The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by rimayashofa4, 2021-11-04 13:46:41

KLASIFIKASI INSECTA

KLASIFIKASI INSECTA.fix

i

KATA PENGANTAR
Sebagai insan yang beriman dan berpancasila, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke
hadirat Allah SWT karena atas kuasa-Nya penulis dapat menyelesaikan Flipbook yang berjudul
“Insekta“. Flipbook ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Media
Pembelajaran Biologi.
Dengan adanya Flipbook ini, penulis berharap kita sebagai penerus bangsa dapat
mengetahui dan memahami konsep tentang materi Insecta serta menyadari perlunya
mempertahankan media pembelajaran yang dapat membantu yang nantinya dapat diaplikasikan
kepada peserta didik.
Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini, mudah-mudahan bantuan yang diberikan mendapatkan balasan yang
berlipat ganda dari Allah SWT. Selain itu, penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan
Flipbook ini pasti masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam segi isi maupun
penulisannya. Untuk itu, penulis mohon kritik dan sarannya untuk perbaikan dan penulisan
selanjutnya. Akhir kata semoga Flipbook ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
BAB 2 INSECTA (SERANGGA) ................................................................................... 3

1. Pengertian Insect .................................................................................................... 3
2. Morfologi Insecta ................................................................................................... 4
3. Fisiologi Insecta ..................................................................................................... 8
4. Klasifikasi Insecta .................................................................................................. 18
5. Metamorphosis insecta ........................................................................................... 34
6. Peran Insecta Dalam Kehidupan Manusia ............................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 37

iii

iv

BAB I

PENDAHULUAN

Di daerah tropis Asia tenggara, studi tentang aquatic insects telah dilakukan oleh Ulmer,
tetapi investigasi yang telah dilakukan terbatas pada deskripsi taksonomi atau studi faunistic dari
beberapa grup serangga air seperti Ephemeroptera, Plecoptera, dan Trichoptera. Sekitar 45000
spesiesserangga di seluruh dunia telah diketahui mendiami beragam jenis ekosistemair tawar.
Mereka merupakan komponen penting dari jaringan makanan di ekosistem air termasuk sebagai
indikator ekosistem air.

Serangga dengan kelimpahan dan keragaman mereka mendominasi ekosistem air tawar.
Serangga air merupakan kelompok arthropoda yang sebagian hidupnya berada di kolom air.
Mereka sangat penting dan dimana mereka ditemukandistu terdapat tujuanya beberapa sebagai
makanan ikan dan invertebrata lain dan sebagian dapat menyalurkan patogen pada manusia dan
hewan. Yang paling penting, serangga air merupakan indikator yang baik bagi kualitas air
selama mereka memiliki variasi level toleransi kerusakan lingkungan.Beberapa dari mereka
sensitif pada polusi sedangkan yang lain dapat hidupdan berkembang biak air yang terganggu
dan sangat terkena polusi (Popooladan A. Otalekor, 2011).

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan jenisflora dan fauna
yang sangat tinggi (mega biodiversity). Hal ini disebabkan karena Indonesia terletak di kawasan
tropik yang mempunyai iklim yang stabildan secara geografi adalah negara kepulauan yang
terletak diantara dua benuayaitu Asia dan Australia. Salah satu keanekaragaman hayati yang
dapat dibanggakan Indonesia adalah serangga, dengan jumlah 250.000 jenis atau sekitar 15%
dari jumlah jenis biota utama yang diketahui di Indonesia (Shahabudin et al, 2005).

Serangga air merupakan 3-5 % dari keseluruhan spesies serangga, tetapi memiliki
sistem taksonomi yang sangat beragam. Beberapa ordo serangga seperti Ephemeroptera,
Odonata, Plecoptera, Megaloptera, Neuroptera, Coleoptera, Diptera, Lepidoptera, Trichoptera,
dan Hemiptera merupakan serangga yang sebagian dari sikus hidupnya tinggal di air. Habitat air
tawar dari mulai genangan, sungai, danau dapat dijadikan rumah bagi beragam spesies serangga
air. Hampir tidak ada atau tidak ditemukan serangga yang berasosiasi dengan lingkungan laut.
Keragaman serangga di daerah lentic water cenderung untuk meningkatkan jumlah nutrisi.

1

Air yang kaya nutrisi diketahui pada daerah eutrophic dan daerah yang sedikit nutrisi
disebut oligotrophic. Serangga air paling banyak ditemukan di zona litoral. Ini merupakan
daerah dangkal dimana cahaya dapat menembus sampai dasar. Serangga air penting untuk
beberapa alasan. Pada industri pemancingan banyak pancingan yang didesain mirip dengan
serangga air. Serangga air sangat penting dalam urutan rantai makanan. Mereka mengonsumsi
invertebrata air lain, ikan kecil, tanaman air, alga, detritus, dan zat yang busuk. Serangga air juga
merupakan sumber makanan dari burung, ikan, reptil, danamfibi. Beberapa serangga air dari
ordo diptera seperti nyamuk, agas (gnats), blackflies, biting midges menggigit binatang
peliharaan, manusia dan hewan lain. Beberapa diptera seperti nyamuk juga sebgai perantara
penakit yaitu malaria, encephalitis, dan penakit demam kuning. Odonata dewasa dapat
mengurangi populasi nyamuk dewasa dan kumbang air serta beberapa serangga air dan
membantu mengurangi populasi nyamuk dengan memangsa larva mereka

2

INSECTA (SERANGGA)

A. PENGERTIAN INSECTA
Serangga/insecta merupakan kelompok organisme yang paling banyak jenisnya

dibandingkan dengan kelompok organisme lainnya dalam Phylum Arthropoda. Hingga saat ini
telah diketahui kurang lebih 950.000 spesies serangga didunia, atau sekitar 59,5% dari total
organisme yang telah dideskripsi (Sosromartono, 2000). Tingkat keragaman serangga yang
sangat tinggi dapat beradaptasi pada berbagai kondisi habitat, baik yang alamiah seperti hutan-
hutan primer maupun habitat buatan manusia seperti lahan pertanian dan perkebunan (Siswanto
& Wiratno, 2001).

Insekta berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata in yang artinya dalam dan sect artinya
potongan, kalau diterjemahkan memiliki arti potongan tubuh atau segmentasi. Arthropoda
memiliki tubuh yang dibagi menjadi bersegmen-segmen, yang masing-masing segmen terdapat

3

tungkai bersendi. Pada seluruh tubuh dan anggota badan ditutupi oleh kutikula yang mengeras
pada bagian exoskeleton,tapi tetap fleksibel tidak menghalangi pergerakannya (Smith, 1973).

B. MORFOLOGI SERANGGA

Umumya tubuh serangga terbagi atas 3 ruas utama tubuh (caput, torak, dan abdomen).
Morfologi Serangga pada bagian kepala, terdapat mulut, antena, mata majemuk dan mata
tunggal. Pada bagian torak, ditemukan tungkai tiga pasang dan spirakel. Sedangkan di bagian
abdomen dapat dilihat membrane timpani, spirakel, dan alat kelamin. Pada bagian depan apabila
dilihat dari samping dapat ditentukan letak frons, clypeus, vertex, gena, occiput, alat mulut, mata
majemuk, mata tunggal, postgena, dan antena.

