The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Kerajaan Kediri kel.7_20240202_045727_0000

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Keisha Kinanti Anindita, 2024-02-01 22:16:25

Kerajaan Kediri kel.7

Kerajaan Kediri kel.7_20240202_045727_0000

Tugas Presentasi Sejarah Oleh Kelompok : 7 Kelas : X-8


Ananta Taslim S (03) Fadlila Ahsanuzzahra (12) Nabila Zikha A (24) Gustian Budi P (14) Risky Bima P (30) anggota kelompok


KERAJAAN KEDIRI


SEJARAH Kerajaan Kediri, disebut juga dengan Daha atau Panjalu adalah sebuah kerajaan HinduBuddha yang terdapat di Jawa Timur, antara tahun 1042–1222. Dan merupakan salah satu kerajaan hasil pembelahan yang juga didirikan Airlangga. Kerajaan ini dipimpin oleh Wangsa Isyana dan berpusat di Dahanapura, adalah nama sebuah kota kuno di masa lalu yang sekarang menjadi bagian dari Kota Kediri. Sebelum pembagian kerajaan, Panjalu merupakan wilayah dari Medang Kahuripan. Kerajaan Kediri merupakan kelanjutan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur. Karena mempunyai dua orang putra, Airlangga membagi kerajaannya menjadi dua agar tidak terjadi perebutan kekuasaan, yaitu Kerajaan Jenggala yang beribu kota di Kahuripan dan Kerajaan Panjalu atau Kediri dengan ibu kota Daha. Pada tahun 1044 Masehi terjadi peperangan antara Kediri dan Jenggala. Sri Samarawijaya berhasil dikalahkan oleh Garasakan dari Jenggala. Selanjutnya, Kerajaan Kediri (Panjalu) tidak tercatat dalam sumber-sumber sejarah untuk sementara waktu.


Raja-raja yang memerintah Kerajaan Kediri, antara lain : 1. Sri Samarawijaya (1042-1051) 2. Sri Jitendrakara (1051-1112) 3. Sri Bameswara (1112-1135) 4. Jayabaya (1135-1159) 5. Sri Sarweswara (1159-1169) 6. Sri Aryeswara (1169-1180) 7. Sri Gandra (1180-1182) 8. Kameswara (1182-1194) A. Aspek Kehidupan Politik Keadaan politik pemerintahan dan keadaan masyarakat di Kediri ini dicatat dalam berita dari Cina, yaitu dalam kitab Ling Wataita yang ditulis oleh Chou Kufei tahun 1178 dan pada kitab Ghufanchi yang disusun oleh Chau Jukua pada tahun 1225. Kitab itu melukiskan keadaan pemerintahan dan masyarakat Kerajaan Kediri.


B. Aspek Kehidupan Sosial Perhatian raja terhadap rakyatnya sangat tinggi. Hal itu dibuktikan pada kitab Lubdaka yang berisi tentang kehidupan sosial masyarakat pada saat itu. Sesuai dengan yang telah dituliskan dalam kitab Lubdaka, masyarakat dari kerajaan Kediri tidak menganut sistem kasta walaupun mereka merupakan penganut agama Hindu. Kitab tersebut juga mengungkapkan bahwa baik tinggi maupun rendahnya nilai dan martabat dari seseorang tidak dilihat dari kedudukan maupun garis keturunannya, melainkan dilihat dari sifat dan sikap dari orang itu sendiri.


C. Aspek Kehidupan Ekonomi Kehidupan ekonomi Kerajaan Kediri dapat diketahui melalui kronik-kronik Cina yang menyebutkan di antaranya sebagai berikut : 1. Kediri menghasilkan banyak beras. 2. Barang-barang dagangan lain yang laku di pasaran, seperti emas, perak, daging, kayu cendana, pinang, dan gerabah. 3. Telah menggunakan uang yang terbuat dari emas sebagai alat pembayaran atau alat tukar. 4. Posisi Kerajaan Kediri sangat strategis dalam perdagangan Indonesia Timur dan Indonesia Barat dengan kota pelabuhannya. 5. Pajak rakyat berupa hasil bumi.


Perekonomian


D. Peninggalan Kerajaan Kediri Prasasti Kerajaan Kediri juga menjadi peninggalan, di antaranya yaitu : 1. Prasasti Sirah Keting (1104), berisi tentang pemberian tanah sima oleh raja Sri Jayawarsa kepada pendeta Buddha bernama Dharmaputra. 2. Prasasti Wurare (1127), berisi tentang pemberian tanah sima oleh raja Sri Bameswara kepada pendeta Buddha bernama Dharmaprabhu. 3. Prasasti Hantang (1144), berisi tentang pemberian tanah sima oleh raja Jayabaya kepada pendeta Buddha bernama Dharmaprabhu. 4. Prasasti Kamalagyan (1181), berisi tentang pemberian tanah sima oleh raja Kameswara kepada pendeta Buddha bernama Dharmaprabhu. 5. Prasasti Pucangan (1194), berisi tentang pemberian tanah sima oleh raja Kertajaya kepada pendeta Buddha bernama Dharmaprabhu. Peninggalan Kerajaan Kediri salah satunya yang diyakini yaitu Situs Tondowongso pada awal tahun 2007. Sejumlah arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri yang ditemukan di Desa Gayam, Kediri tersebut tergolong langka karena untuk pertama kalinya ditemukan patung Dewa Siwa Catur Muka atau bermuka empat.


Prasasti


E. Aspek Kehidupan Kebudayaan 1. Kitab Wertasancaya oleh Mpu Tanakung yang berisi petunjuk tentang cara membuat syair yang baik. 2. Kitab Smaradhahana digubah oleh Mpu Dharmaja berisi pujian kepada raja sebagai seorang titisan Dewa Kama. 3. Kitab Lubdaka, ditulis oleh Mpu Tanakung yang berisi kisah Lubdaka sebagai seorang pemburu yang mestinya masuk neraka yang akhirnya diangkat ke surga karena pemujaannya yang istimewa. 4. Kitab Kresnayana karangan Mpu Triguna yang berisi riwayat Kresna sebagai anak nakal, tetapi dikasihi setiap orang karena suka menolong dan sakti. 5. Kitab Samanasantaka karangan Mpu Monaguna yang mengisahkan Bidadari Harini yang terkena kutuk Begawan Trenawindu. Menurut Soekmono, pada zaman Kediri karya sastra berkembang pesat. Banyak karya sastra yang dihasilkan. Pada masa pemerintahan Jayabaya, raja pernah memerintahkan kepada Mpu Sedah untuk mengubah kitab Bharatayuda ke dalam bahasa Jawa Kuno. Pada masa pemerintahan Kameswara juga ditulis karya sastra, antara lain sebagai berikut.


Karya Sastra KITAB SMARADHAHANA KITAB LUBDAKA KITAB SAMANASANTAKA


daftar pustaka https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Kadiri https://an-nur.ac.id/blog/kerajaan-kediri-sejarah-raja-dan-peninggalan.html Buku Paket Sejarah Pembelajaran sejarah interaktif untuk kelas XI SMA dan MA kelompok peminatan ilmu-ilmu sosial.


terim kasih


Click to View FlipBook Version