The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Membandingkan nilai dan kebahasaan hikayat dengan cerpen.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by ayupuspitasari801, 2021-12-03 19:54:41

Bahan Ajar Bahasa Indonesia (Multimedia)

Membandingkan nilai dan kebahasaan hikayat dengan cerpen.

Nama: Ayu Puspitasari
Npm: 195030016
Kelas: PBSI A

MATERI TEKS HIKAYAT

Hikayat berasal dari bahasa Arab, yakni “haka/hikayah” yang memiliki arti
“bercerita, menceritakan, kisah, atau dongeng”. Hikayat adalah cerita rekaan
berbentuk prosa panjang berbahasa Melayu, yang menceritakan tentang kehebatan
dan kepahlawanan orang ternama dengan segala kesaktian dan keanehan yang
dimiliki. Menurut KBBI, hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa
yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis,
biografis, atau gabungan sifat-sifat itu. Fungsi hikayat adalah sebagai pembangkit
semangat, penghibur “pelipur lara”, atau juga hanya untuk meramaikan sebuah
pesta.
Unsur-unsur teks hikayat:
1. Abstraksi merupakan ringkasan ataupun inti dari cerita yang akan

dikembangkan menjadi rangkaian-rangkaian peristiwa atau bisa juga gambaran
awal dalam cerita. Abstrak bersifat opsional yang artinya sebuah teks hikayat
boleh tidak memakai abstrak.
2. Orientasi adalah bagian teks yang berkaitan dengan waktu, suasana, maupun
tempat yang berkaitan dengan hikayat tersebut.
3. Komplikasi yaitu berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara
sebab dan akibat. Pada bagian ini kita bisa mendapatkan karakter ataupun watak
dari tokoh cerita sebab kerumitan mulai bermunculan.
4. Evaluasi yaitu konflik yang terjadi yang mengarah pada klimaks mulai
mendapatkan penyelesaiannya dari konflik tersebut.
5. Resolusi yaitu pada bagian ini si pengarang mengungkapkan solusi terhadap
permasalahan yang dialami tokoh atau pelaku.
6. Koda merupakan nilai ataupun pelajaran yang dapat diambil dari suatu teks
cerita oleh pembacanya.
Karakteristik hikayat yang diantaranya, sebagai berikut:

 Bahasa: yang digunakan pada hikayat itu adalah bahasa Melayu lama.
 Istana sentries: pusat ceritanya itu berada didalam lingkungan istana. Hikayat

tersebut seringkali bertema dan berlatar kerajaan. Hal tersebut dapat dibuktikan
dengan tokoh yang diceritakan ialah raja serta Pangeran (anak raja). Selain dari
itu, latar tempat dalam cerita ini adalah negeri yang dipimpin oleh raja dalam
suatu kerajaan.
 Pralogis (kemustahilan): banyak cerita yang terdapat pada hikayat tidak bisa
untuk di terima oleh akal. kemustahilan dalam teks, baik dari segi bahasa
ataupun juga dari segi cerita. Kemustahilan ini berarti hal yang tidak logis atau
juga tidak bisa diterima nalar. Contoh Seperti : bayi lahir disertai pedang dan
panah, seorang putri keluar dari gendang.
 Statis: dalam Hikayat ini memiliki sifat yang kaku dan juga tetap.
 Kesaktian: seringkali kita dapat menemukan kesaktian pada para tokoh dalam
hikayat. Contohnya seperti : Syah Peri mengalahkan Garuda yang mampu untuk
merusak sebuah kerajaan, Raksasa memberi sarung kesaktian untuk dapat
mengubah wujud serta kuda hijau.
 Anonim: berarti tidak diketahui dengan secara jelas nama pencerita atau
pengarang. Hal tersebut disebabkan karena cerita yang disampaikan itu secara
lisan. artinya tidak jelas siapa yang membuat/mengarang hikayat tersebut.
 Arkais: menggunakan kata arkhais, Bahasa yang digunakan pada masa lampau.
Jarang dipakai/tidak lazim digunakan dalam komunikasi pada masa kini.
Contoh: hatta, maka, titah, upeti, bejana, syahdan serta juga sebermula.
Ciri Kebahasaan Hikayat
Dari segi kebahasaan hikayat mempunyai kekhasan yaitu menggunakan bahasa
Melayu klasik. Ciri bahasa yang dominan dalam hikayat adalah ditandai dengan:
 Penggunaan banyak konjungsi (kata penghubung) pada setiap awal kalimat
seperti maka, ketika.
 Penggunaan kata-kata arkais, yaitu kata-kata yang sudah jarang digunakan atau
bahkan asing karena hikayat lebih tua dari negara Indonesia, contoh beroleh,
titah, buluh, mahligai, inang, upeti, bejana.

