FAKULTAS UNIVERSITAS
PETERNAKAN PADJADJARAN
itik
manila
MUSCOVY DUCK
KELOMPOK 5
UNIVERSITAS
PADJADJARAN
E - book
ITIK MANILA ( MUSCOVY DUCK )
Tim Penyusun 200110190181
200110190305
Ariya Septiana 200110190031
Bima Tegar Hamzah Utama 200110190331
Cucu Gusmawati 200110190037
Farid Al-Farisi 200110190093
Mia Nuriyah Fajriyati 200110190306
Muhammad Daffa Putra Ismail 200110190224
Oppie Hijra Salsabila
Wildan Zakaria
Edisi pertama, Desember 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan e-book berjudul "Itik Manila -
Muscovy Duck" dengan baik.
Penyusunan e-book ini tidak hanya bertujuan untuk meme-
nuhi tugas akhir mata kuliah Produksi Aneka Ternak Unggas,
tetapi memberi pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca
tentang itik manila mulai dari deskripsi, anatomi dan morfologi,
budidaya, pembibitan dan penetasan, serta pasca panen.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen
pengajar mata kuliah Produksi Aneka Ternak Unggas kami, yaitu
Ir. Dani Garnida, MS., Dr. Ir. Wiwin Tanwiriah, MP., Prof. Dr. Ir. Hj
Tuti Widjastuti, MS., serta pihak lain yang membantu serta
membimbing kami dalam penyusunan buku ini hingga selesai.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka
penyempurnaan buku ini dimasa yang akan datang. Terimakasih.
Jatinangor, 15 Desember 2022
Penyusun
i
daftar isi
kata Pengantar............................................................................i
Daftar Isi......................................................................................ii
Bab 1 Deskripsi Itik Manila........................................................1
Taksonomi....................................................................................1
Sejarah.........................................................................................2
Penyebaran..................................................................................3
Tujuan Pemeliharaan...................................................................4
Bab 2 Anatomi dan Morfologi Itik Manila.................................5
Anatomi Tubuh Bagian Luar........................................................5
Kerangka......................................................................................6
Organ Pencernaan.......................................................................8
Organ Reproduksi........................................................................9
Bab 3 Budidaya..........................................................................11
Pemilihan Bibit dan Fase Pemeliharaan......................................11
Ransum Setiap Periode...............................................................14
Penyakit.......................................................................................15
Kandang.......................................................................................18
Pemeliharaan...............................................................................20
Bab 4 Pembibitan dan Penetasan............................................22
Tatalaksana Pemeliharaan..........................................................22
Periode Pemeliharaan.................................................................22
Ransum.......................................................................................23
Air Minum dan pengendalian penyakit........................................24
Kandang......................................................................................25
Pemilihan Bibit............................................................................26
Penetasan...................................................................................27
Sebelum Masuk Mesin Tetas......................................................27
Pada Saat dalam Mesin Tetas....................................................28
Keluar dari Mesin tetas...............................................................29
Bab 5 Pasca Panen...................................................................30
Potensi........................................................................................30
ii
daftar isi
Produk..........................................................................................31
Pemasaran...................................................................................32
Bab 6 Predator, Istilah dan Profil.............................................35
Predator.......................................................................................35
Istilah............................................................................................36
Profil.............................................................................................37
Daftar Pustaka............................................................................39
iii
bab deskripsi
1
Taksonomi
Itik manila (Carina Moschota) berasal dari beberapa daerah
menyangkut Meksiko, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Itik
manila memiliki beberapa julukan seperti Indian Duck, Muscovite
Duck, Guinea Duck, Turkish Duck. dll.
Menurut Scanes dkk. (2004), itik manila ternak memiliki
klasifikasi sebagai berikut :
Kindgom Animalia
Filum Chordata
Sub Filum Vertebrata
Klas Aves
Ordo Anseriformes
Familia Anatidae
Genus Cairina
Species Carina Moschota
1
bab deskripsi
1
Sejarah
Masyarakat Indonesia lebih mengenal itik dengan nama
bebek (bahasa Jawa). Nenek moyang itik merupakan itik liar
(Anas moscha), yang berasal dari Amerika Utara. Itik liar terus
dijinakkan oleh manusia, hingga terbentuklah beragam jenis
itik seperti yang dipelihara saat ini dan selanjutnya lebih
dikenal sebagai itik ternak (Anas domesticus) dan itik Manila
atau entok (Anas muscovy) (Supriyadi, 2009). Itik pertama kali
diperkenalkan di Indonesia oleh orang-orang India pada abad
VII, terutama di wilayah Pulau Jawa. Orang – orang India
tersebut merupakan ahli bangunan yang sengaja didatangkan
oleh Raja Syailendra untuk membangun candi – candi Hindu
dan Budha. Indonesia memiliki bermacam-macam jenis itik
lokal dengan karakteristik khas yang tidak dimiliki oleh daerah
lain. Sebagai contoh itik Tegal, itik Mojosari, itik Bali, itik
Alabio, itik Cirebon, itik Pegagan, itik Kerinci dan jenis lainnya.
Secara umum, itik – itik lokal dikenal sebagai itik asli
Indonesia. Dalam istilah asing itik lokal dikenal dengan nama
Indian runner (Hardi dkk., 2016).
