KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim,
Puji dan syukur kami panjatkan kekhadirat Illahi Rabbi, karena atas perkenan-
Nyalah kami dapat menyelesaikanbuku Pedoman Dasar Karawitan ini. Pedoman Dasar
Karawitan ini disusunberdasarkan hasil dari karya garap serta penyusunanbahan ajar yang
ada. Sholawat dan salam juga semoga terlimpah curah kepada junjunan alam Nabi
Muhammad SAW.
Buku Pedoman Dasar Karawitan merupakan salah satu bahan ajar yang disusun
melalui beberapa penerapan dan penyesuian terhadap materi yang diberikan kepada siswa
menurut tingkatan dan jenjang pendidikannya.
Buku Pedoman Dasar Karawitan ini pada prinsipnya merupakan pembahasan
penyajian karya seni serta unsur–unsur yang ada di dalamnya, seperti: laras, ketukan, nada,
dan suara baik suara waditra maupun suara sekar (suara manusia). Sehingga dengan adanya
pedoman karawitan ini siswa dapat mengetahui bagaimana karawitan baik dalam bentuk
maupun cara menabuhnya. Melalui pedoman ini pula,terdapat beberapapanduan dalam
membuat garapan yang sederhana.Semoga pedoman karawitan ini dapat dipelajari dengan
lebih mudah sebagai media bahan ajar dan kedepannya dapat lebih menarik sehingga dapat
dengan mudah diterima oleh khalayak banyak.
Buku pedoman pembelajaran karawitan initelah berusaha disusun dengan sebaik
mungkin. Akan tetapi kami sadar tak ada gading yang tak retak, begitu juga tulisan yang ada
pada buku ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, semua kritik dan saran demi
perbaikan buku ini sangat kami nantikan.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh pendukung yang telah
memungkinkan terwujudnya buku ini.
Sukabumi, Mei 2013
Alvin Rinaldy, S.Pd
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. i
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… ii
BAB I TEORI DASAR KARAWITAN
1.1 Pengertian Karawitan…………………………………………… 1 2
1.2 Pembagian Karawitan ………………………………………….. 3
Latihan……………………………………………………………….
BAB II TITILARAS
2.1 Pengertian ………………………………………………………
2.2 Laras Karawitan Sunda ………………………………………… 4
2.3 Praktek Titilaras ………………………………………………… 5
Latihan ………………………………………………………………. 6
7
BAB III KARAWITAN GENDING
3.1 Pengertian ……………………………………………………….
9
3.2 Gamelan Degung
a. Laras Gamelan Degung ………………………………………. 10
b. Fungsi Gamelan Degung ..…………….……………………… 11
c. Lagu Gamelan Degung ……………………………………….. 11
d. Fungsi Waditra ………………………………………………… 11
3.3 Pola Tabuh ………………………………………………………… 11
L:atihan ..……………………………………………………………… 15
BAB IV SEKAR KAWIH 22
BAB V 4.1 Pengertian Sekar Kawih..……………………………………… 22
4.2 Jenis Sekar Kawih ……………………………………………… 23
4.3 Musik pada Sekar Kawih ………………………………………. 23
Latihan ……………………………………………………………...
PUPUH 27
5.1 Pengertian Pupuh ……………………………………………….
5.2 Pembagian Pupuh
a. Sekar Ageung ……………………………………………… 27
b. Sekar Alit …………………………………………………… 27
Latihan …………………………………………………………….. 28
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan ………………………………………………………. 30
6.2 Saran …………………………………………………………… 30
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… iii
LAMPIRAN ………………………………………………………………………… iv
- Standar kompetensi
Megetahui ragam kesenian tradisional Jawa Barat.
- Kompetensi dasar
Siswa dapat mengenal kesenian tradisional Sunda.
Siswa dapat membedakan antara kesenian modern dengan tradisional.
Siswa mampu membedakan rumpun kesenian Sunda.
BAB I
TEORI DASAR KARAWITAN
1.1Pengertian Karawitan.
Jika kita berbicara tentang seni tradisional atau kebudayaan lokal maka kita
akan menemukan istilah karawitan, istilah karawitan sendiri sebetulnya sudah
lumrah atau sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari baik dalam dunia
pendidikan ataupun dalam lingkungan masyarakat, namun tidak sedikit orang
yang tidak mengenal sama sekali istilah karawitan itu sendiri, hal ini sangatlah
wajar karena masyarakat dan dunia pendidikan saat ini pun kurang begitu
tanggap terhadap bentuk dan jenis karawitan. Akankah kita tahu apakah itu
karawitan? Darimana asal karawitan? Dan bagaimana bentuk karawitan itu
sendiri?
