PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 1 CANGKUANG Jl. Tenjolaya Desa Ciluncat Kec.Cangkuang Kab.Bandung Tel (022) 85935166 Kode Pos 40377 Email:[email protected] RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL) PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL BIMBINGAN KLASIKAL TAHUN AJARAN 2023/2024 Komponen : Layanan Dasar Bidang Layanan : Pribadi Topik / Judul : Stop Cyberbullying Kelas / Semester : IX / Ganjil Alokasi Waktu : 2 x 40 mnt Pembelajaran Emosional : Kesadaran diri , Manajemen diri, Kesadaran sosial. 1 Tujuan Layanan 1. Peserta didik dapat memahami apa pengertian dan bentuk-bentuk cyberbulyying dimedia sosial melalui diskusi 2. Peserta didik dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk cyberbulyying di media sosialmelalui diskusi 3. Peserta didik dapat memilih tindakan pencegahan cyberbullying di media sosial dengan membuat rencana tindakan pencegahan 4. Peserta didik dapat menyusun rencana tindakan pencegahan cyberbullying di media sosial melalui karya yang dibuatnya dan diunggah di media sosial miliknya 5. Dengan memulai kegiatan setiap hari dengan kesadaran akan tujuan yang jelas diharapkan dapat melatih murid untuk menyadari tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. 6. Dengan menulis pengalaman bekerjasama dalam kelompok diharapkan dapat melatih murid dapat memahami apa yang dirasakanya saat berdiskusi dan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas mengenali emosinya sendiri dan melatih murid dalam menentukan atau memilih alternative lain dalam merespon diskusi. 7. Dengan melibatkan murid dalam membuat kesepakatan kelas diharapkan dapat melatih murid C4 C5 C6 KSE KSE
untuk dapat bertanggungjawab atas keputusan yang diambil secara bersama- sama. 8. Dengan melakukan refleksi pembelajaran diharapkan dapat melatih murid untuk mengungkapkan perasaanya dan mengenal emosinya secara sadar (KSE) 9. Dengan Membuat Jurnal Diri diharapkan dapat melatih murid untuk dapat memahami apa yang dirasakanya, mengenali emosinya sendiri dan menuangkannya dalam buku Melatih murid untuk merefleksi hasil dari jurnal diri yang sudah dibuat agar dapat memperbaiki emosinya (bila negatif) di hari esok (KSE) KSE KSE KSE 2 Metode, Alat/Media, Sumber 1. Metode: Sinema edukasi 2. Alat / Media : video youtube dengan link https://www.youtube.com/watch?v=7904dYwNyH8 LKPD,Sticky note. Sumber: https://jurnalpost.com/maraknya-cyber-bullying-di-zamanmilenial-melalui-media-sosial/26874/ 3 TEKNIK PEMBELAJARAN KOMPETENSI SOSIAL EMOSIONAL ➢ Memulai kegiatan setiap hari dengan kesadaran akan tujuan yang jelas. ➢ Menulis pengalaman bekerjasama dalam kelompok. ➢ Melakukan refleksi bimbingan. ➢ Membuat Jurnal Diri. 4 Langkah-langkah Kegiatan Layanan 1. Tahap Awal a) Membuka kegiatan dengan salam, berdoa, presensi dan pembinaan hubungan baik dengan peserta didik b) Memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan tentang bullying di media sosial c) Guru memulai kegiatan setiap hari dengan kesadaran akan tujuan ( mindfullness ) dengan iringan musik yang menenangkan. Kegiatan ini bertujuan siswa dapat menghargai diri sendiri sehingga menyadari tujuan yang ingin dicapai dalam layanan. d) Menanyakan kesiapan kepada peserta didik dalam
melaksanakan kegiatan 2. Tahap Inti Pertemuan 1 a) Peserta didik membuka link video youtube tentang cyberbullying b) Peserta didik mengulas video yang baru dilihatnya melalui link yang sudah dibagikan c) Guru BK membagi siswa untuk berpasangan. Siswa saling memberikan penjelasan tentang Cyberbullying ( saling bertukar informasi ), apakah pernah melakukan atau pernah menjadi korban cyberbullying. d) Guru BK memberikan LKPD di masing – masing meja kelompok tentang identifikasi Cyberbullying dan dampaknya. Siswa akan mengerjakan LKPDdengan cara berpidah dari meja kelompok satu ke kelompok berikutnya secara bergantian. Peserta didik secara sukarela menayampaikan hasil diskusi secara