The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Perpustakaan Brawijaya E-Books, 2022-06-09 23:10:50

Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Azwardi, S.Pd., M.Hum.

Metode
Penelitian

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Penulis
Azwardi, S.Pd., M.Hum.

Editor
Dr. Rajab Bahry, M.Pd.

SYIAH KUALA UNIVERSITY PRESS
2018
Lampiran i

Penerbitan buku ini dibiayai oleh hibah buku ajar
Universitas Syiah Kuala tahun 2018
sesuai dengan nomor kontrak:

06/UN11.LP3M/BA/SP2H/PNBP/2018

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang keras memperbanyak, memfotokopi sebagian atau seluruh isi buku
ini, serta memperjual-belikannya tanpa mendapat izin tertulis dari penerbit.

Diterbitkan oleh Syiah Kuala University Press

Darussalam, Banda Aceh, 23111

Judul Buku : Metode Penelitian: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Penulis : Azwardi, S.Pd., M.Hum.

Editor : Dr. Rajab Bahry, M.Pd.

Desain cover : Decky R Risakotta, S.Pd.

Layouter : Muhammad Rifki, S.Pd.

Penerbit : Syiah Kuala University Press

Telp (0651) 801222

Email : [email protected]

Cetakan : Pertama, 2018

ISBN : 978-602-5679-44-5

x + 311 hlm.; 16 cm x 23 cm

ii Metode Penelitian

PRAKATA

Alhamdulillah, penulisan buku ajar Metode Penelitian Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonedia ini terselesaikan dengan baik. Buku ini ditulis dalam
konteks upaya memfasilitasi mahasiswa yang mengikuti perkuliahan
Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sekaligus
dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran pada Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Syiah Kuala (PBSI FKIP Unsyiah).

Buku ini berisi pokok-pokok materi perkuliahan Metode Penelitian
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang semestinya dipelajari
oleh mahasiswa Jurusan PBSI FKIP Unsyiah. Oleh karena itu, buku ini
dimaksudkan sebagai rujukan utama para mahasiswa yang mengikuti
perkuliahan Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Di samping itu, mahasiswa juga diminta membaca bab-bab lain dari buku-
buku yang dirujuk sebagaimana tertera pada daftar pustaka buku ini.

Penyusunan buku ini didasari pada praanggapan bahwa salah satu
wujud peningkatan kualitas pembelajaran adalah pengembangan bahan
ajar oleh masing-masing staf pengajar sesuai dengan spesialisasi ilmu
yang digelutinya dalam bentuk buku ajar. Permasalahan selama ini, antara
lain, adalah mahasiswa mengeluh karena tidak tersedia buku ajar yang
representatif sebagai bahan rujukan utama dalam belajar mata kuliah-mata

Prakata iii

kuliah tertentu. Kepada mahasiswa dianjurkan untuk mencari, meminjam,
membeli, dan membaca buku-buku referensi yang ditunjuk oleh staf
pengajar sesuai dengan sebaran materi yang tercantum dalam Rencana
Perkuliahan Semester (RPS). Mungkin karena hal itu berupa anjuran,
mahasiswa sering tidak mengindahkan hal tersebut. Dengan perkataan
lain, mereka tetap tidak sungguh-sungguh mempelajari buku-buku yang
ditunjuk tersebut.

Di samping itu, umumnya mahasiswa tidak memiliki alokasi dana
yang memadai untuk membeli sejumlah buku yang mereka butuhkan. Hal
ini barangkali dapat dimaklumi tersebab latar belakang orang tua yang
memiliki keterbatasan ekonomi. Di sisi lain, berdasarkan pengalaman
dalam memfasilitasi berbagai perkuliahan, bagi sebagian mahasiswa
yang tergolong mampu mengadakan ataute lah memiliki bahan referensi
yang memadai sesuai dengan sebaran materi yang tercantum dalam RPS,
kemajuan belajarnya juga biasa-biasa saja. Hal ini terlihat dari minimnya
mahasiswa yang memperoleh nilai A atau AB pada setiap mata kuliah.
Berdasarkan umpan balik dari mahasiswa, ternyata mereka merasa sulit
memahami buku-buku referensi tersebut karena sistematika penyajian,
teknik penyampaian, dan bahasanya relatif rumit atau tinggi. Jangankan
memahami secara detail setiap topik yang mereka baca, sekadar
mereproduksi secara umum ide-ide pokok dengan menggunakan redaksi
bahasa sendiri tentang apa yang mereka pahami dari apa yang dibaca pun
tidak terlihat progres yang menggembirakan.

Semua kondisi yang tidak produktif tersebut tentunya dipengaruhi oleh
banyak faktor. Faktor tersebut, antara lain, rendahnya tingkat kecerdasan
atau IQ yang dimiliki, rendahnya minat literasi atau baca tulis, dan tingginya
perhatian pada dunia maya yang bersifat nonakademik mahasiswa. Oleh
karena itu, penyediaan buku ajar; yang materinya diserap dari berbagai
sumber yang representatif dan mutakhir; oleh staf pengajar dalam wujud buku
ajar merupakan solusi alternatif yang dapat diberikan. Setidaknya mahasiswa
dapat memahami konsep-konsep dasar keilmuan yang mestinya dimiliki

iv Metode Penelitian

terkait dengan bidang ilmu yang dipelajarinya. Dengan demikian, mahasiswa
pun terbantu memiliki dan mempelajarin ya.

Sebagai manifestasi tridarma perguruan tinggi, mahasiswa PBSI
FKIP Unsyiah, sebagai calon tenaga profesional di bidang pendidikan,
antara lain, dituntut memiliki kompetensi penelitian yang memadai,
khususya penelitian di bidang kependidikan atau pengajaran, kebahasaan
atau linguistik, dan kesastraan. Dalam jangka pendek, kompetensi
tersebut dapat bermanfaat untuk penyusunan proposal dan penulisan
laporan penelitian atau skripsi, yaitu tugas berkaitan dengan syarat
memperoleh gelar sarjananya. Untuk jangka panjang, bekal kompetensi
dan keterampilan di bidang penelitian ini dapat menjadi modal bagi
aktivitasnya kelak dalam kegiatan pengembangan keilmuannya. Oleh
karena itu, kehadiran buku ajar ini dipandang penting. Pemahaman isi buku
ini secara baik akan sangat mendukung proses pembentukan keseluruhan
kompetensi tersebut.

Penulisan buku ini dapat terealisasi dengan baik berkat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini saya menyampaikan
ucapan terima kasih kepada pihak-pihak tersebut, terutama Lembaga
Pengembangan Pendidikan dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas
Syiah Kuala yang atas segala pertimbangan akademis telah mempercayakan
dan mendanai saya untuk mengembangkan materi perkuliahan Metode
Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dalam wujud buku
ajar seperti ini. Selanjutnya, ucapan terima kasih saya sampaikan kepada
Dr. Rajab Bahry, M.Pd. yang telah bersedia mengeditori substansi buku
ini. Kemudian, ungkapan terima kasih yang amat tulus saya persembahkan
kepada guru, kolega, dan sahabat yang sangat saya banggakan, Dr.
Abdul Djunaidi, M.S., yang telah banyak membimbing, memotivasi, dan
mengilhami penulis dalam proses penyiapan dan penulisan draf buku ini.
Prahara tsunami 26 Desember 2004 telah merenggut beliau dari kami
sehingga menghentikan niatnya untuk mengedit akhir draf buku ini.
Semoga Allah swt. memberi balasan yang setimpal kepada beliau dan

Prakata v

mendapat tempat yang layak di sisi-Nya. Kecuali itu, terwujudnya karya
akademik dalam tampilan seperti ini tidak terlepas dari peran aktif tim
kreatif, personil Bina Karya Akademika (BKA), khususnya Muhammad
Iqbal, S.Pd., S.H., M.Hum. dan Muhammad Rifki, S.Pd. yang telah mem-
proof reading dengan cermat dan men-design-layout dengan apik buku
ini. Maka, ucapan terima kasih kepada mereka tidak lupa saya sampaikan.

Saya menyadari bahwa buku ini mungkin belum cukup praktis untuk
dijadikan sebagai sumber rujukan utama dalam upaya meningkatkan
kompetensi bahasiswa di bidang penelitian kependidikan, kebahasaan,
dan kesastraan. Oleh karena itu, buku ini pada suatu saat masih perlu
direvisi sehingga tampilan bentuk dan isinya dapat lebih sempurna.
Berkaitan dengan hal tersebut, saya sangat mengharapkan saran-saran
dari para pembaca.

Darussalam, Juli 2018
Penulis,

Azwardi, S.Pd., M.Hum.

vi Metode Penelitian

DAFTAR ISI

PRAKATA................................................................................................ iii
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. vii

BAB I PENGERTIAN DAN RAGAM PENELITIAN.............................1
1. Uraian Materi.........................................................................................1

1.1 Pengertian Penelitian........................................................................1
1.2 Ragam Penelitian.............................................................................2

1.2.1 Berdasarkan Tinjauan Bidang Keilmuan.................................2
1.2.2 Berdasarkan Tinjauan Lokasi..................................................4
1.2.3 Berdasarkan Tinjauan Kemanfaatan........................................5
1.2.4 Berdasarkan Tinjauan Mekanisme .........................................5
1.2.5 Berdasarkan Tinjauan Tujuan..................................................6
1.2.6 Berdasarkan Tinjauan Pendekatan...........................................8
1.2.7 Berdasarkan Tinjauan Kehadiran Variabel .............................9
1.2.8 Berdasarkan Tinjauan Metode.................................................9
1.3 Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia......................11
2. Ringkasan.............................................................................................12
3. Latihan.................................................................................................13

BAB II MEKANISME PENELITIAN....................................................15
1. Uraian Materi.......................................................................................15

1.1 Pengertian Mekanisme Penelitian..................................................15
1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................15
1.3 Latar Belakang Masalah ................................................................18

Daftar Isi vii

1.4 Perumusan Masalah.......................................................................24
1.5 Perumusan Tujuan..........................................................................25
1.6 Perumusan Anggapan Dasar dan Hipotesis....................................26
1.7 Metodologi Penelitian....................................................................28

1.7.1 Populasi dan Sampel.............................................................28
1.7.2 Informan................................................................................31
1.7.3 Instrumen...............................................................................32
1.7.4 Metode dan Teknik Penelitian...............................................33
2. Ringkasan.............................................................................................35
3. Latihan.................................................................................................37

BAB III LAPORAN PENELITIAN........................................................39
1. Uraian Materi.......................................................................................39

1.1 Pengertian Karya Ilmiah................................................................39
1.2 Penentuan Topik dan Judul............................................................39
1.3 Penggunaan Bahasa dan Aspek Penalaran.....................................42
1.4 Sistematika Penyajian....................................................................43

1.4.1 Abstrak...................................................................................43
1.4.2 Kata Pengantar.......................................................................44
1.4.3 Daftar Isi................................................................................44
1.4.4 Pendahuluan..........................................................................45
1.4.5 Isi...........................................................................................46
1.4.6 Penutup..................................................................................46
1.4.7 Daftar Pustaka.......................................................................47
1.5 Teknik Penyusunan Catatan Kaki..................................................47
1.5.1 Penunjukan Sumber (Referensi)............................................48
1.5.2 Catatan Penjelas.....................................................................48
1.5.3 Gabungan Sumber dan Penjelas............................................48
1.6 Bahan dan Perwajahan...................................................................54
2. Ringkasan.............................................................................................56
3. Latihan.................................................................................................56

