The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Resume Materi Resusitas_Fitriyani T. Gue-dikonversi

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by fitriyanigue1, 2021-04-01 00:14:13

Resume Materi Resusitas_Fitriyani T. Gue-dikonversi

Resume Materi Resusitas_Fitriyani T. Gue-dikonversi

RESUME MATERI

DOSEN PENGAMPU : SITI CHOIRUL DWI ASTUTI, M.Tr.Keb

KETERAMPILAN KLINIK PRAKTIK KEBIDANAN
(RESUSITASI DAN LANGKAH-LANGKAH RESUSITASI)

NAMA : FITRIYANI T. GUE

PRODI : D-III

JURUSAN : KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
2021

Materi Resusitas
Resusitasi merupakan suatu usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat,
pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen ke
otak, jantung dan alat-alat vital lainnya.

Persiapan keluarga

1. penolong harus melakukan informed consent kepada keluarga,
2. jelaskan pula kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.
3. Menjelaskan kondisi bayi

Persiapan tempat

persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi
• Gunakan ruangan yang hangat dan terang
• Tempat resusitasi hendaknya datar, rata, keras, bersih, kering dan hangat misalnya

meja, didepan atau diatas lantai beralas tikar. Sebaiknya dekat pemancar panas
dan tidak berangin (jendela atau pintu yang terbuka).

Keterangan
• Ruangan yang hangat akan mencegah bayi hipotermi
• Tempat resusitasi yang rata diperlukan untuk kemudahan pengaturan posisi

kepala bayi
• Untuk sumber pemancar panas gunakan lampu 60 wall atau lampu petromak,

nyalakan lampu menjelang persalinan.

Persiapan alat
➢ 2 helai kain atau handuk
➢ Bahan ganjal bahu bayi dengan tinggi 5 cm dan dapat di sesuaikan untuk

mengatur posisi bayi,dapat digunakan dengan handuk kecil, kain, selendang
➢ alat penghisap lender Deket atau bola karet
➢ tabung dan sungkup
➢ kotak alat resusitasi
➢ jam atau pencatat waktu
➢ Resusitasi dapat di lakukan jika bayi mengalami asfiksia

Asuhan Pasca Resusitasi

Asuhan pasca resusitasi adalah pelayanan kesehatan pasca resusitasi yang diberikan
baik kepada BBL atau pun ibu dan keluarga. Pelayanan kesehatan yang diberikan
berupa pemantauan, asuhan BBL dan konseling. Bicaralah dengan ibu dan keluarga
bayi tentang resusitasi yang telah dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.
Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan BBL setelah menerima
tindakan resusitasi dan dilakuakan pada keadaan:
• Resusitasi berhasil: bayi menangis dan bernafas normal sesudah langkah awal atau

sesudah ventilasi.
• Resusitasi belum/kurang berhasil: bayi perlu rujukan yaitu sesudah 2 menit belum

bernafas atau megap-megap atau pada pemantauan lanjutan didapatkan kondisinya
memburuk

• Bila bayi tidak bernapas setelah resusitasi selama 10 menit dari denyut jantung 0,
pertimbangkan untuk menghentikan resusitasi. Biasanya bayi tersebut tidak
tertolong dan meninggal.

Materi Langkah Resusitasi

1. Stabilitas Awal
Teknik resusitasi bayi dan anak saat awal adalah melakukan penilaian kondisi
anak secara cepat dengan menggunakan segitiga penilaian pediatrik,
atau pediatric assessment triangle/PAT. Dari PAT ini kita dapat mengenali
kondisi distress napas, gagal nafas, syok, henti napas dan henti jantung, disfungsi
otak dan abnormalitas sistemik lainnya. PAT terdiri atas 3 elemen, yaitu:

 penampilan anak: tonus, interaksi anak dengan lingkungan, kenyamanan, arah
pandangan anak, suara/tangisan anak

 upaya napas anak: suara napas abnormal, posisi tubuh abnormal, retraksi, dan
napas cuping hidung
kondisi sirkulasi: pucat, mottling, sianosis, perdarahan.

