BEST PRACTICE
MENINGKATKAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA
METODE STAR
(SITUASI, TANTANGAN, AKSI,
REFLEKSI HASIL DAN DAMPAK)
IDENTITAS
#1 Lokasi: SD Negeri 1 Bangunrejo
#2 Lingkup Pendidikan: Kelas 5
#3 Tujuan: Meningkatkan motivasi
belajar siswa
#4 Penulis: Siti Tri Lestari, S.Pd.
#5 Tanggal: 12 Desember 2022
SITUASI
Kondisi yang menjadi latar belakang masalah adalah motivasi
siswa dalam belajar rendah. Berdasarkan hasil pengamatan
dan wawancara, motivasi belajar siswa rendah dipengaruhi
oleh:
1. Kondisi lingkungan anak yang kurang memadai contoh anak
berada dalam keluarga yang kurang memperhatikan
pentingnya pendidikan, ada 1 siswa dari 6 siswa yang berasal
dari keluarga yang tidak mampu dan memang kondisi orang
tua yang mengalami gangguan mental.
2. Orang tua kurang memperhatikan anak karena sibuk
bekerja, sebagian besar orang tua bekerja di pabrik yang
berangkatnya pagi dan pulang sampai malam. Sehingga
kurang memperhatikan belajar anak di rumah. Hal ini
ditunjukan oleh adanya siswa yang beberapa kali tidak
mengerjakan PR.
3. Pada saat dirumah anak tidur larut malam karena bermain
hp sehingga sulit bangun dan akhirnya berangkatnya terlambat
dan memiliki mood yang kurang baik saat ke sekolah. Ini ada 1
siswa yang mengalami hal tersebut karena orang tua bekerja di
luar negeri dan siswa tersebut tinggal bersama neneknya.
arheapypoyu? suyrees,
SITUASI
Motivasi belajar yang rendah ini
mengakibatkan siswa kurang bersemangat
ketika mengikuti pembelajaran, ada siswa
yang mengantuk, dan ketika diberi
kesempatan untuk bertanya tidak ada yang
bertanya, serta hanya menjawab pertanyaan
ketika ditunjuk oleh guru. Dampak lebih
lanjutnya adalah hasil belajar siswa juga ikut
rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan
prosentase ketuntasan belajar sebesar 50%
siswa yang mendapat nilai di atas KKM (70).
Berdasarkan permasalahan tersebut,
penulis yang berperan sebagai guru
mendesain pembelajaran inovatif untuk
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning
(PBL), pendekatan Scientific dan TPACK,
metode pembelajaran yang bervariasi
(tanya jawab, diskusi, dan penugasan),
dan media pembelajaran berbasis IT
(video pembelajaran, anyflip,
liveworksheet, PPT interaktif, Googleform,
Quizizz) yang menarik sehingga siswa
menjadi antusias dalam mengikuti proses
pembelajaran.
TANTANGAN
Tantangan dari sisi guru
1.Pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
kurang merangsang kemampuan siswa atau
dalam arti stimulus yang diberikan guru masih
kurang.
2.Guru belum maksimal dalam melaksanakan
inovasi pembelajaran.
3.Guru melum maksimal menggunakan media
pembelajaran berbasis IT.
4.Guru belum maksimal menggunakan model
maupun metode pembelajaran yang variatif dan
inovatif.
Tantangan dari sisi sekolah
1.Ketersediaan sarana prasarana yang masih
kurang.
Tantangan dari sisi orang tua
1.Orang tua kurang memahami peran ketika
mendampingi anak.
2.Kurangnya komunikasi antara guru dan orang tua.
ORANG YANG TERLIBAT
1.Dr. B Sudiyana, M.Pd., selaku dosen pendamping lapangan yang selalu
memberikan arahan dan bimbingan.
2.Dasih Mulyati, M.Pd., selaku guru pamong yang selalu memberikan
masukan dan semangat.