BAB IV PENELITIAN TINDAKAN KELAS........................................57
1. Uraian Materi.......................................................................................57

1.1 Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas......................................57
1.1.1 Pengertian PTK.....................................................................58

viii Metode Penelitian

1.1.2 Karakteristik PTK..................................................................59
1.1.2.1 An Inquiry on Practice from Whithin.........................59
1.1.2.2 A Collaborative Effort Between School
Teachers and Teacher Educators................................60
1.1.2.3 A Reflective Practice, Made Public............................60

1.1.3 PTK Versus Penelitian Formal..............................................61
1.1.4 Prinsip Dasar PTK.................................................................62
1.1.5 Tujuan dan Luaran PTK........................................................63
1.1.6 Prosedur Pelaksanaan PTK ...................................................64

1.1.6.1 Pengantar....................................................................64
1.1.6.2 Penetapan Fokus Masalah Penelitian.........................65
1.1.6.2.1 Merasakan Adanya Masalah...................................65
1.1.6.2.2 Identifikasi Masalah PTK.......................................66
1.1.6.2.3 Analisis Masalah.....................................................67
1.1.6.2.4 Perumusan Masalah................................................67
1.1.6.3 Perencanaan Tindakan...............................................68
1.1.6.3.1 Formulasi Solusi dalam Bentuk

Hipotesis Tindakan.................................................68
1.1.6.3.2 Analisis Kelaikan Hipotesis Tindakan....................69
1.1.6.3.3 Persiapan Tindakan.................................................70
1.1.6.4 Pelaksanaan Tindakan dan

Observasi-Interpretasi................................................71
1.1.6.4.1 Pelaksanaan Tindakan.............................................73
1.1.6.4.2 Observasi dan Interpretasi.......................................73
1.1.6.4.3 Analisis dan Refleksi...............................................74
1.1.6.4.4 Analisis Data...........................................................75
1.1.6.4.5 Refleksi...................................................................76
1.1.6.4.6 Perencanaan Tindak Lanjut.....................................76
1.1.6.4.7 Refleksi Prosedur Obsevasi.....................................76
1.1.6.4.8 Interpretasi..............................................................77
1.1.7 Siklus PTK............................................................................81
1.1.8 Penyusunan Instrumen ..........................................................84
1.1.9 Penyusunan Proposal PTK....................................................85
1.1.10 Contoh Topik dan Rumusan Judul PTK..............................85
1.1.11 Contoh Judul, Rumusan Masalah, Tujuan

dan Indikator Kenerja PTK.................................................87

Daftar Isi ix

1.1.12 Contoh Pokok-Pokok Rencana Kegiatan PTK....................89
2. Ringkasan.............................................................................................90
3. Latihan.................................................................................................92

BAB V PENELITIAN LINGUISTIK......................................................93
1. Uraian Materi.......................................................................................93

1.1 Pengertian Penelitian Linguistik....................................................93
1.2 Karakteristik Penelitian Linguistik................................................95

1.2.1 Metode Ilmiah dalam Linguistik...........................................95
1.2.2 Linguistik sebagai Ilmu Sosial-Budaya.................................99
1.3 Metode dan Teknik Penelitian Linguistik....................................103
1.3.1 Metode Penelitian Linguistik..............................................103

1.3.1.1 Metode dan Teknik Penyediaan
Data Linguistik Singkronis......................................103

1.3.1.1.1 Metode Simak.......................................................103
1.3.1.1.2 Metode Cakap.......................................................104
1.3.1.1.2.1 Teknik Bawahan-Lesap......................................105
1.3.1.1.2.2 Teknik Bawahan-Ganti......................................106
1.3.1.1.2.3 Teknik Bawahan-Perluas....................................107
1.3.1.1.2.4 Teknik Lanjutan Bawahan-Sisip........................107
1.3.1.1.2.5 Teknik Lanjutan Bawahan-Balik.......................108
1.3.1.1.3 Metode Introspeksi................................................108
1.3.1.2 Metode dan Teknik Analisis

Data Linguistik Singkronis......................................109
1.3.1.2.1 Metode Padan Intralingual....................................109
1.3.1.2.2 Metode Padan Ekstralingual.................................110
1.3.1.3 Metode dan Teknik Penyajian

Hasil Analisis Data Linguistik Singkronis............... 111
2. Ringkasan...........................................................................................115
3. Latihan...............................................................................................116

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................119
GLOSARIUM........................................................................................121
INDEKS.................................................................................................129
LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................133
TENTANG PENULIS...........................................................................309

x Metode Penelitian

BAB I

PENGERTIAN DAN
RAGAM PENELITIAN

1. Uraian Materi
1.1 Pengertian Penelitian

Penelitian adalah usaha yang dilakukan untuk menemukan,
mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan berdasarkan
data dan fakta melalui sumber-sumber pengetahuan (pengalaman, tradisi,
metode otoritas, metode deduktif dan induktif, dan pendekatan ilmiah).
Usaha tersebut harus dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah,
antara lain, objektif, analitis, dan sistematis.

Kerlinger (dalam Mahsun 2005:2) mengemukakan bahwa penelitian
ilmiah adalah penelitian yang dilakukan secara sistematis, empiris, kritis,
dan terkontrol terhadap proposisi-proposisi hipotesis tentang hubungan
yang diperkirakan terdapat antargejala alam. Sistematis berarti penelitian
dilakukan dengan mengikuti pola-pola dan ketentuan-ketentuan atau
prosedur yang berlaku secara berencana, mulai dari tahap identifikasi
masalah sampai dengan penarikan kesimpulan. Terkontrol berarti setiap
aktivitas yang dilakukan dalam masing-masing tahap dapat dikendalikan
secara ajeg sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan. Empiris
berarti fenomena yang menjadi objek penelitian merupakan fenomena
yang benar-benar faktual. Kritis berarti jeli, cermat, dan tanggap terhadap
objek atau fenomena yang diteliti.

Pengertian dan Ragam Penelitian 1

Dalam pada itu,Yoseph danYoseph (dalam Sukardi 2004:3) mengatakan
bahwa penelitian adalah art and science guna mencari jawaban terhadap suatu
masalah, baik yang bersifat discovery (temuan yang sebelumnya memang
sudah ada) maupun invention (temuan yang betul-betul baru berdasarkan
fakta). Jadi, penelitian merupakan usaha yang dilakukan seseorang secara
sistematis dan metodologis (sesuai dengan prosedur yang berlaku dalam
bidang penelitian) dengan tujuan (1) memperoleh informasi baru, (2)
mengembangkan dan menjelaskan, dan (3) menerangkan, memprediksi, dan
mengontrol suatu ubahan (Sukardi, 2004).

Penelitian ilmiah bertitik tolak dari sikap ilmiah untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan. Sikap ilmiah tersebut dilakukan
dalam upaya sebagai berikut:
(1) menemukan sesuatu yang baru;
(2) mengembangkan ilmu pengetahuan;
(3) melakukan validasi dan ferivikasi terhadap teori terdahulu;
(4) menambah khazanah pengetahuan.

Secara ilmiah, seorang akademisi harus dapat menjelaskan sesuatu
secara jujur dengan menyandarkan kepada teori mengapa hal itu terjadi
seperti itu, dan bagaimana solusinya. Terkait dengan hal itu, kegiatan
penelitian dilakukan atas dasar sikap ilmiah yang positif, antara lain,
memiliki rasa ingin tahu yang kuat terhadap sesuatu dan bagaimana
sesuatu itu terjadi secara kausalitas.

1.2 Ragam Penelitian
1.2.1 Berdasarkan Tinjauan Bidang Keilmuan

Berdasarkan tinjauan bidang ilmu, ragam penelitian dibedakan atas
penelitian sains, penelitian sosial, penelitian humaniora, penelitian
kependidikan. Penelitian sains merupakan penelitian yang bertujuan
menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan
yang berkaitan dengan ilmu kealaman. Contohnya, akhir-akhir ini,

2 Metode Penelitian

khususnya di Aceh, produktsi pisang menurun drastis. Banyak tanaman
pisang yang mati saat mulai berbuah sehingga tidak dapat dipanen.
Fenomena penyakit tanaman pisang ini menjadi perhatian para peneliti
dengan menghubungkan antara penyakit yang menyerang tanaman pisang
dan gelombang elektromaknetik yang dipancarkan melalui tower-tower
pemancar sinyal telepon selular.

Penelitian sosial merupakan penelitian yang bertujuan menemukan,
mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang
berkenaan dengan hubungan, interaksi, atau perilaku antarmasyarakat.
Contohnya, di era teknologi informasi dewasa ini, terlihat perilaku remaja
banyak yang menyimpang dari nilai-nilai luhur. Fenomena miris tersebut
membangkitkan niat peneliti untuk melakukan penelitian berkaitan dengan
pengaruh teknologi informasi terhadap dekadensi moral para remaja.

Penelitian humaniora merupakan penelitian yang bertujuan
menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan
yang berkenaan dengan ilmu-ilmu kemasyarakatan, seperti ilmu hukum
dan ilmu bahasa (linguistik). Contohnya, berkaitan dengan bidang hukum,
banyak masyarakat yang melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai
dengan norma adat yang berlaku dalam masyarakat. Kenyataan ini
memicu keinginan peneliti melakukan penelitian untuk melihat penyebab
terjadinya ketidaksesuaian tersebut. Maka dilakukanlah suatu penelitian
tentang pemahaman suatu masyarakat terhadap perangkat hukum adat
yang berlaku di dalam komunitasnya. Kemudian, berkenaan dengan bidang
linguistik, adanya kekhasan bahasa yang digunakan di kota Banda Aceh
pascatsunami. Kekhasan tersebut, mungkin ada kaitannya dengan tingginya
mobilitas penduduk dari berbagai daerah dan mancanegara yang berbaur di
Banda Aceh pada masa rekonstruksi dan rehabilitasi. Solidaritas terhadap
korban tsunami dari beragam masyarakat tersebut telah mempengaruhi
pemakaian bahasa. Ahli bahasa merasa penting mengungkapkan fenomena
unik tersebut melalui sebuah penelitian tentang pencampuran bahasa dalam
komunitas masyarakat kota Banda Aceh yang heterogen.

Pengertian dan Ragam Penelitian 3

Penelitian kependidikan merupakan penelitian yang bertujuan
meneliti persoalan di bidang pendidikan, baik yang bersifat internal
(pendidik, peserta didik, kurikulum, manajemen sekolah, sarana
pendidikan) maupun yang bersifat eksternal (kebijakan pemerintah,
pelayanan pemerintah, sosial ekonomi masyarakat). Contohnya, sejak
2006, pemerintah telah mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk
program sertifikasi guru dalam rangka meningkatkan mutu guru yang
pada akhirnya juga dapat meningkatkan mutu pendidikan secara umum.
Kini, meskipun cukup banyak guru telah dinyatakan lulus sertifikasi atau
telah dinyatakan sebagai guru profesional, belum terlihat kemajuan yang
signifikan dalam bidang pendidikan. Prestasi siswa masih biasa-biasa saja.
Di berbagai daerah nilai ujian nasional siswa sangat rendah. Keadaan yang
tidak menguntungkan ini, menggerakkan keinginan para pakar pendidikan
melakukan penelitian berkaitan dengan dampak program sertifikasi guru
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa.

