Semarang
Dramalab
Dramalab dibentuk oleh Zoex Zabidi pada era tahun 1995.
Awalnya bernama Teater Merah Semarang. Lakon perdananya
Orang Asing [Rupert Brooke] dipentaskan di Kampus IAIN
Semarang.
Kemudian tahun 1998 mementaskan Atas Nama Cinta di
Teater Arena TBS. Tahun 2001 mementaskan monolog Aeng di
Semarang, Demak, Kudus, dan Jepara. Tahun 2004 & 2006
mementaskan Kereta Kencana (Rendra) di Semarang, Kendal,
Mojokerto, Purbalingga, dan Tegal. Tahun 2012 & 2018
mementaskan Eksekusi atau Jagal di Semarang, Kudus,
Purbalingga, Magelang, Purworejo, dan Boyolali. Tahun 2013
50
mementaskan Ruang Kosong (Daging dalam Kaleng/Samuel
Beckett) di Semarang.
Penggarapan lakon teater Dramalab tidak serutin
kelompok lainnya karena bergantian dengan aktivitas pelatihan
di kelompok teater sekolah. Dan aktif melakukan pelatihan/
workshop di beberapa sekolah.
Dramalab Semarang beralamat di Workshop Joglo
Kompleks Taman Budaya Raden Saleh, Jl Sriwijaya no 29
Semarang
Contact Person: Zoex Zabidi, Telp/WA 08157773435
51
Semarang
Komunitas Panggung
Pertumbuhan teater tidak bisa dibatasi dalam wilayah geografis
semata dan kebutuhan integritas setiap manusia tak cuma
tergantung pada kemampuan ekonomi, fasilitas yang dimiliki,
serta ukuran-ukuran material lainnya. Kebutuhan setiap
manusia bisa dicapai siapa saja dalam kondisi apa pun,
termasuk melalui seni peran/teater seperti yang dilakukan oleh
Komunitas Panggung Semarang.
Komunitas Panggung berdiri pada tanggal 6 Maret 2003.
Pada awalnya komunitas ini terbentuk atas prakarsa
sekelompok anak muda pekerja seni di TBRS, yaitu Babahe,
Adiet Kaliksana, Sohibul Niam, Abas Effendi, Eko Ndog, Ayuk,
Arief Bendol, dan Alfi. Spirit organisasinya masih bisa terjaga
52
hingga sekarang. Mereka yang biasanya beraktivitas dibalik
layar mencoba menciptakan media sendiri untuk bermain,
berekspresi dan menampung kreativitasnya. Suatu aktivitas
yang positif dan bermanfaat tentunya. Berkat kegigihan dan
ketekunan usaha, akhirnya membuahkan hasil dan
terbentuklah Komunitas Panggung.
Kami percaya bahwa dunia teater tidak akan pernah mati,
waupun kadang kehidupannya kethap-kethip/redup seperti
lampu teplok. Bagi kami yang penting tetap eksis, dan intens
berproses.
Nama Komunitas Panggung itu sendiri kalau
diidentikkan dalam teater adalah wahana/media kecil dalam
kehidupan manusia. Makanya dalam membangun atau
menciptakan sebuah proses kreativitas berkesenian, semua
anggota wajib menjunjung tinggi sikap rasa kebersamaan dan
kekeluargaan, dengan hak serta kewajiban yang sama tidak
53
pandang tempat dan waktu, guna meraih sesuatu yang
bermanfaat. Masing-masing anggota memegang prinsip bahwa
sebuah proses berkesenian akan berhasil jika dilakukan dengan
rajin dan tekun, serta perpegang teguh pada prinsip yang
dimiliki dan bertanggung jawab.
Sistem keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela,
sehingga membuat setiap orang yang punya minat terhadap
seni peran bisa bergabung. Saat ini keanggotaan Komunitas
Panggung didominasi oleh anak muda dengan latar belakang
status yang beragam, mulai dari pelajar, mahasiswa, pegawai
bahkan pengangguran. Sikap kekeluargaan sangat dijunjung
tinggi oleh setiap anggota. Pegiat-pegiat Komunitas Panggung
mencoba memahami tentang bagaimana cara membentuk
kesan yang positif bagi pecinta seni terhadap karya-karyanya.
Di samping pentas teater dari kampung ke kampung,
sekolah ke sekolah, hingga pentas ke luar kota, di stasiun TVRI,
54
bahkan pentas di pondok pesantren pernah dirambahnya.
dengan mengusung lakon yang mudah dicerna oleh setiap
lapisan masyarakat.
Beberapa pementasan lakon teater yang pernah di garap,
antara lain Sakit Itu Mahal karya Giwing Purba (2003),
Renternir karya Giwing Purba (2004), Sekolah Unggulan karya
Prie GS (2005), Balada Orang-Orang Pinggiran karya
Stephanus Darmadi (2005), Pinangan karya Anton Chekov
(2006), Pasar Kobar karya Eko Tunas (2007), Obrok Owok-
Owok, Ebrek Ewek-Ewek karya Danarto (2008), Laron-Laron
karya Prie GS (2009), dan BLONG karya Prie GS (2010).
