Rwanda,
Filipina, Zimbabwe, Brunei Darussalam bahkan Vietnam. Meskipun 2014,
Vietnam tercatat mengalami penurunan posisi dari 76 menjadi 83. Tapi
ranking itu masih jauh lebih baik, jika dibandingkan posisi Indonesia pada
tahun yang sama.

Pemerintah Indonesia berupaya mewujudkan kesetaraan gender
dalam bentuk kebijakan dan program. Selain menerbitkan menerbitkan
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan
Gender, pemerintah meratifikasi Convention on Elimination of
Discrimination Against Women (CEDAW), dan mengesahkan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (KDRT).

Perubahan tersebut masih menyentuh sebatas permukaan. Salah
satu data penting dari ketimpangan gender ini dapat dilihat dari kegagalan
utama Millenium Development Goals (MDGs). Sampai tahun 2015,
pemerintah tidak berhasil mencapai target pada isu-isu perempuan. Angka
kematian ibu (AKI) masih berada pada posisi 346 per 100.000 kelahiran.
Jauh di atas target global 108 per 100.000.

Meski AKI masih berada di level tinggi, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 tidak memposisikan isu
ini menjadi menjadi prioritas. Target pemerintah menurunkan AKI menjadi

5

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

306 per 100.000 (2019). Artinya dalam lima tahun hanya menargetkan
penurunan AKI 40 per 100.000. Selain itu kasus-kasus kekerasan terhadap
perempuan, akutnya kemiskinan perempuan dan partisipasi politik
perempuan dalam parlemen tidak pernah mencapai 30 persen masih
menjadi masalah.

Di bidang pendidikan, seperti dilansir dalam narasi RPJMN IV 2020-
2024 bahwa masih terdapat 4,4 juta anak usia 7-18 tahun anak yang tidak
bersekolah (Anak Tidak Sekolah/ATS). Selain itu kesenjangan pendidikan
antar kelompok ekonomi juga masih menjadi permasalahan dan semakin
lebar seiring dengan semakin tingginya jenjang pendidikan. Ditambah
kesenjangan taraf pendidikan antar wilayah juga masih sangat tinggi.

Berbagai penelitian perihal kualitas pendidikan menampilkan hasil
yang mengejutkan. Hasil PISA (Program for Internasional Student
Assessment) 2015, menunjukkan bahwa proporsi siswa yang berada diatas
standar kompetensi masih rendah dari negara-negara lain di kawasan
ASEAN dengan presentase dibawah 50% (membaca 44,62%, matematika
31,40%, dan sains 44,05%). Hal ini menempatkan Indonesia berada di
peringkat 62 dari 72 negara. Penelitian lain dari Central Connecticut State
University (CCSU) mengumumkan pada 2016 bahwa Indonesia berada
diperingkat 60 dari 61 negara. Selain itu, hasil Assessment Kompetensi
Siswa Indonesia (AKSI), menunjukkan bahwa kompetensi siswa diberbagai
wilayah masih sangat jauh tertinggal (membaca 53,2%, matematika 22,9%,
dan sains 26,4%). Hal ini menandakan masih rendahnya siswa yang
mencapai batas kompetensi minimum.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), presentase penduduk di
Indonesia diatas 15 tahun yang melek huruf mencapai 96,07%. Angka ini
memungkinkan masyarakat indonesia memiliki tingkat literasi (minat baca)
yang cukup tinggi. Akan tetapi faktanya justru sebaliknya, menurut data
UNESCO tahun 2012, angka minat baca Indonesia hanya 0,001%.
Sedangkan menurut hasil survey PISA 2015 menyebutkan bahwa
kmpetensi membaca pelajar Indonesia meraih nilai 397 (rata-rata
OECD/organization for economic cooperation and development sebesar

6

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

493), demikian juga skor kompetensi matematika hanya 386 (rata-rata
OECD sebesar 490), dan skor kompetensi sains sebesar 403 (rata-rata
OECD sebesar 493).

Pembelajaran berkualitas juga belum berjalan secara optimal dan
merata antar wilayah. Kualitas pendidik menjadi faktor utama yang
mempengaruhi kualitas pembelajaran. Selain itu, kesenjangan mutu antar
satuan pendidikan masih menjadi persoalan krusial di Indonesia. Faktor
lainnya adalah masih sulitnya akses untuk mendapatkan buku.

Masih dalam narasi yang sama, pada jalur pendidikan dan pelatihan
vokasi, peningkatan kualitas layanan belum sepenuhnya didukung dengan
sarana dan prasarana pembelajaran dan praktik yang memadai dan
berkualitas, kecukupan pendidik produktif berkualitas, serta keterbatasan
kapasitas sertifikasi kompetensi. Selain itu, pembelajaran juga belum
mendorong penguasaan soft-skill seperti penguasaan bahasa asing, serta
kemampuan berpikir kritis, analisis, inovasi, kepemimpinan, negosiasi, dan
kerja tim.

Untuk menjamin implementasi SDGs di Indonesia khususnya dalam
bidang pengembangan sumber daya manusia yang unggul, Pelajar Islam
Indonesia (PII) sebagai salah satu pemangku kepentingan dari unsur
organisasi masyarakat sipil harus mampu terlibat dalam berbagai proses
persiapan pelaksanaan SDGs di Indonesia.

Muktamar Nasional XXXI: Kaleidoskop Peran Strategis PII
Sebagai organisasi pelajar islam tertua di Indonesia, Pelajar Islam

Indonesia telah banyak berperan dalam mengawal kemajuan bangsa
Indonesia pasca kemerdekaan. Dengan posisi yang strategis, PII banyak
mengambil peran dalam setiap fase perjuangan bangsa Indonesia
bersama-sama dengan elemen bangsa yang lainnya.

Di usia mudanya, yaitu 10 tahun pertama didirikan, Pelajar Islam
Indonesia sudah berhasil mengikuti dan mewarnai perhelatan islam di
kancah Internasional. Dalam kegiatan Kongres Umat Islam se-Dunia yang
dilaksanakan bulan Februari 1951, PII menjadi inisiator dalam pendirian

7

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

organisasi pemuda islam yang bertujuan mengkordinir usaha-usaha
organisasi pemuda Islam seluruh dunia dan merencanakan agenda
Konferensi Pandu Islam.

