The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Tugas Modul 2.3.a.9. Koneksi Antarmateri – Coaching

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by asep246, 2022-04-02 04:19:19

Modul 2.3 (Coaching)

Tugas Modul 2.3.a.9. Koneksi Antarmateri – Coaching

Modul 2, Sub Modul 2.3
Koneksi Antar Materi
“Modul 2.3.a.9. Koneksi Antarmateri – Coaching“

KESIMPULAN

Secara prinsip dalam modul 2 merupakan modul lanjutan dari modul 1 yakni
Kajian tentang Paradigma dan Visi Pendidik Penggerak. adapun isi modul 1 yaitu
a. Modu 1.1 Filosofi Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara
b. Modul 1.2 : Nilai dan Peran Pendidik Penggerak
c. Modul 1.3 : Visi Pendidik Penggerak
d. Modul 1.4: Budaya Positif

Dalam modul 2, muatannya berisi tentang Pembelajaran yang Berpihak Pada
Murid, yang di dalamnya ada 3 hal yaitu :
1. Pembelajaran berdiferensiasi : rancangan pembelajaran sesuai kesiapan

belajar, minat dan profil belajar murid
2. Pembelajaran sosial emosional : pembelajaran yang memperhatikan aspek

psikologis murid
3. Coaching : mengajukan pertanyaan untuk menggali segala potensi dan

kemampuan yang dimiliki murid dengan tujuan menuntun dan
mengarahkan untuk mencari solusi

Modul 2, Sub Modul 2.3
Koneksi Antar Materi
“Modul 2.3.a.9. Koneksi Antarmateri – Coaching“

Perlu difahami bahwa Pada modul 2, materi terakhir yaitu tentang COACHING,
Dimana Isi Materi Modulnya secara umum yaitu tentang :
1. Konsep Coaching dalam Konteks Pendidikan
2. Komunikasi yang Memberdayakan
3. TIRTA Sebagai Coaching Model

A. Definisi Coaching

Coaching adalah sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada
solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach
memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman
hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari
coachee (Grant, 1999). Coaching merupakan kunci pembuka
potensi seseorang untuk untuk memaksimalkan kinerjanya.
Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar
daripada mengajarinya (Whitmore, 2003)

Selain definisi-definisi yang diungkapkan oleh para ahli yang telah disebutkan di
atas, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai:
“…bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi
pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan
mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif.”
Dari definisi ini, Pramudianto (2020) menyampaikan tiga makna yaitu:

Modul 2, Sub Modul 2.3
Koneksi Antar Materi
“Modul 2.3.a.9. Koneksi Antarmateri – Coaching“

1. Kemitraan. Hubungan coach dan coachee adalah hubungan kemitraan
yang setara. Untuk membantu coachee mencapai tujuannya, seorang
coach mendukung secara maksimal tanpa memperlihatkan otoritas yang
lebih tinggi dari coachee.

2. Memberdayakan. Proses inilah yang membedakan coaching dengan
proses lainnya. Dalam hal ini, dengan sesi coaching yang ditekankan pada
bertanya reflektif dan mendalam, seorang coach dapat menggali,
memetakan situasinya sehingga menghasilkan pemikiran atau ide-ide
baru.

3. Optimalisasi. Selain menemukan jawaban sendiri, seorang coach akan
berupaya memastikan jawaban yang didapat oleh coachee diterapkan
dalam aksi nyata sehingga potensi coachee berkembang.

B. Perbedaannya dengan Mentoring dan Counseling

Modul 2, Sub Modul 2.3
Koneksi Antar Materi
“Modul 2.3.a.9. Koneksi Antarmateri – Coaching“

C. KHD ( Coaching dalam pembelajaran )
Pendekatan coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan
belajar murid dalam pembelajaran di sekolah yang dapat membuat murid
menjadi lebih merdeka dalam mengeksplorasi diri dan mengoptimalisasikan
potensi guna mencapai tujuan pembelajaran.

