BUKU DIGITAL
NASRULLAH : 200402502002
A. PENDIDIKAN SEKS
Pendidikan seksual atau edukasi
seks adalah kegiatan untuk
mengajarkan mengenai kesehatan
reproduksi. Tujuan kegiatan ini
adalah untuk menyadarkan
pentingnya kesehatan reproduksi
sehingga tindakan pelecehan seksual
maupun penyakit menular dapat
dicegah.
Pendidikan seks juga membuat anak
belajar memilih, bersikap, dan
bertanggung jawab atas
perbuatannya. Dengan demikian,
mereka dapat mengetahui
konsekuensi saat mulai aktif secara
seksual, seperti kehamilan dan
penyakit menular seksual.
B. PENTINGNYA PENDIDIKAN SEKS DI
MULAI DARI KELUARGA
Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat dilihat bahwa dari pendidikan seks
sebanyak 39% responden menyatakan kategori baik. Hal ini berarti pendidikan
seks yang diberikan pada anak di dalam keluarga dapat diterima dengan baik oleh
masyarakat luar, seperti dapat dilihat dari implementasi anak dalam bergaul
dengan teman sebayanya bahkan orang dewasa. Sedangkan, sebanyak 49%
responden menyatakan kategori kurang baik. Hal ini diartikan bahwa pendidikan
seks yang diberikan keluarga dianggap masih sangat dini untuk diberikan kepada
anak, hal ini disebabkan karena kebanyakan dari orang tua khawatir dengan
adanya pendidikan seks ini orang tua tidak mampu mengarahkan si anak kejalan
yang benar. Seharusnya orang tua bisa berperan aktif membangun komunikasi
yang baik dengan anak dan perlahan-lahan membantu anak mengenal isi dari
pendidikan seks itu serta menerapkannya di kehidupan anak dengan baik.
Selanjutnya, sebanyak 12% responden menyatakan kategori tidak baik. Hal ini
dikarenakan orang tua tidak ada kemauan yang pasti untuk memberikan
pendidikan seks di lingkungan keluarga, kekhawatiran mereka menjadi alasan
utama untuk hal itu. Orang tua
khawatir dengan pendidikan seks yang diberikan, si anak justru melakukan
perilaku yang menyimpang dari kaidah. Berdasarkan perhitungan ini maka
pendidikan seks masuk kedalam kategori kurang baik.
C. PERANAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN SEKS
Pendidikan seks di sekolah memberikan peran penting bagi perkembangan
anak. Melalui pendidikan seks guru dapat menanamkan nilai tanggung
jawab pada anak dengan mengenalkan tugas dan fungsi anggota tubuh
berdasarkan jenis kelamin anak.
Sekolah adalah suatu lembaga pendidikan yang mempunyai tujuan
mencerdaskan peserta didik. Namun tujuan yang paling utama adalah
membuat suatu perubahan menjadi lebih baik dalam ilmu pengetahuan,
sikap, moral dan akhlak. Fenomena yang sering terjadi saat ini baik
melalui media tulis maupun elektronik memberitakan maraknya kasus
pencabulan, pemerkosaan, hamil di luar nikah maupun aborsi pada anak-
anak usia sekolah. Maraknya kasus penyimpangan tersebut membuat
sekolah menjadi lebih waspada dan mencari pemecahan masalah-masalah
tersebut.
Pengaruh lingkungan, pengawasan orang tua dan ketidak tegasan dalam
menangani hal tersebut menjadi kunci semakin banyaknya kasus
penyimpangan seks di lingkungan peserta didik. Kurangnya pendidikan
seks dan pemahaman perkembangan seks pada anak didik sejak dini
adalah salah satu penyebab seseorang melakukan suatu penyimpangan
tanpa berfikir akibat dan resikonya terhadap diri sendiri maupun orang
lain.
D. Mengapa perlu ada pendidikan seks
Direktur Pendididikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan Hamid Muhammad menyatakan mereka telah
memasukkan materi pendidikan seksual di setiap jenjang pendidikan
dalam kurikulum pembelajaran tahun 2013 (K-13).
Hamid mengatakan, materi pendidikan seksual tidak secara langsung
disebut dalam kurikulum tersebut, namun secara eksplisit masuk dalam
pendidikan kesehatan reproduksi. Oleh karena itu, ia menampik tudingan
bahwa Kemendikbud abai dalam memberi pengetahuan soal seksual
kepada para pejalar.