Pelajar Islam Indonesia juga berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan
Internasional sebagai delegasi Indonesia. Diantaranya, kegiatan Youth
Welfare Seminar yang dielenggarakan oleh UNESCO-PBB di Shimla, India,
yang diikuti oleh Anton Timur Jaelani. Hasil dari kegiatan ini adalah
meluasnya hubungan luar negeri PII hingga terbentuk perwakilan PII di
beberapa Negara, seperti Amerika, Filipina, Irak, Norwegia, Swiss, Mesir
dan Pakistan. Dalam agenda lain, Wartomo Dwijoyuono, ketua umum PB
PII 1956-1958, menjadi utusan Indonesia dalam kegiatan Youth Specialist
yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat. Dan
pada tahun 1958, PII mulai mendapatkan tugas dari pemerintah untuk
mengelola program American Field Service (AFS) mengirim pelajar
Indonesia ke luar negeri khususnya ke Amerika.

Dalam upaya mempererat tali ukhuwah Islamiyah serta kerjasama
diantara sesama pelajar Islam di kawasan Asia tenggara, pada tahun 1988
PII bersama dengan organisasi pelajar Islam asal Malaysia dan negara
ASEAN lainnya mendirikan Persatuan Pelajar Islam Asia Tenggara
(PEPIAT) yang bermarkas di Kuala Lumpur dan kemudian dipindahkan ke
Jakarta pada tahun 2015. Hingga saat ini, PII selalu berperan aktif dalam
menjalankan roda organisasi PEPIAT ini dengan agenda terakhir ikut serta
mengirimkan 6 orang utusan dalam Muktamar PEPIAT tahun 2019 di Kuala
Lumpur, Malaysia.

Sejak tahun 2019 juga Pelajar Islam Indonesia tergabung kedalam
Organization Islam Cooperation (OIC) youth, yaitu organisasi kepemudaan
dibawah organisasi terbesar kedua di Dunia setelah PBB, Organisasi
Kerjasama Islam (OKI). Indonesia sudah masuk menjadi Negara anggota
OKI sejak pertama didirikannya tahun 1969 bersama 25 Negara lainnya.
Hingga saat ini ada 57 negara yang tergabung menjadi anggota OKI.

Peran aktif Pelajar Islam Indonesia di kancah Internasional sudah
semestinya tidak hanya sampai disini. PII harus terus melangkah dan

8

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

mewarnai pembangunan global yang dalam pelaksanaannya sudah
semakin terintegrasi antar satu Negara dengan Negara lainnya. PII perlu
memastikan agenda pembangunan global, baik pembangunan materil
maupun pembangunan non materil, dapat memberikan manfaat untuk
semua, khususnya untuk generasi muda muslim di dunia.

Muktamar Nasional XXXI bagi kader PII harus menjadi arena
untuk berbagi referensi dan pengalaman tentang realitas yang sedang
dihadapi oleh umat pada umumnya dan pelajar pada khususnya. Kita
juga harus merumuskan strategi dan taktik, serta mengambil keputusan
yang cermat dengan penuh kesadaran.

Dengan berdasarkan perintah dari Allah melalui firman-Nya:
‫َوۡليَ ۡخ َش ٱلَّ ِذي َن َل ۡو تَ َركُواْ ِم ۡن َخۡل ِف ِه ۡم ذُ ِريَّ ٗة ِض َٰ َع ًفا َخافُواْ َع َل ۡي ِه ۡم َفۡليَتَّقُواْ ٱََّّل َل َوۡل َيقُولُواْ قَ ۡو ٗٗل َس ِدي ًدا‬

"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar". (Q.S An-Nisa: 9).

Diantara pembangunan Sumber Daya Manusia dan nilai-nilai Islam,
PII ibarat berada di persimpangan jalan. Kekhawatiran pembangunan
Sumber Daya Manusia membuat manusia teralienasi dari hakikat
kemanusiaannya sebagai makhluk yang bernyawa dan berjiwa. Oleh
karena itu dipersimpangan jalan ini, PII meneguhkan kembali komitmennya.
Jalan dimana generasi-genarasi muda disiapkan bagi hari mendatang,
Jalan dimana langkah-langkah konkrit hadir ditengah-tengah umat, dan
jalan dimana kehidupan yang nyata harus dihadapi apapun kondisinya.
Dengan berpegang teguh pada perintah-perintah Allah, serta mengikuti
tuntunan Rasulullah agar terwujudnya Islam yang rahmatan lilalamin
sehinga tegak Izzul Islam Wal Muslimin.

Maka PII harus secara serius membersamai pelajar menciptakan
generasi yang unggul dan berdaya saing dengan tetap menjadikan
Rasulullah sebagai rujukan menjalani kehidupan. Untuk itu PII sebagai
bagian dari mata rantai perjuangan umat Islam harus kembali

9

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

meneguhkan posisi dengan mencipta visi jangka panjang sebagai
organisasi yang bergerak di dunia pendidikan dan kebudayaan dengan
jiwa Islam, Indonesia, dan Pelajar. Trikomitmen PII yaitu komitmen
kepelajaran, komitmen keislaman, dan komitmen keindonesiaan bisa
dijadikan “acuan” dalam merumuskan strategi dan taktik tersebut.

1.2 Landasan Pelaksanaan
Landasan Ideal:
Al-Qur’an:

‫َٰ َيَٰٓأَ ُّي َها ٱ َّل ِذي َن َءا َمنُواْ ٱ ۡص ِب ُرواْ َو َصا ِب ُرواْ َو َرابِطُواْ َوٱتَّقُواْ ٱََّّللَ لَ َع َّلكُ ۡم تُۡف ِل ُحو َن‬
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah
kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. (Q.S Ali Imron : 200).