1.2.2 Berdasarkan Tinjauan Lokasi

Berdasarkan tinjauan mekanisme, ragam penelitian dibedakan atas
penelitian lapangan (field research), penelitian sains perpustakaan
(library research), penelitian sains laboratorium (laboratory research).
Penelitian lapangan (field research) merupakan penelitian yang
bertujuan memcahkan masalah-masalah praktis yang berkembang
dalam masyarakat. Contohnya, penelitian tentang arsitektur vernakuler.
Penelitian sains perpustakaan (library research) merupakan penelitian
yang bertujuan memperoleh data sekunder yang akan digunakan sebagai
landasan teoretis yang berkaitan dengan masalah yang penulis lakukan
dan relevan dengan masalah yang diteliti guna mendukung data-data yang
diperoleh selama penelitian dengan cara mempelajari buku-buku, literatur,
dan sumber lainnya. Penelitian sains laboratorium (laboratory research)
merupakan penelitian yang bertujuan mengumpulkan data, menganalisis,
mengadakan tes, serta memberikan interpretasi terhadap sejumlah data

4 Metode Penelitian

sehingga dapat digunakan untuk meramalkan gejala yang akan timbul.
Contohnya, penelitian tentang anatomi katak.

1.2.3 Berdasarkan Tinjauan Kemanfaatan

Berdasarkan tinjauan mekanisme, ragam penelitian dibedakan atas penelitian
dasar (fundamental research) dan penelitian terapan (applied research).
Penelitian dasar (fundamental research) merupakan penelitian yang bertujuan
memperluas ilmu dengan tanpa memikirkan pemanfaatan hasil penelitian
tersebut untuk manusia atau masyarakat. Contohnya, penelitian di bidang
Kedokteran untuk menemukan spesies baru. Para peneliti menggunakan
bioteknologi melakukan kloning dari binatang atau tumbuh-tumbuhan. Di
pihak lain, penelitian terapan (applied research) merupakan penelitian yang
bertujuan meneliti masalah yang signifikan dan hidup dalam masyarakat sekitar
yang hasil penelitiannya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, baik
secara individual maupun kelompok. Contohnya, survei terhadap konsumen
yang dilakukan oleh sebuah toko dan supermarket, penelitian tindakan tentang
alat-alat teknologi pertanian dan alat produksi dalam suatu perusahaan, dan
penelitian pendidikan yang berkaitan dengan bagaimana meningkatkan
keinginan belajar siswa, implementasi kurikulum, peningkatan kualitas, dsb.

Berkaitan dengan hal itu, Gay (dalam Sukardi 2004:13)
mengetengahkan bahwa berdasarkan tinjauan tujuan, penelitian
dibedakan atas penelitian dasar dan penelitian lanjut (applied research).
Penelitian dasar mempunyai tujuan perluasan ilmu dengan mengabaikan
kemanfaatan hasil penelitian tersebut secara langsung bagi manusia.
Sebaliknya, penelitian lanjutan dilakukan atas dasar permasalahan yang
signifikan yang terdapat dalam kehidupan agar dapat dirasakan secara
langsung manfaatnya oleh manusia.

1.2.4 Berdasarkan Tinjauan Mekanisme

Berdasarkan tinjauan mekanisme, ragam penelitian dibedakan atas penelitian
kualitatif (qualitative research), penelitian kuantitatif (quantative research),

Pengertian dan Ragam Penelitian 5

dan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian
kualitatif (qualitative research) merupakan penelitian yang bertujuan
mendeskripsikan suatu fenomena tanpa melalui prosedur statistik atau bentuk
hitungan lainnya. Contohnya, peneliti meneliti bagaimana pemakaian bahasa
Indonesia di sebuah desa terpencil dengan menggunakan metode tertentu.
Ketika hasil penelitian ditemukan, peneliti mendeskripsikan hasil penelitian
tersebut tanpa menggunakan perhitungan statistik. Penelitian kuantitatif
(quantative research) merupakan penelitian yang bertujuan mendeskripsikan
suatu fenomena melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.
Contohnya, peneliti ingin meneliti kemampuan menerjemahkan teks bahasa
Indonesia ke dalam teks bahasa Aceh oleh siswa sekolah A. Setelah dilakukan
penelitian dengan menggunakan metode tertentu, peneliti kemudian
menyajikan hasil penelitiannya tersebut dengan menggunakan perhitungan
statistik dan menyimpulkan kemampuan siswa juga dengan menggunakan
perhitungan statistik. Penelitian tindakan kelas (classroom action research)
merupakan penelitian yang bertujuan menemukan pemecahan permasalahan
yang dihadapi oleh guru sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Contohnya, dalam pembelajaran, guru menemukan siswa kurang aktif di
kelas. Siswa juga cenderung tidak pernah mengajukan pertanyaan dalam
pembelajaran, padahal guru sering memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya. Ketika melihat fenomena ini, guru memikirkan cara untuk
membuat siswa aktif di dalam kelas, aktif secara utuh. Berdasarkan fenomena
itu pula guru memfokuskan masalah pada bagaimana meningkatkan
partisipasi siswa dalam kelas. Dengan berpedoman pada masalah, guru
kemudian merancang suatu penelitian tindakan kelas.

1.2.5 Berdasarkan Tinjauan Tujuan

Berdasarkan tinjauan tujuan, ragam penelitian dibedakan atas penelitian
eksploratif (explorative research), penelitian pengembangan (development
research), penelitian verifikatif (verificative research), penelitian
kebijakan (policy research).

6 Metode Penelitian

Penelitian eksploratif (explorative research) merupakan penelitian
yang bertujuan menggali secara lebih dalam dan luas tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi suatu objek. Contohnya, di suatu daerah,
tiba-tiba secara massal terjangkit suatu wabah penyakit yang mematikan.
Kejadian tersebut dipandang sebagai sesuatu yang tidak lazim sehingga
mengundang perhatian para dokter untuk mengadakan penelitian secara
khusus guna mengungkap sebab terjangkitnya wabah penyakit yang
mematikan tersebut.

Penelitian pengembangan (development research) merupakan
penelitian yang bertujuan mengembangkan sesuatu ke arah yang lebih
baik, lebih sempurna. Berkaitan dengan itu, pada setiap lembaga, baik
lembaga pemerintah maupun lembaga nonpemerintah atau swasta terdapat
sebuah bidang yang berkaitan dengan tugas pengembangan ini. Bidang
tersebut lazimnya diberi nama Bidang Penelitian dan Pengembangan
(biasa disingkat litbang). Personalia atau karyawan yang terdapat di bagian
ini tugas pokok dan fungsinya adalah melaksanakan riset yang berkaitan
dengan pengembangan lembaga tersebut. Contohnya, untuk menjaga daya
saing terhadap suatu produk, sebuah perusahaan gadget terus melakukan
riset inovatif guna mencapai pembaruan dan peningkatan (up-date dan
up-grade) terhadap produk yang ditawarkannya. Pemaksimalan fitur-fitur
dan fungsi terus diupayakan demi menarik perhatian konsumen.

Penelitian verifikatif (verificative research) merupakan penelitian
yang bertujuan mengecek kebenaran hasil penelitian lain yang telah
dilaksanakan sebelumnya. Penelitian ini biasanya didasari atas keraguan
atau ketidakpuasan suatu pihak terhadap temuan suatu penelitian.
Contohnya, ada sebuah laporan penelitian yang menyampaikan simpulan
temuannya bahwa guru bersertifikat sudah profesional dalam melaksanakan
tugas keguruannya. Simpulan tersebut mengundang keraguan bagi
dosen Lembaga Pencetak Tenaga Kependidikan (LPTK) yang pernah
memeriksa portofolio atau memfasilitasi Pendidikan dan Latihan Profesi
Guru (PLPG). Untuk mengungkapkan keraguan terhadap hasil penelitian

Pengertian dan Ragam Penelitian 7

dimaksud, sebuah tim dosen LPTK tersebut melakukan penelitian
ulang terhadap objek yang sama, yaitu guru yang telah dinyatakan lulus
sertifikasi atau guru bersertifikat atau guru profesional.

Penelitian kebijakan (policy research) merupakan penelitian yang
bertujuan menemukan kebijakan yang tepat untuk diterapkan pada sesuatu.
Contohnya, sebuah lembaga pemerintah mengadakan beberapa upaya
untuk meningkatkan disiplin karyawan. Setelah ditemukan strategi yang
diperkirakan paling tepat, lembaga tersebut menyebarkan angket kepada
karyawan untuk menanyakan asal-usul guna mengefektifkan strategi yang
dimaksud. Hasil yang diperoleh dari pengolahan data angket digunakan
untuk menentukan kebijakan yang diambil oleh lembaga pemerintah
tersebut sebagai upaya meningkatkan disiplin karyawan.

1.2.6 Berdasarkan Tinjauan Pendekatan

Berdasarkan tinjauan pendekatan, ragam penelitian dibedakan atas penelitian
dengan pendekatan longitudinal (pendekatan bujur) dan penelitian dengan
pendekatan cross-sectional (pendekatan silang). Penelitian dengan pendekatan
longitudinal (pendekatan bujur) merupakan penelitian yang bertujuan
mempelajari pola dan urutan perkembangan dan/atau perubahan sesuatu
hal, sejalan dengan berlangsungnya perubahan waktu. Contohnya, apabila
seorang peneliti ingin mengetahui perkembangan kemampuan berpikir anak
sekolah dasar kelas I s.d. VI peneliti mencatat kemampuan berpikir anak
sejak kelas I. Berturut-turut setiap tahun perkembangan tersebut dicatat,
yaitu kelas I, II, III, IV, V, dan IV. Yang perlu diperhatikan dalam pencatatan
adalah memperhatikan kesamaan waktu pencatatan. Artinya, jika peneliti
melakukan pencatatan pertama pada bulan Juni, pencatatan berikutnya harus
dilakukan pada bulan yang sama. Di pihak lain, penelitian dengan pendekatan
longitudinal (pendekatan bujur) merupakan penelitian yang bertujuan meneliti
sesuatu tanpa menggunakan subjek yang sama. Contohnya, dalam waktu
bersamaan peneliti mengadakan pencatatan tentang perkembangan berpikir
anak sekolah dasar secara serentak, yaitu kelas I, II, III, IV, V, dan IV.

8 Metode Penelitian

1.2.7 Berdasarkan Tinjauan Kehadiran Variabel

Berdasarkan tinjauan kehadiran variabel, ragam penelitian dibedakan atas
penelitian deskriptif (descriptive research) dan penelitian eksperimen
(experiment research). Penelitian deskriptif (descriptive research)
merupakan penelitian yang bertujuan menggambarkan kegiatan penelitian
yang dilakukan pada objek tertentu secara jelas dan sistematis. Contohnya,
peneliti mengamati bahwa di kelurahan tempat mereka tinggal terdapat
banyak sekali anak kecil berjualan di terminal bis dan stasiun. Peneliti yang
kebetulan seorang guru bertanya dalam hati kapan anak-anak ini sekolah
karena menurut perkiraannya mereka masih dalam usia sekolah dasar.
Di dalam benak guru peneliti ini terdapat banyak pertanyaan mengenai
nasib anak-anak kecil yang disangka terpaksa berjualan seperti itu.
Informasi yang diperoleh dari penelitian ini barangkali dapat digunakan
untuk merancang pendirian sekolah dengan menggunakan pendekatan
nontradisional, misalnya belajar dengan modul. Di pihak lain, penelitian
eksperimen (experiment research) merupakan penelitian yang bertujuan
meneliti ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek
yang diteliti. Contohnya, peneliti ingin melihat akibat dari penggunaan
metode pemberian tugas untuk pelajaran Sejarah di kelas II/A SMP. Dalam
hal ini peneliti menentukan kelas II/B yang tidak diberikan tugas sebagai
kelompok pembanding. Pada akhir semester prestasi Sejarah anak-anak
di kedua kelas tersebut dibandingkan. Kalau ada perbedaan prestasi dari
kelompok itu, hal itu diperkirakan merupakan akibat dari pemberian tugas.