Entok atau juga itik Manila adalah unggas air asal
Amerika Selatan, yang masuk ke Indonesia melalui Filipina,
lalu dilakukan domestikasi sehingga telah beradaptasi dengan
baik di lingkungan Indonesia. Bintang (2001) menyatakan,
bobot badan entok jantan dan betina umur 12 minggu yang
mendapat pakan dengan kandungan protein kasar (PK) 15%
pada umur 3-6 minggu dan PK 12% pada umur 6-12 minggu
adalah 2193.04 gram dan 1539.5 gram. Keunggulan lainnya
yaitu entok memiliki persentase karkas dan kualitas daging
yang lebih baik dibandingkan itik. Persentase karkas entok
jantan berkisar antara 61.7-62.9% (Sciavone et al. 2010)
2
bab deskripsi
1
Penyebaran
Ternak Entok banyak tersebar hampir di seluruh wilayah
Indonesia. Di Sumatera Barat, ternak Entok banyak di pelihara
sebagai ternak penghasil daging. Daging ternak Entok banyak
digunakan sebagai pengganti daging ayam bagi masyarakat,
sehingga angka penyembelihaan ternak Entok tinggi. Saat ini
pemanfaatan daging ternak Entok sangat banyak
dimanfaatkan untuk diolah menjadi berbagai produk olahan
seperti rendang Entok, Entok rica-rica, sweet Entok, Entok
lado hijau, dan gulai Entok. Karena permintaan akan protein
hewani dipasaran khususnya daging banyak, sedangkan
pasokan di pasaran kurang sehingga diperlukan alternatif
untuk pemenuhan protein hewani, salah satunya dengan
meningkatkan populasi ternak Entok.
Perkembangan entok di Indonesia tidak terlepas dari proses
penyebaran ternak dari daerah asalnya dan proses
domestikasi. Entok masuk ke Indonesia melalui Manila Filipina
sehingga dikenal dengan nama Itik Manila dan selanjutnya
berkembangbiak sebagai ternak lokal Indonesia. Di Indonesia
entok/itik manila diternakkan terutama untuk 6 diambil
dagingnya dan sebagai pengeram telur yang baik.
3
bab deskripsi
1
Tujuan Pemeliharaan
Produk utama yang diharapkan dari pemeliharaan itik man-
ila (entok) adalah daging. Berat jantan dewasa dapat
mencapai 5,5 kg sedangkan berat betina dapat mencapai 3
kg, dengan persentase karkas 66,64%. (Iskandar et al,1993;
Triyantini,1999).
Bulu itik manila (entok) dapat dimanfaatkan untuk membuat
shuttle cock, bagian bulu yang dimanfaatkan adalah bagian
bulu sayap primer dan bulu sayap sekunder yang dapat 8
dicabut langsung pada saat itik manila (entok) masih hidup.
Selain bulu, induk betina itik manila (entok) merupakan mesin
penetas telur alami yang sangat baik karena induk entok
betina ini bisa mengerami jumlah telur yang banyak berkisar
15-20 telur tetas selama sekali periode mengeram dan mampu
mengerami telur 5-7 kali berturut – turut.
4
bab Anatomi dan morfologi
2
Anatomi Tubuh Bagian Luar
Itik manila memiliki panjang rentang sayap hingga 64 inchi,
berat tubuhnya dapat bertambah hingga 15 lbs pada jantan dan
6-7 lbs pada betina. Rata rata itik manila jantan tidak dapat
terbang karena terlalu berat namun kebanyakan itik manila
betina dapat terbang Itik manila memiliki badan yang lebar dan
panjang (sekitar 30 inchi) dan ekor yang lebar dan datar.
Warna dari itik manila pada umumnya berwarna hitam dan
putih namun selain warna hitam dan putih, itik manila pun
memiliki variasi warna lainya seperti: blue, coklat, hijau,
lavender, dan perunggu. Caruncle pada jantan cenderung
berukuran lebih besar dan lebih berwarna. Jantan yang sudah
matang akan memiliki caruncle yang besar dan berwarna
merah semu kehitaman di bawah paruh nya.
Pada puncak kepalanya terdapat kumpulan bulu yang dapat
berdiri ketika itik merasa senang. Kumpulan bulu ini berukuran
lebih besar pada itik jantan, hal ini dikarenakan kumpulan bulu
ini digunakan untuk menarik perhatian itik betina. Paruh pada
itik berbentuk datar. Untuk warna pada paruh itik bervariasi
mulai dari pink, kuning, dan hitam Pada bagian kaki, itik
memiliki selaput yang dapat membantu mereka untuk
berenang.
5
bab Anatomi dan morfologi
2
Kerangka Itik Manila
Menurut Arifin dkk (2012), struktur dan bagian-bagian tulang
dari unggas penting untuk diketahui oleh mahasiswa
peternakan dikarenakan itulah bidang yang untuk ke depannya
akan terus saling bersinggungan entah langsung ataupun tak
langsung. Berikut ini adalah bagian bagian, nama serta fungsi
dari Osteologi atau sistem pertulangan pada unggas:
A. Skull atau tulang kepala (Tengkorak).
B. Vertebrae cervicalis atau tulang leher
C. Furcula
D. Furcula
E. Clavucula, Coracoid dan Scapula,
F. Patela
6
bab Anatomi dan morfologi
2
Kerangka Itik Manila
H. Digit O. Caudal vertebrae
I. Tibia P. Synsacrum 12 Struktur rangka
J. Fibula atau tulang betis, Q. Scapula atau tulang belikat,
K. Femur atau tulang paha, R. Lumbar vertebrae segmen
L. Ischium, S. Humerus Tulang panjang
M. Pubis T. Ulna
N. Illium U. Syrinx
7
bab Anatomi dan morfologi
2
Organ Pencernaan
1.Mulut (Mouth) 8
2.Kerongkongan (Oeshophagus) Oesophagus merupakan saluran
memanjang berbentuk seperti tabung, berfungsi menyalurkan
makanan ke tembolok.
3.Tembolok (Crop) Crop berbentuk menyerupai kantong yang
merupakan pembesaran dari oeshopagus yang berfungsi
menyimpan dan menerima makanan secara sementara sebelum
memasuki proventiculus.
4.Lambung Kelenjar (Proventriculus) Proventriculus merupakan
perbesaran terakhir dari oesophagus dan juga merupakan kelenjar
tempat terjadinya pencernaan secara enzimatis.