bergantian e) Selanjutnya peserta didik dapat membuat karya sebagai bentuk pencegahan terhadap cyberbullying, baik berupa mind map, artikel, gambar/ poster, komik,video ataupun puisi sesuai minatnya masing-masing. Pertemuan 2 1. Peserta didik mempresentasikan hasil karyanya di kelas 2. Peserta didik memberikan umpan balik terhadap hasil karya temannya 3. Peserta didik mengunggah karyanya di media sosial sebagai bentuk KampanyeStop Cyberbullying atau ‘Belajar Daring tanpa Cyber Bullying’ 3. Tahap Penutup a. Guru dan murid melakukan refleksi bimbingan (dengan melakukan refleksi pembelajaran diharapkan dapat melatih murid untuk mengungkapkan perasaanya dan mengelola emosinya secara sadar). Guru memberikan kesempatan pada murid untuk merefleksi proses layanan yang sudah diikuti (apa yang disukai/mudah/menantang/ingin dipelajari lebih lanjut sebelum melanjutkan materi berikutnya ). b. Guru meminta murid menuliskan hasil refleksi pembelajaran KSE – Kesadaran diri – Mengetahui emosi diri KSE (Kesadaran Sosial – mampu mengambil perspektif orang lain) Diferensiasi proses (kesiapan belajar) Diferensiasi produk
dalam Jurnal diri.Guru meminta murid menyiapkan sebuah buku tulis yang akan mereka sebut sebagai buku jurnal. Guru meminta mereka menggambarkan ataupun menulis tentang apa yang ada didalam pikiran dan apa yang dirasakan mereka setelah melakukan berbagai kegiatan pada hari tersebut.Tuliskan apa yang menarik? Apakah hal baru yang saya lihat? Apakah yang berubah dalam perasaan dan pikiran? Apakah yang ingin dipelajari lebih lanjut? c. Guru menutup layanan sesuai dengan prosedur rutin (salam, terimakasih, doa,serta memotivasi murid agar tetap semangat belajar di rumah d. Guru BK memberikan apresiasi atas partisipasi aktif siswa dalam proses layanan. 4. Evaluasi a) Evaluasi Proses Memperhatikan proses layanan terutama keaktifan dan sikap peserta didikdalam mengikuti kegiatan layanan b) Evaluasi Hasil : Evaluasi dengan instrumen yang sudah disiapkan, antara lain mencakup : 1. (Understanding) pemahaman peserta didik terhadap materi cyberbullying 2. (Comfortable) sikap/perasaan yang dialami peserta didik setelah menerimalayanan informasi tentang Belajar Daring tanpa Cyberbullying 3. (Action) rencana Tindakan yang akan diambil peserta didik setelahmenerima layanan informasi dalam bentuk karya 5. Tindak Lanjut Memberikan tindak lanjut layanan bagi peserta didik yang membutuhkan, misalnya 1. Bimbingan kelompok untuk lebih memahami pencegahan terhadap cyberbullying 2. Konseling Individu bagi peserta didik jika ada yang mengalami bullying di mediasosial Diferensiasi produk KSE (Management Diri – Memahami tindakan apa yang akan dilakukan untuk informasi yang diterima )
Lampiran: 1. Hasil pemetaan kebutuhan belajar siswa (berdasarkan minat, kesiapan belajar dan gaya belajar) 2. Materi 3. Instrumen evaluasi Mengetahui, Bandung, Juli 2023 Kepala SMPN 1 Cangkuang Guru BK Dr. Hj. Nenden Surtini, M.Pd. Novia Fauziyah Kurnia S, S.Sos. NIP. 197001211998022004 NIP. 199711122022212004 Implementasi KSE dalam RPL BK No KSE Kegiatan dalam RPL BK 1 Kesadaran Diri-Mengetahui emosi diri Membuka kegiatan layanan melalui latihan bernafas dengan kesadaran penuh (mindfulness ) dengan iringan musik yang menenangkan. Kegiatan ini bertujuan siswa dapat menghargai diri sendiri sehingga menyadari tujuan yang ingin dicapai dalam layanan. 2 Management Diri – Memahami tindakan apa yang akan dilakukan untuk informasi yang diterima. Melalui kegiatan refleksi: • Bagaimana perasaan kalian setelah mengikuti kegiatan ini? • Tuliskan apa yang menarik? • Apakah hal baru yang saya lihat? • Apakah yang berubah dalam perasaan dan pikiran? • Apakah yang ingin dipelajari lebih lanjut? 3 Kesadaran Sosial – mampu mengambil perspektif orang lain Siswa secara berpasangan saling memberikan penjelasan tentang Cyberbullying ( saling bertukar informasi ), apakah pernah melakukan atau pernah menjadi korban cyberbullying.
