The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by muhammadsarif77, 2022-06-16 01:04:20

SKRIPSI1 AJI AYU NURBIANTI 1810025038

SKRIPSI1 AJI AYU NURBIANTI 1810025038

rotary evaporator suhu 50⁰C sampai diperoleh ekstrak etanol yang kental.
Proses ini bertujuan untuk menguapkan etanol sehingga diperoleh ekstrak yang
kental dari serbuk batang akar kuning.
4.7.3. Uji Antimikroba
4.7.3.1. Pembuatan Suspensi Bakteri
- Suspensi bakteri Streptococcus mutans dan Enterococcus faecalis

dilakukan dengan cara mengambil bubuk MHB (Brain Heart Infusion
Broth) yang di campurkan dengan aquades, kemudian di sterilkan dengan
autoclave. Selanjutnya ambil larutan tersebut sebanyak 2 µl dan masukan
ke dalam masing-masing tabung reaksi lalu ambil Streptococcus mutans
dan Enterococcus faecalis ATCC dengan menggunakan cutton swap steril,
kemudian aduk hingga homogen. Selanjutnya, tabung reaksi dimasukkan
ke dalam inkubator pada suhu 37 oC selama 24 jam. Pertumbuhan
Streptococcus mutans dan Enterococcus faecalis ATCC ditandai dengan
kekeruhan pada larutan media tersebut.
- Suspensi bakteri Porphyromonas gingivalis dilakukan dengan cara
mengambil bubuk BHIB (Brain Heart Infusion Broth) yang di campurkan
dengan aquades, kemudian di sterilkan dengan autoclave. Selanjutnya
ambil larutan tersebut sebanyak 2 µl dan masukan ke dalam tabung reaksi
lalu ambil Porphyromonas gingivalis ATCC dengan menggunakan cutton
swap steril, kemudian aduk hingga homogen. Selanjutnya, tabung reaksi
dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 37 oC selama 24 jam.
Pertumbuhan Porphyromonas gingivalis ditandai dengan kekeruhan pada
larutan media tersebut.

4.7.3.2. Metode Disk Difusi Kirbi Bauer
Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode Kirby-Bauer

yang dikenal dengan sebutan metode cakram kertas. Tiap-tiap cakram kertas
kosong sebelumnya dipanaskan dalam oven dengan suhu 70°C selama 15 menit,
kemudian kertas cakram dicelupkan ke dalam larutan uji ekstrak konsentrasi
10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%, kontrol positif dan kontrol negatif. Cakram
yang telah berisi ekstrak, kontorl positif, kontrol negatif, kemudian didiamkan

33

selama 15 menit sebelum diletakkan pada media uji. Kemudian setelah kertas
cakram menyerap ekstrak, kontorl positif, kontrol negatif tersebut, masing-
masing diletakkan pada permukaan medium yang telah berisi mikroba uji.
Jumlah cakram kertas yang diletakkan tersebut kira-kira dalam satu cawan Petri
berisi 7 buah, dan masing-masing jarak antara cakram diatur supaya tidak terlalu
dekat. Sebagai kontrol positif digunakan cakram chlorexidin 0,2% dan untuk
kontrol negatif digunakan cakram DMSO 5%. Setelah inkubasi pada suhu 37°C
selama 18-24 jam, dilakukan pengukuran diameter zona hambat, yaitu zona
bening yang terbentuk di sekitar cakram, dengan menggunakan penggaris
milimeter.

- Uji Antibakterial dengan Metode Kirby Bauer pada Streptococcus mutans
dan Enterococcus faecalis
Untuk menguji aktivitas antimikroba pada kedua bakteri ini

menggunakan media Mueller Hinton Agar masing-masing sebanyak 38 gram
yang dilarutkan dalam 1L aquades, kemudian dipanaskan sampai mendidih
sehingga terlarut dengan baik, sterilisasi menggunakan autoclave pada suhu
121oC selama 15 menit. Kemudian tuang ke petri dish dengan ketebalan 5 mm.
Setelah dingin petri dish siap untuk digunakan. Kemudian suspensi bakteri
diberikan pada media agar dan dihapuskan merata ke plat agar Mueller Hinton
Agar dengan kassa swab steril. Kemudian disk dengan konsentrasi ekstrak
10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%, , kontrol positif, dan kontrol negatif diletakkan
pada petri dish. Plate agar tersebut kemudian dimasukkan kedalam inkubator
pada suhu 37⁰C selama 24 jam. Aktivitas antimikroba dinyatakan dalam satuan
mm dari pinggir zona yang tidak ditumbuhi koloni (area bening) sampai ke tepi
lainnya.
- Uji Antibakterial dengan Metode Kirby Bauer pada Porphyromonas

gingivalis
Bakteri Porphyromonas gingivalis menggunakan Brain Heart Infusion
Agar sebnayak 47 gram yang dilarutkan dalam 1L aquades yang ditambah
dengan hemin dan vitamin K, kemudian dipanaskan sampai mendidih sehingga
terlarut dengan baik, sterilisasi menggunakan autoclave pada suhu 121oC selama

34

15 menit. Kemudian tuang ke petri dish dengan ketebalan 5 mm. Setelah dingin
petri dish siap untuk digunakan. Kemudian suspensi bakteri diberikan pada
media agar dan dihapuskan merata ke plat agar Brain Heart Infusion Agar
dengan kassa swab steril. Kemudian disk dengan konsentrasi ekstrak 10%,
20%, 30%, 40%, dan 50%,, kontrol positif, dan kontrol negatif diletakkan pada
petri dish. Plate agar tersebut kemudian dimasukkan kedalam inkubator pada
suhu 37⁰C selama 24 jam. Aktivitas antimikroba dinyatakan dalam satuan mm
dari pinggir zona yang tidak ditumbuhi koloni (area bening) sampai ke tepi
lainnya.

4.8. Analisis Data
Data hasil penelitian uji aktivitas antibakteri akan diproses dan diolah

menggunakan software Excel 2010 dan SPSS for Windows® Version 23, dan
dianalisis dengan uji statistik sebagai berikut:
1. Uji Normalitas: Data disajikan dalam bentuk mean ± SEM (Standart error

of mean). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Shapiro-Wilk
Test. Bila didapatkan p>0,05 maka data terdistribusi normal dan dilanjutkan
dengan Uji Homogenitas Lavene.
2. Uji Homogenitas: Data disajikan dalam bentuk tabel Tests of Homogenity.
Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Levene’s Test. Bila
didapatkan p>0,05 maka sampel memiliki varians data yang sama atau
homogen dan dilanjutkan.
3. Uji ANOVA: Uji ini dilakukan untuk membandingkan rata-rata diameter
zona hambat, pada konsentrasi bunuh minimal bakteri Streptococcus
mutans, Porphhyromonas gingivalis, dan Enterococcus faecalis pada
kelompok uji dan kelompok kontrol. Perbedaan dinyatakan bermakna
apabila nilai p<0,05.
4. Uji LSD: Uji LSD (Least Significant Difference) ini dilakukan sebagai uji
lanjutan dari uji ANOVA untuk mengetahui perlakuan mana yang memiliki
efek yang sama atau berbeda dan efek yang terkecil sampai efek yang
terbesar antara satu dengan yang lainnya.

35

4.9. Alur Penelitian
Pengumpulan Batang

Arcangelisia flava Merr

Identifikasi Tanaman

Ekstraksi Maserasi dengan
Pelarut Etanol 96% dan di

Evaporasi

Ekstrak Kental Batang
Arcangelisia flava Merr

5 Konsentrasi Kontrol + Kontrol -
Uji Disk Difusi Kirbi Bauer

S. mutans E. faecalis P. gingivalis
Simpan Pada
Inkubasi Selama 24 Jam Anaerobic Jar +
Pada Suhu 370C Gaspak CO2

Pengukuran Diameter Zona 36
Hambat dan KHM

Analisis Data

BAB 5
HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan uji antimikroba teknik disk difusi
metode Kirby Burer menggunakan cakram kertas. Penelitian disusun
menggunakan desain eksperimental murni posttest only control group design.

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak batang akar kuning
(Arcangelisia flava (L.) Merr.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap
pertumbuhan bakteri rongga mulut yaitu S. mutans, E.faecalis, dan P.gingivalis.

5.1. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Diameter Zona Hambat Ekstrak
Etanol Batang Akar Kuning (A. flava)

5.1.1. Streptococcus mutans
Uji antibakteri dilakukan dengan menggunakan lima konsentrasi ekstrak

etanol batang akar kuning yakni konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50 %
serta menggunakan kelompok kontrol positif chlorexidin 0,2% dan kontrol
negative dmso 5% dimana masing-masing perlakuan diulang minimal sebanyak
lima kali sesuai dengan hasil perhitungan pengulangan. Hasil penelitian dilihat
dengan mengukur zona hambat yang terbentuk disekitar cakram kertas 24 jam
setelah diberikan perlakuan. Pengukuran tersebut dilakukan menggunakan
jangka sorong dengan satuan milimeter (mm). Selajutnya data hasil pengukuran
tersebut diolah dan dianalisa dengan menggunakan aplikasi software SPSS for
Windows® Version 20.

37

Diameter Zona Hambat Streptococcus mutanss I
II
12 III
IV
10 V

8

6

4

2

0
10% 20% 30% 40% 50% Kontrol Kontrol
Positif Positif
Konsentrasi

Gambar 5.1. Diagram Data Grafik Diameter Zona Hambat pada Lima Kali Pengulangan Bakteri

S. mutans

Berdasarkan gambar 5.1diagram menunjukan bahwa semakin besar

konsentrasi yang di berikan pada bakteri S. mutans pada lima pengulangan yang

dilakukan menghasilkan diameter yang semakin besar.

