The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini berisi tentang refleksi dwimingguan CGP dalam proses mempelajari modul 2.1 tentang Pembelajaran Beriferensiasi

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by hadiyantiutami, 2022-10-01 00:59:28

REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 2.1

Buku ini berisi tentang refleksi dwimingguan CGP dalam proses mempelajari modul 2.1 tentang Pembelajaran Beriferensiasi

Keywords: Reflesi dwimingguan,Pendidikan calaon guru penggerak,pembelajarn berdiferensiasi

1

“Serupa seperti para pengukir yang memiliki
pengetahuan mendalam tentang keadaan

kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara
mengukirnya. Seperti itulah

seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan
mendalam tentang seni mendidik,

Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup
lahir dan batin.”

(Ki Hajar Dewantara).

Kalimat inilah yang pertama kali membuat saya
termenung , berpikir dan tersadar. Seorang guru perlu seni
dalam mendidik. Murid seperti kayu, bedanya murid
bukan benda mati namun manusia yang hidup baik lahir
dan batinnya. Setiap kayu punya tekstur, bentuk, warna
yang berbeda-beda dan inilah gambaran murid-murid
kita. Mereka tidak sama antara satu dengan yang lainnya.
Melalui tangannya guru mengukir murid-muridnya.
Namun cara mengukirnya akan berbeda-beda, termasuk
alat yang dipakai untuk mengukir juga berbeda beda.
Butuh ide dan kreativitas untuk bisa mencipta ukiran yang
indah.

2

Kali ini saya mempelajari materi tentang
pembelajaran diferensiasi. Pembelajaran yang membuat
saya tersadar bahwa ternyata selama ini yang saya
lakukan belumlah cukup untuk menggambarkan apa yang
disebut dengan pembelajaran diferensiasi. Selama ini saya
memperlakukan murid dengan cara, metode dan strategi
yang sama termasuk juga saat murid mengerjakan dan
mengumpulkan tugas maka hasil pekerjaannyapun dalam
bentuk yang sama. Saya pernah memberikan cara berbeda
membantu murid saya belajar, namun saya lakukan itu
saat saya tahu bahwa murid saya mengalami kesulitan
belajarnya. Dan itu terjadi pada saat proses pembelajaran
berlangsung. Saya baru mencari cara agar mereka dengan
lebih mudah mempelajari materi tersebut.

Saat saya mempelajari modul 2.1 ini barulah
saya pahami tentang apa itu pembelajarn diferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha guru untuk
menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk
memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut
Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang
mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi,
seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk

3

merespon kebutuhan belajar murid. Murid memiliki
kebutuhan belajar yang berbeda-beda, latar belakang yang
berbeda-beda, punya cara belajar yang berbeda-beda dan
punya kesenangan atau hoby yang berbeda-beda pula. Hal
inilah yang memunculkan adanya keanekaragaman murid
dan tugas guru adalah memahami adanya kebutuhan
belajar murid yang berbeda beda tsb. Saya pun
mempelajari bahwa keanekaragaman murid bukan berarti
bahwa seorang guru harus mengajar dengan cara-cara
yang berbeda. Bukan pula memberi tugas berbeda-beda
pada setiap muridnya ataupun juga soal yang berbeda-
beda. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti
guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang
pintar dan yang kurang dengan yang kurang.
Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses
pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya
kemudian harus membuat beberapa perencanaan
pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke
sana kemari untuk membantu muridnya satu satu secara
individu dalam waktu yang bersamaan.

4

Beberapa pemahaman tentang pembelajaran
diferensiasi itulah yang berulangkali saya harus pahami
dan maknai. Ada rasa kawatir saya akan salah
mengartikan yang pada akhirnya nanti akan berpengaruh
ketidaktepatan dalam menyusun rencana pembelajaran
untuk materi pembelajaran yang akan saya berikan untuk
murid-murid saya. Akhirnya sayapun kembali
mempelajari dan terus berusaha memahami seperti
apakah pembelajaran berdiferensiasi ini. Pembelajaran
berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk
akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang
berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-