1. Kepala (Caput)

Bentuk umum kepala serangga berupa struktur seperti kotak. Pada kepala terdapat
antena, mata majemuk, mata tunggal (osellus), dan alat mulut. Berdasarkan posisinya
kepala serangga dibagi menjadi tiga, yaitu Hypognatus (vertikal) apabila alat mulutnya
menghadap ke bawah dan segemen-segmen kepala ada didalam posisi yang sama dengan
tungkai, contohnya adalah Belalang, Prognatus (horisontal) apabila alat mulutnya

4

menghadap ke depan dan biasanya serangga ini aktif mengejar mangsa, contohnya adalah
Kumbang, dan Ephistognatus (oblique) apabila alat mulutnya menghadap ke belakang
dan terletak di antara sela-sela pasangan tungaki, contoh serangga adalah semua serangga
ordo Hemiptera. Pada kepala terdapat sepasang mata faset (mata majemuk) tetapi ada
yang bermata tunggal, sepasang antena sebagai alat peraba.

2. Antena

Serangga mempunyai sepasang atena yang terletak pada kepala dan biasanya
tampak seperti „benang‟ memanjang. Antena merupakan organ penerima rangsangan,
seperti bau, rasa, raba, dan panas. Pada dasarnya, antena serangga terdiri atas tiga ruas.
Ruas dasar dinamakan scape. Scape ini masuk ke dalam daerah yang menyelaput pada
kepala. Ruas kedua dinamakan pedisel dan ruas berikutnya secara keseluruhan
dinamakan flagela (tunggal=flagelum). Bentuk antena serangga sangat bervariasi
berdasarkan jenis dan stadiumnya.

3. Mata
Serangga dewasa memiliki dua jenis mata, yatiu mata tunggal dan mata majemuk.

Mata tunggal dinamakan osellus (jamak=oselli). Mata tunggal dapat dijumpai pada larva,
nimfa maupun pada serangg dewasa, mata ini berfungsi sebagai pendeteksi intensitas
cahaya. Mata majemuk dijumpai pada serangga dewasa biasanya berjumlah sepasang,
dengan letak pada masing-masing sisi kepala dan posisinya sedikit menonjol ke luar,
sehingga mata majemuk ini mampu menampung semua pandangan dari berbagai arah,
mata majemuk ini berfungsi sebagai pendeteksi warna dan bentuk.

5

4. Alat mulut

Bagian-bagian mulut serangga secara umum terdiri atas; sebuah labrum, sepasang
mandibel, sepasang maksila dan sebuah labium serta hipofaring. Ada beberapa tipe alat
mulut serangga, yaitu: penggigit-pengunyah, penggigit-pengisap, penusuk-pengisap,
pemarut-pengisap, pengait-pengisap, pencecap-pengisap, dan pengisap.
5. Toraks (dada)

Toraks merupakan bagian (tagma) kedua dari tubuh serangga yang dihubungkan
dengan kepala oleh semacam leher yang disebut serviks. Toraks terdiri dari tiga ruas
(segmen) yaitu, protoraks, mesotoraks, dan metatoraks. Torak juga merupakan daerah
lokomotor pada serangga dewasa karena pada torak terdapat tiga pasang kaki dan dua
atau satu pasang sayap (kecuali ordo Thysanura tidak bersayap). Torak bagian dorsal
disebut notum.
6. Tungkai/kaki

6

Tungkai atau kaki merupakan salah satu embelan pada toraks serangga selain
sayap. Tungkai serangga terdiri atas beberapa ruas (segmen). Ruas pertama disebut koksa
(coxa), merupakan bagian melekat langsung pada toraks. Ruas kedua disebut trokhanter
(trochanter), berukuran lebih pendek daripada koksa dan sebagian bersatu dengan ruas
ketiga. Ruas ketiga disebut femur, merupakan ruas yang terbesar. Selanjutnya, ruas
keempat disebut tibia, biasanya lebih ramping tetapi kira-kira sama panjangnya dengan
femur. Pada ujung tibia ini biasanya terdapat duri-duri atau taji. Ruas terakhir disebut
tarsus. Tarsus ini biasanya terdiri atas 1-5 ruas. Di ujung ruas terakhir tarsus terdapat
pretarsus yang terdiri dari sepasang kuku tarsus. Kuku tarsus ini disebut claw.

7. Sayap
Sayap merupakan tonjolan integumen dari bagian mesotoraks dan metatoraks.

Tiap sayap tersusun atas permukaan atas dan bawah yang terbuat dari bahan khitin tipis.
Bagian-bagian tertentu dari sayap yang tampak sebagai garis tebal disebut pembuluh
sayap atau rangka sayap. Pembuluh atau rangka sayap memanjang disebut rangka sayap
membujur dan yang melintang disebut rangka sayap melintang. Sedangkan, bagian atau
daerah yang dikelilingi pembuluh atau rangka disebut sel. Tidak semua serangga
memiliki sayap. Serangga yang tidak bersayap digolongkan ke dalam subkelas
Apterygota, sedangkan serangga yang memiliki sayap digolongkan kedalam subkelas
Pterygota.

8. Abdomen (perut)
Pada umumnya, abdomen pada serangga terdiri dari 11 segmen. Tiap segmen

dorsal yang disebut tergum dan skleritnya disebut tergit, sklerit ventral atau sternum
adalah sternit dan sklerit pada daerah lateral atau pleuron disebut pleurit. Lubang-lubang
pernafasan disebut spirakel dan terletak di pleuron. Alat kelamin serangga terletak pada
segmen abdomen ke 8 dan 9, di mana segmen-segmen ini mempunyai kekhususan
sebagai alat untuk kopulasi dan peletakan telur.

7

C. FISIOLOGI INSECTA
1. Sistem Pencernaan Serangga

Serangga memakan hampir segala zat organik yang terdapat dialam. Saluran
pencernaan adalah suatu buluh, biasanya agak berkelok, yang memanjang dari mulut
sampai dubur. Saluran pencernaan dibedakan menjadi tiga daerah pokok: usus depan
atau stomodeum (foregut), usus tengah atau mesenteron (mogut) dan usus belakang
atau proktodaeum (hindgut).
 Saluran pencernaan depan

Pencernaan depan berasal dari jaringan ektodermal maka saluran
pencernaan bagian depan dilapisi kutikula yang disebut intima, yang dilepaskan
setiap pergantian kulit. Saluran pencernaan depan lebih berfungsi sebagai
penyimpan makanan dan sedikit melakukan pencernaan. Pencernaan pada tempat
ini disebabkan masih adanya enzim-enzim yang terbawa dari mulut. Saluran
pencernaan depan tersusun dari otot-otot yang memanjang (longitudinal), otototot
melingkar (circular), sel-sel ephitelium yang pipih, sel-sel yang bersifat
impermeable. Akibat pergerakan otot-otot melingkar dan longitudinal
menyebabkan makanan dapat bergerak ke saluran tengah. Saluran pencernaan
depan terdiri dari beberapa bagian dan fungsi sebagai berikut:
 Rongga mulut sebagai masuknya makanan
 Faring (kerongkongan) merupakan bagian pertama sesudah rongga mulut yang

berfungsi sebagai penerus makanan ke oesophagus. Otot-otot yang menempel
pada faring berkembang dengan baik, hal ini sesuai dengan perannya yang
mendorong makanan dari mulut ke oesophagus . Pada serangga dengan tipe