1.2.8 Berdasarkan Tinjauan Metode

Berdasarkan tinjauan metode, ragam penelitian dibedakan atas penelitian
historis (historical research), penelitian survei (survey research), penelitian
eksposfakto (ex-postfacto research), penelitian eksperimen (experiment
research), dan penelitian kuasi eksperimen (experiment quasy research).

Penelitian historis (historical research) merupakan penelitian yang
bertujuan menelaah data secara sistematik berkaitan dengan kejadian

Pengertian dan Ragam Penelitian 9

masa lalu untuk menguji hipotesis yang berhubungan dengan faktor-
faktor penyebab, pengaruh, atau perkembangan kejadian yang mungkin
membantu dengan memberikan informasi pada kejadian sekarang dan
mengantisipasi kejadian yang akan datang. Contohnya, studi mengenai
praktik “bawon” di daerah pedesaan di Jawa Tengah, yang bertujuan
memahami dasar-dasarnya di waktu yang lampau serta relevansinya untuk
waktu kini. Studi ini dimaksudkan juga untuk mengetes hipotesis bahwa
nilai-nilai sosial tertentu serta rasa solidaritas memainkan peranan penting
dalam berbagai kegiatan ekonomi pedesaan.

Penelitian survei (survey research) merupakan penelitian yang bertujuan
mendeskripsikan keadaan alami yang hidup saat itu, mengidentifikasi secara
terukur keadaan sekarang untuk dibandingkan, dan menentukan hubungan
sesuatu yang hidup di antara kejadian spesifik. Penelitian survei ini bukan
bertujuan untuk merumuskan teori, melainkan untuk mengumpulkan data.
Contohnya, penelitian terhadap ragam bahasa atau ragam dialek.

Penelitian eksposfakto (ex-postfacto research) merupakan penelitian
yang bertujuan melacak kembali faktor penyebab terjadinya variabel-
variabel, baik bebas maupun terikat, dengan menggunakan setting alamiah
Contohnya, banyak siswa yang berencana melakukan studi ke Amerika
TOEFL. Dari hasil tes ini kita dapat melihat hubungan skor siswa dengan
tes. Skor masing-masing siswa dapat dibandingkan dengan skor siswa
yang lain, di sini juga dapat dilihat apakah semua siswa yang memiliki
skor tinggi pada tes juga dimiliki oleh siswa lain. Berdasarkan kenyataan
tersebut, peneliti dapat melacak kembali penyebab semua siswa yang
memiliki skor tinggi setelah mengikuti tes. Penyebab tersebut dapat
dilacak dengan melihat kembali variabel-variabel yang telah ada, yaitu
skor yang diperoleh siswa.

Penelitian eksperimen (experiment research) merupakan penelitian
yang bertujuan meneliti ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang
dikenakan pada subjek yang diteliti. Contohnya, peneliti ingin melihat
akibat dari penggunaan metode pemberian tugas untuk pelajaran Sejarah

10 Metode Penelitian

di kelas II/A SMP. Dalam hal ini peneliti menentukan kelas II/B yang
tidak diberikan tugas sebagai kelompok pembanding. Pada akhir semester
prestasi Sejarah anak-anak di kedua kelas tersebut dibandingkan. Kalau
ada perbedaan prestasi dari kelompok itu, hal itu diperkirakan merupakan
akibat dari pemberian tugas.

Penelitian kuasi eksperimen (experiment quasy research) merupakan
penelitian yang bertujuan memperoleh informasi yang merupakan
perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang
sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol
dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Penelitian ini
banyak digunakan dalam bidang ilmu pendidikan dengan subjek yang
diteliti adalah manusia yang tidak boleh dibedakan antara satu dan yang
lain, seperti mendapat perlakuan karena berlaku sebagai grup kontrol.
Contohnya, pada suatu sekolah semua siswa di kelas A dipilih sebagai grup
treatment, sedangkan seluruh murid kelas B di sekolah yang lain menjadi
grup kontrol. Dengan cara ini jika ada perlakuan yang membedakan, tidak
dampak dan diketahui oleh subjek yang bersangkutan.

1.3 Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fokus penelitian ini adalah persoalan di bidang pendidikan atau
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, baik yang bersifat internal
(pendidik, peserta didik, kurikulum, manajemen sekolah, sarana
pendidikan) maupun yang bersifat eksternal (kebijakan pemerintah
dan pelayanan). Penelitian pembelajaran yang bersifat internal dapat
dibedakan atas penelitian pembelajaran yang bersifat umum dan penelitian
pembelajaran yang bersifat khusus (Penelitian Tindakan Kelas [PTK]).

Selain fokus pada bidang pendidikan atau pembelajaran bahasa
dan sastra Indonesia, penelitian ini juga fokus pada penelitian linguistik,
baik linguistik murni maupun linguistik terapan, dan penelitian sastra. Di
samping itu, penelitian ini juga fokus kepada penelitian kebijakan yang
berkaitan dengan pendidikan.

Pengertian dan Ragam Penelitian 11

Karena memiliki karakter yang berbeda-beda, prosedur masing-
masing penelitian ini juga berbeda-beda. Akan tetapi, perbedaan tersebut
tidak mencolok. Secara umum prosedurnya sama. Perbedaan yang
signifikan terlihat pada metode yang digunakan. Metode penelitian
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia umum berbeda dengan
PTK dan penelitian linguistik murni berbeda dengan penelitian sastra.
Demikian juga dengan penelitian kebijakan. Berkaitan dengan latar
belakang masalah, rumusan masalah, dan rumusan tujuan umumnya sama.
Berkaitan dengan perbedaan masing-masing prosedur penelitian ini, agar
lebih jelas, cermati contoh-contoh proposal pendidikan bahasa dan sastra
Indonesia yang terdapat pada bagian lampiran modul ini!

2. Ringkasan

Penelitian adalah usaha yang dilakukan untuk menemukan,
mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan berdasarkan
data dan fakta melalui sumber-sumber pengetahuan yang dilakukan dengan
menggunakan metode ilmiah. Berdasarkan tinjauan bidang keilmuan
ragam penelitian dibedakan atas penelitian sains, penelitian sosial,
penelitian humaniora, dan penelitian kependidikan; berdasarkan tinjauan
lokasi ragam penelitian dibedakan atas penelitian lapangan (field research),
penelitian sains perpustakaan (library research), dan penelitian sains
laboratorium (laboratory research); berdasarkan tinjauan kemanfaatan
ragam penelitian dibedakan atas penelitian dasar (fundamental research)
dan penelitian terapan (applied research); berdasarkan tinjauan mekanisme
ragam penelitian dibedakan atas penelitian kualitatif (qualitative research),
penelitian kuantitatif (quantative research), dan penelitian tindakan kelas
(classroom action research); berdasarkan tinjauan tujuan ragam penelitian
dibedakan atas penelitian eksfloratif (explorative research), penelitian
pengembangan (development research), penelitian verifikatif (verivicative
research), dan penelitian kebijakan (policy research); berdasarkan
tinjauan pendekatan ragam penelitian dibedakan atas penelitian dengan

12 Metode Penelitian

pendekatan longitudinal (pendekatan bujur) dan penelitian dengan
pendekatan cross-sectional (pendekatan silang); berdasarkan tinjauan
kehadiran variabel ragam penelitian dibedakan atas penelitian deskriptif
(descriptive research) dan penelitian eksperimen (experiment research);
berdasarkan tinjauan metode ragam penelitian dibedakan atas penelitian
deskriptif (descriptive research),penelitian historis (historical research),
penelitian survei (survey research), penelitian eksposfakto (ex-postfacto
research), penelitian eksperimen (experiment research), dan penelitian
kuasi eksperimen (experiment quasy research).

3. Latihan

Pilih beberapa ragam penelitian yang mungkin dapat diterapkan untuk
penelitian pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, dan kemukakan
alasannya!

Pengertian dan Ragam Penelitian 13

14 Metode Penelitian

BAB II

MEKANISME PENELITIAN

1. Uraian Materi
1.1 Pengertian Mekanisme Penelitian

Mekanisme penelitian di sini mengacu kepada langkah-langkah yang
ditempuh oleh peneliti sebelum melaksanakan penelitian. Langkah-
langkah tersebut biasanya dipahami sebagai desain penelitian utuh yang
menggambarkan cara kerja yang logis dan sistematis. Dengan perkataan lain,
mekanisme penelitian merupakan gambaran keseluruhan rencana, proses, dan
hasil penelitian yang diprediksikan yang biasanya tercermin dalam sebuah
usul penelitian. Mekanisme penelitian ilmiah beragam. Hal tersebut sesuai
dengan karakteristik ilmu dan data yang menjadi fokus penelitian. Meskipun
demikian, secara umum mekanisme penelitian ilmiah itu relatif sama.

1.2 Identifikasi Masalah

Seorang yang berencana melakukan suatu penelitian, langkah pertama
yang harus dilakukannya adalah merancang proposal penelitian. Dalam
proposal penelitian tergambar secara jelas rencana, proses, dan prediksi
hasil yang hendak dicapai. Dapat dikatakan bahwa tidak ada pelaksanaan
dan hasil penelitian tanpa proposal penelitian. Jadi, mempersiapkan
rancangan penelitian dalam wujud proposal atau usul penelitian merupakan
langkah utama dalam prosedur penelitian.

Mekanisme Penelitian 15

Terkait dengan penyusunan proposal penelitian, langkan pertama
yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi masalah. Identifikasi
masalah merupakan proses mengkaji, mengenali, menentukan, dan
menetapkan masalah yang akan menjadi proyek penelitian. Dapat
dikatakan juga bahwa tidak ada penelitian tanpa adanya masalah. Titik
tolak penelitian adalah masalah. Penelitian dapat diartikan sebagai media
untuk mengungkapkan masalah.

Mengidentifikasi masalah penelitian tidak mudah. Umumnya
peneliti berpendapat bahwa mengidentifikasi masalah merupakan langkah
yang paling pelik dari keseruruhan proses penelitian. Kepelikan tersebut,
antara lain, akibat dari kurangnya wawasan, baik secara teori maupun
pengalaman lapangan. Untuk itu dibutuhkan skemata, pengalaman, atau
wawasan yang luas yang berkaitan dengan topik yang menjadi masalah.
Tidak semua masalah dapat dikatakan dan dapat menjadi masalah
penelitian. Masalah penelitian merupakan masalah-masalah yang
layak diteliti karena pertimbangan keilmuan, yaitu masalah yang dapat
menghasilkan penyelesaian yang bermanfaat dalam mengatasi kesulitan.

Berdasarkan pengalaman selama ini, terkesan bahwa mahasiswa
yang hendak mempersiapkan proposal penelitian bingung, bahkan tidak
mengerti apa itu masalah. Ketika berjumpa dengan temannya dia berkata,
“Saya belum ada judul, tolong berikan saya satu atau beberapa alternatif
judul”. Demikian juga jika berkonsultasi dengan dosen wali, “Pak, apa
judul yang harus saya teliti, bagimana dengan judul ini”, dan sebagainya.
Pengalaman tersebut membuktikan bahwa mahasiswa yang hendak
melakukan penelitian sebagai syarat memperoleh gelar sarjana tidak
mengerti hakikat masalah. Yang ada di benaknya selalu judul. Seakan-
akan judul itu adalah masalah, atau masalah identik dengan judul.