3.Joko Pitoyo, S.Pd., selaku kepala SDN 1 Bangunrejo yang selalu
mendukung pelaksanaan aksi.
4.Guru-guru SDN 1 Bangunrejo, yang selalu membantu dalam
pelaksanaan aksi.
Sri Haryati, S.Pd.SD
Any Nurahma, S.Pd.I
Masturoh, S.Pd.SD
Elisa, S.Pd.
Ida Kurniawati, S.Pd.
Ekaning Tyas Santi H, S.Pd.I
5.Siswa kelas 5 sebagai sentral dalam proses pembelajaran.
AKSI
Tahap perencanaan/persiapan diantaranya:
1. Berkaitan dengan model pembelajaran
Dalam proses pembelajaran guru merancang proses pembelajaran yang
akan dilakukan. Dalam aksi ini guru menggunakan model Problem Based
Learning (PBL). Dalam penerapan model PBL harus sesuai dengan
sintaknya dimulai dari fase 1 yaitu orientasi peserta didik terhadap
masalah, fase 2 yaitu mengorganisasikan peserta didik, fase 3 yaitu
membimbing penyeledikan individu dan kelompok, fase 4 yaitu
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan fase 5 yaitu menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
2. Berkaitan dengan bahan ajar
Guru membuat bahan ajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran,
sesuai kebutuhan siswa, dan menarik bagi siswa. Bahan ajar yang mudah
dipahami siswa dapat membantu dalam pemahaman materi yang
disampaikan. Guru membuat bahan ajar ini menggunakan aplikasi canva
dan kemudian ditampilkan menggunakan anyflip dengan tampilan seperti
buku digital dengan link https://anyflip.com/qxpak/ddpm/, sehingga
tampilan bahan ajar menarik bagi siswa.
3. Berkaitan dengan media ajar
Guru membuat PPT interaktif untuk proses pembelajaran dan membuat
video pembelajaran menggunakan aplikasi filmora yang kemudian di
unggah ke youtube dengan link https://youtu.be/pkUOxdllexQ, sehingga
siswa dapat mengakses dengan mudah kapanpun dan dimanapun.
4. Berkaitan dengan LKPD
LKPD digunakan untuk meningkatkan aktivitas
siswa dalam belajar dan merupakan sarana untuk
membantu kegiatan belajar sehingga terbentuk
interaksi antar siswa dalam kelompok. Seperti
membuat bahan ajar, dalam membuat LKPD guru
juga menggunakan aplikasi canva dan kemudian
ditampilkan menggunakan liveworksheet dengan
link https://www.liveworksheets.com/za3214839il,
sehingga menarik bagi siswa karena dalam proses
mengerjakan LKPD bisa lebih interaktif atau bisa
diisi secara langsung pada tampilan tersebut.
AKSI
5. Berkaitan dengan penilaian aspek pengetahuan
Soal evaluasi digunakan guru untuk menilai aspek pengetahuan.
Soal disusun berdasarkan ranah aspek pengetahuan yaitu C4-C6
(HOTS). Guru juga membuat soal evaluasi berbasis IT, yaitu
menggunakan quizizz dengan link https://quizizz.com/join?
gc=51002315. Pada pembuatan soal dengan quizizz ini guru bisa
menambahkan gambar dan musik pengiring. Saat mengerjakan siswa
terasa sedang memainkan game melalui hp mereka. Setelah siswa
selesai mengerjakan semua soal, maka akan muncul skor dan guru
bisa mengecek siapa yang mendapat skor tertinggi maupun siapa
yang paling cepat dalam mengerjakan.
6. Berkaitan dengan penilaian aspek sikap
Penilaian diri digunakan untuk menilai aspek sikap. Guru
menggunakan googleform dengan link
https://forms.gle/HN4FSALYquaME3Tx9 dan
https://forms.gle/pGUDjKS6ye2AWjJK8. googleform tersebut
digunakan guru untuk menilai sikap spiritual maupun sikap sosial
dari siswa.