‫أَهُ ۡم يَ ۡق ِس ُمو َن َر ۡح َم َت َربِ َۚ َك نَ ۡح ُن قَ َس ۡمنَا بَ ۡينَ ُهم َّم ِعي َشتَ ُه ۡم فِي ٱۡل َح َي َٰو ِة ٱل ُّد ۡن َي َۚا َو َرفَ ۡعنَا بَ ۡع َض ُه ۡم فَ ۡو َق بَ ۡع ٖض َد َر َٰ َج ٖت ِل َيتَّ ِخ َذ‬
‫ر ِم َّما يَ ۡج َمعُو َن‬ٞ ‫بَ ۡع ُض ُهم بَ ۡع ٗضا ُس ۡخ ِر ٗي ۗا َو َر ۡح َم ُت َر ِب َك َخ ۡي‬

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah
menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,
dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain
beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian
yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka
kumpulkan”. (Q.S Az-Zukhruf: 32).

‫َوٱ ّلَ ِذي َن ٱ ۡستَ َجابُواْ ِل َر ِب ِه ۡم َوأَ َقا ُمواْ ٱل َّصلَ َٰوةَ َوأَ ۡم ُر ُه ۡم ُشو َر َٰى بَ ۡينَ ُه ۡم َو ِم َّما َر َز ۡق َٰ َن ُه ۡم يُن ِفقُو َن‬
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki
yang Kami berikan kepada mereka”. (Q.S Ash-Shura: 38).

As-Sunnah:
Hendaklah kamu beramar ma’ruf dan bernahi munkar, kalau tidak, maka
Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat diantara

10

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

kamu, kemudian orang yang baik-baik diantara kamu berdo’a dan tidak
dikabulkan (do’a mereka). (H.R. Abu Dzar).
Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan
sesuatu pekerjaan dilakukan secara Itqan (terarah, jelas, dan tuntas). (H.R.
Thabrani).
Dari Abu Hurairah ra. Berkata: Rasulullah SAW bersabda “Musyawarah
adalah dapat di percaya.” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Daud).

Landasan Konstitusi:
- Anggaran Dasar BAB VIII pasal 11 dan 12
- Anggaran Rumah Tangga BAB II pasal 11, 12, 13, 14, dan 15.

Landasan Operasional:
Hasil-hasil Forum Pengambilan Keputusan:

- Sidang Dewan Pleno Nasional
- Rapat Pleno PB PII
- Rapat Badan Pengurus Harian PB PII.

1.3 Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud dan Tujuan Term of Reference (TOR)

Term of Reference (TOR) ini ditetapkan dengan maksud sebagai
arahan umum bagi penyelenggaraan kegiatan Muktamar Nasional XXXI
Pelajar Islam Indonesia (PII) sekaligus menjadi pedoman bagi
kepanitaan dan peserta kegiatan dalam membagun kesepahaman dan
komitmen bersama guna mencapai tujuan dan target yang telah
ditetapkan. Adapun tujuan dari penyusunan ini adalah mempertegas
arah kegiatan secara keseluruhan untuk mensukseskan amanah yang
telah dihasilkan oleh forum pengambilan keputusan organisasi
sebelumnya.

11

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

1.3.2 Maksud dan Tujuan Muktamar Nasional XXXI Pelajar Islam
Indonesia

 Maksud
1). Menguatkan tri komitmen PII (kepelajaran, keIslaman, dan
keIndonesiaan) kepada seluruh elemen PII.
2). Menegaskan karakter MCP (Muslim – Cendekia – Pemimpin) sebagai
standar profil ideal kader PII.
3). Kegiatan Muktamar merupakan forum tertinggi PII secara Nasional
untuk menghasilkan keputusan penting organisasi.
4). Rangkaian kegiatan Muktamar adalah ajang silaturahim antar pelajar,
pejabat, tokoh, ulama, ormas/OKP se-nasional.
5). Ingin mengapresiasi dan mendayagunakan segala potensi, minat,dan
bakat pelajar agar dapat memberikan kontribusi positif bagi kehidupan
bernegara dan bermasyarakat di masa depan.

 Tujuan
1). Terbangunnya kesepahaman kader PII dalam melakukan gerakannya
secara nasional
2). Sinergitas gerakan dengan berbagai stake holder dalam rangka
mengembangkan pelajar dan pendidikan.
3). Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya organisasi
ekstra dalam pengembangan potensi, minat, dan bakat generasi muda
yang berkarakter.
4). Meningkatkan kesadaran pelajar untuk berkontribusi positif dalam
pengembangan pendidikan dan kehidupan bermasyarakat.

12

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

BAB II
KONSEPSI ISLAM DAN PEMBANGUNAN
KONSEPSI SYARIAT
Islam adalah agama yang memberikan rahmat kepada seluruh alam.
Sifat utamanya adalah bahwa ia tidak memisahkan antara kehidupan
kerohanian dengan hidup keduniaan. Ia tidak semata-mata pada
menyucikan kehidupan rohani dan moral manusia. Singkatnya, ruang
lingkup Islam meliputi seluruh bidang hidup manusia. Selain itu, Islam
bukan hanya ajaran tentang perbuatan (amal) perseorangan tetapi juga
perbuatan kolektif.
Salah satu kaidah dasar Islam adalah Tauhid, Allah, rabbul’alamin
(pencipta, penguasa, pemilik seluruh alam semesta). Maksudnya adalah
bahwa Allah telah menciptakan manusia dan menjadikan bumi sebagai
tempat tinggalnya. Kemudian manusia juga dikaruniai kemampuan-
kemampuan berpikir sebagai perangkat yang dapat digunakan untuk
menjalankan otonominya di bumi sebagai khalifah fil ardhi. Dengan
instrumen kebebasan berkehendak dan memilih (ikhtiar) manusia diberi
kuasa untuk menggunakan sumber-sumber bumi dengan cara yang
disukainya. Itulah mengapa Islam bersumber pada dua pilar utama yaitu
akidah dan syariat.
Meski demikian, Islam memiliki orientasi yang jelas dan terukur.
Melalui maqashid syariah (orientasi syariat) manusia mengukur ikhtiarnya.
Orientasi syariat adalah tujuan yang menjadi target teks dan aturan-aturan
(hukum-hukum) partikular untuk direalisasikan dalam kehidupan manusia.
Dalam Islam setiap upaya pembangunan harus menjamin lima hal (orientasi
syariat) yaitu:
1. Menjaga agama.
2. Menjaga akal.
3. Menjaga harta.
4. Menjaga keturunan (generasi).
5. Menjaga jiwa.