5.Empedal/Rempela (Gizzard) Gizzard berbentuk oval dengan dua
lubang masuk dan keluar pada bagian atas dan bawah.
6.Usus Kecil (Small Intestine) Small intestine memanjang dari
ventriculus sampai large intestinum dan terbagi atas tiga bagian
yaitu duodenum, jejenum dan ileum.
7.Usus Buntu (Ceca)
8.Usus Besar (Large Intestine), pada large intestine terjadi
reabsorbsi air untuk meningkatkan kandungan air pada sel tubuh
dan mengatur keseimbangan air pada unggas (North, 1978).
9.Kloaka (Cloaca) Kloaka merupakan bagian akhir dari saluran
pencernaan. Kloaka merupakan lubang pelepasan sisa-sisa
digesti, urin dan merupakan muara saluran reproduksi (North,
1978).
bab Anatomi dan morfologi
2
Organ Reproduksi Jantan
Organ reproduksi entok jantan terdiri dari testis, saluran
reproduksi dan alat kopulasi. Testis berjumlah sepasang,
berbentuk kacang dan terletak di ronga perut, berfungsi
sebagai tempat pembentukan sperma, saluran reprosuksi yaitu
vasa deferentia berfungsi sebagai pengangkut sperma dari
testis ke epididymis dan epididymis berfungsi sebagai tempat
penyimpanan sementara sperma sampai diejakulasikan, alat
kopulasi berfungsi sebagai reservoir semen (Toelihere, 1977).
Alat kopulasi entok berupa penjuluran yang berkembang dari
dinding kloaka yang bersifat fibrosa memanjang yang dibelit
oleh saluran sperma untuk mengalirkan sperma dan panjang
mencapai 5 cm pada saat ereksi (Srigandono, 1997).
9
bab Anatomi dan morfologi
2
Organ Reproduksi Betina
Ovarium merupakan organ reproduksi betina yang
menghasilkan sel ovum (sel telur). Ovarium ternak betina terletak
pada bagian rongga badan sebelah kiri, terdapat sekitar 5- 6
folikel yang besar (yolk) dan folikel berwarna putih yang
menandakan belum matang. Ovarium selain menghasilkan ovum
( sel telur) juga mengsekresikan hormone esterogen dan
progesterone, hormone estrogen menyebabkan pertumbuhan
pada oviduk, sedangkan hormone progesterone membantu
terlepasnya sebuah yolk dari ovarium (Suprijatna,2008)
Oviduk merupakan saluran telur yang terdiri infundibulum,
magnum, uterus, itmus dan vagina. Infundibulum merupakan
saluran pertama dari oviduk yang berbentuk seperti corong
dengan lebar 9 cm yang berfungsi untuk menagkap kuning telur
(yolk) pada saat terjadi ovulasi. Pada infundibulum inilah terjadi
proses fertilisasi. Kuning telur (yolk) akan berada dalam
infundibulum selama 15-30 menit (Kurtini,2014)
10
bab Budidaya
3
Pemilihan Bibit
Pemilihan Bibit dan Pembagian Periode Pemeliharaan
Berikut adalah ciri -ciri DOD yang baik :
1.DOD sehat dan bergerak lincah
2.Memiliki berat sekitar 40 gram per ekor
3.Bulu kering dan halus seperti kapas
4.Tubuh normal tidak cacat
5.Kloaka kering tanpa kotoran
6.Pusar dalam keadaan kering
7.Suara keras tidak lemah
8.Mata jernih
11
bab Budidaya
3
Periode Pemeliharaan
Periode pemeliharaan pada itik manila sebagai itik pedaging
dibagi menjadi dua fase yaitu starter dan fase finisher. fase awal
atau fase starter (0 –2 minggu) dan fase akhir atau fase finisher (2
– 8 minggu).
1. Fase Starter
Pada fase starter, anak itik memerlukan suhu lingkungan yang
relatif tinggi, sehingga diperlukan brooder untuk digunakan
sebagai pemanas tambahan. Suhu yang dibutuhkan anak itik
cenderung sama dengan kebutuhan suhu untuk anak ayam.
Minggu 1 suhu yang dibutuhkan 37,5 – 35o C, minggu kedua
32,5o C, minggu ketiga 30o C. Keadaan ideal suhu yang
dibutuhkan terlihat dari penyebaran anak itik di dalam area
brooding. Pemberian pakan pada fase starter sebanyak 3 gram
sampai 23 gram per ekor perhari.
2. Fase finisher (2-8 minggu)
Pada fase finisher (2-8 minggu) ternak itik manila dipelihara
hingga mencapai bobot 3 kg. Secara garis besar, pemeliharaan
itik dewasa dapat digolongkan pada berbagai cara sebagai
berikut.
a) Pemeliharaan secara ektensif yaitu ternak tItik manila
dipelihara dengan cara dibiarkan mencari makanannya sendiri di
sekitar rumah, sawah, selokan atau sungai kecil. Makanan
tambahan diberikan selama persediaan masih tersedia.
b) Pemeliharaan secara semi intensify aitu ternak Itik manila
ditempatkan pada 3endang khusus dan diberi makanan secara
teratur. Pada saat-saat tertentu, itik 4 dilepaskan atau digiring dari
4endang ke sungai-sungai atau persawahan yang baru dipanen
sehingga pemberian pakan menjadi sangat berkurang.
12
bab Budidaya
3
Periode Pemeliharaan
c) Pemeliharaan secara intensif, pada system pemeliharaan ini
itik terus-menerus tinggal di dalam 4endang. Semua keperluan
dan lingkungan hidupnya disediakan atau diatur sesuai
kebutuhannya oleh peternakan.
