The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Adat Istiadat Daerah Tertentu di Indonesia

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by haneslia, 2021-03-29 22:46:43

Adat Istidat

Adat Istiadat Daerah Tertentu di Indonesia

Keywords: @12345

Di Indonesia terdapat lebih dari 300 suku
bangsa yang tersebear di seluruh daerah
sertiap suku bangsa memiliki adat istiadat.

Adat istiadat merupakan aturan atau tata
kelakuan yang dihormati dan dipatuhi oleh
masyarakat secara turun temurun.

Fungsinya untuk mengatur masyarakat agar
tercipta ketertiban di suatu daerah.

Adat istiadat mengandung nilai-nilai luhur yang
berasal dari nenek moyang sehingga menjadi
pedoman dalam kehidupan sehari-hari bagi
masyarkatnya.

Suku bangsa atau yang biasa disebut
dengan kelompok etnik, etnis ialah
merupakan suatu golongan manusia
yang anggota-anggotanya
mengidentifikasikan dirinya dengan
sesamanya, biasanya berdasarkan garis
keturunan yang dianggap sama.

Identitas suku ditandai oleh pengakuan
dari orang lain akan ciri khas kelompok
tersebut seperti kesamaan budaya,
bahasa, agama, perilaku dan ciri-ciri
biologis

Indonesia dikenal kaya akan adat istiadatnya.
Masing-masing daerah memiliki masyarakat
adat dengan ciri khas tradisinya masing-masing.
Semua tampak menarik, dan kerap menjadi
magnet bagi para wisatawan dan peneliti asing
untuk mencari tahu lebih dalam budaya
tersebut.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), ada
sekitar 100 suku asli yang hidup bersama kita di
Indonesia. Tapi, tak selamanya tradisi yang
masih dijaga masyarakat adat itu unik.
Beberapa di antaranya justru terkesan
mengerikan.

Tradisi Ma’nene merupakan cara masyarakat Toraja menghormati para leluhur. Menurut mereka, roh mereka tidak pernah
meninggalkan keluarga. Maka dari itu, mereka punya tradisi untuk mendandani dan mengganti pakaian untuk dibawa pulang ke
rumah.

Biasanya Ma'nene dilakukan setelah panen besar pada Agustus. Meski demikian, ada pula yang melakukannya pada
September, setahun setidaknya ada tiga kali.

Kebo-keboan digelar untuk memohon kesuburan sawah dan hasil panen yang melimpah. Tradisi ini
dijalankan masyarakat Banyuwangi, khususnya Suku Osing. Setiap tahunnya, kamu bisa melihat Kebo-
keboan di Desa Alasmalang dan Aliyan pada 10 Muharram atau Suro.

Acara dimulai dengan mengarak orang yang kerasukan roh gaib untuk dibawa ke Rumah Kebudayaan
Kebo-keboan. Terakhir, akan ada Dewi Kesuburan dan Dewi Sri yang menaburkan benih padi kepada
para petani dan kebo.

Omed-omedan menjadi tradisi pemuda
Banjar Kaja, Desa Pakraman Sesetan,
Denpasar, dalam menyambut
pergantian Tahun Baru Caka. Acara ini
sudah dilakukan sejak abad ke-18
Masehi.

Omed-omedan bukan tradisi ciuman
seperti yang terlihat di media sosial,
melainkan saling tarik-menarik. Tradisi
ini hanya boleh dilakukan anggota
baru masuk perguruan tinggi hingga
yang belum menikah. Bagi yang
sedang berhalangan dilarang untuk
ikut serta.

Suku Dani di Lembah Baliem, Papua,
punya cara cukup ekstrem dalam
mengungkapkan kesedihannya. Ketika
ada anggota keluarga atau kerabat
yang meninggal, mereka akan
memotong jarinya. Hal ini dilakukan
untuk mencegah malapetaka yang
membuat nyawa hilang terulang
kembali.

Ikipalin dilakukan menggunakan benda
tajam, seperti pisau, kapak, parang,
atau lainnya. Untungnya, seiring
dengan terbukanya Suku Dani, kini
mulai banyak orang yang
meninggalkannya.

Keturunan Tionghoa di Bagan
Siapiapi, Riau, punya tradisi
spesial setiap Juni
bernama Bakar Tongkang. Aw
alnya, tradisi ini menjadi
bentuk keputusasaan
masyarakat Tionghoa untuk
menetap di sebuah wilayah.
Seiring perkembangan zaman,
tradisi ini menjadi pengingat
masyarakat Bagan Siapiapi
untuk tak lupa dengan
kampung halamannya.

Ritual ini diadakan dengan cara membuat kapal layar yang nantinya akan dibakar.

Sebelumnya, kelenteng yang ada di sekitarnya melakukan upacara pemanggilan roh. Setelah itu,
roh akan dimasukkan ke dalam orang yang bersedia menjadi medium.

Pasola terus berkembang
menjadi sebuah tradisi turun-
temurun bagi masyarakat
Kecamatan Wanokaka,
Kabupaten Sumba Barat, Nusa
Tenggara Timur. Acara ini
merupakan sebuah permainan
ketangkasan melempar lembing
kayu sambil menunggang kuda.

Pasola digelar dalam
menyambut masa tanam.
Zaman dahulu, mereka percaya
bahwa dengan adanya
kecelakaan saat acara
berlangsung, hal ini menjadi
pertanda baik bagi hasil
pertanian. Hingga kini, mereka
tetap bertarung
saat Pasola guna menjaga tradisi

leluhur.

Tana Toraja memang punya banyak tradisi
unik, apalagi yang berhubungan dengan
kematian. Bagi mereka, Rambu
Solo menjadi ritual yang harus dilakukan
saat ada yang meninggal.

Kalau tidak dilakukan, mereka percaya
arwahnya akan memberikan kemalangan
kepada orang yang ditinggalkan. Sebelum
ritual dimulai, orang yang meninggal hanya
akan dianggap sakit.

Mereka akan merawatnya dengan
memberikan sesaji, seperti makanan,
minuman, rokok, sirih, atau lainnya.
Biasanya, Rambu Solo akan diadakan
pada Juli dan Agustus.

Tak jauh dari kota modern, Suku
Baduy Dalam tetap menjaga
tradisinya berjalan kaki tanpa
kendaraan. Bahkan, setiap
tahunnya, mereka punya
tradisi Seba. Tradisi berjalan kaki
dari Rangkasbitung sejauh 100
kilometer untuk bersilaturahmi.

Pada 4-6 Mei lalu, Seba dilakukan
dengan bertemu beberapa kepala
daerah. Di setiap pertemuan,
pemangku adat akan
menyampaikan pesan-pesan
penting.

Mengajarkan budaya ke generasi penerus.

Memasukkan pengenalan kebudayaan sebagai mata pelajaran.

Menerapkan budaya dalam kehidupan sehari-hari misalnya
menggunakan bahasa lokal.

Melakukan inovasi dalam mengenalkan kebudayaan kepada
generasi muda agar tidak monoton.


Click to View FlipBook Version