5

keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait
dengan:
1. Tujuan Pembelajaran harus terdefinisikan secara

jelas. Bukan hanya guru murid-murid juga harus
pahan dan jelas akan tujuan pembelajarn ini
2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon
kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana guru
akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk
memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut.
Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber
yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan
serta penilaian yang berbeda.
3. Bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar
yang “mengundang’ murid untuk belajar dan
bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang
tinggi. Bagaimana guru memastikan setiap murid di
kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk
mereka di sepanjang proses belajar mereka.
4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru
menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang
memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga
struktur yang jelas, sehingga walaupun murid

6

melakukan kegiatan yang mungkin berbeda-beda,
namun kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru
menggunakan informasi yang didapatkan dari proses
penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat
menentukan murid mana yang masih ketinggalan,
atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu
mencapai tujuan belajar yang ditetapkan, dan
kemudian menyesuaikan rencana dan proses
pembelajaran.

Hal berbeda, untuk pertama kalinya saya sebagai
guru menyusun rencana program pembelajaran (RPP)
diferensiasi. Begitu semangatnya saya berusaha
menyusun dengan terlebih dahulu saya mengamati dan
berusaha memetakan peserta didik yang akan saya ajar.
Ada 3 aspek yang saya perhatikan untuk mengetahui
kebutuhan belajar murid, yaitu kesiapan belajar murid
(readiness), minat murid dan profil belajar murid. Hal
baik yang saya dapatkan adalah saya merasa saat ini
saya menjadi guru yang lebih baik yang berupaya
memahami murid-murid saya yang selama ini tak begitu
saya perhatikan mulai awal pembelajaran dari materi yang

7

akan saya berikan. Ada kesulitan selama proses ini
berlangsung karena saya harus menyediakan waktu
khusus dan cukup untuk mempelajari murid-murid mulai
dari mencari informasi dan menyiapkan rencana lain
sebagai upaya untuk memetakan mereka. Saya berusaha
untuk mengatasi kesulitan itu. Saya berusaha fokus
selama saya menyiapkan RPP tersebut. Pertama yaitu
tentang kesiapan belajar, adalah upaya untuk
mendapatkan informasi tentang apakah pengetahuan atau
keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan
pengetahuan atau keterampilan baru yang akan diajarkan.
Adapun tujuan memperhatikan kebutuhan belajar murid
berdasarkan tingkat kesiapan belajar ini adalah untuk
memastikan bahwa semua siswa diberikan pengalaman
belajar yang menantang secara tepat (Santangelo &
Tomlinson (2009) dalam Joseph et.al (2013: 29)). Kedua
tentang minat, Minat merupakan suatu keadaan mental
yang menghasilkan respons terarah kepadasuatu situasi
atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan
kepuasan diri.Tomlinson (2001: 53). Saya menayadarti
bahwa minat minat adalah salah satu motivator penting
bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses

8

pembelajaran. Akhirnya memunculkan ide bagi saya
untuk mencari cara dan strategi bagaimana saya dapat
mempertimbangkan, mempertahankan atau menarik
minat murid-murid saya dalam belajar. Berikutnya yang
ketiga adalah profil belajar yaitu tentang cara-cara
bagaimana murid sebagai individu paling baik belajar.
Tujuan dari memperhatikan kebutuhan belajar murid
berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan
kesempatan kepada murid untuk belajar secara alami dan
efisien. Dari ini saya menyadari bahwa setiap murid
memiliki profil belajar sendiri. Dan kesadaran ini
membuat saya termotivasi untuk memvariasikan metode
dan pendekatan mengajar. Saya tidak lagi memaksakan
pada mereka untuk mengikuti gaya belajar saya atau
bahkan menyamaratakan cara mereka untuk belajar. Saya
sadar mereka punya kelebihan dan juga kelemahan, mana
yang bisa dikembangkan dan mana yang bisa diperbaiki
dan mana yang akan dikuatkan.