Terkait dengan hal ini, perlu diluruskan terlebih dahulu tiga konsep
yang sering tumpang tindih dipahami, yaitu tema, topik, dan judul. Ketiga
istilah tersebut memiliki pengertian konsep yang berbeda. Tema adalah
kesan menyeluruh dari sebuah konteks atau wacana. Topik adalah pokok

16 Metode Penelitian

pembicaraan. Judul adalah titel atau nama untuk sebuah teks atau konteks.
Pemaknaan ketiga istilah tersebut bersifat relatif, bergantung kepada sudut
pandang yang dilakukan. Sebagai contoh, jika kita melihat perdamaian
adalah sebuah tema, pertandingan sepak bola antarkecamatan adalah
topik, dan membina silaturrahmi dan kekompakan pemuda antarkecamatan
melalui pertandingan sepak bola adalah judul.

Pada hakikatnya yang disebut masalah adalah sesuatu yang bertolak
belakang atau yang bertentangan dengan teori. Dapat juga dikatakan bahwa
masalah merupakan suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Berkaitan dengan hal ini, Dewey dan Kerlinger (dalam Syamsuddin
dan Vismaia S. Damayanti, 2006:42) memberikan pengertian masalah
penelitian, antara lain, adalah sebagai berikut:
(1) Masalah dapat berupa kesenjangan (discrepancy) antara sesuatu yang

diharapkan dan kenyataan yang ada.
(2) Masalah secara faktual dapat berupa kesulitan yang dirasakan oleh

orang, baik orang awam maupun peneliti.
(3) Masalah adalah sesuatu yang dijadikan target yang telah ditetapkan

oleh peneliti, tetapi target tersebut tidak tercapai.

Agar lebih konkret berkaitan dengan pemahaman hakikat masalah,
berikut disajikan sekilas ilustrasi. Sekolah A memiliki fasilitas yang
memadai; cukup tersedia guru yang profesional, cukup tersedia media dan
alat pembelajaran, cukup tersedia koleksi perpustakaan (buku paket, buku
bacaan, dan buku referensi), dan sarana dan prasarana penunjang lainnya.
Pengaruh ketersediaan fasilitas yang memadai tersebut adalah prestasi belajar
siswa sekolah tersebut setiap tahun berada pada kategori sangat baik. Di pihak
lain, sekolah B memiliki fasilitas yang juga memadai; cukup tersedia guru
yang profesional, cukup tersedia media dan alat pembelajaran, cukup tersedia
koleksi perpustakaan (buku paket, buku bacaan, dan buku referensi), dan
sarana dan prasarana penunjang lainnya. Akan tetapi, prestasi belajar siswa
sekolah tersebut setiap tahun berada pada kategori tidak baik.

Mekanisme Penelitian 17

Berdasarkan ilustrasi tersebut dapat dikatakan bahwa yang
bermasalah adalah sekolah B. Sekolah A tidak ada masalah karena
memang sudah sesuai dengan teori; tidak ada kesenjangan antara harapan
dan kenyataan. Sekolah A tidak perlu diteliti karena tidak ada masalah.
Sekolah B perlu diteliti, mengapa dan bagaimana hal itu bisa terjadi.

Ilustrasi lain, balita A, anak seorang pengusaha yang biasa disebut
konglomerat, terbukti secara klinis menderita penyakit busung lapar atau
gizi buruk. Di pihak lain, balita B, anak seorang pemulung yang hidupnya
selalu melarat, juga didera oleh penyakit yang sama. Dalam ilustrasi
ini masalah terdapat pada balita A karena tidak sesuai dengan teori.
Berdasarkan teori, balita seorang kongkomerat pasti terpenuhi kebutuhan
gizinya secara maksimal setiap hari. Teorinya lebih kurang sebagai
berikut, seorang balita, jika ke dalam tubuhnya terasupi makanan bergizi
(empat sehat lima sempurna) setiap hari, balita tersebut memperoleh
pertumbuhan dan perkembangan yang baik.

Ada beberapa kriteri yang perlu diperhatikan dalam menentukan
masalah penelitian. Kriteria dimasud adalah sebagai berikut:
(1) Masalah tersebut layak, urgen, aktual, dan memungkinkan diteliti.
(2) Masalah tersebut diminati, disenangi, dan sangat menarik perhatian

peneliti.
(3) Masalah tersebut fokus dan dikuasai oleh peneliti.

1.3 Latar Belakang Masalah

Dalam bagian latar belakang masalah harus tecermin fenomena
kesenjangan antara harapan dan kenyataan, baik kesenjangan teoretis
maupun kesenjangan praktis yang melatarbelakangi masalah yang diteliti.
Secara konkret hal-hal yang perlu dikemukakan dalam bagian latar belakang
adalah jawaban atas pertanyaan berikut: (1) apa yang melatarbelakangi
peneliti meneliti masalah tersebut, (2) bagaimana fenomena atau realitas
yang ada tentang masalah tersebut, (3) mengapa peneliti tertarik meneliti
masalah tersebut, (4) bagaimana pandangan para ahli (teori) sehubungan

18 Metode Penelitian

dengan masalah tersebut atau telaah pustaka atau komentar mengenai hasil

penelitian yang telah ada dan bagaimana keterkaitanya dengan masalah

yang akan diteliti, (5) bagaimana pandangan peneliti sehubungan dengan

masalah tersebut atau penalaran pentingnya pengungkapan masalah yang

mendorong pemilihan masalah, dan (6) apa tujuan dan manfaat, baik

teoretis maupun praktis, dari hasil penelitian tersebut. Untuk memperoleh

gambaran yang lengkap berkaitan dengan latar belakang masalah, berikut

disajikan secara utuh contoh latar belakang.

UNGKAPAN BERMEDIA BINATANG
DALAM BAHASAACEH

1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa Aceh (selanjutnya disingkat BA) merupakan salah satu bahasa
daerah di ProvinsiAceh. Bahasa ini digunakan secara aktif sebagai sarana
komunikasi antarwarga masyarakat Aceh. Sebagaimana bahasa-bahasa
lain di dunia ini, BA mempunyai keunikan-keunikan tertentu. Salah satu
keunikannya adalah BA mempunyai khazanah ungkapan yang unik bila
dibandingkan dengan ungkapan bahasa-bahasa lain.

Dalam BA, sebagai penguat makna komunikasi tentang suatu
konteks sering digunakan ungkapan, terutama ungkapan-ungkapan yang
yang disandarkan tamsilannya pada berbagai referen, seperti benda-
benda, manusia, dan binatang. Ungkapan-ungkapan tersebut umumnya
digunakan untuk memdeskripsikan perangai atau tindakan seseorang
yang dipandang negatif, yang harus dijauhkan.

Dalam ungkapan BA, penggunaan simbol-simbol verbal yang
disandarkan tamsilannya pada referen binatang dimaksudkan untuk
memperlancar komunikasi, memperkuat makna suatu konteks. Tanpa
menggunakan bentuk-bentuk tersebut rasanya akan mengurangi
kelancaran komunikasi. Sebagai contoh, seseorang yang berbicara
mengenai profesional dan proporsional dalam bekerja tidak lupa
menambahkan sebuah ungkapan untuk memperkuat tentang apa yang
telah dikemukakannnya. Ungkapan tersebut adalah, “Geutanyo bek
lagee bue drop daruet!”Artinya, ‘Kita jangan seperti monyet menangkap
belalang’. Maksudnya, dalam konteks kehidupan terdapat manusia yang
ditamsilkan seperti ini, yaitu orang yang serakah atau tamak terhadap
sesuatu materi. Yang sudah ada belum sempat ia nikmati, yang lain terus

Mekanisme Penelitian 19

dicari bahkan dengan cara-cara yang salah. Satu urusan belum sempat ia
kerjakan pekerjaan lain ia tangani. Ungkapan ini ditujukan kepada orang
yang tidak fokus terhadap suatu pekerjaan; banyak pekerjaan ditangani,
namun satu pun tak ada yang beres dikerjakan. Ibarat monyet yang sedang
menagkap belalang, ditangkapnya satu belalang, dijepitnya di ketiak kiri;
lalu ditangkapnya belalang kedua, dijepitnya di ketiah kanan; kemudian
ditangkapnya lagi belalang ketiga dengan tangan kiri sehingga belalang
pertama lepas, dan seterusnya. Monyet tersebut tetap lapar tanpa dapat
memakan seekor belalang pun, padahal jika satu dapat satu dimakan,
monyet tersebut sudah kenyang.

Berdasarkan teori memetik dan sosiolinguistik, bahasa (dan sastra)
mencerminkan masyarakatnya. Karakter, tabiat, perangai, dan prototipe
suatu bangsa, antara lain, dapat ditelusuri melalui rekaman kebahasan
atau kesastraan yang dimiliki bangsa tersebut. Rekaman tersebut
merupakan kristalan pengalaman yang terjadi secara berulang-ulang
sehingga terformulasi dalam rangkaian kata, frasa, klausa, atau kalimat
yang secara bentuk dan makna mengikat sebuah gagasan yang memiliki
nuansa makna yang sangat kuat. Rangkaian kata, frasa, klausa, atau
kalimat yang sarat akan makna itu, antara lain, disebut ungkapan.

Secara leksikal, ungkapan dapat diartikan sebagai rangkaian simbol-
simbol verbal untuk merujuk kepada pendeskripsian, penganalogian, dan
pengumpamaan suatu karakter, tabiat, perangai, dan prototipe manusia.
Fungsinya adalah sebagai penguat nilai rasa komunikasi dalam suatu
wacana, baik wacana lisan maupun wacana tulis.

Dalam masyarakat Aceh, para penyampai pesan, baik lisan
maupun tulisan sering membumbui pesan-pesannya itu dengan
berbagai ungkapan yang sesuai dengan konteks pembicaraan.
Tujuannya tidak lain adalah untuk memantapkan pemahaman
tentang apa yang disampaikannya. Sebagai penguat rasa atau makna
komunikasi tentang suatu konteks sering digunakan ungkapan yang
relevan, sebagai “bumbu penyedap”, terutama ungkapan-ungkapan
yang disandarkan tamsilannya pada berbagai referen, seperti
binatang, manusia, dan benda-benda alam lainnya. Ungkapan-
ungkapan tersebut umumnya digunakan untuk mendeskripsikan,
menganalogikan, dan mengumpamakan karakter, tabiat, perangai,
dan prototipe atau tindakan seseorang yang dipandang positif yang
harus dianut, atau yang dipandang negatif yang harus dijauhkan.

Dalam tradisi komunikasi masyarakat Aceh penggunaan
simbol-simbol verbal yang tamsilannya disandarkan pada referen

20 Metode Penelitian

binatang dimaksudkan untuk mempertegas dan memperkuat makna
komunikasi. Beberapa ungkapan dapat disebutkan sebagai berikut:
lagè tareupah aneuk jôk bak abah bui, lagè keuleudèe, lagè keubiri
jikap lé asèe, lagè bue drop daruet, lagè bieng bak abah bubèe, lagè
bacé, lagè mie prèh panggang, lagè mie keueueng, lagè mie teukoh
iku, lagè mie ngön tikôh, lagè mie pajôh aneuk, dan mie agam.
Dalam ungkapan tersebut, unsur kata nama binatang dikombinasi
dengan unsur-unsur kata lain. Di pihak lain, ada juga yang tidak
dikombinasikan dengan unsur kata lain, misalnya bui, leumo,
keuleudèe, uleue, buya, tikoh, dan mie. Masing-masing ungkapan
tersebut memiliki makna berbeda. Ungkapan-ungkapan tersebut
umumnya digunakan untuk mendeskripsikan, menganalogikan,
dan mengumpamakan karakter, tabiat, perangai, dan prototipe atau
tindakan seseorang yang dipandang negatif yang harus dijauhkan.

