The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini bercerita tentang seseorang yag mempunyai impian.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by anisarahma8638, 2022-11-19 06:48:31

IMPIAN

Buku ini bercerita tentang seseorang yag mempunyai impian.

Anisa Rahma Ramadani

IMPIAN

Cerpen motivasi

IMPIAN

Cerpen Karangan: Qisthi Zulfa

Mimpi. Apakah kalian tahu apa itu mimpi? bunga tidur. Pasti itu yang
terlintas dalam pikiran kalian. Tapi, bukan itu mimpi yang kumaksud. Mimpi
atau sering disebut impian. Kalian tahu bukan apa itu impian? impian adalah
sesuatu yang teramat ingin kita capai. Apakah kalian mempunyai ssuatu
yang teramat ingin dicapai? pasti punya, bukan? begitupun denganku.

Aku, keisya. Impian terbesarku adalah menjadi seorang pelukis yang
karyanya dihargai dan bisa membuat orang-orang tersenyum puas saat
melihatnya. Aku juga ingin, sangat ingin membuat pameran lukisanku
sendiri. Membayangkan betapa bangganya kedua orangtuaku nanti
sungguh membuatku tak sabar ingin mewujudkan mimpi itu. aku mendesah
pelan, memejamkan kedua mataku, membisikan harapan agar impianku
terwujud kepada tuhan. Kubuka mataku kembali lalu menatap ke arah
langit biru yang tersenyum cerah seakan-akan menyemangatiku.

“keisya,” kutolehkan kepalaku ke arah samping, kudapati seorang gadis
cantik duduk di sampingku entah sejak kapan. Gadis yang sedang
tersenyum manis menampakan eyes smile yang dimilikinya.
“fadhia? sejak kapan kamu disini?” tanyaku dengan kening berkerut. Dia
masih tersenyum.
“kira-kira 3 menit lebih 45 detik yang lalu,” jawabnya yang kuyakin asal.
Ayolah, dia tak mungkin serajin itu menghitung menit juga detiknya.
“aku serius!” diletakannya jari telunjuk dan tengah di samping kepalanya
membentuk huruf v. kugelengkan kepalaku melihat kelakuan sahabatku
yang agak aneh ini. Kembali aku sibuk dengan kegiatan awalku, menikmati
semilir angin yang berhembus nyaman di depan kelasku.

“kekuatan dari sebuah impian, kamu percaya itu kan, dhi?” senyap. Tak ada
jawaban dari sahabat teranehku ini. Kumelirik sekilas ke arahnya. bingung.
Kesan pertama yang kudapati diwajahnya. Sungguh, wajah bingungnya sangat
konyol!
“hmm. Masih bermimpi menjadi pelukis?”
“hey! bukan bermimpi tapi impian!” aku menjitak pelan kepalanya membuat dia
meringis dan menampakan mimik tak suka kepadaku.
“hey jangan pukul kepalaku! sakit tahu! lagi pula itu kan sama saja?”
“beda tahu! bermimpi itu hanya disaat kau tak sadar dan tak tahu apa yang
sedang kau lakukan sedangkan impian itu adalah sesuatu yang teramat ingin
kau capai,”
“ya biasa aja kali gak usah pake jitak-jitak,” aku hanya tersenyum malu seraya
menunjukan deretan gigi rapiku kepadanya.
“memangnya kamu benar-benar ingin menjadi pelukis, sya? aslinya? seriusan?”
“fadhia sayang, fadhia cantik, fadhia imut sudah berapa kali aku bilang jika aku
ingin menjadi seorang pelukis dan aku benar-benar serius,”
“iya sih, tapi, sya-” kulihat ada keraguan di wajah sahabat cantikku ini.
Kudorong pelan jidatnya membuat dia meringis dan menatap tajam ke arahku
lagi.
“kegagalan bukan akhir dari segalanyakan, dhi? proses menjadi sesuatu yang
berharga itu tak semudah menyiram wajahmu dengan jus jeruk kan, dhi? aku
hanya ingin mencoba menjadi sesuatu yang lebih indah lagi, dhi,” kusandarkan
kepalaku di atas bahunya yang lebih tinggi dariku.
“hmm. Try to be something if you’re nothing. Try to be somebody if you’re nobody.
But don’t try to be someone else-“
“just be yourself, iya kan?” aku tersenyum manis seraya memeluk pinggangnya
erat.
“ayo kita wujudkuan impianmu bersama-sama dengan kekuatan impian yang kamu
punya!” serunya semangat membuat aku terkekeh geli mendengarnya.
“hmm. Juga dengan kekuatan persahabat kita!” lanjutku pelan yang disetujui
olehnya.
“jangan buat kekuatan itu terkikis hanya karena kegagalan, sya,” bisiknya
pelan, aku mengangguk.
“jangan buat kekuatan persahabatan kita terkikis dengan pengkhianatan, dhi,”
decakan pelan terdengar saat aku menirukan gayanya barusan.
“yang paling penting jangan pernah menyerah dan putus asa!” kukecup pipinya
singkat lalu berlari setelah menjulurkan lidah ke arah gadis bertubuh ramping
itu. aku sangat tahu jika dia paling tak suka dikecup.

Kalian dengarkan teriakannya yang menggelegar itu? teriakan khasnya,
fadhia. Sahabatku tercinta yang kini tengah berlari mengejarku. Aku
tertawa puas tanpa menghentikan langkah kaki ini. Fadhia, mari kita
wujudkan impianku bersama-sama dengan kekuatan impianku juga kekuatan
persahabatan kita setelah itu mari kita cari impianmu, ahya, alasan kenapa
dia menjadi sahabat teranehku karena dia tak punya impian. Dan itu sangat
aneh.
Kita hadapi semuanya bersama, dhi!

– Tamat –


Click to View FlipBook Version