Tabel 5.1. Hasil Analisis One Way Anova Diameter Zona Hambat Pertumbuhan S.

mutans

Kelompok n Mean (mm) ± Normality Homogeneity Anova
SE Test Test Test

(Shapiro- (Levene’s Test)
wilk)

10 5.88 ± 0.382 0.47

20 6.24 ± 0.342 0.74

Inhibition Zone 30 6.51 ± 0.397 0.63 0.175 0.000
Diameter 40 5 7.10 ± 0.343 0.97
50 0.12
8.39 ± 0.641

+ 7.45 ± 0.575 0.23

- 0.00 ± 0.000 -

Ket :
- Kontrol Positif + (Chlorexidin 0.2%)
- Kontrol Negatif - (dmso 5%)

38

Pada tabel 5.1 menyajikan hasil diameter rata-rata zona hambat (mm) S.
mutans yang didapatkan dari perlakuan masing-masing konsentrasi ekstrak dan
juga kelompok kontrol dalam lima kali perlakuan dimana pada hasil tersebut
belum dikurangi dengan besar diameter cakram kertas (6mm). Pada konsentrasi
ekstrak 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% memiliki rata-rata besar zona hambat
yang sudah dikurangi diameter cakram kertas 6 mm masing-masing sebesar 5.88
± 0.382 mm, 6.24 ± 0.342 mm, 6.51 ± 0.397 mm, 7.10 ± 0.343 mm dan 8.39 ±
0.641 mm. Sedangkan untuk kontrol positif menggunakan chlorexidin 0.2 %
menghasilkan diameter zona hambat yang lebih kecil dari ekstrak konsentrasi
50% yaitu 7,45 ± 0.575 mm dan untuk kontrol negatif menggunakan dmso 5%
tidak terbentuk zona hambat pada perlakuan.

Uji normalitas Shapiro-wilk dan Uji Homogenitas Lavene’s Test (tabel
5.1) menunjukkan bakteri S. mutans memiliki memiliki nilai signifikan p>0.05,
maka dalam hal ini data hasil penelitian dapat dikatakan terdistribusi normal,maka
uji anova adalah valid dan dapat dilakukan. Uji anova yang digunakan adalah uji
one way anova. Uji anova S. mutans disini diperoleh nilai p = 0.000 artinya
terdapat perbedaan diameter zona hambat yang bermakna pada kelompok
perlakuan. Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan
bermakna maka dilakukan analisis Post-Hoc LSD (lampiran 11) , perbedaan
bermakna bila nilai p < 0.05. Pada lampiran 11 multiple comparisons
menunjukkan zona hambat pada kontrol negatif berbeda bermakna terhadap zona
hambat konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% dengan p<0.05. Hal ini
menunjukkan adanya penghambatan pertumbuhan bakteri pada konsentrasi
ekstrak. Dan pada zona hambat kontrol positif menunjukkan perbedaan yang
bermakna pada konsentrasi 10%, hal ini menunjukkan kekuatan penghambat
pertumbuhan bakteri pada chlorexidin 0.2% lebih baik dari larutan esktrak.
Sedangkan pada konsentrasi 20%, 30%, 40%, dan 50% tidak menunjukkan
perbedaan yang bermakna terhadap zona hambat yang dihasilkan, hal ini kekuatan
penghambat pertumbuhan bakteri pada chlorexidin 0.2% sama kuatnya dengan
larutan ekstrak.

39

1 23

45

Gambar 5.2. Hasil Penelitian Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Batang Akar Kuning Konsentrasi
10%, 20%, 30%, 40% dan 50% terhadap S. mutans dalam Lima Kali Pengulangan

5.1.2. Porphyromonas gingivalis
Uji antibakteri dilakukan dengan menggunakan lima konsentrasi ekstrak

etanol batang akar kuning yakni konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50 %
serta menggunakan kelompok kontrol positif chlorexidin 0,2% dan kontrol
negative dmso 5% dimana masing-masing perlakuan diulang minimal sebanyak
lima kali sesuai dengan hasil perhitungan pengulangan. Hasil penelitian dilihat
dengan mengukur zona hambat yang terbentuk disekitar cakram kertas 24 jam
setelah diberikan perlakuan. Pengukuran tersebut dilakukan menggunakan
jangka sorong dengan satuan milimeter (mm). Selajutnya data hasil pengukuran
tersebut diolah dan dianalisa dengan menggunakan aplikasi software SPSS for
Windows® Version 20.

40

Diameter Zona Hambat Porphyromonas gingivalis I
II
10 III
9 IV
8 V
7
6
5
4
3
2
1
0
10% 20% 30% 40% 50% Kontrol Kontrol
Positif Negatif

Konesntrasi

Gambar 5.3. Diagram Data Grafik Diameter Zona Hambat pada Lima Media Bakteri P. gingivalis

Berdasarkan gambar 5.3. diagram menunjukan semakin besar konsentrasi
yang di berikan pada bakteri P. gingivalis pada lima pengulangan maka
menghasilkan diameter yang lebih besar.

Tabel 5.2. Hasil Analisis One Way Anova Diameter Zona Hambat Pertumbuhan P. gingivalis

Normality Homogeneity

Kelompok n Mean (mm) ± Test Tes t Anova
SE (S hapir o- (Levene’s Tes t

wilk ) Test )

10 1.85 ± 0.454 0.43

Inhibition Zone 20 3.13 ± 0.557 0.12 0.216 0.000
Diameter 30 3.95 ± 0.621 0.4
40 5 5.00 ± 0.585 0.08
50 5.88 ± 0.549 0.35
+ 7.87 ± 0.316 0.77
- 0.00 ± 0.000 -

Ket :
- Kontrol Positif + (Chlorexidin 0.2%)
- Kontrol Negatif - (dmso 5%)

Pada tabel 5.2 menyajikan hasil diameter rata-rata zona hambat (mm) P.
gingivalis yang didapatkan dari perlakuan masing-masing konsentrasi ekstrak dan
juga kelompok kontrol dalam lima kali perlakuan dimana pada hasil tersebut

41

belum dikurangi dengan besar diameter cakram kertas (6mm). Pada konsentrasi
ekstrak 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% memiliki rata-rata besar zona hambat
yang sudah dikurangi 6 mm masing-masing sebesar 1.85 ± 0.454 mm, 3.13 ±
0.557 mm, 3.95 ± 0.621 mm, 5.00 ± 0.585 mm dan 5.88 ± 0.549 mm. Sedangkan
untuk kontrol positif menggunakan chlorexidin 0.2 % menghasilkan diameter
zona hambat yang lebih besar yaitu 7.87 ± 0.316 mm dan untuk kontrol negatif
menggunakan dmso 5% tidak terbentuk zona hambat pada perlakuan atau hasilnya
sama dengan 6.00 mm.

Uji normalitas Shapiro-wilk dan Uji Homogenitas Lavene’s Test (tabel
5.2) menunjukkan bakteri P.gingivalis memiliki memiliki nilai signifikan p>0.05,
maka dalam hal ini data hasil penelitian dapat dikatakan terdistribusi normal,maka
uji anova adalah valid dan dapat dilakukan. Uji anova P. gingivalis diperoleh nilai
p = 0.000 artinya terdapat perbedaan diameter zona hambat yang bermakna pada
kelompok perlakuan. Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki
perbedaan bermakna maka dilakukan analisis Post-Hoc LSD (lampiran 12) ,
perbedaan bermakna bila nilai p < 0.05. Pada lampiran 12 multiple comparisons
menunjukkan zona hambat pada kontrol negatif berbeda bermakna terhadap zona
hambat konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% dengan p<0.05. Hal ini
menunjukkan adanya penghambatan pertumbuhan bakteri pada konsentrasi
ekstrak. Dan pada zona hambat kontrol positif menunjukkan perbedaan yang
bermakna pada konsentrasi 10% 20%, 30%, 40%, dan 50% hal ini menunjukkan
kekuatan penghambat pertumbuhan bakteri pada chlorexidin 0.2% lebih baik
daripada konsentrasi ekstrak.

42

+

IV I

III

V II

Gambar 5.4. Hasil Penelitian Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Batang Akar Kuning Konsentrasi
10%, 20%, 30%, 40% dan 50% terhadap P. gingivalis dalam Lima Kali Pengulangan

5.1.3. Enterococcus faecalis
Uji antibakteri dilakukan dengan menggunakan lima konsentrasi ekstrak

etanol batang akar kuning yakni konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50 %
serta menggunakan kelompok kontrol positif chlorexidin 0,2% dan kontrol
negative dmso 5% dimana masing-masing perlakuan diulang minimal sebanyak
lima kali sesuai dengan hasil perhitungan pengulangan. Hasil penelitian dilihat
dengan mengukur zona hambat yang terbentuk disekitar cakram kertas 24 jam
setelah diberikan perlakuan. Pengukuran tersebut dilakukan menggunakan
jangka sorong dengan satuan milimeter (mm). Selajutnya data hasil pengukuran
tersebut diolah dan dianalisa dengan menggunakan aplikasi software SPSS for
Windows® Version 20.

43

Diameter Zona Hambat 12 Enterococcus faecalis I
10 II
20% 30% 40% 50% Kontrol Kontrol III
8 Positif Negatif IV
6 V
4 Konsentrasi
2
0

10%

Gambar 5.5.Diagram Penyajian Data Grafik Diameter Zona Hambat pada Lima Media
Bakteri E. faecalis

Berdasarkan gambar 5.5. diagram menunjukan semakin besar
konsentrasi yang di berikan pada E. faecalis pada pengulangan I-IV yang
dilakukan maka akan menghasilkan diameter yang lebih besar. Berbeda pada
pengulangan ke V menunjukkan pada konsentrasi 30% memiliki diameter zona
hambat lebih besar daripada konsentrasi 40% dan 50%.

