NASKAH JADWAL SALAT LANGGAR DUKUR LAWANG SEKETENG SURABAYA: ALIH AKSARA DAN FUNGSI SOSIAL NASKAH DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN KOTA SURABAYA TAHUN 2022
ii NASKAH JADWAL SALAT LANGGAR DUKUR LAWANG SEKETENG SURABAYA: ALIH AKSARA DAN FUNGSI SOSIAL NASKAH Penulis : Mardhayu Wulan Sari, S,Hum., M.A., Vegasari Yuniati, S.Hum, Vivi Sulviana, Rahma Nurul Hayati, Ayu Dewi A.S.N Ilustrator : Annisa Kurnia Safitri Penyunting : Ameilia Rizky C, Faradilla Elifin
iii KATA PENGANTAR Sesuai penjelasan Kemendikbud berdasarkan Undang-Undang (UU) Pemajuan Kebudayaan, tindakan yang dilakukan terhadap objek pemajuan kebudayaan yakni inventarisasi, pengamanan, pemeliharaan, dan penyelamatan. Setiap warga negara dapat berperan aktif dalam pemajuan kebudayaan. Sepuluh objek pemajuan kebudayaan tersebut adalah tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, dan ritus. Manuskrip adalah naskah beserta segala informasi yang terkandung di dalamnya, yang memiliki nilai budaya dan sejarah, seperti serat, babad, kitab, dan catatan lokal lainnya. Surabaya juga memiliki manuskrip yang perlu dikaji salah satunya Naskah Jadwal Salat Langgar Dukur Lawang Seketeng.
iv Kegiatan pengkajian manuskrip perlu dilakukan mengingatsemakin langkanya masyarakat sekarangyang mampu membaca naskah-naskah lama. Dengan adanya buku ini, diharapkan dapat membantu masyarakat yang ingin mengetahui isi naskah tersebut. Surabaya, November 2022 ttd Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya
v DAFTAR ISI Halaman Judul i Kata pengantar iii Daftar isi v Bab I Pendahuluan 1 A. Latar belakang 1 B. Deskripsi naskah 5 C. Tempat Penyimpanan Naskah 9 D. Asal Naskah 9 E. Keadaan Naskah 10 F. Ukuran Naskah 12 G. Tebal Naskah 12 H. Jumlah Baris pada Halaman Naskah 13 I. Huruf, Aksara, Tulisan 13 Bab II Transliterasi Atau Alih Aksara 14 A. Pedoman transliterasi atau alih aksara 14 B. Transliterasi atau alih aksara naskah jadwal salat Langgar Dukur Lawang Seketeng Surabaya 15
vi Bab III fungsi sosial naskah jadwal salat langgar dukur lawang seketeng Surabaya 21 Daftar pustaka 24 Lampiran 25 Dokumentasi 31
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia masih menyimpan naskah kuno dalam jumlah yang cukup banyak. Sebaran naskah kuno hampir terdapat pada semua wilayah kepulauan Indonesia, walaupun jumlah naskah kuno pada masing masing wilayah tersebut tidak sama jumlahnya. Naskah kuno juga dapat dinyatakan sebagai dokumen suatu bangsa, karena dokumen sendiri diantaranya diartikan sebagai suatu tulisan yang memuat informasi penting. Berdasarkan Pasal 1 butir 4 UU no. 43 tahun 2007 yang dimaksud dengan naskah kuno adalah semua dokumen tertulis yang tidak dicetak atau tidak diperbanyak dengan cara lain, baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, dan yang mempunyai nilai penting bagi
2 kebudayaan nasional, sejarah, dan ilmu pengetahuan. Sejarah adalah jiwa dari kehidupan. Hal baik dan buruk ada pada sejarah. Sebuah ilmu dan pembelajaran juga lahir dari kejadian lampau yang telah tercatat seperti arti dari sejarah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Peradaban bangsa Indonesia dimulai dari perjuangan melawan kolonial Belanda dan penjajahan Jepang. Namun, jauh sebelum itu sebuah tatanan telah tumbuh di masyarakat. Kota Surabaya memiliki beragam catatan peradaban manusia lampau. Dikutip dari Kompasiana, Surabaya menjadi tonggak dari gerakan perjuangan kemerdekaan. Seperti dijelaskan Andri, juru kunci Langgar Dukur, keberadaan situs Langgar Dukur di Lawang Seketeng kerap menjadi jujukan para tokoh untuk mengulik sejarah. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya (Dispusip), salah satunya