Sebagai sebuah organisasi seni, Komunitas Panggung
telah dilengkapi dengan AD/ART. Saat ini Komunitas Panggung
diketuai oleh Antok “gallon”, Sekretaris Adinar/Pay, Bendahara
Abbas Effendy, S.Pdi, Dept Sastra Pandu, Dept Musik Pa’i, Dept
Art. Panggung Namex, Dept Lighting Fajar, Dept Make up dan
kostum Dwi, Dept Pendidikan dan Latihan Alfiyanto.
Alamat: Purwosari Perbalan D/8 Rt 06, Rw 05 Semarang Utara
50172. Email: [email protected]. Contact person:
0812254 6676
55
Semarang
Teater Lingkar
Teater Lingkar Semarang berdiri tanggal 4 Maret 1980, dan
inilah satu satunya teater kampung di Semarang yang masih
eksis sampai sekarang.
Teater yang mengolah seni tradisi dan modern ini sudah
beratus kali mengadakan pagelaran, diantaranya di Kampus
ITB, UGM, Satya Wacana Salatiga, Undip, Taman Budaya Jawa
Tengah di Surakarta, Taman Budaya Raden Saleh Semarang,
TVRI, Lokalisasi Sunan Kuning Semarang, Lembaga
Pemasyarakatan Wanita Bulu, Semarang, dll.
Teater Lingkar sebuah komunitas non profit.
Kelangsungan produksinya dibiayai oleh iuran anggota,
donatur, sponsor dan penjualan tiket bila mana diperlukan.
56
Semboyan yang selalu dipegang adalah TETEG, TEKUN,
TEKEN, TEKAN.
Setiap malam Jumat Kliwon, sejak 12 Desember 1991
sampai sekarang, mengadakan pagelaran wayang kulit yang
diisi oleh dalang-dalang kondang di TBRS Semarang. Inilah
wujud kepedulian kami pada budaya bangsa khususnya wayang
kulit. “...Bangunlah jiwanya, Bangunlah badannya...”
sebagaimana tersurat pada sepenggal syair dari lagu
Kebangsaan kita. Dan kata orang bijak membangun jiwa hanya
lewat budaya dan agama.
Anggota Teater Lingkar terdiri dari para pelajar,
mahasiswa, pegawai, dan masyarakat umum. Adapun Struktur
Organisasinya, Ketua: Maston Lingkar, Sekretaris: Dyah Puspa
Sari, dan Bendahara: Khondori.
Alamat: Jln. Gemah Jaya I No. 1 Perum Kini Jaya,
Kedungmundu Semarang, telpon 024 6719 166, Hp 081 127
2634
57
Sragen
Teater SS (Serambi Sukowati)
Teater SS (Serambi Sukawati ini dipimpin oleh Ari Purwànto
(Ndayak) dan beralamat di Jl. dr. Wahidin No. 9 Kel. Sragen
Wetan, Kec. Sragen Kota, Sragen. Telp.: 085327139076
[Wiyatno]
Adapun naskah yang pernah dipentaskannya, antara lain
Kamit, Samadi, Mega-Mega, Dilarang Nyanyi di Kamar
Mandi, Dukun-Dukunan, dan masih banyak lagi.
58
59
Surakarta
Kelas Akting Rumah Banjarsari
Kelas Akting Rumah Banjarsari berdiri di Surakarta pada
tanggal 12 Agustus 2017. Didirikannya kelas akting ini memiliki
beberapa tujuan, seperti memberikan pendidikan karakter serta
melatih kepercayaan diri terhadap anak-anak.
Anggotanya terdiri dari anak anak usia 5 sampai dengan
12 tahun di wilayah Kota Surakarta. Latihan rutin dilaksanakan
di Rumah Banjarsari Ruang Publik dan Seni, setiap hari Sabtu,
jam 16.00 – 17.30 Wib.
Kelas Akting Rumah Banjarsari ini sudah pernah
mementaskan pertunjukan teater, antara lain, Putri Indira
(2017), Joko Tarub (2018), Teaterkalisasi Puisi (2018), dan
Pengisi Sastra Banjarsari #1 (2018).
60
Alamat Jl.Syamsu Rizal No. 10, Surakarta. Udyn UPW
Contact Person: Turah (082265240068),
(081567679601)
61
Surakarta
Komunitas Rumah Singgah (KRS)
Komunitas Rumah Singgah merupakan kelompok yang
dibentuk pada tahun 2010 di Surakarta. Komunitas yang
didirikan oleh sekelompok mahasiswa yang merupakan anggota
UKM Teater di kampusnya masing-masing ini bergerak dan
memulai proses mereka dengan garapan Pedati Kita di
Kubangan naskah Hanindawan pada Februari 2011.
Dalam perjalanannya, Komunitas Rumah Singgah
berproses dengan banyak kalangan. Keanggotaan yang terbuka,
memberikan kesempatan semua untuk bergabung dan
berproses bersama.
Contact Person: ITOK (0822 3436 4545)
62
Surakarta
Sanggar Pasinaon Pelangi
Sanggar Pasinaon Pelangi merupakan salah satu sanggar yang
peduli terhadap tumbuh kembang anak. Sebelum fokus ke
ranah pertunjukan, Sanggar Pasinaon Pelangi berusaha
menjadi wadah bagi anak-anak untuk memperoleh tambahan
materi pelajaran (les gratis). Selain itu, sanggar ini juga
berusaha memberikan fasilitas berupa perpustakaan kecil
sebagai sarana untuk menambah wawasan mereka.