Tabel 5.3. Hasil Analisis One Way Anova Diameter Zona Hambat Pertumbuhan E. faecalis

Kelompok n Mean (mm) ± Normality Test Homogeneity Anova Test
Tes t

SE (Shapiro-wilk) (Levene’s Test )

Diameter Zona 10 4.79 ± 0.137 0.13 0.05 0.000
Hambat 20 6.71 ± 0. 256 0.47
30 6.83 ± 0.589 0.33
40 5 8.5 ± 0.427 0.87
50 9.31 ± 0.329 0.67
+ 8.40 ± 0.340 0.79
- 0.00 ± 0.000
-

Ket:
- Kontrol Positif + (Chlorexidin 0.2%)
- Kontrol Negatif - (dmso 5%)

44

Pada tabel 5.3 menyajikan hasil diameter rata-rata zona hambat (mm) E.
faecalis yang didapatkan dari perlakuan masing-masing konsentrasi ekstrak dan
juga kelompok kontrol dalam lima kali perlakuan dimana pada hasil tersebut
belum dikurangi dengan besar diameter cakram kertas (6mm). Pada konsentrasi
ekstrak 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50% memiliki rata-rata besar zona hambat
yang sudah dikurangi 6 mm masing-masing sebesar 4.79 ± 0.137 mm, 6.71 ± 0.
256 mm, 7,83 ± 0.589 mm, 8.5 ± 0.427 mm dan 9.31 ± 0.329 mm. Sedangkan
untuk kontrol positif menggunakan chlorexidin 0.2 % menghasilkan diameter
zona hambat yang lebih kecil dari ekstrak konsentrasi 40% dan 50% yaitu 8.40 ±
0.340 mm dan untuk kontrol negatif menggunakan dmso 5% tidak terbentuk zona
hambat pada perlakuan.

Uji normalitas Shapiro-wilk dan Uji Homogenitas Lavene’s Test (tabel
5.3) menunjukkan bakteri E. faecalis memiliki nilai signifikan p>0.05, maka
dalam hal ini data hasil penelitian dapat dikatakan terdistribusi normal,maka uji
anova adalah valid dan dapat dilakukan. Uji anova E. faecalis disini diperoleh
nilai p = 0.000 artinya terdapat perbedaan diameter zona hambat yang bermakna
pada kelompok perlakuan. Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki
perbedaan bermakna maka dilakukan analisis Post-Hoc LSD (lampiran 11),
perbedaan bermakna bila nilai p < 0.05. Pada lampiran 13 multiple comparisons
menunjukkan zona hambat pada kontrol negatif berbeda bermakna terhadap zona
hambat konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% dengan p<0.05. Hal ini
menunjukkan adanya penghambatan pertumbuhan bakteri pada konsentrasi
ekstrak. Dan pada zona hambat kontrol positif menunjukkan perbedaan yang
bermakna pada konsentrasi 10% dan 20% hal ini menunjukkan kekuatan
penghambat pertumbuhan bakteri pada chlorexidin 0.2% lebih baik daripada
konsentrasi ekstrak. Sedangkan pada konsentrasi 30%, 40%, dan 50% tidak
menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap zona hambat yang dihasilkan,
hal ini kekuatan penghambat pertumbuhan bakteri pada chlorexidin 0.2% sama
kuatnya dengan larutan ekstrak.

45

I II

III

IV V
Gambar 5.6. Hasil Penelitian Uji Antibakteri Ekstrak Etanol Batang Akar Kuning Konsentrasi

10%, 20%, 30%, 40% dan 50% terhadap E. faecalis dalam Lima Kali Pengulangan.

46

Rata - rata Diameter Zona Hambat

Streotococcus mutans Enterococcus faecalis Porphyromonas Gingivalis

Diametter Zona Hambat 7.83 8.5 9.31 7.458.47.87
6.51 7.1 8.39

5.88 6.246.71 3.95 5 5.88
4.79

3.13
1.85

000

10% 20% 30% 40% 50% Kontrol Kontrol
positif negatif

Konsentrasi

Gambar 5.7. Diagram Hasil Mean Bakteri S. mutans, P. gingivalis dan E. faecalis

Berdasarkan data gambar 5.7. diagram grafik diatas menunjukkan
bakteri E. faeclis memiliki diameter zona hambat yang lebih besar daripada P.
gingivalis dan S. mutans. Sedangkan P. gingivalis memliki zona hambat yang
paling kecil daripada S. mutans dan E. faecalis.

47

BAB 6

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri
ekstrak etanol batang akar kuning (A. flava) terhadap S. mutas, P. gingivalis,
dan E. faecalis. Penelitian ini menggunakan metode kirbi-bauer dengan lima
kali pengulangan pada masing-masing bakteri yang diuji ,dengan konsentrasi
10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%, serta diujikan pada kelompok kontrol positif
chlorhexidine gluconate 0.2% dan kelompok kontrol negatif dmso 5%.

Adanya kemampuan antibakteri ekstrak etanol A. flava berkaitan dengan
adanya kandungan senyawa aktif dalam tumbuhan. Kandungan metabolit
sekunder A. flava menunjukkan adanya senyawa yang terdiri atas flavonoid,
terpenoid, alkaloid, alkaloid protoberberin dan saponin (Zhou, et al,. 2009)

Flavonoid bersifat antibakteri melalui 3 mekanisme, yaitu menghambat
sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membran sel dan menghambat
metabolisme energi. Mekanisme kerja dalam menghambat sintesis asam nukleat
dilakukan melalui cincin B pada flavonoid yang mempunyai peranan penting
dalam proses interkalasi atau ikatan hidrogen dengan menumpuk basa asam
nukleat yang menghambat sintesis DNA dan RNA (Cushnie & Lamb, 2005)..
Adanya gangguan dalam permeabilitas membran sel ini akan mempengaruhi
gradien elektrokimia proton yang melewati membran. Gradien elektrokimia
proton melintasi membran sangat penting bagi bakteri dalam mensintesis ATP,
transport membran dan pergerakan bakteri, sehingga dengan adanya senyawa
flavonoid akan menyebabkan terganggunya proton motive force yang berakibat
terganggunya sintesis ATP, transport membran dan pergerakan bakteri. Selain
itu penghambatan metabolisme energi bakteri oleh flavonoid dilakukan dengan
cara menghambat proses respirasi bakteri sehingga adanya energi yang
dihambat akan berpengaruh terhadap aktivitas penyerapan metabolit dan
biosintesis makromolekul bakteri (Cushnie & Lamb, 2005). Struktur dinding sel
bakteri juga menentukan penetrasi, ikatan dan aktivitas suatu senyawa
antibakteri (Brooks , et al 2010). Streptococcus mutans termasuk bakteri Gram

48

positif dengan dinding sel yang tersusun oleh 40%–80% peptidoglikan/murein
yang bisa mencapai hingga 40 lapisan. Pada bakteri Gram positif terdapat asam
teikoid yang dihubungkan dengan peptidoglikan melalui ikatan kovalen. Asam
teikoid ini bersifat hidrofilik dan berfungsi sebagai media transport ion
bermuatan positif untuk keluar masuk ke dinding sel (Trivedi , Pandy , &
Bhadauri , 2010). Sifat larut air inilah yang menyebabkan dinding sel bakteri
Gram positif bersifat lebih polar sehingga senyawa flavonoid akan lebih mudah
menembus dinding sel S. mutans.

Alkaloid mampu mengganggu integritas komponen penyusun
peptidoglikan pada sel bakteri. Peptidoglikan merupakan komponen penyusun
dinding sel bakteri sehingga adanya gangguan tersebut akan menyebabkan
lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel
(Cushnie & Lamb, 2005). Susunan dinding bakteri S. mutans yang tersusun oleh
lapisan peptidoglikan Trivedi akan terganggu dengan adanya alkaloid yang
terkandung di ekstrak etanol batang akar kuning sehingga berakibat
terganggunya integritas dinding sel S. mutans (Trivedi , Pandy , & Bhadauri ,
2010). Alkaloid berpotensi sebagai antibakteri karena dapat merusak dinding sel
melalui penghambatan sintesis dinding sel yang akan menyebabkan lisis sel
sehingga sel akan mati. Alkaloid biasanya diturunkan dari asam amino serta
banyak alkaloid yang bersifat racun, namun alkaloid juga banyak ditemukan
untuk pengobatan. Alkaloid mempunyai khasiat sebagai anti bakteri, anti
diabetes, anti malaria dan anti mikroba (Ningrum, et al,. 2016). Alkaloid
protoberberin aktif pada ekstrak batang akar kuning kemungkinan dapat
berperan sebagai antibiotika melawan bakteri Gram positif maupun Gram
negatif, mengganggu terbentuknya jembatan silang komponen penyusun
peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk
secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut. Batang akar kuning
mengandung senyawa alkaloid protoberberin yang terdiri dari berberin,
jatorrhizin, dan palmatin. Didalam alkaloid protoberberin terdapat kandungan
senyawa berberin yang mampu mengobati kerusakan hati, menambah daya
tahan tubuh, dan anti diabetes (Ahmed, 2015). Manfaat dari berberin yang

49

diisolasi dari tanaman A flava (L.) Merr untuk menghambat pertumbuhan
bakteri Babesia gibsoni (Subeki et al., 2005).

Terpenoid merupakan salah satu senyawa yang pada ekstrak etanol
batang A. flava. Kerusakan membran sel dapat terjadi ketika senyawa aktif
antibakteri bereaksi dengan sisi aktif dari membran atau dengan melarutkan
konstituen lipid dan meningkatkan permeabilitasnya. Membran sel bakteri
terdiri dari fosfolipid dan molekul protein. Adanya peningkatan permeabilitas
maka senyawa antibakteri dapat masuk ke dalam sel dan dapat melisis membran
sel atau mengkoagulasi sitoplasma dari sel bakteri tersebut (Mayanti , Julaeha ,
& Putri , 2011).