3 terkait ditemukannya Naskah Kuno Jadwal Salat Langgar Dukur Lawang Seketeng Surabaya. Langgar Dukur Lawang Seketeng adalah langgar yang terbuat dari kayu jati dan terdiri dari 2 lantai. Nama Langgar Dukur kayu mengacu pada wujud fisik bangunan yang terbuat dari kayu dan tinggi karena berlantai dua. Langgar ini terletak di Lawang Seketeng tepatnya Jl. Lawang Seketeng VI (Gang Ponten), Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng Kota Surabaya (SK Walikota Surabaya No.188.45/209/436.1.2/2019). Langgar Dukur Kayu berada di tengah tengah pemukiman warga yang digunakan oleh warga sebagai kegiatan agama maupun kegiatan masyarakat lainnya. Lantai satu biasanya digunakan warga sebagai tempat berkumpul dan berdiskusi dan lantai dua digunakan sebagai tempat ibadah. Langgar yang berdiri pada Januari tahun 1893 diketahui darisebuah prasasti yang bertuliskan Arab Puguh “awitipun jumeneng punika langgar
4 tahun sewu wolong atus sangang puluh telu sesasi satunggal” yang berarti “pembangunan langgar dimulai pada tahun 1893 bulan pertama” (Gus Andre, wawancara, Surabaya, 5 November 2022). Di dalam langgar terdapat peninggalan kuno berupa sebuah Alquran bertuliskan tangan yang disetiap lembarnya terdapat stempel air kerajaan Hindia-Belanda. Selain itu juga, di Langgar Dukur terdapat sebuah pigura pembingkai lembaran yang mencatat jadwal sholat. Jadwal ini dibuat sebelum berdirinya Langgar Dukur Kayu (Gus Andre, wawancara, Surabaya, 5 November 2022). Oleh karena itu, perlu dilakukan pelestraian dengan melakukan transliterasi atau alih aksara serta menganalisis fungsi sosial, yang dimaksud fungsi sosial, bahasannya dikaitkan dengan nama bulan dalam tarikh Masehi serta urutan waktu salat yang dimulai dari zuhur oleh para penulis yaitu dari Tim Penulis Dispusip dan Dosen Filologi Unair Mardhayu Wulan Sari, S,Hum.
5 Pramoedya Ananta Toer pernah berkata, "Menulislah, maka kau akan abadi." Begitu juga naskah kuno ini tercipta untuk dipelajari bahwa sebuah tatanan hidup telah ada sejak lama. Abadi diberagam zaman, naskah kuno menjadi ilmu dan pembelajaran bagi yang mencari tahu. B. Deskripsi Naskah Kode naskah : Tidak ada Judul naskah : Naskah Jadwal Salat Langgar Dukur Lawang Seketeng Surabaya Jenis Alas Naskah : Tidak Ada Cap Kertas (watermark) : Tidak Ada Penomoran Halaman : Tidak Bernomor Jumlah Total Halaman : 1 Halaman Halaman Isi : Tidak Ada Halaman Kosong : Tidak Ada Ukuran Naskah : 41,5 cm x 33 cm
6 Ukuran Teks : 39,1 cm x 31,6 cm Ilmuninasi atau Ilustrasi : Tidak Ada Aksara : Tulisan Jadwal Salat Aksara Arab, Tulisanbulan , jam, menit, dan detik Aksara Masehi Bahasa : Warna Tinta : Hitam Kolofon : Tidak ada Bentuk : Tabel Sampul : Tidak Ada Tebal : Kondisi Fisik Naskah : Nakah kondisi rapuh. Kertas naskah kecoklatan dan terdapat bintikcoklat. Tulisan naskah kurang jelas terbaca. Keterangan di atas merupakan deskripsi singkat mengenai Naskah Jadwal Salat Langgar
7 Dukur Lawang Seketeng Surabaya yang merupakan koleksi Langgar Dukur Lawang Seketeng Surabaya. Tahun Naskah tidak ada tapi dari hasil wawancara sebelum dibuatnya Langgar yaitu sebelum tahun 1893. Terdapat garis panduan di kanan kiri teks yang dibuat dengan menggunakan pensil. Garis ini membuat tulisan terlihat rapi.