8

menusuk dan mengisap pada faring terdapat pompa faringeal yang dipakai
untuk mengambil cairan.
 Oesophagus adalah bagian usus depan yang tidak berdiferensiasi yang
berfungsi mendorong makanan dari faring ke tembolok.
 Tembolok merupakan pembesaran usus bagian depan yang berfungsi sebagai
penyimpan makanan. Enzim didapat dari makanaan yang tercampur air liur
yang bergerak ke belakang menuju tembolok serta enzim dari mesenteron yang
dimuntahkan dari usus tengah. Walaupun proventrikulus bertindak sebagai klep
yang membatasi gerakan-gerakan makanan ke belakang tetapi tidak
menghalangi muntahan cairan.
 Proventrikulus, bagian ini mengalami modifikasi yang beraneka ragam pada
berbagai serangga. Pada serangga pemakan bahan padat, proventrikulus
berfungsi sebagai pemecah makanan, sedangkan pada serangga pemakan cairan
proventrikulus termodifikasi menjadi katup. Pada lipas dan jangkrik, intima di
dalam proventrikulus berkembang menjadi enam keping otot yang keras atau
geligi yang berfungsi untuk memecah makanan. Proventrikulus secara
keseluruhan mengontrol jalannya makanan dari stomadeum ke mesenteron.
 Saluran Pencernaan Tengah

Saluran pencernaan bagian tengah berfungsi sebagai pencerna dan
penyerap makanan. Saluran ini berasal dari mesodermal sehingga saluran ini tidak
memiliki kutikula dan sebagai gantinya adalah lapisan peritropik yang halus. Otot-
otot pada saluran ini berkembang. Menurut Chapman (1982) saluran pencernaan
ini disususn oleh otot longitudinal, otot melingkar, sel-sel epityelium yang
berbentuk kolumnar, sel-sel regeneratif (penghasil enzim) dan membran
peritropik. Pergerakan makanan ke saluran belakang pada saluran ini lebih
disebabkan oleh
membran peritropik. Membran peritropik adalah suatu lapisan yang meliputi
lumen untuk melindungi sel-sel kolumnar yang berada di bawahnya dari makanan
dan mikroba. Membran peritropik terdiri atas khitin dan protein. Ada dua
pendapat mengenai terjadinya membran tersebut, pendapat pertama mengatakan
bahwa lapisan dihasilkan oleh bagian depan saluran pencernaan tengah,

9

sedangkan pendapat kedua mengatakan bahwa lapisan dihasilkan oleh sel-sel
kolumnar sendiri. Lumen memiliki mikropili yang merupakan tonjolan-tonjolan
pada sel yang dapat membentuk started border. Mikropili ini juga berfungsi
memperbesar luas permukaan penyerapan. Pada sel-sel ini terdapat banyak
mitokondria sebagai penghasil energi (ATP) untuk pergerakan makanan. Pada sel
ini juga terdapat banyak retikulum endoplasma sebagai tempat sintesis protein
untuk menghasilkan enzim-enzim pencernaan. Pada sel epitelium yang kolumnar
ditemukan sel Goblet. Pada selaput dasar memiliki banyak lekukan-lekukan dan
disana banyak terdapat mitokondria yang panjang-panjang sehingga hal tersebut
menjadi pembeda dengan sel-sel lain. Saluran pencernaan tengah terdiri dari
grastrik kaekum dan ventrikulus, tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis
dan absorbsi nutrisi.
 Saluran pencernaan belakang

Saluran pencernaan belakang berfungsi sebagai tempat pengeluaran sisa-
sisa makanan yang tidak terserap dan memaksimalisasi penyerapan sisa makanan
yang tidak terserap pada saat di mesenteron. Saluran pencernaan belakang ini
berasal dari jaringan ektodermal sehingga saluran ini memiliki kutikula yang
disebut intima. Pada saluran inilah sifat hemoestasis serangga terdapat. Saluran
pencernaan belakang menurut Snogras (1935) tersusun dari otot melingkar, otot
longitudinal, sel-sel epitel tipis yang berbentuk kubus, intima yang bersifat
permiabel. Otot-otot pada saluran ini lebih berkembang sehingga dapat
menyebabkan sisa makanan dapat bergerak ke belakang dan keluar melalui anus.
Saluran pencernaan belakang ini terdiri dari:

 Pilorus, bagian depan dari saluran ini tempat berpangkalnya tabung
malphigi Illeum, berfungsi sebagai penyerapan air dari hemolimfa atau
juga penyerapan amonia pada serangga “blowfly”. Pada rayap di illeum ini
terdapat kantung-kantung tempat organisme lain bersimbiosis (Chapman,
1982)

 Rektum, berfungsi sebagai reabsorbsi air, asam amino dan pada serangga
tertentu memiliki insang trakea. Pada rektum ini terjadi diferensiasi sel-sel,
ada yang memanjang dan ada yang membentuk bantalan

10

 Anus, bagian ujung saluran sebagai tempat keluarnya feces.
Terdapat beberapa jenis kelenjar yang dapat berasosiasi dengan sistem

pencernaan diantaranya adalah kelenjar mandibel, kelenjar maksila, kelenjar
faring dan kelenjar labium.

2. Sistem Ekskresi

Alat ekskresi pada belalang adalah pembuluh Malpighi, yaitu alat pengeluaran
yang berfungsi seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh Malphigi berupa kumpulan
benang halus yang berwarna putih kekuningan dan pangkalnya melekat pada pangkal
dinding usus. Di samping pembuluh Malphigi, serangga juga memiliki sistem trakea
untuk mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini
berfungsi seperti paru-paru pada vertebrata. Belalang tidak dapat mengekskresikan
amonia dan harus memelihara konsentrasi air di dalam tubuhnya. Amonia yang
diproduksinya diubah menjadi bahan yang kurang toksik yang disebut asam urat.
Asam urat berbentuk kristal yang tidak larut.

Pembuluh Malpighi terletak di antara usus tengah dan usus belakang. Darah
mengalir lewat pembuluh Malpighi. Saat cairan bergerak lewat bagian proksimal
pembuluh Malpighi, bahan yang mengandung nitrogen diendapkan sebagai asam urat,
sedangkan air dan berbagai garam diserap kembali biasanya secara osmosis dan
transpor aktif. Asam urat dan sisa air masuk ke usus halus, dan sisa air akan diserap
lagi. Kristal asam urat dapat diekskresikan lewat anus bersama dengan feses.

11

3. Sistem Respirasi

Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan
sistem tertutup. Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga
tabung-tabung trakheadan trakheola. Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan
yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada
lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel
berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada
setiap segmen tubuh.

Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan
menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama
serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.Oksigen dari luar masuk
lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh pembuluh trakea dan
selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut
trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam.
Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut
trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini
mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi)
pada vertebrata.

Serangga mempunyai sistem pernapasan yang disebut sistem trakea. Oksigen
yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh untuk oksidasi tidak diedarkan oleh darah tetapi
diedarkan oleh trakea yang bercabang-cabang ke seluruh tubuh. Cabang kecil trakea
yang menembus jaringan tubuh disebut trakeolus. Masuknya udara untuk pernapasan
tidak melalui mulut melainkan melalui stigma (spirakel). Proses pernapasan pada
serangga terjadi sebagai berikut. Dengan adanya kontraksi otototot tubuh, maka tubuh

12

serangga menjadi mengembang dan mengempis secara teratur. Pada waktu tubuh
serangga mengembang, udara masuk melalui stigma, selanjutnya masuk ke dalam
trakea, kemudian ke dalam trakeolus dan akhirnya masuk ke dalam sel-sel tubuh.
Oksigen berdifusi ke dalam sel-sel tubuh. Karbondioksida hasil pernapasan
dikeluarkan melalui sistem trakea juga yang akhirnya dikeluarkan melalui stigma
pada waktu tubuh serangga mengempis.