Saponin bersifat antibakteri dengan bekerja efektif pada bakteri Gram
positif (Soetan, Oyekunle, Aiyelaagbe, & Fafunso, 2006). Mekanisme kerja
antibakteri dari saponin dengan cara meningkatkan permeabilitas membran sel
sehingga membran menjadi tidak stabil dan mengakibatkan hemolisis sel (Dewi,
Nur, & Hertriani, 2015).

6.1 Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Batang Akar Kuning (A. flava)
Terhadap Streptococcus mutans
Hasil uji efektivitas antibakteri ekstrak etanol batang akar kuning

terbukti dapat menghambat pertumbuhan S. mutans dengan terbentuknya
diameter zona hambat. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Heryani (2015)
pada bakteri gram positif yaitu ekstrak air rebusan batang akar kuning (A. flava)
terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

Hasil perlakuan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%, berturut
turut menunjukan hasil besar zona hambat yakni 5,80 ± 0.382 mm, 6,24 ± 0.342
mm, 6,51± 0.39 mm, 7,1 ± 0.343 mm,dan 8,39 ± 0.641 mm. Kemuduian
dilakukan interpretasi berdasarkan kriteria Davis & Stout (1971), didapatkan
bahwa ekstrak etanol batang akar kuning memiliki kekuatan sedang dalam
aktivitas antibakteri. Hasil diameter zona hambat didapatkan konsentrasi 10%,
20%, 30%, 40% dan 50% dengan p<0.05. Hal ini menunjukkan adanya
penghambatan pertumbuhan bakteri pada konsentrasi ekstrak. Dan pada zona
hambat kontrol positif menunjukkan perbedaan yang bermakna pada konsentrasi

50

10%, hal ini menunjukkan kekuatan penghambat pertumbuhan bakteri pada
chlorexidin 0.2% lebih baik dari larutan esktrak. Sedangkan pada konsentrasi
20%, 30%, 40%, dan 50% tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna
terhadap zona hambat yang dihasilkan, hal ini kekuatan penghambat
pertumbuhan bakteri pada chlorexidin 0.2% sama kuatnya dengan larutan
ekstrak.

Dari hasil penelitian didapatkan setiap kenaikan konsentrasi ekstrak
etanol batang akar kuning (A. flava) yang diberikan menghasilkan diameter zona
hambat yang semakin besar, penelitian ini sesuai dengan penelitian Armedita
(2018) bakteri S. mutans pada ekstrak daun dan getah Angsana (Pterocarpus
indicus Willd.), dan pada bakteri S. mutans, yaitu penelitian oleh Sylvana (2018)
pada ekstrak etanol dau beluntas (Pluchea indica (L.) Less.), Wibowo (2018)
bakter S. mutans pada getah dan ekstrak getah kamboja (Plumeria acuminate
Ait). Namun berbeda dengan penelitian Heryani 2015 pada bakteri
Staphylococcus aureus pada ekstrak air rebusan batang akar kuning konsentrasi
1% dan 2% mengalami kenaikan, kemudian pada konsentrasi 3%, 4%, dan 5%
mengalami penurunan diameter zona hambat.

6.2 Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Batang Akar Kuning (A. flava)
Terhadap Porphyromonas gingivalis

Hasil uji efektivitas antibakteri ekstrak etanolbatang akar kuning terbukti
dapat menghambat pertumbuhan P. gingivalis dengan terbentuknya diameter
zona hambat. Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yaitu pada
bakteri gram negatif yang sama penelitian Angga (2016) bakteri Escherichia
coli terhadap ekstrak batang akar kuning (A. flava), penelitian Yasmin (2017)
bakteri Shigella dysenteriae dengan ekstrak daun dan batang A. flava dan
Heryani (2015) bakteri Salmonella typhii ekstrak air rebusan batang akar
kuning.

Hasil perlakuan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%, berturut
turut menunjukan hasil besar zona hambat yakni 1,85 ± 0.454 mm, 3,13 ± 0.557
mm, 3,95 ± 0.621 mm, 5± 0.585 mm,dan 5,88 ± 0.549 mm. Kemudian

51

dilakukan interpretasi berdasarkan kriteria Davis & Stout (1971) dan didapatkan
bahwa ekstrak etanol batang akar kuning memiliki kekuatan lemah sampai
sedang dalam aktivitas antibakteri. Pada lampiran 12 multiple comparisons
menunjukkan zona hambat pada kontrol negatif berbeda bermakna terhadap
zona hambat konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% dengan p<0.05. Hal ini
menunjukkan adanya penghambatan pertumbuhan bakteri pada konsentrasi
ekstrak. Dan pada zona hambat kontrol positif menunjukkan perbedaan yang
bermakna pada konsentrasi 10% 20%, 30%, 40%, dan 50% hal ini menunjukkan
kekuatan penghambat pertumbuhan bakteri pada chlorexidin 0.2% lebih baik
daripada konsentrasi ekstrak.

Bakteri P. gingivalis rata-rata diameter zona hambat yang didapat
memiliki kenaikan setiap kenaikan konsentrasi, penelitian ini sesuai dengan
penelitian terdahulu, ukuran diameter zona hambat mengalami peningkatan pada
setiap kenaikan konsentrasi ekstrak pada penelitian Azizah (2018) bakteri P.
gingivalis pada ekstrak etanol bawang dayak (Eleutherine bulbosa (M.) ), oleh
Sylvana (2018) terhadap ekstrak etanol dau beluntas (Pluchea indica (L.) Less.),
Wibowo (2018) bakteri P. gingivalis pada getah dan ekstrak getah kamboja
(Plumeria acuminate Ait). Namun berbeda dengan penelitian Heryani pada
bakteri Salmonella typhii pada ekstrak air rebusan batang akar konsentrasi 1%
dan 2% mengalami kenaikan, kemudian pada konsentrasi 3% mengalami
penurunan, kemudian 4% kembali meningkayt, dan 5% kembali mengalami
penurunan diameter zona hambat.

Bakteri P. gingivalis memiliki diameter zona hambat yang lebih kecil
dibandingkan dengan bakteri S. mutans dan E. facealis, hal ini kemungkinan
bisa disebabkan karena P. gingivalis merupakan bakteri gram negatif sedangkan
E. faecalis dan S. mutans adalah bakteri gram positif. Untuk bakteri gram positif
lapisan peptidoglikannya lebih tebal, sedangkan pada gram negatif lapisan
peptidoglikan lebih tipis. Bakteri Gram positif secara umum mempunyai
struktur dinding sel lebih sederhana yaitu 90% dimana dinding selnya terdiri
dari lapisan peptidoglikan sedangkan lapisan lainnya adalah asam teikoat
(Fardiaz, 1989). Bakteri gram negatif memiliki lapisan peptidoglikan lebih tipis
namun bakteri gram negatif ini memiliki endotoksin berupa kompleks

52

lipopolisakarida pada dinding selnya, serta sistem membran ganda dimana
membran plasmanya diselimuti oleh membran luar permeabel dan bagian tengah
berupa peptidoglikan, sel bakteri Gram negatif mempunyai struktur yang
berlapis-lapis serta kandungan lemak yang relatif lebih tinggi (11-12%),
sehingga lebih tahan terhadap perubahan lingkungan yang disebabkan oleh
bahan kimia (Jawetz, Melnick, & Adelberg, 2012). Perbedaan aktivitas
penghambatan antara bakteri S. mutans, E. faecalis dan P. gingivalis salah
satunya dapat dikarenakan oleh penggunaan jenis pelarut. Air salah satu jenis
pelarut polar, sehingga senyawa bioaktif yang tersaring juga bersifat polar.
Kepolaran senyawa yang tersaring inilah yang membuat senyawa bioaktif pada
ekstrak batang akar kuning lebih mudah untuk menembus dinding sel bakteri
Gram positif sehingga terlihat diameter zona hambat S. mutans dan E. faecalis
lebih besar di bandingkan dengan P. gingivalis. Asam teikoat sebagai penyusun
dinding sel bakteri Gram positif merupakan polimer larut dalam air yang
berfungsi sebagai transport ion positif untuk keluar dan masuk (Dewi, 2010).
Hal ini kemungkinan menyebabkan zona hambat P. gingivalis lebih kecil
daripada S. mutans dan E. faecalis, karena komponen yang lebih kompleks pada
bakteri gram negatif. Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh
Sylvana (2018) pada ekstrak etanol dau beluntas (Pluchea indica (L.) Less.) dan
Wibowo (2018) pada getah dan ekstrak getah kamboja (Plumeria acuminate
Ait), yang menunjukkan bahwa P. gingivalis memiliki zona hambat lebih kecil
daripada S. mutans dan E. faecalis. Namun berbeda dengan penelitian Hesty
(2015) ekstrak air batang akar kuning terhadap bakteri Staphylococcus aureus
yang merupakan bakteri gram positif memiliki diameter zona hambat yang lebih
kecil daripada bakteri Salmonella typhii yang merupakan bakteri gram negatif.

53

6.3 Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Batang Akar Kuning (A. flava)
Terhadap Enterococcus faealis

Hasil uji efektivitas antibakteri ekstrak etanol batang akar kuning
terbukti dapat menghambat pertumbuhan E faecalis dengan terbentuknya
diameter zona hambat. Penelitian ini sesuai dengan penelitian Heryani (2015)
yaitu bakteri gram positif yaitu bakteri Staphylococcus aureus pada ekstrak air
rebusan batang akar kuning (A. flava).