8 Gambar Naskah Jadwal Salat Langgar Dukur Lawang Seketeng Surabaya
9 C. Tempat Penyimpanan Naskah Naskah-naskah Nusantara umumnya tersimpan di perpustakaan- perpustakaan, museum, universitas, maupun di lembaga tertentu. Tidak sedikit pula naskah-naskah yang tersebar di masyarakat dan menjadi koleksi pribadi, baik itu kolektor naskah, maupun masyarakat biasa yang mendapatkannya sebagai warisan keluarga (Hermansoemantri, 2012: 9-10). Demikian halnya naskah Jadwal Salat Langgar Dukur Lawang Seketeng yang tersimpan di Langgar Dukur Lawang Seketeng Surabaya. D. Asal Naskah Asal naskah sesuai dengan yang dijelaskan Hermansoemantri (2012) dalam bukunya ialah sumber naskah itu berasal. Informasi mengenai sumber naskah dapat dilihat pada kolofon naskah dan juga katalog naskah. Akan tetapi, ada naskahnaskah yang tidak memiliki kolofon. Hal ini juga
10 terjadi pada naskah Jadwal Salat Langgar Dukur Lawang Seketeng Surabaya yang tidak memiliki kolofon (penutup) yang biasanya berisi nama penulis atau penyalin, tanggal penulisan atau penyalinan, dan juga tempat penulisan atau penyalinan teks tersebut. E. Keadaan Naskah Hermansoemantri (2012:16) menyebutkan, yang dimaksud dengan keadaan naskah ialah keadaan wujud fisik naskah itu, biasanya untuk menggambarkan hal ini dipakai istilah utuh, tidak utuh, baik, atau rusak. Naskah yang dikategorikan utuh ialah naskah yang lengkap dan tidak adanya lembaran-lembaran yang hilang dan sebaliknya, naskah tidak utuh ialah naskah yang terdapat lembaran yang hilang. Untuk naskah yang kondisinya rapuh, berlubang, dan sejenisnya, dikategorikan sebagai rusak. Sebaliknya, naskah dikategorikan baik kondisinya apabila tidak adanya
11 atau hanya sedikit adanya kerusakan pada naskah. Dalam hal ini, naskah Jadwal Salat Langgar Dukur Lawang Seketeng Surabaya terdapat bagian yang korup sehingga sulit untuk terbaca. Gambar Korup 'rusak' karena luntur
12 F. Ukuran Naskah Ukuran naskah menurut Hermansoemantri (2012) terdiri atas dua kategori, yaitu: (1) Ukuran lembaran naskah, yaitu ukuran panjang dan lebar lembaran (bahan) naskah, baik yang terbuat dari dluwang, lontar, bambu, maupun kertas, yang dinyatakan dengan satuan centimeter (cm), (2) Ukuran ruang tulisan atau teks, yaitu ukuran panjang dan lebar ruang tulisan atau teks. Untuk ukuran lembaran naskah Jadwal Salat Langgar Dukur Lawang Seketeng Surabaya adalah 41,5 cm x 33 cm, sedangkan ukuran ruang tulisan atau teksnya adalah 39,1 cm x 31,6 cm. G. Tebal Naskah Tebal naskah Jadwal Salat Langgar Dukur Lawang Seketeg adalah satu lembar.