Kaidah bahasa yang dominan dalam cerpen adalah penggunaan gaya bahasa
(majas) dan penggunaan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan urutan
kejadian.
a. Penggunaan Majas

Penggunaan majas dalam cerpen dan hikayat berfungsi untuk membuat cerita
lebih menarik jika dibandingkan menggunakan bahasa yang bermakna lugas.
Ada berbagai jenis majas yang digunakan baik dalam cerpen dan hikayat. Di
antara majas yang sering digunakan dalam cerpen maupun hikayat adalah:
 Majas antonomasia adalah majas yang menyebut seseorang berdasarkan ciri

atau sifatnya yang menonjol.
 Majas metafora adalah majas yang mengungkapkan ungkapan secara

langsung berupa perbandingan analogis.
 Majas hiperbola adalah majas yang berupa pernyataan berlebihan dari

kenyataannya dengan maksud memberikan kesan mendalam atau meminta
perhatian.
 Majas simile adalah majas yang membandingkan suatu hal dengan hal
lainnya menggunakan kata penghubung atau kata pembanding.
 Majas perbandingan adalah majas yang menyatakan perbandingan dua hal
atau lebih yang memiliki kesetaraan tingkat. Majas perbandingan biasanya
berupa kiasan yang ditujukan untuk meningkatkan kesan yang didapat oleh
pembaca atau pendengarnya.

Meskipun sama-sama menggunakan gaya bahasa, tetapi gaya bahasa
yang digunakan dalam hikayat berbeda penyajiannya dengan gaya bahasa
dalam cerpen.
b. Penggunaan Konjungsi (kata penghubung)
Konjungsi atau kata penghubung merupakan kata yang digunakan untuk
menghubungkan antarkalimat, antarklausa serta antarparagraf. Konjungsi atau
Kata penghubung adalah kata-kata yang digunakan untuk menghubungkan kata
dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat (Chaer,
2000:140). Kata penghubung atau kata pembanding yang biasa digunakan
dalam hikayat, antara lain: seperti, laksana, bak, dan bagaikan. Konjugsi
Subordinatif, yaitu kata penghubung yang menghubungkan dua klausa atau

lebih yang tidak sama derajatnya, diantaranya: ketika, sejak, kalau, jika, supaya,
biar, seperti, sehingga, setelah, andai, bagai, ibarat, karena.Baik cerpen maupun
hikayat merupakan teks narasi yang banyak menceritakan urutan peristiwa atau
kejadian. Untuk menceritakan urutan peristiwa atau alur tersebut, keduanya
menggunakan konjungsi yang menyatakan urutan waktu dan kejadian seperti
(sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sementara,
sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, dan sampai).
c. Nilai-nilai dalam Teks Hikayat
Hikayat banyak memiliki nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan tersebut dapat
berupa:
 Nilai religius (agama) merupakan kepercayaan tokoh akan keberadaan

Tuhan.
 Nilai moral merupakan akhlak atau sikap baik dan buruk manusia.
 Nilai sosial merupakan nasihat-nasihat yang berkaitan dengan

kemasyarakatan atau relasi antarmanusia.
 Nilai budaya merupakan adat istiadat/kebiasaan atau nilai yang diambil dari

budaya yang berkembang secara turun temurun di masyarakat.
 Nilai edukasi merupakan nilai yang berkaitan dengan pendidikan.
 Nilai estetika merupakan nilai yang berkaitan dengan keindahan dan seni.
Jenis-jenis Hikayat
1. Jenis Hikayat berdasarkan Isinya, yaitu sebagai berikut:
- Cerita Rakyat
- Epos India
- Cerita dari Jawa
- Cerita-cerita Islam
- Sejarah dan Biografi
- Cerita berbingkat
2. Jenis Hikayat Berdasarkan Asalnya, yaitu sebagai berikut:
- Melayu Asli
- Pengaruh Jawa
- Pengaruh India
- Pengaruh Arab-Persia


Click to View FlipBook Version