2. Ventilasi Tekanan Positif Non-Invasif
-Ventilasi non-invasif (NIV) merupakan pilihan terapi bermakna dalam
manajemen gagal napas akut dan kronis. Penerapan NIV mendahului pengenalan
laringoskopi di awal tahun 1990-an dan penggunaan ventilasi mekanik dengan
tekanan positif melalui pipa endotrakea di tahun 1950-an. Keberhasilan
penggunaan HIV pada gagal napas pertama kali dipublikasikan pada tahun 1936.
Semua modalitas NIV menggunakan sirkuit tertutup atau semi tertutup dan
dengan demikian mampu mengontrol dan memberikan FiO₂ yang tinggi. Hal ini
merupakan mekanisme penting di mana NIV memperbaiki oksigenasi, terlepas
dari beberpa mekanisme lain-lain.

-Ventilasi tekanan positif non-invasif (non-invasive positive pressure
ventilation, NPPV) menambah penggunaan ventilasi spontan yang
menggunakan masker hidung yang ketat atau masker oronasal tanpa intubasi
endotrakea. Teknik ini dapat digunakan dalam banyak kondisi jika tidak ada
kontraindikasi. Aplikasi dari ventilasi tekanan positif non-invasif tidak
seharusnya menunda intubasi endotrakea jika memiliki indikasi klinis.
3. Kompresi Dada
Untuk meningkatkan keefektifan kompresi dada, posisikan korban pada
permukaan yang datar, keras, dan rata dengan posisi terlentang dan penolong
mengambil posisi disebelah dada korban. Kompresi di atas matras di atas
tempat tidur pasien dapat menyebabkan kompresi dada tidak maksimal.
Backboard dapat dipakai selama resusitasi jantung paru dilakukan dan
menginterupsi kompresi dada.
Cara mengkompres dada:
 Memposisikan tangan untuk kompresi dada
1.Teknik kompresi dada merupakan tekanan serial dan ritmis pada setengah

bahwa tulang dada. Posisi tangan untuk kompresi dada:
2.Raba tulang iga paling bawah dengan jari tengah sampai anda menemukan

batas bawah sternum (sterna notch)
3.Letakan jari telunjuk anda disebelah jari tengah anda Letakan bantalan telapak

tangan anda yang lain di sebelah jari telunjuk anda
 Melakukan kompresi dada:

1.Kaitkan jari tangan anda yang diatas kejari tangan yang di bawah dan angkat
jari tangan anda yang di bawah dari dinding dada korban

2.Luruskan kedua siku anda dan pastikan mereka terkunci dalam posisinya
3.posisikan bahu anda tepat tegak harus diatas dada korban
4.gunakan berat badan anda untuk menekan sternum sedalam 5-6 cm
5.hitung kompresi dada:

1,2,3,4,5,6,7,8,9,10

1,2,3,4,5,6,7,8,9,20
1,2,3,4,5,6,7,8,9,30
6. lakukan kompresi dada dengan kecepatan dengan kecepatan 100-120 kali per
menit
7.etelah melakukan kompresi dada 30 kali, lanjutkan dengan melakukan
ventilasi (bantuan nafas) sebanyak dua kali
8. Perbandingan kompresi dada dengan ventilasi adalah 30:2
9.Lakukan 30 kompresi dada dan 2 ventilasi selama 5 siklus atau kira-kira 2
menit
10. Panduan melakukan kompresi dada yang baik, lakukan:
11. pertahankan posisi tangan selama melakukan kompresi dada
12. Berikan kesempatan dada mengembang kembali setelah kompresi dada
13. Lakukan kompresi dengan kecepatan 100-120 per menit
14. Lakukan kompresi dada dengan kedalaman 5-6 cm
15. Minimalkan interupsi selama kompresi dada (interupsi kompresi dada tidak
lebih dari 10 detik)
16. Jangan melakukan kompresi dada dengan kasar karena dapat menyebabkan
cedera.