Coaching merupakan proses kolaborasi yang fokus pada solusi, berorientasi pada
hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa
kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi dari sang
coachee. Coaching merupakan salah satu metode yang efektif untuk diterapkan
dalam bidang pendidikan yang prosesnya berpusat pada siswa. Dengan metode
ini, pendidik dapat mendorong peserta didik untuk menerapkan kemampuan
komunikasi, kolaborasi, berpikir kreatif, Dalam coaching ada proses menuntun
yang dilakukan pendidik sebagai coach kepada murid sebagai coachee untuk
menenemukan kekuatan kodrat dan potensinya untuk bisa hidup sesuai tuntutan
alam dan zaman.

Kesemua konsep itu sejalan dengan pemikiran sang Maestro Pendidikan
Indonesia Ki Hajar Dewantara (KHD) dimana menurutnya pendidikan itu adalah
ada proses menuntun yang dilakukan pendidik untuk mengubah prilaku murid
sehingga dapat hidup sesuai kodratnya baik sebagai individu maupun bagian dari
masyarakat.

Modul 2, Sub Modul 2.3
Koneksi Antar Materi
“Modul 2.3.a.9. Koneksi Antarmateri – Coaching“

Adapun Peran Pendidik sebagai coaching hendaknya tidak mengajarkan atau
menginstruksikan sesuatu, tidak juga memberikan saran atau solusi secara
langsung. Pendidik membantu peserta untuk belajar dan bertumbuh. Bagaimana
caranya? Yaitu dengan mengajukan pertanyaan. Tentu saja bukan sembarang
pertanyaan. Namun pertanyaan-pertanyaan yang dapat memicu kesadaran diri
dan memprovokasi tindakan kreatif, menciptakan suasana nyaman dan rasa
percaya untuk memberikan kebebasan dan kemerdekaan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menjadi murid kuat secara kodrati,
dengan demikian diharapkan pendidik dapat menuntun peserta didik untuk
menemukan solusi di setiap permasalahan dan meraih prestasi terbaik dengan
kekuatan yang dimilikinya.

Ada Empat (4) cara berpikir yang dapat melatih pendidik dalam menciptakan
semangat Tut Wuri Handayani dalam setiap perjumpaan pada setiap proses

Modul 2, Sub Modul 2.3
Koneksi Antar Materi

“Modul 2.3.a.9. Koneksi Antarmateri – Coaching“

komunikasi dan pembelajaran yaitu; murid adalah mitra belajar, emansipasif,
kasih dan persaudaraan dan ruang perjumpaan pribadi.

Murid adalah Mitra Belajar Emansipatif

Memberikan apresiasi kepada murid Proses coaching membuka ruang
sebagai mitra belajar. Pendidik sejatinya emansipatif bagi pendidik dan siswa untuk
memiliki sebuah cara berpikir bahwa merefleksikan kebebasan mereka melalui
dalam proses coaching keduanya kesepakatan dan pengakuan bersama
memiliki kesepahaman yang sama terhadap norma-norma yang mengikat
tentang belajar. Ketika mendengarkan mereka. Ruang emansipatif memberi
murid, pendidik belajar mengenali peluang bagi murid untuk menemukan
kekuatan dirinya juga mengenali kekuatan kodratnya, potensi dirinya, dan
muridnya secara mendalam. Demikian kekuatan yang dimilikinya.
pula sebaliknya, tuntunan yang
diberikan pendidik memberikan ruang
bagisiswa untuk menemukan kekuatan
dirinya sebagai murid dan sebagai
manusia.

Kasih dan Persaudaraan Ruang Perjumpaan Pribadi

Proses coaching sebagai sebuah latihan Proses coaching merupakan sebuah ruang
perjumpaan pribadi antara pendidik dan
menguatkan semangat Tut murid sehingga keduanya membangun rasa
percaya dalam kebebasan masing-masing.
Wuri Kebebasan tercipta melalui pertanyaan-
pertanyaan reflektif untuk menguatkan
Handayan kekuatan kodrat murid.

i yaitu

mengikuti/mendampingi/mendorong

kekuatan kodrat murid secara holistik

berdasarkan cinta kasih dan

persaudaraan tanpa pamrih, tanpa

keinginan menguasai dan memaksa.