Sistem trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh tubuh,
dan sebaliknya mengangkut C02 basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan
demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan
untuk mengangkut gas pernapasan.Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan sehingga
udara mudah berdifusi ke jaringan. Pada serangga air seperti jentik nyamuk udara
diperoleh dengan menjulurkan tabung pernapasan ke permukaan air untuk mengambil
udara. Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga dapat menyelam
di air dalam waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp. mempunyai gelembung udara
di organ yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama menyelam, O2
dalam gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan. Selain itu,
ada pula serangga yang mempunyai insang trakea yang berfungsi menyerap udara
dari air, atau pengambilan udara melalui cabang-cabang halus serupa insang.
Selanjutnya dari cabang halus ini oksigen diedarkan melalui pembuluh trakea.

4. Sistem Sirkulasi

Sistem sirkulatori pada serangga terdiri dari jantung yang hanya merupakan
pembuluh dorsal dengan pergerakan peristaltik untuk memompa darah atau

13

haemolymph. Serangga memiliki jantung yang berbentuk tabung panjang dengan
bagian-bagian gelembung pembuluh darah. Letak jantung serangga berada pada
punggung, tepatnya di dalam bagian homosoel yang memanjang. Bagian tersebut
disebut sinus. Sedangkan pembuluh darah besar (aorta) meninggalkan jantung bagian
depan, belakang, dan seringkali bagian bawahnya. Kemudian pembuluh darah
tersebut menjadi cabang-cabang yang membawa hemolimfa ke berbagai organ dan
jaringan-jaringan tubuh.

Hemolimfa (haemolymph) adalah cairan yang tersusun atas darah dan aairan
interstisial. Haemolymph yang terdiri dari larutan berair, ion-ion anorganik, lipid,
gula (trehalose), asam amino, protein, asam organic dan sel-sel darah berfungsi untuk
pertukaran zat antar jaringan, mengangkut hormon dan nutrien dari usus ke jaringan
dan barang buangan dari jaringan ke organ ekskretori. Hemolimfa dari abdomen
dipompa oleh jantung ke aorta kemudian ke kepala kemudian ke jaringan-jaringan
lalu kembali ke abdomen, dan siklus dimulai lagi. Peredaran darah pada serangga
diatur oleh sistem pompa otot-otot melalui rongga-rongga dalam tubuh yang
dipisahkan oleh septa. Organ peredaran darah serangga terdiri atas jantung dan arteri.

Pada sebagian besar serangga, hemosel terbagi menjadi beberapa rongga (sinus)
oleh septa. Aorta mengantarkan darah ke kepala dan bermuara di belakang atau di
bawah otak. Organ denyut ditemui di toraks yang memelihara peredaran darah di
pembuluh sayap.

5. Sistem Saraf

Sistem saraf yang terdiri dari serangkaian ganglia, dihubungkan dengan tali saraf
ventral terdiri dari dua paralel connectives sepanjang perut. Biasanya, setiap segmen

14

tubuh memiliki satu ganglion pada setiap sisi, meskipun beberapa ganglia yang
melebur untuk membentuk otak dan ganglia besar lainnya. Segmen kepala berisi otak,
juga dikenal sebagai ganglion supraesophageal. Dalam sistem saraf serangga, otak
anatomis dibagi ke dalam protocerebrum yang mencakup mata majemuk dan oselli,
deutocerebrum yang mencakup antenna, dan tritocerebrum yang mencakup labrum
dan usus depan. Segera di belakang otak adalah subesophageal ganglion, yang terdiri
dari tiga pasang ganglia menyatu. Ini mengendalikan mulut, kelenjar ludah dan otot-
otot tertentu. Pada berbagai tempat di segmen tubuh, ada pembesaran saraf tangga tali
yang disebut ganglia .Ganglia berfungsi sebagai pusat refleks dan pengendalian
berbagai kegiatan. Ganglia bagian anterior yang lebih besar berfungsi sebagai otak.
Pada belalang terlihat susunan saraf tangga tali dari simpul saraf yang disebut ganglia
(jamak dari ganglion). Ganglion merupakan pusat peogolah rangsang. Ada 3 macam
ganglion :
1). Ganglion kepala, menerima urat saraf yang berasal dari mata dan antena.
2). Ganglion di bawah kerongkongan, mengkoordinasi aktivitas sensoris dan motoris

rahang bawah (mandibula), rahang atas (maksila), dan bibir bawah (labium).
3). Ganglion ruas-ruas badan berupa serabut-serabut saraf yang menuju ruas-ruas

dada, perut, dan alat-alat tubuh yang berdekatan.
Ganglion bawah kerongkongan dan ganglion ruas-ruas badan terletak dibawah
saluran pencernaan. Pada serangga terdapat 2 benang saraf yang membentang sejajar
sepanjang tubuhnya dan menghubungkan ganglion satu dengan ganglion yang lain.

Sedangkan sel saraf tepi terdiri dari 3 macam sel saraf, yaitu :
 Sel saraf indera: membawa impuls dari salat indera.

15

 Sel perantara (internuncial): mrmbawa impuls antara sel saraf.
 Sel saraf motor: membawa impuls dari pusat integrasi ke otot.
Ada 3 macam susunan, yaitu
 Monopolar
 Bipolar
 Multipolar

Susunan di atas disebut sebagai "neuron bipolar", sedang bentuk lainnya adalah
"monopolar Neuron" seperti yang dijumpai pada SSP.Neuron bipolar dengan demikian
lebih banyak dipergunakan untuk menerima dan meneruskan rangsang, sementara
yang monopolar dipergunakan untuk memproses rangsang dan selanjutnya diantisipasi
sesuai dengan jenis rangsang.

 Organ Peraba, Syaraf, dan Integrasinya
Organ peraba dibagi atas photoreceptor, chemoreceptor dan mechanoreceptor.

Organ yang terlihat dalam photoreceptor adalah mata dan mata serangga terbagi dalam
dua bentuk, yaitu mata majemuk dan mata sederhana pada chemoreceptor, syaraf
pengecap dan syaraf pembau bekerja untuk menghasilkan impuls. Bentuk
mechanoreceptor dapat berupa trichoid, campaniform atau placoid. Receptor lain yang
juga berperan dalam kehidupan serangga adalah hygroreceptor dan
geomagneticreceptor. Sistem syaraf serangga terbagi menjadi sistem syaraf pusat dan
sistem syaraf visceral. Sistem syaraf pusat dibagi lagi menjadi supraesophaged

16

ganglion dan subesophageal ganglion. Komponen utama dari sistem syaraf visceral
adalah stomodeal nervous system. Unit dasar dari sistem geuron motor, dan
interneuron. Acetylcholine adalah transmiter kimia yang penting dalam membawa
impuls melewati synapse.
6. Sistem Reproduksi

Reproduksi serangga terjadi secara internal. Dalam proses menuju kedewasaannya
dikenal ada pergantian bentuk yang disebut metamorfosis. Insecta kadang-kadang
mengalami partenogenesis maupun paedogenesis. Partenogenesis ialah perkembangan
embrio tanpa dibuahi oleh spermatozoid, misalnya lebah. Sedangkan paedogenesis
ialah partenogenesis yang berlangsung di tubuh larva, misalnya Diptera. Dalam
perkembangan menuju dewasa, Insecta mengalami perubahan bentuk luar dan dalam
dari fase telur ke tingkat dewasa yang disebut metamorfosis. Fertilisasinya internal,
artinya pembuahan sel telur pleh spermatozoid berlangsung di dalam tubuh induk
betina.
 Organ Perkembangbiakan Betina