Bakteri E. faecalis, pada pengulangan satu sampai keempat diameter
zona hambat yang didapat memiliki kenaikan setiap konsentrasi ekstrak dan
konsentrasi 40% dan 50% memiliki zona hambat lebih besar daripa kontrol
positif, sedangkan padang pengulangan kelima pada konsentrasi 30% memiliki
diameter zona hambat lebih besar daripada konsentrasi 40%, 50%, dan kontrol
positif. Hal ini terjadi dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, kemungkinan
yang dapat terjadi adalah adanya kekeruhan suspensi bakteri yang lebih rendah
yang dapat menyebabkan hasil kepekaan ekstrak menjadi lebih sensitif, dapat
juga sebaliknya apabila suspensi bakteri lebih pekat maka hasil tes kepekaan
ekstrak akan menjadi lebih resisten, keterlambatan pemasangan cakram kertas
berisi ekstrak juga dapat menyebabkan inokulum bakteri memperbanyak diri,
suhu inkubasi yang lebih rendah 35⁰C akan menyebabkan waktu yang
diperlukan untuk pertumbuhan bakteri akan lebih lama sehingga zona hambat
dapat lebih besar (Vandepitte, et al., 2003). Walaupun pada pengulangan kelima
bakteri E. faecalis berbeda dengan hasil pengulangan yang lainnya namun hasil
rata rata diameter zona hambat yang didapatkan tetap menghasilkan hasil yang
menunjukkan bahwa setiap kenaikan konsentrasi ekstrak besar diameter zona
hambat makin meningkat. Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya
bahwa setiap kenaikan ekstrak maka diameter zona hambat akan semakin besar
pada bakteri E. faecalis penelitian oleh Sylvana (2018) pada ekstrak etanol daun
beluntas (Pluchea indica (L.) Less.), Wibowo (2018) bakteri E. faecalis pada
getah dan ekstrak getah kamboja (Plumeria acuminate Ait). Namun berbeda
dengan penelitian Heryani pada bakteru Staphylococcus aureus pada ekstrak air

54

rebusan batang akar konsentrasi 1% dan 2% mengalami kenaikan, kemudian
pada konsentrasi 3%, 4%, dan 5% mengalami penurunan diameter zona hambat.

Hasil perlakuan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40%, dan 50%, berturut
turut menunjukan hasil besar zona hambat yakni 4,79 ± 0.137 mm, 6,71 ± 0. 256
mm, 7,83 ± 0.589 mm, 8,5 ± 0.427 mm dan 9,31 ± 0.329 mm. Kemudian
dilakukan interpretasi berdasarkan kriteria Davis & Stout (1971) dan didapatkan
bahwa ekstrak etanol batang akar kuning memiliki kekuatan lemah sampai
sedang dalam aktivitas antibakteri. Hasil diameter zona hambat didapatkan
konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% dengan p<0.05. Hal ini
menunjukkan adanya penghambatan pertumbuhan bakteri pada konsentrasi
ekstrak. Dan pada zona hambat kontrol positif menunjukkan perbedaan yang
bermakna pada konsentrasi 10% dan 20% hal ini menunjukkan kekuatan
penghambat pertumbuhan bakteri pada chlorexidin 0.2% lebih baik daripada
konsentrasi ekstrak. Sedangkan pada konsentrasi 30%, 40%, dan 50% tidak
menunjukkan perbedaan yang bermakna terhadap zona hambat yang dihasilkan,
hal ini kekuatan penghambat pertumbuhan bakteri pada chlorexidin 0.2% sama
kuatnya dengan larutan ekstrak.

Rata – rata diameter zona hambat yang didapat dari ketiga bakteri E.
faecalis memiliki nilai zona hambat yang lebih besar daripada kedua bakteri
lainnya. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Sylvana (2018) pada bakteri S.
mutans, P. gingivalis dan E. faecalis yaitu ekstrak etanol daun beluntas
(Pluchea indica (L.) Less.) yang menunjukkan bahwa E. faecalis memiliki
diameter zona hambat lebih besar daripada S. mutans dan P. gingivalis.

55

BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan

1. Ekstrak etanol batang akar kuning (A. flava) beraktivitas menghambat
pertumbuhan S. mutans.

2. Ekstrak etanol batang akar kuning (A. flava) beraktivitas menghambat
pertumbuhan E. faecalis.

3. Ekstrak etanol batang akar kuning (A. flava) beraktifitas menghambat
pertumbuhan P. gingivalis.

7.2 Saran

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui konsentrasi hambat
minimum (KHM) ekstrak batang akar kuning (Arcngelisia flava (L.)
Merr) terhadap bakteri S. mutans, E. faecalis dan P. gingivalis.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis optimum
ekstrak batang akar kuning (Arcngelisia flava (L.) Merr) dengan
menaikkan konsentrasi ekstrak.

3. Pengembangan produk yang berhubungan dengan kedokteran gigi

56

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, T. G. (2015). Berberine and neurodegeneration: A review of literature.
Pharmacological Reports.

Akanade, O., Alada, A., Aderinokun, G., & Ige, A. (2004). Efficacy of different
brands of mouthrinse on oral bacterial load count in healty adults. African
Journal of Biomedical Research, 7, 125-126.

Armedita, D. (2018). The Antibacterial Activity of Leaves Ethanol Extract, Stem
Bark, and Latex of Angsana (Pterocarpus indicus Willd.) towards
Bacterial Growth Streptococcus mutans as in vitro. Odonto Dental Jurnal.

Artiani, S. (2010). Biotransformasi Berberin Oleh Jamur Endofit dari Tumbuhan
Akar Kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr: menispermaceae). Jakarta:
Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Ilam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Aryal, S. (2018, Oktober 26). Mueller Hinton Agar (MHA) – Composition,
Principle, Uses and Preparation. Retrieved Juli 5, 2019, from
Microbiologyinfo.com: https://microbiologyinfo.com/mueller-hinton-agar-
mha-composition-principle-uses-and-preparation/

Atria, I. (2012). Pengaruh mengunyah permen karet probiotik yang mengandung
lactobacillus reuteri terhadap koloni bakteri kariogenik streptococcus
mutans pada saliva Skripsi. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.

Azizah, S. N. (2018). Effect of Ethanol Extract of Eleutherine bulbosa (Mill.)
URB on Anaerobic Bacterial Prophyromonas gingivalis In Vitro. Journal
of Tropical Pharmacy and Chemistry , 4(3).

Beatrice, L. (2010). Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa) terhadap Enterococcus faecalis (In vitro). J. Dentika, 6, 35.

Beck, J., & Offenbacher, S. (2001). The association between periodontal diseases
and cardiovascular diseases: a state-of-the science review. Ann
Periodontal, 6: 9-15.

57

Biologycal, D. (2014, Februari). Brain Heart Infusion Agar. Retrieved Juli 8,

2019, from http://www.dalynn.com:

http://www.dalynn.com/dyn/ck_assets/files/tech/TB52.pdf

Bodet, C., Chandad, F., & Grenier, D. (2007). Pathogenic potential of

Porphyromonas gingivalis, Treponem denticola, and Tannerella forsythia,

the red bacterial complex associated with periodontitis. Pathologie

Biologie, 55(3-4): 154-62.

Boone, D. &. (2002). Bargey’s manual of systematic bacteriology. New York:

Springer-Verlag.

Brooks , G., Carol , K., Butel , J., & Morse , S. (2010). medical microbiology (25

ed.). US: The Mc Graw-Hill Companies.

Chugal, N. M., Clive, J. M., & Spangberg, L. S. (2001). A prognostic model for

assessment of the outcome of endodontic treatment: Effect of biologic and

diagnostic variables. Oral Surgery Oral Medical Oral Pathology Oral

Radiology Endodontic, 342-352.

Cushnie, T., & Lamb, A. (2005). Antimicrobial activityo flavonoids. Int J

Antimicrob Agents, 26, 343–356.

Damayanti, A. (2014). Efektivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Biji Alpukat (

Persea americana) Sebagai Bahan Irigasi Saluran Akar Terhadap

Pertumbuhan Bakteri Enteroccocus faecalis. Surakarta: Skripsi .

Darwis, D. (2000). Teknik Dasar Laboratorium dalam Penelitian Senyawa Bahan

Alam Hayati. Padang: Ditjen Dikti.

Departemen Kesehatan. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan

Obat. Sediaan Galenikdam Uji Klinik Obat Tradisional. Jakarta: Dirjen

POM.

Deus, D., Murad , C., Paciornik, S., Reis, C. M., & Coutinho, F. T. (2008). The

effect of the canal-filled area on the bacterial leakage of oval-shaped

canals. Int Endod J.

Dewi. (2010). Aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah mengkudu (Morinda

citrifolia Linnaeus) terhadap bakteri pembusuk daging segar. Surakarta:

Skripsi Universitas Sebelas Maret.

58

Dewi, Z., Nur, A., & Hertriani, T. (2015). Efek antibakteri dan penghambatan
biofilm ekstrak sereh (cymbopogon nardus l.) terhadap bakteri
streptococcus mutans 2015. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia, 1(2), 136
– 141.

Dian, A. (2005). Perbedaan khasiat antibakteri bahan irigasi antara hidrogen
peroksida 3% dan infusumdaun sirih 20% terhadap bakteri mix. Dental
Journal Majalah kedokteran Gigi, 38(1).

Dickinson , B. (2013, April). Instructions For Use – Ready-To-Use Plated Media.
Retrieved Juli 8, 2019, from BD Brain Heart Infusion (BHI) Agar:
https://www.bd.com/resource.Aspx?IDX=9008

Dwijayanti. (2011). Daya antibakteri minyak atsiri kulit batang kayu manis
(Cinnamomum burmanii BI.) terhadap Streptococcus mutans penyebab
karies gigi. [Skripsi].Universitas Sanata.