Murid adalah seorang manusia yang

memiliki kebebasan untuk

mendapatkan cinta kasih.

Modul 2, Sub Modul 2.3
Koneksi Antar Materi
“Modul 2.3.a.9. Koneksi Antarmateri – Coaching“

D. Keterampilan dasar coaching

Coaching memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk
menggali potensi murid sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi
yang disepakati bersama. Jika proses coaching berhasil dengan baik, masalah-
masalah pembelajaran atau masalah eksternal yang mengganggu proses
pembelajaran dan dapat menurunkan potensi murid akan dapat diatasi.
Mengingat pentingnya proses coaching ini sebagai alat untuk memaksimalkan
potensi murid, pendidik hendaknya memiliki keterampilan
coaching. International Coach Federation (ICF) memberikan acuan mengenai
empat kelompok kompetensi dasar bagi seorang coach yaitu:
1. keterampilan membangun dasar proses coaching
2. keterampilan membangun hubungan baik
3. keterampilan berkomunikasi
4. keterampilan memfasilitasi pembelajaran.

E. Coaching Model TIRTA
Dalam proses coaching ada salah satu model yang biasa digunakan oleh coach.
Model yang dikembangkan dari Salah satu model GROW. Model GROW adalah
kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Goal (Tujuan): coach perlu
mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini;

Modul 2, Sub Modul 2.3
Koneksi Antar Materi
“Modul 2.3.a.9. Koneksi Antarmateri – Coaching“

Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri
coachee; Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan
memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah
rancangan aksi; dan Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam
membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.

Model GROW menjadi pijakan dalam melakukan coaching yang selanjutnya
dikembangkan menjadi model TIRTA yang meliputi langkah-langkah Tujuan
utama pertemuan/pembicaraan; Identifikasi masalah coachee; Rencana aksi
coachee; dan Tanggung jawab/komitmen. Dalam Aksi Aspek berkomunikasi
untuk mendukung praktik coaching antara lain, Komunikasi Asertif menjadi
Pendengar aktif, Bertanya reflektif dan Umpan balik positif.

Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita
ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga
ke hilir potensinya. Anda, sebagai pendidik memiliki tugas untuk menjaga air itu
tetap mengalir, tanpa sumbatan.

Adapun penjelasan model TIRTA ini adalah sebagai berikut
1. Tujuan : Menyampaikan tujuan coaching
2. Identifikasi : Memberikan pertanyaan-pertanyaan dan umpan balik yang

mengarah pada identifikasi potensi coachee
3. Rencana Aksi : Memberikan pertanyaan-pertanyaan dan umpan balik

mengenai rencana aksi coachee dalam menyelesaikan permasalahannya
4. Tanggung jawab : memberikan pertanyaan-pertanyaan dan umpan balik

mengenai komitmen coachee dalam menjalankan rencana aksinya

F. Konsep Komunikasi
Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai proses meneruskan informasi
atau pesan dari satu pihak kepihak yang lain dengan menggunakan media kata,
tulisan ataupun tanda peraga. Empat unsur utama yang mendasari prinsip
komunikasi yang memberdayakan:

Modul 2, Sub Modul 2.3
Koneksi Antar Materi
“Modul 2.3.a.9. Koneksi Antarmateri – Coaching“

1. Hubungan saling mempercayai
2. Menggunakan data yang benar
3. Bertujuan menuntun para pihak untuk optimalisasi potensi
4. Rencana tindak lanjut atau aksi

Empat aspek berkomunikasi yang perlu kita pahami dan kita latih untuk
mendukung praktik Coaching kita.