Ovarium terdiri dari beberapa tabung ovariol, yang pada bagian ujungnya
menggulunh dan diselaputi oleh jaringan ikat sehingga tampak dari luar sebagai

17

bulatan. Lalat tsetse hanya mempunyai satu ovariol, sedangkan rayap mempunyai
2000 buah ovariol. Pelengkap organ reproduksi betina Reseptakulum seminis, disebut
juga spermateka, suatu tempat untuk menyimpan sperma. Dengan adanya bagian ini,
sperma dapat disimpan untuk beberapa lama antara waktu kawin dan waktu telur
dibuahi. Bursa kopulatrik, juga merupakan suatu tempat penyimpanan sperma. sperma
disimpan di sini dulu sebelum dipindahkan ke resepatakulum seminalais. Kelenjar
pelengkap, satu atau dua pasang, disebut juga kelenjar „colleterial‟ yang dapat
mengeluarkan bahan koriol (pembungkus telur).
 Organ Perkembangbiakan Jantan

Testis yang merupakan organ perkembangbiakan pada serangga jantan, terdiri dari
beberapa tabung. tabung ini tidak panjang dan tidak tergulung seperti ovariol. Alat
pembantu dapat berupa pertumbuhan semacam penis yang disebut aedeagus dan
klasper atau alat penjepit. Terdapat juga kelenjar pembantu yang bermuara di pangkal
saluran ejakulatori.

D. KLASIFIKASI INSECTA
Kelas Insekta dibagi menjadi dua subkelas yaitu Subkelas Apterygota dan Subkelas

Pterigota. Subkelas Apterygota memiliki ciri-ciri berupa serangga primitif berukuran kecil, tidak
bersayap sejak nenek moyang, mempunyai alat tambahan seperti style pada ujung abdomen dan
metamorfosisnya masih sederhana (ametabola), Subkelas Apterygota meliputi ordo Protura,
Diplura, Thysanura dan Collembola. Sedangkan Subkelas Pterygota memiliki ciri-ciri bersayap,
namun ada yang tidak bersayap tetapi tidak sejak dari nenek moyang, dan metamorfosisnya ada
yang sederhana hingga sempurna (metabola). Subkelas Pterygota terbagi menjadi Exopterygota

18

dan Endopterygota, pada Exopterygota meliputi kelompok serangga yang sayapnya berkembang
pada bagian luar tubuh dan bermetamorfosis sederhana, terdiri dari Ordo Ephemeroptera,
Odonata, Orthoptera, Isoptera, Plecoptera, Dermaptera, Embioptera, Mallophaga, Anoplura,
Thysanoptera, Hemiptera, Homoptera, dan Neuroptera. Sedangkan Endopterygota meliputi
kelompok serangga yang sayapnya berkembang ke bagian dalam tubuh dan bermetamorfosis
sempurnya, terdiri dari Ordo Coleoptera, Mecoptera, Trichoptera, Lepidoptera, Diptera,
Siphonaptera, dan Hymenoptera (Lilies, 1991).

1. Ordo Protura

Protura berasal dari kata Prot memiliki arti pertama dan ura yang berarti ekor, ordo
protura memiliki ukuran tubuh yang kecil berbentuk oval memanjang. Tubuhnya bewarna
keputih-putihan, pada bagian kepalanya tidak terdapat mata maupun sungut. Mulutnya tidak
digunakan untuk mengigit tetapi untuk menggerogoti partikel makananya yang kemudian
akan dicampur dengan air liurnya kemudian barulah dihisap masuk ke dalam mulutnya.
Sepasang tungkai yang pertama memiliki fungsi untuk sensorik dan terletak dalam posisi
terangkat seperti sungut (Borror, 1996). Ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu tidak
memiliki antena dan memiliki ukuran tubuh yang snagat kecil kurang lebi 1,5 mm (Lilies,
1991). Pada ordo protura terbagi atas beberapa family atau anggota yaitu:
 Eosentomidae (Eosentomon asahi),
 Protentomidae (Fujientomon primum)
 Acerentomidae (Acerentulus omoi)
 Sinentomidae (Sinentomon yoroi)

19

2. Ordo Diplura

Diplura berasal dari kata Dipl memiliki arti dua dan ura yang berarti ekor. Ordo
diplura bertubuh kecil berbentuk oval memanjang dan tubuhnya bewarna pucat.
Tubuhnya tidak tertutup oleh sisik, tidak mempunyai mata majemuk maupun mata
tunggal, tarsi mempunyai satu ruas, pada mulutnya terdapat mandibula yang tertarik
kedalam kepala (Borror, 1996). Pada ordo Diplura ciri utama dalam mengidentifikasi
yaitu memiliki antena yang panjang dengn banyak ruas, abdomennya terdapat ruas-ruas
kurang lebih 9 ruas, kaki terdapat pada bagian sisi ventral dan mempunyai cerci (Lilies,
1991). Anggota dari ordo diplura terbagi atas beberapa famili yaitu:
 Japygidae (Holajopyx diversiungis)
 Campodeidae (Campodea folsomi)
 Procampodeidae (Procampodea)
 Anajapygidae (Anjapryx vesiculous)
3. Ordo Tysanura (Kutu Buku Atau Renget)

Thysanura berasal dari kata Thysan memiliki arti bulu dan ura yang berarti ekor.
Ordo Thysanura memiliki tubuh berbentuk pipih, panjang, ciri utama dalam
mengidentifikasi yaitu hampir seluruh tubuhnya tertutupi oleh sisik dan tidak memiliki

20

sayap. Pada bagian ujung posterior abdomen terdapat tiga ekor yang ramping dan
memiliki type mulut pengunyah. Pada bagian mulutnya terdapat mandibulat dan masing-
masing madibel mempunyai dua tempat artikulasi dengan kapsula kepala, memiliki mata
majameuk yang kecil dan sangat lebar terpisah. Tarsi mempunyai tiga sampai lima ruas,
abdomennya terdiri dari sebelas ruas (Borror, 1996). Ada 4 famili pada ordo tysanura
yaitu:
 Lepidothrichidae (Lepidothrix pilifera)
 Nicoletiidae (Speleonycta ozarkensis)
 Lepismatidae (Lepisma saccharina)
 Maindroniidae (Maindronia neotropicalis)
4. Ordo Collembola

Collembola berasal dari kata Coll yang memiliki arti lem dan embola yang berarti
bedesakan. Ordo Collembola tubuhnya kecil, bewarna hitam, beruas nampak merapat dan
saling berlekatan satu sama lain, tidak memiliki sayap, ciri utama dalam mengidentifikasi
yaitu memilik antena pendek yang terdiri dari enam ruas, abdomen terdiri kurang lebih 6
ruas dan mempunyai ekor seperti pegas yang berfungsi untuk melompat (Lilies, 1991).

5. Ordo Odonata

21

Odonata memiliki arti bergigi, sehingga memiliki tipe alat mulut penggigit
pengunyah. Insekta ini merupakan salah satu serangga yang berukuran besar, memiliki
warna-warna yang sangat indah dan sebagian besar hidupnya dihabiskan untuk terbang.
Odonata memiliki ciri-ciri dua pasang sayap berbentuk memanjang, bermata majemuk
yang memiliki ukuran besar hampir memenuhi sebagian kepala, toraks memiliki ukuran
yang relatif kecil, sungut relatif sangat kecil seperti rambut, abdomen pada odonata
berbentuk memanjang dan langsing (Borror, 1996). Ciri utama dalam mengidentifikasi
yaitu pada sayap panjang dan bentukan sayap depan dan belakang, memiliki antena
pendek seperti bulu keras ada juga yang memiliki antena yang panjang dan ramping ,
abdomen berbentuk panjang dan ramping (Lilies,1994).