13

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

Menjaga agama maksudnya bahwa pembangunan tidak boleh
menganggu keberagamaan seseorang. Lebih jauh ia harus menjamin
ketenangan keberibadahan manusia dan memberikan ruang-ruang amal
shaleh yang luas. Menjaga akal maksudnya pembangunan mesti
mendorong peningkatan kreatifitas manusia. Maka perlu dimudahkan bagi
setiap orang untuk mencapai akses-akses pendidikan dan pengetahuan.
Menjaga harta maksudnya bahwa upaya pembangunan diharuskan
menjamin hak-hak kekayaan dan harta benda. Dengan kata lain
pembangunan yang sesuai syariat adalah pembangunan yang
meningkatkan perekonomian manusia secara adil. Selain itu,
pembangunan harus memberikan kemudahan setiap orang untuk
mencapai akses-akses ekonomi. Menjaga keturunan (generasi)
maksudnya adalah pembangunan menjamin generasi muda tumbuh dan
berkembang dengan baik. Kemudian menjaga jiwa maksudnya bahwa
pembangunan mesti melindungi hak-hak dasar kemanusiaan seperti
jaminan terhadap ancaman kekerasan.

Islam adalah agama amal maka, untuk menjawab setiap tantangan
adalah dengan aktifitas konkrit (amal). Akan tetapi merumuskan langkah-
langkah strategis perlu dilakukan agar setiap aktifitas memiliki orientasi
yang jelas dan terukur. Untuk itu, PII sebagai organisasi berlandaskan Islam
harus mampu menerjemahkan ajaran Islam kedalam bentuk yang konkret.
KONSEPI PII

Tantangang yang dihadapi Pelajar Islam Indonesia (PII) pasti
memiliki corak yang berbeda pada setipa decade. Untuk itu, paradigma,
model, dan strategi gerakan PII juga harus disesuaikan dengan
perkembangan terbaru discourse kepelajaran, keislaman, dan
keindonesiaan baik dalam teori maupun tataran prakteknya. PII harus
melakukan upaya pembaharuan paradigma, yang meliputi strategi gerakan
yang selama ini digelutinya. PII harus berikap inklusif terhadap
perkembangan pengalaman keilmuan, kritis terbuka, mengenalkan dialog
antar budaya dan agama sampai akar rumput basis gerakannya.

14

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

Tanpa menempuh langkah-langkah tersebut, gerakan PII menuju
kesempurnaaan pendidikan dan kebudayaan sebagaimana tujuannya tentu
akan mengalami kesulitan dalam bernapas dan kekurangan oksigen untuk
menghirup dan merespon isu-isu global dan isu-isu peradaban
kontemporer.

Kini PII dihadapkan dengan globalisasi. Globalisasi dalam
praksisnya tentu bukanlah sebuah mimpi yang mengawangawang terbang
diatas langit. PII yang selama ini, lokus gerakannya focus pada moral
Agama, Pendidikan, budaya dan social-politik. Cukupkah kiranya
mengahadapi tantangan yang begitu kompleks, tetapi hanya berfokus pada
lokus itu saja. Dalam bidang Agama, PII dihadapkan pada fenomena
banyaknya remaja-pelajar yang semakin meninggalkan agama dalam
perilaku kehidupan kesehariannya.

Tentunya supaya PII tidak kehilangan daya jelajah sebagai gerakan
yang selalu merespon perkembangan zaman, maka pertanyaannya adalah
seperti pertanyaan yang dilontarkan Tariq Bin Ziyad mengawali era
“globalisasi” sejarah Islam abad pertengahan, “Aina al-mafarr?? Al-Bahru
waraakum wa al-aduwwu amamakum”. (Ke mana kita akan lari menghindar
dari persoalan yang nyata-nyata kita hadapi? Hamparan laut luas ada
dibelakang kita, sedang musuh dengan berbagai keahliannya ada
dihadapan kita?).

Diharapkan PII mampu menjadi laksar zaman. PII menjadi gerakan
pelajar yang melakukan aksi berdasarkan ilmu, riset, analisis, dan
pengkajian yang serius tentang permasalahan pelajar. Selain pelajar harus
dicerdaskan, disadarkan, juga harus diberdayakan sesuai minat dan
bakatnya. Sehingga nyatalah kehadiran PII mampu membebaskan pelajar
dari kebodohan, sebagai gerakan mencerdaskan.

Perkembangan teknologi merupakan keniscayaan karena ia adalah
manivestasi dari kemerdekaan akal. memasuki abad 21, PII di usia
organisasi yang sudah 72 tahun, tertinggal dibelakang laju perkembangan
teknologi yang semakin bergerak cepat kedepan. Berikut adalah beberapa
ketertinggalan PII merespon zaman:

15

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

- Digitalisasi
- Budaya efisiensi organisasi
- Standar nilai yang baru
- Rendahnya kemampuan menggunakan teknologi-teknologi baru
- Menurunnya aktivitas yang produktif
- Lemahnya analisa berbasis data.
PII harus mengejar ketertinggalan tersebut dan merumuskannya
menjadi kebijakan pada Muktamar Nasional ke-31 nanti. Digitalisasi
sebagai dampak dari gelombang revolusi industri 4.0 menyebar ke hampir
seluruh bidang kehidupan manusia, maka di PII pun perlu mulai
meresponnya seperti; digitalisasi kesekretariatan, digitalisasi draft-draft
organisasi, digitalisasi perangkat-perangkat pelatihan, dan lain-lain. Budaya
efisiensi mengharuskan fleksibilitas dalam berbagai aktifitas organisasi.
Jalur koordinasi, sosialisasi kebijakan berskala nasional, administrasi, dan
hal-hal lainnya perlu dilakukan efisiensi agar gerak organisasi berjalan
cepat dan dinamis.
Di era yang telah mengalami perubahan besar-besaran ini perlu ada
reinterpretasi terhadap landasan PII guna menemukan nilai-nilai baru.
Seperti rmenemukan nilai yang baru dalam training, standar nilai budaya
yang baru dalam organisasi, bahkan kita perlu menemukan standar nilai
baru dalam profil ideal kader.
Berbagai organisasi telah mengalami modernisasi kelembagaan.
Maka mengadakan teknologi-teknologi terbaru menjadi perlu. Jika
sejarahnya PII sempat memiliki komputer saat alat itu baru masuk ke
Indonesia, maka saat ini PII perlu memiliki perangkat teknologi terbaru guna
mengejar ketertinggalan ini. Selanjutnya, produktifitas manusia abad ini
dituntut sangat tinggi. Ibarat bertani, “pagi menanam, sore memanen”.
Sebagai organisasi yang fokus pada dunia pendidikan maka aktifitas
terbanyaknya adalah pada ilmu pengetahuan. Di era big data ini, PII perlu
menyelesaikan basis data internalnya terlebih dahulu untuk kemudian
diintegrasikan dengan data eksternal agar memiliki analisa yang tajam dan
tepat sasaran.

16

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

PENGUATAN KEMAMPUAN SUMBER DAYA KADER
Mengingat melemahnya internalisasi nilai gerakan dan kondisi PII

yang semakin hari semakin krisis dari segi kekuatan infrastruktur, ditambah
sistem pendidikan yang semakin mempersempit ruang aktualisasi pelajar
di luar sekolah, juga semakin banyaknya organisasi dan komunitas populer,
perlu dirancang suatu postur kader yang mampu mengatasi hal tersebut.
Maka dari itu penguatan kemampuan haruslah mencakup struktur mental
dan kompetensi yang mumpuni sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi.
Setidaknya beberapa hal yang dapat menjadi acuan dalam penguatan
kemampuan Sumber Daya Kader (SDK) yaitu:
- Input Kader, disarankan mempertimbangkan beberapa hal dibawah ini:

1. Terbaik di kalangannya (berprestasi secara akademik/ memiliki
pengaruh atau “wibawa” lain di lingkungannya).

2. Memiliki keterampilan-keterampilan tertentu (IT/seni/beladiri atau
olahraga, dll).

3. Memiliki latarbelakang tertentu (keluarga harmonis atau broken
home/keluarga terpandang/mapan atau lemah ekonomi/tempat
pendidikan favorit, dll).

- Tipe seorang kader :
1. Ilmuwan/Professor, merupakan kader yang berfungsi mengeluarkan
gagasan filosofis ideologis yang mampu menyelesaikan problem
sosial yang bersifat global.
2. Desainer/Arsitek, merupakan kader yang berfungsi membuat
rancangan konseptual/regulasi suatu tatanan untuk mewujudkan
sebuah gagasan filosofis ideologis.
3. Operator, merupakan kader yang menyusun rancangan strategi
perwujudan/pembangunan dari sebuah konsep sosial yang disusun.
4. Aktor, merupakan orang yang menjalankan misi tertentu dari
operator.
5. Eksekutor, merupakan orang yang dipergunakan oleh aktor untuk
melaksanakan secara langsung langkah mencapai sebuah target-

17

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

target tertentu. Ia dapat digerakkan secara persuasif ataupun
provokatif.
- Sifat Kader:
1. Idealis, memiliki keyakinan dan cara pandang hidup yang tidak

materialistis, memiliki orientasi hidup, memahami hukum; “Yang
Haq pasti menang dan yang bathil pasti kalah”.
2. Ksatria, kuat secara fisik dan mental, bernyali besar, selalu serius
menghadapi permasalahan, otak yang cerdas, professional dan
bertanggung jawab; “Berani karena benar dan takut karena
salah”.
3. Berkarakter, memiliki prinsip yang kuat, berjiwa pelopor, mampu
masuk mempengaruhi dan menggerakkan massa, memiliki
kompetensi yang banyak, tidak mudah terbawa arus, fokus pada
target, penguasaan teritori yang tinggi; “Tandang ke gelanggang
walau seorang”.
4. Mental Juara, jiwa petarung, tidak mudah menyerah,
memaksimalkan segala potensi dengan efektif, dan selalu siap
untuk menang; “Jangan kembali pulang sebelum menang’.
5. Heroik, rela berkorban, menolong yang lemah, melawan
kezhaliman; “Berhasil tidak dipuji, gagal dicaci maki, dan mati
tidak dicari”.
INTELEKTUAL KREATIF
Untuk menciptakan pasukan intelektual kreatif haruslah kader
khusus, “pasukan elit” yang dalam kesendirian atau kekurangan mampu
menghadapi, melawan, mengantasipasi banyak permasalahan atau
musuh. Intelektual Kreatif haruslah :
1. Diambil secara selektif, kader pilihan yang memiliki minat dan
bakat yang tinggi.
2. Dilatih untuk bisa menyelesaikan permasalahan banyak dengan
potensi bantuan yang sedikit, memiliki kesadaran akan diri yang
mampu mendobrak keterbatasan, percaya akan potensi dan
mampu member kepercayaan pada orang lain.

18

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

3. Dilatih untuk memiliki kemampuan dari ranah paling teknis
sampai ranah paling filosofis (Eksekutor-Professor).

4. Mampu memposisikan diri dengan tepat secara infltratif di jantung
pertahanan musuh untuk merusak sendi paling inti dari kekuatan
musuh.

5. Dimonitoring secara rahasia oleh seorang tutor yang bertugas
membuat arahan, pembagian tugas, mengevaluasi dan membuat
kebijakan dan keputusan strategis. Seorang tutor haruslah yang
memiliki pemahaman filosofis-ideologis-konsep yang kuat juga
matang, pemahaman peta dan permasalahan yang mumpuni
serta jejaring dan kemampuan akses yang kuat juga luas.