Jika kita perhatikan secara cermat, ada kecendrerungan bahwa orang
Aceh agak ekstrim dalam hal penggunaan diksi dalam ungkapannya,
yakni binatang, sebagaimana terlihat dalam contoh di atas. Binatang
yang yang dirujuk pun cederung kepada binatang-binatang yang kurang
bersahabat dengan manusia. Ungkapan-ungkapan tersebut dapat bersifat
multitafsir, sesuai dengan konteks pemakaiannya. Artinya, penjabaran
tafsiran maknanya dapat dirujuk kepada apa atau siapa saja yang sesuai.
Kepada yang disebut uleue atau lhan ‘ular’, bisa bermakna yang suka
menelan sesuatu yang besar-besar yang bukan miliknya. Hal ini biasa
ditujukan kepada para koruptor dan sejenisnya. Di pihak lain, kepada
yang suka kepada sesuatu secara berlebihan atau di luar kewajaran
juga bisa disebut uleue, seperti that uleue-ih keu inöng ‘sangat doyan
ia kepada perempuan’. Cermati beberapa pemakaian ungkapan tersebut
dalam konteks berikut!

Konteks 1:
lagè tareupah aneuk jôk bak abah bui ‘seperti merebut kolangkaling di
mulut babi’

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang sangat kikir. Dalam
konteks kehidupan terdapat manusia yang ditamsilkan seperti ini,
yaitu yang memiliki sifat negatif sangat kikir. Ibarat buah kolangkaling
yang berada di mulut babi, mustahil buah tersebut dapat diambil
karena kolangkaling merupakan makanan kesukaan babi, tak mungkin
dilepaskannya. Apa yang telah berada dalam genggamannya sangat

Mekanisme Penelitian 21

sulit dilepaskannya. Apa yang dimilikinya sangat berat dibagikan untuk
orang lain. Dari orang seperti ini sangat sulit permintaan kita terkabul.

Konteks 2:
lagè keuleudèe ‘seperti keledai’

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang sangat bodoh. Orang
yang selalu terperosok pada kesalahan yang sama; orang-orang yang
tidak pernah atau tidak mau peduli dengan suatu kebenaran, dan
sebagainya. Keledai adalah binatang yang jelek, pendek, lambat, dan
bodoh. Binatang ini, meskipun berpostur kecil, ia rela menanggung
beban berat majikannya. Meskipun sering dipecut karena salah jalan, ia
tetap berjalan, tak ada aksi protes darinya, tak ada tindakan bantahan
padanya. Dia hanya mengeluarkan suara jika lapar dan ingin kawin.
Dalam konteks kehidupan terdapat manusia yang berwatak seperti
binatang lemot ini. Orang seperti ini tidak pernah cerdas dengan berbagai
pelajaran. Dia kerap terjerembab pada kesalahan yang sama. Di sisi lain,
orang seperti ini juga hanya mau bersuara jika ada kepentingan yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan perut dan syahwatnya. Jika
tidak, ia akan diam seribu bahasa. Makanya, dikatakan bahwa sejelek-
jelek suara adalah suara keledai. Jadi, orang yang mengeluarkan suara
demi makan dan birahi tidak lebih dari seekor keledai.

Konteks 3:
lagè keubiri jikap lé asèe ‘seperti domba dimangsa anjing’

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang pasrah dengan
penganiayaan yang menimpa dirinya. Dalam konteks kehidupan
terdapat manusia yang ditamsilkan seperti binatang ini, yaitu cuek
atas kemungkaran yang terjadi di depan matanya; pasrah atas
penganiayaan yang menimpa dirinya; tak berani memperjuangkan atau
mempertahankan hak-haknya; dan sebagainya. Ibarat seekor domba
yang diburu oleh anjing di sebuah savana, tanpa perlawanan sang
domba langsung terpojok, takluk, dan membiarkan tubuhnya dimangsa,
dicabik-cabik anjing sampai akhirnya sang domba mati. Berbeda dengan
tabiat kambing misalnya, yang berontak sekuat tenaga jika mengalami
nasib yang sama seperti domba meskipun akhirnya sang kambing juga
menemukan ajalnya tersebab keberingasan anjing. Matinya domba
termasuk mati konyol, sedangkan matinya kambing tergolong “mati

22 Metode Penelitian

syahid”. Orang-orang yang berjiwa seperti ini dipandang sangat hina;
seperti binatang digigit oleh binatang bernajis.

Konteks 4:
lagè mie prèh panggang ‘seperti kucing menunggui panggang’

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang malas. Dalam konteks
kehidupan terdapat orang yang bermental seperti kucing ini. Orang
yang bermental seperti binatang jinak ini malas bekerja; suka berpangku
tangan. Untuk memenuhi kebutuhannya, ia selalu berharap belas kasihan
orang lain atau jika memungkinkan dia mengambil sesuatu tanpa seizin
pemiliknya atau mencuri. Ibarat seekor kucing yang dengan sabar
menemani majikannya menunggui ikan saat dipanggang. Dia berharap
ada bagian yang akan disodorkan kepadanya atau jika majikannya lalai,
panggang tersebut pun dibawanya lari.

Konteks 5:
lagè bue drop daruet ‘seperti kera menangkap belalang’

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang tidak fokus terhadap
suatu pekerjaan; banyak pekerjaan ditangani, namun satu pun tak ada
yang beres dikerjakan. Dalam konteks kehidupan terdapat manusia yang
ditamsilkan seperti binatang primata ini, yaitu orang yang serakah atau
tamak terhadap materi. Yang sudah ada belum sempat ia nikmati, yang
lain terus diburu, bahkan dengan cara-cara yang dalim. Satu urusan belum
sempat ia kerjakan, pekerjaan lain ia tangani. Ibarat kera yang sedang
menangkap belalang, ditangkapnya satu belalang, dijepitnya di ketiak kiri;
lalu ditangkapnya belalang kedua, dijepitnya di ketiak kanan; kemudian
ditangkapnya lagi belalang ketiga dengan tangan kiri sehingga belalang
pertama lepas, dan seterusnya. Kera tersebut tetap lapar tanpa dapat
memakan seekor belalang pun, padahal jika satu dapat satu dimakan, kera
tersebut sudah kenyang.

Konteks 6:
Hanjeuet na mie agam la-én ‘tidak boleh ada kucing jantan lain’.

Ungkapan ini ditujukan kepada orang yang tidak senang jika dirinya
lebih rendah daripada orang lain. Dalam konteks kehidupan banyak
terdapat manusia yang bermental seperti kucing jantan ini. Dalam suatu

Mekanisme Penelitian 23

komunitas, orang seperti ini suka berlaku otoriter, arogan, premanisme,
egois, dsb. Dia tidak rela orang lain maju; berprestasi, apalagi jika
mengganggu posisi atau popularitasnya. Baginya, tidak boleh ada
orang lain yang berpotensi menyainginya. Ibarat seekor kuncing
jantan yang ”menguasai” suatu wilayah, tidak mengizinkan kucing-
kucing jantan wilayah lain “mencumbui” kucing betina yang ada di
“wilayah kekuasaannya”, atau seekor kuncing jantan yang memangsa
anaknya (mie pajôh aneuk) karena dikhawatirkan kelak anaknya itu
akan mengganggu eksistensinya. Orang yang berprototipe seperti ini,
perbuatan, sikap, dan perkataannya cenderung egois, otoriter, memaksa
kehendak, dan mempertahankan status quonya terhadap sesuatu. Itulah
manusia atau golongan manusia yang terlalu berkuasa atas manusia
atau golongan manusia lain. Dalam kenyataan kehidupan, sikap otoriter,
arogansi, dan egoisme seseorang atau sekelompok orang atas seseorang
atau sekelompok orang lainnya acap dipertontonkan secara terang-
terangan kepada khalayak. Sepertinya sikap tersebut telah berterima
dalam komunitas masyarakat kita, padahal perangai tersebut sangat
bertentangan dengan ruh ajaran agama mama pun, lebih-lebih dalam
ajaran Islam. Janganlah merasa diri sebagai orang yang paling benar,
paling pintar, paling mampu, paling berkuasa, dsb. Hargai dan berilah
kesempatan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
kapasitas dan otoritas yang dimilikinya.

Berdasarkan beberapa konteks tersebut, terlihat bahwa ada
kecenderungan orang Aceh memosisikan orang-orang yang memiliki
moraltercelasetaradenganbinatang.Jenisbinatangyangdirepresentasikan
sesuai dengan tingkat tabiat atau sifat cela yang dimiliki manusia tersebut.
Berdasarkan keterangan-keterangan yang telah dikemukakan di atas,
tampaknya topik ini menarik untuk dikaji lebih lanjut sehingga fenomena
tersebut dapat diungkapkan secara konkret. Selain itu, tentang ungkapan
bermedia binatang BA, setahu penulis, belum ada yang melakukan
penelitian secara khusus. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
bermaksud melakukan penelitian tentang hal itu.

1.4 Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan upaya menyatakan secara kongkret

pertanyaan-pertanyaan penelitian terkait dengan substansi atau ruang

lingkup masalah yang akan diteliti. Rumusan masalah diredaksikan

secara singkat, jelas, dan fokus dengan kalimat pertanyaan atau kalimat

24 Metode Penelitian

pernyataan. Rumusan masalah yang baik menampakkan variabel-variabel
yang diteliti, jenis atau sifat hubungan antarvariabel-variabel tersebut.
Selain itu, rumusan masalah hendaknya dapat diuji secara empiris.
Artinya, memungkinkan terkumpulkannya data untuk mendapat jawaban
atas pertanyaan penelitian yang diajukan. Masalah hendaknya dirumuskan
serinci mungkin. Agar lebih jelas menyangkut dengan perumusan masalah,
berikut disajikan contoh rumusan masalah.

2. Rumusan Masalah
Berasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
(1) Bagaimana makna, maksud, dan amanat yang terkandung dalam

ungkapan bermedia binatang dalam BA?
(2) Bagaimana pemakaian ungkapan bermedia binatang BA dalam

konteks pemakaian bahasa masyarakat Aceh?

1.5 Perumusan Tujuan

Tujuan penelitian pada hakikatnya merupakan jawaban yang hendak
diperoleh atas pertanyaan penelitian (rumusan masalah). Untuk itu, tujuan
penelitian harus singkron dengan rumusan masalah. Tujuan penelitian
dapat dinyatakan secara umum dan secara khusus. Sebagaimana masalah,
agar dapat terkendali secara baik, tujuan penelitian pun harus dirumuskan
secara kongkret satu per satu sesuai dengan substansi masalah. Dengan
perkataan lain, jika rumusan masalah dirincikan sebanyak dua poin,
rumusan tujuan pun harus dirincikan sebanyak dua poin. Agar lebih jelas
menyangkut dengan perumusan tujuan, berikut disajikan contoh rumusan
tujuan (bandingkan dengan rumusan masalah!).

Mekanisme Penelitian 25

3. Tujuan Penelitian
Berasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut:
(1) mendeskripsikan makna, maksud, dan amanat yang terkandung dalam

ungkapan bermedia binatang dalam BA;
(2) mendeskripsikan pemakaian ungkapan bermedia binatang BA dalam

konteks pemakaian bahasa masyarakat Aceh.