Ada pun kegiatan yang pernah dilakukan, antara lain
Pentas di Tanggulbudaya Surakarta, Sangiran, Gramedia
Surakarta, Balaikota Surakarta, Lomba Dolanan Bocah,
Dies Natalis UNS, HATEDU 2018 dan 2019, Parade Drama
Anak Pelangi ART Festival 2018, dan Teater Besar ISI 2019.
63
Juga pentas Penyutradaraan Akhir Semester ISI di Sanggar
Pasinaon Pelangi dan membuat Talent video clip grup band
MCRP ‘Tentang Negri’.
Sanggar ini pernah meraih Juara 3 Lomba Dolanan Bocah
di Jurug, Surakarta.
Alamat: Perumahan Pelangi, RW 28, Mojosongo, Kota
Surakarta. Contact person: Udyn (081567679601), Nunung
(081390504394)
64
Surakarta
Sanggar Seni Kemasan Surakarta
Sanggar Seni Kemasan Surakarta berdiri pada tanggal 17 april
2012. Didirikan oleh Bambang Sugiarto. Sanggar ini bergerak
dalam bidang teater, baik teater modern maupun teater tradisi.
Beranggotakan mulai dari anak2 sekolah dasar, mahasiswa, dan
juga masyarakat umum.
Penghargaan yang diraih, di antaranya menjadi Juara
Terbaik, Sutradara Terbaik, dan Aktris Terbaik dalam Festival
Teater Anak Tingkat nasional tahun 2015, Naskah Terbaik
dalam Festival Teater Remaja Tingkat Nasional tahun 2013
dengan judul Pasar Gedhe karya Bambang Sugiarto-Wiharto,
dan Penyaji Terbaik dan Sutradara Terbaik dalam Festival
Kethoprak Tingkat Surakarta tahun 2017. Selain itu juga
65
beberapa penghargaan yang didapatkan secara individu
diantaranya sebagai Nominasi FFI Penata Kostum Terbaik
tahun 2018 dengan Film WAGE atas nama Bambang Sugiarto,
Gatra Kencana TVRI sebagai Pemain Anak Terbaik dalam Film
SENANDUNG SAHABAT atas nama Muhammad Fathan
Irsyad. Selain beberapa penghargaan tersebut,, masih banyak
lagi prestasi yang ditorehkan anggota Sanggar Seni Kemasan
Surakarta, baik skala lokal maupun regional.
Perjalanan pentas yang dilakukan oleh Sanggar Seni
Kemasan selain agenda rutin pentas setiap satu bulan sekali,
juga pentas di berbagai tempat, diantaranya Wonogiri, Sragen,
Jakarta, Bangka Belitung, dan Jogjakarta.
Contact person: 085336767270, 085647407051,
[email protected]
66
Surakarta
Teater Akar
Kelompok Kerja Teater Akar merupakan sekumpulan
mahasiswa, ibu muda, guru, freelancer, pengangguran, dan
alumni-alumni teater SMA di Solo yang masih ingin bahagia
dengan teater. Berdiri karena selepas SMA kami masih ingin
memiliki wadah dan ruang apresiasi, bukan karena
keprihatinan atau kegelisahan.
Bagi para anggotanya, menekuni teater seperti anak kecil
yang serius dan intens dengan mainan dan permainannya.
Berteater adalah berbahagia seperti anak kecil.
Karya yang pernah dipentaskannya, antara lain Inspektur
Jendral (Nikolai Gogol, 2018), Kidung Panggung (Respati
Galang adaptasi dari Nyanyian Angsa, WS. Rendra, 2016),
67
Mutter Courage (Bertolt Brecht, 2016), Emily (2019), Lautan
Bernyanyi (PutuWijaya, 2015), dan lain-lain.
Sampai saat ini Kelompok Kerja Teater Akar aktif
membina teater-teater SMA yang berada di Solo, karena tugas
kami hanya berakar dan bertumbuh.
68
Surakarta
Teater EKS
Teater EKS Surakarta berdiri pada tanggal 24 Juni 2010.
Namun sesungguhnya kelompok ini sudah melakukan
aktivitasnya sejak tahun 2006 atas prakarsa Yustinus Popo,
Turah Hananto dan Guntur T. Cunong (alm), yang waktu itu
sudah tidak memiliki dan tidak berhak, bahkan sudah malu
menggunakan Karmas (Kartu Mahasiswa) mereka.
Oleh karena itu, mereka keluar dari kampus menyewa
kost untuk tempat kumpul. Keinginan mereka sama, kampus
sudah tidak bisa lagi mampu menampung kegelisahan untuk
melakukan proses kreatif di dalamnya. Kegelisahan ini semakin
terasa ketika Teater sebagai bidang kesenian yang kompleks
dapat menampung berbagai media seni yang mendorong
69
mereka untuk berbuat yang lebih. Pemilihan nama “EKS” bisa
berarti eksperimen, eksistensi, eks (mantan anggota kampus)
dan lain-lain, yang semakin meneguhkan mereka untuk selalu
berproses dalam kesenian Indonesia, khususnya di Surakarta.