13
bab Budidaya
3
Ransum setiap Periode
Ransum adalah makanan yang terdiri dari satu atau lebih bahan
makanan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan ternak selama
24 jam atau sehari semalam dan ransum dikatakan sempurna bila
cukup mengandung zat-zat makanan tersebut seimbang dalam
kebutuhan ternak (Lubis, 1963). Rasyaf (1995) menyatakan bahwa
ransum dasar dianggap telah memenuhi standar kebutuhan ternak
apabila cukup energi, protein, serta imbangan asam amino yang
tepat.
14
bab Budidaya
3
Penyakit
Penyakit Viral
a. Hepatitis
Penyakit hepatitis biasanya hanya menyerang pada anak itik
manila. Penularan penyakit ini sangat cepat, anak itik manila yang
terjangkit hepatitis kondisinya akan memburuk sehingga cepat
mati. Gejala penyakit ini dapat dilihat yaitu anak itik manila yang
tidak dapat berdiri dengan kokoh dan paruh serta kulitnya
berwarna biru, selain itu anak itik akan mengalami kejang otot lalu
mati. Hepatitis merupakan penyakit yang menyerang itik manila
yang paling mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh virus, untuk
mencegah itik manila terjangkit hepatitis yaitu dengan melakukan
vaksinasi dan menjaga kebersihan kandang.
b. Cacar Unggas (Fowl pox)
Gejala dari penyakit ini yaitu ditandai dengan munculnya bintik-
bintik disekitar paruh dan mata. Tanda awal itik yang terjangkit
penyakit ini adalah itik manila sakit, terlihat lesu, tidak bergairah, dan
kehilangan energi, selain itu nafsu makan yang berkurang sehingga
terus –menerus minum, menggeleng-gelengkan kepala, pucat dan
berwarna hijau kekuningan, matanya selalu lembab atau basah serta
menyempitnya lubang hidung dan dipenuhi kotoran.
c. Radang Usus
Itik manila yang terjangkit radang usus gejalanya yaitu kesulitan
berjalan, menggelepar, mata tampak berair serta pendarahan di
berbagai organ dalam. Penyakit ini sulit untuk ditangani, namun
untuk pencegahannya dengan melakukan vaksinasi dan menjaga
kebersihan kandang.
15
bab Budidaya
3
Penyakit
Penyakit Bakteri
a. Haemorrhagis Septicemia (Avian Cholera)
Gejala penyakit ini ditandai dengan kotoran berwarna hijau,
kuning, tender joint membengkak, pertumbuhan terhambat serta
nafsu makan turun dan ma mata berair. Penyebab dari penyakit ini
oleh Pasteurella multocida, pencegahan yang dilakukan pada
penyakit ini dengan pemberian vaksind dan menjaga kebersihan
tempat makan dan minum serta membakar itik yang sudah mati
karena penyakit ini agar tidak menularkan penyakit. Pengobatan
untuk penyakit ini dengan memberikan Sulfonamide.
b. New duck disease
Gejala penyakit ini hampir sama dengan penyakit kolera,
perbedaanya hanya dapat diketahui dengan pemerikasaan di
laboratorium. Penyakit ini disebabkan oleh Pasteurella anatipesfer,
pengobatannya dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pemberian
sulfaquinoxalin 1/1000 pada makanan dan pemberian terramycine
dengan dosis 27,5 mg/kg berat badan.
c. Botulismus
Gejala Botulismus atau limberneck terjadi pada sekumpulan itik
manila menjadi lumpuh lalu mendadak mati. Kelumpuhan mula-
mula terjadi pada leher, kepala, lalu 9 kaki. Gejala lainnya
ditunjukan ketika seekor itik manila meletakkan kepalanya di tanah
dan tidak dapat mengangkatnya kembali lalu mati dalam beberapa
jam. Penyebab penyakit ini oleh racun Clostridium botulinum yang
terdapat pada bangkai hewan atau tanaman busuk yang termakan
oleh itik manila. Dampak yang ditimbulkan penyakit ini itik manila
mengalami kelumpuhan, terutama pada leher, sehingga itik manila
seringkali kehilangan kontrol, selain itu penyakit ini menyebabkan
kerontokan bulu.
16
bab Budidaya
3
Penyakit
Parasite
Seperti halnya ayam maupun itik lainnya, itik manila juga terancam
oleh parasite. Salah satu parasite berbahaya untuk kesehatan itik
manila adalah cacing. Penyakit cacingan pada itik manila
diantaranya ditandai denganpertumbunhan yang lambat, pucat,
berak darah, serta kelumpuhan. Pemberian obat cacing secara
teratur (enam bulan sekali) dapat mencagah penyakit ini. Selain
cacingan, parasite lain yang mengancam kesehatan itik manila
adalah kutu yang menghisapdarah melalui kulit serta pangkal bulu.
Penyakit yang mengganggu di malam hari ini dapat dicegah dengan
obat anti kutu yang banyak beredar.
Jamur
1. Pneumonia
Gejala Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak itik manila.
Terutama anak itik yang baru akan tumbuh bulu. Adapun gejalanya
ialah pembengkakan di kepala, mata selalu mengeluarkan air,
kesulitan bernapas, lemah, lalu mati. Pneumonia disebabkan oleh
jamur Aspergillus fumigatus. Oleh sebab itu, penyakit ini sering
disebut pula aspergillosis. Di samping itu, ada kemungkinan juga
kotak atau pelingkar triplek terlalu padat, lampu untuk induk buatan
kurang panas sehingga anak itik merasa kedinginan dan pengap.
Lebih lanjut, penyakit ini dapat dicegah dengan selalu menjaga
kebersihan kandang serta tempat makan dan minum.
2.Mycosis 10
Mycosis terjadi pada itik manila yang tidak sengaja mengonsumsi
pakan yang sudah basi atau jamur yang tumbuh di lantai kandang.
Itik manila yang keracunan memperlihatkan tanda-tanda seperti
lesu, nafsu makan berkurang, dan mengalami penurunan berat
badan beberapa hari.