Karawitan adalah segala bentuk kesenian yang berakar dari kebudayaan
tradisional Indonesia, tentu saja didalamnya terdapat bentuk-bentuk seni,
kesenian, dan alat kesenian yang secara harfiah dikatakan dan masuk dalam
kategori tradisi seperti, kendang, goong, celempung, gamelan, suling, rebab dll.
Karawitan tidak hanya hidup di tatar parahyangan (Sunda) akan tetapi hidup
pula di Jawa, Bali, Madura, Dayak, Batak. Istilah karawitan dalam bahasa
Sunda dapat dikatakan sebagai bentuk yang baru. Akan tetapi, pemakaiannya
cepat sekali meluas dan digunakan secara bebas, sehingga istilah ini tidak
terdengar asing dikalangan seniman dan dunia pendidikan.
Istilah karawitan pertama digunakan dalam bahasa Jawa, sekitar tahun 1920.
Istilah tersebut mengacu pada seni suara, yang digunakan sebagai nama untuk
kursus menabuh gamelan di Museum Radya Pustaka Keraton Surakarta.
Orang sunda menggunakan istilah karawitan untuk jenis kesenian Degung,
Cianjuran , Kiliningan, Calung, dan berbagai jenis seni suara lainnya yang
memiliki ciri tradisi Sunda, yang dititik beratkan pada panggunaan laras
salendro, pelog, degung, dan madenda.
Dibawah ini ada beberapa pengertian kerawitan menurut para ahli, yang
ditinjau dari segi keilmuan, kebahasaan, dan sejarah karawitan sendiri.
Mungkin saja bentuk karawitan itu adalah sesuatu yang kita kenal dalam
kehidupan sehari-hari tetapi kita tidak tahu tentang pengertian karawitan itu
sendiri.
a. Menurut Raden Mahyar Angga kusumadinata (seorang ahli karawitan
Sunda)
Karawitan berasal daripada ka–rawit–an. Ka- dan -an adalah awalan dan
akhiran. Rawit berarti halus. Jadi karawitan berarti kumpulan segala hal yang
halus dan indah. Jadi karawitan juga dapat diartikan sebagai kesenian yang
mempergunakan bunyi–bunyian dan seni suara. Tegasnya, karawitan=seni
suara=musik. Tetapi kata musik sudah terlanjur menimbulkan gambaran lain
didalam pengertian kata yaitu : bunyi–bunyian eropa.
b. Menurut Ki Sindoe Soewarno (seorang ahli karawitan Jawa)
Beliau selain sependapat dengan ki Sindoe Soewarno, bahwa kata karawitan
berasal dari kata rawit yang akar katanya bermula dari Ra = sinar matahari =
cahaya = seni. Wit = weda = pengetahuan. Jadi karawitan adalah pengetahuan
kesenian yang meliputi seni tari, seni rupa, seni suara, seni padalangan, seni
drama, seni sastra, dan sebagainya.
c. Menurut Udjo Ngalagena, dkk.
Secara etimologis kata karawitan berasal dari ka–rawit–an. Ka dan an
awalan dan akhiran. Rawit berarti cabai kecil yang sangat pedas, halus , indah,
seni, dalam arti yang luas karawitan = kehalusan atau kasenian, meliputi: seni
tari, seni padalangan, seni rupa, dan seni sastra. Dalam arti yang khusus,
karawitan adalah seni suara daerah yang berlaras pelog atau salendro.
d. Pengertian karawitan secara umum
Karawitan secara umum adalah seni suara daerah di Indonesia yang berlaras
pelog maupun salendro.
e. Pengertian karawitan secara khusus
Karawitan dalam arti yang khusus berarti seni suara yang mempergunakan
alat–alat gamelan, yang memakai laras pelog dan salendro.
1.2Pembagian Karawitan
Dilihat dari bentuknya, karawitan dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
A. Karawitan sekar
B. Karawitan gending
C. Karawitan sekar gending.
A. Karawitan sekar ( vokal )
Yang dimaksud dengan karawitan vokal atau lebih dikenal dalam istilah
karawitan sunda dengan sekar ialah seni suara yang substansi dasarnya
menggunakan suara manusia. Tentu saja dalam penampilannya akan berbeda
dengan bicara biasa yang juga mempergunakan suara manusia. Sekar
merupakan hasil pengolahan yang khusus untuk menimbulkan rasa seni yang
sangat erat berhubungan langsung dengan indra pendengaran. Sekar sangat erat
bersentuhan dengan nada, bunyi, atau alat–alat pendukung lainnya yang selalu
berdampingan. Menurut bentuknya sekar dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Sekar irama merdika (bebas irama), contoh: pupuh, bawa sekar, kakawen,
nyandra, murwa, macapat.