Intelektual Kreatif harus diupayakan secara pendidikan hingga
perguruan tinggi, dan sebisa mungkin mampu untuk masuk Perguruan
Tinggi favorit dalam negeri (ITB, Unpad, IPB, UI, UPI, UGM, ITS, UIN, dll)
bahkan luar negeri (Inggris, Prancis, Jerman, Belanda, Rusia, Mesir,
Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Australia dan Amerika). Secara bidang
keilmuan, para intelektual kreatif diupayakan mengisi jurusan-jurusan
bergengsi seperti Tehnik/Rekayasa (Sipil, Planologi, Lingkungan, Industri,
dll), Kedokteran, Sains (Matematika, Fisika, Kimia), Teknologi (IT, Pesawat,
dll), Sosial (Hubungan Internasional, dll) Hukum dan Tata Negara, Ekonomi
(Produksi, SDM, dll), Intelektual kreatif haruslah orang-orang yang
dipersiapkan untuk masuk ke sektor strategis seperti lembaga
pemerintahan (eksekutif, legislatif, yudikatif), kemiliteran (AD, AL, AU),
Professional (swasta/perusahaan, konsultan, media, kedokteran,
pengkajian strategis,dll), sektor riil (pengusaha, pembuat industri),
akademisi (birokrat kampus, sekolah, ilmuwan, dll), tokoh masyarakat
(Kiyai/ulama berwibawa, budayawan, sastrawan).

19

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

BAB III
DESKRIPSI UMUM KEGIATAN
4.1 Nama dan Tema
Muktamar Nasional XXXI Pelajar Islam Indonesia (PII) kali ini
mencanangkan tema “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong
Generasi Unggul Menuju Indonesia Maju”.
Tafsir Tema
- Meneguhkan komitmen maksudnya adalah tri komitmen PII yaitu
kepelajaran, keislaman, dan keindonesiaan. Tri komitmen ini perlu
ditegaskan kembali ke seluruh aktifitas PII.
- Menyongsong merupakan berjalan maju untuk menghadapi
(menempuh) sesuatu yang ada dihadapan kita.
- Generasi unggul. Generasi adalah petanda zaman. Maksudnya, setiap
zaman yang di isi oleh manusia memiliki karakteristik khas tertentu yang
berbeda antara satu zaman dengan zaman lainnya. Disini PII sebagai
organisasi yang bersentuhan langsung dengan generasi muda dimana
generasi tersebut akan mengisi masa depan maka, mempersiapkan
generasi muda agar siap dan mampu menghadapi tantangan
zamannya adalah suatu keharusan. Singkatnya PII berperan
menyiapkan generasi yang unggul.
- Pendidikan sebagai proses transformasi nilai yang berorientasi pada
pembebasan kemanusiaan atau yang dikenal dengan sebutan “insan
kamil”. Oleh sebab itu pendidikan haruslah berupaya menjadikan
manusia menjadi manusia yang sadar akan hakikatnya.
- Profil ideal kader adalah suatu bentuk citra diri kader sekaligus sebagai
tolak ukur manusia unggul. Ada tiga profil ideal kader yaitu Muslim,
Cendekia, Pemimpin.
- Indonesia adalah lahan dakwah PII maka sudah menjadi tanggung
jawab PII untuk menumbuh suburkan lahan tersebut. Menuju Indonesia
maju seperti tertuang dalam komitmen keIndonesiaan bahwa PII akan
bertanggung jawab menjaga kondisi wilayah ini senantiasa kondusif
yang diwujudkan dalam bentuk meningkatkan kuantitas dan kualitas

20

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

sumber daya manusia yang akan membawa Indonesia menjadi negara
yang berdaulat serta menjadi negara setara dengan negara-negara
maju, yang dalam pepatah “duduk sama rendah, berdiri sama tinggi”.
4.2 RANGKAIAN KEGIATAN
Festival Pelajar Unggul
Kegiatan ini merupakan semarak pekan pelajar dengan tema “Pelajar
Unggul Menuju Indonesia Maju” yang terdiri dari rangkaian kegiatan
dibidang:
1. Fokus Ekonomi dengan tema: “Inovasi Pelajar Dalam Meningkatkan

Ekonomi Kreatif”.
2. Fokus Pendidikan dengan tema: “Literasi Pelajar Berbasis Minat

Bakat dan Potensi”.
3. Fokus Gender dengan tema: “Pemberdayaan dan Perlindungan

Anak Sebagai Pilar Ketahanan Nasional”.
4. Fokus Lingkungan dengan tema: “Sayangi Laut, Sayangi Generasi”.
5. Focus Kebangsaan dengan tema: “Pelajar Berkarakter Merawat

Keutuhan Bangsa”.
Festival ini diikuti oleh pelajar sekolah dasar dan menengah, pegiat
pendidikan, dan pejabat instansi terkait.
Pembukaan Kegiatan

Diselenggarakan pada hari Jumat, 21 Maret 2020 hingga selesai.
Diawali dengan penyambutan tamu kehormatan dari Tokoh PII, Menteri
Kabinet Idonesia Maju, Gubernur Maluku Utara dengan kesenian daerah
hingga dibuka oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Ir. H. Joko Widodo.
Persidangan

Kegiatan ini khusus diikuti oleh kader-kader PII dari 30 provinsi
yang diselenggarakan pada tanggal Jumat 21, Maret 2020 bertempat di
Ternate, Maluku Utara.
Agenda Kegiatan
genda kegiatan pembukaan dan sidang-sidang Muktamar Nasional XXXI
PII yang akan dilaksanakan pada 21-25 Maret 2019 di Maluku Utara
sebagaiman terlampir.