HASIL DISKUSI KELOMPOK 3
Penanya : Falniyanti Hamzah (kelompok 1)
Pertanyaaan :Asuhan pasca resusitasi itu adalah pelayanan kesehatan pasca resusitasi
yg berupa pemantauan, Asuhan BBl dan konseling, nah prtnyaan saya bagaimana
tahap konseling jika resusitasi belum / kurang berhasil pada bayi
Penjawab : Melanda Sukmawati S. Lihu
Jawaban
A. Jelaskan kepada ibu dan keluarga, bahwa bayinya memerlukan rujukan.
Sebaiknya bayi dirujuk bersama dengan ibunya dan didampingi oleh bidan. Jawab
setiap pertanyaan yang diajukan.
B. Minta keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi secepatnya. Suami atau
salah seorang anggota keluarga perlu menemani selama rujukan.
C. Beritahukan kepada tempat rujukan yang dituju (jika mungkin) tentang keadaan
bayi dan perkiraan waktu tiba Beritahukan juga bahwa ibu baru saja melahirkan.
D. Bawa alat resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan

Penanya : Eka Pratiwi Teha (kelompok 2)
Pertanyaan : Apakah kondisi ibu juga beresiko menyebabkan masalah pada bayi
sehingga bayi memerlukan resusitas?
Penjawab : Anisa Fajri Ibrahim
Jawaban:
Iya. kondisi ibu juga berisiko untuk menyebabkan masalah pada bayi, antara lain:

Memiliki infeksi dan penyakit tertentu,
usia ibu di atas 40 atau di bawah 16 tahun,
masalah plasenta, seperti solusio plasenta atau plasenta previa,
memiliki kehamilan berisiko sebelumnya,
mengalami perdarahan berat selama kehamilan,
ketuban pecah dini,
diabetes gestasiona.

Penanya : Nurhikma Purnama Putri tuhala (kelompok 4)
Pertanyaan : Jelaskan faktor yang menyebabkan bayi baru lahir mungkin memerlukan
resusitasi
Penjawab : Defina Adelia Triputri
Jawaban:
bayi baru lahir akan perlu mendapatkan resusitasi Jika bayi tampak tidak menangis,
lemas, kurang responsif, sesak napas, atau bahkan tidak bernapas. Di samping itu, ada
beberapa faktor lain yang menyebabkan bayi baru lahir mungkin memerlukan
resusitasi, di antaranya:
• Bayi yang kondisinya dipengaruhi oleh gangguan kehamilan, seperti terlilit tali
pusar dan solusio plasenta
• Bayi yang lahir prematur, yaitu lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu
• Bayi lahir sungsang

• Bayi kembar
• Bayi lahir dengan gangguan pernapasan, misalnya akibat aspirasi mekonium

Penanya : Anissa Dunggio (kelompok 5)
Pertanyaan : Seperti apa Pencatatan dan pelaporan pada resusitasi berhasil
Penjawab : Ananda Sugiyanto
Jawaban:
Melakukan Pencatatan dan pelaporan kasus sebagaimana pada setiap persalinan,
istilah potograf secara lengkap yang mencakup identitas ibu, riwayat kehamilan,
jalannya persalinan, kondisi ibu, kondisi janin, dan kondisi BBL. Penting sekali
dicatat denyut jantung janin, oleh karena seringkali asfiksa bermula dari keadaan
gawat janin pada persalinan. Apabila didapatkan gawat janin tuliskan apa yang
dilakukan. Usahakan agar mencatat secara lengkap dan jelas:
1) Nama ibu, tempat, tanggal melahirkan dan waktunya.
2) Kondisi janin/bayi:
· Apakah ada gawat janin sebelumnya?
· Apakah air ketuban bercampur meconium?
· Apakah bayi menangis spontan, bernafas teratur, megap-megap atau tidak
bernafas?
· Apakah tonus otot baik?
3) Waktu mulai resusitasi

4) Langkah resusitasi
5) Hasil resusitasi

Penanya : Asriwindari Kadir (kelompok 6)
Pertanyaan : sebutkan Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi yang dimaksud

Resusitasi berhasil?
Penjawab : Jean Puluhulawa
jawaban
1) Tidak dapat menyusu
2) Kejang
3) Mengantuk atau tidak sadar
4) Nafas cepat (>60 per menit)
5) Merintih
6) Retraksi dinding dada bawah (retraksi)
7) Sianosis sentral

HASIL DISKUSI KELOMPOK 4
Penanya: Sri Zein Hunggialo ( Kelompok 1 )

1. Apa saja pertolongan pertama yang harus kita lakukan sebagai masyarakat
awam apabila mendapati korban yang terkena henti jantung mendadak?