6. Ordo Orthoptera

Orthoptera berasal dari kata Ortho yang berarti lurus dan ptera yang berarti sayap.
Ordo Orthoptera memiliki karakteristik yaitu memiliki sungut tipe filiform, tipe mulut
pengunyah, memiliki tungkai yang panjang dengan terdapat satu sampai lima segmen
pada bagian tarsusnya, serta tungkai depan diadaptasi untuk menggali atau memegang
makanan, sedangkan pada tungkai belakang ukurannya besar dan diadaptasi untuk
melompat. Sayapnya memiliki banyak pembuluh dan dengan sayap depannya yang
biasanya menyempit dan menebal/mengeras yang disebut dengan tegmen, sedangkan
sayap belakang lebar, seperti selaput yang biasanya digunakan untuk terbang, dan pada
ujung abdomennya terdapat cerci yang biasanya pendek. Ordo Orthoptera terbagi
menjadi beberapa famili yaitu, Tetrigidae, Gryllotalpidae, Acrididae, Gryllidae,
Tettigonidae, Mantidae, Phasmidae, dan Blattidae (Elzinga, 1978). Ciri utama dalam
mengidentifikasi yaitu pada sayap memiliki sayap depan dan sayap belakang yang lebih
pendek, antena terdapat ruas lebih dari 12 dan kaki femur yang membesar berfungsi
untuk melompat dengan ukuran lebih dari 5mm (Lilies,1991).

22

7. Ordo Isoptera

Isoptera merupakan serangga yang berukuran sedang yang merupakan serangga
pemakan selulosa (Borror, 1996). Isoptera berasal dari kata Iso yang berarti sama dan
ptera yang berarti sayap. Isoptera ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu memiliki dua
pasang sayap yang berukuran dan berbentuk sama, ada juga yang tidak meiliki sayap dan
kaki belakang tidak memiliki femur yang membesar dengan ukuran kurang dari 10mm
(Lilies,1991). Isoptera memiliki ukuran panjang tubuh 2 mm hingga 12 mm, memiliki
ciri utama terdapat sungut tipe moniliform dengan jumlah segmen sembilan hingga tiga
puluh, tipe mulut pengunyah, hanya insekta yang reproduktif (betina) yang memiliki
sayap, dengan semua sayapnya memiliki bentuk dan ukuran yang sama, lebih panjang
dari ukuran tubuhnya serta bermembran, selain itu memiliki tungkai yang memendek dan
kuat dengan jumlah segmen pada tarsi sebanyak empat segmen (Elzinga, 1978).
8. Ordo Dermaptera

23

Dermaptera berasal dari kata Derma yang berarti kulit dan ptera yang berarti
sayap (Lilies,1991). Ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu memiliki cerci tak
bersegmen berbentuk seperti penjepit dan ukurannya besar, sayap ada yang pendek dan
ada juga yang panjang menutupi sebagian perut. Dermaptera memiliki ukuran sedang
yaitu sekitar 5 mm hingga 35 mm, dengan karakteristik tipe mulutnya pengunyah,
memiliki tipe sungut filiform, sepasang mata utama yang berkembang dengan baik,
sedangkan tungkainya panjang dengan bersegmen tiga pada tarsinya, serta pada sayap
depannya mengalami penebalan dan memendek membentuk tegmina,dan pada sayap
belakang saat tidak digunakan untuk terbang melipat memanjang seperti kipas dan
melintang dua kali agar cukup dibawah tegmina (Elzinga, 1978). Pada klasifikasi
dermaptera terbagi menjadi tiga subordo yaitu Arexinena, Diploglossata, dan Forficulina
(Borror, 1996).

9. Ordo Plecoptera

Plecoptera berasal dari kata Pleco yang berarti terlipat dan ptera yang berarti
sayap. Tubuh dari plecoptera memiliki wrna yang pudar atau tidak mengkilap (Lilies,
1991). Plecoptera memiliki ukuran panjang mulai dari 12 mm hingga 65 mm, dengan
karakteristik terdapat sungut tipe filiform yang panjang, tipe mulut pengunyah (Elzinga,
1978). Ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu sebagian besar plecoptera memiliki dua
pasang sayap yang berselaput tipis, pada sayap bagian depan berbentuk memanjang dan
agak menyempit sedangkan pada sayap belakang memiliki ukuran yang lebih pendek dari

24

sayap depan dan akan terlihat seperti kipas ketika sayap dalam keadaan istirahat (Borror,
1996).
10. Ordo Hemiptera

Hemiptera berasal dari kata Hemi yang berarti setengah dan ptera yang berarti
sayap. Hemiptera memiliki tubuh yang pipih dan ada yang berukuran besar maupun yang
berukuran yang sangat kecil (Lilies,1991). Hemiptera memiliki ukuran mata yang besar,
sungutnya terdiri dari empat sampai lima segmen dan biasanya lebih panjang dari
kepalanya, tipe mulut penusuk-penghisap dengan terdapat paruh yang muncul dari bagian
anterior dari kepala (Elzinga, 1978). Ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu memiliki
antena yang lebih panjang dari kepalanya tetapi ada juga yang pendek (Lilies,1991).
Sebagian banyak hemiptera memiliki sayap depan yang menebal dan terlapisi oleh
selaput yang tipis. Sedangkan pada sayap belakang memiliki ukuran yang lebih pendek
dari sayap depan dan keseluruhan sayap belakang terlapisi selaput tipis. Pada saat sayap
dalam keadaan istirahat maka sayap akan terletak sejajar di atas abdomen dengan ujung-
ujung yang beselaput tipis saling tumpang tindih (Borror, 1996).

25

11. Ordo Homoptera

Homoptera berasal dari kata Homo yang berarti seperti atau seragam dan ptera
yang berarti sayap, sehingga dapat dikatakan bahwa homoptera memiliki ciri utama
dalam mengidentifikasi yaitu 2 pasang sayap, dimana sayap depan seragam, seperti
selaput atau sedikit menebal, sedangkan sayap belakang seperti membran, namun pada
saat istirahat sayap tersusun seperti genting di atas tubuh. Antenna ordo ini panjang, tipe
mulutnya penghisap, dan abdomen berbentuk panjang ramping dengan ukuran kurang
dari 5mm (Lilies,1991). Homoptera sebagian besar merupakan serangga hama yang
memakan tumbuh-tumbuhan. Pada ordo homoptera terbagi atas dua subordo yaitu
Auchenorrhyncha dan Stenorrhyncha (Borror, 1996).
12. Ordo Coleoptera

Coleoptera berasal dari kata Coleo yang berarti sarung pedang dan ptera yang
berarti sayap (Lilies, 1991). Ordo Coleoptera memiliki karakteristik mulut dengan tipe

26

mulut pengunyah, memiliki mata majemuk yang besar. Ciri utama dalam
mengidentifikasi yaitu sayap depannya mengalami penebalan yang disebut dengan elytra,
yang membentuk garis tipis ditengah saat terlipat, sedangkan sayap belakang berupa
sayap bermembran yang digunakan untuk terbang, namun jika tidak digunakan untuk
terbang sayap ini akan terlipat dibawah elytra, dan pada antena terdapata kurang lebih 11
ruas. Tubuh Coleoptera memiliki panjang 0.25 hingga 150 mm, dan biasanya seluruhnya
mengeras dan kuat. Ordo Coleoptera terbagi menjadi beberapa family, diantaranya yaitu
Curcolionidae, Tenebrionidae, Coccinellidae, Cerambycidae, Chrysomelidae, Elateridae,
Cantharidae, dan Buprestidae (Elzinga, 1978).