1.6 Perumusan Anggapan Dasar dan Hipotesis

Anggapan dasar adalah suatu starting point pemikiran yang kebenarannya
secara teoretis dapat diterima. Arikunto (1998) menyatakan bahwa
anggapan dasar merupakan asumsi yang kuat tentang kedudukan
permasalahan penelitian, dan merupakan landasan teori dalam laporan
hasil penelitian. Dapat dikatakan bahwa anggapan dasar merupakan
teori yang tingkat kebenarannya sudah teruji secara empiris. Sebagai
contoh, seorang balita, jika ke dalam tubuhnya terasupi makanan bergizi
(empat sehat lima sempurna) setiap hari, balita tersebut memperoleh
pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Pernyataan tersebut sesuai
dengan teori, tidak terbantahkan. Hal tersebut merupakan hasil penelitian
yang telah menjadi suatu teori dalam bidang ilmu kesehatan.

Penelitian ilmiah menghendaki adanya anggapan dasar. Untuk
dapat menetapkan anggapan dasar yang sesuai dengan subsatansi
masalah penelitian tidak mudah. Untuk itu dibutuhkan suatu pemikiran,
kontemplasi, dan analisis yang mendalam terhadap substansi masalah.
Selain itu, peneliti dituntut menguasai dengan sesungguhnya subsatansi
masalah penelitian. Peneliti harus memiliki wawasan luas yang berkaitan
dengan topik yang digarap. Untuk itu, sebelum melalukan penelitian
yang sesungguhnya peneliti perlu melakukan studi pustaka atau studi
pendahuluan terhadap topik yang akan diteliti.

Ada beberapa pertimbangan mengapa dalam penelitian perlu
dirumuskan secara jelas anggapan dasar. Pertimbangan tersebut adalah
sebagai berikut: (1) agar ada dasar berpijak yang kokoh terhadap

26 Metode Penelitian

masalah yang diteliti, (2) untuk mempertegas variabel yang menjadi
fokus penelitian, dan (3) guna menentukan dan merumuskan hipotesis
(Arikunto, 1998).

Selain memerlukan anggapan dasar sebagai landasan pijak, penelitian
juga memerlukan hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap pertanyaan penelitian sebelum penelitian tersebut dilakukan.
Jawaban yang sesungguhnya akan terjawab dan terbukti setelah dilakukan
penelitian. Berkaitan dengan hal ini, perlu ditegaskan bahwa peneliti jangan
terjebak dengan hipotesis yang telah dirumuskannya. Artinya, peneliti jangan
sampai mengarahkan proses penelitian agar hipotesis yang telah diajukannya
dapat terbukti. Jika hal ini terjadi, berarti peneliti telah mengesampingkan
etika penelitian; tidak objektif; tidak jujur. Apa dan bagaimana pun hasil
penelitian harus dapat diterima sebagai suatu kebenaran. Jadi, ditolak atau
diterima hipotesis bukan merupakan persoalan.

Dalam pada itu, tidak semua penelitian memerlukan rumusan
anggapan dasar dan hipotesis. Anggapan dasar dan hipotesis biasanya
digunakan untuk penelitian kualitatif, seperti penelitian pendidikan atau
PTK, penelitian, penelitian differencies, penelitian relationship, penelitian
kasus, dan penelitian komparatif. Penelitian eksploratif, penelitian survei,
dan penelitian developmen biasanya tidak perlu anggapan dasar dan
hipotesis (Arikunto, 1998). Untuk penelitian linguistik pun anggapan
dasar dan hipotesis tidak perlu dicantumkan karena penelitian linguistik
bersifat deskriptif (Mahsun, 2005). (Terkait dengan ragam penelitian
yang bagaimana memerlukan dan tidak memerlukan rumusan anggapan
dasar dan hipotesis serta jenis-jenis hipotesis, baca lebih lanjut Arikunto,
1998; Syamsuddin dan Vismaia S. Damayanti, 2006). Agar lebih jelas
menyangkut dengan perumusan anggapan dasar dan hipotesis, perhatikan
contoh rumusan anggapan dasar dan hipotesis berikut!

Mekanisme Penelitian 27

5. Rumusan Anggapan Dasar
(1) Menguasai materi pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah

satu kompetensi guru Bahasa Indonesia.
(2) Keterampilanmenulismerupakansalahsatuaspekmateripembelajaran

yang harus dikuasai oleh guru Bahasa Indonesia.
(3) Guru Bahasa Indonesia di ProvinsiAceh idealnya memiliki kompetensi

akademik di bidang keterampilan menulis.

6. Rumusan Hipotesis
Guru Bahasa Indonesia di Provinsi Aceh tidak mampu menulis karya
ilmiah.

atau

Kemampuan menulis karya ilmiah guru Bahasa Indonesia di Provinsi
Aceh rendah.

1.7 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian berkaitan dengan penjelasan bagaimana prosedur
teknis pelaksanaan penelitian. Penjelasan teknis tersebut, antara lain,
meliputi populasi dan sampel, informan, instrumen, mertode, dan teknik
(teknik pengumpulan data dan teknik penganalisisan data).

1.7.1 Populasi dan Sampel

Penelitian tidak terlepas dari data. Data merupakan bahan utama
penelitian. Tanpa data tidak ada hasil penelitian. Data penelitian
dapat diperoleh dari berbagai sumber, baik yang berupa orang, benda,
maupun proses. Sumber data yang berupa orang biasa disebut informan
atau responden, sedangkan sumber data yang selain manusia, misalnya
teks, biasanya hanya disebut sumber data. Penentuan sumber data
berkaitan dengan teknik penelitian yang digunakan. Tentang hal ini
akan dibahas pada bagian metode penelitian.

28 Metode Penelitian

Membicarakan tentang sumber data erat kaitannya dengan
populasi dan sampel. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian,
sedangkan sampel merupakan representasi atau sebagian populasi. Data
penelitian dapat diambil berdasarkan populasi dan dapat pula diambil
berdasarkan sampel. Sistem sampel digunakan jika subjek dalam
populasi homogen. Jika subjek dalam populasi heterogen, hasilnya tidak
dapat digeneralisasikan.

Sehubungan dengan wilayah sumber data yang dijadikan sebagai
subjek penelitian, dikenal dua jenis penelitian, yaitu penelitian populasi
dan penelitian sampel. Dikatakan penelitian populasi karena peneliti
menggunakan seluruh populasi sebagai subjek penelitian. Disebut
penelitian sampel karena peneliti mengambil sebagian populasi
sebagai subjek penelitian.

Ada tiga teknik yang dapat digunakan dalam menentukan sampel
penelitian, yaitu (1) teknik sampel random, (2) teknik sampel berstrata,
dan (3) teknik sampel wilayah. Teknik sampel random adalah penentuan
sampel dengan cara mengambil representasi subjek penelitian secara
acak dalam populasi. Dalam hal ini, Arikunto (1998:120) mengemukakan
bahwa jika subjek penelitian jumlahnya kurang dari 100, lebih baik
diambil semuanya. Selanjutnya, jika subjek penelitian jumlahnya besar
atau lebih dari 100, dapat diambil antara 10 s.d. 15 persen, atau 20 s.d. 25
persen atau lebih dengan pertimbangan waktu, tenaga, biaya, luas wilayah,
dan risiko. Teknik sampel berstrata adalah penentuan sampel dengan cara
mengambil representasi subjek penelitian dari berbagai tingkatan (strata),
misalnya strata ekonomi, strata umur, strata pendidikan, dan strata sosial.
Teknik sampel wilayah adalah penentuan sampel dengan cara mengambil
representasi subjek penelitian dari setiap wilayah yang terdapat dalam
populasi. Agar lebih jelas perbedaan antara populasi dan sampel, berikut
disajikan contoh konkretnya.

Mekanisme Penelitian 29

6. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah SMP negeri dan SMP swasta di Kota
Banda Aceh yang persentase ketidaklulusan siswanya tinggi atau SMP
yang klasifikasi nilai Bahasa Indonesianya berada pada tataran kurang
dan kurang sekali. Berdasarkan data nilai ujian nasional SMP Dinas
Pendidikan Kota Banda Aceh, SMP yang masuk dalam kategori tersebut
adalah sebagaimana tercantum dalam tabel 2 berikut.

TABEL 2
POPULASI PENELITIAN

No. No. Nama Sekolah Persentase Klasifikasi
Urut Seko-
Ketidaklulusan Nilai
(1) lah
1. (2) (3) 0% Kurang
2. 1. SMP Negeri 4 Banda Aceh 7,27% Kurang
3. 2. SMP Negeri 7 Banda Aceh 24,53% Kurang
4. 3. SMP Negeri 8 Banda Aceh 2,86% Kerang
5. 4. SMP Negeri 10 Banda Aceh 0% Kurang
6. 5. SMP Negeri 11 Banda Aceh 11,52% Kurang
7. 6. SMP Negeri 13 Banda Aceh 16,64% Kurang Sekali
8. 7. SMP Negeri 14 Banda Aceh 0% Kurang
9. 8. SMP Negeri 16 Banda Aceh 9,09% Kurang
10. 9. SMP Negeri 18 Banda Aceh 0% Kurang
11. 10. SMP Swasta Iskandar Muda 1,05% Kurang
12. 11. SMP Swasta Kartika XIX-1 4,35% Kurang
13. 12. SMP Swasta Muhammadiyah 12,91% Kurang Sekali
13. SMP Swasta Cut Meutia

30 Metode Penelitian

7. Sampel Penelitian
Karena jumlah populasinya besar, diambil sampel sebesar 25% yang
tetetapkan secara proporsional (porposive sampling). Artinya, sampel
yang ditetapkan adalah SMP yang persentase ketidaklulusannya tinggi,
berada pada tataran klasifikasi kurang dan kurang sekali. Jadi, sampel
penelitian ini sebanyak 3 sekolah dengan rincian 2 SMP negeri dan 1
SMP swasta. Rincian sampel sekolah sasaran penelitian tersebut dapat
dilihat dalam tabel 3 berikut.

TABEL 3
POPULASI PENELITIAN

No. No. Nama Sekolah Persentase Klasifikasi
Urut Seko- Ketidaklulusan Nilai

1. lah SMP Negeri 8 Banda Aceh 24,53% Kurang
2. SMP Negeri 14 Banda Aceh 16,64% Kurang Sekali
3. 1. SMP Swasta Cut Meutia 12,91% Kurang Sekali

2.

3.

1.7.2 Informan

Informan adalah orang yang dipercayakan dapat memberikan informasi
atau dapat dikonfirmasi tentang hal yang berkaitan dengan masalah
penelitian. Dalam penelitian linguistik informan dapat dikatakan sebagai
seseorang pembantu peneliti (yang penutur asli bahasa yang diteliti) yang
menafsirkan segala sesuatu yang berkaitan dengan data kepada peneliti
(yang bukan penutur asli bahasa yang diteliti).

Berkaitan dengan informan, samarin (1988:42) mengatakan
bahwa dalam penelitian linguistik informan adalah seseorang yang
memperlengkapi peneliti dengan contoh-contoh bahasa, baik sebagai
ulangan dari apa yang sudah diucapkan maupun sebagai bentukan tentang
apa yang mungkin dikatakan orang. Untuk menentukan informan sebagai
sumber informasi, khususnya dalam penelitian linguistik, tidak boleh
sembarangan. Informan penelitian ditetapkan dengan mempertimbangkan
beberapa kriteria atau syarat sebagaimana dikemukakan Djajasudarma
(1993) dan Samarin (1988), yaitu sebagai berikut:

Mekanisme Penelitian 31

(1) laki-laki atau perempuan berumur 25 s.d. 40 tahun;
(2) dapat berkomunikasi secara baik dengan peneliti;
(3) tidak cacat alat bicara dan alat pendengarannya;
(4) memiliki daya ingat yang baik;
(5) penutur asli dan aktif menggunakan bahasa tersebut;
(6) luas pengetahuannya tentang masyarakat;
(7) tidak terlalu tua sehingga ucapan dan pikirannya masih jernih;
(8) menguasai dengan baik bahasa daerahnya dan bahasa Indonesia.