Penjawab: Ria Kamelia Olii

RJP adalah tindakan pertolongan pertama pada korban henti jantung dan henti
napas. Tindakan RJP dapat dilakukan oleh orang awam ketika tidak ada
tenaga medis di sekitarnya. Langkah-langkah untuk melakukannya adalah
sebagai berikut:
1. Periksa kesadaran korban
2. Panggil bantuan
3. Atur posisi korban
4. Atur posisi kepala korban
5. Periksa nadi pasien
6. Lakukan pompa jantung Selama 20 menit dan teruslah lakukan tindakan
tersebut sampai bantuan tenaga medis datang.

Penanya: Nopi Fujiastuty R. Daud ( Kelompok 2 )

2. Apa paparan anda tadi menjelaskan pada stabilitas awal bagian posisi
pasien dimana posisi pasien pada saat melakukan Resusitasi jantung
dilakukan dalam keadaan posisi telentang. Pertanyaan saya mengapa pada saat
melakukan Resusitasi jantung harus dilakukan dalam keadaan telentang?

Penjawab: Fitri Patricia Duengo

Posisi terbaik pasien yang akan menerima resusitasi jantung paru adalah
posisi telentang pada permukaan yang keras. Hal ini memungkinkan kompresi
yang efektif ke area sternum. Berbaring terlentang adalah cara terbaik untuk
menjaga tulang belakang Anda tetap lurus dan menghindari tekanan pada
punggung bagian bawah, pinggul dan lutut,”dan juga dapat meningkatkan
jumlah darah kembali ke jantung dan paru dari ekstremitas inferior.

Penanya: Ananda Sugiyanto ( Kelompok 3 )

3. Jelaskan bagaimana tahapan pemeriksaan ABC Resusitasi?

Penjawab: Masna Usman Djafar

1. Airways
Untuk membuka saluran napas, letakkan satu tangan di dahi pasien, dan dua
jari tangan di bawah dagunya bentuk tangan seperti pistol. Dengan lembut
dongakkan kepalanya dengan menekan dahi sambil sedikit mendorong dagu
pasien
2. Breathing
Memeriksa ada tidaknya napas, dengarkan bunyi napasnya atau rasai dengan
pipi anda sampai 10 detik. Bila tak ada tanda bernafas, mulailah pernapasan
buatan.
3. Circulation
Untuk memeriksa peredaran darah, raba denyut nadi dengan dua jari selama
10 detik. Untuk bayi rabalah denyut brakhial di bagian dalam lengan. Untuk
orang dewasa atau anak-anak, raba denyut karotid di leher di rongga antara
trakhea(saluran udara)dengan otot besar leher. Periksa tanda-tanda lain

peredaran darah, misalnya kewajaran warna kulitnya. Bila tak ada tanda-tanda
peredaran darah, segera lakukan CPR.

Penanya: Siti Uswatun Khasanah Nggilu ( Kelompok 5 )

5. Mengapa kita perlu mempelajari tehnik resusitasi jantung paru?

Penjawab: Sri Wahyuni Hasan

Karena, pengetahuan Resusitasi Jantung Paru Harus Menjadi Bekal Tiap
Orang. Resusitasi jantung paru (RJP) merupakan langkah pertolongan medis
untuk mengembalikan fungsi napas dan atau sirkulasi darah di dalam tubuh
yang terhenti. Resusitasi jantung paru bertujuan menjaga darah dan oksigen
tetap beredar ke seluruh tubuh.
1. Mungkin bisa menyelamatkan seseorang dari kerusakan otak
Salah satu keuntungan kita bisa melakukan RJP adalah mampu mengurangi
risiko korban mengalami kerusakan otak. Hal ini sangat mungkin terjadi
sebab tindakan pertolongan pertama dengan RJP dapat menjaga oksigen dan
darah tetap beredar di dalam tubuh korban. Pada kondisi ketika tubuh tidak
lagi dilalui suplai oksigen dan darah, maka kemungkinan terjadinya kerusakan
otak akan sangat tinggi.
2. Bisa menyelamatkan nyawa seseorang
Makin cepat sebuah pertolongan diberikan, maka makin besar kemungkinan
seseorang yang mengalami kecelakaan atau serangan jantung bisa
diselamatkan. Jika seseorang mengalami serangan jantung, maka fungsi
jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh akan terhenti. Jika RJP
dilakukan segera setelah kejadian, makin besar kemungkinan jantung bisa
kembali bekerja mengedarkan oksigen dan darah ke seluruh tubuh. Hal ini