2. Sekar tandak (ajeg, tetap), contoh: panambih, lagu kawih, kapasindenan.
B. Karawitan gending ( instrumental )
Karawitan Gending secara harfiah dapat diartikan sebagai bentuk kesenian
yang didalamnya terdapat sebuah iringan musik instrumentalia, pada dasarnya
ansamble yang digunakan dalam karawitan gending adalah gamelan yang
berlaraskan pelog, salendro, degung, dan madenda. Akan tetapi didalam
karawitan sunda gending diterapkan kedalam bentuk luas, gending tidak hanya
dipakai untuk waditra bernada dan berlaras seperti gamelan, akan tetapi
digunakan pula pada waditra non-gamelan dan tidak berlaras. Didalam
bentuknya karawitan gending pun dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Gending maat bebas : yaitu gending yang tidak terikat oleh ketukan,
seperti masieupan, dsb.
2. Gending tandak : yaitu gending yang bertempo ajeg, seperti :
lagu gendu, banjaran, dsb.
C. Karawitan campuran ( sekar gending )
Sekar gending atau disebut pula karawitan campuranmerupakan bentuk
sekaran yang diiringi dengan gendingan. Dalam penyajiannya karawitan sekar
gending dibagi dalam 2 bagian yaitu:
1. Sekaran, ialah karawitan campuran yang menonjolkan sekarnya saja,
misalnya: kiliningan, celempungan, dsb.
2. Sekar gending, ialah karawitan campuran dimana hidangan sekar dengan
gendingnya saling mendukung sehingga menjadi harmonis.
Selain di atas gending juga berfungsi untuk :
a. Mengiringi sekar, contoh: anggana sekar, rampak sekar, kakawen
wayang.
b. Mengiringi tarian atau wayang, oleh sebab itu ada istilah gending
tari, gending wayang.
c. Sebagai illustrasi (gambaran suasana), contoh: overture, suasana
perkawinan, suasana dalam cerita, film, dan sebagainya.
1.3 Fungsi karawitan
a) Ritual
Fungsi Karawitan sebagai sarana ritual adalah, dalam bentuk penyajian
mempunyai maksud dan tujuan keyakinan. Hal ini dipengaruhi oleh
kepercayaan pada sebagian masyarakat Jawa Barat yang tercermin dalam
berbagai upacara yang bersifat ritual, sebagian besar selalu berkaitan dengan
kesenian, seperti tarian-tarian upacara penghormatan, persembahan, dan
selamatan. Contoh karawitan yang berfungsi sebagai ritual yaitu Tarawangsa,
Angklung Sered, Seni helaran, pementasan wayang golek pada acara ruwatan,
dan lain-lain.
b) Spiritual
Fungsi Karawitan sebagai sarana Spiritual adalah bentuk penyajiannya
harus berdasarkan rasa (kalangenan) untuk diri sendiri. Seni merupakan sebuah
ekspresi, yaitu ungkapan perasaan dan jiwa seseorang. Di dalam karawitan,
perasaan seperti gembira, sedih, marah, cinta, sering diungkapkan dalam
berbagai bentuk. Yang paling terlihat apabila kita memperhatikan syair sebuah
lagu.
c) Festival
Karawitan juga bisa berfungsi sebagai festival. Artinya, dalam bentuk
penyajiannya mengarah pada satu rumpun seni, dan dipertontonkan dalam
sebuah pagelaran besar. Contohnya, festival music bambu, festival gamelan
degung, dan festival wayang golek.
d) Komersil
Seiring dengan kemajuan zaman, kedudukan karawitan sudah sejajar
dengan jenis kesenian lainnya. Tentunya hal ini mempengaruhi pula terhadap
segi-segi kehidupan senimannya sendiri, khususnya dalam jaminan materi.
e) Hiburan
Karawitan berfungsi sebagai hiburan artinya, dengan bermain atau
mendengarkan karawitan, seseorang dapat terhibur dan tumbuh perasaan
senang dalam hatinya. Jenis-jenis karawitan yang mengandnung unsur hiburan
antara lain; Kiliningan, Degung Kawih, Jaipongan, Ketuk Tilu, Calung, Reog,
Bangreng, Wayang golek dan longser.
LATIHAN
Isilah pertanyaan di bawah ini dengan baik dan benar !
1. Apakah pengertian karawitan menurut Ki Sindoe Soewarno?
2. Jelaskan pengertian karawitan menurut R.M.A. Kusumadinata!
3. Sebutkan hal–hal yang meliputi karawitan!
4. Ditinjau dari bentuknya karawitan dibagi menjadi 3 bagian, sebutkan dan
berikan contohnya!
5. Apakah pengertian dari sekaran?
6. Sebutkan minimal 3 fungsi dari karawitan gending!
7. Berikan minimal 5 contoh dari karawitan sekar!
8. Apakah arti karawitan menurut anda !
9. Apakah pentingnya belajar karawitan !
10.Jelaskan pengertian karawitan secara khusus !