Dari situlah mereka bergerak mementaskan lakon-lakon
ke beberapa kota (Solo, Bojonegoro, Pekalongan, Semarang,
Pamekasan, Surabaya, Gresik, Jogja). Beberapa kawan ikut
bergabung dan terlibat menggarap teater EKS (Agung Asu,
Nusa, Unyil Jati, Darmawan Tembem, Irul Hidayat, Budi
Bodot, Yoni Kuncoro, Ari Thuklik, Dodi Keskha, Akbar Siregar,
Wirawan, dsb.) Beberapa kawan lainnya juga sempt terlibat
dalam garapan-garapan EKS (Bayu Gendut, Sony Senirupa,
Galang Cs, Asti, Icha, Sugenk, Andiz Adus, Syaiful Ipul)
Adapun beberapa lakon yang pernah dipentaskannya,
antara lain, BLOK monolog karya Putu Wijaya (2006), RITUAL
70
LAKI-LAKI performance karya EKS (2007), BISIKAN DARI
DALAM CERMIN adaptasi CALIGULA karya Albert Camus
(2008), HAMPIR MANUSIA naskah karya Nusa Cahyadi
(2010), PENYAKIT SAKIT naskah karya Moliere (2013),
MELATI DI BATAS SENJA monolog karya Yustinus Popo
(2015), MENUJU JALAN PULANG Karya Yustinus Popo
(2016), MELAWAN LUPA naskah karya Acep Zamzam Noor,
monolog Yustinus Popo (2017).
Alamat: Jagalan RT 02 RW 09 Surakarta 57124.
Kontak WA: 0895-3402-54510.
Emai: [email protected]. FB: yustinuspopo. IG: popohac
71
Surakarta
Teater Gidag Gidig
Teater Gidag Gidig berdiri pada tanggal 21 Desember 1976 di
Surakarta. Awalnya merupakan kelompok teater remaja yang
semua anggotanya adalah siswa SMA 4 Surakarta yang
dipimpin oleh seorang tokoh teater waktu itu bernama
Bambang Sugiarto. Namun, dalam perkembangannya,
kelompok ini menjadi teater umum yang anggotanya dari
berbagai kalangan, meskipun kebanyakan adalah para siswa
dan mahasiswa yang ada di Solo.
Tahun 1982, kelompok teater ini beralih pimpinan
kepada Hanindawan, seorang aktor yang pada mulanya juga
anggota Teater Gidag Gidig. Selain memimpin, ia pun melatih
anggota-anggota baru kelompok teater tersebut. Di tangan
72
Hanindawan, Teater Gidag Gidig tumbuh dan berkembang
dengan pesat, sehingga menjadikan kelompok ini salah satu
teater yang terkenal dan cukup disegani di Solo.
Selain mementaskan naskah-naskah lakon karya penulis
drama yang sudah tersohor, kelompok Teater Gidag Gidig juga
mementaskan karya-karya naskah lakon yang ditulis sendiri
73
dan dipentaskan diberbagai kota seperti kota-kota di Jawa, Bali,
Sumatera, dan Sulawesi. Berbagai event teater tingkat nasional
pun pernah diikutinya.
Banyak pula lakon hasil adaptasi dan karya teaterawan
lain yang telah diusungnya. Naskah-naskah lakon yang pernah
dipentaskan, antara lain, Karto Luwak, Tengul, Umang-
Umang, Mega-Mega, Kucak-Kacik, Kapai-Kapai (Arifin C.
Noer), Obrok Owok Owok Ebrek Ewek Ewek (Danarto), Paing
si Bediende (1982), Gulipat (1990), Pedati Kita di Kubangan
(1993), Merdeka Sakit (1994), Kanjeng Ratu (1996), Boneka
Patah (1998), Membaca Calon Arang (2002), Dag Dig Dug
(Putu Wijaya, 2004), Hai Orang (2008), Lampu Plenthong 15
Watt, Tonge Kosong (2015), Perempuan Menyeberang Batu,
Panggil Aku Nuri Yeaa (2018), dan Los (2019).
Dahulu, Teater Gidag Gidig pernah bersanggar di Jl.
Mashella 7 Kepatihan Kulon, Surakarta, tapi kini beralamat di
Kp. Triyagan RT.002/06 Mojolaban, Surakarta.
74
Surakarta
Teater Lungid
Almarhum Kenthut Bambang Widaya SP adalah seorang
penulis naskah lakon sandiwara berbahasa Jawa yang terbilang
cukup produktif di masanya, meskipun ia hanya mewariskan 7
naskah lakon yaitu Borg, Suk Suk Peng, Rol, Leng, Dom, Tuk,
Reh, dan Luh (hanya naskah Luh yang belum rampung dan
belum pernah dipentaskan). Bersama Teater Gapit, keenam di
antara tujuh naskah lakon yang ditulisnya tersebut telah
dipentaskan. Teater Gapit adalah kelompok sandiwara
berbahasa Jawa yang pernah terkenal di Surakarta.