13. Ordo Thysanoptera

Thysanoptera berasal dari kata Thysano yang berarti rumbai dan ptera yang
berarti sayap(Lilies,1991). Ordo Thysanoptera memiliki tubuh yang kecil dan langsing ,
type mulutnya menghisap berbentuk kerucut, memiliki mata majemuk yang besar
(Elzinga, 1978). Ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu pada syap yang berbentuk
panjang menyempit berumbai-rumbai dengan rambut panjang. Mulutnya yang bertype
penghisap terdapat probosis memiliki struktur gemuk, konis yang terletak di bagian
posterior bidang ventral kepala. Memiliki sungut yang pendek terdapat pada empat
sampai sembilan ruas. Ujung abdomen memiliki bentuk seperti tabung (Borror, 1996).

27

14. Ordo Hymenoptera

Hymenoptera berasal dari kata Hymeno yang berarti selaput dan ptera yang
berarti sayap, sehingga ordo ini memiliki 2 pasang sayap yang seperti selaput. Ordo
Hymenoptera memiliki karakteristik yaitu memiliki sungut dengan tipe filiform, tipe
mulutnya pengunyah atau pengunyah peminum, memiliki mata majemuk yang besar,
tungkai yang panjang dengan lima segmen pada tarsi, tidak memiliki cerci. Ciri utama
dalam mengidentifikasi yaitu sayapnya panjang dan sempit dengan vena-vena sayap yang
menyatu sayap belakang lebih kecil dari sayap depan dan memiliki antena yang
berbentuk siku (Lilies,1991). Ordo Hymenoptera terbagi menjadi beberapa famili,
diantaranya yaitu Braconidae, Ichneumonidae, Pompilidae, Vespidae, Xylocopidae, dan
Apidae (Elzinga, 1978).
15. Ordo Lepidoptera

28

Lepidoptera berasal dari kata Lepido yang berarti sisik dan ptera yang berarti
sayap (Lilies,1991). Ordo Lepidoptera memiliki karakteristik terdapat tipe mulut sifon
yang melingkar dibawah kepala, mata majemuknya besar, tungkainya panjang dengan
terdapat lima segmen tarsi. Ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu memiliki dua pasang
sayap bermembran yang dipenuhi dengan sisik, dan seluruh tubuhnya juga dipenuhi
dengan rambut dan sisik (Elzinga,1978).
16. Ordo Mallophaga

Mallophaga berasal dari kata Mallo yang berarti wool dan phaga yang berarti
makan (Lilies,1991). Ordo Mallophaga memiliki ukuran tubuh yang kecil, yaitu sekitar 2
mm hingga 6 mm. Ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu kepalanya melebar, tipe
mulutnya menggigit, tarsinya bersegmen dua hingga lima, tidak memiliki cerci, tidak
memiliki sayap, dan tubuhnya pipih pada bagian dorsal dan ventral (Elzinga., 1978).
Ordo ini hidup di rambut dan kulit unggas dan mamalia, peranannya sebagai hama pada
binatang dengan menghisap darah dan menimbulkan luka pada inang (Lilies, 1991).
17. Ordo Ephemeroptera

29

Ephemeroptera berasal dari kata Ephemera yang berarti hidup pendek dan ptera
yang berarti sayap (Lilies,1991). Ordo Ephemeroptera memiliki tubuh panjang dan lunak,
dengan ukuran yang kecil hingga sedang, dan antena kecil. Ciri utama dalam
mengidentifikasi yaitu memiliki sayap depan dan belakang yang bermembran dengan
banyak vena, pada sayap depannya lebar dengan bentuk segitiga, sedangkan sayap
belakangnya kecil bulat, dan terkadang tidak ada pada bagian abdomen terdapat caudal
yang panjang (Lilies, 1991). Ordo Ephemeroptera terdiri dari beberapa famili yaitu
Neoephemeridae, Polymitarcidae, Potamanthidae, Polingoniidae, Ephemeridae,
Tricorythidae, Caenidae, Baetiscidae, Baetidae, Caenidae, Oligoneuriidae,
Heptageniidae, Ephemerellidae, Leptophlebiidae, Ametropodidae, Siphlonuridae, dan
Metretopodidae (Borror, 1996).
18. Ordo Anoplura

Anoplura berasal dari kata Anopl yang berarti tidak bersenjata dan ura yang
berarti ekor. Ordo Anoplura memiliki ciri tubuh kecil, pipih, ciri utama dalam
mengidentifikasi yaitu ukuran kepala lebih sempit dari pada thoraks, tidak bersayap dan
tipe mulutnya penusuk dan penghisap. Ordo ini memiliki tarsi dengan 1 ruas dengan kuku
besar untuk bergantung pada rambut inang biasanya terdapat pada tubuh tikus,
peranannya sebagai hama tikus, kera, dan mamalia lainnya (Lilies, 1991).

30

19. Ordo Neuroptera

Neuroptera berasal dari kata Neure yang berarti urat dan ptera yang berarti sayap.
Ordo Neuroptera memiliki ukuran tubuh kecil hingga besar, dengan antenna yang
umumnya panjang dan tipe mulut penggigit dan pengunyah. Ciri utama dalam
mengidentifikasi yaitu sayapnya bermembran dengan banyak vena seperti susunan jala,
dengan jumlah sebanyak 2 pasang, yaitu sayap depan dan sayap belakang yang hampir
sama ukurannya, tetapi sayap belakang dengan pangkal agak melebar (Lilies, 1991).

Ordo Neuroptera terdiri dari beberapa famili yaitu Raphidiidae, Inocelliidae,
Caniopterygidae, Ithonidae, Mantispidae, Hemerobiidae, Chrysopidae, Dilaridae,
Berothidae, Polystoechotidae, Sisyridae, Myrmeleontidae, dan Ascalaphidae (Lilies,
1991).
20. Ordo Mecoptera

31

Mecoptera berasal dari kata Meco yang berarti panjang dan ptera yang berarti
sayap. Ordo Mecoptera ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu ukuran tubuh kecil
hingga sedang, agak ramping, dengan kepala memanjang kebawah seperti paruh yang
pendek. Sayapnya 2 pasang dengan bentuk, ukuran dan susunan vena sama, yaitu
ukurannya panjang, sempit dan berselaput. Ordo mecoptera terdiri dari beberapa famili
yaitu Boreidae, Bittacidae, Meropeidae, Panorpidae, dan Panorpidadae (Lilies,1991).
21. Ordo Trichoptera

Trichoptera berasal dari kata Tricho yang berarti rambut dan ptera yang berarti
sayap. Ordo Trichoptera memiliki ukuran tubuh kecil sampai sedang, ciri utama dalam
mengidentifikasi yaitu sayap seperti selaput, agak berambut dan bersisik, antenanya
panjang dan ramping dan tipe mulutnya menggigit. Ordo Tricoptera terdiri dari beberapa
famili yaitu Philopotamidae, Psychomyiidae, Hydropsychidae, Rhyacophilidae,
Hydroptilidae, Phryganeidae, Brachycentridae, Limnephilidae, Lepidostomatidae,
Calamoceratidae, Helicopsychidae, Odontoceridae, Sericostomomatidae, Leptoceridae,
Molannidae, dan Beraeidae (Borror, 1996).