21

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

BAB VI
KEPANITIAAN DAN KEPESERTAAN

A. STRUKTUR KEPANITIAAN MUKTAMAR NASIONAL XXXI PII

Penanggung Jawab : Husin Tasrik Makrup Nasution

(Ketua Umum PB PII)

Steering Committee Muktamar Nasional XXXI PII

Ketua : Fadli Islami Nazar

Yanti Febriati

Aris Darussalam

AA Fauzul Adzim

Muhammad Furqan

Organizing Committee Muktamar Nasionla XXXI PII

Ketua : Azeemar Al Alam

Sekretaris : Rafani Tuahuns

Bendahara : Miftah Fajri Ramadhan

Wakil Bendahara : Syafrida Yulia Panjaitan

Divisi-Divisi Organizing Committee Muktamar XXXI PII

Divisi Acara : Hadi Miftahul Falah
: Eneng Huzaematul Badriyah
: Sulaiman Sofyan

Divisi Transfortasi : Rahmad Rivaldi
: Azam Gilas Tirani
: Ikhsan Azhar
: Dimas Sampun

Divis Konsumsi : Sasa Sutarsa
: Syarif Hidayatullah
: Dede Ari Kusuma
: Fahrini Filzani
: Tareq
: Rasyida Hasanah
: Elva Eka Ernawati

22

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

: Qhurrotul Maududa

Divis Perlengkapan : Ilham Ikramullah
: Lata Mau Sandi
: Azmi Al Amin
: M. Hasbi Al Haikal

Divisi Kesekretariatan : Maymuna
: Yaumal Akbar
: Hikam Hulwanullah
: Agiel Al Assafar

Divisi Humas dan Hubungan : Yusuf Salam
Kelembagan : Angga Wijaya
: Ahmad Saufi
: Fajar Iman Hasani
: Budi Santoso W

Divisi Media dan Dokumentasi : Roni
Divisi Keamanan : Hayatun Munawarah
: Riza Hasibuan
: Afian Dwi Prasetyo
: Saniah
: Husni Azam
: Nurul Fajri

Divisi Kesehatan : Erlin Fatinah Haniyah
: Anton Andoko
: Maryatul Giftiyah
: Siti Khumairoh

Divisi Pendanaan : Ujang Gugun Gunawan
: Ade Arfa P. Ramadhan
: Afnan Ihsanul

Divisi Kepesertaan : Abdul Jalil
: Asep Saepul Rohman
: Choirunnisa
: Febi Auzia Ramadhani

23

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

B. Kepesertaan Muktamar Nasional XXXI PII

Kepesertaan sidang-sidang Muktamar Nasional XXXI PII yang akan

dilaksanakan pada 21-25 Maret 2019, merujuk kepada aturan yang telah

disepakati dalam Sidang Dewan Pleno Nasional PII sebagaiman berikut:

A. KETENTUAN UMUM
1. Peserta Muktamar Nasional XXXI PII terdiri dari peserta utusan
dan peninjau.
a. Peserta utusan Muktamar Nasional XXXI PII harus telah
dinyatakan lulus mengikuti Intermediate Training.
b. Peserta peninjau Muktamar Nasional XXXI PII harus telah
dinyatakan lulus Basic Training.
2. Jumlah peserta utusan Muktamar Nasional XXXI PII ditentukan
berdasarkan:
a. Utusan PB PII didasarkan SK kepengurusan terakhir.
b. Utusan PW PII terdiri dari Badan Induk dan Badan Otonom
serta jumlah tambahan ditentukan berdasarkan jumlah PD PII
yang sudah memiliki SK kepengurusan.
c. Utusan PD PII ditentukan berdasarkan jumlah produksi kader
Basic Training.
d. Utusan PK PII terhitung serta bersama utusan PD PII.
3. Setiap rekapitulasi data kepesertaan Basic Training dan
Intermedite Training harus dilaporkan kepada PB PII.
4. PW PII wajib melakukan herregistrasi kepesertaan.
5. Setiap peserta wajib dibuktikan dengan madat dari PW PII.

B. KETENTUAN KHUSUS
1. Jumlah peserta ditentukan dengan ketentuan :
a. Setiap PW PII mengutus 10 (sepuluh) orang peserta yang
terdiri dari 6 (enam) orang utusan Badan Induk dan masing-
masing 2 (dua) orang dari Badan Otonom.
b. PW PII mendapat tambahan peserta utusan dengan
ketentuan:
 3-5 PD PII jumlah tambahan peserta utusan adalah 1
orang kader PII.
 6-8 PD PII jumlah tambahan peserta utusan adalah 2
orang kader PII.
 9-11 PD PII jumlah tambahan peserta utusan adalah 3
orang kader PII.

24

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

 12-14 PD PII jumlah tambahan peserta utusan adalah 4
orang kader PII.

 15-17 PD PII jumlah tambahan peserta utusan adalah 5
orang kader PII.

 18-20 PD PII jumlah tambahan peserta utusan adalah 6
orang kader PII.

 Dst…
2. Utusan PD PII ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

∑ = − 2, dengan ketentuan ke bawah.

10

Dimana:
Ʃ = Jumlah utusan
n = jumlah kader Basic Training sejak bulan Juni 2017 –
Desember 2019.

Jadi PD PII baru dapat mengirimkan utusan ke Muktamar
Nasional XXXI apabila dapat memproduksi sekurang-kurangnya
30 kader sejak bulan Juni tahun 2017 hingga Desember tahun
2019.
3. Utusan PK PII ditentukan dengan ketentuan ; dalam setiap 5
(lima) PK PII yang ada di suatu kepengurusan PD PII dapat
mengutus 1 (satu) delegasi sebagai perwakilan.
4. Peserta peninjau di tentukan 3 (tiga) orang setiap PW PII
5. Sisa peserta utusan dari Musyawarah Badan Otonom menjadi
peninjau
6. Peninjau terdiri atas utusan wilayah dan Pengurus Wilayah
persiapan
7. Herregistrasi dan batas penetapan, sebagai berikut;
a. Herregistrasi dilakukan dengan melampirkan SK terakhir PW

PII, PD PII, dan PK PII.
b. Batas penetapan kepesertaan dilakukan selambat-

selambatnya H-60 hari pada saat pelaksanaan Muktamar
Nasional.

25

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

BAB VII
HARAPAN DAN PENUTUP
Demikianlah Term of Reference ini disusun untuk diperhatikan
sebagai arahan dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan Muktamar PII
XXXI. Semoga PII melangkah lebih cepat seiring dengan zaman dan kader-
kadernya menjadi generasi unggul yang mampu menjawab tantangan
zaman.