Kenangan mendalam yang ditinggalkan almarhum
Kenthut agaknya sangat menyentuh hati kehidupan teman-
teman Gapit yang merasa sangat kehilangan. Harus diakui,
diantara teman-teman tidak mempunyai kemampuan sebobot
75
almarhum. Atas dasar itulah kemudian mereka sepakat
meninggalkan bendera Gapit yang pernah berkibar. Pada tahun
2006 muncullah gagasan untuk membuat kelompok baru,
Namun, baru tahun 2007 gagasan tersebut diwujudkan untuk
menanggapi suasana yang sedang berkembang semakin tajam,
dan diksi yang dipilih adalah LUNGID. Selanjutnya
terbentuklah Teater Lungid.
Kelompok teater itu mengawali dan mengungkap kembali
atau memperkenalkan (bagi yang belum pernah melihat) karya-
karya almarhum Kenthut Bambang Widaya SP yang ditulis
pada tahun 1989. Harapannya, generasi muda dapat
bersentuhan dengan karya sastra Jawa yang pernah ada, yang
pada saat itu dianggap sebagai teater berbahasa Jawa modern
dengan karya yang membumi dan dianggap hebat, serta
mempunyai pecintanya sendiri. Hal ini dipandang perlu sebagai
bahan pengayaan bagi para generasi pekerja teater.
76
Teater Lungid adalah salah satu komunitas seni di
Surakarta yang telah menjalani proses kreatif selama lebih
dari satu dekade dengan membangun eksistensinya sebagai
kelompok teater/sandiwara berbahasa Jawa. Komunitas ini
telah menjalani banyak pementasan di berbagai daerah
dengan membawakan beberapa naskah, baik naskah
berbahasa Jawa maupun terjemahan, yaitu pementasan Lèng
(karya Bambang Widaya SP, sutradara Trisno Pelog Santosa
(Surabaya, Surakarta, dan Jakarta, 2006); Tuk (karya
Bambang Widaya SP, sutradara Djarot Budhi Dharsono
(Surakarta dan Salihara, Jakarta, 2008); Visa karya
Goenawan Mohamad, sutradara Djarot Budhi Dharsono
(Surakarta dan Salihara, Jakarta, 2008); Aum (karya Putu
Wijaya, sutradara Djarot Budhi Dharsono, Surakarta, 2010);
Rol (karya Bambang Widaya SP, Sutradara Djarot Budhi
Dharsono, Surakarta, 2010); Gundala Gawat (karya
Goenawan Mohamad, sutradara Djarot Budhi Dharsono,
Surakarta, 2013); Lèng (karya Bambang Widaya SP,
sutradara Djarot Budhi Dharsono, Surakarta, 2014 dan
Jogyakarta, 2015); Impèn karya Djarot Budhi Dharsono,
sutradara Djarot Budhi Dharsono Surakarta, 2016); Sunan
Amangkurat (terjemahan dari naskah “Amangkurat-
Amangkurat” karya Goenawan Mohamad, Sutradara Djarot
Budhi Dharsono, Surakarta, 2018); dan TUK (karya
Bambang Widoyo Sp, sutradara Djarot Budhi Dharsono dan
Trisno Santoso, Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah,
29-30 Januari 2019).
Selain menggunakan bahasa Jawa sebagai unsur
sajian, salah satu ciri khas Teater Lungid adalah interpretasi
terhadap naskah serta penggarapannya yang faktual dan
kontekstual dengan kehidupan sosial masyarakat.
77
Surakarta
Teater Nol
Teater Nol berdiri tanggal 2 November 1997 didirikan oleh Yani
Mardiyanto. Sejak berdiri sampai sekarang telah pentas 37 kali.
Pentas terakhir pada tanggal 20 Januari 2016 dengan bintang
tamu Ully Sigar Rusady dari Jakarta.
Alamat: Kp. Petoran,
Jebres, Surakarta.
Contact person:
08121518643 (Bp.
Yani M.)
78
Surakarta
Teater Sandilara
Teater Sandilara bersepakat memakai tanggal pentas
pertamanya, sebagai tanggal berdirinya, yakni 22 Desember
2013. Pementasan tersebut mempertunjukkan Geng Toilet
karya Sosiawan Leak, di dukuh Pabrik, Wirun, Mojolaban,
Sukoharjo.
Kesan perjumpaan
dengan masyarakat (yang
kemudian mereka sebut
sebaga penonton asli) pada
pentas perdananya di
kampung, membuat
kelompok yang berencana
bubar setelah pentas pertama
itu, justru terus berlanjut
berpentas keliling kampung
dengan formasi naskah
bahasa Jawa dan diiringi
gamelan yang ditabuh oleh
kelompok Karawitan
Kurawa.
Membawa karya agar benar-benar berjumpa dan benar-
benar berbicara dengan benar-benar masyarakatnya adalah
kebenaran kelompok yang dipilih untuk proses penggarapan
jalan gagasan yang biasa disebut artistik. Dalam perkembangan,
Teater Sandilara memenuhi kebutuhan literasi; ide, gagasan,
dan kegiatan keseniannya sendiri dengan membuat blog:
tulisandilara.blogspot.com dan membuat penerbitan sendiri,
AD HOC PUSTAKA; menerbitkan buku puisi, prosa, dan naskah
79
lakon, serta menerbitkan Koran Cilik Medan Prihatin di setiap
pementasannya.