tentu saja akan meningkatkan kemungkinan seseorang untuk terhindar dari
kematian.
3. Masih jarang orang yang bisa melakukan RJP
Jangan terkejut mendapati fakta bahwa lebih dari separuh pasien yang terkena
serangan jantung tidak mendapatkan pertolongan pertama berupa resusitasi
jantung paru. Alasan utamanya adalah banyak orang-orang yang belum
pernah mendapatkan pelatihan melakukan RJP. Padahal, upaya penyelamatan
dengan RJP mudah untuk dipelajari sekaligus diaplikasikan secara nyata.
4. Banyak kejadian serangan jantung di rumah
Salah satu alasan penting lainnya kenapa kita perlu memiliki bekal yang
cukup untuk melakukan RJP adalah untuk mengantisipasi orang di rumah
mengalami kondisi yang memerlukan RJP. Setidaknya 85 persen serangan
jantung terjadi di rumah. Hal tersebut bisa saja menimpa orang di sekitar kita
termasuk anggota keluarga. Dengan memiliki kemampuan melakukan
resusitasi jantung dan paru, kita bisa berperan dalam menyelamatkan nyawa
orang-orang yang kita cintai

TUGAS
Soal
1. Bagaimana cara menghangatkan bayi?
2. Bagaimana cara mengatur posisi bayi?
3. Bagaimana cara menghisab lendir?
4. Bagaimana cara mengeringkan bayi pada resusitasi?
5. Langkah-langkah resusitasi dewasa?

Jawaban
1. Cara menghangatkan bayi yaitu

Pertama mengganti kain yang sudah basah dengan kain yang kering dan bersih.
Kemudian selimuti bayi dengan kain yang lainnya tetapi jangan selimuti bagian
dada dan muka karena akan dilakukan pemantauan pernafasan bayi yang
selanjutnya. Lalu atur posisi bayi agar sedikit ekstensi.
Jika bayi bernapas dengan normal letakan bayi di atas dada ibu untuk menjaga
kehangatan bayi, yang kedua anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya sambil
dibelai, Yang ketiga jika bayi bernafas terengah engah lakukan ventilasi
2. Cara mengatur posisi bayi
• Atur posisi pada bayi dekat dengan
• Ganjal bahu dengan menggunakan handuk setinggi 5 cm
3. Cara menghisap lendir
• Menghisap melalui mulut bayi dengan cara:

1. Memasukan ujung penghisap melalui mulut bayi kedalam perut sedalam
5 cm

2. Kemudian dihisap dengan bersamaan ujung penghisap dikeluarkan bukan
pada saat ujung penghisap dimasukkan

• Menghisap melalui hidung bayi dengan cara:
1. Memasukkan ujung penghisap kehidung bayi sedalam 3 cm

2. Dilakukan dengan hal yang sama yaitu dihisap dengan bersamaan ujung
penghisap dikeluarkan bukan pada saat ujung penghisap dimasukkan

4. Cara mengeringkan bayi dimulai dari muka, kepala hingga bagian tubuh lainnya
dan kemudian dengan sedikit tekanan. Tekanan ini dapat membuat pernafasan
bayi lebih baik.
1. Ambil handuk dan keringkan mulai dari muka
2. Kepala
3. Kemudian bagian tubuh lainnya seperti tangan, punggung bayi, perut, kaki

5. Langkah-langkah resusitasi dewasa
1. Berlutut di samping korban.
2. Letakkan dua telapak tangan dengan posisi saling bertumpu di tengah dada
korban.
3. Posisikan siku tegak lurus di atas dada korban dengan posisi bahu sejajar
tangan.
4. Mulai kompresi dada (menekan dada korban) dengan kedalaman 5 cm
(dewasa) secara cepat, kira-kira 120 kali per menit.


Click to View FlipBook Version