1. Komunikasi asertif
Berkomunikasi secara asertif akan membangun kualitas hubungan kita dengan
orang lain menjadi lebih positif karena ada pencapaian bersama dan kesepakatan
dalam pemahaman dari kedua belah pihak. Beberapa tips singkat yang dapat
seorang coach lakukan: menyamakan kata kunci, menyamakan bahasa tubuh dan
menyelaraskan emosi.

2. Pendengar aktif
Seorang coach yang baik akan mendengar lebih banyak dan kurang berbicara.
Dalam sesi coaching kita perlu fokus bahwa pusat komunikasi adalah pada diri
coachee, yakni murid kita. Beberapa teknik mendengarkan aktif, sehingga kita
mampu menangkap pesan-pesan yang disampaikan:

 Memberikan perhatian penuh pada lawan bicara kita dalam
menyampaikan pesan.

 Tunjukkan bahwa kita mendengarkan.
 Menanggapi perasaan dengan tepat.
 Parafrase
 Bertanya

3. Bertanya efektif
‘Bertanya’ pada coaching merupakan kemampuan bertanya dengan tujuan
tertentu. Bukan sekedar jawaban singkat yang diharapkan, namun pertanyaan
yang diberikan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal

Modul 2, Sub Modul 2.3
Koneksi Antar Materi
“Modul 2.3.a.9. Koneksi Antarmateri – Coaching“

yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai
dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi
pengembangan potensi diri.

Ada beberapa jenis pertanyaan yang wajib dikuasi oleh pendidikan, yaitu

Modul 2, Sub Modul 2.3
Koneksi Antar Materi
“Modul 2.3.a.9. Koneksi Antarmateri – Coaching“

4. Umpan balik positif
Umpan balik dalam coaching bertujuan untuk membangun potensi yang ada
pada coachee dan menginspirasi mereka untuk berkarya. Coachee memaknai
umpan balik yang disampaikan sebagai refleksi dan pengembangan diri.

Modul 2, Sub Modul 2.3
Koneksi Antar Materi
“Modul 2.3.a.9. Koneksi Antarmateri – Coaching“

Koneksi dengan modul sebelummnya, yakni Modul 1

1. Filosofi KHD : pendidikan bertujuan menuntuh tumbuh kembangnya kodrat
anak sehingga dapat memperbaiki lakunya Dan pembelajaran yang
menciptakan well being yaitu pembelajaran yang perpihak pada murid

2. Nilai & visi pendidik penggerak dan sekolah : menciptakan ekosistem sekolah
dan budaya positif untuk memenuhi kebutuhan belajar individu

Koneksi dengan modul sebelummnya, yakni dengan modul 2.1 dan 2.2, yaitu

1. Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses
pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid
(Tomlinson 2000). Sebelum merancang pembelajaran berdiferensiasi, terlebih
dahulu kita dapat memetakan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan
3 aspek, yaitu aspek kesiapan, minat dan profil murid. Ketiga aspek tersebut
dapat ditelusuri dari murid salah satunya melalui proses coaching. Pembelajaran
berdiferensiasi bertujuan untuk mengoptimalkan pembelajaran dan tentunya
hasil dari pembelajaran murid diperlukan pembelajaran yang dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan belajar murid. Pembelajaran berdiferensiasi dapat
memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang
optimal karena Pembelajaran berdiferensiasi berakar pada pemenuhan
kebutuhan belajar murid dan pendidik merespon kebutuhan belajar murid
tersebut.

2. Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional
Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara
kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak
dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.
Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan untuk 1) memberikan pemahaman,

Modul 2, Sub Modul 2.3
Koneksi Antar Materi
“Modul 2.3.a.9. Koneksi Antarmateri – Coaching“

penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi 2) menetapkan dan
mencapai tujuan positif 3)merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain
4)membangun dan mempertahankan hubungan yang positif serta 5)membuat
keputusan yang bertanggung jawab. Dalam membimbing murid membuat
keputusan yang bertanggung jawab salah satunya dapat dilakukan dengan proses
coaching.
Pembelajaran Sosial-Emosional berbasis kesadaran penuh untuk mewujudkan
kesejahteraan (well-being). Kompetensi Sosial Emosional tersebut yaitu
kesadaran diri (pengenalan emosi), pengelolaan diri (pengenalan emosi dan
fokus), kesadaran diri (empati), keterampilan sosial (resiliensi) dan pengambilan
keputusan yang bertanggungjawab.