13 H. Jumlah Baris pada Setiap Halaman Naskah Jumlah baris dihitung berdasarkan rata-rata baris per halaman. Sesuai dengan pendapat Hermansoemantri (2012: 32-35) yang menyatakan bahwa penentuan jumlah baris pada setiap halaman ialah dengan menghitung rata-rata baris per halaman naskah. Hal ini akan lebih mudah apabila tiap halaman naskah memiliki jumlah baris yang sama atau tetap. Tebal naskah satu halaman dengan jumlah baris satu halaman adalah 30 baris, berbentuk tabel 14 kolom yang satu kolom keterangan tanggal, kolom kedua sampai kolom 13 berisi bulan yang masing-masing kolom dibagi dua untuk keterangan jam dan menit, kolom 14 menjelaskan keterangan waktu salat. I. Huruf, Aksara, Tulisan Naskah terdiri dari Tulisan jadwal salat menggunakan aksara arab, tetapi bulannya
14 menggunakan masehi. Di setiap bulan ada jam dan menit. Pencatatan waktu perlima hari menggunakan kalender jawa. Pencatatan urutan salat dari zuhur.
15 BAB II TRANSLITERASI ATAU ALIH AKSARA A. Pengantar Transliterasi Transliterasi, menurut Baried (1985), dimaknai sebagai penggantian jenis tulisan, huruf demi huruf dari satu aksara keaksara lainnya. Kegiatan transliterasi juga dikenal dengan istilah alih aksara. Transliterasi penting sekali untuk memperkenalkan berbagai teks masa lampau yang ditulis dalam aksara lokal atau daerah kepada masyarakat di masa sekarang. Kegiatan alih aksara memerlukan pedoman agar hasilnya menjadi lebih terarah. B. Pedoman Transliterasi atau AlihAksara Teks Jadwal Salat Langgar Dukur Lawang Seketeng Surabaya ditulis menggunakan aksara dan angka Arab dalam bahasa Jawa sehingga pedoman yang digunakan adalah transliterasi Arab-Latin yang dikeluarkan oleh Departemen Agama RepublikIndonesia tahun 1987. Tabel yang disajikan berupa Tabel Transliterasi Bunyi Konsonan dan Tabel Transliterasi Bunyi Vokal Tunggal .
16 Penyajian hasil alih aksara teksJadwal Salat adalah sebagai berikut: • Hasil transliterasi disajikan dalam bentuk tabel sesuai dengan tampilan naskah Jadwal Salat. • Pemberiancatatantambahanberpedoman pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). • Penambahan catatan tambahan dikhususkan pada penamaan waktu yang ditulis secara vertikal di sisi paling kanan teks,misalnya isa’ maksudnyaadalah isya, serta nama bulan yang ditulis secara horizontal di bagian atas, misalnya Afril maksudnyaadalah April. C. Transliterasi atau Alih AksaraTeks Jadwal Salat Langgar Dukur Lawang Seketeng Surabaya
17 Terdapat dua kolom yang berisi keterangan jam dan menit pada
18 setiap kolom bulan. Angka Arab yang dituliskan pada kolom jam dan menit mengikuti keterangan tanggal yang berada pada sisi paling kiri. Arab yang menjelaskan tentang tanggal ditulis berurutan dari 1 sampai dengan 30. Pada kolom paling kanan terdapat keterangan waktu (salat), yaitu zuhur, asar, magrib, isa’, subuh, dan suruq. Catatan tambahan yang berkenaan dengan penamaan waktu (salat) sertabulan yang terdapatdalamteksJadwal Salat. 1. Zuhur Zuhur memiliki tiga makna, yaitu (a) waktu tengah hari; (b) waktu salat wajib setelah matahari tergelincir sampai menjelang petang; dan (c) dalam istilah Islam (huruf awal ditulis dengan kapital) salat wajib sebanyak empat rakaat pada waktu tengah hari sampai menjelang petang. 2. Asar Asar memiliki tiga makna, yakni (a) waktu petang hari; (b) waktu salat wajib pada petang hari antara sehabis zuhur dan terbenam matahari; dan (c) dalam istilah Islam (huruf awal ditulis dengan kapital) salat wajib sebanyak empat rakaat pada petang hari. 3. Magrib