Lampiran 2 Materi Maraknya Cyber Bullying di Zaman Milenial Melalui Media Sosial JurnalPost – Zaman modern dan era digital yang begitu berkembang pesat membawakan dampak perubahan pada kehidupan sosial manusia. Dimensi digital dan teknologi membawa banyak pengaruh dan perubahan gaya hidup, tatanan sosial dan sampai pada nilai moral kemanusiaan yang berkembang. Perkembangan teknologi informasi mempengaruhi perilaku masyarakat. Dimana sekarang banyak sekali manusia menggunakan media sosial untuk berkomunikasi. Di media sosial banyak orang memposting kata-kata hinaan, ujaran kebencian, dan penyebaran berita hoax yang merugikan banyak pihak. Krisis etika dalam bermain media sosial kerap terjadi dalam komunikasi digital. Kasus yang paling sering ditemukan di era modern ini adalah kasus cyber bullying melalui media sosial yang sudah memakan banyak korban sehingga korban mengalami depresi. Cyber bullying merupakan bentuk tindak kejahatan yang berlangsung di dunia maya dengan tujuan merendahkan, mengintimidasi atau mencemarkan nama baik dengan memberikan komentar kasar, ancaman, cacian, pelecehan dan penindasan di dunia maya. Sebelum terjadi cyber bullying di media sosial, bullying adalah sesuatu yang dilakukan secara tatap muka. Namun sekarang orang dapat menindas orang lain secara online atau secara anonim. Dampak cyber bullying tergolong dahsyat dan kejam karena mampu merusak mental psikologis seseorang. Cyber bullying di media sosial meninggalkan jejak digital seperti tulisan, video dan foto. Cyber bullying lebih mudah dilakukan dari pada kekerasaan konvesional karena si pelaku tidak perlu berhadapan muka dengan orang lain yang menjadi targetnya. Banyak sekali oknum yang tidak bertanggung jawab dengan sengaja melakukan bullying terhadap orang lain yang mungkin tidak mereka kenal sebelumnya. Bagaimana bentuk-bentuk bullying ?
Yang pertama yaitu Flamming, pertengkarang dengan melibatkan kemarahan dan bahasa vulgar yang dilakukan secara online. Yang kedua yaitu Harassment, pesan yang buruk dan menghina yang dikirim secara berulang. Yang ketiga yaitu Denigration, membuat rumor negatif hingga merusak relasi korban. Yang keempat yaitu Outing, menyebarkan rahasia, informasi atau gambar yang memalukan orang lain secara online. Yang kelima yaitu Exlusion, pengabaian secara sengaja dan kejam kepada orang lain dalam suatu forum online. Tahun 2021 masih banyak kasus cyber bullying yang menimpa kalangan remaja. Sebanyak 60% remaja mengaku banyak mengalami bullying dan 87% lainnya pernah mengalami perundungan secara online. Remaja adalah individu yang paling rentan mengalami bullying, karena mereka cenderung lebih aktif di media sosial dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa orang tua dan anak-anak juga bisa mendapatkan cyber bullying. Cyber bullying ini bukan hal yang ringan, kasus ini harus kita tanggapi secara serius karena memiliki dampak buruk pada korbannya. Jika terus dibiarkan kondisi ini akan terus memperluas akarnya dan dapat menyebabkan kerusakan moral. Jika kita berbicara tentang hukum, cyber bullying termasuk dalam undang-undang hukum pidana dan “ UU No. 11 Tahun 2008” tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (“UU ITE”) . Kemungkinan jika cyber bullying tidak ada dalam undangundang hukum pidana mungkin orang-orang akan terus berasumsi bahwa bullying adalah perilaku yang di terima secara sosial dan diwajarkan. Perlunya ada edukasi mengenai etika bersosial media. Semua orang harus tahu bahwa tindak tanduk segala kegiatan kita bisa terekam dalam dunia digital. Buruknya etika bermedia sosial seorang netizen disebakan oleh sekelompok masyarakat yang menggunakan media sosial sebagai tempat untuk menyampaikan pendapat yang tidak bisa diutarakan. Netizen berpendapat dengan cara berkomentar di postingan orang lain. Komentar negatif yang ditunjukan oleh netizen juga dapat dipengaruhi dengan