17
bab Budidaya
3
Perkandangan
Kandang untuk itik manila diharuskan memiliki keadaan yang
nyaman sehingga dapat menghasilkan produksi dan reproduksi
yang tinggi. Seluruh kegiatan itik mulai dari makan, minum, bertelur,
dan istirahat dilakukan dalam kandang (Ketaren, 2001). Jenis
kandang itik manila dapat dibedakan berdasarkan periode
pemeliharaan. Berdasarka sistem pemeliharaannya, kandang entok
terbagi menjadi kandang ekstensif, semi intensif dan intensif.
Kandang ekstensif Kandang Intensif
Kandang semi intensif
18
bab Budidaya
3
Perkandangan
Kandang postal merupakan
kandang yang ditempati beberapa
ekor itik dan seluruh ruangan
dinaungi atap
Tipe kandang ini merupakan
perpaduan atau kombinasi
antara terkurung dengan
sistem dilepas.
Menurut pendapat Suharno
dan Amri (2004) yang
menyatakan, bahwa kandang
ren adalah yang sebagian
diberi atap, sebagian lagi
dibiarkan terbuka dan
hanyadilapisi pagar keliling
19
bab Budidaya
3
Pemeliharaan
Persiapan kandang
Buatlah kandang baterai untuk
anakan entok. Selain itu buatkan
juga kandang untuk entok
mengeram. dan kandang entok
dewasa, dan juga remaja. Dan
jangan lupa pula berikantempat
makan di setiap kandangnya.
Pemilihan bibit
memilih indukan kalian bisa
langsung ke peternakan entok
yang ada di daerah kalian. Pilihlah
entok yang sudah pernah bertelur
dan memiliki keturunan
Pemberian Pakan Ternak Entok
Memberi pakan, ini dilakukan agar indukan entok menyesuaikan diri
di tempat barunya. Jika sudah 3-5 hari barulah bisa di lepaskan
induk entok, jangan lupa selalu memberi pakanya. Pakan yang baik
yaituadalah dedak, dalam pemberianya dengan campuran lainya
seperti jagung, sisa makanan lainya.
20
bab Budidaya
3
Pemeliharaan
Masa perawatan anakan
Jika sudah menetas semua barulah di pindahkan indukan ke
kandang baterai yang sudah di lengakapi lampu 10 watt. Sebaiknya
pindahkan anakan yang baru menetar tadi kedalam kandang
bersama indukannya. Lalu berikan pakan seperti dedak yang sudah
di campurkan dengan sedikit air, hal ini di lakukan ager dedak
tersebuh larut dan encer seperti bubur,ager anakan dapat dengan
mudah mencernanya.
Masa panen
Panen biasanya dalam waktu 4 bulan karena entok sudah memiliki
berat 3 sampai 3,5 kg per ekornya. Nah pada saat ini sudah bisa
memanennya, jika memang entok pedaging bisa langsung
memanennya namun jika ingin memanen telurnya maka bisa
menunggu sampai entok berusia 5 bulan.
21
bab Pembibitan dan penetasan
4
Pembagian Periode Pemeliharaan
Masa perawatan anakan
Telur jika sudah menetas semua barulah di pindahkan indukan ke
kandang baterai yang sudah di lengakapi lampu 10 watt. Sebaiknya
pindahkan anakan yang baru menetar tadi kedalam kandang
bersama indukannya. Lalu berikan pakan seperti dedak yang sudah
di campurkan dengan sedikit air, hal ini di lakukan ager dedak
tersebuh larut dan encer seperti bubur,ager anakan dapat dengan
mudah mencernanya.
Masa Grower
Panen biasanya dalam waktu 4 bulan karena entok sudah memiliki
berat 3 sampai 3,5 kg per ekornya. Nah pada saat ini sudah bisa
memanennya, jika memang entok pedaging bisa langsung
memanennya namun jika ingin memanen telurnya maka bisa
menunggu sampai entok berusia 5 bulan.
22
bab
4 pembibitan dan penetasan
Ransum setiap Periode
Ransum adalah makanan yang terdiri dari satu atau lebih bahan
makanan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan ternak
selama 24 jam atau sehari semalam dan ransum dikatakan
sempurna bila cukup mengandung zat-zat makanan tersebut
seimbang dalam kebutuhan ternak (Lubis, 1963). Rasyaf (1995)
menyatakan bahwa ransum dasar dianggap telah memenuhi
standar kebutuhan ternak apabila cukup energi, protein, serta
imbangan asam amino yang tepat.
23
bab pembibitan dan penetasan
4
Air Minum
Umumnya pemberian air minum pada itik manila diberikan
secara adlibitum, namun adapula permberian air minum pada
anak itik yang baru menetas sebaiknya diberi air minum
bercampur gula terlebih dahulu, satu jam kemudian diberi
ransum sedikit demi sedikit sampai itik terbiasa makan. Selama
satu minggu pertama anak itik diberik air segar yang dicampur
antistress dan vitamin.
Pengendalian Penyakit
Kesehatan merupakan faktor terpenting dalam pemeliharaan entok.
Entok termasuk salah satu unggas yang toleran pada pakan
berkualitas rendah dan relatif tahan terhadap serangan penyakit
(Anwar 2015). Manajemen pemeliharaan yang baik akan membantu
produktivitas serta kesehatan pada entok. Pemberian vaksin ND pada
umur 2 hari dan 24 hari mencegah agar entok terhindar dari penyakit.
Hasil penelitian juga membutikan bahwa ternak entok termasuk jenis
unggas yang jarang terkena penyakit (Holderread, 1983; Basuno et al.
1985, Khalil, 1989, bintang, 2000). Meskipun entok dilepas sepanjang
hari, kematian induk jarang ditemui.
