The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Kereta Api, Cilembu, dan Candi
oleh : Farly Mochamad

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by felia.ayu, 2021-09-28 23:18:14

Kereta Api, Cilembu, Candi.

Kereta Api, Cilembu, dan Candi
oleh : Farly Mochamad

Keywords: kereta api,bandung,sejarah

Kereta Api,
Cilembu, dan Candi






Oleh: Farly Mochamad

Aleut Development Program (ADP) 2020 mengadakan
kegiatan momotoran menyusuri jejak kereta api
antara Bandung-Tanjungsari. Perjalanan kami diawali
dari sekretariat Aleut menuju SPBU Cinunuk, dari
Cinunuk beranjak ke Jatinangor, melewati kampus
Unpad, untuk menuju lokasi pertama, yaitu Jembatan
Cincin atau kadang disebut Jembatan Cikuda, sesuai
dengan nama daerah di situ. Tidak butuh waktu lama
sampai kami tiba di lokasi dan berjalan di atas
bekas jembatan kereta api ini.

Jembatan Cincin Cikuda di pagi hari
foto: Komunitas Aleut

Dari atas jembatan ini dapat terlihat Gedung
Student Center Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom)
Unpad, Asrama Kedokteran Unpad, dan di bawah
jembatan terlihat area permakaman di tengah sawah.
Di arah timur terlihat Apartemen Taman Melati
dengan kolam renangnya.

jembatan ini memiliki 11 tiang dan 10 lengkungan
yang membentuk rupa cincin. Pembangunannya dilakukan
pada tahun 1918 dengan tujuan sebagai jalur
pengangkutan hasil perkebunan. Kopi dan teh dari
wilayah Jatinangor ke Rancaekek dan Bandung. Saat
ini bekas jembatan masih digunakan warga sekitar
sebagai jalur lalu lintas antarkampung.

Jembatan Cincin Kuta Mandiri
foto: Komunitas Aleut

Tempat kedua yang kami datangi berada di
perbatasan Kecamatan Jatinangor dan Kecamatan
Tanjungsari, dan terdapat jembatan cincin lainnya
di kawasan ini. Letaknya di tengah perkampungan
agak jauh dari jalan raya dan cukup tersembunyi
juga, tak heran kalo banyak yang engga tahu
keberadaan jembatan ini. Nama jembatan ini
Jembatan Kuta Mandiri. Saat ini hanya warga
sekitar saja yang memanfaatkan jembatan ini
sebagai jalur jalan perkampungan.

Jejak kereta api berikutnya adalah bekas Stasiun
Tanjungsari yang saat ini digunakan sebagai Gedung
Juang ’45 Tanjungsari. Jalan tempat bekas stasiun ini
bernama Jalan Staatspoorwegen (SS) dan gedungnya
bernomor 23.
Yang masih tersisa di sini selain bangunannya adalah
papan nama stasiun yang terdapat pada salah satu
dinding luar luar, letaknya di bagian atas. Disitu
tertulis anama dengan ejaan lama, Tandjoengsari.

Figure 1 Juang
45 Tanjungsari
Foto: Komuitas Aleut

Viaduct di
Tanjungsari
Foto: Komuitas Aleut

Untuk pembangunan lintasan jalur kereta api
Tanjungsari, ada bagian dari Jalan Raya Pos yang
dibongkar jalan raya tersebut adalah bagian dari De
Grootepostweg atau Jalan Raya Pos yang dibangun
pada masa Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-36
yaitu Herman Willem Daendels.

Serta ada pula yang di dijadikan viaduct, bagian
atas dan bawah viaduct ini masih diigunakan sampai
sekarang sebagai jalur lalu lintas, sedangkan jalur
rel kereta api sudah tidak terlihat lagi, katanya
sudah tertimbun sekitar satu meteran di bawah tanah

Lalu perjalanan pun dilanjutkan ke Citali. Di sini
kami berjalan ngaleut di tengah persawahan untuk
menuju sebuah bekas bangunan fondasi jembatan yang
tidak selesai dikerjakan. Konon karena masalah
kesulitan ekonomi pada waktu itu.



Struktur Jembatan Kereta
Api di Citali foto: Komunitas Aleut

Setelah itu kami mampir dulu ke satu tempat yang
namanya sangat khas dan terkenal, Cilembu. Kami
berhenti di sebuah warung penjual Ubi Cilembu
dekat Kantor Desa.

foto bersama Ibu penjual warung (atas) Ibu penjual warung
sedang bercerita (bawah) foto: Komunitas Aleut

Disini kami ngobrol panjang sekali dengan ibu
warung dan ada banyak sekali informasi yang kami
dapatkan. Cerita seputar desa, berbagai jenis
umbi-umbian, sampai ke pengolahan ubi yang sudah
modern. Selain ubi oven yang sudah dikenal, di
sini juga banyak diproduksi variasi olahan ubi,
termasuk keripik yang banyak jenisnya dan sudah
dipasarkan melalui marketplace. Sampai sekarang
Desa Cilembu juga termasuk yang secara rutin
menerima kelompok mahasiswa yang melakukan Kuliah
Kerja Nyata di sini.

Dari Cilembu kami pulang melewati Rancaekek, dan
mampir ke Candi Bojong Menje. Sebelum ditemukan
bekas-bekas candi, dulunya wilayah itu adalah
kompleks permakaman umum. Di kawasan itu kalau
diadakan penggalian maka masih dapat ditemukan
banyak tinggalan kuno lainnya, tapi karena ada
masalah soal pemilikan tanah sehingga penggalian
tidak dapat dilakukan.

Situs Candi Bojong Menje.
foto: Komunitas Aleut

Selanjutnya kami mengunjungi ex Stasiun Penerima
Radio Nederlands Indische Radio Omroep (Nirom).
Gedung depannya terlihat sangat cantik sekali
menjulang tinggi dengan ciri khas bangunan Eropa.
Namun sayangnya kondisi bangunan tidak terawat dan
bisa dibilang kumuh. Sekarang gedung bangunan
tersebut dikelola oleh PT TELKOM

Ex Stasiun Penerima Radio Nirom
foto: Komunitas Aleut.

Tumpukan bebatuan Candi Bojong Emas
Foto: Komunitas Aleut.htjt

Plang dan spanduk Candi Bojong Emas Sobek
Foto: Komuitas Aleut



Sambil beranjak

menuju pulang, kami menyempatkan
mampir ke situs Candi Bojong Emas. Lokasinya di
pinggir Jl. Raya Sapan dekat sekali dengan
Sungai Ci Tarum. Kondisi candi di sini sangat
tidak terawat dan terkesan dibiarkan saja.
Disini terdapat pagar pembatas kayu lebih kurang
satu meter dan plang spanduk yang sobek. Dan di
bagian dalam pun terdapat banyak tumpukan batu
kali.


Click to View FlipBook Version