kondisi sosial yang sedang terjadi pada saat ini, yang menyebabkan sosial media bukan hanya ruang untuk menyampaikan informasi berkomunikasi satu dengan lainnya. Jagad media sosial jadi tak ramah dan mengabaikan etika berkomunikasi menjadi liar. Di media sosial banyak orang-orang yang mempunyai akun anonim invisible, sehingga orang bisa berkomentar apapun menjadi liar dan toxic tanpa di kenali identitasnya. Penggunaan media sosial secara tidak etis telah mengakibatkan pelanggaran privasi pribadi. Meskipun terdapat banyak manfaat yang berasal dari penggunaan media sosial secara efektif, dan menyebabkan beberapa risiko yang tidak mudah dihindari terkait dengan penggunanya. Maka dari itu diperlukan perhatian yang lebih besar menyangkut apa yang hendak di posting di media sosial. Penggunaan media sosial secara berlebihan dapat mengakibatkan perubahan norma perilaku dan sosial, serta meningkatkan cyber crime. Media sosial memang seperti pisau bermata dua. Di satu sisi dapat dipergunakan sebagai sarana komunikasi namun di sisi lain dapat pula menimbulkan permusuhan aksi cyber bullying. Tampaknya etika bersosial media semakin lama semakin penting untuk mendapat perhatian serius. Seharusnya dengan berkembangnya teknologi informasi yang sangat pesat menuntut kita lebih sadar. Kita harus bisa meyikapi informasi yang berkembang di sosial media, manahan diri untuk tidak menajdi pelaku bullying. Sebab apa yang kita sampaikan dapat kembali kepada kita baik buruknya. Mari kita bekali diri kita dengan literasi digital dan etika ketika berinteraksi di sosial media maupun di real life. Cara mencegah perilaku cyberbullying: 1. “Perlakukan orang sebagaimana kamu ingin diperlakukan” Aturan ini berlaku di kehidupan nyata, maupun di dunia maya. Usahakan untuk senantiasa bertanya pada diri sendiri, mengenai efek yang akan mereka rasakan, apabila menerima pesan-pesan negatif dari orang lain. Apabila timbul masalah dalam lingkungan pertemanan,, maka ingatlah untuk menerapkan pentingnya diskusi sehat bahwa konfrontasi dengan ujaran negatif di jejaring sosial bukanlah solusi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.
2. “Saring sebelum sharing” Upayakan untuk senantiasa berhati-hati dalam mengirimkan pesan, maupun berkomentar melalui media dan jejaring sosial karena begitu mereka mengklik tombol “kirim”, akan sulit untuk menarik hal yang telah diucapkan tersebut. Begitu mengirimkan candaan kepada penerima pesan. Sebab, ada kalanya penerima pesan memiliki persepsi yang berbeda dalam memandang candaan yang dikirimkan.Misalnya,bahwa komentar mengenai fisik seseorang, sebaiknya tidak lelucon. Terlebih bagi orang lain, komentar itu dapat menjadi sangat menyakitkan. 3. “Hanya kirimkan pesan-pesan yang positif” Selalu saring isi pesan yang hendak disampaikan. Hindarkan mengirimkan katakata kasar, tidak sopan, sindiran, hingga kebohongan seperti hoaks, rumor, dan gosip. Anda disarankan untuk memperkenalkan cyberbullying beserta dampaknya, serta mengajarkan mereka untuk merespons aksi perisakan tersebut. 4. “Jangan ikuti teman yang melakukan bully” Adanya grup chat mungkin menjadi daya tarik bagi anda, dalam mengakses aplikasi jejaring sosial. Anda mungkin tidak menjadi pelaku cyberbullying. Namun bukan mustahil, perilaku tersebut menular dari teman- temannya yang lain. Apabila anda menjadi korban cyberbullying: 1. Stand Up, lawanlah dengan tidak membalas komennya 2. Speak Up, Bicaralah atau ceritakan pada guru atau orangtua 3. Stay Away, jauhi pembully, blok atau report postingannya STOP CYBER BULLYING ! BULLYING IS A HORRIBLE THING!
Lampiran 3 Instrumen Evaluasi EVALUASI PROSES Lembar Observasi Guru BK Keterangan : 1. Skor minimal yang dicapai adalah 1x8 = 8, dan skor tertinggi adalah 4x8 = 32 2. Kategori hasil : a. Sangat Baik = 28 - 32 b. Baik = 23 - 27 c. Cukup = 18 - 22 d. Kurang = .... – 17
Lembar Refleksi Peserta Didik Keterangan : 1. Skor minimal yang dicapai adalah 1 x 5 = 5 Skor maksimal yang dicapai adalah 4 x 5 = 20 2. Kategori hasil a. Sangat baik = 16 - 20 b. Baik = 11 - 15 c. Cukup = 6 - 10 d. Kurang = …. – 5
EVALUASI HASIL Understanding (pemahaman baru) Peserta didik memahami materi tentang Cyberbullying melalui karya yang diunggah. Comfortable (Sikap) Petunjuk : Berilah tanda cek (V) pada kolom YA jika pernyataan sesuai dengan kondisi anda dan berilah tanda cek (V) pada kolom TIDAK jika pernyataan tidak sesuai dengan kondisi Anda! Rubrik Ketercapaian : Action (Tindakan) Peserta didik diminta untuk: a. Membuat karya berdasarkan pemahamannya tentang cyberbullying sesuai dengan minatnya masing-masing baik berupa mind map, artikel, gambar/ poster, komik, video ataupun puisi. b. Memberikan balikan pada hasil karya temannya c. Mengunggah hasil karyanya di media sosial.