24
bab
4 pembibitan dan penetasan
Kandang
Pemeliharaan itik manila dalam kandang dapat meningkatkan
produktivitas telur dan mengoptimalkan bobot daging. Selain itu,
itik manila yang dikandangkan dapat mencegah kemungkinan
kematian karena memakan makanan yang mengandung racun
seperti bangkai.
1. Kandang itik anakan (starter) Merupakan kandang yang
digunakan untuk memelihara itik berumur satu hari (DOD) sampai
berumur sekitar empat minggu. Kandang ini harus bisa
mendukung pertumbuhan dan menjaga kesehatan DOD, baik dari
sisi ventilasi, keamanan kandang, serta pemanas yang
digunakan. Kepadatan DOD dalam kandang idealnya 20-25 ekor
untuk luasan kandang 1 m 2 . Tempat pakan untuk DOD
sebaiknya menggunakan nampan yang lebar. Alat pemanas
yang digunakan pada kandang DOD berupa lampu pijar atau
lampu minyak yang berdaya 10 watt sebanyak satu buah untuk
ukuran kandang 1 x 1 m.
2. Kandang grower 4 Kandang ini digunakan untuk memelihara
itik manila setelah berumur 4 minggu hingga berumur 22 minggu.
Kepadatan kandang 10-15 ekor per m 2 .
3. Kandang layer Kandang ini digunakan untuk itik petelur setelah
berumur 22 minggu. Tempat bertelur dibuat menggunakan kotak
dari kayu dan alasnya diberi bahan lunak seperti jerami. 4.
Kandang isolasi Kandang ini berfungsi untuk menempatkan itik
yang terserang penyakit sehingga tidak tercampur dengan itik
yang lain. Lokasinya terpisah dari kandang lain untuk
menghindari penularan penyakiit.
25
bab
4 pembibitan dan penetasan
Penanganan Bibit
Pemilihan bibit (DOD) merupakan salah satu kunci keberhasilan
usaha pembesaran. DOD yang baik harus sehat dan baik yang
dicirikan oleh : tubuh tegap, gesit dan lincah; kaki kokoh; fisik tidak
cacat dan nafsu makan tinggi. Anak itik serati/entok yang baru lahir
(DOD) memiliki bobot badan 26 – 53 gram (rataan 40,03 g).
Kriteria pemilihan bibit itik sebagai penghasil telur diantaranya,
yaitu:
Memiliki tubuh yang ramping (tidak gemuk)
Leher kecil, panjang, dan bulat seperti rotan
Kepala kecil dan mata bersinar
Sayap menutup badan secara rapat
Ujung sayap tersusun rapi di pangkal ekor, bulu halus, rapi, dan
tidak kusut
Kaki kokoh
Persyaratan dalam memilih itik jantan umur 1-7 hari sebagai itik
pedagang antara lain:
Bobot minimal 40 gram
Tubuh tegap, mata jernih, kaki kokoh, tidak cacat, dan tidak
buta
Bulu bersih dan kering
Nafsu makan besar
Bebas dari penyakit ungags.
26
bab
4 Pembibitan dan penetasan
Penetasan
Penanganan Sebelum Masuk Mesin Tetas
a. Seleksi telur tetas
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pada penetasan
yaitu kualitas dari telur tetas . Sebelum penetasan dilakukan seleksi
terlebih dahulu pada telur, telur diseleksi sesuai dengan kriteria yang
ditentukan. Kriteria telur yang layak ditetaskan yaitu bentuk telur normal
tidak terlalu bulat atau lonjong, ukuran dan warna seragam serta
ketebalan kulit telur rata dengan tekstur permukaan telur yang halus
(Cahyono, 2011). Selain dari bentuk fisik pada telur tetas , perlu juga
diperhatikan kebersihan kerabang, keutuhan kerabang, bentuk telur dan
bobot telur (Hardjosworo dan Rumkiasih, 2000).
b. Fumigasi telur tetas
Fumigasi pada telur merupakan alah satu langkah untuk
menanggulangi pencemaran bakteri pada telur tetas dan
mempertahankan kualitas telur. Telur tetas dilakukan fumigasi
menggunakan gas formaldehyde yang merupakan hasil campuran
formalin dengan kalium permangat (Murtidjo, 2005). Fumigasi pada
telur tetas dilakukan untuk menncegah telur terhindar dari kontaminasi
hama, jumur maupun bakteri yang mengakibatkan terggangunya
perkembangan embrio di dalam telur pada proses penetasan. Telur
tetas yang telah diseleksi sebaiknya segera dilakukan fumigasi agar
mencegah atau terhindar dari kontaminasi hama, jamur dan bakteri
menggunakan formalindan KMnO4 selama 20 menit (Rahayu dkk.,
2011).
c. Fumigasi mesin tetas
Sebelum memasuki proses penetasan mesin tetas dilakukan fumigasi
. Ruangan alat penetas yang akan digunakan harus dibersihkan terlebih
dengan mengdisinfeksi menggunakan disinfektan, tujuannya untuk
pencegahan kontaminasi bakteri melalui mesin tetas (Murtidjo, 2005).
27
bab Pembibitan dan penetasan
4
Penetasan
Penanganan pada saat Masuk Mesin Tetas
a) Peletakan telur tetas dalam mesin tetas
Telur diletakkan dalam rak mesin tetas harus memperhatikan
kemiringan dan posisinya. Tingkat kemiringan yang baik untuk telur
pada mesin tetas adalah 40-450. Dengan posisi bagian ujung lancip
berada di bawah sedangkan bagian telur yang tumpul berada di atas.
b) Pengaturan suhu dan kelembapan mesin tetas
Suhu merupakan komponen terpenting dalam proses penetasan telur,
oleh karena itu suhu dalam mesin tetas harus diperhatikan, pengaturan
suhu pada mesin tetas harus disesuaikan dengan umur telur dan mesin
tetas. Suhu pada mesin tetas terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
menimbulkan kematian pada embrio, jika menetas pun embrio yang
dihasilkan dapat mengalami kecacatan.