3. Dan secara spesifik Konektivitas Coaching dengan Pembelajaran
Berdiferensiasi dan Sosial Emosional yakni bahwa Sistem Among yang dianut
Ki Hajar Dewantara menjadikan pendidik dalam perannya bukan satu-satunya
sumber pengetahuan melainkan sebagai mitra peserta didik untuk melejitkan
kodrat dan irodat yang mereka miliki, apa yang dilakukan?, salah satunya
adalah mengintegrasikan pembelajaran berdifrensiasi kedalam pembelajaran,
dimana pembelajaran harus disesuaikan dengan minat, profil dan kesiapan
belajar, sehingga pembelajaran dapat mengakomodir kebutuhan individu
peserta didik, dalam hal ini “KHD mengibaratkan bahwa pendidik adalah
petani, dan peserta didik adalah tanaman dan setiap individu peserta didik
adalah tanaman yang berbeda, jika tanaman padi membutuhkan banyak air,
tentu akan berbeda perlakuan terhadap tanaman jagung yang justeru
membutuhkan tempat yang kering untuk tumbuh dengan baik”.

Selain itu pendekatan Sosial dan Emosional dalam praktek coaching juga
sangat diperlukan, Melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan
pendidik, peserta didik akan menemukan kedewasaan dalam proses berfikir
melalui kesadaran dan pengelolaan diri, sadar akan kekuatan dan kelemahan
yang dimilkinya, mengambil prespektif dari berbagai sudut pandang sehingga
sesuatu yang menjadi keputusannya telah didasarkan pada pertimbangan
etika, norma sosial dan keselamatan.

Modul 2, Sub Modul 2.3
Koneksi Antar Materi
“Modul 2.3.a.9. Koneksi Antarmateri – Coaching“

4. Maka Pembelajaran yang berpihak pada murid, sehingga murid merasa aman,
nyaman dan menyanangkan dal am terlihat pada Penerapan pembelajaran
yang berdifensiasi, pembelajaran sosial emosiaonal dan coaching
Untuk Merdeka Belajar, ternyata melalui pembelajaran yang berpihak pada
murid, dapat mewujudkan murid yang merdeka dan berkembang sesuai
potensinya dan tujuannya akhir dariProfil Pelajar Pancasila yaitu terciptanya
well being murid

REFLEKSI

Apabila ingin mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid, ternyata hal
itu tidaklah mudah dan sederhana, butuh komitmen, waktu, tenaga, pemikiran
dan dana, serta hal yang menunjang lainnya. Sikap ini perlu dimiliki oleh setiap
pendidik, sehingga cita-cita bisa menjadi, tidak hanya impian yang sudah menjadi
harapan
Ada banyak cara dan langkap pendidik untuk menggapai itu misalnya yaitu
dengan terus meningkatkan kompetensinya. Pendidik itu dituntut untuk
mengetahui dan memenuhi kebutuhan belajar tiap murid yang berbeda-beda
dengan memberikan pembelajaran berdiferensiasi. pendidik harus bisa
mengenali emosi dan membangun hubungan sosial-emosional dengan murid,
dan juga pendidik harus bisa menjadi seorang coach bagi murid-muridnya dalam
rangka mengembangkan segala potensi yang ada pada murid. Pendidik yang
berperan sebagai coach menunjukan sebuah pembelajaran yang berpihak pada
murid. Untuk itu marilah kita semua belajar dan terus belajar demi kemajuan dan
perkembangan murid-murid kita.


Click to View FlipBook Version