19 Magrib memunyai empat makna, yaitu (a) arah barat mataharit erbenam; (b) waktu matahari terbenam; (c) waktu salat wajib menjelang matahari terbenam sampai lenyapnya sinarmerah di ufuk barat; dan (d) istilah Islam (huruf awal ditulis dengan kapital) salat wajib sebanyak tiga rakaat pada waktu menjelang matahari terbenam sampai lenyapnya sinar merah di ufuk barat. 4. Isa’ Isa’ atau isya dalam KBBI memiliki tiga makna, antara lain (a) waktu menjelang malam sesudah lenyapnya sinar merah di ufuk barat; (b) waktu salat wajib setelah lenyapnya sinarmerah di ufuk barat sampai menjelang terbitfajar; dan (c) istilah Islam (huruf awal ditulis dengan kapital) salat wajib sebanyak empat rakaat pada malam hari antara habis waktu magrib dan menjelang subuh. 5. Subuh Terdapat tiga makna yang berhubungan dengan subuh, yakni (a) waktu antara terbit fajar dan menjelang terbit matahari; waktu subuh; (b) waktu salat wajib setelah terbit fajar sampai menjelang matahari terbit; dan (c) istilah Islam (huruf awal ditulis kapital) salat wajib sebanyak dua rakaat pada waktu antara terbit fajar dan menjelang terbit matahari.
20 6. Suruq Suruq atau dalam KBBI tertulis syuruk dengan keterangan Ar “Arab” adalah waktu terbit matahari (batas waktu subuh). Majelis Tarjih Muhammadiyah menjelaskan bahwa isyrâq/syurûq, berasaldari kata syarq yang maknanya: ‘timur, terbit, atau menerangi’ seperti yang dilansir dari repository UMY. Muhammad Shalih al-Munajid juga menjelaskan bahwa salat Isyrâq adalah salat dua rakaat setelah matahari terbit dan meninggi. Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama أ Alif Tidakdilambangkan Tidakdilambangkan ب Ba B Be ت Ta T Te ث Ṡa ṡ es (dengantitik di atas) ج Jim J Je ح Ḥa ḥ ha (dengantitik di bawah) خ Kha Kh ka dan ha د Dal d De ذ Żal ż Zet (dengantitik di atas)
21 ر Ra r er ز Zai z zet س Sin s es ش Syin sy es dan ye ص Ṣad ṣ es (dengantitik di bawah) ض Ḍad ḍ de (dengantitik di bawah) ط Ṭ a ṭ te (dengantitik di bawah) ظ Ẓ a ẓ zet (dengantitik di bawah) ع `ain ` komaterbalik (di atas) غ Gain g ge ف Fa f ef ق Qaf q ki ك Kaf k ka ل Lam l el م Mim m em ن Nun n en و Wau w we ھ Ha h ha
22 ء Hamzah ‘ apostrof ي Ya y ye Tabel 01. Tabel Bunyi Konsonan Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama ـَ Fathah a a ـِ Kasrah i i ـُ Dammah u u Tabel 02. Tabel Bunyi Vokal Tunggal BAB III FUNGSI SOSIAL NASKAH JADWAL SALAT LANGGAR DUKUR LAWANG SEKETENG SURABAYA