7. Berkaitan dengan penilaian aspek keterampilan
Dalam menilai aspek keterampilan guru menggunakan rubrik
penilaian keterampilan dengan menggunakan rentang skor 1-4.
Dimana skor 4 itu sangat baik, skor 3 itu baik, skor 2 cukup, dan skor
1 perlu bimbingan. Dalam penilaian aspek keterampilan ini guru juga
memanfaatkan googleform dengan link
https://forms.gle/64QLZHXUXtzcmXfH6 untuk mengumpulkan
penugasan di rumah berupa foto dan video yang kemudian dinilai
menggunakan rubrik yang sudah disusun oleh guru.
AKSI
8. Berkaitan dengan pembelajaran daring
Dalam pembelajaran daring ini guru memanfaatkan whatsapp
group sebagai sarana berkoordinasi mengenai persiapan
pembelajaran, google classroom sebagai sarana pembelajaran
asyncronus, dan google meet sebagai sarana pembelajaran
syncronus. Saat pembelajaran daring, siswa juga diajarkan cara
menggunakan beberapa tombol yang ada pada google meet, misal
tombol raise hand yang digunakan ketika ingin menjawab
pertanyaan dari guru atau berpendapat dan tombol sharescreen
untuk menampilkan hasil diskusi pada liveworksheet saat presentasi
kelompok.
Tahap pelaksanaan pembelajaran daring dalam aksi ini:
1.Kegiatan pendahuluan (salam, berdoa, presensi, menyimak lagu
nasional, melakukan apersepsi, dan menyampaikan tujuan
pembelajaran).
2.Kegiatan inti (sesuai sintaks model PBL yang terdiri dari 5 fase,
yaitu orientasi peserta didi terhadap masalah,
mengorganisasikan peserta didik, membimbing penyelidikan,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah).
3.Kegiatan penutup (refleksi, umpan balik, simpulan, tindak lanjut,
menyimak lagu daerah, berdoa, dan salam).
refleksi hasil dan dampak
Dampak dari penggunaan model pembelajaran inovatif dan
media berbasis IT siswa menjadi lebih antusias mengikuti
pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa juga meningkat.
Dengan penggunaan model Problem Based Learning ini
menjadikan pembelajaran berpusat pada siswa dan
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya. Keberhasilan dalam pembelajaran
yang dilakukan adalah dengan penerapan model Problem Based
Learning yang runtut sesuai dengan sintaks, guru membuat bahan
ajar dengan tampilan anyflip, menggunakan video pembelajaran,
dan LKPD interaktif menggunakan liveworksheet untuk
menambah pemahaman siswa. Sehingga siswa merasa senang dan
termotivasi mengikuti proses pembelajaran, hal ini ditunjukkan
dengan siswa tampak fokus memperhatikan, aktif bertanya
maupun menjawab, serta aktif dalam diskusi kelompok. Siswa juga
diajarkan menggunakan beberapa tombol yang ada pada google
meet, seperti membuka menutup mikrofon, raise hand, dan share
screen, dan siswa dapat mengaplikasikannya dengan baik selama
pembelajaran.
Dampak lebih lanjut, hasil belajar siswa juga meningkat. Dari 6
siswa, 5 siswa sudah mencapai KKM (70) dan hanya 1 siswa yang
belum mencapai KKM. Adapun faktor penyebabnya adalah siswa
yang belum mencapai KKM tersebut mengalami kesulitan
membaca sehingga membutuhkan perhatian khusus dari guru.
Akan tetapi, secara keseluruhan menunjukkan bahwa siswa lebih
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Sehingga dapat
disimpulkan, dengan menggunakan model Problem Based
Learning dan media berbasis IT dapat meningkatkan keaktifan
serta hasil belajar siswa.
Terima Kasih