Beberapa naskah lakon pernah dipentaskan keliling, yaitu
Geng Toilet (karya Sosiawan Leak, 2013-2014), Lelayu (karya
Idnas Aral, 2014), Suatu Ketika (karya Irwan AR, 2015),
Cahaya Sampah (karya Emha Ainun Nadjib, 2015 & 2018),
Mlarat (karya Idnas Aral, 2016), Sri (karya Idnas Aral, 2017),
Hari Gentayangan Nasional (karya Idnas Aral, 2018), dan
DOM (karya Bambang Widoyo SP, 2018-2019).
Kontak: 085743576577, email; [email protected]
80
Tegal (Kabupaten)
Teater Cangkir
Teater Cangkir adalah teater yang tergabung dalam Gemblong
Syndicate, berdiri pada tanggal 5 Maret 2018. Kelompok teater
in diresmikan oleh beberapa anggota DSM (Difable Slawi
Mandiri) yang bertempat di LBK (Loka Bina Karya) Adiwerna.
Nama Cangkir mengandung sebuah filosofi yaitu
kebersamaan, kebersamaan tanpa memandang "perbedaan".
Teater Cangkir datang dari orang orang difable. Meskipun
kebanyakan anggotanya menyandang gelar difable sejak kecil
namun itu tidak menjadikan penghalang untuk
mengembangkan potensi mereka di dunia teater, untuk terus
berproses dan menciptakan sebuah karya.
81
Seiring berjalannya waktu, Teater Cangkir bukan lagi
teater khusus untuk orang orang difable, melainkan sekarang
sudah menjadi sebuah kelompok INKLUSI, artinya semua
orang bisa saja menjadi anggota tanpa melihat perbedaan.
Adapun karya karya yang pernah ditampilkan oleh Teater
Cangkir, antara lain Tarjan (karya/sutradara: Yaskur), Jejeg
atawa Cita-cita (karya/sutradara: Faozan Suwage/Afif
Gandrung), Tangguh (karya/sutradara: Faiz Gemblong),
Jangan Lukai Demokrasi Kami (karya/sutradara: Faozan
Suwage), Kucing (karya/sutradara: Faozan Suwage), dan Ayah
Ku Pulang (karya/sutradara: Umar Ismail/Afif Gandrung)
82
Tegal (Kabupaten)
Teater Gemblong
Komunitas Teater Gemblong didirikan pada 9 Oktober 2010.
Teater Gemblong tidak hanya pentas di gedung-gedung
kesenian, tapi juga punya program pentas keliling dari desa ke
desa untuk mensosialisasikan teater ke masyarakat luas. Selain
itu juga mengikuti dan telah menorehkan prestasi di beberapa
festival, baik tingkat daerah maupun nasional.
Saat ini Teater Gemblong membina beberapa teater
sekolah dan teater umum yang ada di Kabupaten Tegal yang
tergabung dalam Gemblong Syndicate. Bersama dengan
Gemblong Syndicate setiap tahun mengadakan parade teater di
Kabupaten Tegal dalam rangka memperingati Hari Teater
Sedunia. Beberapa karya yang pernah dipentaskan, yaitu Nisan
83
(karya Faozan Suwage), WekWek (karya Anton Chekov),
monolog Tua (karya Putu Wijaya), monolog Berusaha
Melawan Lupa (karya Acep Zamzam Noor), Ssst (karya Ikra
Negara), Roro Ireng (karya Nurhidayat Poso), dll.
Contact Person: +6285642617893
84
Tegal (Kabupaten)
Teater Genting
Teater Genting adalah komunitas Teater dari Kabupaten Tegal
yang diresmikan pada tanggal 12 Desember 2016 dengan
mottonya "Satu Rasa Satu Karya".
Teater Genting
selalu aktif berkarya
mementaskan ber-
bagai lakon
diantaranya Wek-wek
(karya Anton
Chekov), Ragdoll
(karya Tmr Joule),
Mis (karya Faiz
Gemblong) dan masih
banyak lainnya.
Contak person: 083837290496
85
Tegal (Kota)
Teater Qi
Teater Qi adalah kelompok teater yang berkedudukan di Kota
Tegal, didirikan 29 Mei 2004 oleh Rudi Iteng dan Rias sebagai
pencetus awal yang didukung oleh beberapa teaterawan dan
seniman lainnya.
Visi dan Misi teater Qi: (1) Menjadi satu mikroskop dari
kehidupan manusia lebih mendapatkan aktualisasi diri yang
maksimal, walau secara mikroskopik manusia dapat
berhubungan langsung dengan “perubahan hidup dan jiwa”.
Dengan kata lain, mengaktualisasi seluruh kemungkinan-
kemungkinan fisik dan rohaninya, dan (2) Penciptaan karya
teater yang menghasilkan dialektika kritis dengan lingkungan
sosial, politik dan budaya yang kreatif, sebagai bagian dari
86
upaya untuk membangun masyarakat. Berangkat dari situlah
Teater Qi mengajak untuk lebih belajar dan fokus mengangkat
kehidupan dipaparkan di panggung dalam bentuk apa pun
tanpa meninggalkan artistik.