Kelembapan pada mesin tetas pun dapat mempengaruhi penetasan
telur. Tingkat kelembapan yang terlalu rendah dapat menyebabkan
kematian terhadap embrio karena akan meningkatkan pengeluaran
cairan dari telur dan embrio, sedangkan kelembapan yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan waktu penetasan telur akan berjalan lebih lama dan
menurunkan daya tetas. Kelembapan udara yang diperlukan / ideal
untuk penetasan telur itik manila adalah 60 – 70 %.
28
bab Pembibitan dan penetasan
4
Penetasan
Penanganan Setelah Menetas
a) Pull duck
Telur yang sudah berada dalam mesin tetas selama 30 - 32 hari akan
menetas. DOD yang baru menetas biarkan selama 1 – 24 jam dalam
mesin tetas hingga bulunya kering dan pergerakannya normal. Setelah
itu DOD tersebut dikumpulkan dan ditempatkan dalam kendang yang
telah dilengkapi dengan brooder.
b) Sexing
Seleksi kelamin (sexing) adalah proses pemisahan DOD jantan dan
DOD betina. Perbedaan antara DOD jantan dengan DOD betina dapat
dilihat dari bagian kloaka. DOD jantan akan tampak penjuluran kecil
(penis) sedangkan pada betina tidak ditemukan.
c) Seleksi DOD
Setelah dilakukan sexing tahap selanjutnya adalah seleksi DOD,
tujuan seleksi DOD ini adalah untuk mendapatkan bibit yang berkualitas
tinggi dan baik. Seleksi DOD ini dilakukan terhadap DOD betina dan
jantan yang akan dijadikan indukan.
Kriteria seleksi DOD :
1. Gerakan lincah
2. Mata terang dan jernih serta agak menonjol
3. Badan berukuran normal
4. Badan sehat dan tidak cacat
5. Kaki lurus dan kuat
6. Nafsu makan baik
7. Sekitar pusar kering dan tertutup.
30
bab potensi, produk dan pemasaran
5
Potensi
Prospek entok sebagai penghasil daging sangat baik, karena
mempunyai laju pertumbuhan dan bobot karkas yang sangat baik
dibandingkan ungags air lainnya. Pertumbuhan itik manila bervariasi
antara itik jantan dan betina dipengaruhi oleh pola pemeliharaan dan
keragaman antar individu. Meskipun entok merupakan penghasil
daging masih kurang baik, karena peternak mengembangkan entok
sebagai penetas telur ayam dan itik. Hasil daging entok pertahun
menurut data Ditjen PKH 2019 sebanyak 5.882 ton dan daging entok
masih rendah dibandingkan ayam ras dan itik.
30
bab
5 potensi, produk dan pemasaran
Produk
Itik manila merupakan unggas yang menghasilkan berbagai
produk terdiri atas daging, telur, penghasil bulu serta menjadi
penetas alami yang baik. Produk utama dari itik manila yaitu daging
karena menghasilkan daging yang lebih besar dari itik dan ayam
(Harun, dkk 1998). Daging entok memiliki kandungan kadar lemak
yang rendah dan cita rasa yang gurih dan spesifik.
Entok goreng
Pedesan Entok
Shuttel cock
Pengeram yang baik
31
bab
5 potensi, produk dan pemasaran
Pemasaran
Pemasaran Itik Manila
Pemasaran dapat dilakukan dengan berbagai cara, bisa
melalui pedagang pengumpul atau menjual langsung ke peternak
pembesaran itik. Berikut adalah beberapa jenis pemasaran DOD
yang bisa dilakukan, yaitu melalui pedagang pengumpul, promosi
dan pilot project, serta system perusahaan inti rakyat (PIR).
a. Pedagang Pengumpul
Pedagang pengumpul atau tengkulak merupakan Lembaga
pemasaran perorang yang sangat berpotensi untuk turut
memasarkan DOD kepada peternak itik petelur maupun
pedaging. Dengan fasilitas sederhana, pedagang pengumpul
mampu memasarkan DOD kedapa d=peternak secara luas
karena sudah memiliki jaringan pemasaran di daerahnya atau di
luar daerahnya
32
bab
5 potensi, produk dan pemasaran
Pemasaran
b. Promosi dan pilot project
Promosi dan pilot project merupakan kegiatan pengenalan produk
yang lebih dekat kepada masyarakat, terutama peternak, produk yang
lebih dekat kepada masyarakat, terutama peternak, mengenai
keunggulan produk yang ditawarkan dengan disertai bukti yang nyata di
lapangan. Memasarkan DOD melalui promosi dan pilot project sangat
menunjang program pemasaran Dalam jangka Panjang. Cara ini bisa
meningkatkan omzet penjualan yang cepat dan relative menguntungkan.
Melalui kegiatan ini, peternak secara langsung bisa melihat keunggulan
produk yang ditawarkan sehingga akan lebih mudah termotivasi untuk
membelinya.
c. Sistem PIR
DOD juga dapat dipasarkan melalui system perusahaaan intik rakyat
(PIR). Pada dasarnya, system PIR merupakan pola usaha kooperatif
antara pengusaha yang bertindak sebagai plasma dan peternak yang
bertindak sebagai inti. Di Dalam pelaksanaanya, system PIR diatur
melalui beberapa perjanjian tertulis yang memeaparkan hak dan
kewajiban inti dan plasma.
33
bab
5 potensi, produk dan pemasaran
Pemasaran
Strategi Pemasaran
1. Usaha yang jual bibit itik pedaging (DOD)
Untuk memasarkan itik pedaging yang telah dipanen, bisa
dilakukan berbagai cara. Salah satu caranya adalah memasarkan
kepada para pengusaha yang menjual bibit itik pedaging. Sebab
biasanya mereka bukan hanya menjual bibit itik pedaging. Tapi juga
menerima hasil panen itik pedaging untuk dijual lagi kepada pihak
pengepul besar. .