23 Fungsi sosial adalah proses interaksi dengan lingkungan sosial yang dimulai sejak lahir dan berakhir setelah meninggal. Anggota keluarga belajar disiplin, budaya, norma melalui interaksi dalam keluargasehingga individu mampu berperan di masyarakat. Kegagalan bersosialisasi dalam keluarga, terutama jika norma dan perilaku yang 11 dipelajari berbeda dengan yang ada di masyarakat dapat menimbulkan kegagalan bersosialisasi di masyarakat (Kaplan & Sadock tahun 2008 dalam Niman dkk, 2017). Naskah Jadwal Salat Langgar Dukur Lawang Seketeng Surabaya memiliki fungsi sosial, antara lain: 1. Adanya Aktivitas Spiritual Naskah Jadwal Salat Langgar Dukur Lawang Seketeng Surabaya berisi informasi untuk umat
24 Islam terkait waktu salat yang menunjukkan nama salat disertai keterangan jam, menit dan detik. Salah satu syarat sah Salat adalah mengetahui masuknya waktu salat, ada beberapa cara dilakukan umat Islam untuk mengetahui masuknya waktu salat mulai dengan cara klasik sampai dengan cara atau metode modern sepanjang cara atau metode tersebut digunakan secara spesifik dan efesien. Sebelum manusia menemukan hisab atau perhitungan falak atau astronomi, pada zaman Rasulullah waktu shalat ditentukan berdasarkan observasi terhadap gejala alam dengan melihat langsung matahari. Lalu berkembang dengan dibuatnya Jam Surya atau Jam Matahari serta Jam Istiwa atau sering disebut Tongkat Istiwa dengan kaidah bayangan matahari. Berkembangnya peradaban manusia,berbagai kemudahan-kemudahan diciptakan untuk membuat manusia lebih praktis dalam segala hal termasuk dalam beribadah khususnya dalam
25 menentukan waktu shalat fardu. Saat ini kita mengetahui banyak sekali diterbitkan jadwal waktu shalat dari berbagai instansi maupun organisasi, namun kesemuanya tidak dapat dilepaskan dari kaidah yang sebenarnya digunakan untuk menentukan waktu shalat yaitu “Pergerakan Matahari “ dilihat dari bumi. Agar sistematis maka dibuat jadwal salat tiap daerah. Proses pembutan jadwal salat telah berlangsung lama, salah satunya dibuktikan dengan ditemukannya salah satunya yang menjadi naskah kuno di Langgar Dukur Lawang Seketeng Surabaya.
26 DAFTAR PUSTAKA Baried , Siti Baroroh. 1985. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hermansoemantri, Emuch. 1986. IdentifikasiNaskah. Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjajaran. https://www.merdeka.com/sumut/pengertia-waktu-syuruq-niatsholat-dan-keutamaannya-kln.html Sumber lainnya: PedomanTransliterasi Arab Latin. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia Tahun 1987. Aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia V. LAMPIRAN
27 Transkrip hasil wawancara naskah jadwal salat Langgar Dukur Lawang Seketeng. Tim Dispusip : Asal mula tulisan tangan jadwal salat Langgar Dukur Lawang Seketeng? Gus Andre : Lembaran jadwal salat ini kami temukan ditumpukan Alquran sudah dalam kondisi seperti ini (asli). Untuk detailnya saya tidak bisa menjelaskan cuma saya memberikan gambaran bahwa kemarin Habib Ahmad datang ke Lawang Seketeng pada saat acara Maulid Nabi. Beliau bisa membaca tulisan Arabnya di sini (jadwal salat) untuk melihat hari dan waktu salat. Jadwal ini dibuat sepertinya sebelum berdirinya Langgar Dukur Kayu. Tim Dispusip : Sejak kapan Langgar Dukur Kayu berdiri?