Endriani, L. (2016). Farmakognosi dan Fitokimia. Modul Cetak Bahan Ajar
Farmasi, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, PPSDMK. Badan
Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Farah, C. (2009). Mouthwash. Australian prescriber, 32(6), 162-163.
Fardiaz, S. (1989). Mikrobiologi Pangan. Bogor: PAU Pangan dan Gizi Intitut

Pertanian Bogor.
Fejerskov, O., & Edwina, K. (2003). Dental Caries : The Disease and its Clinical

Management. Australia: Blackwell Munksgaard.
Gronroos, L. (2000). Quantitative and qualitative characterization of mutans

streptococci in saliva and in the dentition. Helsinki: University of
Helsinki.
Hassel, T. M., Klaus, H., Rateitschak, E. M., & Wolf, H. F. (2011). Color Atlas of
Periodontology. New York: Thieme Inc. New York.
Heryani, H., & Nugroho, A. (2014). Study of Yellow Root (Arcangelisia Flava
Merr) as A Natural Food Additive with Antimicrobial and acidity-
stabilizing Effects in the Production Process of Palm Sugar. Procedia
Enviromental Sciences, 348.

59

Hinter, N., & Barbara. (2005). Pharmacology: An Introduction. Boston: McGraw
Hil.

Hongini, Yundali, S., & Andityawarman, M. (2012). Kesehatan Gigi dan Mulut.
Bandung: Pustaka Reka Cipta.

Irma, I. S., & Intan, A. (2013). Penyakit Gigi dan Mulut. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Jannata. (2014). Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Apel Manalagi(Malus sylvestris
Mill.) terhadap PertumbuhanStreptococcus mutans. J. Pustaka Kes, 2(1),
23-28.

Jawetz, Melnick, & Adelberg. (2012). Mikrobiologi Kedokteran (23 ed.). Jakarta:
EGC.

Kenneth , J. R., & Ray, G. C. (2004). Sherris Medical Microbiology. United
States of America: McGraw Hill Education.

Kukreja, B., & Dodwad, V. (2012). Herbal mouthwashes- a gift of nature. Int J of
Pharma an Bio Science, 3(2), 47.

Kusumawardani, B., Pujiastuti, P., & Sandra, D. S. (2010). Uji biokimiawi sistem
API 20 A mendeteksi Porphyromonas gingivalis isolat klinik dari plak
subgingiva pasien periodontitis kronis. Jurnal PDGI, 59(3), 110-114.

Larisu, M., Sudarsono, Iravati, S., & Nurrochmad, A. (2010). Kajian ilmiah air
rebusan katola (Arcangelisia flava L Merr) obat diare berdarah masyarakat
Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Indones J Pharm, 21(4), 283-290.

Lemos, J., & Robert, A. (2008). A model of efficiency : Stress tolerance by
Streptococcus mutans. Microbiology (Reading,England), 154(11), 3247-
3255.

Levinson, W. (2012). Medical Microbiology and Imunology. Amerika: McGraw-
Hill.

Lovin, E., Arwati, H., & Ramadhani, R. (2012). In vitro intraerythrocytic
antimalarial activity of akar kuning (Arcangelisia flava (L) Merr) stem
aqueous extract in Plasmodium falciparum. Fol Med Indones, 48(3), 90–
95.

60

Maryani, M. N. (2013). The Phytochemistry and The Antibacterial Activity of
Yellow Root (Arcangelisia flava Merr.) against Aeromonas hydrophila.
Journal of Biology and Life Science, 4(2).

Maryani, Rosita, Monalisa, S. S., & Rozik, M. (2018). In vitro test of natural
antibacterial activity of yellow-fruit moonseed Acrangelisia flava Merr.
leaf on bacterium Pseudomonas flurescens under different doses. Bioflux,
291.

Mayanti , T., Julaeha , E., & Putri , Y. (2011). Isolasi dan karakterisasi senyawa
antibakteri dari fraksi etil asetat kulit batang lansium domesticum corr. cv
kokossan. . 10 – 11.

Mumtaz, R., Attaullah, & Khan, A. (2009). A coparative evaluation of oral health
knowledge, attitudes and practices of dental and pharmacy students of
Riphah International University. Pakistan Oral & Dental Journal, 29(1),
131-134.

Ningrum, ,. R., Purwanti, E., & Sukarsono. (2016). Identifikasi Senyawa Alkaloid
dari Batang Karamunting ( Rhodomyrtus tomentosa) sebagai Bahan Ajar
Biologi Untuk SMA KELAS X. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia,
2(3), 231-236.

Nugraha, A. W. (2008). Si Plak Dimana-mana "Streptococcus mutans".
Yogyakarta: Fakultas Farmasi USD.

Palombo, E. (2009). Traditional Medical Plant Extract and Natural Product with
Activity Againts Oral Bacteria: Potential Aplication in The Prevention and
treatment of oral disease. Evidence Based Complementary and Alternative
Medicine .

Peciuline, V., Balciuniene, I., & Haapasalo, M. (2003). Electrophoresis of whole-
cell solu

Soemantadiredja, Y., & Mieke, H. (2005). Isolasi gen gariogenik gtf BC
Streptococcus mutans dari plak ble proteins of Enterococcus faecalis and
yeast isolated in the root canals of previously root-filled teeth.
Stomatologija, 5(1), 9-12.

61

Periodontology, American Academy of. (2005). Position Paper: Epidemiology of
Periodontal Diseases. J Periodontal.

Petersen, & Ogawa. (2005). Strengthening the Prevention of Periodontal Diseae:
The WHO Approach. J Periodontal, 76(12), 2187-2193.

Pileggi. (2013). Blue Light-Mediated Inactivation of Enterococcus faecalis In
Vitro. Photodiagnosis and Photodynamic Therapy, 10(2), 134-140.

Ratnasari, D., & Handayani, R. P. (2018). Skrining Fitokimia dan Uji Stabilitas
Sediaan Sirup Kayu Kuning (Arcangelisia Flava) untuk Memelihara
Kesehatan. Journal of Holisticand Health Sciences, 2(1).

Rinaldi, S. E., Suryanto, & Widuri, S. A. (2017). Informasi Perdagangan Akar
Kuning Di Pasar Tradisional Martapura Dan Pasar Tradisional Rantau,
Kalimantan Selatan. Jurnal Sains dan Kesehatan, 8(1), 434-439.

Riskesdas. (2007). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.

Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI .

Rizki, B. (2014). Daya antibakteri obat kumur chlorhexidine, povidone iodine,
fluoride suplementasi zinc terhadap, Streptococcus mutans dan
Porphyromonas gingivalis. Dentino Jurnal.

Rosidah, N. (2014). Daya antibakteri ekstrak daun kendali (Hippobroma
longiflora [L] G. Don) terhadap pertumbuhan streptococcus mutans.
Jember: Universitas Jember, 2-6.

Sabir. (2005). Aktivitas antibakteri flavonoid propolis trigona sp terhadap bakteri
streptococcus mutans (in vitro). Dentika J Majalah Kedokteran Gigi,
38(3), 135-141.

Samaranayake, L. (2012). Essential Microbiology for Dentistry. Churchill
Livingstone Elsevier.

Sirait, M. (2007). Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung : Penerbit ITB.
Soetan, K., Oyekunle, M., Aiyelaagbe, O., & Fafunso, M. (2006). Evaluation of

the antimicrobial activity of saponins extract of sorghum bicolor l. African
J of Biotechnology, 5(23), 2405–2407.

62

Stuart, C., Schawartz, S., Beeson, T., & Owatz, B. (2006). Enterococcus faecalis:
its role in root canal treatment failure current concepts in retreatment. J
Endod, 32(2), 93-94:.

Subiandon, E., & Heriyanto, N. (2009). Kajian Tumbuhan Obat Akar Kuning
(Arcangelisia flava Merr.). Buletin Plasma Nutfah, 15(1).

Sumawinata. (2004). Senarai istilah kedokteran gigi. Jakarta: EGC.
Sun, Y., Xun, K., Wang, Y., & Chen, X. (2009). Anti-Cancer Drugs. A systematic

review of the anticancer properties of berberine, a natural product from
Chinese herbs, 20(9), 757–769.
Sunde, T. P., Olsen , I., Debelian, G. J., & Tronstad, L. (2002). Microbiota of
Periapical Lesions Refractory to Endodontic Therapy. Journal of
Endodontics, 304-310.
Sykes, L., comley, M., & Kelly, L. (2016, Agustus). Availability,indication for
use main ingreients of mouthwash in six major supermarket in Gauteng.
South Africa Dental Journal, 71, 308-313.
Sylvana, D. (2018). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Beluntas Pluchea
indica (L.) Less terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans,
Porphyromonas gingivalis, dan Enterococcus faecalis.
Talumewo, M., Mintjelungan, C., & Wowor, M. (2015). Perbedaan efektivitas
obat kumur antiseptik beralkohol dan non alkohol dalam menurunkan
akumulasi plak. Jurnal Ilmiah Farmasi, 4(4), 1-7.
Tiara, A., Arief, R., & Sudarsono. (2014). The antidepressant effects of
(Arcangelisia flava Merr) water-soluble extract in Balb-C mice reviewed
from immobility time by forced. Biology, Medicine & Natural Product
Chemistry, 3(2), 65-67.
Torabinejad, M., & Walton, R. E. (2009). Endodontics Principles And Practice
(4nd Edition ed.). (W. I. Drive, Ed.) Saunder Elseviers.
Trivedi , P., Pandy , S., & Bhadauri , S. (2010). Text book of microbiology (1 ed.).
India: Aavishakar Publishers.

63

Ulfa, E., & Rachmawati, E. (2017). Anti hypercholesterolemic effect of
Arcangelisia flava stem extract in hyperlipidemic rats. Proceeding of 1st
International Conference on Medicine and Health Sciences (ICMHS) .