9

Merasa lebih nyaman, lebih memahami
mereka, dan bisa memposisikan diri sesuai dengan
kebutuhannya itulah yang saya rasakan selama proses
pembelajaran berlangsung. Berdiri di depan meraka,
berada ditengah mereka dengan suasana nyaman dan
senang itulah yang ingin diciptakan. Dan kini semakin
saya rasakan. Terlihat antusias mereka saat mengikuti
pembelajaran saya. Saat materi dijelaskan nampak di
wajah meraka muka senang dan siap untuk belajar. Saat
saya ajak mereka berdiskusi, tidak lagi ada keheningan
karena diamnya mereka, namun sekarang secara berganti
mereka saling bercakap dan berdikusi. Dan saat
mengerjakan tugas, mereka begitu antusias menanyakan
cara mereka untuk menyelesaikannya. Ekspresi ceria
ketika saya persilahkan mereka untuk menentukan sendiri
cara belajarnya dan cara mereka menyelesaikan tugasnya,
terbuka berkreativitas menampilkan hasil projeknya.
Sesekali saya persilahkan mereka mencarai tempat yang
nyaman untuk meraka belajar. Begitu variatif dan kreatif
hasilnya, merekapun saling support pada hasil karya
teman-temannya. Bahkan yang lebih membahagiakan
adalah saya melihat mereka mau berbagi pengalaman

10

hasil belajarnya pada teman-temannya serta bersedai
membantu temannya yang mengalami kesulitan. Inilah
yang paling membahagiaan dan saya syukuri.
Suasana belajar yang belum pernah saya temuai
sebelumnya.

Selama proses belajar tentang pembelajaran
diferensiasi dan praktik yang saya lakukan, ada beberapa
pembelajaran yang saya dapatkan yaitu bahwa:
1. Murid SMK yang berada pada usia remaja tidaklah

suka jika mereka terlalu dibatasi, mereka suka akan
kebebasan, mereka suka dengan hal-hal yang baru,
dan mereka akan merasa tertantang, namun peran
guru tetap membimbing dan mengarahkan ke hal baik
sesuai tujuan dan harapan murid.
2. Ketika murid dimerdekakan mereka akan bisa
menemukan jati dirinya, keinginannya dan
tujuannya, menemukan jalan keluar atas masalahnya
serta akan muncul ide dan kreatifitasnya. Dan tugas
guru adalah menuntunnya
3. Murid akan lebih dekat dengan gurunya,
menunjukkan empati dan hormatnya tanpa diminta
oleh gurunya, jika seorang guru juga mampu

11

menunjukkan pada mereka kalau ia juga memahami
mereka, berusaha memenuhi kebutuhannya,
menunjukkan empati dan simpatinya sebagai wujud
kasih sayangnya.
4. Melalui pembelajaran diferensiasi tujuan
pembelajaran tercapai dan prestasi murid juga
meningkat.

Hal lain juga terjadi pada diri saya yang tidak
saya pikirkan sebelumnya, yaitu ternyata saya mampu
membuat murid-murid saya lebih mandiri dan percaya
diri, merubah mereka dari sikap pasif menjadi aktif.
Kadang tiba-tiba muncul ide baru untuk melayani
kesulitan yang mereka hadapi pada setiap/sekelompok

12

invidu. Pengalaman belajar yang mampu merubah saya
menjadi lebih baik.

Saat ini yang menguatkan saya adalah harapan
saya. Seandainya saya terus melakukannya terbayang
wajah murid-murid saya di masa depannya nanti. Dan
saya juga berharap saya tak sendiri melakukannya, namun
semua guru juga melakukan hal yang sama, tergerak dan
bergerak bersama, sehingga proses pembelajaran akan
lebih baik dan tentunya akan berhasil dalam mencapai
tujuannya. Itulah mengapa apa yang rasakan, proses dan
manfaat apa yang saya dapatkan saya bagikan dan saya
desiminasikan pada teman-teman guru. Bukan hanya di
lingkungan sekolah saja saya berbagi, tapi saya
desiminasi juga di komunitas praktisi yaitu MGMP
Pemasaran di tingkat Kabupatenpun saya juga berbagi.
Melalui forum diskusi saya bagikan pengalaman ini. Saya

13

sangat bersyukur bahwa saya mendapatkan support dari
Kepala Sekolah dan pengawas sekolah yang hadir pada
saat saya melakukan desiminasi.

Semoga Allah SWT memudahkan saya untuk
terus berusaha memberikan yang terbaik untuk murid-
murid saya dan juga saya mampu terus tergerak, bergerak
dan menggerakkan. Aamiin.

14


Click to View FlipBook Version