Program Teater Qi: (1) Proses penciptaan dan karya,
berupa diskusi anggota (bedah buku, dan naskah), latihan rutin,
melakukan riset atau penelitian, pertunjukkan/karya di mana
pun dan kapan pun; (2) Sosial masyarakat, berupa mengadakan
Pelatihan atau Workshop Teater (Pelajar/Mahasiswa dan
Masyarakat Kampung), mengadakan Festival atau Parade
Teater (Pelajar/Mahasiswa dan Masyarakat Kampung),
memberikan referensi dan informasi teater, membuka dan
menjalin link atau jaringan teater di Indonesia maupun luar
negeri; (3) Perpustakaan, berupa gemar membaca, menerima
dan memberi buku bacaan, dan pelatihan menulis dan sastra.
87
Adapun beberapa pentas yang telah dilakukannya, antara
lain KCDLL (karya/sutradara: Arifin Noer/Rudi Iteng, Pentas 6
kali di Tegal,7-28 Agustus 2004), LAMARAN (adaptasi
Pinangan, karya/sutradara: Anton Chekov/Rudi Iteng, pentas 5
kali di Tegal/Brebes/Pekalongan, 15 Januari-5 Februari 2005),
BUNGA DALAM MULUT (karya/sutradara: Luigi
Pirandello/Rudi Iteng, pentas 2 kali di Purwokerto/Tegal, 28
Juni-1 Juli 2005), SEPASANG KIDUNG (karya/sutradara: Rias,
pentas di Aula Radio Sebayu FM Kota Tegal, 30 September
2005), TANDA SILANG (karya/sutradara: Eugene Oneill/Dwi
Ery Santoso, pentas di Slawi, Kabupaten Tegal, 24 November
2005), PADA SUATU SENJA (karya/sutradara: Rudi Iteng,
pentas di Kota Tegal, 28 Desember 2005 dan 26 Februari
2006), SANG JENDERAL (karya/sutradara: Hamsad
Rangkuti/Rudi Iteng, pentas di Tegal, Solo dan Bali, 29 Juni-15
Juli 2006), MARTOLOYO GUGAT (karya/sutradara: Eko
Tunas/Rudi Iteng, pentas di Alun-alun Kota Tegal, 21 April
88
2007), EMPU SENDOK (karya/sutradara: Hamsad
Rangkuti/Rudi Iteng, pentas di Tegal, 31 Mei 2007), SANG
BUDDHA GAUTAMA (karya/sutradara: NN/Rudi Iteng, pentas
di Slawi, Kabupaten Tegal, 30 Juni 2007), TITIK KOMA
(karya/sutradara: Rias/Rudi Iteng, pentas keliling Jawa, 30
Juni-25 Juli 2008), TITIK KOMA #2 (karya/sutradara: Andi
Bima Nirawan, pentas di Kota Baru KALSEL, November-1
Desember 2008), BUNGKAM (karya/sutradara: Rudi
Iteng/Andi Bima Nirawan, pentas di Kota Tegal, 24 Desember
2008), “M” (karya/sutradara: Sri Rahayu, pentas di Kota Tegal,
30 Desember 2008), METAMORFOSA (karya/sutradara: Rofi
Al Joe, pentas di Kota Tegal, 5 April 2009), DUKUN
GADUNGAN (karya/sutradara: Moliere/Rudi Iteng, pentas di
Kota Tegal dan Slawi, 22 November dan 12 Desember 2009),
ADA TOKEK?! (adaptasi puisi WS Rendra "Tokek dan Adipati
Rangkasbitung", sutradara: Rudi Iteng, pentas di Kota Tegal
dan Solo, 1-4 Agustus 2010 dan 8-9 Januari 2011), WABAH
(karya/sutradara: Hanindawan/Joko SCT, pentas di TBRS
Semarang, 28 Juli 2011), Drama Musikal Rama Shinta
(karya/sutradara: Rias Viri/Rudi Iteng, pentas di Taman
Budaya Tegal, 1 November 2014), Mungkin Shinta
(karya/sutradara: Rias Viri/Rudi Iteng, pentas di Taman
Budaya Tegal, 10 Oktober 2015), Opera Pita Merah
(karya/sutradara: Rias Viri/Rudi Iteng, pentas di Taman
Budaya Tegal, 29-30 April 2016), Rashomon (karya/sutradara:
Ryunosuke Akutagawa/Rudi Iteng, pentas di Gedung Rakyat
dan Taman Budaya Tegal, 12 dan 18 November 2017), Astha
(karya/sutradara: Salsabila P/Rudi Iteng, pentas 4 Kota, Kudus,
Solo, Jakarta, Tegal, 25 Agustus -21 September 2018), dan Geng
Toilet (karya/sutradara: Sosiawan Leak/Gendra Wisnu Buana,
pentas di Taman Budaya Tegal, 1 Desember 2018).
89
Informasi Kontak
Email: [email protected]
Kantor: Jl. Metro Perumahan Tegal Residence gg. Residence 5A
No. 22B Rt 03/Rw 04 Deong Kulon, Kota Tegal, Jawa Tengah
52133
90
Tegal (Kota)
Teater RSPD
Teater RSPD berdiri awal Januari 1978 (di lingkungan Radio
Siaran Pemerintah Daerah Kota Tegal), yang dibidani oleh Eko
Tunas, Yono Daryono, Yy Haryo Guritno, dkk. Sebelum aktif
sebagai kelompok seni pertunjukan, teater ini banyak membuat
drama radio dengan naskah-nakah “strandar sastra”, seperti:
Pulau Biru (Eguge O Neil), Lapar (Mohamad Diponegoro),
Kereta Api Hantu (Arnold Riedle), Ayahku Pulang (Usmar
Ismail), dll. Sukses membuat drama radio yang berbeda dari
kebanyakan drama radio pada umumnya, menjadi spirit untuk
membuat drama panggung. Naskah drama paggung pertama
dipentaskan karya Eko Tunas, Martoloyo-Martopuro (1978)
sebuah lakon cerita rakyat Tegal yang cukup popular.