32

22. Ordo Diptera

Diptera berasal dari kata Di yang artinya dua dan ptera yang artinya sayap. Ordo
Diptera memiliki tubuh kecil hingga sedang, ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu
sayapnya berjumlah sepasang, yaitu sayap depan, dan sayap belakang mereduksi menjadi
halter yang berfungsi sebagai alat keseimbangan. Tipe mulutnya ada yang penjilat dan
ada yang penusuk penghisap, antenanya pendek dan mata majemuknya besar (Lilies,
1991).

Ordo Diptera terdiri dari beberapa famili yaitu Tipulidae, Culicidae,
Chironomidae, Simuliidae, Bibionidae, Cecidomyiidae, Stratiomydae, Tabanidae,
Rhagionidae, Acroceridae, Asilidae, Bombyliidae, Dolichopodidae, Phoridae,
Pipunculidae, Syrphidae, Tephritidae, Sciomyzidae, Chloropidae, Antomyzidae,
Agromyzidae, Drosophilidae, Muscidae, Tachinidae, dan Sarcophagidae (Lilies, 1991).

23. Ordo Siphonaptera

33

Siphonaptera berasal dari kata Siphon yang berarti pipa dan aptera yang berarti tak
bersayap. Ordo Siphonaptera memiliki ciri utama dalam mengidentifikasi yaitu tubuh kecil,
pipih pada bagian samping, dengan banyak duri dan bulu keras yang tumbuh mengarah
kebelakang. Antenanya pendek, tipe mulutnya penusuk penghisap dan tidak memiliki sayap.
Selain itu memiliki coxa yang membesar, dan kaki yang panjang. Habitatnya berada pada
tubuh inangnya (Lilies, 1991).

E. METAMORFOSIS SERANGGA
Metamorfosis adalah proses perubahan bentuk dan struktur yang terjadi pada hewan,

mulai dari embrio sampai menjadi dewasa, Metamorfosis serangga dapat dibedakan menjadi
4 tipe yaitu: tidak bermetamorfosis (ametabola), metamorfosis bertahap (paurometabola),
metamorfosis tidak sempurna (hemimetabola), dan metamorfosis sempurna (holometabola)
(Jumar, 2000).

Tipe ametabola serangga pradewasa memiliki bentuk luar serupa dengan serangga
dewasa kecuali ukuran dan kematangan alat kelaminnya, tipe serangga ini terdapat pada
serangga primitif yaitu dari anggota sub kelas Apterygota yakni dari ordo protura, diplura,
colembolla, dan thysanura.

Tipe paurometabola bentuk umum serangga pradewasa menyerupai serangga
dewasa, tetapi terjadi perubahan bentuk secara bertahap seperti terbentuknya bakal sayap
dan embelan alat kelamin pada instar yang lebih tua serta pertambahan ukuran, tipe serangga
ini adalah dari golongan ordo orthoptera, isoptera, thysanoptera, hemiptera, homoptera,
anoplura, neuroptera, dan dermaptera.

Tipe hemimetabola adalah serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna.
Dalam daur hidupnya, serangga yang bermetamorfosis tidak sempurna mengalami tahapan
perkembangan sebagai berikut (Jumar, 2000):

 Telur.
 Nimfa, ialah serangga muda yang mempunyai sifat dan bentuk sama dengan dewasanya.

Dalam fase ini serangga muda mengalami pergantian kulit berulang kali. Sayap serta
alat perkembangbiakannya belum berkembang.
 Imago (dewasa), ialah fase yang ditandai dengan telah berkembangnya semua. organ
tubuh dengan baik, termasuk alat perkembangbiakan serta sayap. Pada tipe ini
perbedaan serangga dewasa dan pradewasa lebih nyata dibandingkan dengan

34

paurometabola, contohnya pada belalang dan capung. Berikut merupakan gambar dari
metamorfosis tidak sempurna dari belalang.

Perubahan struktur tubuh pada serangga ini sangat besar dari berbagai stadium.
Serangga ini dianggap orang sebagai serangga yang maju perkembangannya dalam sejarah
evolusi serangga. Kelompok serangga ini disebut juga holometabola. Contohnya adalah lalat
dan nyamuk (ordo nematocera), kupu-kupu dan ngengat (ordo lepidoptera), pinjal (ordo
siphonaptera), kumbang (ordo coleoptera), semut, lebah, dan tawon (ordo hymenoptera)
(Hadi, 2007). Berikut merupakan gambar metamorfosis sempurna dari kupu-kupu.

F. PERAN INSECTA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Insekta banyak memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, baik itu secara

langsung maupun tidak langsung. Namun, selainmenguntungkan insekta juga merugikan
bagi manusia. Adapun peranan insekta dalam kehidupan manusia secara garis besar dibagi
menjadi 2, yakni menguntungkan (berguna) dan merugikan (merusak).
1. Peranan insekta yang menguntungkan (berguna) antara lain:

 Serangga sebagai penyerbuk tanaman
 Serangga sebagai penghasil produk (seperti: madu, lilin, sutra, dan lainlain)
 Serangga bersifat entomofagus(predator dan parasitoid)

35

 Serangga pemakan bahan organik
 Serangga pemakan gulma
2. Peranan insekta yang merugikan (merusak) antara lain:
 Serangga perusak tanaman di lapangan, baik buah, daun, ranting, cabang, batang,

akar maupun bunga
 Serangga perusak produk dalam simpanan (hama gudang)
 Serangga sebagai vektor penyakit bagi tanaman, hewan maupun manusia
Dari sekian banyak jenis serangga yang ada di alam, sekitar 50 pemakan tanaman
(fitofagus) dan selebihnya pemakan serangga lain (entomofagus), pemakan binatang
lain dan sisa-sisa tanaman (Jumar, 2000).

36

DAFTAR PUSTAKA
Agesti., Mariah (2018). Keanekaragaman Insecta di hutan Pinus Jayagiri Lembang Kabupaten

Bandung Barat. Skripsi FKIP Universitas Pasundan, Bandung.
Borror, D.J., Triplehorn, Charles A dan Norman F. Johnson. (1996). Pengenalan Pelajaran

Serangga: Edisi Keenam. Terjemahan Drh.Soetiyono Partoseodjono,Msc. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Campbell, N.A., reece, J.B., urry, L.A., cain, M.L., Wasserman, S.A., Minorsky, P.V., Jackson,
R. B. (2008). Biologi (Delapan). Jakarta: Erlangga.
Hadi, H. Mocchamad, Tarwotjo, Udi, dan Rahadian, Rully. (2009). Biologi Insekta Entomologi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Haneda., N. Farikhah, Kusmana.,C, Kusuma.,F. Dewi (2013). Keanekaragaman serangga dalam
ekosistem mangrove. Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.
Indriani, Popy. (2017). Keanekaragaman dan Kelimpahan Insekta di Pesisir Pantai Sindangkerta
Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi FKIP Universitas Pasundan, Bandung.
Susanti.,S (1991). Mengenal Capung. Bogor: Pulsitbang Biologi-LIPI
Sutriyono, IrTjitrosoepomo, Gembong., Soeparmo, Soebijanto.,(1971). Insekta, Jakarta: Star.
Waskita.,I. Eka (2018). Studi Keanekaragaman Insekta di kebun kopi Jayagiri Lembang,
Kabupaten Bandung Barat sebagai sumber Belajar Biologi. Skripsi FKIP Universitas
Pasundan, Bandung.

37

38


Click to View FlipBook Version