"Sebenarnya materi pendidikan kesehatan reproduksi sudah ada di K-13.
Sudah lengkap semua, tetapi maunya sebagian masyarakat dieksplisitkan
melalui pendidikan seks," ujar Hamid di Palembang Sport and Convention
Center (PSCC), Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (20/5).
Ia menuturkan, para orang tua yang belum mengetahui materi
pembelajaran tersebut bisa bertanya langsung kepada setiap pengajar di
sekolah.
Lebih lanjut, ia menyampaikan, untuk jenjang Sekolah Dasar,
Kemendikbud tidak secara langsung menyajikan pendidikan tentang
seksual. Ia berkata, di tingkat SD, proses pembelajaran seksual
dimasukkan kedalam mata pelajaran yang sifatnya tematik.
Pasalnya, di SD belum ada mata pelajaran yang sifatnya eksak
membahas tentang reproduksi atau seksual, seperti yang ada di Sekolah
Menegah Pertama atau Sekolah Menengah Atas.
"Di SD dimasukan dalam pelajaran tematik. Di SD tidak ada pelajaran
khusus Ilmu Pengetahuan Alam, seperti biologi fisika. (Pendidikan
Seksual) itu ada di tema-tema tertentu, misalnya masalah pengenalan
diri. Jadi memperkenalkan kepala, mata fungsinya apa, terus semua
dikenalkan," ujarnya.
Sementara itu, Hamid mengklaim pendidikan seksual tidak perlu
diterapkan di luar kurikulum, Menurutnya, selama pihak sekolah bisa
mengajarkan materi pendidikan kesehatan reproduksi sesuai dengan
aturan, para pelajar bisa memahami soal seksualitas.
E. hubungan seksual pranikah
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju
kedewasaan. Perilaku masa remaja juga beraneka ragam, seperti berpacaran
bahkan ada yang sampai melakukan hubungan seks pranikah pada saat
berpacaran.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwaremaja
melakukan hubungan dengan lawan jenis dalam arti berpacaran adalah sebagai
status sosial. Kalau ada status maka ada peran yang harus dilakukan. Peran
merupakan sesuatu yang harus dilakukan sesuai dengan status yang
disandangnya. Berpacaran adalah interaksi heteroseksual yang didasari oleh rasa
cinta, kasih dam sayang untuk menjalin suatu hubungan yang lebih dekat pada
esensinya untuk saling mengenal lebih jauh menuju pernikahan atau untuk mencari
pasangan hidup yang dianggap cocok (Bachtiar A.K, 2004). Remaja hanya
memikirkan statusnya saja, tetapi mereka tidak mengetahui peran dalam
berpacaran itu seperti apa. Oleh karena itu bagi remaja peran dalam berpacaran
adalah untuk senang-senang saja. Maka dari itu sekarang sudah terjadi perubahan
nilai dari pacaran itu sendiri. Dulu pacaran diartikan sebagai tahap pendekatan
dua individu lawan jenis untuk melangkah ke jenjang yang lebih formal yaitu
ikatan pernikahan, namun sekarang pacaran diartikan hanya untuk status saja
supaya diterima dalam lingkungan
F. keterkaitan antara remaja, pornografi
dan pendidikan seks
Umur pertama kali mengakses adalah 11- 15 tahun yang mana adalah
umur responden pada saat ini. Informasi terbanyak didapatkan mengenai
pornografi adalah dari teman sebaya dan media
(buku/koran/brosur/internet/TV/radio), sedangkan sumber media yang
digunakan untuk mengakses pornografi adalah menggunakan internet
dan handphone.
Akses media pornografi itu sendiri adalah suatu sarana pencapaian untuk
penulisan atau pembacaan data jenis pornografi yang disediakan oleh
perseorangan atau korporasi melalui pertunjukan langsung maupun tidak
langsung.
Akses media pornografi dalam kategori rendah yang berarti pencapaian
seseorang dalam mengakses kategori sulit, seseorang tersebut tidak dapat
mengakses pornografi dengan baik karena adanya keterbatasan baik
karena tidak adanya fasilitas yang mendukung maupun dari dalam diri
sendiri yang tidak memiliki kemauan mengakses pornografi