2.Mengadakan kerjasama dengan pihak restoran, supermarket,
warung makan dan warteg.
Berbagai restoran, warung makan, warteg, supermarket dan rumah
makan sangat mudah kita jumpai di berbagai sudut kota. Dalam satu
wilayah bisa mendapatkan beberapa gerai restoran ataupun warteg.
Ini merupakan salah satu tempat pemasaran atau market itik potong
yang bagus bagi usaha ternak itik pedaging.
3. Pengepul
Tempat yang paling mudah untuk memasarkan hasil panen itik
pedaging dalam jumlah banyak adalah pihak pengepul. Anda bisa
menemukan beberapa pengepul atau atau bandar itik pedaging di
daerah anda.
4. Memasarkan secara online
Anda bisa menjual itik pedaging yang telah dipanen di toko online,
forum, marketplace dan blog. secara online melalui bukalapak,
tokopedia, shopee, lazada, olx, dll yang terbukti efektif dengan
pangsa pasar yang sangat luas dari berbagai daerah di Indonesia. 34
bab Predator, istilah dan profil
6
Predator
Predator atau hewan pemangsa merupakan segala jenis hewan yang
memiliki kebiasaan memakan hewan lain. Predator ini sangat
membahayakan bagi ternak yang dipelihara dan akan mengganggu
produksi hewan yang dimangsa hingga akan terjadi kematian.
Pemangsa biasanya berasal dari bangsa serangga atau pemakan
daging. contohnya ular dan buaya.
Buaya Muara
Ular sanca
35
bab Predator, istilah dan profil
6
Istilah
Dalam beternak entok terdapat
beberapa istilah lain yang harus
dipahami oleh peternak yaitu:
1. DOE (day old entok) atau DOM
(day old muscovyduck) atau minti
DOE atau DOM atau minti merupakan
anak entok yang baru menetas
berumur 0-10 hari.
2. Derean,
Derean merupakan entok siapan
betina muda
3. Jemoko,
Jemoko adalah entok siapan jantan
muda
4. Babon (biang),
Babon (biang) atau domestic hen
adalah indukan entok yang sudah
bertelur
5. Bangsong (pacek).
Bangsong (pacek) atau domestic
drake adalah Pejantan entok yang
sudah kawin. (caruncle pada entok
jantan cenderung lebih banyak
dibanding pada entok betina)
36
bab Predator, istilah dan profil
6
Profil
Aspen ( Asosiasi Peternak Enthok Nusantara ) merupakan
perkumpulan peternak dan penggemar peternak entok di Pulau Jawa.
Aspen ini merupakan wadahbagi para peternak entok untuk menjual /
membeli hasil ternak entok dan sebagai sarana belajar bagi para
anggota. Selain itu Aspen juga mengadakan kompetisi – kompetisi
yang berkenaan dengan ternak entok. Aspen sendiri aktif di media
sosial facebook dengan user name Asosiasi Peternak Enthok
Nusantara (ASPEN).
Peternakan Mbah Ngadimin
Mbah Ngadimin merupakan salah satu peternak entok yang
berlokasi di Desa Andong, Kec Butuh, Kab Purworejo, Jawa Tengah.
Mbah Ngadimin nekat menyewalahan seharga Rp. 250.000.000 untuk
5 tahun demi beternak entok. Luas lahan peternakan ini sekitar 1,5
Ha. Dari berbagai daerah, banyak yang membeli entok ke peternakan
ini sehingga laku terjual dan hanya menyisakan entok yang berukuran
kecilsaja. Harga jual untuk 1 ekor betina dan 1 ekor jantan berkisar
Rp. 400.000.
37
bab Predator, istilah dan profil
6
Profil
Asosiasi Peternak Entok Magelang (Aspakem) merupakan wadah
bagi para peternak entok di Kabupaten Magelang yang memiliki
tujuan meningkatkankesejahteraan masyarakat di bidang peternakan.
Khususnya peternakan entok. Aspakem menjadi sarana untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengimbangi
perkembangan teknologi bidang peternakan. Aspakem
memilikiberagam kegiatan. Mulai penyediaan bibit ternak dan pakan
murah, budidaya pembesaran entok, hingga pemasaran hasil
peternakan dengan sasaran masyarakat diwilayah Kabupaten
Magelang.
Aspakem sendiri memiliki akun media sosial Facebook yaitu
Aspakem (Asosiasi Peternak Entok Magelang).
38
daftar putaka
Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan [Dirjen
PKH]. (2019). Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan
(Livestock And Animal Health Statistics) 2016. Jakarta (ID):
Kementerian Pertanian RI.
Damayanti, A.P. (2006). Kandungan Protein Lemak Daging
dan Kulit Itik, dan Mandulung Umur 8 minggu . Fakultas
Pertanian. Universitas Tudalako; Palu
Triyantini. 1999. Daging Entok Sebagai Sumber Daging
Alternatif Bagi Masyarakat Rawan Gizi . Jurnal
Pengembangan Peternakan Tropis . Universitas Diponegoro.
Yakubu, A. (2011). Discriminant Analysis of Sexual
Dimorphism in Morphological Traits of African Muscovy ducks
(Cairina moschata). Archivos de Zootecnia 60: 1115- 1123.
Yana, A. (2016). Eksplorasi Tingkah Laku Entok (Cairina
moschata) Mengerami Telur Itik Pada Pemeliharaan Basah
dan Kering. Universitas Padjadjaran.
39
Kelompok 5 Produksi Aneka Ternak Unggas
Peternakan Universitas Padjadjaran 2019
ITIK MANILA (MUSCOVY DUCK)
UNIVERSITAS PADJADJARAN
Jl. Raya Bandung Sumedang KM 21, Hegarmanah,
Jatinangor,Kabupaten Sumedang,Jawa Barat45363