Unesco. (1998). Plant Resources of South East Asia. No.12(2).
Vandepitte, J., Vanhaegen, J., Engbaek, K., Rolmer, K., Rolmer, P., Piot, P., &

Heuck, C. (2003). Basic Laboratory Procedures in Clinical Bacteriology
(2 ed.). Geneva.
Verpoorte, R., Siwon, J., Essen, G., Tieken, M., & Svendsen. (1982). Studies On
Indonesian Medicinal Plants. VII. Alkaloids of Arcangelisia flava. Journal
of Natural Products, 45(5).
Wahyudi, L., Ratnadewi, A., & Siswoyo, T. (2016). Potential antioxidant and
antidiabetic activities of kayu kuning (Arcangelisia flava). Agric Agric Sci
Procedia, 9, 396–402.
Wibowo, F. D. (2018). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Getah Kamboja
(Plumeria acuminata) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus
mutans, Porphyromonas gingivalis, dan Enterococcus faecalis (In Vitro).
Yasmin, H. (2017). Potensi ekstrak daun dan batang katola (Arcangelisia flava L.
Merr. Jurnal Simbiosa, 8(1), 1-9.
Yilmaz, O. (2008). The chronicles of Porphyromonas gingivalis: the microbium,
the human oral, epithelium and their interplay. Microbiology Society
Journal, 154(10), 2897-2903.
Yuliasri J, P. F. (2011). Bioproduksi Floroglusinol Oleh Jamur Endofit
Coelpmyecetes Afas-F3 yang Diisolasi dari Tumbuhan Archangelesia
flava L. Merr. Journal of Biological Research, 16, 169-172.
Zhou, J., Zhou, S., Tang, J., Zhang, K., Guang, L., & Huang, Y. (2009). rotective
effect of berberine on beta cells in streptozotocin- and high-
carbohydrate/high-fat diet-induced diabetic rats. Eur J Pharmacol, 606(1-
3), 262–268.

64

Lampiran 1

Surat Identifikasi Tanaman

65

Lampiran 2

Surat Komisi Etik Penelitian Kesehatan

66

Lampiran 3
Surat Ijin Penelitian di Laboratorium Farmakologi

67

Lampiran 4
Surat Ijin Penelitian di Laboratorium Mikrobiologi

68

Lampiran 5

Surat Pernyataan ATCC P. gingivalis

69

Lampiran 6

Surat Pernyataan ATCC E.faecalis

70

Lampiran 7

Pembuatan Konsentrasi Larutan Uji

Ekstrak batang Arcangelisia flava (L) Merr yang digunakan dalam penelitian
ini dibagi menjadi konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%.. Pembuatan
konsentrasi dihitung dengan menggunakan persamaan:

N1 X V1 = N1 X V2

Keterangan
N1 : Konsentrasi awal
V1 : Volume awal
N2 : Konsentrasi akhir
V2 : Volume akhir

1. Konsentrasi ekstrak 10% dibuat dengan mencampurkan 0.15g ekstrak batang
dan dicampurkan dengan DMSO 5% dan aquades 95% hingga volume larutan
1,5ml.

2. Konsentrasi ekstrak 20% dibuat dengan mencampurkan 0.3g ekstrak batang
dan dicampurkan dengan DMSO 5% dan aquades 95% hingga volume larutan
1,5ml.

3. Konsentrasi ekstrak 30% dibuat dengan mencampurkan 0.45g ekstrak batang
dan dicampurkan dengan DMSO 5% dan aquades 95% hingga volume larutan
1,5ml.

4. Konsentrasi ekstrak 40% dibuat dengan mencampurkan 0.6g ekstrak batang
dan dicampurkan dengan DMSO 5% dan aquades 95% hingga volume larutan
1.5ml.

5. Konsentrasi ekstrak 50% dibuat dengan mencampurkan 0.75g ekstrak batang
dan dicampurkan dengan DMSO 5% dan aquades 95% hingga volume larutan
1,5ml.

71

Lampiran 8

Pembuatan Medium Pertumbuhan Bakteri

1. Pembuatan Medium MHA
38 gram MHA dilarutkan dengan 1 liter aquadest sterile t. Lalu dipanaskan

supaya terlarut sempurna. Kemudian sterilisasi dengan menggunakan autoklaf
1210C selama 15 menit. Medium ini digunakan untuk bakteri Streptococcus
mutans dan Enterococcus faecalis
2. Pembuatan Medium MHB

21 gram MHA dilarutkan dengan 1 liter aquadest sterile Lalu dipanaskan
supaya terlarut sempurna. Kemudian sterilisasi dengan menggunakan autoklaf
1210C selama 15 menit. Medium ini digunakan untuk bakteri Streptococcus
mutans dan Enterococcus faecalis
3. Pembuatan Medium BHIA

Campurkan 47 g BHI-A dengan 1 liter aquadest sterile menggunakan tabung
Erlenmeyer. Tutup dengan alumunium foil. Kemudian disterilisasi dengan autoclave
dengan suhu 121 oC selama 15 menit. Setelah suhu mencapai 40 - 50 oC tambahkan
vitamin K dan ditambahkan hemin 5 μg/ml (Tiap 10 ml BHIA diberi 5 µl hemin dan 1
µl vitamin K). Kemudian diaduk sampai homogen Kemudian dituang ke dalam
petridish dengan diameter 17 cm yang telah disterilisasi setebal 4 mm hingga memadat.
4. Pembuatan Medium BHIB

Campurkan 37 g BHI-B dengan 1 liter aquadest sterile menggunakan tabung
Erlenmeyer. Tutup dengan alumunium foil. Kemudian disterilisasi dengan
autoclave dengan suhu 121 oC selama 15 menit. Setelah suhu mencapai 40 oC
tambahkan vitamin K dan ditambahkan hemin (Tiap 10 ml BHIA diberi 5 µl
hemin dan 1 µl vitamin K)kemudian diaduk sampai homogen

72

Lampiran 9

Prosedur Pembuatan Suspensi Bakteri

Berikut adalah langkah-langkah dalam pembuatan suspensi Streptococcus
mutans dan Enterococcus faecalis
1. Masukan 2 ml BHIB (Brain Heart Infusion Broth) steril kedalam tabung
steril, lalu masukan sekitar 2 ose koloni masing-masing pada bakteri
Streptococcus mutans dan Enterococcus faecalis kedalam tabung reaksi
tersebut, kocok dengan gerakan sentrifuge. Pastikan tabung tersebut tetap
dalam wilayah dekat dengan lampu bunsen agar tetap steril.
2. Tutup rapat tabung tersebut dengan alumunium foil. Kemudian, masukan

kedalam inkubator dengan suhu 37 oC selama 24 jam.
Berikut adalah langkah-langkah dalam pembuatan suspensi Porphyromonas
gingivalis
1) Masukan 2 ml MHB (Mueller Hinton Agar) steril kedalam tabung steril,

lalu masukan sekitar 2 ose koloni Porphyromonas gingivalis kedalam
tabung reaksi tersebut, kocok dengan gerakan sentrifuge. Pastikan tabung
tersebut tetap dalam wilayah dekat dengan lampu bunsen agar tetap steril.
2) Tutup rapat tabung tersebut dengan alumunium foil. Kemudian, masukan
kedalam inkubator dengan suhu 37 oC selama 24 jam.

73

Lampiran 10

Uji Antibakteri Disc Diffusion

10% 20%

30% - 40%

+ 50%

Gambar 3 Diagram Plate dan Disc
1. Siapkan 1 petridish untuk satu macam bakteri dan buat menjadi 7 bagian sesuai

dengan gambar di atas. Garis dibuat pada bagian luar bawah petridish dengan
menggunakan spidol permanen. Lalu tandai juga dengan menggunakan spidol
daerah yang menunjukkan kelompok uji dan kelompok kontrol.
2. Lakukan inokulasi dengan memberikan 100ul suspensi bakteri pada media.
3. Kapas lidi diguratkan keseluruh permukaan media secara merata dan biarkan
inokulum mengering selama beberapa menit.
4. Letakkan disk yang telah diberi senyawa uji, kontrol positif yaitu clorheksidin
0,2% dan kontrol negatif DMSO 5% pada media agar yang telah diinokulasi
menggunkan pinset steril kemudian ditekan ringan. Peletakkan disk
disesuaikan dengan daerah yang telah dibagi tiap plate. Disk diletakkan 15 mm
dari tepi petri dish.

74

5. Ulangi langkah 1-4 pada tiap bakteri yang diberi ekstrak batang Arcangelisia
flava Merr.

6. Siapkan anaerob jar atau toples kaca bening untu bakteri Porphyromonas
gingivaslis. Masukkan petri dish pada langkah 4 ke dalam anaerob jar atau
toples lalu ditutup.

7. Lakukan inkubasi dengan suhu 370C selama 24 jam.
8. Setalah itu lakukan pengukuran diameter zona hambat dengan menggunakan

jangka sorong. Diameter zona hambat diukur melalui diameter zona bening
pada sekitar disk pada sisi vertikal dan horisontal. Rumus pengukuran zona
hambat (Toy et al, 2015):

(DV-DC) + (DH-DC)
2

Keterangan:
DV : Dimensi Vertikal (mm)
DC : Dimensi Disc (mm)
DH : Dimensi Horisontal (mm)

75

Lampiran 11
Analisis Data Hasil Penelitian Streptococcus mutans

Case Processing Summary
Cases

konsentrasi Valid Missing Total
N Percent
Streptococcus N Percent N Percent
mutans 5 100.0%
10% 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%
20% 5 100.0%
30% 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%
40% 5 100.0%
50% 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%
kontrol positif 5 100.0%
kontrol negatif 5 100.0% 0 0.0%

5 100.0% 0 0.0%

5 100.0% 0 0.0%

5 100.0% 0 0.0%

Tests of Normalityc

konsentrasi Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Statistic df Sig.

10% .288 5 .200* .910 5 .470

20% .208 5 .200* .951 5 .742

Streptococcus 30% .213 5 .200* .936 5 .637
mutans 40% .143 5 .200* .988 5 .972

50% .269 5 .200* .823 5 .122

kontrol positif .331 5 .077 .861 5 .230

*. This is a lower bound of the true significance.

a. Lilliefors Significance Correction

c. Streptococcus mutans is constant when konsentrasi = kontrol negatif. It has been omitted.