28 Gus Andre : Langgar Dukur Kayu berdiri tahun 1893. Ada sebuah prasasti yang bertuliskan Arab Puguh yang bacaannya “Awetipun Jumeneng Puniko Langgar Tahun Sewu Wolong Atus Sangang Puluh Telu Sasi Setunggal”. Jadi Langgar Dukur Kayu dibangun tahun 1893 di bulanpertama. Menurut Habib Ahmad bahwa jadwal salat ini sudah kuno sekali, perkiraannya ini dibuat sebelum berdirinya langgar ini (Langgar Dukur Kayu), terbukti dari lembaran jadwal yang sudah kusam. Di sini lah keunikan Langgar Dukur Kayu ini, masyarakat Lawang Seketeng yang merawat dan menjaganya, ada faktor X. Bukti barangnya mengandung nilai yang cukup lama,salah satunya jadwalsalat. Langgar Dukur Kayu Agustus
29 mulai dirawat tanggal 24 Agustus 1985. Dosen Filologi : Apakah ada lapisan khusus yang ada dilembar jadwal salat ini? Gus Andre : Tidak ada lapisan khusus di lembar jadwal salat ini. Jadwal salat ini asli. Hanya saja diberi laminasi pigura agar tidak rusak. Jadwal salat ini menyimpan banyak ilmu karena kita lihat dari jadwalnya tersimpan rumusan. Seperti kita lihat, tulisannya masih bisa terbaca. Di sini lah keunikan Langgar Dukur Sewu. Bukti barangnya mengandung nilai yang cukup lama. Dosen Filologi : Tulisan jadwal salat menggunakan aksara arab, tapi bulannya menggunakan masehi. Di setiap bulan ada jam dan menit. Pencatatan pergantian waktu saat perlima hari
30 sekali menggunakan penanggalan jawa (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Pencatatan urutan waktu salat dari Zuhur. Cara mengawetkan jadwal salat menggunakan rempah-rempah terdiri bunga lawang, bumbu dapur (merica dan cengkeh) lalu rempah tersebut ditutup menggunakan kain kasa. Butuh keterangan dari ulama untuk menjelaskan jadwal salat ini. Ukuran jadwal salat 41,5 cm x 33 cm. Ruang tulisan jadwal salat 39,1 x 31,6 cm. Gus Andre : Yang menulis jadwal salat ini para ulama jawa kuno. Jadi sebelum kemerdakaan menggunakan penanggalan jawa. Saat Belanda dan Jepang menggunakan penanggalan masehi dan bahasa Indonesia, yang membuat orang Belanda dimakamkan di Peneleh. Banyak peninggalan
31 Langgar Dukur Sewu, contohnya Alquran kuno yang ditulis oleh para Kyai menggunakan tulisan tangan. Dosen Filologi : Kertas yang ada cap airnya sudah ada saat kolonisasi Belanda. Kertas yang di bawah oleh Eropa, memungkin ada stempel. Orang Jawa di Nusantara menggunakan daun siwalan atau lontar. Stempel air sudah ada di abad 15 ketika Belanda masuk keNusantara. Saat masa para Wali menggunakan kulit kayu yang direndam sampai menjadi kertas. Dosen Filologi : Ini (jadwal salat) menggunakan tinta untuk menulis, Cuma untuk garis jadwal salat kemungkinan baru (menggunakan pensil). sepertinya memudahkan pembaca untuk membaca. Kalau menggunakan tinta apabila naskah kuno sudah lama,
32 pastinya ada warna kuning disisi samping (luntur). Dosen Filologi : Apakah ada laminasi di bawah naskah jadwalsalat? Mungkin sebelumnya ada proyek untuk melaminasi naskah ini, karena sepertinya ada tisu jepang atau korea digunakan untuk melapisi naskah. Gus Andre : Di lihat dari garisnya sepertinya ada lapisan karena warnanya berbeda. Bisa jadi ini ditambahkan lapisan baru saat tempo dulu. Dosen Filologi : Kertas naskah ini kemungkinan tidak menggunakan kertas masa sekarang, karena terlihat ada serat-seratdibagian yang sobek.
33 DOKUMENTASI
34