STEERING COMMITTEE
MUKTAMAR NASIONAL XXXI
PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)
Fadli Islami Nazar
Yanti Febriati
Aris Darussalam
Aziz Fauzul Adzim
Muhammad Furqan

26

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

Lampiran I

AGENDA KEGIATAN

OPENING CEREMONY DAN

SIDANG-SIDANG MUKTAMAR NASIONAL XXXI PII

HARI/TANGGAL WAKTU AGENDA PENANGGUNG

JAWAB

19 Maret 2019 08.00 – 18.00 Festival Pelajar Unggul OC
20 Maret 2019 08.00 – 18.00 Festival Pelajar Unggul OC

08.00 - 10.00 Registrasi Ulang Peserta, EC

terdiri dari : OC
- Chekin Peserta SC
- Verifikasi Mandat dan SK

Kepengurusan

14.00 - 18.00 Opening Cermony OC

20.00 - 00.00 Sidang Pleno I SC
- Tata Tertib Persidangan
Jumat, 21 Maret 2019 - Agenda Acara

Persidangan
- Pemilihan Presidium

Sidang Tetap
- Pengesahan berlangsung

acara sidang Muktamar

Nasional XXXI PII

00.00 - 08.00 Ishoma

08.00 – 11.30 Sidang Pleno II Presidium

Laporan Perkembangan Sidang

PW/PWK/PD/PK

11.30 – 13.30 Ishoma EC & OC

13.30 – 15.15 Lanjutan Sidang Pleno II Presidium

Sidang

15.15 – 15.45 Istirahat EC & OC

15.45 – 17.45 Lanjutan Sidang Pleno II Presidium

17.45 – 20.00 Ishoma Sidang
20.00 – 23.00 Sidang Pleno III EC & OC
Presidium

Penyampaian LPJ PB PII Sidang

dan penyusunan tanggapan

atas LPJ PB PII serta

dilanjutkan dengan

pendemisioneran PB PII

periode 2017-2020.

23.00 – 08.00 Ishoma EC & OC

27

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

Sabtu, 22 Maret 2019 08.00 – 11.30 Lanjutan Sidang Pleno III Presidium
11.30 – 13.30 - Penyampaian tanggapan Sidang
13.30 – 15.15
15.15 – 15.45 dari PW PII atas LPJ PB EC & OC
15.45 – 17.45 PII Presidium

17.45 – 20.00 Ishoma Sidang
20.00 – 23.00 EC & OC
Lanjutan Sidang Pleno III Presidium
23.00 – 08.00 - Tanggapan PB PII atas Sidang

tanggapan PW PII EC & OC
SC
Ishoma
Presidium
Lanjutan Sidang Pleno III Sidang Komisi
- Tanggapan akhir PW PII
EC & OC
atas LPJ PB PII
- Prosesi pendemisioneran

PB PII periode 2017-

2020.

Ishoma

Sidang Pleno IV

Persidangan Komisi
- Komisi A Falsafah

Gerakan
- Komisi B Khitah

Perjuangan
- Komisi C Anggaran Dasar

dan Anggaran Rumah
Tangga
- Komisi D Garis Besar

Haluan Organisasi
- Komisi E Imamah

Ishoma

28

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

Minggu, 23 Maret 2019 08.00 – 11.30 Lanjutan Sidang Pleno SC
IV Presidium
11.30 – 13.30 - Komisi A Falsafah Sidang Komisi
13.30 – 15.15
15.15 – 15.45 Gerakan EC & OC
15.45 – 17.45 - Komisi B Khitah SC
17.45 – 20.00
20.00 – 23.00 Perjuangan Presidium
23.00 – 08.00 - Komisi C Anggaran Sidang Komisi

Dasar dan Anggaran EC & OC
Rumah Tangga SC
- Komisi D Garis Besar
Haluan Organisasi Presidium
- Komisi E Imamah Sidang Komisi

Ishoma EC & OC
Musyawarah Nasional SC
(Munas) Badan
Otonom Korps PII Wati Presidium
dan Brigade PII Sidang Komisi

Ishoma EC & OC
Lanjutan Musyawarah
Nasional (Munas) Badan
Otonom Korps PII Wati
dan Brigade PII

Ishoma
Lanjutan Musyawarah
Nasional (Munas) Badan
Otonom Korps PII Wati
dan Brigade PII

Ishoma

29

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

Senin, 24 Maret 2019 08.00 – 11.30 Lanjutan Musyawarah SC
11.30 – 13.30 Nasional (Munas) Badan Presidium
13.30 – 15.15 Otonom Korps PII Wati Sidang Komisi
dan Brigade PII EC & OC
15.15 – 15.45 Ishoma Presidium
15.45 – 17.45 Sidang Pleno V
Sinkronisasi hasil-hasil Sidang
17.45 – 20.00 Sidang Komisi, dan
20.00 – 23.00 Musyawarah Nasional Presidium
(Munas) Badan Otonom Sidang
23.00 – 08.00 Korps PII Wati dan
Brigade PII EC & OC
Ishoma Presidium
Lanjutan Sidang
Komisi V Sidang
Sinkronisasi hasil-hasil Panitia
Sidang Komisi, dan Pemilihan
Musyawarah Nasional EC & OC
(Munas) Badan Otonom
Korps PII Wati dan
Brigade PII
Ishoma
Sidang Pleno VI
Pemilihan dan
Pelantikan Ketua
Formatur dan Anggota
Formatour PB PII
Ishoma

30

MUKNAS XXXI PII : “Meneguhkan Komitmen; Menyongsong Generasi Unggul
Menuju Indonesia Maju”

Selasa, 25 Maret 2019 08.00 – 10.00 Sidang Pleno VII Presidium
10.00 – 11.30 Pengajuan dan Sidang
13.30 – 15.00 Penentuan Calon-calon
penyelenggaraan Presidium
Muktamar Nasional Sidang
XXXII PII
Pembacaan EC & OC
Konsederan-konsederan
Hasil Muktamar Nasional
XXXI PII
Penutupan Persidangan
Muktamar Nasional XXXI
PII
Closing Ceremony
Muktamar Nasional
XXXI PII

31


Click to View FlipBook Version