Martoloyo-Martopuro merupakan cerita kepahlawanan orang
Tegal yang hidup di masa kerajaan Mataram Islam.
91
Sejak tahun 1978 sampai tahun 1988 teater RSPD tiap
tahun sedikitnya 2 kali pentas, yang paling produktif tahun
1988 memproduksi 4 naskah. Berturut-turut, Teater RSPD
pernah pentas: Martoloyo-Martopura (Eko Tunas, 1978).
Bulan Bujur Sangkar (Iwan S, 1978), Mega-Mega (Arifin C.
Noer, 1979), Orang-Orang Malam (Putu Wijaya, 1980),
Perampok (Rendra,1981).
Setelah tahun 1981 lebih banyak mementaskan naskah-
nasklah karya sendiri/adaptasi seperti YY Haryo Guritno
menulis Diah Ciptaning (1981), Roro Jonggrang (1984), Peluru
Tengah Malam (1985); Yono Daryono menulis Umar Bin
Khatab (1982), Roro Mendut (1983), Ronggeng-Ronggeng
(1986), Mandor (1987), Palagan Kurusetra (ikut dalam ajang
Temu Tetaer Nasional 1993 di Surakarta), Braen (1995);
Muhamad Iqbal menulis Empat Orang Besar (1985); dan Eko
Tunas menulis Langit Berkarat (1996).
Tahun 1986 Teater RSPD diundang dalam acara
Pertemuan Teater Nasional 1986 di Padang Sumatera Barat
92
mengangkat naskah Yono Daryono: Ronggeng-Ronggeng. Ini
merupakan pementasan bergengsi bagi teater RSPD setelah
berteater selama delapan tahun. Sebelum itu yakni tahun 1985,
Teater RSPD tampil di Gelanggang Remaja Bulungan dalam
Festival Drama Perjuangan Tingkat Nasional dan menjadi
Group Terbaik Harapan 1. Menurut Kasim Ahmad sutradara
(Yono Daryono) Teater RSPD mempunyai ide dan gagasan baru
dalam “memvisualkan gerak” di atas panggung, dan hasil
teaternya mempunyai nilai tersendiri. Diakui atau tidak, Teater
RSPD dalam berkarya menggunakan pengalaman terhadap
teater tradisi di daerahnya. Teater tradisi menjadi acuan dan
titik tolak dalam garapan teaternya.
Tahun 1987. Teater RSPD pentas di TIM - Teater Arena
atas sponsor Direktorat Kesenian (Kasim Ahmad). Di TIM
Teater RSPD pentas Roro Mendut naskah dan sutradara Yono
Daryono. Tahun 1997, atas undangan Teater Koma dalam
Pastojak 97 Teater RSPD kembali pentas di TIM – Graha Bhakti
Budaya. Pentas drama kolosal di Alun-alun kota Tegal, Qazidah
Barzanji (Syubah Asa, 2000), Opera Gajah (Yono Daryono,
93
2002), Opera Sebayu (Yono Daryono,,2006), di,panggung
terbuka, juga Wayang Sandosa bersama Ki Enthus Susmono.
Sebelumnya, pentas Sang Koruptor (Eko Tunas, 2004), Sunan
Panggung (Malang Sumirang – Yono Daryono di Tegal dan
TBS Surakarta, 2008), sebuah ”mitos baru” tentang kebatinan.
Pentas drama Testimoni Drupadi (Yono Daryono di Tegal, 2010
dan Taman Budaya Jawa Tengah di Surakarta, 2018).
Tahun 2019, Teater RSPD mewakili Jawa Tengah
mengikuti Parade Teater Daerah ke -8 di TMII mementaskan
Mantu Poci (Saeful Mu’min) mendapat penghargaan sebagai
Penyaji Terbaik, Sutradara Terbaik (Yono Daryono), dan Aktor
Pria Terbaik (Slamet Riyadi).
Sampai saat ini Teater RSPD masih aktif berproses tidak
kurang dari 67 lakon pernah dipentaskan selain kegiatan
kesenian lainnya.
Alamat: Jl. Siwalan 2 Nomor 1 KPR-BTN Kraton Kota Tegal
Contact person: Yono Daryono Hp: 0816657606/WA:
081807849174
94
Wonosobo
Teater Kahyangan
Teater Kahyangan berdiri pada tanggal 7 Maret 2018 di
Wonosobo, Jawa Tengah. Teater Kahyangan meletakan proses
kreatif seni pertunjukannya pada eksplorasi tradisi yang ada di
Wonosobo dan dijadikan bahan perwujudan pemanggungan.
Berpijak pada tradisi, itulah konsep Teater Kahyangan.
Alamat: Jln. Raya Dieng KM 17, Pademangan, Kejajar.
Wonosobo. Jawa Tengah. Contact person: Abimanyu
081929169469
95
96