Contoh konkret redaksional berkaitan dengan informan sebagai
sumber informasi penelitian adalah sebagai berikut.

8. Informan
Untuk memperoleh data penelitian ini ditetapkan informan sebagai sumber
data. Informan yang ditentukan sebanyak jumlah subdialek yang terdapat
dalam masing-masing daerah. Misalnya, jika dalam bahasa Aceh dialek
Pidie terdapat dua subdialek (dialek Pidie bagian barat dan dialek Pidie
bagian timur), informan yang diperlukan adalah dua orang. Diperkirakan
jumlah informan yang diperlukan tidak kurang dari 115 orang dengan jenis
kelamin laki-laki atau perempuan yang mempunyai kriteria sebagaimana
dikemukakan Djajasudarma (1993) dan Samarin (1998) berikut:
(1) laki-laki atau perempuan berumur 25 s.d. 40 tahun;
(2) dapat berkomunikasi secara baik dengan peneliti;
(3) tidak cacat alat bicara dan alat pendengarannya;
(4) memiliki daya ingat yang baik;
(5) penutur asli dan aktif menggunakan bahasa tersebut;
(6) luas pengetahuannya tentang masyarakat;
(7) tidak terlalu tua sehingga ucapan dan pikirannya masih jernih;
(8) menguasai dengan baik bahasa daerahnya dan bahasa Indonesia.

1.7.3 Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau
menjaring data. Instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian berkaitan
dengan teknik penelitian yang ditetapkan. Jika suatu penelitian menggunakan

32 Metode Penelitian

teknik tes, observasi, dan interview, yang menjadi instrumennya, masing-
masing berupa butir tes (berisi sejumlah pertanyaan, baik yang objektif
maupun esai), lembar format pengamatan (berisi sejumlah unsur, aspek, dan
indikator pengamatan), dan lembar pedoman wawancara (berisi sejumlah
pertanyaan, baik bertruktur maupun tidak berstruktur). Perlu ditegaskan
bahwa sebelum digunakan, instrumen penelitian perlu dilakukan uji coba atau
uji kelayakan dengan cara terlebih dahulu didiskusikan dengan para pakar
yang ahli di bidang tersebut. Contoh konkret redaksional berkaitan dengan
penggunaan instrumen penelitian adalah sebagai berikut.

9. Instrumen Penelitian
Instrumen utama penelitian ini berupa daftar pertanyaan (kuesioner) dan
pedoman interview. Kuesioner dan pedoman interview berisi sejumlah
pertanyaan yang berkenaan dengan profil penyelenggaraan pendidikan
TK jalur formal dan PAUD jalur nonformal di Provinsi Aceh. Kuesioner
tersebut dibedakan atas empat macam, sesuai dengan substansi masalah
yang ditetapkan. Di samping itu, sebagai penunjang, juga digunakan
dokumen dan lembar observasi.

1.7.4 Metode dan Teknik Penelitian

Dalam berbagai referensi yang terkait dengan metodologi penelitian, istilah
metode dimaknai dalam berbagai pengertian yang berbeda. Hal tersebut
membingungkan pembaca sehingga tidak memperoleh pemahaman
yang konkret tentang konsep metode. Istilah metode, metodologi, teknik,
pendekatan, cara, dan strategi sering diartikan secara tumpang tindih,
padahal masing-masing istilah tersebut secara leksikal telah memeliki arti
tersendiri yang berbeda-beda.

Dalam modul ini istilah metode merujuk kepada cara yang dipakai
dalam penyajian data atau pembahasan hasil penelitian. Sesuai dengan
dengan karakteristiknya, penelitian pendidikan, penelitian linguistik,
dan penelitian sastra umumnya merupakan penelitian kualitatif. Dengan
demikian, metode yang tepat digunakan adalah metode deskriptif. Untuk

Mekanisme Penelitian 33

karakteristik penelitian seperti itu, peneliti sering menggabungkan dua
istilah yang relevan, misalnya menyebutnya dengan metode deskriptif-
kualitatif atau metode deskriptif-analitis.

Istilah teknik mengacu kepada teknik pengumpulan data dan teknik
penganalisisan data atau teknik pengolahan data. Teknik pengumpulan data
berkaitan dengan cara memperoleh data.Teknik yang pakai biasanya berupa tes,
observasi, interview, dan dokumenter. Teknik penganalisisan data atau teknik
pengolahan data berkaitan dengan cara menganalisis atau mengolah data.
Teknik yang dipakai biasanya teknik kualitatif atau teknik kuantitatif, sesuai
dengan karakteristik data. Teknik kualitatif dipakai jika penyajian data dan
pembahasan hasil penelitian tidak didominasi oleh angka-angka. Sebaliknya,
jika penyajian data dan pembahasan hasil penelitian didominasi oleh angka-
angka, teknik yang dipakai berupa teknik kuantitatif. Selain itu, jika penyajian
data dan pembahasan hasil penelitian dianggap sama-sama mendominasi,
teknik yang digunakan berupa teknik kualitatif-kuantitatif. Contoh konkret
redaksional metode dan teknik penelitian adalah sebagai berikut.

10. Metode Penelitian
Sesuai dengan karakteristik data, penelitian ini menggunakan metode
deskriptif- kualitatif. Sesuai dengan rumusan masalah yang telah
ditetapkan, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan, menganalisis,
dan menginterpretasikan data. Selain itu, penelitian ini juga bermaksud
memerikan gejala yang ada secara objektif, tanpa ada perlakuan yang
disengaja yang direkayasa oleh peneliti terhadap subjek penelitian.
Kemudian, sesuai dengan data yang diperlukan, penelitian ini
menggunakan gabungan bebarapa teknik, meliputidokumenter, observasi
(direct observation), interview (personal interview), dan kuesioner (self-
administered quesionnaires).

Keberhasilan penelitian ini sebagian besar ditentukan oleh
ketersediaan instrumen yang memiliki validitas dan reliabelitas yang
tinggi. Untuk mencapai ketegori itu, ditetapkan langkah-langkah kerja
secara sistematis. Langkah-langkah kerja tersebut adalah sebagai berikut:
(1) menyusun indikator penelitian;
(2) menyusun dan menggandakan instrumen;

34 Metode Penelitian

(3) mengumpulkan data;
(4) mengolah dan menganalisis data;
(5) menginterpretasi data dan menghubungkannya dengan teori;
(6) menyusun laporan penelitian.

11. Teknik Penelitian
11.1 Teknik Pengumpulan Data
Keseluruhan data yang diperlukan dijaring dengan menggunakan
instrumen yang berupa dokumen, lembar format observasi, pedoman
wawancara, dan angket. Untuk memudahkan wawancara, disusun
perangkat pedoman wawancara, dan untuk memudahkan obseravasi
disusun pedoman observasi (lembar pengamatan). Observasi
dimaksudkan untuk menjaring data mengenai fisik sekolah, fasilitas
yang tersedia, kondisi guru dan murid, dan suasana proses pembelajaran.
Interview dimaksudkan untuk menjaring data yang berkaitan dengan
pengelolaan (tata kelola) dan tupoksi pelayanan TK dan PAUD.

11.2 Teknik Penganalisisan Data
Analisis data merupakan proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian
dasar. Penafsiran data merupakan pemberian makna yang signifikan
terhadap analisis, penjelasan pola uraian, dan pencarian hubungan
antardimensi-dimensi uraian.

Sejalan dengan metode yang digunakan, data penelitian ini, yang
diperoleh melalui dokumentasi, obsevasi, dan interview dianalisis atau
diolah secara kualitatif. Selanjutnya, data tersebut dideskripsikan untuk
memudahkan penarikan simpulan. Langkah-langkah yang ditempuh
dalam penganalisisan data penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) menyusun kategorisasi data;
(2) mendeskripsikan dan menafsirkan data;
(3) mamaknai data; dan
(4) menarik simpulan.

2. Ringkasan

Mekanisme penelitian mengacu kepada langkah-langkah yang biasanya dipahami

sebagai desain penelitian utuh yang menggambarkan cara kerja yang logis dan

sistematis. Seorang yang berencana melakukan suatu penelitian, langkah pertama

Mekanisme Penelitian 35

yang harus dilakukannya adalah merancang proposal penelitian. Berkaitan dengan
hal itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi masalah.
Identifikasi masalah merupakan proses mengkaji, mengenali, menentukan, dan
menetapkan masalah yang akan menjadi proyek penelitian.Untuk itu dibutuhkan
skemata, pengalaman, atau wawasan yang luas yang berkaitan dengan topik yang
menjadi masalah. Pada hakikatnya yang disebut masalah adalah sesuatu yang
bertolak belakang atau yang bertentangan dengan teori.

Ada beberapa kriteri yang perlu diperhatikan dalam menentukan
masalah penelitian, yaitu (1) masalah tersebut layak, urgen, aktual, dan
memungkinkan diteliti, (2) masalah tersebut diminati, disenangi, dan
sangat menarik perhatian peneliti, dan (3) masalah tersebut fokus dan
dikuasai oleh peneliti.

Perumusan masalah merupakan upaya menyatakan secara konkret
pertanyaan-pertanyaan penelitian terkait dengan substansi atau ruang
lingkup masalah yang diteliti. Tujuan penelitian pada hakikatnya
merupakan jawaban yang hendak diperoleh atas pertanyaan penelitian.
Untuk itu, tujuan penelitian harus dirumuskan secara singkron, sesuai
dengan masalah yang telah dirumuskan.

Anggapan dasar adalah suatu starting point pemikiran yang
kebenarannya secara teoretis dapat diterima. Anggapan dasar merupakan
teori yang tingkat kebenarannya sudah teruji secara empiris. Ada beberapa
pertimbangan mengapa dalam penelitian ilmiah perlu dirumuskan secara
jelas anggapan dasar. Pertimbangan tersebut adalah sebagai berikut:
(1) agar ada dasar berpijak yang kokoh terhadap masalah yang diteliti,
(2) untuk mempertegas variabel yang menjadi fokus penelitian, dan (3)
guna menentukan dan merumuskan hipotesis (Arikunto, 1998). Selain
memerlukan anggapan dasar sebagai landasan pijak, penelitian juga
memerlukan hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
pertanyaan penelitian sebelum penelitian tersebut dilakukan.

Metodologi penelitian berkaitan dengan penjelasan bagaimana
prosedur teknis pelaksanaan penelitian. Penjelasan teknis tersebut, antara

36 Metode Penelitian

lain, meliputi populasi dan sampel, informan, instrumen, metode, dan
teknik (teknik pengumpulan dan teknik penganalisisan data).

3. Latihan

Buatlah sebuah proposal penelitian utuh yang sistematika penyajiannya sesuai
dengan karakteristik penelitian yang ditentukan! Proposal tersebut dirancang
dengan sesungguhnya karena pada akhirnya berpeluang menjadi proposal
yang layak diseminarkan sebagai cikal bakal proyek penelitian skripsi Anda.

Mekanisme Penelitian 37

38 Metode Penelitian


Click to View FlipBook Version