Test of Homogeneity of Variances
Streptococcus mutans

Levene Statistic df1 df2 Sig.
.175
1.632 6 28

76

Streptococcus mutans ANOVA F Sig.
Sum of Squares 41.198 .000
df Mean Square
Between Groups 226.651 6 37.775
Within Groups 25.674
Total 28 .917
252.325 34

konsentrasi Descriptivesa 5.8800 Std. Error
10% 4.8168 .38295
Mean 6.9432
Streptococcus 95% Confidence Lower Bound 5.9028 .913
mutans Interval for Mean Upper Bound 6.3000 2.000
5% Trimmed Mean .34220
20% Median .733
Variance .85630 .913
30% Std. Deviation 2.000
Minimum 4.60 .39793
Maximum 6.75
Range 2.15
Interquartile Range 1.50
Skewness -.909
Kurtosis -.203
Mean 6.2400
95% Confidence Lower Bound 5.2899
Interval for Mean Upper Bound 7.1901
5% Trimmed Mean 6.2556
Median 6.4500
Variance .586
Std. Deviation .76518
Minimum 5.15
Maximum 7.05
Range 1.90
Interquartile Range 1.43
Skewness -.657
Kurtosis -.893
Mean 6.5100
95% Confidence Lower Bound 5.4052
Interval for Mean Upper Bound 7.6148
5% Trimmed Mean 6.5222
Median 6.5000
Variance .792
Std. Deviation .88980
Minimum 5.35
Maximum 7.45

77

Range 2.10 .913
Interquartile Range 1.73 2.000
Skewness -.244 .34315
Kurtosis -1.860
Mean 7.1000 .913
95% Confidence Lower Bound 6.1473 2.000
Interval for Mean Upper Bound 8.0527 .64195
5% Trimmed Mean 7.0972
Median 7.1000 .913
Variance .589 2.000
40% Std. Deviation .76730 .57598
Minimum 6.15
Maximum 8.10 .913
Range 1.95 2.000
Interquartile Range 1.45
Skewness .100
Kurtosis -1.083
Mean 8.3900
95% Confidence Lower Bound 6.6077
Interval for Mean Upper Bound 10.1723
5% Trimmed Mean 8.3167
Median 8.0000
Variance 2.061
50% Std. Deviation 1.43544
Minimum 7.30
Maximum 10.80
Range 3.50
Interquartile Range 2.33
Skewness 1.623
Kurtosis 2.699
Mean 7.4500
95% Confidence Lower Bound 5.8508
Interval for Mean Upper Bound 9.0492
5% Trimmed Mean 7.4028
Median 7.2000
Variance 1.659
kontrol positif Std. Deviation 1.28792
Minimum 6.15
Maximum 9.60
Range 3.45
Interquartile Range 1.93
Skewness 1.482
Kurtosis 3.035

a. Streptococcus mutans is constant when konsentrasi = kontrol negatif. It has been omitted.

78

Multiple Comparisons
Dependent Variable: Streptococcus mutans
LSD

(I) (J) konsentrasi Mean Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
konsentrasi Difference Lower Bound Upper Bound

(I-J)

20% -.36000 .60562 .557 -1.6005 .8805

30% -.63000 .60562 .307 -1.8705 .6105

10% 40% -1.22000 .60562 .054 -2.4605 .0205
50% -2.51000* .60562 .000
-3.7505 -1.2695
kontrol positif -1.57000* .60562 .015
-2.8105 -.3295
20% kontrol negatif 5.88000* .60562 .000
10% .36000 .60562 .557 4.6395 7.1205
30% 30% -.27000 .60562 .659 -.8805 1.6005
40% -.86000 .60562 .167 -1.5105
40% 50% .60562 .001 -2.1005 .9705
kontrol positif -2.15000* .60562 .056 -3.3905 .3805
50% kontrol negatif -1.21000 .60562 .000 -2.4505 -.9095
kontrol 10% 6.24000* .60562 .307 4.9995 .0305
positif 20% .60562 .659 -.6105 7.4805
40% .63000 .60562 .338 -.9705 1.8705
50% .27000 .60562 .004 -1.8305 1.5105
kontrol positif -.59000 .60562 .132 -3.1205 .6505
kontrol negatif -1.88000* .60562 .000 -2.1805 -.6395
10% -.94000 .60562 .054 5.2695 .3005
20% 6.51000* .60562 .167 -.0205 7.7505
30% 1.22000 .60562 .338 -.3805 2.4605
50% .86000 .60562 .042 -.6505 2.1005
kontrol positif .59000 .60562 .568 -2.5305 1.8305
kontrol negatif -1.29000* .60562 .000 -1.5905 -.0495
10% -.35000 .60562 .000 5.8595 .8905
20% 7.10000* .60562 .001 1.2695 8.3405
30% 2.51000* .60562 .004 .9095 3.7505
40% 2.15000* .60562 .042 .6395 3.3905
kontrol positif 1.88000* .60562 .132 .0495 3.1205
kontrol negatif 1.29000* .60562 .000 -.3005 2.5305
10% .94000 .60562 .015 7.1495 2.1805
20% 8.39000* .60562 .056 .3295 9.6305
30% 1.57000* .60562 .132 -.0305 2.8105
40% 1.21000 .60562 .568 -.3005 2.4505
50% .94000 .60562 .132 -.8905 2.1805
kontrol negatif .35000 .60562 .000 -2.1805 1.5905
10% -.94000 .60562 .000 6.2095 .3005
7.45000* -7.1205 8.6905
-5.88000* -4.6395
-7.4805
20% -6.24000* .60562 .000 -4.9995
-7.7505
kontrol 30% -6.51000* .60562 .000 -5.2695
negatif 40% -7.10000* .60562 .000 -8.3405
-5.8595
50% -8.39000* .60562 .000 -9.6305
-7.1495
kontrol positif -7.45000* .60562 .000 -8.6905
-6.2095

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

79

Lampiran 12
Analisis Data Hasil Penelitian Porphyromonas gingivalis

Case Processing Summary

Cases

Konsentrasi Valid Missing Total
N Percent
N Percent N Percent
5 100.0%
10% 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%
5 100.0%
20% 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%
5 100.0%
Porphyromonas 30% 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%
Gingivalis 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%
40% 5 100.0% 0 0.0%

50%

Kontrol Positif 5 100.0% 0 0.0%

Kontrol Negatif 5 100.0% 0 0.0%

Tests of Normalityc

Konsentrasi Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Statistic df Sig.

10% .261 5 .200* .904 5 .431

20% .322 5 .098 .822 5 .122

Porphyromonas 30% .225 5 .200* .899 5 .404
Gingivalis 40% .361 5 .032 .803 5 .085

50% .197 5 .200* .890 5 .356

Kontrol Positif .173 5 .200* .955 5 .775

*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
c. Porphyromonas Gingivalis is constant when Konsentrasi = Kontrol Negatif. It has been omitted.

Test of Homogeneity of Variances
Porphyromonas Gingivalis

Levene Statistic df1 df2 Sig.
.216
1.496 6 28

ANOVA

Porphyromonas Gingivalis

Sum of Squares df Mean Square F Sig.
28.909 .000
Between Groups 204.393 6 34.065
Within Groups 32.994 28 1.178
Total
237.387 34

80

Descriptivesa

Konsentrasi Mean Statistic Std.
10% Error
95% Confidence Interval for 1.8500
Mean .5876 .45470

5% Trimmed Mean Lower 3.1124
Median Bound
Variance Upper 1.8833 .913
Std. Deviation Bound 1.8000 2.000
Minimum .55714
Maximum Lower 1.034
Range Bound 1.01673
Interquartile Range Upper
Skewness Bound .25
Kurtosis 2.85
Mean Lower 2.60
Bound 1.73
95% Confidence Interval for Upper -1.061
Mean Bound 1.206
3.1300
5% Trimmed Mean 1.5831
Median
Variance 4.6769
Std. Deviation
Porphyromonas 20% Minimum 3.1889
Gingivalis Maximum 3.5000
Range
Interquartile Range 1.552 .913
Skewness 1.24579 2.000
Kurtosis .62189
Mean 1.00
4.20
95% Confidence Interval for 3.20
Mean 1.88
-1.756
5% Trimmed Mean 3.448
Median 3.9500
Variance 2.2234
Std. Deviation
Minimum 5.6766
Maximum
30% Range 3.9861
Interquartile Range 3.7000
Skewness .913
Kurtosis 1.934 2.000
1.39059

1.95
5.30
3.35
2.53
-.530
-.577

81

Mean 5.0000 .58588

95% Confidence Interval for Lower 3.3733
Mean Bound 6.6267

Upper
Bound

5% Trimmed Mean 5.0639

Median 5.2500

40% Variance 1.716
Std. Deviation 1.31006

Minimum 2.75

Maximum 6.10

Range 3.35

Interquartile Range 1.93

Skewness -1.796 .913

Kurtosis 3.602 2.000

Mean 5.8800 .54991

95% Confidence Interval for Lower 4.3532
Mean Bound 7.4068

Upper
Bound

5% Trimmed Mean 5.9278

Median 6.0500

50% Variance 1.512
Std. Deviation 1.22963

Minimum 3.95

Maximum 6.95

Range 3.00

Interquartile Range 2.18

Skewness -1.106 .913

Kurtosis .902 2.000

Mean 7.8700 .31646

95% Confidence Interval for Lower 6.9914
Mean Bound 8.7486

Upper
Bound

5% Trimmed Mean 7.8667

Kontrol Median 7.8000
Positif Variance .501
Std. Deviation
.70764

Minimum 7.05

Maximum 8.75

Range 1.70

Interquartile Range 1.38

Skewness .162 .913

Kurtosis -1.999 2.000

a. Porphyromonas Gingivalis is constant when Konsentrasi = Kontrol Negatif. It has been omitted.

82


Click to View FlipBook Version